Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGEMBANGAN KONSEP “BLUE ECONOMY” DI KABUPATEN


WAJO SULAWESI SELATAN

Dosen Pengampuh: Prof. Dr.Ir. Sutinah Made, M.Si

Oleh:
KELOMPOK I

BAYU PUTRA YAMIN LANDE (P042212002)


ANDI MULIANA (P042212015)
SUTRISNO (P042212020)

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadiran Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Manajemen Agribisnis dengan judul “PENGEMBANGAN
KONSEP “BLUE ECONOMY” DI KABUPATEN WAJO SULAWESI
SELATAN”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas


dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan
kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenaka terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Makassar , 10 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
1.3. Manfaat Penulisan ....................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 3


2.1. Konsep Blue Economy ................................................................ 3

BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN BLUE ECONOMY DI


KABUPATEN WAJO .............................................................. 5
3.1. Gambaran Umum Kabupaten Wajo ............................................. 5
3.2. Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wajo ...................... 6
3.3. Potensi Industri Hasil Laut Kabupaten Wajo................................ 8
3.4. Strategi Pengembangan Blue Economy di Kabupaten Wajo ....... 9

BAB IV PENUTUP............................................................................... 11
4.1. Kesimpulan .................................................................................. 11
4.2. Saran ........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejak dahulu Indonesia sudah dikenal sebagai negara kepulauan
terbesar dunia yang mencatatkan luas wilayah sekitar 1.904.564 km²
dengan 17.449 pulau. Luasnya lautan yang dimiliki Indonesia tentu
mengandung potensi besar kekayaan laut yang apabila dikelola dengan
baik akan mampu menjadi tonggak kesejahteraan rakyat Indonesia.

Indonesia memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar.


Selain ikan, berbagai sumber daya lainnya, seperti pertambangan, rumput
laut, terumbu karang, dan sebagainya. Semua sumber daya tersebut
memiliki nilai ekonomi yang sangat besar untuk kesejahterakan rakyat,
terutama kaum nelayan. Nelayan memiliki posisi yang cukup strategis
mengingat dua pertiga wilayah nusantara adalah laut. Namun, seringkali
nelayan tidak berdaya secara ekonomi dan terjerat kemiskinan. Karena itu
perlu upaya untuk memberdayakan nelayan demi meningkatkan
kesejahterannya.

Laut Indonesia memiliki kekayaan sumber daya berlimpah. Namun


pengelolaan dan regulasi yang mengatur penggunaan kekayaan laut
tersebut dinilai masih kurang memberi keuntungan bagi negara. Sehingga
perlu upaya-upaya dari berbagai pihak untuk bekerjasama dalam
pemanfaatan kekayaan laut secara optimal dan terarah. Industrialisasi
kelautan dan perikanan.

Sektor industri perikanan dan jasa kelautan memberikan kontribusi


sekitar 3,48% terhadap PDB nasional (tanpa migas) dan mempekerjakan
lebih dari 20 juta orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor kelautan
dan perikanan memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian di
Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengarahkan
kebijakan pembangunan sektor kelautan dan perikanan dengan

1
menekankan pada prinsip-prinsip efisiensi yang terkandung di dalam
konsepsi “Blue Economy”.

“Blue Economy” merupakan pendekatan pembangunan yang


membidik paling tidak tiga kepentingan yaitu (1) penumbuhan ekonomi,
(2) pensejahteraan masyarakat dan (3) penyehatan lingkungan. Melalui
prinsip Blue Economy peningkatan kemampuan dalam berinovasi dan
kreativitas dalam menyelesaikan masalah diharapkan mampu mendorong
pemanfaatan sumberdaya alam secara sangat efisien, serta
memanfaatkan limbah yang dihasilkan agar menjadi bahan baku dalam
proses produksi yang lain dalam bentuk diversifikasi usaha yang
kompetitif dan menguntungkan.

Kabupaten Wajo adalah salah satu wilayah pesisir di Sulawesi


Selatan dengan penduduk yang sebagian besar adalah nelayan dan
volume produksi hasil laut seperti ikan, udang hingga rumput laut
merupakan salah satu yang terbesar di Sulsel setelah Kepulauan Selayar
dan Bulukumba (Badan Pusat Statistik Sulsel, 2022). Potensi laut yang
dimiliki Kabupaten Wajo dapat menjadi salah satu wilayah dalam
pengembangan konsep “Blue Economy”.

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk


mendeskripsikan konsep Blue Economy dan potensi pegembangannya
pada Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

1.3. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah


sebagai bahan informasi potensi pengembangan konsep Blue Economy di
Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan dan mampu diimplementasikan oleh
pemerintah terkait sebagai upaya mensejahterahkan perekonomian
masyarakat sekitar dan upaya penyehatan ligkungan perairan di
Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Konsep Blue Economy


Pada dasarnya, Blue economy bukanlah ekonomi yang
berdasarkan pada kelautan semata, akan tetapi dapat memberikan
jaminan bahwa suatu pembangunan yang dijalankan tidak hanya akan
dihasilkan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi juga menciptakan lebih
banyak lapangan kerja sekaligus menjamin terjadinya keberlanjutan.
Konsep blue economy memang bukan identik dengan ekonomi kelautan,
namun prinsip dasarnya dapat diterapkan di sektor kelautan dan
perikanan, terutama untuk mendorong pemanfaatan sumber daya alam
secara efisien dan tidak merusak lingkungan, namun mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Konsep ekonomi biru pertama kali dikenalkan oleh Prof. Gunter


Pauli dalam bukunya yang berjudul The Blue Economy, 10 Years, 100
Innovations, 100 Million Jobs, yang menggambarkan potensi manfaat
teorinya bagi perlindungan lingkungan hidup komunitas dunia, pelestarian
sumber daya alam, inisiatif pengurangan biaya industri dengan pengalihan
pada konsumsi energi hijau, bersih, hasil daur ulang atau terbarukan.
Dalam bukunya tersebut, Pauli (2010) menyebutkan bahwa “Blue
Economy is a collection of innovations contributing towards the creation of
a global consciousness rooted in the search for practical solutions based
on sustainable natural systems” atau jika diartikan maka berbunyi “Blue
Economy adalah kumpulan inovasi yang berkontribusi terhadap
penciptaan kesadaran global yang berakar pada pencarian solusi praktis
berdasarkan sistem alam yang berkelanjutan”. Konsep ini berawal dari
pandangan yang meninjau kekurangan konsep ekonomi hijau, salah satu
diantaranya yaitu masalah makanan organik yang membutuhkan biaya
besar untuk mendapatkannya karena makanan organik tersebut tidak
diproduksi diseluruh penjuru negeri. Gunter Paulli melalui konsep blue

3
economy mencoba menawarkan solusi untuk menjawab tantangan bahwa
sistem ekonomi dunia cenderung eksploitatif dan secara nyata telah
merusak lingkungan. Walaupun prinsip-prinsip resource efficiency, low
carbon, social inclusiveness mulai dikembangkan, namun masih belum
mampu mengatasi keserakahan manusia untuk mengeksploitasi sumber
daya alam lebih banyak. Bahkan, implementasi pembangunan
berkelanjutan dengan konsep green product and services yaitu produk-
produk dan jasa ramah lingkungan harus dibeli mahal dan makin tidak
dapat dijangkau masyarakat miskin.

Konsep blue economy dimaksudkan untuk memberikan tantangan


bagi para entrepreneur bahwa a blue economy model memberikan
peluang untuk mengembangkan investasi dan bisnis yang lebih
menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan, menggunakan sumber
daya alam lebih efisien dan tidak merusak lingkungan, sistem produksi
lebih efisien, menghasilkan produk dan nilai ekonomi lebih besar,
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan memberikan kesempatan
untuk memberikan benefit kepada setiap kontributor secara lebih adil.

Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo yang fokus pada


pembangunan berbasis wilayah maritim sebagai salah satu tujuan negara
poros maritim dunia, maka pembangunan terhadap wilayah pesisir
perbatasan menjadi salah satu kunci keberhasilan dari pembangunan
maritim tersebut. Pemberdayaan seluruh masyarakat pesisir dalam sektor
poros maritim dapat menjadi faktor pemerataan ekonomi Indonesia. Lekat
dengan budaya orientasi darat membuat masyarakat tidak mengetahui
isu-isu maritim. Padahal pemberdayaan di sektor kemaritiman dapat
menjadi instrumen bagi Indonesia untuk memiliki posisi yang lebih unggul
dan berpengaruh terhadap pasar ekonomi regional maupun internasional.
Oleh karena itu pengembangan konsep berkelanjutan yang didasarkan
pada konsep Blue Economy tentu saja dapat mendukung keberhasilan
pembangunan yang berbasis pada eksplorasi dan bukan eksploitasi
sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Rani dan Cahyasari,
2015).

4
BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN BLUE ECONOMY DI KABUPATEN WAJO

3.1. Gambaran Umum Kabupaten Wajo


Kabupaten Wajo merupakan merupakan salah satu kabupaten yang
berada dalam ruang lingkup Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibukota
Sengkang, dibentuk sesuai undang-undang No. 29 Tahun 1959 tentang
pembentukan daerah-daerah tingkat dua di Sulawesi Selatan. Kabupaten
Wajo terletak antara 3°39’’ Lintang Selatan dan 119°53’’ Bujur Timur. Luas
wilayah Kabupaten Wajo ± 2.506,19 km² atau 4,01% total luas wilayah
Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Wajo berbatasan dengan:
▪ Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidenreng
Rappang
▪ Sebelah Timur : Teluk Bone
▪ Sebelah Selatan : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone
▪ Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap

Peta Kabupaten Wajo:

Sumber: bing.com/maps

5
3.2. Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wajo

Beberapa hasil laut di Kabupaten Wajo diantaranya perikanan darat


dan laut dengan jumlah produksi sebagai berikut dikutip dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Wajo tahun 2022.

a. Hasil Perikanan Darat Kabupaten Wajo 2021 (Ton)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, 2022

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa potensi hasil perikanan


darat di Kabupaten Wajo cukup potensial dengan produksi terbesar
adalah perikanan tambak.

6
b. Hasil Perikanan Laut Kabupaten Wajo 2021 (Ton)

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa potensi hasil laut,


seperti perikanan di Kabupaten Wajo cukup potensial meski lebih
didominasi oleh perikanan darat.

7
3.3. Potensi Industri Hasil Laut Kabupaten Wajo

Selain mengamati potensi perikanan di Kabupaten Wajo,


pengamatan terhadap industri pengolahan hasil perikanan juga perlu
ditinjau. Berikut ini beberapa jenis industri yang berada di Kabupaten
Wajo, Sulawesi Selatan

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Wajo, 2022

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa industri untuk


pengolahan dan pengawetan ikan di Kabupaten Wajo bertumbuh pesat
dari tahun 2020 ke tahun 2021. Maka dapat disimpulkan potensi industri
perikanan di Kabupaten Wajo potensial untuk dikembangkan.

8
3.4. Strategi Pengembangan Blue Economy di Kabupaten Wajo

Perumusan strategi pengembangan Blue Economy di Kabupaten


Wajo dapat dilakukan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Apriliani (2014) yang mengambil Studi Kasus pada
Kabupaten Kendal. Berikut ini strategi yang dapat ditawarkan dalam
pengembangan Blue Economy di Kabupaten Wajo.

a. Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Langkah ini merupakan langkah awal yang dapat ditempuh oleh


pemerintah terkait dengan melakukan pembinaan dan pemberdayaan
pada masyarakat wajo baik dalam bentuk penyuluhan dan lain sebagainya
khususnya bagi masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

b. Pengadaan alat bantu penangkapan ikan

Berdasarkan data dari BPS Wajo 2022 jumlah alat penangkapan ikan
untuk perikanan laut sebanyak 2.211unit dan perikanan darat yang
meliputi perikanan di danau sebanyak 4.935 unit, perikanan di rawa 985
unit dan perikanan di sungai 162 unit. Tentu pemerintah dapat mengambil
peran lebih jauh untuk pengadaan alat penangkapan ikan di Kabupaten
Wajo mengingat potensi perikanannya cukup potensial.

c. Pengembangan sarana industri pengolahan

Industri pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Wajo juga menjadi


salah satu kekuatan potensial untuk dikembangkan berdasarkan data
sebelumnya. Hal ini juga termasuk di dalamnya pelatihan dan
pengembalan pengolahan hasil perikanan sehingga dapat memberi
kontribusi bagi nilai tambah masyarakat sekitar.

d. Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan dan Hasil Laut


Lainnya

Berdasarkan data dari BPS Wajo 2022 luas area budidaya perikanan
adalah total 13.924 Ha untuk perikanan tambak, 385 Ha untuk perikanan
di kolam, 1.125 Ha untuk perikanan di sawah, 10.422 untuk perikanan di

9
danau/waduk, 7.047 untuk perikanan di rawa dan 389 Ha untuk perikanan
di sungai. Melihat data ini dapat disimpulkan pemerintah dapat kembali
berperan dalam optimalisasi sumberdaya perikanan di Kabupaten Wajo
dalam mewujudkan Blue Economy.

10
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pemaparan sebelumnya terkait potensi dan
kondisi di Kabupaten Wajo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:

Wilayah Kabupaten Wajo cukup berpotensi untuk dikembangkan


dengan konsep Blue Economy jika ditinjau dari aspek hasil perikanan
yang cukup potensial, sarana dan prasarana yang cukup memadai serta
perkembangan industri pengolahan yang pesat. Namun, peran pemerintah
masih sangat diperlukan sebelum benar-benar mewujudkan konsep Blue
Economy di Kabupaten Wajo, khususnya dalam optimalisasi sumber daya
yang dimiliki.

4.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah peran pemerintah dalam


mewujudkan konsep Blue Economy di Kabupaten Wajo sangat diperlukan
namun juga sangat penting melibatkan peran masyarakat sekitar karena
lingkungan yang sudah potensial jika tidak diimbangi dengan pengelolaan
sumber daya yang baik pula maka mustahil konsep Blue Economy
terwujud.

11
DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, K. F. (2014). Analisis Potensi Lokal di Wilayah Pesisir Kabupaten


Kendal Dalam Upaya Mewujudkan Blue Economy. Economics
Development Analysis Journal, 3(1).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo. 2022. Kabupaten Wajo dalam
Angka 2022. Wajo.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. 2022. Sulawesi Selatan dalam
Angka 2022. Makassar.
Rani, F., & Cahyasari, W. (2015). Motivasi Indonesia Dalam Menerapkan
Model Kebijakan Blue Economy Masa Pemerintahan Joko Widodo.
Transnasional, 7(1), 19141928.
Pauli, G. A. (2010). The blue economy: 10 years, 100 innovations, 100
million jobs. Paradigm publications.

12

Anda mungkin juga menyukai