Quote
Pengertian SWOT menurut Wikipedia
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas
Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-
perusahaan Fortune 500.
Sebuah analisis SWOT umumnya digunakan dalam pemasaran dan bisnis sebagai metode
unyuk mengidentifikasi oposisi (perlawanan) untuk usaha dan strategi baru. SWOT adalah
singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang)
dan Threats (ancaman).. Dengan menerapkan SWOT memungkinkan para profesional untuk
mengidentifikasi semua elemen positif dan negatif yang dapat mempengaruhi setiap
kegiatan yang baru diusulkan.
"Analisis ini menimbulkan kesadaran bisnis dan merupakan landasan dari setiap rencana
strategis untuk sukses," kata Bonnie Taylor, wakil presiden pemasaran strategis di CCS
Innovations. Adalah tidak mungkin untuk secara akurat memetakan masa depan bisnis
tanpa terlebih dahulu mengevaluasi dari semua sudut yang mencakup pandangan lengkap
dari semua sumber daya internal dan eksternal serta ancaman yang ada. SWOT bisa
menjawab ini dalam empat langkah untuk memandang kedepan dan bahkan pengusaha
pemula bisa memahami dan menerapkannya dengan mudah.
Niki Pfieffer, pendiri Niki Pfieffer Desain mencatat bahwa banyak pemilik usaha kecil tidak
tahu bagaimana cara yang benar untuk menggunakan analisis SWOT untuk memandu bisnis
mereka.
"Ini adalah tentnag memanfaatkan kekuatan anda, sumber dan kemitraan dimana anda
lemah kemudian berfokus pada peluang dan menyadari ancaman," kata Niki Pfieffer...
SWOT dimaksudkan terutama untuk bertindak sebagai teknik penilaian meskipun ada
catatan panjang keberhasilan di antara banyak bisnis membuat metode lain dalam
menajemen proyek.
"Sebuah analisis SWOT berfungsi sebagai dashboard pada produk atau jasa dan jika
dilakukan dengan benar, maka dapat membantu anda untuk menavigasi dan menerapkan
strategi yang tepat untuk bisnis anda terlepas dari ukuran perusahaan atau sektor," kata
Vipe Desai, pendiri dan CEO HDX Hidrasi Mix. "Kami terus meninjau setiap tahun untuk
tetap diperbarui karena ada pergeseran konstan dalam tren di pasaran. Ini adalah cara yang
tajam dan sederhana untuk berkomunikasi pada aspek yang paling penting dari merek
kami," tambahnya.
Analisis SWOT adalah sebuah alat yang sangat baik dalam mengorganisir informasi dan
menyajikan solusi, mengidentifikasi hambatan dan menekankan pada peluang.
"Melakukan analisis SWOT adalah cara yang baik untuk meningkatkan operasi bisnis dan
pengambilan keputusan," kata Andrew Schrage, pendiri dan CEO Money Crashers. "Itu
memungkinkan saya untuk mengidentifikasi bidang utama di mana organisasi saya supaya
tampil di level yang lebih tinggi, serta daerah yang membutuhkan pekerjaan. Beberapa
pemilik usaha kecil membuat kesalahan dengan berpikir tentang hal-hal ini secara informal,
namun dengan mengambil waktu untuk menempatkan yang diformalkan bersama-sama
dalam analisis SWOT, anda dapat memunculkan cara-cara yang memanfaatkan kekuatan
dan memperbaiki atau menghilangkan kelemahan," tambahnya.
Sementara itu pemilik bisnis tentu harus terlibat dalam menciptakan sebuah analisis SWOT
sehingga bisa jauh lebih bermanfaat untuk menyertakan anggota tim lainnya dalam proses
analisi.
"Tim manajemen kami melakukan analisis SWOT secara kuartalan," kata Shawn Walsh,
Presiden dan CEO Paradigma Consulting Computer. "Pengetahuan kolektif menghilangkan
kelemahan itu, jika dibiarkan dan tidak ditemukan maka bisa merugikan bisnis dan
hubungan dengan klien kami," tambahnya...
Brandon Dudley, seorang direktur dan operasi di The BusBank juga mengatakan bahwa
analisis SWOT kolaboratif memberikan karyawan rasa percaya diri yang lebih besar serta
memahami keterlibatannya dalam bisnis..
Billy Bauer seorang direktur pemasaran di Royce Leather Gifts mencatat bahwa pasangan
ancaman eksternal dengan kelemahan internal dapat menyoroti masalah paling serius yang
dihadapi oleh perusahaan.
"Setelah anda mengidentifikasi risiko bisnis anda, anda kemudian dapat memutuskan
apakah hal yang paling tepat untuk menghilangkan kelemahan internal dengan menugaskan
sumber daya perusahaan untuk memperbaiki masalah, atau mengurangi ancaman eksternal
dengan meninggalkan daerah yang terancam dalam bisnis dan kembali setelah binis anda
kuat," kata Bauer..
Faktor internal
Dua huruf pertama dalam akronim "Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan)"
dalam melihat faktor internal yang berarti sumber daya dan pengalaman yang tersedia bagi
bisnis anda. Contoh daerah ini biasanya meliputi ;
Dalam kekuatan dan kelemahan, individu tidak harus mencoba untuk menutup-nutupi atau
melapisi atas kelemahan yang melekat pada kekuatan. Mengidentifikasi faktor baik dan
buruk sangat penting dalam menciptakan analisis SWOT secara menyeluruh.
"Menggunakan analisis SWOT lebih dari sekali menyelamatkan saya, menjaga saya dari
mengambil proyek-proyek yang mungkin akan menjadi beban berat untuk perusahaan kecil
saya," kata Tom Atkins, pendiri Quarry House.
"Perusahaan tidak bisa berharap untuk memanfaatkan atau mengontrol faktor eksternal
sampai internal yang telah dinilai secara objektif," katanya..
Faktor eksternal
Setiap perusahaan, organisasi dan individu dipengaruhi oleh kekuatan eksternal baik
terhubung langsung atau tidak langsung untuk sebuah kesemaptan dan ancaman, masing-
masing faktor sangat penting. Faktor eksternal biasanya merupakan referensi anda atau
perusahaan yang tidak bisa dikontrol seperti ;
Tren pasar seperti adanya produk-produk baru dan teknologi atau pergeseran kebutuhan
khalayak
Tren ekonomi seperti lokal, nasional dan tren finansial skala internasional
Pendanaan seperti sumbangan, lembaga dan yayasan lainnya
Demografi seperti target usia dari khalayak, ras, gender dan budaya
Supreme Graphics berjuang untuk bersaing dengan industri digital dalam mempertahankan
iklan yang lebih besar dan klien pemasaran.
"Kami menggunakan analisis SWOT untuk mengidentifikasi peluang baru di pasar," kata
Michael Frishberg wakil presiden penjualan dan pemasaran di Supreme Graphics.
Disisi lain, Lynn Sheehan pendiri dan CEO CPAreviewforFREE mencatat bahwa analisis SWOT
membantu perusahaannya untuk sepenuhnya menganalisis struktur biaya yang bisa menjadi
ancaman bagi keberhasilannya.
Analisis SWOT sebenarnya sederhana, meskipun perlu adanya strategi yang menyeluruh
dalam mengidentifikasi tidak hanya dalam kelemahan dan ancaman rencana, tetapi juga
kekuatan dan kesempatan yang tersedia didalamnya. Dalam analisis empat hal tersebut
meminta entisitas untuk memeriksa dan melaksanakan strategi dengan caya yang lebih
seimbang. Namun, itu bukanlah satu-satunya faktor dalam mengembangkan strategi bisnis.
"Sebuah analisis SWOT sangat membantu dalam bidang yang lebih luas dalam membahas
pertanyaan untuk mengembangkan rencana bisnis, tetapi tidak pergi cukup jauh," kata co-
founder Worthworm dan SkyMall, Alan Lobock. "Pelaksanaan saja tidak akan
mengidentifikasi nilai kunci dari binis anda. Perencanaan tanpa mengetahui tujuan dan
metrik dimana anda akan mengukur kemajuan anda menuju pencapaian tujuan tersebut
adalah sangat tidak efisien dan bisa membuat bisnis anda tersesat," tambahnya..
Demikian pula dengan apa yang dikatakan oleh pendiri Sempurna Restoration Clinic,
Cleighton DePetro mencatat bahwa analisis SWOT adalah salah satu alat dalam toolbox
strategi.
"Ketika SWOT digunakan dalam hubungannya dengan model analisis bisnis laiinya, kerangka
kerja sebagai pemikiran strategi yang layak dan harus memandu pengambilan keputusan
bagi bisnis anda," kata DePetro. Pelaporan tambahan oleh Nicole Fallon, staff penulis di
BusinessNewsDaily...
PROSES MANAJEMEN STRATEGIS adalah sebuah proses delapan langkah yang mencakup
perencanaan strategis, pelaksanaan atau penerapan dan evaluasi.
MATRIK SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-
faktor strategis internal dalam kerangka KEKUATAN (Strengths) dan KELEMAHAN
(Weaknesses).
EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-
faktor strategis eksternal dalam kerangka KESEMPATAN (Opportunities) dan ANCAMAN
(Threats).
STRATEGI SO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
STRATEGI WO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
STRATEGI ST adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi
untuk mengatasi ancaman.
STRATEGI WT adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif
dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
kekuatan yang dimaksud disini adalah kekuatan suatu perusahaan mengelola kinerja
perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
saya akan memberikan salah satu contoh SWOT di perusahaan handphone NOKIA
• Strenght
kekuatan yang terdapat pada perusahaan NOKIA
1. memiliki brand-image yang melekat di masyarakat
2. Desain produk-produk Nokia sangat baik dan diunggulkan.
3. Nokia merupakan supplier high-end mobile handsets.
4. Teknologi yang diciptakannya mengikuti perkembangan jaman.
5. Nokia senantiasa melakukan inovasi-inovasi pada perkembangan produknya
6. Nokia menawarkan produk-produk yang berkualitas
• Weakness
kelemahan yang terdapat pada perusahan NOKIA
1. Adanya tekanan yang ketat pada karyawan untuk mencapai sasaran-sasaran yang
membuat karyawan berusaha menjual teknologi rahasia Nokia kepada para pesaingnya.
2. Pengalaman dalam mengelola perusahaan global masih terbatas.
3. Budaya Korea yang lebih menekankan hirerki yang dapat menghambat ide-ide kreatif
atau pendapat yang berbeda
4. Untuk beberapa versi Handphone yang di ciptakan, masih banyak kesalahan di bagian
software dan komponen handphone
• Opportunity
kesempatan yang terdapat pada perusahaan NOKIA
1. Produk-produk yang ditawarkan Nokia merupakan produk teknologi terkini, yang sangat
di cari orang
baik dari segi design maupun applikasi yang ada
2. Adanya peningkatan permintaan masyarakat akan barang-barang elektronik yang sudah
merupakan suatu kebutuhan.
3. Tingkat gengsi pada masyarakat yang selalu ingin memiliki produk elektronik terbaru dan
tercanggih.
4. Permintaan masyarakat pada produk-produk yang gaya, best practice, simple, dan respon
yang cepat pada perubahan-perubahan pasar.
• Threat
ancaman yang terdapat pada perusahaan NOKIA
1. Munculnya produk-produk baru yang lebih inovatif dari perusahaan lain
2. Adanya produk-produk dari perusahaan lain yang menawarkan harga yang lebih murah
dengan kualias yang tidak kalah bagus
3. Terjadinya krisis financial menyebabkan turunnya daya beli masyarakat
4. Era globalisasi yang dapat mendorong perusahaan Eropa masuk dan melakukan penetrasi
pasar Asia.
Berikut ini adalah contoh analisis SWOT untuk kuliner yang akan saya jalani :D
1. Strengths | Kekuatan
Banyak Pesaing
Kurangnya kemampuan membuat bakso yang disukai banyak orang
Modal untuk memulai usaha masih kurang
Modal besar
Masih belum ada Brand
Hal yang dilakukan setelah analisis
Dengan daya inovatif dan kreatif usaha ini memiliki kesempatan besar untuk menguasai
pasar.
Belum banyak tempat makan Sederhana yang memasang Wifi
Jarangnya tempat nongkrong untuk anak muda yang biasanya mencari tempat yang
memiliki akses Wifi
Malam minggu biasanya menjadi favorit anak muda untuk berkumpul bersama teman2.
Memberikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar
Hal yang dilakukan setelah analisis
Kekuatan (Strengths):
Maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
Garuda saat ini mengoperasikan 89 pesawat yang terdiri dari 3 pesawat jenis Boeing 747-
400, 6 pesawat jenis Airbus 330-300, 5 pesawat jenis Airbus 330-200 dan 33 pesawat jenis
B737 Classic (seri 300, 400, 500) dan 42 pesawat B737-800 NG.
Garuda mempunyai 36 rute penerbangan domestik dan 26 rute internasional hingga
tahun 2010.
Konsep layanan yang selalu menempatkan pelanggan sebagai fokus utama yang
didasarkan keramahtamahan dan keunikan Indonesia yang disebut dengan “Garuda
Indonesia Experience” yang didasarkan pada 5 senses yaitu sight, sound, smell, taste, and
touch, menyebabkan Garuda Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan
dengan maskapai penerbangan lain;
Adanya layanan “Immigration on Board” yang merupakan inovasi Garuda dan
merupakan satu-satunya di dunia, yaitu layanan pemberian visa di atas pesawat;
Memiliki tim yang terdiri dari individu-individu yang handal, profesional, kompeten,
berdaya saing tinggi dan helpful serta dilandasi atas nilai-nilai FLY-HI (efficient & effective,
Loyalty, customer centricity, Honesty & openness, and Integrity) disetiap insan Garuda
Indonesia ;
Pangsa pasar Garuda Indonesia di pasar Internasional mencapai 23.2% kendati terjadinya
krisis global sehingga Garuda Indonesia tetap menjadi pemimpin pasar untuk area Jepang-
Korea-China, Timur Tengah dan South West Pacific(Australia);
Memiliki teknologi informasi yang mutakhir dalam menjalankan bisnis sehingga
menempatkan Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan dengan TI tercanggih di
Indonesia;
Garuda Indonesia banyak melakukan kegiatan CSR seperti program kemitraan dan bina
lingkungan sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab kepada masyarakat;
Garuda Indonesia termasuk dalam kategori baik untuk hal tata kelola perusahaan;
Garuda Indonesia telah memiliki brand yang kuat dan telah diakui di pasar domestik;
Kelemahan (Weakness):
Adanya faktor teknis dan flight operations seperti keterbatasan jumlah cockpitdan cabin
crew sehingga menyebabkan keterlambatan penerbangan;
Tingginya tingkat hutang lancar yang diakibatkan adanya peningkatan dalam jumlah
kewajiban pada akun-akun lancar seperti hutang usaha dan biaya yang masih harus dibayar;
Garuda sangat bergantung kepada sistem otomatisasi dalam menjalankan bisnis
sehingga apabila terjadi kesalahan sistem, proses bisnis perusahaan akan terganggu;
Perseroan memiliki atau tetap memiliki defisit pada modal kerja pada masa yang akan
datang;
Biaya operasional yang tinggi menyebabkan harga tiket pesawat lebih tinggi
dibandingkan dengan maskapai penerbangan lainnya;
Ancaman (Threats)
Adanya faktor fasilitas bandara merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol yang
menghambat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance/OTP), seperti landasan
pacu/runway yang terbatas;
Sumber utama pasokan bahan bakar pesawat Garuda Indonesia berasal dari Pertamina,
sehingga harga bahan bakar pesawat, persediaan bahan bakar sangat tergantung dengan
Pertamina.
Adanya bencana alam seperti letusan gunung merapi, wabah penyakit dsb yang dapat
mengakibatkan penurunan permintaan;
Adanya peningkatan kapasitas, penurunan harga tiket dan semakin banyaknya rute
penerbangan baru yang dibuka oleh maskapai penerbangan lain;
Maskapai asing yang melakukan penetrasi pasar ke Indonesia untuk mengimbangi
penurunan penumpang internasional akibat adanya krisis global.
Tabel 1.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal untuk Perusahaan Penerbangan Garuda Indonesia
Faktor-Faktor Internal Utama Bobot Peringkat Skor
Bobot
Kekuatan
Maskapai terbesar di Indonesia 0.20 4 0.80
Garuda saat ini mengoperasikan 89 pesawat 0.10 4 0.40
Garuda mempunyai 36 rute penerbangan domestik 0.07 4 0.28
dan 26 rute internasional hingga tahun 2010
Garuda Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri 0.05 4 0.20
dibandingkan dengan maskapai penerbangan lain
Hadirnya produk baru Citilink sebagai gagasan baru 0.05 4 0.20
dari Garuda, untuk memenuhi permintaan pasar
terhadap produk akan harga tiket yang rendah
Adanya layanan “Immigration on Board”, yaitu 0.05 4 0.20
layanan pemberian visa di atas pesawat
Pangsa pasar Garuda Indonesia di pasar 0.05 4 0.20
Internasional mencapai 23.2%
Memiliki teknologi informasi yang mutakhir 0.04 3 0.12
Garuda Indonesia banyak melakukan kegiatan CSR 0.04 3 0.12
(Corporate Social Responbility).
Garuda Indonesia termasuk dalam kategori baik 0.05 3 0.15
untuk hal tata kelola perusahaan
Garuda Indonesia telah memiliki brand yang kuat 0.07 4 0.28
dan telah diakui di pasar domestik
Kelemahan
Adanya faktor teknis dan flight operations seperti 0.05 3 0.15
keterbatasan jumlahcockpit dan cabin
crew sehingga menyebabkan keterlambatan
penerbangan
Tingginya tingkat hutang lancar 0.02 3 0.06
Garuda sangat bergantung kepada sistem 0.04 3 0.12
otomatisasi dalam menjalankan bisnis sehingga
apabila terjadi kesalahan sistem, proses bisnis
perusahaan akan terganggu
Perseroan memiliki atau tetap memiliki defisit pada 0.02 2 0.04
modal kerja pada masa yang akan datang
Biaya operasional yang tinggi menyebabkan harga 0.10 2 0.20
tiket pesawat lebih tinggi dibandingkan dengan
maskapai penerbangan lainnya
Total 1 3.52
Tabel 1.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal untuk Perusahaan Penerbangan Garuda
Indonesia
Faktor-Faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor
Bobot
Peluang
Telah dikeluarkannya Garuda Indonesia dari daftar 0.08 3 0.24
perusahaan penerbangan yang dilarang terbang di
kawasan Eropa, yang menyebabkan semakin
terbukanya kesempatan untuk mewujudkan
pengembangan jaringan penerbangan internasional
jarak jauh
Indonesia merupakan salah satu pasar 0.10 4 0.40
penerbangan udara yang memiliki pertumbuhan
yang pesat
Berkembangnya secara cepat industri penerbangan 0.15 4 0.60
Asia Pasifik
Pertumbuhan penumpang transportasi udara di 0.10 4 0.40
Indonesia tahun 2010 mencapai 22,39%
Bergabungnya Garuda sebagai anggota aliansi 0.06 3 0.18
global maskapai penerbangan yang
bernama SkyTeam Global Airline Alliance
Ancaman
Adanya faktor fasilitas bandara merupakan faktor 0.05 4 0.20
yang tidak dapat dikontrol yang menghambat
ketepatan waktu penerbangan (On
TimePerformance/OTP), seperti landasan
pacu/runway yang terbatas
Sumber utama pasokan bahan bakar pesawat 0.05 4 0.20
Garuda Indonesia berasal dari Pertamina, sehingga
harga bahan bakar pesawat, persediaan bahan
bakar sangat tergantung dengan Pertamina.
Adanya krisis global 0.07 4 0.28
Maskapai asing yang melakukan penetrasi pasar ke 0.04 2 0.08
Indonesia
Adanya peningkatan kapasitas, penurunan harga 0.10 3 0.30
tiket dan semakin banyaknya rute penerbangan
baru yang dibuka oleh maskapai penerbangan lain
Adanya bencana alam seperti letusan gunung 0.04 3 0.12
merapi, wabah penyakit
Biaya operasional yang tinggi menyebabkan harga 0.10 3 0.30
tiket pesawat lebih tinggi dibandingkan dengan
maskapai penerbangan lainnya
Total 1 3.30
Profil Perusahaan
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full
service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Saat ini Garuda Indonesia
mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33 rute domestik dan 18 rute internasional
termasuk Asia (Regional Asia Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan),
Australia serta Eropa (Belanda).
Sebagai bentuk kepeduliannya akan keselamatan, Garuda Indonesia telah mendapatkan
sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA). Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini
telah memenuhi standar internasional di bidang keselamatan dan keamanan.
Untuk meningkatkan pelayanan, Garuda Indonesia telah meluncurkan layanan baru yang
disebut “Garuda Indonesia Experience”. Layanan baru ini menawarkan konsep yang
mencerminkan keramahan asli Indonesia dalam segala aspek. Untuk mendukung layanan
ini, semua armada baru dilengkapi dengan interior paling mutakhir, yang dilengkapi LCD TV
layar sentuh individual di seluruh kelas eksekutif dan ekonomi. Selain itu, penumpang juga
dimanjakan dengan Audio and Video on Demand (AVOD), yaitu sistem hiburan yang
menawarkan berbagai pilihan film atau lagu, sesuai pilihan masing-masing penumpang.
Berbagai penghargaan pun telah diterima oleh Garuda Indonesia sebagai bukti dari
keunggulannya. Pada tahun 2010, Skytrax menobatkan Garuda Indonesia sebagai “Four Star
Airline” dan sebagai “The World’s Most Best Improved Airline”. Selanjutnya pada Juli 2012,
Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai “World’s Best Regional Airline” dan
“Maskapai Regional Terbaik di Dunia”. Sebuah lembaga konsultasi penerbangan bernama
Centre for Asia Aviation (CAPA), yang berpusat di Sydney, juga memberikan penghargaan
kepada Garuda Indonesia sebagai “Maskapai yang Paling Mengubah Haluan Tahun Ini”,
pada tahun 2010. Sedangkan Roy Morgan, lembaga peneliti independen di Australia, juga
memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai “The Best International Airline”
pada bulan Januari, Februari dan Juli 2012.
Garuda Indonesia memang telah berhasil mengubah haluannya, sehingga terhindar dari
kegagalan di masa krisis dan meraih kesuksesan pada era 2006 hingga 2010. Setelah melalui
masa-masa sulit, kini Garuda Indonesia melanjutkan kesuksesan dengan menjalankan
program 5 tahun ekspansi secara agresif. Program ini dikenal dengan nama ‘Quantum Leap’.
Program ini diharapkan akan membawa perusahaan menjadi lebih besar lagi, dengan
jaringan yang lebih luas dan diiringi dengan kualitas pelayanan yang semakin baik.
Saat ini Garuda Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub bisnis yang
berada di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang
berada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kemudian untuk meningkatkan frekuensi
penerbangan ke bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki hub di Bandara
Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Terlepas dari bisnis utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga
memiliki unit bisnis (Strategic Business Unit/SBU) dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda
Indonesia adalah Garuda Cargo dan Garuda Medical Center. Sedangkan anak perusahaan
Garuda Indonesia adalah PT Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarif rendah (Low Cost
Carrier), PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan dan katering), PT Abacus
Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan tiket), PT Aero System
Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industri pariwisawata dan
transportasi) dan PT Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia), yaitu perusahaan yang
bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul.
Pada bulan Februari 2011, Garuda Indonesia telah menjadi Perusahaan Publik dan terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Tahun 2014 Garuda akan bergabung dengan aliansi
penerbangan SkyTeam. Pada 2012, Garuda Indonesia mendapat penghargaan Best
International Airline di antara maskapai-maskapai kelas dunia lainnya dengan 91 persen
penumpang menyatakan sangat puas dengan pelayanan maskapai ini. Garuda juga
merupakan sponsor SEA Games 2011 dan telah menandatangani perjanjian kerjasama
dengan Liverpool FCInggris.
Sejarah
Asal Nama : Garuda Indonesia
Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak
Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; “Ik ben Garuda,
Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen”, yang artinya, “Saya
Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.
Pada tanggal 25 Desember 1949, wakil dari KLM yang juga teman Presiden Soekarno, Dr.
Konijnenburg, menghadap dan melapor kepada Presiden di Yogyakarta bahwa KLM
Interinsulair Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi
Meja Bundar (KMB) dan meminta kepada beliau memberi nama bagi perusahaan tersebut
karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai
nama itu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab dengan mengutip satu baris dari
sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto di
zaman kolonial, Ik ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw
eilanden (“Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya
menjulang tinggi diatas kepulauanmu”)
Maka pada tanggal 28 Desember 1949, terjadi penerbangan yang bersejarah yaitu pesawat
DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair terbang membawa Presiden Soekarno
dari Yogyakarta ke Kemayoran – Jakarta untuk pelantikannya sebagai Presiden Republik
Indonesia Serikat (RIS) dengan logo baru, Garuda Indonesian Airways, nama yang diberikan
Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.
Pesawat
Tahun 1940an-1950an : Masa awal
Garuda Indonesia berawal dari tahun 1940-an, di mana Indonesia masih berperang
melawan Belanda. Pada saat itu, Garuda terbang jalur spesial dengan pesawat DC-3.
Pada tanggal 26 Januari 1949 dianggap sebagai hari jadi Garuda Indonesia. Pada saat itu
nama maskapai adalah Indonesian Airways.
Pesawat pertama mereka bernama Seulawah atau Gunung Emas, yang diambil dari nama
gunung terkenal di Aceh. Dana untuk membeli pesawat ini didapatkan dari sumbangan
rakyat Aceh, pesawat tersebut dibeli seharga 120,000 Dollar Malaya yang sama dengan 20
kg emas. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia sampai revolusi
terhadap Belanda berakhir. Garuda Indonesia mendapatkan konsesi monopoli penerbangan
dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950 dari Koninklijke Nederlandsch-Indische
Luchtvaart Maatschappij, perusahaan penerbangan nasional Hindia Belanda. Garuda pada
awalnya adalah hasil joint venture antara Pemerintah Indonesia dengan maskapai
Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM). Pada awalnya, Pemerintah Indonesia
memiliki 51% saham dan selama 10 tahun pertama, perusahaan ini dikelola oleh KLM.
Karena paksaan nasionalis, KLM menjual sebagian dari sahamnya pada tahun 1953 ke
pemerintah Indonesia.
Pemerintah Burma banyak menolong maskapai ini pada masa awal maskapai ini. Oleh
karena itu, pada saat maskapai ini diresmikan sebagai perusahaan pada 31 Maret 1950,
Garuda menyumbangkan sebuah pesawat DC-3 kepada Pemerintah Burma. Pada mulanya,
Garuda memiliki 27 pesawat terbang, staf terdidik, bandara dan jadwal penerbangan,
sebagai kelanjutan dari KNILM. Ini sangat berbeda dengan perusahaan-perusahaan pionir
lainnya di Asia.
Pada tahun 1953, maskapai ini memiliki 46 pesawat. Tahun 1956 mereka mengangkut
jamaah haji dan membuat jalur penerbangan pertama ke Mekkah.
Tahun 1960an : Tumbuh dan Berkembang
Tahun 1960-an adalah era kemajuan pesat Garuda. Pada tahun 1960, Garuda
mendatangkan tiga pesawat turboprop Lockheed L-188C Electra. Ketiga pesawat baru itu
masuk dinas aktif pada bulan Januari 1961 serta diberi nama “Pulau Bali“, “Candi
Borobudur” dan “Danau Toba“, tiga tujuan wisata Indonesia yang paling dikenal dunia luar.
Di tahun yang sama, Garuda membuka rute penerbangan menuju Hong Kong. Garuda
memasuki era jet di tahun 1964 dengan datangnya tiga pesawat baru Convair 990Ayang
diberi nama “Majapahit“, “Pajajaran” dan “Sriwijaya“, nama-nama kerajaan kuno di
Indonesia, dan menjadi maskapai pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan pesawat
jet subsonik. Saat itu, jet bermesin empat Convair 990 merupakan pesawat berteknologi
canggih dan memiliki kecepatan tertinggi dibandingkan pesawat-pesawat lain yang sejenis,
seperti Boeing 707 dan Douglas DC-8.
Dengan pesawat ini pula Garuda kemudian membuka penerbangan antarbenua dari Jakarta
ke Amsterdam melewati Kolombo, Bombay, Roma, dan Praha. Di tahun 1966, Garuda
kembali memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu
Douglas DC-8. Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat
turboprop baru, Fokker F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969 hingga
1970 dan dioperasikan untuk penerbangan domestik.
Tahun 1970an-1980an : “New Branding”
Pada tahun 1970-an Garuda Indonesia membeli beberapa jenis narrow-body jet
yaitu McDonnell-Douglas DC-9 dan Fokker F28 serta pesawat jenis turboprop Fokker
F27 (sebagai sarana transisi para pilot dan kru pendukung ke F28 yang bermesin turbojet)
untuk penerbangan domestik. Pada 1973, maskapai ini mulai membeli pesawat badan
lebar McDonnell Douglas DC-10-30 untuk penerbangan internasional jarak jauh, seperti ke
Eropa, sementara Douglas DC-8 digunakan untuk penerbangan ke Asia dan Australia, dan
akhirnya dipensiunkan sekitar akhir 1970-an.
Sementara pada 1980-anmengadopsi perangkat dari Airbus, seperti A300 dan mulai
membeli Boeing 747-2U3B untuk menambah penerbangan ke Eropa dan Amerika Serikat.
Garuda merupakan operator terbesar Fokker 28, sekitar 63 unit pernah dioperasikan.
Garuda juga merupakan konsumen perdana (launch customer) dari Airbus A300B4-
220FFCC (varian A300 perdana dengan kru kokpit 2 orang)
Tahun 1990an : Konsolidasi dan masa sulit
Dalam tahun 1990-an, Garuda membeli 9 unit McDonnell-Douglas MD-11 (1991), Boeing
737 seri -300 , -400, dan -500 (tahun 1992, untuk menggantikan DC-9), serta Boeing 747-
400 (tahun 1994, 2 dibeli langsung dari Boeing, 1 disewa, bekas Varig) dan Airbus A330-
300 (1996). Tetapi, pada masa ini Garuda mengalami dua musibah, yang pertama,
di Fukuoka, Jepang, dan yang terburuk , dan yang juga merupakan tragedi terburuk dalam
sejarah penerbangan Indonesia, adalah pada tahun 1997, dimana sebuah A300 jatuh di
Sibolangit, Sumatera Utara. menewaskan seluruh penumpangnya. Maskapai ini pun
mengalami periode ekonomi sulit, karena, pada tahun yang sama Indonesia terkena Krisis
Finansial Asia, yang terjadi pada tahun yang sama.
Setelah itu, Garuda sama sekali tidak terbang ke Eropa maupun Amerika (meskipun
beberapa rute seperti Frankfurt, London dan Amsterdam sempat dibuka kembali, namun
akhirnya kembali ditutup. Rute Amsterdam ditutup tahun 2004). Tetapi, dalam pertengahan
tahun 2000-an ini maskapai ini telah dapat mengatasi masalah-masalah di atas dan dalam
keadaan ekonomi yang bagus.
Tahun 2000-sekarang : Penurunan reputasi, pelarangan Uni Eropa, dan awal kebangkitan
Memasuki tahun 2000an, maskapai ini membentuk anak perusahaan bernama Citilink, yang
menyediakan penerbangan biaya murah dari Surabaya ke kota-kota lain di Indonesia.
Namun, Garuda masih saja bermasalah, selain menghadapi masalah keuangan (Pada awal
hingga pertengahan 2000an, maskapai ini selalu mengalami kerugian), Beberapa peristiwa
internasional (juga di Indonesia) juga memperburuk kinerja Garuda, seperti Serangan 11
September 2001, Bom Bali I dan Bom Bali II, wabah SARS, danBencana Tsunami Aceh 26
Desember 2004.
Selain itu, Garuda juga menghadapi masalah keselamatan penerbangan, terutama
setelah jatuhnya sebuah Boeing 737 di Yogyakarta ketika akan mendarat. Hal ini
mengakibatkan sanksi Uni Eropa yang melarang semua pesawat maskapai Indonesia
menerbangi rute Eropa. Namun, setelah perbaikan besar-besaran, tahun 2010 maskapai ini
diperbolehkan kembali terbang ke Eropa, setelah misi inspeksi oleh tim pimpinan Frederico
Grandini, yaitu rute Jakarta-Amsterdam. Rute Eropa lain seperti Paris, London,
dan Frankfurt juga dipertimbangkan untuk dibuka kembali, tergantung keadaan
perekonomian Indonesia kelak.
Garuda memasuki bursa saham
Pada tanggal 11 Februari 2011. Garuda memulai IPO sebagai langkah awal menuju bursa
saham. Pemerintah menyatakan bahwa harga saham Garuda adalah Rp.750 per saham dan
mengurangi penawaran saham dari 9,362 milyar lembar ke 6,3 milyar lembar saham.
Garuda Indonesia memutuskan mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia.
Pada 27 April 2012, CT Corp melalui PT Trans Airways membeli 10.9% saham Garuda
Indonesia di harga Rp.620 per lembar dengan total sebesar Rp.1,53 triliun. Harga ini lebih
rendah dari harga terendah yaitu Rp.395 per lembar, tapi masih dibawah harga IPO sebesar
Rp.750 per lembar.
Logo
1949-1969 : Garuda Klasik
Garuda Indonesia berdiri ketika Indonesia sedang berada di masa perjuangan
mempertahankan kemerdekaan, ketika itu Garuda Indonesia menggunakan logo Garuda
klasik sebagai simbol identitas. Sisi atas pesawat berwarna putih, dengan warna merah
sepanjang jendela, hal ini melambangkan bendera nasional Indonesia yang berwarna
Merah Putih. Pada tahun awal berdirinya, Garuda Indonesia memiliki armada DC-3
propeller plane, jet-engine Convair dan DC-8.
1969-1985 : Logo Oranye
Memasuki tahun 1970-an, Garuda Indonesia mengalami modernisasi. Logo diperbaharui
dengan tulisan “Garuda” dan garis berwarna oranye. Pada periode ini Garuda Indonesia
semakin banyak melayani masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Logo disematkan baik
di pesawat kecil seperti Fokker 27 dan DC-9, juga pada pesawat berbadan lebar seperti DC-
10, Boeing 747-200 dan Airbus A300B4. Logo ini segera menjadi akrab dengan identitas
baru Garuda Indonesia dan dikenal hingga ke berbagai penjuru dunia.
1985-2009 : Logo Burung Modern
Untuk mengantisipasi era persaingan terbuka dari industri penerbangan nasional dan
dunia, Garuda kembali mengubah logonya pada tahun 1985. Kali ini Logo Garuda Indonesia
menggambarkan burung modern yang dilengkapi dengan tulisan Garuda Indonesia. Warna
dominan pada logo ini adalah biru dan hijau, yang diambil dari warna alam Indonesia. Pada
era ini, armada Garuda Indonesia diperkuat dengan kedatangan Boeing 737, Boeing 747-
400 dan Airbus 330-300.
2009-Sekarang : Logo Sayap Alam
Memasuki fase pertumbuhan yang berkesinambungan dan strategi lompatan besar, pada
tahun 2009 Garuda Indonesia memperbaharui identitas perusahaan agar menjadi lebih
modern dan segar. Hal ini diwujudkan dengan logo “Sayap Alam” yang disematkan pada
bagian ekor armadanya. Program ini juga dilengkapi dengan moderninasasi armada, yaitu
dengan mendatangkan pesawat baru Boeing 737-800NG, Airbus A330-200, dan
Bombardier CRJ1000 NextGen. Kini Garuda Indonesia memperkenalkan konsep layanan
baru yaitu “Garuda Indonesia Experience”. Dalam konsep baru ini, Garuda Indonesia
menggabungkan keramahan dan suasana khas Indonesia, yang berakar pada budaya
bangsa.
Perusahaan
Sejarah Garuda Indonesia sebagai bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di
Indonesia dimulai ketika bangsa yang muda ini berjuang untuk kemerdekaannya.
Penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949,
dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian
Airways”. Di tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar
sebagai “PK-DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke
Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama yang
dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.
Setahun kemudian, pada 1950, Garuda Indonesia resmi terdaftar sebagai Perusahaan
Negara. Pada periode tersebut, perusahaan ini mengoperasikan armada yang terdiri dari 38
pesawat, termasuk 22 DC-3, 8 Catalina flying boat, dan 8 Convair 240. Armada ini terus
bertambah, dan Garuda Indonesia melakukan penerbangan pertamanya ke Mekkah ketika
membawa jemaah haji Indonesia pada 1956. Rute penerbangan oleh Garuda Indonesia ke
negara-negara Eropa dimulai pada 1965 dengan Amsterdam sebagai tujuan akhirnya.
Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi berskala besar untuk
operasi dan armadanya. Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program
pelatihan yang komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus mendirikan fasilitas
pelatihan di Jakarta Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training Center. Perusahaan ini
juga membangun sebuah Pusat Pemeliharaan Pesawat di Bandara Internasional Soekarno-
Hatta.
Di awal era 90-an, Garuda Indonesia mengembangkan strategi jangka panjang yang
diaplikasikan hingga tahun 2000. Perusahaan ini terus mengembangkan armadanya dan
Garuda Indonesia pun masuk dalam jajaran 30 maskapai terbesar di dunia.
Di samping inisiatif di pengembangan bisnis, tim manajemen baru mengelola perusahaan ini
pada awal 2005, dan rencana-rencana baru diformulasikan untuk masa depan Garuda
Indonesia. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang yang komprehensif
dan restrukturisasi keseluruhan di perusahaan ini. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi
operasional, mendapatkan stabilitias keuangan yang melibatkan usaha-usaha di
restrukturisasi utang termasuk kewajiban penyewaan (leasing liabilities) dari European
Export Credit Agency (ECA), peningkatan kesadaran di antara karyawan tentang pentingnya
pelayanan bagi para penumpang, dan, yang paling penting, menghidupkan kembali dan
merevitalisasi semangat Garuda Indonesia. Kesuksesan program restrukturisasi utang dalam
perusahaan ini membuka jalan bagi Garuda Indonesia untuk menawarkan sahamnya ke
publik (Go Public) pada 2011.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang perawatan pesawat komersial, GMF terus
berusaha memperbaiki kinerja produksinya dalam rangka pencapaian visi menjadi pemain
dominan di dunia dalam industri perawatan pesawat pada tahun 2018. GMF memiliki
beberapa divisi perawatan antara lain: Line maintenance, Base Maintenance, Component
Shop, dan Power Plant Shop. Penyumbang utama pendapatan GMF berasal dari bagian
“Base Maintenance” yang membagi tipe-tipe perawatan pesawat menjadi 4 jenis yaitu A
check (200-500 jam terbang), B check (600-1500 jam terbang), C check (2000-5000 jam
terbang), dan D check (overhaul/turun mesin).
Performansi produksi bagian Base Maintenance diukur dengan tingkat produktivitas yang
dicapai dalam setiap periode. Ukuran produktivitas secara sederhana diperoleh dari
perbandingan output yang dihasilkan dengan input yang dibutuhkan. Hasil analisis
performasi tersebut dapat digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan pesaing pada
periode yang berbeda atau dengan perusahaan berbeda pada periode waktu yang sama.
Analisis performansi yang dilakukan meliputi utilisasi karyawan, pesawat, persediaan,
fasilitas dan produksi. Selain itu deviasi pekerjaan dan deviasi produksi berkontribusi
terhadap performansi produksi. Pada skala yang lebih besar, analisis performansi dilakukan
dengan menggunakan pendekatan SWOT (strength,weaknesses, opportunity, treats).
Profil Perusahaan
Sejarah
Garuda Indonesia Airlines (GA) adalah badan usaha milik negara yang didirikan pada tahun
1949. Pada awal pendiriannya, GA memiliki misi menjadi salah satu ujung tombak media
promosi pariwisata nasional. Oleh karena itu, faktor ketepatan waktu, keandalan, dan
kenyamanan menjadi sangat penting dalam upaya pencapaian misi tersebut. Untuk
medukung ketercapaian factor-faktor keberhasilan tersebut, diantaranya GA mendirikan
secara resmi Garuda Maintenance Facilities Support Center pada tahun 1984.
Pada dasarnya fasilitas pemeliharan pesawat ini telah ada sejak awal pendirian GA tahun
1949 dalam bentuk suatu divisi bernama divisi teknis, sebelum resmi didirikan pada tahun
1984. Ide awal pembetukan fasilitas ini adalah sebagai pendukung bisnis dalam hal
pemeliharan pesawat terbang GA saat itu dan maskapai penerbangan lain di kemudian hari.
Bermula dari 400 pegawai Belanda yang bekerja ketika itu, hingga kini fasilitas pemeliharan
pesawat ini telah memiliki lebih dari 1000 orang pekerja yang sebagian besar adalah anak
negeri.
Krisis di Indonesia, tepatnya di Irian Barat pada tahun 1958 antara pemerintah Indonesia
dan Belanda menyebabkan semua orang Belanda yang bekerja di GA saat itu, harus kembali
ke negara asalnya. Hal ini menyebabkan GA dan divisi teknisnya kehilangan sumber daya
manusia khususnya insinyur dan mekanik yang kompeten. Akan tetapi, GA menyikapi
permasalahan ini sebagai kesempatan untuk menasionalisasi GA. Masalah kekurangan
sumber daya manusia ini pun sedikit demi sedikit dapat teratasi dengan keberhasilan
Akademi Penerbangan Curug Indonesia, yang didirikan sejak tahun 1952, melahirkan
lulusan-lulusan di bidang penerbangan yang cukup terampil. Keberadaan lulusan-lulusan
akademi ini mampu menutupi lubang yang ditinggalkan orang-orang Belanda pasca
peristiwa eksodus pada tahun 1958. Bukti nyatanya adalah keberhasilan fasilitas ini meng-
overhaul pesawat GA jenis Convair dan Dakota. Keberhasilan ini merupakan tanda sejarah
dari embrio Garuda Maintenance Facilities (GMF) dan membuktikan bahwa GA mampu
melakukan sesuatu yang besar.
Pengembangan dan perluasan fasilitas pemeliharaan ini terus dilakukan dan didanai
sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia. Dalam tujuh tahun pertama sejak didirikannya
GMF, total investasi yang dikeluarkan mencapai US$ 200 juta, dimana 63% dari nilai
tersebut digunakan untuk mengimpor peralatan-peralatan dan mesin-mesin berteknologi
tinggi. Pada tahun 1993, GMF telah berhasil menyelesaikan kebutuhan infrastruktur yang
diperlukan, seperti hanggar II (1987), hanggar III (1988), hanggar I (1991), dan gedung
manajemen (1993).
Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuannya, GMF berubah menjadi salah satu
Strategic Bussiness Unit (SBU) dari GA pada tahun 1996 dengan nama SBU-GMF. Pada tahun
itu juga, GMF mulai melayani operator-operator pihak ketiga. Oleh karena itu, GMF perlu
mendapatkan sertifikasi dan pengakuan di tingkat nasional maupun internasional. Hingga
tahun 2007, GMF telah mendapatkan sertifikasi dan pengakuan dari Direktorat Jendral
Perhubungan Udara (Directorate General of Air Communications atau DGCA) Indonesia,
Amerika Serikat (FAA), Eropa (EASA), Singapura (CAAS), Thailand (DCA), Nigeria (NCAA),
Malaysia (DCAM) , Bangladesh (CAA), dan beberapa negara lain. Selain itu, GMF juga telah
menerima penghargaan-penghargaan dari Personnel Appreciation danRamp Incident Free
Award dari Japan Airlines (JAL), Ozon Award dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia,
dan HR Excellence Award dari Majalah SWA.
Sebagai penyedia jasa Maintenance, Reliability, dan Overhaul (MRO), GMF dilengkapi
dengan berbagai workshop termasuk Avionics, Electro Mechanical and Oxygen, Ground
Support Equipment, Calibration and Non Destructive Test (NDT). Semua workshop ini adalah
komponen penting dalam menyelenggarakan pemeliharaan untuk pesawat jenis B737, B
747, A330, A 310, A300, DC 10, MD 80, dan F 28.
Fasilitas-fasilitas
Fasilitas GMF terletak di sebidang tanah seluas 115 hektar di dalam kompleks Bandara
Internasional Soekarno-Hatta. Hal ini menjadikan GMF salah satu fasilitas MRO terbesar di
Asia. Fasilitas ini terdiri dari struktur built-up seluas 480.000 meter persegi, termasuk tiga
buah hanggar, satu buah gudang suku cadang (spares warehouse), gedung workshop,
gedung serba guna (utility building), gedungground support equipment, ruang bahan-bahan
kimia (chemical stores), engine test cell dan gedung manajemen (management building).
Selain itu, GMF juga memiliki apron yang mampu menampung hingga 50 buah
pesawat, taxiway, run-up bay, dan daerah pengolahan limbah.
GMF memiliki kapabilitas untuk melakukan modifikasi-modifikasi utama selagi
melakukan heavy maintenance check di ketiga hanggar yang dimiliki. Ketiga hanggar
tersebut memiliki luas kumulatif sekitar 68.000 meter persegi. Hanggar I dirancang khusus
untuk perawatan Boeing 747 dan Airbus 330 (A330) hingga D-Check dan dilengkapi dengan
docking platform untuk heavy maintenance dari Boeing 747. Hanggar I mampu menampung
hingga dua pesawat Boeing 747 wide-body. Hanggar II terdiri dari delapan aircraft bay yang
didedikasikan untuk perawatan minor “A” dan “B” check. Setiap bay dalam fasilitas ini,
mampu menampung satu pesawat wide-body dan satu narrow-body. Hanggar III memiliki
tiga aircraft bay yang dirancang khusus untuk perawatan berat (heavyatau major
maintenance). Tata letak setiap bay dalam fasilitas ini dirancang untuk dapat menampung
satu pesawat wide-body dan satu narrow-body. Selain itu, fasilitas ini memiliki enam roof-
mounted crane dan satu bay dibangun yang dilengkapi secara khusus dengan docking
platform untuk memfasilitasi pekerjaan pada MD11/ DC 10 dan pesawat Airbus wide-body.
Analisis SWOT
Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) merupakan metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang terjadi dalam suatu proyek atau perjalanan bisnis. Analisis tersebut meliputi
identifikasi tujuan, identifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan
menghambat pencapaian tujuan tersebut. Analisis tersebut meliputi
1. Strength: atribut organisasi (internal) yang mendukung pencapaian tujuan
2. Weakness: atribut organisasi (internal) yang menghambat pencapaian tujuan.
3. Opprtunity: kondisi eksternal yang mendukung pencapaian tujuan.
4. Threat: kondisi eksternal yang menghambat pencapaian tujuan.
Atribut organisasi (kondisi internal) dapat dipandang sebagai strength maupun weakness
tergantung dampak terhadap tujuan organisasi. Sesuatu hal yang dinyatakan sebagai
strength untuk tujuan tertentu dapat menjadi weakness untuk tujuan yang lain. Faktor-
faktor eksternal meliputi kondisi makro ekonomi, perubahan teknologi, sosio-kultural, dan
tidak ketinggalan iklim kompetisi. Beberapa contoh masing-masing analisis yang digunakan
GMF dalam menganalisis performasi adalah sebagai berikut
1. Strength (Kekuatan)
- Kapabilitas
- Keunggulan kompetitif
- Nilai jual unik
- Sumber daya, aset, manusia
- Pengalaman, pengetahuan, data
2. Weakness (Kelemahan)
- Reputasi dan merk
- Kondisi finansial
- Reliabilitas data
- Ketangguhan rantai suplai
- Moral, komitmen, dan kepemimpinan
3. Opportunity (Peluang)
- Pengembangan pasar
- Tren gaya hidup
- Inovasi teknologi
- Lokasi geografis
- Pengembangan produk dan unit bisnis
4. Threat (Ancaman)
- Dampak politik dan kebijakan
- Dampak lingkungan
- Permintaan pasar
- Kehilangan staf ahli
- Musim dan faktor cuaca
STRATEGI BISNIS
Strategi Bersaing PT Garuda Indonesia di Pasar Amerika
Kondisi dunia menunjukkan perkembangan begitu pesat. Perubahan kondisi tersebut
mempengaruhi kondisi duni’a usaha secara keseluruhan. Kompetisi dalam dunia usaha
semakin ketat dan sejumlah peserta kompetisi berusaha menjadi pemenang dalam
kompetisi tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut setiap perusahaan harus
menetapkan suatu strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisinya sehingga perusahaan
dapat bersaing dan bertahan dalam suatu situasi kompetisi yang kompleks. Jasa transportasi
udara sebagai salah satu bidang usaha juga menunjukkan perkembangan yang begitu pesat.
Demand meningkat pesat dan diikuti dengan persaingan yang semakin ketat. Garuda
Indonesia sebagai salah satu perusahaan pener-bangan merasakan dampak dari
perkembangan dunia tersebut. Pasar Arnerika yang merupakan pasar potensial dunia yang
dilayani oleh Garuda menunjukkan situasi yang kurang menggem-birakan. Meskipun setiap
tahun mengalami peningkatan penjua-lan tetapi pangsa pasar yang diraih serta load factor
yang didapat untuk pasar ini semakin menurun sehingga kondisinya semakin melemah.
Dengan melakukan analisa SWOT dimana faktor-faktor yang berpengaruh dikuantifisir
dengan menggunakan metode Analitycal Hierarcy Process (AHP), didapatkan hasil bahwa
Garuda Indonesia berada dalam kondisi memiliki peluang yang lebih besar jika dibandingkan
dengan ancamannya dan memiliki banyak kele-mahan di bandingkan dengan kekuatan yang
dimi1iki. Apabila digunakan diagram SWOT maka posisi garuda Indonesia berada di kuadran
3 atau memiliki peluang dalam usahanya tetapi dibatasi kendala masalah kelemahan intern.
Strategi dasar yang tepat dan sesuai untuk kuadran 3 ini adalah memperbaiki kelemahan
intern tersebut agar mendapatkan peluang yang lebih baik dimasa yang akan datang
(Turnaround). Selain itu kondisi Garuda Indonesia di pasar Amerika menunjukkan tingkat
pertumbuhan penjualan yang baik setiap tahunnya tetapi memiliki pangsa pasar relatif yang
kecil terhadap pesaing utamanya, serta kekuatan bersaing yang masih lemah. Strategi yang
harus dilakukan oleh Garuda adalah memperbaiki posisinya (membangun) sehingga dapat
meningkatkan pangsa pasarnya. Berdasarkan segmennya, pasar Amerika didominasi oleh
penumpang Leisure. Kekuatan bersaing yang dimiliki oleh Garuda Indonesia adalah langsung
melayani penerbangan ke obyek wisata di Indonesia. Dari kondisi tersebut strategi generik
yang disarankan adalah Fokus yang menekankan pada leisure travel sebagai penumpang
potensial. Strategi pemasaran sebagai salah satu strategi fungsional harus disusun sesuai
dengan kondisi yang ada. Garuda Indonesia harus menerapkan strategi pemasaran secara
Pro aktiv untuk mendukung strategi unit bisnisnya.
Strategi Pemasaran PT. Garuda Indonesia Pada Pasar Domestik
Rute penerbangan Jakarta – Denpasar mcrupakan rute penerbangan yang memberikan
kontribusi revenue dan mempunyai pangsa pasar yang bcsar pada pasar domestik. Namun,
mulai tahun 1991 – 1994, pangsa pasar Garuda pada rute ini semakin menurun, dimana
pertumbuhan pasarnya lebih rendah dari pada pertumbuhan pasar keseluruhan. Padahal,
pesaing potensial Garuda, yaitu, perusahaan “SG” dapat meraih pangsa pasar yang semakin
meningkat dari tahun 1991 sampai dcngan tahun 1994. Hal ini disebabkan karena strategi
yang diterapkan oleh “SG” relatif lebih inovatif dan agresif bila dibandingkan dengan strategi
Garuda. Apabila Garuda tidak menyusun strategi pemasaran yang tepat, maka diperkirakan
untuk niasa datang pangsa pasar Garuda pada rute ini akan semakin menurun.
Karya akhir ini mengambil topik tentang peramusan strategi pemasaran PT. Garuda
Indonesia untuk rute Jakarta – Denpasar. Langkah-Iangkah dalam menentukan usulan
strategi tersebut adalah berupa analisa karakteristik rutc Jakarta – Denpasar, analisa
lingkungan eksternal dan internal, analisa posisi strategik rute Jakarta – Denpasar,
penentuan strategi utama, penentuan target pasar, dan perumusan strategi bauran
pemasaran.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka sasaran strategi yang disarankan untuk rute
ini adalah mempertahankan pangsa pasar dan posisi sebagai pemimpin pasar. Untuk
mencapai sasaran tersebut, maka terdapat beberapa alternatif strategi yang dapat
dilakukan, yaitu sebagai berikut:
• mcningkatkan kualitas produk
• meningkatkan difcrensiasi produk
• meningkatkan usaha promosi
• menentukan harga yang bcrsaing
Strategi pemasaran yang dilakukan adalah strategi pemasaran total, yaitu Garuda melayani
semua segmen pasar yang ada, baik penumpang dengan tujuan bisnis, penumpang dengan
tujuan wisatawan, maupun penumpang dengan tujuan pribadi.
Strategi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam strategi bauran pemasaran, yang meliputi
strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi.
Mengapa kinerja garuda membaik
Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, Abdulgani, meneliti khusus kinerja bekas
perusahaannya itu untuk disertasi doktoral di Universitas Gadjah Mada. Abdulgani
menemukan, peningkatan kinerja berbanding lurus dengan menurunn