Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KOPERASI DAN KEBERHASILAN KOPERASI

Disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Ekonomi Koperasi
Kelas C

Dosen Pengampu:
Dr. Drs. Nugroho Sumarjiyanto Benedictus Maria, M.Si.
Achma Hendra Setiawan, S.E., M.Si

Disusun Oleh:
Muhamad Yusuf Palupi 12020117130072
Primarita Dina Andantika 12020117130105
Narendra Yogaswara 12020117140112
Scholastica Nadya Almitha 12020117140130
Nurasita Indah Lingga Suri 12020117140131
Fachri Hafidy 12020117140135

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karuni-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ekonomi Koperasi. Makalah
ini dibuat dengan mengankat judul “Manajemen Koperasi dan Keberhasilan Koperasi" yang
terkait dengan mata kuliah Ekonomi Koperasi. Tujuan kami membuat makalah ini agar dapat
memahami dan mengetahui tentang pertumbuhan ekonomi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Manajemen Koperasi dan Keberhasilan
Koperasi” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, 16 September 2020


Hormat Kami,

                                                                             Kelompok 8
Daftar Isi
4BAB I.....................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................................5
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................................6
2.1 Manajemen Koperasi...........................................................................................................................6
2.1.1. Definisi dan Konsep Manajemen Koperasi...................................................................................6
2.2 Indikator Keberhasilan......................................................................................................................11
2.3 Evaluasi Keberhasilan Koperasi.......................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era globalisasi seperti sekarang masyarakat selalu berusaha mencapai
tujuannya dengan mengasah kemampuan sebaik mungkin. Untuk mencapai hal
tersebut masyarakat selalu mencari cara agar mendapat waktu yang efisien dan biaya
yang sangat minimalis. Akan tetapi di dalam koperasi tujuannya adalah membangun
ekonomi rakyat berdasarkan asas kekeluargaan. Dalam koperasi, anggota sebagai
pemilik dan pelanggan mempunyai posisi kekuasaan yang tertinggi, mereka
mendirikan dan mengembangkan perusahaan koperasi untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraannya.
Berdasarkan pasal 1 UU No.17 Tahun 2012, yang dimaksud Koperasi adalah
badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi,
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan
usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan
budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Di dalam usaha koperasi sangat
berkaitan langsung dengan kepentingan anggota, baik untuk menunjang usaha
maupun kesejahteraannya. Pengelolaan koperasi harus dilakukan seproduktif dan
seefisien mungkin, juga memiliki manfaat dan nilai tambah yang besar sehingga
diperlukan manajemen yang baik agar pengelolaan koperasi dapat mencapai
keberhasilan koperasi.
Manajemen merupakan salah satu bagian penting dari organisasi koperasi.
Berhasil tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada mutu dan kerja dalam bidang
manajemennya. Jika manajemennya memiliki kejujuran, kecakapan dan giat dalam
bekerja maka besar kemungkinan koperasi akan maju pesat. Tetapi sebaliknya, jika
manajemen mengelola dengan tidak jujur, cakap dan giat maka koperasi pada
akhirnya akan bubar karena selalu mengalami kerugian. Manajemen memang bukan
satu-satunya unsur yang menentukan gagal tidaknya suatu usaha, tetapi bagaimanapun
orang-orang yang bekerja dalam manajemen ini mempunyai peranan yang sangat
penting. Banyak koperasi yang gagal dan banyak masalah terjadi diakibatkan oleh
buruknya manajemen koperasinya. Oleh sebab itu, manajemen koperasi merupakan
suatu hal yang sangat penting di dalam koperasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka maka makalah ini akan
membahas “Analisis Peran Manajemen Koperasi terhadap Keberhasilan Koperasi”

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui tentang prinsip, fungsi, dan aspek manajemen koperasi
2. Mengetahui indikator keberhasilan koperasi
3. Mengetahui peran evaluasi terhadap keberhasilan koperasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Koperasi

.1.1. Definisi dan Konsep Manajemen Koperasi


Secara umum, manajemen koperasi adalah suatu proses mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya manusia, material/ fisik dan sumber daya keuangan koperasi untuk mencapai tujuan koperasi yang
telah ditetapkan.
Manajemen koperasi adalah kegiatan professional yang dilakukan koperasi untuk membantu
seluruh keanggotaan koperasi di dalam mencapai tujuannya (Peter Davis, 1999). Beliau
memformulasikan bahwa manajemen koperasi diselenggarakan oleh orang-orang yang bertanggung
jawab untuk mengelola koperasi, nilai-nilai dan kekayaannya. Mereka inilah yang dimaksud, untuk
mengerahkan segala kemampuan kepemimpinannya dan memilih kebijakan dalam mengembangkan
koperasi berdasarkan hasil latihan professional perkoperasian.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa manajemen koperasi tidak didasarkan pada pemaksaan wewenang,
melainkan melalui keterlibatan dan partisipasi. Para manajer profesional koperasi menggunakan
metode yang sama seperti manajemen pada umumnya. Hanya saja nilai-nilai dan tujuan yang harus
diperjuangkan metode itulah yang membuat manajemen koperasi unik dan berbeda dari manajemen
lainnya.
2.1.2 Prinsip Manajemen Koperasi
Berikut ini merupakan tabel perbandingan antara prinsip manajemen pada umumnya dan prinsip
manajemen koperasi yang dikemukakan oleh Peter Davis.

Tabel 2.1-a perbandingan antara prinsip manajemen pada umumnya dan prinsip manajemen
koperasi yang dikemukakan oleh Peter Davis
No Prinsip Manajemen pada Umumnya Prinsip Manajemen dalam
Koperasi

1 Pluralisme Terdapat pluralisme dalam


Mengelola atas nama kepentingan semua kepentingan mereka.
“stakeholder” Mengakui dan menyadari
adanya kepentingan orang
lain.

2 Mentalitas Mencari keuntungan


Pengakuan terhadap kebutuhan untuk bukanlah hal yang utama,
memperoleh keuntungan akan tetapi mutualitas dan
kemajuan bersama untuk
semua anggota koperasi.

3 Kemandirian Perorangan Sama seperti organisasi lain


Menghormati pribadi dan tanggung jawab pada umumnya, tetapi dalam
koperasi menekankan dua
hal yaitu kebutuhan
organisasi dan otonomi
anggota perorangan.

4 Keadilan Sama untuk koperasi, tetapi


Pembagian sumber yang non eksploitatif lebih mudah dilaksanakan
mengingat struktur
kepemilikan mereka
terhadap koperasi.

5 Keadilan Alamiah Sama untuk koperasi, tetapi


Hak untuk menjalankan prosedur yang struktur kepemilikan
mandiri dan peraturan yang jujur (adil) koperasi dan budaya
pertanggung jawaban akan
lebih mudah dilaksanakan.

6 Kepedulian Terhadap Orang Struktur kepemilikan di


Mengakui baik karyawan maupun dalam koperasi
pelanggan adalah subyek dan bukan obyek menterjemahkan prinsip ini,
bisnis melalui basis keanggotaan.

7 Peran Ganda Pekerjaan dan Karyawan Koperasi menyatukan prinsip


Pekerjaan mempengaruhi status sosial, pola ini dengan mengombinasikan
konsumsi, dan keseluruhan struktur aspek sosial dan komersial.
hubungan di dalam masyarakat Koperasi memperbolehkan
adanya seseorang dengan
beberapa peran.

Untuk memperjelas hubungan prinsip manajemen dan prinsip koperasi, Dubashi pada tahun
1970 meringkasnya pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1-b Ringkasan Hubungan Prinsip Manajemen dan Prinsip Koperasi (Dubashi,1970)
Prinsip Manajemen Prinsip Koperasi

 Tujuan memaksimalkan pelayanan


 Penetapan bunga terbatas atas modal
1. Perencanaan  Pembagian surplus (SHU) jika ada untuk:
 Peramalan Pembentukan modal dan dibagikan kepada
 Penetapan tujuan anggota sesuai dengan jasa masing-masing

 Demokrasi
2. Pengorganisasian  Federalisme

3. Staffing Keanggotaan sukarela dan terbuka

4. Pengarahan Demokrasi dalam arti modern

5. Koordinasi Federalisme: kerja sama antar koperasi

Pengawasan demokratis satu orang satu suara,


6. Pengawasan pendidikan anggota

7. Representasi (perwakilan) Netralitas

8. Budgeting (penganggaran) Prinsip demokratis dan transparansi

9. Kriteria efisiensi (maksimalisasi


produktivitas atas maksimalisasi profit ) Maksimalisasi pelayanan bukan maksimalisasi profit
Dengan menyatukan manajemen koperasi sebagai bagian dari koperasi dan sebagai representasi
prinsip-prinsip penting koperasi itu sendiri, kita dapat mengembangkan manajemen dan demokrasi di dalam
koperasi sebagaimana dinyatakan Peter Davis, sebagai berikut: “Pengembangan prinsip-prinsip manajemen
koperasi, akan membuat perusahaan koperasi harus dikelola secara professional dan kooperatif sedemikian
rupa sehingga keterlibatan anggota dan demokrasi, akan tetap menjadi kunci keberhasilan dalam praktek
koperasi“.
2.1.3. Tugas manajemen koperasi
Tugas manajemen koperasi adalah menghimpun, mengkoordinasi dan
mengembangkan potensi tersebut menjadi kekuataan untuk meningkatkan taraf hidup
anggota sendiri melalui proses “nilai tambah”. Hal itu dapat dilakukan bila sumber
daya yang ada dapat dikelola secara efisien dan penuh kreatif (inovatif) serta
diimbangi oleh kemampuan kepemimpinan yang tangguh. Manajemen koperasi
memiliki tugas membangkit potensi dan motif yang tersedia yaitu dengan cara
memahami kondisi objektif dari anggota sebagaimana layaknya manusia lainnya.
Pihak manajemen dituntut untuk selalu berfikir selangkah lebih maju di dalam
memberi manfaat banding pesaing, hanya dengan anggota atau calon anggota tergerak
untuk memilih koperasi sebagai alternatif yang lebih rasional dalam melakukan
transaksi ekonominya.
1) Fungsi manajemen koperasi
a. Fungsi perencanaan (planning)
Pelaksanaan fungsi ini harus secara konsisten mengacu pada tujuan dan misi
koperasi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan perencanaan :
 Kekuatan internal koperasi
 Kelemahan internal koperasi
 Kesempatan atau peluang yang tersedia untuk dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan koperasi
 Hambatan atau kendala yang diperkirakan akan mengganggu pencapaian
tujuan koperasi.
b. Fungsi organisasi (organizing)
Struktur intern koperasi terdiri dari
 Alat kelengkapan koperasi : rapat anggota, pengurus, dan pengawas
koperasi
 Unsur pelaksana teknis : manajer dan karyawan koperasi
 Unsur penasehat : dewan penasehat
c. Fungsi pelaksanaan (actuating)
 Aspek koordinasi, berbagai unsur-unsur dalam organisasi diupayakan
untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan koperasi
 Aspek monitoring, diselenggarakannya sistem pencatatan yang tertib dan
cermat dalam pelaksanaan seluruh kegiatan koperasi
d. Fungsi pengawasan (controlling)
 Sesuai dengan UU No.25/1992, pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
usaha koperasi dilaksanakan oleh pengawas.
 Pengawas diharapkan dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan
terjadinya penyalahgunaan wewenang serta penggunaan sumber-sumber
ekonomi yang dimiliki oleh koperasi secara tidak bertanggung jawab
2) Aspek manajemen koperasi
a. Manajemen operasi
Manajemen operasi adalah salah satu aspek dari manajemen koperasi yang
memusatkan perhatiannya terhadap pengelolaan variabel-variabel kunci yang
menentukan tercapainya efisiensi dan efektifitas kegiatan utama koperasi
secara optimal. Manajemen operasi dapat dibagi atas beberapa manajemen lain
yang mencakup manajemen operasi, yaitu:
 Manajemen Masukan
Yang dimaksud dengan masukan dalam hal ini adalah bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi tersebut. Sehubungan dengan bahan
baku ini, maka pertama-tama pengurus koperasi harus bisa menentukan
sumber pengadaan bahan baku yang paling murah dengan kualitas yang
memadai.
 Manajemen Peralatan dan SDA
Pengurus koperasi harus menentukan secara cermat jenis alat produksi
yang hendak digunakan, serta jumlah dan kualitas sumber daya manusia
yang akan melaksanakan proses produksi tersebut.
 Manajemen Keluaran
Pengurus koperasi harus dapat menentukan secara tepat, baik jumlah
satuan yang akan dihasilkan yang dapat diserap oleh pasar, maupun
standar kualitas tertentu sesuai dengan sasaran pasar yang ingin diraih.
Selain itu, agar proses produksi ini dapat dijalankan dengan biaya
serendah-rendahnya, dengan keluaran yang memenuhi standar kualitas
tertentu, maka standar penyusunan produksi dan biaya merupakan
kebutuhan yang mutlak sifatnya pada tahap produksi ini
b. Manajemen Keuangan
Pusat perhatian manajemen keuangan adalah terhadap pengelolaan berbagai
aspek keuangan suatu usaha. Masalah utama yang biasanya dihadapi dalam
kaitannya dengan pengelolaan keuangan ini adalah masalah menentukan
berbagai kemungkinan perolehan sumber dana, yaitu yang bisa diperoleh
dengan biaya relatif murah, serta masalah penggunaannya untuk membiayai
berbagai kegiatan sesuai dengan prioritas yang telah ditentukan.
 Manajemen Modal Kerja
Manajemen ini diperlukan dalam menunjang kelancaran kegiatan seperti
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar utang,
membayar bunga, dan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan rutin
operasi. Yang menjadi elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar.
 Manajemen Kas
Pusat perhatian manajemen kas adalah pada tercapainya keseimbangan
antara kas yang dikeluarkan (outflow) dengan kas yang diterima (inflow).
 Manajemen Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak-pihak diluar koperasi yang timbul
karena adanya penjualan atau penyerahan jasa-jasa koperasi. Permasalahan
manajemen piutang biasanya terletak pada segi kolektibilitas atau
penagihan.
 Manajemen persediaan
Persediaan adalah barang-barang yang dimiliki oleh koperasi, dengan
maksud untuk dijual kembali atau diproses lebih lanjut menjadi produk
baru yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. Sesuai dengan jenisnya,
maka persediaan dapat dibedakan menjadi persediaan bahan baku dan
persediaan barang jadi.
 Manajemen Investasi Jangka Pendek
Yang dimaksud investasi jangka pendek adalah investasi berupa pembelian
surat-surat berharga jangka pendek dengan tujuan untuk segera dijual
kembali. Tindakan investasi jangka pendek ini biasanya dilakukan untuk
mendayagunakan kelebihan sementara koperasi, yaitu untuk memperoleh
pendapatan tambahan. Hasil yang diperoleh dari investasi jangka pendek
ini dapat berupa pendapatan bunga, dividen, atau keuntungan selisih kurs,
transaksi jual beli mata uang asing.
c. Manajemen Pemasaran
Sebagai suatu proses, maka kegiatan pemasaran dapat dibagi atas beberapa
tahap kegiatan sebagai berikut:
a) Analisis pasar
b) Identifikasi kebutuhan konsumen
c) Menyusun rencana pemasaran dengan menempatkan produk ke pasar
d) Menguji rencana pemasatan dengan menempatkan produk ke pasar
e) Evaluasi hasil-hasil pengujian rencana pemasaran
Masalah utama pemasaran adalah mengupayakan terpenuhinya kepuasan
konsumen melalui perencanaan yang cermat terhadap elemen-elemen kunci
pemasaran. Elemen-elemen kunci pemasaran meliputi:
 Perencanaan produk
 Distribusi produk
 Penetapan harga jual
 Metode promosi
 Pelayanan purna jual

2.2 Indikator Keberhasilan


Koperasi sebagai suatu organisasi juga memiliki tujuan, baik secara nasional maupun
individual, yang akan dicapai melalui kegiatannya. Secara nasional, tujuan koperasi yaitu:
memajukan kesejahteraan anggota khususnya, dan masyarakat pada umumnya, serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. (UU No. 25 tahun 1992,
pasal 3). Tujuan tersebut pada hakikatnya merupakan tujuan yang idealis. Untuk menuju ke
pencapaian tujuan tersebut muncullah tujuan operasional yang disesuaikan dengan kondisi
koperasi masing-masing secara individual. Adapun tujuan operasional yang ingin dicapai
oleh koperasi, pada umumnya menyangkut tujuan ekonomi, yaitu meningkatnya tingkat
kesejahteraan anggota maupun masyarakat secara umum. Tujuan itu harus dicapai dengan
suatu kegiatan usaha (perusahaan) Oleh karena itu, ketercapaian tujuan ekonomi ini sangat
ditentukan oleh keberhasilan koperasi dalam mengelola perusahaannya. Dengan kata lain,
tingkat ketercapaian tujuan ekonomi ini akan dapat menggambarkan tingkat keberhasilan
koperasi tersebut.
Selanjutnya Hanel (1985:106) menyatakan bahwa keberhasilan koperasi dapat dilihat
dari tiga indikator yaitu: (1) keberhasilan dalam bisnis (business success), (2) keberhasilan
dalam keanggotaan (members success), dan (3) keberhasilan dalam pembangunan
(development success). Selanjutnya Disman dalam Kasmawati (2003: 59) menetapkan lima
indikator untuk menilai keberhasilan koperasi/KUD, yaitu: (1) besarnya volume atau omset
usaha, (2) jumlah SHU yang dicapai, (3) jumlah modal , (4) jumlah pelanggan (anggota dan
bukan anggota) yang dilayani, (5) deversifikasi usahanya, dan. Harsono (1985:109) dalam
disertasinya juga menggunakan lima indikator untuk mengukur keberhasilan koperasi, yaitu:
(1) rasio SHU dengan volume usaha, (2) perkembangan jumlah anggota, (3) volume usaha,
(4) deversifikasi/ variasi usaha, dan (5) perkembangan jumlah modal. Sementara itu, Rahmat
dalam Iin Suminah, R. (1999: 34) menggunakan 8 indikator untuk mengukur keberhasilan
usaha koperasi, yaitu: (1) SHU yang dibagikan kepada anggota setiap tahun, volume usaha,
(3) jumlah anggota, (4) jumlah modal, (5) ketepatan waktu pelaksanaan RAT, (6) jumlah jam
kerja, (7) kehadiran anggota dalam RAT, dan (8) pangsa pasar.
Berdasarkan teori dan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur
keberhasilan koperasi pada dasarnya dapat digunakan tujuh indikator yang menyangkut
permodalan, keanggotaan, usaha, dan pendidikan. Ketujuh indikator tersebut adalah: (1)
jumlah modal sendiri, (2) jumlah anggota, (3) jumlah SHU yang dicapai, (4) jumlah omset
usaha, (5) jumlah pelanggan, 6) deversifikasi usaha, dan (7) program pendidikan.
Keberhasilan koperasi akan dapat dicapai apabila indikator jumlah modal, jumlah anggota,
jumlah SHU, jumlah omst usaha, jumlah pelanggan, dan deversifikasi usaha terus meningkat
dari tahun ke tahun. Sementara itu mengenai program pendidikan, yang penting bahwa
koperasi selalu dapat menyusun program pendidikan (pelatihan, penataran, ataupun temu
ilmiah yang lain) untuk meningkatkan kualitas SDM termasuk anggotanya.
Dari ketujuh indikator tersebut selanjutnya ditentukan tolok ukur untuk menentukan tingkat
keberhasilan koperasi. Dalam hal ini pemerintah dengan Keputusan Menteri Koperasi No.
351 tahun 2005 telah menetapkan ukuran kesehatan koperasi. Koperasi yang dinyatakan sehat
berpotensi untuk mencapai keberhasilan usahanya. Keputusan Menteri tersebut antara lain
menyebutkan indikator dan kriteria kesehatan koperasi sebagai berikut.

1) Permodalan
a. Tingkat pertumubuhan modal sendiri yang berasal dari anggota, sekurang-
kurangnya sebesar 10% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan tolok ukur ini,
maka suatu koperasi dikatakan sehat (berhasil) apabila koperasi tersebut dapat
meningkatkan jumlah modal sendirinya yang berasal dari anggota (simpanan
pokok dan sipanan wajib) minimal 10% dari jumlah modal sendiri tahun
sebelumnya.
Contoh: Apabila tahun anggaran yang lalu jumlah simpanan pokok +
simpanan wajib ada Rp100.000,00, maka jumlah simpanan pokook +
simpoanan wajib tahun anggaran berjalan minimal Rp100.000,00 + (10% x
Rp100.000,00) = Rp110.000,00.
b. Tingkat pertumbuhan modal sendiri yang berasal dari penyisihan SHU (dalam
bentuk cadangan), sekurang-kurangnya 25% dari SHU tahun sebelumnya.
Berdasarkan tolok ukur ini, maka suatu koperasi dapat dikatakan sehat
(berhasil) apabila koperasi tersebut mampu meningkatkan jumlah
cadanagannya minimal 25% dari SHU tahun sebelumnya.
Contoh: Apabila jumlah SHU tahun sebelumnya Rp100.000,00, maka
peningkatan jumlah cadangan pada tahun anggaran berjalan minimal 25%
Rp100.000,00 = Rp25.000,00.

2) Kenggotaan
Indikator ini khususnya berkaitan dengan jumlah anggota. Dalam hal ini ditentukan
bahwa jumlah anggota sekurang-kurangnya 25% dari jumlah warga/ penduduk
dewasa di wilayah kerjanya yang memenuhi persyaratan keanggotaan, dan jumlah
tersebut harus meningkat dari jumlah anggota tahun anggaran sebelumnya.
Berdasarkan tolok ukur ini, koperasi dikatakan sehat (berhasil) apabila telah mampu
merekrut anggota sejumlah minimal 25% dari jumlah warga/penduduk dewasa
tersebut, dan jumlah anggota tersebut meningkat dari tahun anggaran sebelumnya.

3) Usaha

Dalam hal usaha, tulisan ini hanya mengkaji tentang indikator SHU, omset usaha,
jumlah pelanggan, diversifikasi usaha.
a. SHU (Sisa Hasil Usaha)
Dalam hal ini tolok ukur yang digunakan adalah ”rentabilitas ekonomi” (ROI :
Return on Investment). Adapun rums yang digunakan adalah:
Laba SHU
ROI = -------------------- atau ROI = ---------------------
Total Aktiva Jumlah Aktiva
Laba (SHU) yang digunakan adalah laba (SHU) sebelum pajak.
(Harnanto, 1991: 353)
Berdasarkan tolok ukur ini, koperasi dikatakan sehat (berhasil) jika rentailitas
ekonomi (ROI)nya lebih besar dari suku bunga pemerintah yang berlaku.
Makin tinggi ROInya, makin tinggi pula tingkat keberhasilannya.
b. Omset Usaha
Dalam hal ini tolok ukur yang digunakan adalah tingkat perputaran modal
kerja. Adapun rumus yang digunakan adalah :
Jumlah Omset Usaha
Tingkat Perputaran Modal Kerja = ----------------------------------
Jumlah Modal Kerja

(Weston and Copeland, 1992: 108)

Berdasarkan tolok ukur ini, koperasi dikatakan sehat atau (berhasil)


apabila tingkat perputaran modal-kerjanya sekurang-kurangnya: 1 kali
(untuk unit perkreditan, dengan asumsi jangka waktu kredit rata-rata 1
tahun), dan 12 kali (untuk unit usaha lainnya, dengan asumsi perputaran
modalnya sekali dalam sebulan). Makin tinggi tingkat perputarannya,
makin tinggi pula tingkat keberhasilannya.
c. Jumlah Pelanggan
Pelanggan usaha koperasi bisa terdiri atas anggota dan bukan anggota
koperasi. Namundemikian pelanggan utamanya adalah anggota koperasi.
Dalam hal ini, koperasi harus mampu merekrut pelanggan anggota sekurang-
kurangnya 60% dari jumlah anggota. Dengan tolok ukur ini, koperasi
dinyatakan sehat (berhasil) apabila minimal 60% dari jumlah anggotanya
telah memanfaatkan layanan usaha koperasi. Makin tinggi persentasenya,
makin tinggi pula tingkat keberhasilannya.
d. Diversifikasi Usaha
Dalam hal ini tidak ada tolok ukur yang pasti. Koperasi akan dinyatakan sehat
(berhasil) apabila koperasi tersebut mampu menambah jenis usaha pada tahun
anggaran berjalan dibanding dengan tahun anggaran yang lalu. Unit usaha bisa
tetap, tetapi jenis usanya bertambah. Misalnya untuk unit usaha perkreditan:
tahun anggaran yang lalu hanya ada jenis kredit jangka waktu 12 bulan dan 24
bulan. Tahun anggaran berjalan ditambah jenisnya menjadi kredit jangka
waktu 12 bulan, 24 bulan dan 36 bulan. Penambahan jenis usaha ini sudah
dikategorikan sebagai diversifikasi usaha. Semakin banyak diversifikasi usaha,
semakin tinggi tingkat keberhasilannya.

4) Pendidikan
Dalam hal ini koperasi dinyatakan sehat (berhasil) apabila koperasi tersebut dalam
tahun anggaran berjalan membuat program pendidikan sekurang-kurangnya satu
kali bagi pengelola maupun anggota koperasi.
Program tersebut bisa dalam bentuk penyertaan SDMnya dalam pendidikan
formal maupun non-formal, penataran, pelatihan, ataupun temu ilmiah yang lain
berkaitan dengan dunia perkoperasian. Di samping itu juga bisa dalam bentuk
program penyuluhan perkoperasian bagi anggotanya. Semakin banyak program
pendidikan yang dilakukan, semakin tinggi pula tingkat keberhasilannya.
Untuk menentukan tingkat keberhasilan koperasi, kiranya diperlukan pembobotan
atas indikator-indikator keberhasilan tersebut. Dasar pem-bobotan tersebut adalah
urgensi dari masing-masing indikator terhadap pencapaian keberhasilan koperasi.
Berdasarkan urgensi dari masing-masing indikator tersebut, diberikan pembobotan
indikator sebagai berikut:
 Indikator permodalan diberi bobot : 20
 Indikator keanggotaan diberi bobot : 20
 Indikator usaha diberi bobot : 50
 Indokator pendidikan diberi bobot : 10
Pembobotan yang tertinggi pada indikator usaha didasari atas argumen bahwa
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota harus dicapai melalui usaha
ekonomi tersebut. Dengan demikian keberhasilan koperasi sebagian besar akan
dicerminkan oleh keberhasilan usaha ini. Indikator berikutnya yang memiliki
bobot cukup tinggi adalah indikator permodalan dan keanggotaan pada dasarnya
hanya merupakan penunjang dari indikator usaha saja. Selanjutnya indikator
pendidikan diberi bobot paling rendah, karena indikator ini hanya merupakan
pelengkap keberhasilan koperasi saja. Koperasi yang telah berhasil meningkatkan
kesejahteraan anggotanya, kiranya perlu juga memprogramkan peningkatan mutu
SDM koperasi termasuk anggotanya. Ketika koperasi sudah mampu mempro-
gramkan pendidikan untuk meningkatkan mutu SDM dan anggotanya, nampaklah
bahwa keberhasilan koperasi tersebut semakin lengkap.
Setelah dilakukan pengukuran dan penilaian terhadap masing-masing indikator
berdasarkan data dan informasi yang ada di koperasi akan diketahui tingginya
nilai/skor dari masing-masing indikator tersebut. Dari skor ini kemudian dilakukan
pembobotan sehingga diperoleh skor gabungan dari semua indikator untuk koperasi
yang bersangkutan. Dari skor gabungan ini kemudian dapat ditentukan tingkat
keberhasilan koperasi tersebut.

2.3 Evaluasi Keberhasilan Koperasi


A. Evaluasi Keberhasilan Koperasi dari sisi Perusahaan
1) Efisiensi Perusahaan Koperasi
Efisiensi koperasi adalah  pelayanan usaha kepada anggotanya. Koperasi yang
dapat menekan biaya serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh
pelayanan yang baik dapat dikatakan usahanya tidak efisien disamping tidak
memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi, sebab dampak kooperarifnya
tidak dirasakan anggota. Untuk mengukur efisiensi organisasi dan usaha ada
beberapa rasio yang dapat dipergunakan yang didasarkan pada kergaan
koperasi yang bersangkutan. Sarana yang dapat digunakan adalah neraca dan
catatan keragaan lain yang dimiliki koperasi. Hal itu lah yang dapat
memberikan gambaran kuantitatif tentang keragaan koperasi.
Efisiensi ekonomi usaha koperasi dapat diukur dengan mempergunakan
ukuran:
1) Efisiensi dalam operasional usaha yang terlihat dari validitas keuangan
(financial viability) dan keragaan kewirakoperasian (entrepreneurship
performance).
2) Efisiensi yang dihubungkan dengan pengembangan.
3) Efisiensi yang dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan anggota.
Ukuran kemanfaatan ekonomis adalah manfaat ekonomi dan pengukuranya
dihubungkan dengan teori efisiensi, efektivitas serta waktu terjadinya transaksi
atau diperolehnya manfaat ekonomi.
Efisiensi merupakan penghematan input yang diukur denngan cara
membandingkan input anggaran atau seharusnya (la) dengan input realisasi atau
sesungguhnya. Dihubungkan dengan waktu terjadinya transaksi diperolehnya
manfaat ekonomi oleh anggota dapat dibagi menjadi 2 jenis manfaat ekonomi
yaitu:
1) Manfaat Ekonomi Langsung (MEL)
MEL adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota langsung diperoleh pada
saat terjadinya transaksi antara anggota dengan koperasinya.
2) Manfaat Ekonomi Tidak Langsung
MELT adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota bukan pada saat
terjadinya transaksi, tetapi diperoleh kemudian setelah berakhirnya sutu periode
tertentu atau periode pelaporan keuangan/pertangguangjawaban pengurus dan
pengawas yakni penerimaan SHU anggota.
2) Efektivitas Koperasi
Organisasi ekonomi yang memiliki keharusan menangani usaha berdasarkan
prinsip efisiensi, efektivitas dan produktivitas. Prinsip efisiensi dan efektivitas
untuk mewujudkan produktivitas yang tinggi harus dipadukan dengan
optimasi pelayanan dan kesejahteraan  mengenai bagaimana dan apa ukuran
efektivitas yang setepatnya. Oleh sebab itu, sampai saat ini mengukur
efektivitas organisasi atau badan usaha lain sangat sederhana dibandingkan
dengan mengukur efektivitas koperasi.
Organisasi koperasi tidak saja semata berkenaan dengan aspek ekonomi
melainkan juga akan berkenaan dengan aspek sosialnya. Akan tetapi sebagai
konsekuensi logis dari kondisi koperasi yang selalu dalam keadaan bersaing
dengan organisasi lain untuk mendapatkan sumberdaya maka merumuskan
keberhasilan merupakan hal yang penting.
Efektivitas adalah pencapaian target output yang di ukur dengan cara
membandingkan output anggaran atau seharusnya (Oa), dengan output
realisasi atau sungguhnya (Os), jika Os > Oa disebut efektif.
Rumus perhitungan Efektivitas koperasi (EvK) :
EvK= Realisasi SHUk + Realisasi MEL
Anggaran SHUk + Anggaran MEL =  Jika EvK >1, berarti efektif
3) Produktifitas Koperasi
Produktivitas  koperasi merupakan ukuran sejauh mana koperasi
menggunakan sumber daya dan dana untuk memperoleh pendapatan.
Produktivitas koperasi juga dapat dilihati dari tingkat efesiensi penggunaan
sumber-sumber organisasi seperti penggunaan modal. Selain itu produktivitas
juga dapat dilihat dari pertumbuhan koperasi. Pertumbuhan koperasi tersebut
seperti peningkatan kuantitas asset usaha, jasa, perolehan pendapatan,
peningkatan volume transaksi dan partisipasi anggota.
Tingkat produktivitas koperasi memberikan gambaran seberapa besar tingkat
hasil kegiatan koperasi dengan modal kerja yang ada. Untuk dapat melihatnya
diperlukan analisis laporan koperasi. Analisis laporan ini merupakan bagian
dari laporan pertanggungjawaban pengurus. Laporan ini berisikan tentang tata
kehidupan koperasi. Laporan ini nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu
alat evaluasi produktivitas koperasi.
Produktivitas adalah pencapaian target output (O) atas input yang digunakan
(I), jika O>1 maka disebut produktif.
4) Analisis Laporan Koperasi
Laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sistem pelaporan
keuangan koperasi, juga merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban
pengurus tentang tata kehidupan koperasi. Dilihat dari fungsi manajemen,
laporan keuangan sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi
kemajuan koperasi.
Laporan keuangan koperasi pada dasarnya tidak berbeda dengan laporan
keuangan yang di buat oleh badan usaha lain.  Secara umum laporan keuangan
keuangan meliputi :
1) Neraca
2) Perhitungan hasil usaha (income statement)
3) Laporan arus kas (cash flow)
4) Catatan atas laporan keuangan
5) Laporan perubahan kekayaan bersih sbg laporan keuangan tambahan.
Adapun perbedaan yang pertama adalah bahwa perhitungan hasil usaha pada
koperasi harus dapat menunjukkan usaha yang berasal dari anggota dan bukan
anggota. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan bukan anggota
pada perhitungan hasil usaha berdasarkan perbandingan manfaat yang di
terima oleh anggota dan bukan anggota. Perbedaan yang kedua ialah bahwa
laporan koperasi bukan merupakan laporan keuangan konsolidasi dari
koperasi-koperasi. Dalam hal terjadi penggabungan dua atau lebih koperasi
menjadi satu badan hukum koperasi, maka dalam penggabungan tersebut perlu
memperhatikan nilai aktiva bersih yang riil dan bilamana perlu melakukan
penilaian kembali. Dalam hal koperasi mempunyai perusahaan dan unit unit
usaha yang berada di bawah satu pengelolaan, maka di susun laporan
keuangan konsolidasi atau laporan keuangan gabungan.
B. Evaluasi Keberhasilan dari sisi Anggota
a. Efek-efek Ekonomis Koperasi
Salah satu hubungan penting yang harus dilakukan koperasi adalah dengan para
anggotanya yang kedudukannya sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
Motivasi ekonomi anggota sebagai pemilik akan mempersoalkan dana (simpanan-
simpanan) yang telah diserahkannya, apakah menguntungkan atau tidak.
Sedangkan anggota sebagai pengguna akan mempersoalan kontinuitas pengadaan
kebutuhan barang dan jasa, menguntungkan atau tidaknya pelayanan koperasi
dibandingkan penjual atau pembeli di luar koperasi. Pada dasarnya anggota akan
berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan perusahaan koperasi:
 Jika kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan
 Jika pelayanan tersebut ditawarkan dengan harga, mutu atau syarat-syarat yang
lebih menguntungkan dibanding yang diperolehnya dari pihak-pihak lain di
luar koperasi

b. Efek Harga dan Efek Biaya


Partisipasi anggota menentukan keberhasilan koperasi. Sedangkan tingkat
partisipasi anggota dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu besarnya nilai manfaat
pelayanan koperasi secara utilitarian maupun normatif. 
Motivasi utilitarian sejalan dengan kemanfaatan ekonomis. Kemanfaatan
ekonomis yang dimaksud adalah insentif berupa pelayanan barang-jasa oleh
perusahaan koperasi yang efisien, atau adanya pengurangan biaya dan atau
diperolehnya harga yang menguntungkan serta penerimaan bagian dari
keuntungan (SHU) baik secara tunai maupun dalam bentuk barang. Bila dilihat
dari peranan anggota dalam koperasi yang begitu dominan, maka setiap harga
yang ditetapkan koperasi harus dibedakan antara harga untuk anggota dengan
harga untuk non anggota. Perbedaan ini mengharuskan daya analisis yang lebih
tajam dalam melihat peranan koperasi dalam pasar yang bersaing.
c. Analisis Hubungan Efek Ekonomis dan Keberhasilan Koperasi
Dalam badan usaha koperasi, laba bukanlah satu-satunya yang dikejar oleh
manajemen, melainkan aspek pelayanan (benefit oriented). Di tinjau dari konsep
koperasi, fungsi laba bagi koperasi tergantung pada besar kecilnya partisipasi
ataupun transaksi anggota dengan kopersinya. Semakin tinggi partisipasi anggota,
maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggota. Keberhasilan
koperasi ditentukan oleh salah satu faktornya adalah partisipasi anggota dan
partisipasi anggota sangat berhubungan erat dengan efek ekonomis koperasi yaitu
manfaat yang didapat oleh anggota tersebut.
d. Penyajian dan Analisis Neraca Pelayanan
Disebabkan oleh perubahan kebutuhan dari para anggota dan perubahan
lingkungan koperasi, terutama tantangan-tantangan kompetitif, pelayanan koperasi
terhadap anggota harus secara kontinyu di sesuaikan
Ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi meningkatkan pelayanan kepada
anggotanya, yaitu:
 Adanya tekanan persaingan dari anggota lain (terutama organisasi non koperasi).
 Perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban.
Perubahan kebutuhan ini akan menentukan kebutuhan pola kebutuhan anggota
dalam mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan koperasi

Anda mungkin juga menyukai