Anda di halaman 1dari 25

PENERAPAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN

KOMODITAS PADI DI KECAMATAN SEBERANG ULU 1


PALEMBANG SUMATERA SELATAN

DISUSUN OLEH :

DEDE RAHMAWATI (02.01.18.011)

DENI EFRIANSYAH (02.01.18.012)

ENOK RINA MUSTIKA (02.01.18.013)

FADHILLAH FEBYANTI (02.01.18.014)

FADILA (02.01.18.015)

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
KEMENTERIAN PERTANIAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Makalah Penerapan Teknologi Penanganan Pascapanen
Komoditas Padi di Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang Sumatera Selatan ini
tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Yul Harry Bahar selaku dosen pengampu mata kuliah teknologi
penanganan dan pengolahan hasil pertanian.
2. Ibu Ir. Anastasia Promosiana, MS selaku dosen pengampu mata kuliah
teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian.
3. Ibu Ibu Tine Arfanti, SST selaku pranata laboratorium pertanian.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saran dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi kesempurnaan
makalah yang akan datang. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Desember, 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3


A. Gambaran Umum Komoditas Padi....................................................................3
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................7
A. Kegiatan dan tahapan Penanganan Pascapanen...............................................7

1. Panen.......................................................................................................7
2. Pengumpulan...........................................................................................8
3. Pengangkutan..........................................................................................8
4. Perontokan...............................................................................................9
5. Pengeringan...........................................................................................10
6. Penyimpanan.........................................................................................11
7. Penggilingan..........................................................................................11
8. Pengemasan...........................................................................................12
B. Pengelolaan Lingkungan...................................................................................12
C. Permasalahan dan Hambatan............................................................................14

D. Solusi dan Saran.................................................................................................15


BAB IV PENUTUP..............................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi


Menurut Wilayah 2008 – 2010..............................................................................4
Tabel 2. Pola Panen Padi per Bulan dari Tahun 2007-2009....................................5

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pola Panen Padi per Bulan dari Tahun 2007-2009.........................5


Gambar 2. Panen Padi...........................................................................................8
Gambar 3. Pengumpulan......................................................................................8
Gambar 4. Alat Gebot...........................................................................................9
Gambar 5. Perontokan diinjek-injak.................................................................10
Gambar 6. Pengeringan atau Penjemuran........................................................10
Gambar 7. Penyimpanan Gabah Kering...........................................................11
Gambar 8. Proses Penggilingan Gabah.............................................................12
Gambar 9. Pengemasan..........................................................................................12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang paling populer
di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan pemenuhan
kebutuhan kalorinya dari beras. Selain sebagai makanan pokok rakyat Indonesia,
padi merupakan komoditi strategis dan sekaligus komoditi politis. Upaya-upaya
peningkatan produksi padi dalam rangka memenuhi kebutuhan penduduk terus
dilakukan oleh Pemerintah (Pusat dan Daerah). Sejalan dengan program Pusat
dalam meningkatkan produksi beras melalui Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN), maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan gerakan terobosan
dengan Operasi Pangan Jawa Barat Makmur (OPJBM).

Program OPJBM meliputi ekstensifikasi dan intensifikasi. Kegiatan


ektensifikasi meliputi cetak sawah baru dan rehabilitasi sawah terlantar,
sedangkan intensifikasi meliputi peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dan
penanganan panen dan pascapanen yang baik. Penanganan pascapanen padi
merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi
padi. Konstribusi penanganan pascapanen terhadap peningkatan produksi padi
dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya mutu
gabah/beras sesuai persyaratan mutu.

Hasil survei kehilangan hasil pascapanen padi secara nasional yang telah
dilakukan pada tahun 2005 - 2007 sebesar 10,82 % (Dirjen PPHP, 2009). Kondisi
tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : (1). Penanganan Pascapanen
yang masih tradisional, (2) Masih kurangnya kesadaran dan kepedulian petani
terhadap penanganan pascapanen yang baik sehingga mengakibatkan masih
tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras (3) Kurangnya

1
penerapan Teknologi dan dukungan sarana pascapanen. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan
pada prinsip-prinsip Good Handling Practices (GHP) agar dapat menekan
kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil gabah/ beras.

B. Tujuan

1. Mengobservasi proses penanganan pascapanen yang baik kepada petani dan


pelaku pascapanen padi lainnya yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good
Handling Practices (GHP) sehingga diharapkan petani dapat menekan tingkat
kehilangan hasil padi dan memproduksi gabah/beras sesuai persyaratan mutu
2. Melaksanakan proses pemantauan untuk melihat kondisi di lapangan, dalam
mendeskripsikan mengenai permasalahan yang dihadapi dan mencarikan solusi
dalam proses penerapan penanganan pascapanen tanaman padi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Komoditas Padi

Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan


Negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika
mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia.
Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri karena
itu kita masih selalu mengimpor beras. Dengan memperhatikan hal di atas
seharusnya agribisnis padi dapat menarik banyak para investor. Namun demikian,
di lain pihak, harga beras sangat ditentukan pemerintah dan tidak dinamis seperti
halnya tanaman hortikultur atau perkebunan sehingga umumnya petani padi
sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras dan pengurangan campur tangan
pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak banyak diperhitungkan dan diminati
oleh investor di bidang pertanian.

Peningkatan produksi padi masih merupakan prioritas dalam mendukung


program ketahanan pangan dan agribisnis. Produksi padi terus dipacu untuk
memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Namun demikian, segala
upaya untuk meningkatkan produksi selalu mendapat gangguan, antara lain
berupa kekeringan, banjir, serangan hama, dan penyakit. Penggunaan pupuk
secara rasional dan berimbang merupakan faktor kunci dalam peningkatan
produksi padi. Sedangkan rekomendasi pupuk yang berlaku saat ini masih bersifat
umum dan belum mempertimbangkan kandungan atau status hara tanah sehingga
penggunaan pupuk tidak efisien.

Kenaikan produksi padi tahun 2009 terjadi di beberapa propinsi terutama di


Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan Sulawesi Selatan.
Sedangkan penurunan produksi tahun 2009 terjadi di Sulawesi Tengah, Sulawesi

3
Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Produksi padi tahun 2009
sebesar 64,33 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan produksi tahun
2008, terjadi peningkatan sebanyak 4,00 juta ton (6,64%). Kenaikan produksi
terjadi karena peningkatan luas panen seluas 550,61 ribu hektar (4,47%) dan juga
produktivitas sebesar 1,01 kuintal/hektar (2,06%). Kenaikan produksi padi tahun
2009 tersebut terjadi di Jawa sebesar 2,49 juta ton (7,69%) dan di luar Jawa
sebesar 1,51 juta ton (5,42%). Di Jawa, peningkatan produksi disebabkan oleh
naiknya luas panen seluas 349,28 ribu hektar (6,08%) dan produktivitas sebesar
0,86 kuintal/hektar (1,53%). Demikian juga di luar Jawa, kenaikan produksi
terjadi karena peningkatan luas panen seluas 201,33 ribu hektar (3,06%), dan
produktivitas sebesar 0,97 kuintal/hektar (2,28%).

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi


Menurut Wilayah 2008 – 2010

Perkembangan
2008-2009 2009-
Absolut % Absolut
%

Luas Panen (ha)


Pulau Jawa 5,742,270 6,091,552 6,039,392 349,282 6.08 52,160 -0.86
Luar Jawa 6,585,155 6,786,487 6,852,357 201,332 3.06 65,870 0.97
Indonesia 12,327,425 12,878,039 12,891,749 550,614 4.47 13,710 0.11
Produktivitas
Pulau Jawa 56.33 57.19 57.98 0.86 1.53 0.79 1.38
Luar Jawa 42.49 43.46 43.6 0.97 2.28 0.14 0.32
Indonesia 48.94 49.95 50.34 1.01 2.06 0.39 0.78
Produksi ( ton )
Pulau Jawa 32,346,997 34,835,263 35,018,342 2,488,266 7.69 183,079 0.53
Luar Jawa 27,978,928 29,494,066 29,879,358 1,515,138 5.42 385,292 1.31
Indonesia 60,325,925 64,329,329 64,897,700 4,003,404 6.64 568,371 0.88
Sumber: BPS (Biro Pusat Statistik)

Angka ramalan produksi padi tahun 2010 diperkirakan sebesar 64,90 juta
ton Gabah Kering Giling (GKG) dibandingkan produksi tahun 2009, terjadi
peningkatan sebanyak 568,37 ribu ton (0,88%). Kenaikan produksi diperkirakan

4
terjadi karena peningkatan luas panen seluas 13,71 ribu hektar (0,11%) dan juga
produktivitas sebesar 0,39 kuintal/hektar (0,78%). Kenaikan produksi padi tahun
2010 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 183,08 ribu ton (0,53%) dan di
luar Jawa sebesar 385,29 ribu ton (1,31%). Di Jawa, peningkatan produksi
disebabkan oleh naiknya produktivitas sebesar 0,79 kuintal/hektar (1,38%),
sedangkan luas panen diperkirakan mengalami penurunan sebesar 52,16 ribu
hektar (0,86%). Sementara di luar Jawa, kenaikan produksi terjadi karena
peningkatan luas panen seluas 65,87 ribu hektar (0,97%) dan juga produktivitas
sebesar 0,14 kuintal/hektar (0,32%). Perkiraan kenaikan produksi padi tahun 2010
yang relatif besar terdapat di beberapa daerah terutama di Jawa Tengah, Sumatera
Selatan, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan perkiraan penurunan produksi tahun
2010 yang relatif besar terdapat di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat. Berikut
adalah pola panen padi per bulan dari tahun 2007-2009.

Tabel 2. Pola Panen Padi per Bulan dari Tahun 2007-2009


Pola Panen Padi, 2007-2009 (ha)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov

2007 365,727 693,546 1,605,187 2,229,079 1,384,953 947,672 963,666 1,316,424 1,121,868 653,643 477,407 3

2008 417,567 1,091,452 2,403,610 1,851,372 910,343 908,147 1,175,652 1,230,900 921,897 579,804 411,830 4

2009 512,400 1,534,129 2,409,767 1,508,977 914,728 1,081,327 1,188,130 1,245,172 919,113 629,664 471,382 4

Gambar 1. Pola Panen Padi per Bulan dari Tahun 2007-2009

5
Dari grafik tersebut terlihat pola penen padi tidak mengalami peningkatan
yang berarti, pola penen tersebut hanya mengalami sedikit peningkatan penurunan
jika dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun-tahun sebelumnya sehingga
perlu dilakukan suatu usaha peningkatan produksi padi, karena peningkatan
produksi lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk
Indonesia. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka Indonesia akan tergantung
dengan impor beras, yang mengakibatkan dampak yang buruk bagi
perekonomian serta kestabilan politik.

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kegiatan dan tahapan Penanganan Pascapanen

1. Panen
Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan
pasca panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat
mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah.
Ciri dan Umur Panen
Padi dapat dipanen jika butir gabah pada malai padi sudah berwarna
kuning atau kuning keemasan yang sudah mencapai 90 %-95% dari
hamparan. Serta umur panen tanaman padi berumur 135 sampai 145 hari
setelah tanam atau 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata. Padi yang
dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas baik.
Peralatan Panen.
Adapun alat-alat panen yang digunakan untuk panen pad adalah Sabit,
Ember, karung, tali plastik, dan angkutan (kereta sorong, motor keranjang).
Cara Panen
Padi dipanen dengan menggunakan alat manual berupa sabit.
Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong bawah
karena perontokan dilakukan dengan cara dibanting/digebot. Adapun cara
panen padi dengan sabit adalah sebagai berikut:
1. Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira
1/2 bagian tinggi tanaman.
2. Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah
3. Tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus

7
Gambar 2. Panen Padi

2. Pengumpulan
Tanaman padi yang sudah di potong dengan menggunakan sabit kemudian
dikumpulkan di dalam ember lalu dibawa ke pinggiran sawah. Selanjutnya
dilakukan penumpukan tanman padi dan kemudian diikat menggunakan tali.

Gambar 3. Pengumpulan

3. Pengangkutan
Proses pengangkutan dilakukan jika tanaman padi sudah di lakukan
penumpukan dan diikat dengan menggunakan tali. Transposrtasi atau jenis
kendaraan yang digunakan untuk proses pengangkutan dari sawah ke rumah
petani yakni menggunakan sepeda motor.

8
4. Perontokan
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan,
penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat
ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5%. Cara
perontokan padi telah mengalami perkembangan, tetapi cara yang dlakukan oleh
petani di Kelurahan 15 Ulu ini yaitu dengan cara digebot dan diinjek-injak
(diiles). Berikut merupakan cara melakukan perntokan padi :
a. Perontokan dengan cara di gebot
Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak
perontok ± 5 kali yang telah dialasi menggunakan terpal karena hasil
rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di bawah meja rak perontok.
Kemudian hasil rontokan berupa gabah dikumpulkan.

Gambar 4. Alat Gebot


b. Perontokan dengan cara diinjek-injak (diiles)
Perontokan dengan cara ini harus disediakan terlebih dahulu alas tikar
kemdian tempatkan potongan-potongan tangkai gabah diatasnya. Selanjutnya
potongan-potongan tangkai gabah diinjek-injak (diiles) sehingga gabah-gabah
terlepas dari tangkainya, tangkai kemudian dipisahkan dari gabahnya.

9
Gambar 5. Perontokan diinjek-injak

5. Pengeringan
Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan
memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran,
kehilangan butiran gabah, memudahkan pengumpulan gabah dan menghasilkan
penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan
menggunakan alas. Cara penjemuran gabah basah yaitu dengan menjemur gabah
di atas alas terpal/plastic kemudian lakukan pembalikan secara teratur setiap 1–2
jam sekali atau 4–6 kali dalam sehari. Waktu penjemuran oleh petani di
Kelurahan 15 Ulu yaitu selama satu hari dimulai dari pagi jam 07.00 WIB –15.00
WIB,selanjutnya yaitu melakukan pengumpulan gabah dengan cara dimasukkan
ke dalam karung.

Gambar 6. Pengeringan atau Penjemuran

10
6. Penyimpanan
Penyimpanan gabah dilakukan agar kualitas gabah tetap terjaga,, karena
kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah dapat mengakibatkan terjadinya
respirasi yang tinggi, tumbuhnya jamur, adanya serangan serangga , binatang
mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah. Cara penyimpanan
gabah yang dilakukan yaitu cara penyimpanan dengan menggunakan kemasan
(bag store) seperti karung plastik atau karung goni yang diletakkan dalam gudang.

Gambar 7. Penyimpanan Gabah Kering

7. Penggilingan
Penggilingan padi yang dilakukan menggunakan Rice milling Unit (RMU)
merupakan jenis mesin yang memproses pengolahan gabah menjadi beras dapat
dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). Mesin RMU ini terdapat 3
bagian yaitu memisahkan beras pecah kulit dan gabah dari sekam kemudian
membuang sekamnya, mengeluarkan gabah yang belum terkupas untuk
dikembalikan kepengumpan, dan menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan
memilah beras berdasarkan keadaan fisik beras (beras utuh, beras kepala, beras
patah, dan beras menir)

11
Gambar 8. Proses Penggilingan Gabah

8. Pengemasan
Setelah gabah dilakukan penggilangan dan menghasilkan beras, langkah
selanjutnya adalah pengemasan dimana beras di masukkan ke dalam karung lalu
ditutup dandijahit menggunakan tali plastik.

Gambar 9. Pengemasan

B. Pengelolaan Lingkungan

Setiap usaha penanganan pascapanen hasil pertanian harus menyusun


rencana cara-cara penanggulangan pencemaran dan kelestarian lingkungan sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Umumnya kerusakan
lingkungan diakibatkan oleh pencemaran udara/tanah/air sehingga berdampak
pada menurunnya kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia
atau bahkan dapat menimbulkan dampak buruk bagi manusia.

12
Pencemaran yang memungkinkan timbul dari proses penanganan
pascapanen diantaranya adalah pada aktifitas penggunaan alat mesin pascapanen
dengan bahan bakar solar/bensin dengan bentuk cemaran udara, penggunaan
bahan kimia seperti pemutih pada proses penggilingan padi menjadi beras akan
membahayakan kesehatan, Sedangkan bentuk pencemaran lain adalah jerami sisa
panen padi apabila tidak dimanfaatkan dan dibiarkan menumpuk akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan, begitu juga dengan limbah sekam pada
saat melakukan penggilingan padi.

Limbah pertanian memiliki manfaat terhadap kesuburan tanah, unsur hara,


dan nilai ekonomi yang besar. Pemanfaatan limbah secara tidak langsung dapat
menghemat biaya produksi, penghematan pengeluaran negara terhadap subsidi
pupuk, dan dapat mewujudkan pertanian organik. Untuk menghasilkan pupuk
organik yang berkualitas ada baiknya dilakukan pencacahan. Pencacahan dapat
dilakukan secara mekanik maupun manual. Secara alami proses pengomposan
dapat berlangsung dengan sendirinya. Pengomposan berhasil jika kondisi ideal,
kadar air yang cukup, aerasi yang lancar. Proses pengomposan secara alami dapat
menghabiskan waktu sekitar tiga bulan dan untuk mempercepatnya ditambahkan
aktivator pengomposan. Penambahan aktivator dapat mempercepat proses
pengomposan. Waktu pengomposan dapat dilakukan sebelum tanah diolah
kembali untuk musim tanam berikutnya.

Seperti Limbah dari pascapnen padi yaitu jerami/gabah, Jerami/gabah padi


memiliki kandungan zat gizi yang minim, kandungan protein yang sedikit, dan
daya cernanya rendah. Berdasarkan kandungan nutrien yang terdapat dalam
jerami padi terdapat kandungan protein kasar sebesar 5,31 dan lemak kasar
sebesar 3,32 yang terbilang jauh dari standar mutu pakan ternak (ayam maupun
sapi) dan ikan. Adapun usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kandungan nutrien dalam jerami padi adalah dengan proses fermentasi
menggunakan bantuan bakteri.

Dengan beragam manfaat jerami limbah padi ini, limbah jerami/gabah padi
yang tadinya menjadi permasalahan tersendiri serta dapat menganggu
pemandangan dikarenakan biasanya jerami pada ditumpuk meninggi tanpa

13
dimafaatkan ataupun dibakar guna untuk mengurangi penimbunan tersebut. Oleh
karena itu, saat ini, mulai banyak dilakukan penelitian dan juga pengembangan
mengenai pengolahan jerami padi. Dimana hasil penelitian ini yang paling
terkenal adalah penemuan terbaru yang menunjukkan potensi kebermanfaatan
jerami/gabah padi ini sebagai sekam organic, merang juga sebagai bahan dasar
pembuatan asap cair.

Dengan memanfaatkan beberapa kegunaan yang dihasilkan dari limbah


jerami/gabah padi para petani akan mendapatkan berbagai manfaat yang beragam.
Selain dapat memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan
memiliki nilai jual yang tinggi, Selain itu ddngan pemanfaatan jerami/gabah padi
juga menjadikan lingkungan lebih bersih, karena tidak ada lagi polusi pembakaran
berlebihan pada jerai/gabah yang akan menimbulkan pousi udara, denga begii kita
dapat memanfaatkan limbahtanpa herus merusaknya.

C. Permasalahan dan Hambatan

Adapun permasalahan umum yang ada dalam proses penanganan pasca


panen padi antara lain:

1. Secara umum mutu gabah masih rendah karena sistem budidaya yang tidak
menggunakan paket teknologi lengkap. Dengan demikian hasil mutu beras
yang dihasilkan juga memiliki mutu yang rendah.
2. Panen raya seringkali terjadi pada musim penghujan sehingga menjadi
hambatan dalam proses pengeringan serta penyimpanan.
3. Sebagian besar penggilingan padi tidak memiliki alat pengering mekanis
(dryer).
4. Kehilangan hasil baik secara kuantitatif ataupun kualitatif akibat proses
penanganan pasca panen yang tidak sesuai dengan SOP ataupun prinsip
GHP.

14
D. Solusi dan Saran
Adapun solusi dan saran yang dapat digunakan dalam menghadapi
permasalahan dan hambatann yang ada pada proses penanganan pasca panen padi
antara lain:

1. Memanfaatkan teknologi budidaya padi yang sudah ada atau dianjurkan


pemerintah. Seperti menerapkan Benih Unggul Bermutu (BUB),
pemupukan berimbang, penggunaan pestisida sesuai anjuran, dan pola
tanam padi jajar legowo (JARWO).

2. Pengaturan waktu tanam, sehingga petani dapat menghindari kehilangan


hasil karena waktu panen yang tidak tepat . Walaupun padi dapat ditanam
sepanjang tahun, namun pada dasarnya petani dapat menanam padi
berdasarkan ketersediaan air, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga
periode tanam yaitu :

a. Musim tanam utama, pada bulan Nopember, Desember, Januari, Pebruari


dan Maret;

b. Musim tanam gadu, pada bulan April, Mei, Juni, Juli;

c. Musim tanam kemarau, pada bulan Agustus, September, dan Oktober.

3. Pengembangan sumber energi biomassa seperti limbah penggilingan padi


(sekam padi) sangat tepat dilakukan di negara kita sebagai negara agraris,
karena ketersediaan bahan sekam padi cukup banyak dan mudah didapatkan.
Salah satu penggunaan yang sangat penting dari sekam ini yaitu sebagai
sumber panas/kalor untuk berbagai keperluan seperti mengeringkan gabah
padi setelah panen. Kebanyakan petani melakukan pengeringan padi dengan
menjemur langsung dibawah terik sinar matahari sehingga pengeringan
akan tertunda bila cuaca tidak baik atau pada musim hujan (Suhanan dkk.,
2005).

Selama ini limbah penggilingan padi hanya sedikit yang memanfaatkan


sebagai sumber energi alternative karena nilai kalornya cukup rendah.

15
Sekam meskipun memiliki nilai kalor yang relatif rendah akan tetapi
pengembangan sumber energi biomassa ini sangat mendukung kebutuhan
energy terutama untuk industri rumah tangga dan program lingkungan
bersih (Patel dan Ericson.,1981).

Memanfaatkan mesin pengering padi jenis rotary dryer yang memiliki cara
kerja dimana padi yang di keringkan akan di aduk selama proses
pengeringan di dalam tabung silinder (drum), sehingga proses penguapan
terhadap produk akan merata. Disamping itu ketersediaan limbah sekam
padi yang cukup banyak sehingga terasa perlu untuk merancang bangun
system rotary dryer pada mesin pengering padi berbahan bakar sekam padi
yang akan menjadi solusi dari permasalahan mitra.

4. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku petani adalah terbatasnya


pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Pasca panen sesuai dengan
SOP di anggap petani akan menguras waktu, tenaga dan biaya tambahan.
Sehingga hal ini menjadikan kurangnya minat petani dalam menerapkan
pascapanen yang sesuai dengan SOP. Cara untuk meningkatkan perilaku
petani dalam menangani pascapanen bisa melalui penanganan pascapanen
yang didasarkan prinsip – prinsip GHP. Cara tersebut dapat menekan
kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil gabah/beras.

Diperlukannya analisis perilaku petani dalam penerapan GHP pada


komoditas padi, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
petani dalam penerapan GHP pada komoditas sawah, dan merumuskan
strategi untuk meningkatkan perilaku petani di penerapan GHP pada
komoditas sawah.

Strategi meningkatkan perilaku petani dapat dilakukan dengan memberikan


penyuluhan kepada petani tentang Good Handling Practices (GHP),
memberikan pendidikan non formal seperti sekolah lapang untuk penerapan
Good Handling Practices (GHP) kepada petani dan mendorong petani agar
mampu menerapkan GHP dan yang terakhir adalah memberikan penyuluhan
kepada petani bahwa penerapan Good Handling Practices (GHP) bisa

16
dilakukan oleh petani yang baru berusahataninya ataupun petani yang sudah
lama dalam berusahatani.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah penanganan pasca
panen padi antara lain:

1. Pascapanen padi dengan menerapkan prinsip – prinsip Good Handling


Practices (GHP) dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan
mutu hasil gabah/beras. Strategi meningkatkan perilaku petani dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada petani tentang Good
Handling Practices (GHP), memberikan pendidikan non formal seperti
sekolah lapang untuk penerapan Good Handling Practices (GHP) kepada
petani dan mendorong petani agar mampu menerapkan GHP dan yang
terakhir adalah memberikan penyuluhan kepada petani bahwa penerapan
Good Handling Practices (GHP) bisa dilakukan oleh petani yang baru
berusahataninya ataupun petani yang sudah lama dalam berusahatani.

2. Meningkatkan hasil mutu beras yang rendah dengan memanfaatkan


teknologi budidaya padi yang sudah ada atau dianjurkan pemerintah. Seperti
menerapkan Benih Unggul Bermutu (BUB), pemupukan berimbang,
penggunaan pestisida sesuai anjuran, dan pola tanam padi jajar legowo
(JARWO).

18
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, M. O. (2004). Analisis dampak dan strategi pengembangan


peningkatan produktivitas padi dan ternak (P3T) ke depan. Makalah
disampaikan pada Seminar Puslitbangtan 29 Januari 2004.

Badan Litbang Pertanian. 2013. Panen dan Pasca Panen Padi. Diakses pada
tanggal 07 Desember 2020 di https://docplayer.info/34023310-Panen-dan-
pasca-panen-padi.html

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah Volume 1, Nomor 1, November


2016

Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat November 2019, Vol 1 (1) 2019: 105–110

Malia, R., & Triana, R. 2018. EVALUASI PENERAPAN SOP PANEN DAN
PASCA PANEN PADI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
PENDAPATAN DI DESA KARANGWANGI KECAMATAN
CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR. AGROSCIENCE (AGSCI), 2(2).

Patel, S.A., and Ericson, L.E., 1981, “Estimation of Heat of Combustion of


Biomassa from Elemental Analysis Using Available Electron Concepts”
Journal Biotechnology and Bioengineering, Vol. XXIII, pp. 2051-2067.

Profesor Riset pada Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor Dimuat pada Sinar Tani
No. 3136, Tahun XXXVI

Ritonga, Arya Widura. 2008. Laporan Praktikum Penggilingan Padi. Diakses


pada tanggal 05 Desember 2020 di https://docplayer.info/31294483-
Laporan-praktikum-mata-kuliah-pasca-panen-tanaman-penggilingan-padi-
disusun-oleh-kelompok-3.html

19
Suhanan, Sutrisno, dan Santoso, U., 2005, “ Sistem Pengeringan Gabah Kontak
Langsung Dengan Efek Tarikan Cerobong Berbahan Bakar Limbah
Sekam”, PROSIDING Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin IV
Universitas Udayana Bali.

Sutrisno. 2007. PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI INDONESIA.


JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN . VOL 21 NO 2

20

Anda mungkin juga menyukai