Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR AGRIBISNIS PETERNAKAN


& KELEMBAGAAN

Dosen pengampu :

Ir. Imelda Panjaitan M. Si


Dr. Irmayana

Disusun oleh :
Anisa Novi Salsabila (23741011)
Agung Suhardi (23741004)
Dzikri Hakim (23741016)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini. Laporan praktikum ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata
kuliah pengantar agribisnis peternakan & kelembagaan.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan praktikum ini. Semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang berguna mengenai lembaga
lembaga apa saja yang ada agribisnis peternakan.

Akhir kata, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan
yang
bermanfaat.

Terimakasih.

Bandar Lampung, 12 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................4
1.2 TUJUAN..........................................................................................................................5
BAB II ..........................................................................................................................................6
ISI..................................................................................................................................................6
2.1 PEMBAHASAN .............................................................................................................6
BAB III........................................................................................................................................10
PENUTUP ..................................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bali, sebagai salah satu destinasi wisata terkenal di Indonesia, memiliki
potensi yang besar dalam sektor agribisnis peternakan. Namun, pertumbuhan industri
ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan dan keseimbangan
lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk membangun agribisnis peternakan yang
berwawasan lingkungandi Bali.

Pembangunan agribisnis peternakan yang berkelanjutan berarti


mengintegrasikan prinsip-prinsip ekologi, sosial, dan ekonomi dalam setiap
aspek kegiatan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pertumbuhan industri
peternakan tidak merusak lingkungan, melindungi keanekaragaman hayati, dan
memperhatikan kesejahteraan hewan.

Bali memiliki keberagaman ekosistem yang kaya, termasuk hutan, sawah,


dan perairan. Oleh karena itu, penting untuk membangun agribisnis peternakan
yang mempertimbangkan potensi ekosistem setiap wilayah. Dengan
memanfaatkan keberagaman hayati, mikroklimat, sosial budaya, sumber daya
manusia, dan sumber daya alamyang ada, agribisnis peternakandapat berkembang
secaraberkelanjutan.

Selain itu, agribisnis peternakan yang berwawasan lingkungan juga


harus memperhatikan kesejahteraan hewan. Hal ini melibatkan penerapan praktik
peternakan yang etis, seperti memberikan pakan yang seimbang, memberikan akses
yang memadai ke air bersih dan tempat berlindung, serta memastikankesehatandan
kebersihan hewan.

Pembangunan agribisnis peternakan yang berwawasan lingkungan di Bali juga


dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Dengan meningkatkan
kapasitas ekonomi dan menerapkan teknologi yang tepat, peternak dapat
meningkatkan produksidan efisiensi, sehingga meningkatkan pendapatan mereka.

Dalam upaya membangun agribisnis peternakan yang berwawasan lingkungan


di Bali, perlu adanya kerjasama antara pemerintah, peternak, dan masyarakat.
Pemerintah dapat memberikan kebijakan dan regulasi yang mendukung praktik
peternakan yang berkelanjutan, sementara peternak dan masyarakat dapat berperan aktif
dalam menerapkanpraktik-praktik tersebut.

Dengan membangun agribisnis peternakanyang berwawasan lingkungandi Bali,


diharapkan dapat tercipta harmoni antara pertumbuhan industri peternakan dan
pelestarian lingkungan. Selain itu, hal ini juga dapat memberikan manfaat
ekonomi yang berkelanjutanbagimasyarakat setempat.
1.2 TUJUAN

1. Agar mahasiswa mampu mendefinisikan tentang kelembagaan pendukung agribisnis.

2. Supaya mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis kelembagaan


pemdukung pada sistemagribisnis peternakan.

3. Agar mahasiswa mampu mengenali berbagai praktik kelembagaan pendukung


pada sistemagribisnis peternakan .
BAB II
ISI

2.1 PEMBAHASAN

literatur bacaan tentang agribisnis sebagaikomoditas peternakandan industriolahan


hasilternak :

Prinsip dasar pembangunan agribisnis yang berkelanjutan adalah


pembangunan sektor agribisnis berbasis sumber daya dan ekosistem. Dalam hal ini
pembangunan sektor agribisnis peternakan harus didasarkan pada potensi ekosistem
setiap wilayah, sehingga melibatkan seluruh wilayah dengan segala
keberagamannya (keberagaman hayati, keberagaman mikroklimat, keberagaman
sosial budaya, keberagaman sumbar daya manusia dan keberagaman sumber daya
alam). Untuk itu, maka agribisnis peternakan harus dilaksanakan dengan
pembangunan subsistem-subsistemnya secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk
memenuhi kebutuhan produk peternakan yang meningkat dilakukan melalui
peningkatan kapasitas ekonomi beserta teknologi pemanfaatannya. Tuntutan
keberagaman konsumsi dipenuhi dengan keberagaman komoditi yang
dikembangkandan keberagaman teknologi pengolahan produk.

Bila pembangunan sektor agribisnis peternakan dijadikan sebagai


strategi industrialisasi nasional, maka perkembangan kegiatan ekonomi akan
menyebar dan beragam mengikuti penyebaran dan keberagaman ekosistem.
Perkembangan kegiatan ekonomi yang demikian, dari sudut ekonomi akan dapat
mencapai pertumbuhan ekonomi sekaliguspemerataan. Sedangkan dari
segikepentingan pelestarian lingkungan hidup, perkembangan kegiatan ekonomi
yang demikian berarti menyeimbangkan tekanan penduduk tehadap ruang (kota-
desa, dataran tinggi-dataran rendah, jawa-luar jawa) beserta sumber daya alam.
Termasuk didalam keberagaman sektor agribisnis peternakan adalah keberagaman
komoditi, sehingga keberagaman hayati (sebagai blue print) juga dapat dijamin.
Pembangunan sektor agribisnis peternakan sebagai strategi industrialisasi pada
dasarnya menginternalisasikan kepentingan pelestarian lingkungan hidup (ekosistem),
karena pada dasarnya keberlanjutan dari sektor agribisnis peternakan akanditentukan
kelestarian ekosistem.

Peternakan salah satu komoditas pangan yang berkontribusi besar bagi devisa
negara dan harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang
belum terpenuhi.Selain itu ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia dalam mengembangkan peternakan yaitu pemerataan dan
standar gizi nasional belum tercapai, peluang ekspor yang belum dimanfaatkan
secara maksimal, sumber daya pakan yang minimal, belum adanya bibit unggul
produk nasional, kualitas
produk yang belum standar, efisiensi dan produktivitas yang rendah, sumber
daya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal, belum adanya keterpaduan
antara pelaku peternakan, komitmen yang rendah dan tingginya kontribusi
peternakan pada pencemaran lingkungan.

Permasalahan lain adalah membanjirnya produk peternakan luar negeri


yang lebih murah dengan mutu lebih baik ke pasar Indonesia. Hal ini sangat sulit
untuk dihindari, karena perdagangan bebas dan Indonesia mau tidak mau harus
dihadapi. Kondisi ini tentu mengancam perkembangan peternakan di Indonesia
yang harus diantisipasi.

Yang dimaksud dengan para pelaku peternakan antara lain pemerintah


(dalam hal ini Departemen Pertanian sub peternakan beserta jajarannya, Direktorat
Jenderal Peternakan, Dinas-dinas Peternakan dll.), Asosiasi-asosiasi
Peternakan, Bank, Pengusaha, Peternak, Perguruan Tinggi dan lain sebagainya yang
terkait dengan dunia usaha peternakan.

Dalam implementasinya maka kesejajaran antara pelaku peternakan di


bawah koordinasi pemerintah, sehingga satu dengan yang lainnya tidak bersifat
dominan. Untuk mencapai kesejajaran, maka peternak harus berada dalam suatu
wadah yang kokoh yaitu koperasi mandiri yang menasional, yang mempunyai
kekuatan tawar dengan pelaku peternakan lainnya. Semua elemen pelaku
peternakan secara bebas memberi umpan balik kepada perintah dan dapat
memberi input terhadap elemen lainnya. Pemerintah selain sebagai koordinator, ia
juga sebagai pihak evaluator dan pengontrolpelaksanaan kebijakan di lapangan. Jadi,
untuk menghasilkan interaksi yang harmonis perlu adanya sistem peternakanyang baik.

Dalam sistem peternakan ada 4 komponen yang harus diperhatikan yaitu


kekuasaan, kepentingan, kebijakan dan budaya peternakan. Kekuasaan adalah cara
untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam alokasi sumber daya di antara
kelompok- kelompok dalammasyarakat.

Kepentingan adalah sebagai tujuan yang ingin dikejar oleh pelaku


peternakan. Kebijakan sebagai hasil interaksi antara kekuasaan dan kepentingan,
biasanya dalam bentuk undang-undang. Budaya peternakan adalah sebagai orientasi
subjektif individu terhadap sistem peternakan yang berlaku. Keempat komponen
tersebut harus dibangun secara bersama, agar dicapai kesepakatan yang memuaskan
semua pihak yang bergerak di bidang peternakan.

Kegiatan peternakan sebaiknya memperhatikan aspirasi masyarakat di sekitar


mereka. Agar supaya kehadiran mereka dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
sekitar, maka sudah selayaknya mereka merekrut masyarakat sebagai pekerja atau
tenaga professional serta melatih mereka agar mendapat pekerjaan dan masa depan
yang lebih
baik. Dengan cara ini sebenarnya menghindarkan perusahaan peternakan dari sikap
dan perilakunegatif darimasyarakat.

Disamping itu, para pelaku peternakan harus memperhatikan hak-hak


konsumen seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Para pelaku diharapkan tidak
melakukan hal-hal yang merugikankonsumen sepertimenyembunyikan kualitas
produknya.

Kesejahteraan bagi masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat dapat


memperoleh kebutuhan gizinya terutama protein asal produk ternak dengan harga yang
terjangkau, keamanan pangan terjamin. Diharapkan pula pelaku peternakan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas dalam arti mampu memberikan
kontribusi yang nyata bagi peningkatan pendapatan masyarakat luas. Selain itu,
peternak dalam aktivitasnya harus pula memperhatikan hak-hak yang seharusnya
diperoleh oleh seekor ternak. Jadi ternak, jangan hanya dijadikan objek untuk
mendapatkan penghasilan, tetapi peternak harus juga memperhatikan keperluan dan
kebutuhan mereka seperti makan, minum, kebutuhan akan interaksi antara mereka,
kasih sayang dari peternak, dan lain-lain. Kesejahteraan ternak yang dimaksud
mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia No. 18 pasal 43 tentang
peternakan dan kesehatan hewan yang berbunyi kesehatan hewan adalah segala
urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran
perilaku alami hewanyang perlu diterapkandan ditegakkan untuk melindungi hewan
dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadaphewanyang dimanfaatkan
manusia.

Di sisi lain peternakan walaupun berkontribusi besar terhadap peningkatan


perekonomian keluarga atau peternak, namun kenyataanya peternakan menimbulkan
permasalahan tersendiri bagi terhadap lingkungan. Karenaternak secara alami
memerlukan lingkungan sebagai tempat tinggal, karena jauh sebelum
didomestikasi hewan liar yang hidup di alam membutuhkan tempat tinggal
(habitat) yang juga sekaligus menyediakan sumber pakan bagi mereka. Menurut
kaidah ekologi fenomena ini merupakan hal yang wajar karena dalam kehidupannya,
hewan melakukan interaksi dengan lingkungan tempat hidupnya.

Berdasarkan berbagai permasalahan yang timbul dari sektor peternakan maka


perlu upaya untuk mengatasinya. Misalnya masalah limbah ternak yang selama
ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan perlu
ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa
keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan
bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena
pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga
keberadaannya tidak menjadimasalah bagimasyarakat disekitarnya.

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial
untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein,
lemak,
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-
zat yang lain (unidentified subtances),yang bisa dimanfaatkan untuk bahan
makanan ternak, pupuk organik, energidan media pelbagaitujuandan keperluan lain.

Untuk di wilayah Bali, pengaplikasian model industri peternakan sapi yang


berwawasan lingkungan adalah SIMANTRI, dimana usaha peternakan yang
dilakukan dengan menganut pola terintegrasi seperti Simantri sangat tepat untuk
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) adalah upaya terobosan dalam


mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model
percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan. Simantri
mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya baik secara
vertikal maupun horizontal sesuai potensi masing-masing wilayah dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada. Kegiatan integrasi yang
dilaksanakan juga berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan
menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel). Kegiatan utama
adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak, dimana limbah tanaman
diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah
ternak (faeces, urine) diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik dan bio pestisida

Jenis-jenis lembaga pendukung pada sistem agribisnis peternakan dan peran


nya masing-masing :

Sektor agribisnis peternakandijadikan sebagai industrialisasinasional,

Sektorkomoditas panganyang berkontribusi besar bagidevisa negara

Sektor agribisnis berbasis sumber daya dan ekosistem,


Sektor agribisnis peternakandijadikan sebagai industrialisasinasional,

Sektorkomoditas panganyang berkontribusi besar bagidevisa negara.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulannya Pembangunan sektor ini diarahkan pada keberlanjutan
dan keseimbangan ekosistem, melibatkan seluruh wilayah dengan keberagamannya.
Artikel juga menyoroti permasalahan peternakan di Indonesia, seperti pemerataan,
standar gizi nasional, peluang ekspor, sumber daya pakan, dandampak lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Dayu Made Dwiwati. 2016. Agribisnis Peternakan Sebagai Industri Yang


Berwawasan Lingkungan Di Bali. Bali. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai