LINGKUP OPERASI
Dalam bisnis dan pemasaran ada banyak global strategi yang digunakan sebuah perusahaan
untuk mempertahankan dominasi pasarnya yang bisa bisa disebut strategi defensif, ataupun
untuk memperluas pangsa pasarnya yang bisa disebut strategi ofensif.
Yang Pertama Yaitu Strategi Ofensif. Strategi Ofensif merupakan suatu cara perusahaan
untuk meningkatkan pelanggan baru dan meraih posisi pangsa pasar. Dengan penerapan
strategi ini, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan, pangsa pasar, penjualan, dan jumlah
pelanggan Biasanya strategi ini digunakan oleh perusahaan yang berada diposisi berikutnya
setelah market leader atau perusahaan dengan produk pionir (suatu merek baru dalam
kategori produk baru dan sukses menjualnya di pasar serta tetap mempertahankannya
sehingga membekas di benak konsumen.) yang telah terdistribusi dan memiliki brand dan
produknya telah kuat dipasar. Artinya perusahaan akan melakukan taktik pendistribusian
produknya dengan cara memproduksi produk yang lebih baik daripada pesaing, kemudian
mengisi semua outlet dengan produk yang dihasilkan tersebut. Contoh perusahaan yang
menerapkan strategi ofensif ini misalnya PT. Aqua Golden Mississippi yang memproduksi air
minum dalam kemasan dengan merek aqua, pada saat pasarnya diserang degan produk
AMDK dari perusahaan lain yang harganya jauh lebih murah maka mereka melalui anak
perusahaannya memproduksi AMDK dengan merek VIT sebagai merek produk tandingan
dengan tugas membendung atau mengambil market share konsumen yang dimasuki oleh
competitor tersebut.
Pada strategi ini terdapat 4 macam strategi yang digunakan oleh perusahaan, terutama untuk
mencapai tujuan jangka panjang.
Namun perusahaan bila hanya memerhatikan strategi ini dan mengabaikan defensif maka
kelangsungan hidupnya dapat terancam setiap saat.
Strategi Defensif adalah suatu strategi untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dari
semakin ketatnya persaingan bisnis dan berbagai ketidakpastian eksternal yang sulit dikontrol
dan diprediksi. strategi defensif meliputi usaha mengurangi kemungkinan costumer exit atau
beralihnya pelanggan ke pemasar lain. Tujuan strategi ini adalah meminimalisasi atau
memaksimalkan Costumer retention dengan melindungi produk pasarnya dari serangan para
pesaing. Strategi ini berusaha membangun keunggulan kompetitif dengan produk atau
jasanya dengan membedakannya dengan produk-produk lain yang tersedia, berdasarkan pada
fitur, kinerja, atau faktor-faktor lainnya yang tidak secara langsung terkait dengan biaya dan
harga. Strategi ini umumnya dipakai oleh para pemimpin pasar atau market leader, yang
memiliki merek yang kuat serta tingkat distribusi yang tinggi diwilayahnya (target market
mereka). Artinya jika ada produk pesaing yang menantang atau mengganggu pasarnya maka
perusahaan market leader harus berusaha menemukan produk baru, cara/metode baru, sistem
baru, atau apapun untuk menyempurnakan produk lama, cara lama, sistem lama, atau apapun
yang telah mereka miliki dengan lama. Hal Ini dapat terjadi dibanyak perusahaan yang telah
menjadi market leader.
Tujuan dari strategi defensif ini untuk mengurangi resiko perusahaan dari penyerangan,
melemahkan dampak penyerangan yang terjadi, dan pengaruh pantang untuk tujuan usaha
pada para pesaing lainnya. Berikut beberapa macam strategi yang berhubungan dengan
strategi defensif:
Likuidasi merupakan strategi yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara menjual
seluruh asset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-potong untuk kekayaan
berwujud. Likuidasi adalah suatu pengakuan kekalahan dan memiliki konsekuensi yang
bisa menjadi sebuah strategi yang sulit secara emosional tetapi dengan cara ini lebih baik
karena dengan menghentikan operasi maka perusahaan dapat menghindari kerugian yang
uang dalam jumlah yang besar.
Strategi Merger dan Akuisisi Horizontal merupakan strategi jangka panjang di perusahaan
yang berdasar pada pertumbuhan melalui merger dan akuisisi horizontal antara satu atau lebih
perusahaan serupa yang beroperasi pada tahapan yang sama. Tindakan merger dan akuisisi
sering dijalankan sebagai strategi untuk menjadi yang paling besar dan tangguh. Terdapat
beberapa alasan yang menjadikan strategi ini menarik, yaitu:
Perusahaan yang terintegrasi secara vertikal, maka risiko berasal dari ekspansi perusahaan ke
area-area yang mengharuskan manajer strategis untuk memperluas basis kompensasi mereka
dan menanggung tanggung jawab tambahannya.
Strategi Alih Daya (outsourcing) merupakan suatu pendekatan tambahan bagi aliansi strategis
yang memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif.
Istilah outsourcing (alih daya) sendiri berasal dari kata “out” dan “source” yang berarti
sumber dari luar, merupakan pendekatan manajemen yang memberikan kewenangan pada
sebuah agen luar (pihak ketiga) untuk bertanggung jawab terhadap proses atau jasa yang
sebelumnya dilakukan oleh perusahaan. Dalam praktik, pengertian dasar alih daya adalah
pengalihan sebagian atau seluruh pekerjaan dan atau wewenang kepada pihak lain guna
mendukung strategi pemakai jasa alih daya baik pribadi, perusahaan, divisi maupun sebuah
unit dalam perusahaan. Jadi, pengertian alih daya untuk setiap pemakai jasanya akan berbeda-
beda. Semua tergantung dari strategi masing-masing pemakai jasa alih daya, baik itu
individu, perusahaan atau divisi maupun unit tersebut (Priambada & Maharta, 2008).
Aliansi Strategi dan Kemitraan merupakan persekutuan yang berlangsung selama periode
tertentu di mana para sekutu menyumbangkan keterampilan dan keahlian mereka untuk suatu
proyek kerja sama. Aliansi semacam itu dibentuk karena para sekutu ingin mengembangkan
kapabilitas mandiri guna menggantikan sekutu tersebut ketika perjanjian kontraktual antara
sekutu berakhir. Dengan aliansi strategik, perusahaan dapat menginternalisasi teknologi baru
atau knowledge baru yang bisa meningkatkan kinerja perusahaan.
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan membentuk aliansi, namun juga ada
beberapa hambatan dalam proses aliansi. Alasan perusahaan menjalin aliansi adalah:
(1) Karena adanya pola komplementer (sifat yang saling melengkapi) antara perusahaan yang
beraliansi,
(2) Karena adanya kesamaan status pada perusahaan yang beraliansi,
(3) Karena adanya social capital,
(4) Karena adanya ketergantungan antara pemasok dan pembeli,
(5) Karena untuk mengurangi ketidakpastian di masa yang akan datang, dan
(6) Karena adanya organisasi network.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat proses aliansi adalah: tacitness, specificity,
kompleksitas, pengalaman dan perbedaan budaya organisasional.