Anda di halaman 1dari 32

1) MAKALAH

“ANALISIS BIAYA VOLUME LABA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu:

Ayu Oktaviani S.E., M.Si., Ak.


Antonius Grivaldi Sondakh S.E.,M.Si,Ak.,CA

Disusun Oleh
Kelompok 4

1. Izmi Imanada 2010313320043


2. Khairun Ni’mah 2010313220053
3. Yunida Amalia 2010313220012

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Akuntansi Manajemen dengan judul “Analisis Biaya
Volume Laba”.

Kami ucapkan terima kasih kepada ibu Ayu Oktaviani S.E., M.Si., Ak. Selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Akuntansi Manajemen dan semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini hingga selesai.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Banjarmasin, 19 Februari 2022

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Pengertian Analisis Biaya Volume Laba.....................................................................3
2.2 Titik Impas dalam Unit................................................................................................3
2.2.1 Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis CVP.................................................4
2.2.2 Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Titik Impas................................................5
2.2.3 Penjualan Per Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba....................6
2.3 Titik Impas dalam Dolar Penjualan.............................................................................9
2.3.1 Target Laba dan Pendapatan Penjualan.............................................................10
2.3.2 Pembandingan Kedua Pendekatan.....................................................................10
2.4 Analisis Multiproduk.................................................................................................11
2.4.1 Titik Impas Dalam Unit.....................................................................................11
2.4.2 Penentuan Bauran Penjulan................................................................................12
2.4.3 Bauran Penjualan dan Analisis CVP..................................................................12
2.4.4 Pendekatan Dolar Penjualan..............................................................................13
2.5 Representasi Grafis dari Hubungan CVP.................................................................14
2.5.1 Grafik-Laba Volume..........................................................................................14
2.5.2 Grafik-Biaya Volume Laba................................................................................15
2.6 Perubahan Variabel CVP...........................................................................................17
2.6.1 Risiko dan Ketidakpastian..................................................................................19
2.6.2 Analisis Sensitivitas dan CVP............................................................................21
2.7 Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas...................................21
2.7.1 Contoh Perbandingan Analisis Konvensional dan ABC....................................22
2.7.2 Implikasi Stategis : Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC............23
BAB III PENUTUP..................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan................................................................................................................26
3.2 Saran..........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laba biasanya dijadikan ukuran kesuksesan atau keberhasilan perusahaan.
Keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba yang optimal dan mampu
bersaing dengan perusahaan lainnya tidak lepas dari peran dan tanggung jawab
pihak manajemen. Agar pihak manajemen dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, manajemen membutuhkan perencanaan yang berisi acuan dan
pedoman dalam mencapai tujuan tersebut. Perencanaan yang baik dapat
membantu mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu memperoleh laba secara
optimal. Pihak manajemen perusahaan harus membuat perencanaan secara
terpadu atas semua aktivitas yang sedang maupun akan dilakukan untuk mencapai
laba yang diharapkan.

Salah satu perencanaan yang dibuat oleh manajemen perusahaan untuk membantu
mencapai target laba yang diharapkan adalah perencanaan laba. Perencanaaan
laba yang dibuat berkaitan dengan biaya, volume penjualan, dan harga jual.
Untuk membuat perencanaan laba yang baik, pihak manajemen dapat
menggunakan (cost volume profit analysis/CVP).

Karena perannya yang sangat besar, cost volume profit analysis dapat menjadi
alat yang sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mengidentifikasi ruang
lingkup permasalahan ekonomi perusahaan serta membantu mencari solusi atas
permasalahannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Analisis Biaya Volume Laba?
2. Apa pengertian dari Titik Impas dalam Unit?
3. Bagaimana cara menghitung Titik Impas dalam Unit?
4. Apa pengertian dari Titik Impas dalam Dolar Penjualan?
5. Bagaimana cara menghitung Titik Impas dalam Dolar Penjualan?
6. Bagaimana penerapan Analisis Biaya Volume Laba dalam pengaturan
multiproduk?
7. Bagaimana penyajian grafik hubungan CVP?

1
8. Bagaimana dampak dari perubahan variabel CVP?
9. Bagaimana dampak dari kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas (ABC)
terhadap Analisis CVP?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Analisis Biaya Volume Laba.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Titik Impas dalam Unit.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung Titik Impas dalam Unit.
4. Untuk mengetahui pengertian dari Titik Impas dalam Dolar Penjualan.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung Titik Impas dalam Dolar
Penjualan.
6. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Analisis Biaya Volume Laba
dalam pengaturan multiproduk.
7. Untuk mengetahui bagaimana penyajian grafik hubungan CVP.
8. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari perubahan variabel CVP.
9. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari kalkulasi biaya berdasarkan
aktivitas (ABC) terhadap Analisis CVP.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Biaya Volume Laba


Hery (2014:73) mengemukakan bahwa: Analisis biaya volume laba adalah
metode untuk menganalisis bagaimana keputusan operasi dan pemasaran
mempengaruhi laba operasi, berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara
biaya variabel per unit, total biaya tetap, harga jual dan tingkat output. Analisis
biaya volume laba juga menguji perilaku total pendapatan, total biaya dan laba
operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output.

Cost Volume Profit Analysis/ Analisis biaya volume laba merupakan alat yang
berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan dan analisis ini
menggabungkan semua informasi keuangan (Hansen & Mowen,2000:429).
Karena analisis biaya-volume-laba (CVP) menekankan pada keterkaitan biaya,
kuantitas yang terjual, dan harga, maka semua informasi keuang perusahaan yang
terkandung di dalamnya. Analisis CVP dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk
mengidentifikasi cakupan dan besarnya ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan
membantu mencari pemecahannya. Analisi CVP dapat juga menyinggung banyak
isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas,
dampak pegurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan dampak kenaikan harga
terhadap laba.

Analisis cost volume profit ini dapat diterapkan dalam banyak hal seperti
menentukan harga jual produk atau jasa, memperkenalkan produk atau jasa baru,
mengganti peralatan, memutuskan apakah produk tau jasa yang ada seharusnya
dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan dan melakukan
analisis apa yang akan dilakukan jika sesuatu dipilih oleh manajemen.

2.2 Titik Impas dalam Unit


Titik impas (break-even point) atau BEP adalah titik dimana total pendapatan
sama dengan total biaya, yaitu dimana laba sama dengan nol. Jadi, jika

3
perusahaan tidak mengalami untung atau rugi maka itulah yang disebut dengan
titik impas atau break even point. Modal yang dikeluarkan untuk biaya
operasional sama jumlahnya dengan pendapatan yang diterima. Keberadaan BEP
menjadi penting karena perusahaan dapat mengetahui prediksi keuangannya
untuk periode selanjutnya. Untuk mengetahui titik impas dalam unit kita
memfokuskan pada laba operasi.

2.2.1 Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis CVP


Laporan laba-rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk
mengoraganisasikan biaya-biaya perusahaan menjadi kategori tetap dan
variabel. Laporan laba-rugi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

Laba Operasi = Pendapatan Penjualan – Beban Variabel - Beban


Tetap

Istilah laba operasi (operating income) untuk menunjukkan laba sebelum


pajak penghasilan. Laba operasi hanya hanya mencakup pendapatan dan
beban dari operasi normal perusahaan. Sedangkan istilah laba bersih (net
income) digunakan untuk menyatakan laba operasi dikurangi pajak
penghasilan. Setelah memiliki ukuran unit yang terjual, kita dapat
mengembangkan persamaan laba operasi dengan menyatakan
pendapatan dan beban variabel dalam jumlah unit dolar. Secara khusus,
pendapatan penjualan dinyatakan dinyatakan sebagai harga jual per unit
dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya variabel adalah biaya
variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan demikian,
persamaan laba operasi menjadi:

Laba Operasi = (Harga x Jumlah Unit) – Biaya Variabel Per Unit x


Jumlah Unit) – Total Biaya Tetap

Contoh mencari titik impas dalam unit. Anggaplah Whitter Company


memproduksi mesin pemotong rumput. Untuk tahun mendatang,
kontroler telah menyusun proyeksi laporan-rugi berikut:

4
Penjualan (1.000 unit @ $400) $ 400,000
Dikurangi: Beban Variabel $ (325,000)
Margin Kontribusi $ 75,000
Dikurangi: Beban Tetap $ (45,000)
Laba Sebelum Pajak $ 30,000

Untuk Whitter Company, $400 adalah harga per unit dan $325 adalah
biaya variabel per unit ($325.000/1.000 unit). Biaya tetap adalah
$45.000. kemudian pada titik impas persamaan laba operasi adalah
sebagai berikut: Jumlah Unit:

0 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000


Dengan
0 = $75 x Unit
demikian,
$75xUnit= $45.000
Whitter harus
Unit = 600
menjual 600
pemotong
rumput untuk sekadar menutupi semua beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk
memeriksa jawaban ini adalah dengan memformulasikan suatu laporan laba-rugi berdasarkan
600 unit yang terjual.

Penjualan (600 unit @ $400) $ 240,000


Dikurangi: Beban Variabel $ (195,000)
Margin Kontribusi $ 45,000
Dikurangi: Beban Tetap $ (45,000)
Laba Operasi $ -

Maka jelaslah, penjualan 600 unit menghasilkan laba nol. Keunggulan


utama pendekatan laba operasi adalah bahwa semua persamaan CVP
berikutnya diturunkan dari laporan laba-rugi menurut kalkulsi biaya
variabel.

2.2.2 Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Titik Impas


Margin Kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan
dikurangi total biaya variabel. Pada titik impas, margin kontribusi sama
dengan beban tetap. Untuk titik impas lebih cepat dihitung dengan
margin kontribusi. Apabila kita mensubstitusikan margin kontribusi per

5
unit untuk harga dikurangi biaya variabel per unit pada persamaan laba
operasi dan memperoleh jumlah unit, maka kita akan mendapatkan
persamaan titik impas sebagai berikut:

Jumlah Unit = Biaya Tetap / Margin Kontribusi Per Unit

Dengan menggunakan Whitter Company sebagai contoh, kita dapat


melihat bahwa margin kontribusi per unit bisa dihitung dalam salah satu
dari dua cara. Cara pertama adalah membagi total margin kontribusi
dengan unit yang terjual untuk menghasilkan $75 per unit
($75.000/1.000). Cara kedua adalah menghitung harga dikurangi biaya
variabel, hasilnya sama saja yaitu $75 per unit ($400 - $325). Untuk
menghitung jumlah unit impas Whittier Company menggunakan
persamaan tadi maka:
Jumlah unit = $45.000/($400-325)
=$45.000/$75
=600

2.2.3 Penjualan Per Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba
Target laba di sini adalah laba di atas nol, yang dapat dinyatakan dalam
jumlah dolar atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan (misalnya
15% dari pendapatan). Baik pendekatan laba operasi maupun pendekatan
margin kontribusi dapat dengan mudah disesuaikan untuk mencari target
laba.

2.2.3.1 Target Laba Sebagai Jumlah Dolar


Anggaplah bahwa bahwa Whittier Company menginginkan laba
operasi sebesar $60.000. Berapakah mesin pemotong rumput
yang harus dijual untuk mencapai hasil tersebut? Gunakan
laporan laba-rugi untuk mencari hasilnya:
$60.000 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$105.000 = $75 x Unit
= 1.400 Unit

6
Apabila menggunakan persamaan titik impas, kita hanya
menambahkan traget laba sebesar $60.000 dengan biaya tetap
dan mencari jumlah unit.
Unit = ($45.000 + $60.000) / ($400 - $325)
Unit = $105.000 / $75
Unit = $1.400
Whitter harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk
menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $60.000. Laporan
laba-rugi berikut membuktikan hasil ini:
Penjualan (1.400 unit @ $400) $ 560,000
Dikurangi: Beban Variabel $ (455,000)
Margin Kontribusi $ 105,000
Dikurangi: Beban Tetap $ (45,000)
Laba Sebelum Pajak $ 60,000

2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.3.1

2.2.3.2 Target Laba Sebagai Persentasi Pendapatan Penjualan


Anggaplah bahwa bahwa Whittier Company ingin mengetahui
jumlah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk
menghasilkan laba yang sama dengan 15 persen dari
pendapatan penjualan. Pendapatan penjualan adalah harga
dikalikan dengan kuantitas yang terjual. Dengan menggunakan
laporan laba-rugi:

0,15 ($400 x Unit) = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000


$60 x Unit = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000
$15 x Unit = $45.000
Unit = 3.000

7
Untuk 3.000 unit mesin pemotong rumput, total pendapatannya
adalah $1,2 Juta ($400 x 3.000 Unit). Ingat bahwa di atas titik
impas, margin kontribusi per unit sama dengan laba per unit.
Volume impas adalah 600 unit. Apabila 3.000 mesin pemotong
rumput terjual, maka selanjutnya 2.400 (3.000-600) mesin
pemotong rumput di atas titik impas telah terjual. Karena itu
laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2.400 Unit), yang
merupakan 15 persen dari penjualan ($180.000 / $1.200.000).

2.2.3.3 Target Laba Setelah Pajak


Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak
berperan. Ini disebabkan karena pajak yang dibayar untuk laba
nol adalah nol. Ingat kembali bahwa laba bersih adalah laba
operasi setelah pajak penghasilan, dan bahwa angka target laba
kita dinyatakan dalam kerangka sebelum pajak. Apabila target
laba ingin dinyatakan sebagai laba bersih, kita harus
menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh
laba operasi.

Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba


pajak setelah dihitung dengan mengurangkan pajak dari laba
operasi (atau laba sebelum pajak).
Laba bersih = Laba operasi – Pajak
= Laba operasi – (Tarif pajak x Laba Operasi)
= Laba operasi (1 – Tarif pajak)
Atau
Laba bersih = Laba operasi / (1 – Tarif pajak)

Contoh, misalkan Whitter Company ingin memperoleh laba


bersih sebesar $48.750 dan tarif pajaknya adalah 35 persen.
Untuk mengkonversi target laba setelah pajak menjadi target
laba sebelum pajak:
$48.750 = Laba Operasi – (0,35 x Laba Operasi)

8
$48.750 = 0,65 (Laba Operasi)
$75.000 = Laba Operasi

Jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Whitter Company harus


menghasilkan $75.000 sebelum pajak untuk memperoleh
$48.750 setelah pajak. Maka jumlah unit yang harus dijual:
Unit = ($45.000 + $75.000) / $75
Unit = $120.000 / $75
Unit = 1.600

Laporan laba-rugi berdasarkan penjualan sebesar 1.600 mesin


pemotong rumput.

Penjualan (1.600 unit @ $400) $ 640,000


Dikurangi: Beban Variabel $ (520,000)
Margin Kontribusi $ 120,000
Dikurangi: Beban Tetap $ (45,000)
Laba Sebelum Pajak $ 75,000
Dikurangi: Pajak tarif $ (26,250)

2
2.2
2.3 Titik Impas dalam Dolar Penjualan
Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel didefinisikan
sebagai persentase penjualan bukan sebagai jumlah per unit yang terjual. Rasio biaya
variabel (Variable Cost Ratio) adalah bagian dari dollar penjualan yang harus
digunakan untuk menutup biaya variable. Rasio biaya variable dapat dihitung
dengan menggunakan data total atau data per unit. Setelah itu, persentase dari dolar
penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi merupakan rasio margin
kontribusi. rasio margin kontribusi (Contribution Margin Ration) adalah bagian dari
setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan
laba. Contoh: Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput dengan
harga jual per unit $ 400 , biaya variable per unit $325, dan biaya tetap $45.000

9
Persentase
Dolar Penjualan
Penjualan $400.000 100
Dikurangi beban variabel (325.000) 81.25
Margin kontribusi $75.000 18.75
Dikurangi biaya tetap (45.000)
Laba operasi $ 30,000

Rasio biaya variabel adalah 0,8125 ($325.000/$400.000), rasio marjin kontribusi


adalah 0,8175 diperoleh dari ($75.000/$400.000). Biaya tetap adalah $45.000
berdasarkan laporan laba rugi ini, pendapatan penjualan yang harus dihasilkan
Whitter untuk mencapai titik impas adalah :

Laba Operasi = Penjualan – Biaya variabel – Biaya tetap


0 = Penjualan – (Rasio biaya variabel x penjualan) – Biaya tetap
0 = Penjualan (1- Rasio biaya variabel) – biaya tetap
0 = Penjualan (1- 0,8125) - $45.000
Penjualan (0,1875) = $ 45.000
Penjualan = $ 240.000

2.3.1 Target Laba dan Pendapatan Penjualan


Contoh: Berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Whitter
untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.000? (dalam kerangka
pendapatan penjualan.)
Penjualan = ($45.000 + $60.000) / 0,1875
= $105.000 / 0,1875
= $560.000
Whitter harus menghasilkan pendapatan sebesar $560.000 untuk mencapai
target laba $60.000. karena titik impas adalah $240.000, maka penjualan
tembahan sebesar $320.000 ($560.000 - $240.000) di atas titik impas harus
dihasilkan. Perkalian antara rasio margin dengan pendapatan di atas titik
impas menghasilkan laba sebesar $60.000 (0,1875 x $320.000). Di atas titik
impas rasio margin kontribusi merupakan rasion laba; karena itu, rasio
tersebut menggambarkan setiap dolar penjualan yang dapat dibebankan ke

10
laba. Setiap dolar penjualan yang diterima di atas titik impas akan
meningkatkan laba sebesar $0,1875. Untuk mengetahui perubahan laba yang
diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan rasio marjin kontribusi
dengan perubahan penjualan.

2.3.1

2.3.2 Pembandingan Kedua Pendekatan


Ada dua alasan mengapa untuk pendekatan pendapatan penjualan
menggunakan rumus terpisah. Pertama, dengan menggunkan pendekatan
penjualan memungkinkan kita untuk langsung mencari pendapatan apabila
dikehendaki. Kedua, pendekatan penjualan jauh lebih mudah digunakan dalam
pengaturan multiproduk.

1)
2)
2.1
2.2
2.3
2.4 Analisis Multiproduk
Analisis biaya-volume-laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk
tunggal. Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual produk atau
jasa dalam situasi multiproduk. Contoh, Whitter Company memutuskan untuk
menjual dua model mesin pemoton rumput: pemotong rumput manual dengan
harga jual $400 dan mesin pemotong rumput otomatis dengan harga jual $800.
Departemen pemasaran yakin bahwa sebanyak 1.200 mesin pemotong rumput
manual dan 800 mesin otomatis dapat dijual selama tahun depan. Berikut laporan-
laba rugi berdasarkan lamaran penjualan:

11
Mesin Mesin
Total
Manual Otomatis
Penjualan $ 480,000 $ 640,000 $ 1,120,000
Dikurangi: Beban variabel $ (390,000) $ (480,000) $ (870,000)
Margin kontribusi $ 90,000 $ 160,000 $ 250,000
Dikurangi: Beban tetap langsung $ (30,000) $ (40,000) $ (70,000)
Margin produk $ 60,000 $ 120,000 $ 180,000
Dikurangi: Beban tetap umum $ (26,250)

Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat
ditelusuri ke masing-masing segmen, dan akan hilang apabila segmen tidak ada.
Beban tetap umum adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke segmen, dan akan
tetap muncul meskipun salah satu segmen dieliminasi.

2.4.1 Titik Impas Dalam Unit


Untuk multiproduk, terdapat dua margin kontribusi per unit. Contoh,
Pemilik Whitter Company agak cemas terhadap penambahan lini produk
baru dan ingin tahu berapa banyak masing-masing model harus terjual
untuk mencapai titik impas. Margin kontribusi per unit sebesar $75
($400-$325) untuk mesin pemotong rumput manual, dan mesin
pemotong rumput otomatis memiliki margin kontribusi sebesar $200
($800-$600).

Titik Impas untuk mesin pemotong rumput manual:


Unit impas mesin manual = Biaya tetap / (Harga-Biaya variabel
per unit)
= $30.000 / $75
= 400 Unit

Titik Impas untuk mesin pemotong rumput otomatis:


Unit impas mesin manual = Biaya tetap / (Harga-Biaya variabel
per unit)
= $40.000 / $75
12
= 200 Unit
Jadi, sebanyak 400 mesin manual dan 200 mesin otomatis harus terjual
untuk mencapai margin produk impas. Margin produk impas hanya
menutup biaya tetap langsung; sementara biaya tetap umum belum
tertutupi.

2.4.1

2.4.2 Penentuan Bauran Penjulan


Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang terjual. Misalnya, apabila
Whitter Company berencana menjual 1.200 mesin manual dan 800 mesin
otomatis, maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200:800. Biasanya,
bauran penjualan diturunkan sampai angka terkecil, jadi bauran relatif
1.200:800 dapat diturunkan hingga 3:2. Jadi, setiap tiga mesin manual yang
terjual, maka dua mesin otomatis terjual.

2.4.2

2.4.3 Bauran Penjualan dan Analisis CVP


Untuk menggunakan pendekatan titik impas dalm unit, harga jual per paket
dn biaya variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai paket
tersebut, bauran penjualan, harga setiap produk, dan masing-masing biaya
varibel yang diperlukan. Dalam laporan laba-rugi, nilai paket dari Whitter
Company sebagai berikut:

Margin
Biaya Margin
Bauran Kontribusi
Produk Harga Variabel Kontribusi
Penjualan per Unit
per Unit per Unit
Paket
Mesin Manual $ 400 $ 325 $ 75 3 $ 225
Mesin Otomatis $ 800 $ 600 $ 200 2 $ 400
Total Paket $ 625
Dari laporan laba-rugi Whitter di atas, total biaya tetap perusahaan adalah
$96.250. jadi, titik impasnya adalah:
Paket impas = Biaya tetap / Margin Kontribusi per Paket
= $96.250 / $625
= 154 Paket

13
Whitter harus menjual 462 mesin manual (3 x 154) dan 308 mesin otomatis
(2 x 154) untuk mencapai titik impas. Berikut laporan laba-rugi Whitter
Company yang memverifikasikan solusi titik impas:

Mesin Mesin
Total
Manual Otomatis
Penjualan $ 184,800 $ 246,400 $ 431,200
Dikurangi: Beban Variabel $ (150,150) $ (184,800) $ (334,950)
Margin kontribusi $ 34,650 $ 61,600 $ 96,250
Dikurangi: Beban Tetap Langsung $ (30,000) $ (40,000) $ (70,000)
Margin Segmen $ 4,650 $ 21,600 $ 26,250
Dikurangi: Beban Tetap Umum $ (26,250)

2.4.3

2.4.4 Pendekatan Dolar Penjualan


Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, satu-satunya
informasi yang diperlukan adalah proyeksi laporan laba-rugi secara
keseluruhan.
Penjualan $ 1,120,000
Dikurangi: Beban biaya variabel $ (870,000)
Margin Kontribusi $ 250,000
Dikurangi: Total beban tetap $ (96,250)
Laba sebelum pajak $ 153,750

Proyeksi laba rugi bersandar pada asumsi bahwa 1.200 mesin manual dan
800 mesin otomatis akan terjual (burn penjualan sebesar 3:2). Titik impas
dalam pendapatan penjualan juga bersandar pada bauran penjualan yang
diharapkan. Menurut laporan laba-rugi tersebut berapakah pendapatan
penjualan yang harus dihasilkan untuk mencapai titik impas dengan rasio
margin kontribusi 0,2232 ($250.000 / $1.120.000)?
Penjualan impas = Biaya tetap / Rasio margin kontribusi
= $96.250 / 0,2232
= $431.228

14
1)
2)
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5 Representasi Grafis dari Hubungan CVP
Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat perbedaan antara
biaya variabel dan pendapatan serta membantu memahami dampatk kenaikan
atau penurunan penjualan terhadap titik impas

2.5.1 Grafik-Laba Volume


Grafik laba-volume menggambarkan secara visual hubungan antara
laba dan volume penjualan. Grafik ini merupakan grafik dari
persamaan laba operasi.
[Laba operasi = (Harga x Unit) – (Biaya variabel per unit x Unit) –
Biaya tetap]
Contoh grafik-laba volume:

Tyson Company memproduksi suatu produk dengan data biaya dan


harga sebagai berikut:
Total biaya tetap $100
Biaya variabel per unit 5
Harga Jual per unit 10

Dengan menggunakan data tersebut, laba operasi dapat dinyatakan


sebagai berikut:
Laba operasi = ($10 x unit) – ($5 x unit) - $100
=($5 x unit) - $100

15
Penjualan Biaya variabel Harga Jual Biaya tetap Laba
0 $ - $ - $ 100 $ (100)
5 $ 25 $ 50 $ 100 $ (75)
10 $ 50 $ 100 $ 100 $ (50)
15 $ 75 $ 150 $ 100 $ (25)
20 $ 100 $ 200 $ 100 $ -
25 $ 125 $ 250 $ 100 $ 25
30 $ 150 $ 300 $ 100 $ 50
35 $ 175 $ 350 $ 100 $ 75
40 $ 200 $ 400 $ 100 $ 100
45 $ 225 $ 450 $ 100 $ 125
50 $ 250 $ 500 $ 100 $ 150

Grafik ini dapat digunakan untuk menilai laba (rugi) Tyson pada setiap
tingkat aktivitas penjualan.Jadi apabila unit yang terjual adalah nol,
maka Tyson Company mengalami kerugian sebesar $100 karena ini ,
titik yang menggambarkan volume penjualan adalah (0, -$100).
Apabila laba operasi adalah nol, maka unit yang terjual sama dengan
20. Dengan demikian,titik yang menggambarkan laba nol ( titik impas)
adalah (20,$0). Dan laba yang diperoleh dari penjualan 40 unit adalah
$100.

200

150
(40, $100)
100
Laba atau rugi

50 (20, $0)
Titik Impas
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

-50

-100
(0, -$100)

-150
unit yang terjual

Grafik Laba-Volume

16
2.5.2 Grafik-Biaya Volume Laba
Grafik ini menggambarkan hubungan antara biaya, volume dan laba.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci perlu dibuatduagrafik
dengan garis terpisah yaitu garis total pendapatan dan garis total biaya.
Kedua garis ini disajikan masing-masing dengan dua persamaan berikut:
Pendapatan = Harga x Unit
Total biaya = Biaya variabel per unit x Unit + Biaya tetap.

Menggunakan contoh Tyson.


Tyson Company memproduksi suatu produk dengan data biaya dan
harga sebagai berikut:
Total biaya tetap $100
Biaya variabel per unit 5
Harga Jual per unit 10

Pendapatan = $10 x Unit


Total Biaya = ($5 x Unit) + $100
Unit Pendapatan Total biaya
0 $ - $ 100
5 $ 50 $ 125
10 $ 100 $ 150
15 $ 150 $ 175
20 $ 200 $ 200
25 $ 250 $ 225
30 $ 300 $ 250
40 $ 400 $ 300
45 $ 450 $ 325
50 $ 500 $ 350

Untuk menggambarkan kedua persamaan tersebut ke dalam grafik,


sumbu vertikal diukur dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit
yang terjual. Untuk persamaan pendapatan, penjualan unit sebesar 0
menghasilkan pendapatan $0; penjualan 20 unit menghasilkan
pendapatan $200. Dengan demikin,kedua titik untuk persamaan
pendapatan(0,$0) dan (20,$200). Untuk persamaan biaya, unit yang
terjual sebnyak 0 dan 20 menghasilkan titik-titik (0,$100) dan (20,
$200).

17
600

500 Total Pendapatan

400 Daerah Laba

Pendapatan
Total Biaya
300

200

100
Biaya tetap ($100)
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
unit yang terjual

Grafik Biaya Volume Laba

1)
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
2.6 Perubahan Variabel CVP
Karena perusahaan beropreasi dalam dunia yang dinamis, merekaharus memperhatikan
perubahan harga, biaya varibel dan biaya tetap. Perusahaan juga harus memperhitungkan
pengaruh risiko dan ketidakpastian.
Contoh kasus:
Misalkan Whittier Company baru-baru ini melakukan studi pasar yang mengungkapkan
tiga alternatif berbeda.
Alternatif 1 : Apabila pengeluaran iklan meningkat $8.000, penjualan akan naik dari
1.600 menjadi 1.725
Alternatif 2: Penurunan harga dari $400 menjadi $375 per mesin manual akan
meningkatkan penjualan dari 1.600 unit menjadi 1.900 unit
Alternatif 3 : Penurunanharga dari $375 dan peningkatan pengeluaran iklan sebesar
$8.000 akan meningkatkan penjualan dari 1.600 unit menjadi 2.600 unit
Dari contoh kasus Whittier Company sebelumnya diketahui bahwa:
Harga per unit = $400

18
Biaya variabel per unit = $325
Beban tetap = $ 45.000

1. Untuk pertimbangan alternatif pertama, pengaruh laba terhadap kenaikan iklan $8000
dan penjualan naik sebanyak 125 unit dapat diselesaikan dengan menerapkan marjin
kontribusi per unit. Dapat diketahui marjin kontribusi per unit adalah $75 ($400 - $325)

Sebelum Setelah
Perubahan Perubahan
Harga Harga
Unit yang terjual 1600 1725
Marjin kontribusi per unit x $75 x $75
Total marjin kontribusi $ 120.000 $ 129.375
Dikurangi: Beban tetap (45.000) (53.000)
Laba $ 75.000 $ 76.375

Selisih Laba

Perubahan volume penjualan 125


Marjin kontribusi per unit x $75
Total marjin kontribusi $ 9.375
Dikurangi: Beban Tetap (8.000)
Laba $ 1.375

2. Pada alternatif kedua beban tidak mengalami kenaikan, tetapi penurunan harga
berpengaruh pada marjin kontribusi. Untuk harga saat ini $400 maka marjin kontribusi
per unitnya adalah $75. Untuk harga turun menjadi $375, maka marjin kontribusinya
akan turun menjadi $50 ($375-$325)

19
Sebelum Setelah
Perubahan Perubahan
Harga Harga
Unit yang terjual 1600 1900
Marjin kontribusi per unit x $75 x $50
Total marjin kontribusi $ 120,000 $ 95.000
Dikurangi: Beban tetap (45.000) (45.000)
Laba $ 75,000 $ 50,000

Selisih Laba

Perubahan marjin kontribusi $ (25.000)


($95.000 - $120.000)
Dikurangi: Beban Tetap -
Penurunan Laba $ (25.000)

3. Alternatif ketiga memperlihatkan penurunan harga jual per unit dan kenaikan biaya
iklan. Untuk beban tetap sebelum perubahan harga adalah $45.000 dan setelah perubahan
harga biaya tetap akan bertambah menjadi $ 53.000 karena kenaikan iklan sebesar $
8000. Dan untuk harga berjalan $400 maka marjin kontribusi per unitnya adalah $75.
Untuk harga turun menjadi $375, maka marjin kontribusi yang baru akan turun menjadi
$50 ($375-$325)

Sebelum Setelah
Perubahan Perubahan
Harga Harga
Unit yang terjual 1600 2900
Marjin kontribusi per unit x $75 x $50
Total marjin kontribusi $ 120,000 $ 130,000
Dikurangi: Beban tetap (45.000) (53.000)
Laba $ 75,000 $ 77,000

Selisih Laba

Perubahan marjin kontribusi $ 10,000


($130.000 - $120.000)
Dikurangi: Beban Tetap (8000)
Kenaikan Laba $ 2,000

Dari ketiga alternatif yang diidentifikasi, alternatif 3 lah yang paling menjanjikan
keuntungan. Alternatif 1 hanya meningkatkan laba $1.375, alternatif 2 menurunkan laba
sebesar $25.000 dan alternatif 3 meningkatkan laba sebesar $2000.

20
2.6.1 Risiko dan Ketidakpastian
Asumsi utama pada analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti.
Namun, hal tersebut jarang terjadi. Dalam hal risiko, distribusi probabilitas
variabel diketahui, sementara pada ketidakpastiaan, tidak demikian halnya.

2.6.1.1 Marjin Pengaman (margin of safety)


Sebagai contoh apabila volume impas perusahaan adalah 200 unit dan
perusahaan saat ini menjual 500 unit, maka marjin pengaman adalah
300 unit (500-200). Marjin pengaman juga dapat dinyatakan dalam
pendapatan penjualan.

Marjin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar risiko. Dalam


kenyataan selalu muncul peristiwa yang tidak diketahui ketika rencana
telah disusun, yang dapat menurunkan penjualan. Apabila marjin
pengaman lebih besar daripada penjualan yang diharapkan di tahun
depan, maka risiko kerugian penjualan akan lebih kecil.

2.6.1.2 Leverage Operasi/Pengungkit Operasi


Merupakan penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan
persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah.
Semakin besar leverage operasi, semakin banyak perubahan aktivitas
penjualan yang akan mempengaruhi laba. Tingkat Leverage Operasi
(degree of operating leverage =DOL) untuk tingkat penjualan tertentu
dapat diukur dengan rasio marjin kontribusi terhadap laba, sebagai
berikut

Marjin Kontribusi
Tingkat Leverage Operasi =
Laba
Untuk mengilustrasikan pemanfaatan konsep ini, disajikan data yang
relevan untuk tingkat penjualan sebesar 10.000 unit sebagai berikut:

21
Sistem Otomatis Sistem Manual
Penjualan $ 1,000,000 $ 1,000,000
Dikurangi: Biaya variabel $ 500,000 $ 800,000
Margin kontribusi $ 500,000 $ 200,000
Dikurangi: Biaya tetap $ 375,000 $ 100,000
Laba operasi $ 125,000 $ 100,000

Harga jual per unit 100 100


Beban variabel per unit 50 80
Margin Kontribusi per unit 50 20

Tingkat pengungkit operasi untuk sistem otomatis adalah 4,0


($500.000/$125.000). Tingkat pengungkit operasi untuk sistem manual
adalah 2,0 ($200.000/$100.000). Apa yang akan terjadi dengan laba
pada sistem setiap sistem jika penjualan naik sebesar 40 persen?

Sistem Otomatis Sistem Manual


Penjualan $ 1,400,000 $ 1,400,000
Dikurangi: Biaya Variabel $ 700,000 $ 1,120,000
Margin Kontribusi $ 700,000 $ 280,000
Dikurangi:Biaya tetap $ 375,000 $ 100,000
Laba operasi $ 325,000 $ 180,000

Laba untuk sistem otomatis naik sebesar $200.000 sedangkan pada


sistem manual naik sebesar $80.000. Sistem otomatis menghasilkan
kenaikan laba yang cukup besar karena memiliki tingkat pengungkit
operasi yang lebih tinggi.

2.6.2 Analisis Sensitivitas dan CVP


Analisis Sensitivitas adalah teknik “bagaimana bila (what if)” yang menguji
dampak perubahan asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban. Analisis
Sensitivitas mudah dilakukan hanya memasukkan data mengenai harga, biaya
variabel, biaya tetap, dan bauran penjualan, serta dengan menggunakan rumus
untuk menghitung titik impas dan laba yang diharapkan. Analisis sensivitas juga
bisa memberikan masukan bagi para manajer untuk merasakan tingkat pengaruh
dari variabel yang buruk terhadap suatu jawaban.

2.7 Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas


Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume (biaya

22
variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Namun, banyak perusahaan sadar
bahwa perbedaan antara biaya tetap dan biaya varibel terlalu menyederhanakan masalah.
Sebagai contoh, perusahaan penerbangan besar seperti American Airlines memiliki
kabin kelas satu. Para penumpang yang terbang pada kabin ini mendapatkan ruang
duduk yang lebih luas, makanan hangat dan minuman gratis. Penumpang kelas ekonomi
tentu mendapatkan ruang tempat duduk yang lebih kecil dan ditempatkan di bagian
belakang pesawat. Jadi, meskipun misalnya biaya rata-rata untuk penerbangan sekitar
$0,105 per mil, biaya tersebut harus lebih besar untuk penumpang kelas satu dan lebih
rendah untuk penumpang kelas ekonomi.

Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori
berdasarkan unit dan nonunit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas mengakui
beberapa biaya berubah bergantung pada jumlah unit dan biaya lain tidak. Sistem
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas memperlihatkan banyak biaya nonunit berubah
berkenaan dengan penggerak aktivitas lainnya.

Sebagai ilustrasi,biaya perusahaan dapat dijelaskan dengan tiga varibel: penggerak


aktivitas unit adalah unit yang dijual; penggerak aktivitas tingkat batch adalah jumlah
pengaturan; dan penggerak aktivitas tingkat produk adalah jam rekayasa. Persamaan
biaya ABC selanjutnya dapat dinyatakan sebagai berikut:

Total Biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah Unit) +
(Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x
Jumlah jam rekayasa)

Laba operasi dinyatakan sebagai berikut:

Laba Operasi = Total Pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit
x Jumlah Unit) + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) +
(Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)]

Untuk menghitung unit impas dalam unit menggunakan margin kontribusi adalah sebagai
berikut:

Laba Operasi = [Biaya tetap + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) +


(Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)] / (Harga-Biaya
variabel per unit)

23
Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional mengungkapkan
dua perbedaan yang signifikan. Pertama biaya tetapnya berbeda, beberapa biaya yang
sebelumnya diindentifikasi sebagai biaya tetap dapat berbeda dengan penggerak biaya
nonunit yang dalam hal ini adalah pengaturan dan jam rekayasa. Kedua, pembilang pada
persamaan ABC memiliki dua istilah biaya variabel nonunit: satu untuk aktivitas yang
berkaitan dengan batch dan satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan keberlanjutan
produk.

2.7.1 Contoh Perbandingan Analisis Konvensional dan ABC


Di asumsikan suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual
untuk mengasumsikan laba sebelum pajak sebesar $20.000

Tingkat
Biaya Variabel
Penggerak Aktivitas Penggerak
per unit
Aktivitas
Unit yang terjual $10 -
Pengaturan 1,000 20
Jam Rekayasa 30 1,000
Data lainnya:
Total biaya tetap (konvensional) $ 100,000
Total biaya tetap (ABC) 50,000

Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah unit yang harus terjual untuk
menghasilkan laba sebelum laba sebelum pajak sebesar $20.000 dihitung
sebagai berikut:

Jumlah unit = (Target laba + Biaya Tetap)/(Harga – Biaya variabel per unit)

= ($20.000 +$100.000)/ ($20 - $10)

= $120.000/ $10

=12.000

Dengan menggunakan persamaan ABC,jumlah unit yang harus terjual untuk


menghasilkan laba operasi sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut:

Jumlah unit = [Target laba + Biaya tetap ABC + (Biaya pengaturan x Jumlah
pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)]/(Harga
– Biaya variabel per unit)

24
= [ $20.000 + $100.000 + ($1.000 x 20) + ($30 x 1.000)] / ($20
- $10)

= 12.000

Menurut kedua pendekatan tersebut, jumlah unit yang harus dijual adalah sama.
Alasannya sederhana. Kelompok total biaya tetap menurut perhitungan biaya
konvensional terdiri atas biaya variabel berdasarkan nonunit ditambahkan
dengan biaya tetap tanpa memperhatikan penggerak aktivitas. Sedangkan
dengan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas memilah-milah berbagai
biaya variabel berdasarkan nonunit. Selama tingkat aktivitas penggerak biaya
berdasarkan nonunit tetap sama, hasil perhitungan .konvensional dan ABC akan
sama. Namun, tingkat-tingkat tersebut dapat berubah sehingga informasi yang
disediakan oleh kedua pendekatan bisa sangat berbeda.

2.7.2 Implikasi Stategis : Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC


Misalkan, setelah analisis CVP konvensional dilakukan, Departemen Pemasaran
menyatakan penjualan 12.000 unit mustahil tercapai. Unit yang bisa terjual
mungkin hanya10.000. Kemudian, presiden direktur perusahaan memerintahkan
para insinyur perangcang produk mencari suatu cara mengurangi biaya
pembuatan produk. Para insinyur juga diminta mempertahankan persamaaan
biaya konvensional, yaitu biaya tetap sebesar $100.000 dan biaya variabel per
unit $10. Biaya variabel perunit $10 terdiri atas : tenagakerja langsung $4,
bahan baku langsung $5, dan overhead varibel $1. Untuk memenuhi permintaan
mengyrangi titik impas, Departemen Teknik memproduksi suatu rancangan baru
yang membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit. Rancangan baru tersebut
mengurangi baya tenagakerja langung sebesar $2 per unit. ). Dengan demikian,
biaya variabel yang baru adalah $8 per unit. Rancangan baru tersebut
membutuhkan pengaturan yang leebhi rumit sehingga meningkatkan biaya
perpengaturan dari $1.000 menjadi $1.600. Karena peningkatan kandungan
teknis, rancangan baru itu juga membutuhkan dukungan teknik tambahan
sebesar 40 persen (dari 1.000 jam menjadi 1.400 jam).

2.7.2.1 Perhitungan menggunakan analisis CVP konvensional


Jumlah unit = Biaya tetap/ (Harga – Biaya variabel per unit)

25
= $100.000/ ($20-$8)

= 8.333 unit

Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sebagai berikut.

Penjualan ($20 x 10.000) $ 200,000


Dikurangi: Beban variabel ($8 x 10.000) $ 80,000
Margin kontribusi $ 120.000
Dikurangi: Beban Tetap $ 100,000
Laba operasi $20.000

Karena senang dengan hasil dari analisis CVP konvensional, presiden


direktur menyetujuui rancangan baru tersebut. Satu tahun kemudia,
presiden direktur mendapati bahwa peningktan laba yang diharapkan
tidak terjadi. Sebaliknya, perusahaan merugi. Mengapa? Jaawabannya
diberikan oleh pendekatan ABC pada analisis CVP

2.7.2.2 Perhitungan menggunakan analisis CVP persamaan aktivitas.


Jumlah unit = [Biaya tetap ABC + (biaya pengaturan x jumlah
pengaturan) + (biaya rekayasa x jumlah jam rekayasa)/ (Harga - Biaya
variabel per unit)
= [$50.000 + ($1.600 x 20) + ($30 x 1.400)/ ($20 - $8)

= $124.000/$12

= 10.333 unit

Laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sebagai berikut:

Penjualan ($20 x 10.000) $ 200,000


Dikurangi: Beban variabel ($8 x 10.000) $ 80,000
Margin kontribusi $ 120.000
Dikurangi: Beban variabel berdasarkan nonunit
Pengaturan ($1.600 x 20) $ 32,000
Jam rekayasa ($30 x 1.400) $ 42,000 $ 74,000
Margin yang dapat ditelusuri $ 46,000
Dikurangi biaya tetap $ 50,000
(Rugi) Operasional $ (4,000)

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Analisis Biaya Volume Laba (CVP) adalah suatu alat yang digunakan oleh
manajemen untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Dengan anlisis
CVP kita dapat mengetahui berapa jumlah produk yang harus diproduksi untuk
memperoleh laba tertentu. Dalam menganalisis CVP memerlukan lima
informasi, yaitu biaya variabel, biaya tetap, jumlah unit terjual, laba, dan harga
produk. Analisis CVP ini bermanfaat bagi manajemen untuk menentukan titik
impas, mencapai laba yang ditargetkan sebelum dan sesudah pajak, dan
merekayasa variabel-variabel CVP.

27
3.2 Saran

Analisis Biaya Volume Laba merupakan persoalan yang kompleks karena


hubungan-hubungan antara biaya, volume, dan laba kerap dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen. Maka
dari itu sebagai seorang manajer pada suatu perusahaan diharapkan dapat
memahami dengan baik bagaimana menganalisis biaya volume laba dalam
merencanakan laba, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Sandi, Fajar Billy. 30 Desember 2020. Diakses 14 Februari 2022, 10:11 WITA.
<https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/break-even-point>

Napitupulu, Jecika. Diakses 19 Februari 2022, 14:34 WITA


<https://www.academia.edu/38268019/Makalah_Cost_Volume_Profit_CVP_SAM_2
_>
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (1999). Akuntansi Manajemen, Jilid 2. Edisi 4.
Jakarta: Salemba Empat.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (2009). Akuntansi Manajemen, Jilid 2. Edisi 8.
Jakarta: Salemba Empat.

28
29

Anda mungkin juga menyukai