Anda di halaman 1dari 30

INTEGRASI TERNAK DAN PERKEBUNAN

Makalah Mengenai Perkebunan, Palawija, dan Holtikultura


Dosen pengampu : Ir. R. EdhyMirwandhono,M.Si, MP

Disusun Oleh :

Nama : Aji

Darmawan NIM

210306035
Kelas :PTN A

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

UNIVERSTAS SUMATERA

UTARA 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah tugas Integrasi Ternak dan Perkebuan dengan dosen
pengampu bapak Ir. R. Edhy Mirwandhono, M Si., MP , yang berjudul “Makalah Mengenai
Perkebunan, Palawija, dan Holtikultura”. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa saja yang terkait
perkebunan,palawija dan holtikultura yang ada di Indonesia,khusunya di Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesilapan kata yang kurang
berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun.

Medan, 13 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................5
Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
Tanaman Perkebunan...................................................................................................................6
Tanaman Palawija......................................................................................................................16
Tanaman Holtikultura................................................................................................................19
Data Perkebunan,Palawija dan Holtikultura Yang Ada di Indonesia........................................22
BAB III..........................................................................................................................................28
KESIMPULAN.............................................................................................................................28
KESIMPULAN..........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian adalah tulang punggung perekonomian dan pemeliharaan kehidupan manusia.


Tiga subsector pertanian, yaitu perkebunan, palawija, dan hortikultura, membentuk mosaic
kekayaan pertanian yang memperkaya dan mengembangkan keberagaman sumber daya pangan
dan bahan baku di berbagai belahan dunia. Perkebunan, Palawija, dan Hortikultura adalah
bagian dari sector pertanian yang memiliki karakteristik dan fokus yang berbeda. Namun,
ketiganya secara umum disebut sebagai "subsector pertanian" atau "komoditas pertanian." Ini
mencakup segala bentuk produksi tanaman yang melibatkan budidaya dan pemanfaatan sumber
daya tanah untuk menghasilkan hasil pertanian. Sebutan ini mencakup berbagai jenis tanaman
yang ditanam untuk tujuan komersial atau konsumsi, termasuk tanaman Perkebunan (seperti
kelapa sawit atau teh), Palawija (tanaman pangan selain padi, jagung, dan gandum), dan
Hortikultura (tanaman sayuran, buah-buahan, dan bunga).

Perkebunan mencakup tanaman ekonomis seperti kelapa sawit, karet, teh, dan kopi.
Latar belakang perkebunan mencerminkan era eksplorasi dan kolonialisme, di mana tanaman-
tanaman ini diperkenalkan dan dikembangkan di berbagai wilayah. Seiring berjalannya waktu,
perkebunan tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi beberapa negara, tetapi juga menjadi
sumber utama bahan baku untuk industri global.

Palawija merupakan tanaman pangan selain padi, jagung, dan gandum. Latar
belakang palawija mencakup adaptasi terhadap variasi iklim dan kebutuhan gizi masyarakat.
Di banyak negara, palawija seperti kacang-kacangan, ubi kayu, dan kentang menjadi sumber
protein dan karbohidrat yang penting. Peran palawija semakin diperkuat dalam menghadapi
tantangan ketahanan pangan dan perubahan iklim.

Hortikultura melibatkan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga, dan tanaman


hias. Latar belakang hortikultura mencerminkan interaksi antara kebutuhan manusia akan
konsumsi pangan yang berkualitas tinggi dan estetika lingkungan. Hortikultura menjadi
esensial dalam mendukung pola makan sehat dan menyumbang pada industry agribisnis serta
keindahan lingkungan. Perkembangan teknologi pertanian, perubahan selera konsumen, dan
trenurbanisasi memiliki peran penting dalam membentuk latar belakang hortikultura.

Ketiga subsector ini, meskipun berbeda dalam fokus dan karakteristiknya, memiliki
dampak dan tantangan bersama. Perubahan iklim, keberlanjutan lingkungan, dan perubahan
pola konsumsi global adalah beberapa tantangan yang mempengaruhi perkebunan, palawija,
dan hortikultura. Namun, bersamaan dengan itu, ketiganya juga memiliki peran krusial dalam
menciptakan ketahanan pangan global, meningkatkan pendapatan petani, dan
memperkaya keanekaragaman sumber daya pertanian.

Pembangunan pertanian sekarang dan masa yang akan dating dihadapkan pada berbagai
tantangan yang harus segera diantisipasi. Tantangan tersebut diantaranya adalah pemenuhan
kecukupan pangan, pasar global, peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan, penyediaan
lapangan kerja, kelestarian sumber daya alam serta perubahan iklim global. Didunia pertanian
tantangan yang sering dihadapi di tingkat petani umumnya usaha pertanian masih bersifat
parsial (per subsektor), sehingga petani sebagai pelaku usaha tani dikelompokkan menjadi
petani tanaman pangan, hortikultura, ikan, ternak, dan perkebunan (Hasan dan Safaruddin,
2012).

Rumusan masalah

1. Apa saja tanaman perkebunan,hortikultura, dan palawija?


2. Bagaimana pohon produksi dari tanaman perkebunan, hortikultura, dan palawija?
3. Bagaimana data tenntang produksi dan Luas lahan perkebunan, hortikultura dan palawija
menurut BPS ( Badan Pusata Statistik)?

Tujuan

1. Mengetahui tanaman perkebunan, hortikultura dan palawija


2. Mengetahui pohon industry dari tanaman perkebunan, hortikulturadan palawija
3. Mengetahui data tentang produksi dan luas lahan perkebunaan, hortikultura, dan palawija
menurut BPS (Badan Pusat Statistik)
BAB II
PEMBAHASAN

1. TANAMAN PERKEBUNAN

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah
dan/atau mediatumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan bareng
dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan
sertamanajemen untukmewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pertanian, Perkebunan adalah segala
kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin,
budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkait tanaman perkebunan.

Perkebunan merupakan suatu andalan komoditas unggulan dalam menopang


pembangunan perekonomian Nasional Indonesia, baik dari sudut pandang pemasukan devisa
Negara maupun dari sudut pandang peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,
dengan cara membuka lapangan pekerjaan yang sangat terbuka luas. Dalam dictum
menimbang UU Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan dinyatakan bahwa, untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara berkeadilan, maka perkebunan
perlu dijamin keberlanjutan serta ditingkatkan fungsi dan peranannya dan perkebunan sebagai
salah satu bentuk pengelolaan sumber daya alam perlu dilakukan secara terencana, terbuka,
terpadu, professional, dan bertanggung jawab.

Komoditas perkebunan yang sangat mengalami perkembangan pesat, yakni


perkebunan kelapa sawit, yang saat ini menggeser kedudukan perkebunan karet.Pergantian
minat membuka perkebunan karet ke perkebuunan sawit dilatarbelakangi suatu pertimbangan
dari sektor perekonomian.Pengelolaan perkebunan karet, hasil panennya membutuhkan waktu
yang sangat panjang, sementara perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu yang
pendek.Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dengan kapasitas yang luas, pada sisi
perekonomian Negara sangat menguntungkan karena akan menambah pendapatan Negara,
sementara pada sisi lingkungan perlu mendapat perhatian yang serius, karena perluasan
perkebunan ini akan
memerlukan lahan yang tidak sedikit, apalagi jika pembukaan lahan perkebunan ini dilakukan
dihutan alam ini yang menjadi masalah. Sebab, diharapkan kedepan pembangunan lahan
perkebunan dilaksanakan di lahan yang tidak produktif lagi, misalnya dibekas lahan yang telah
ditinggalkan oleh pengusaha hutan, lahan bekas tambang batu bara, tambang nikel, tambang
timah. Selain itu, pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat pula dilaksanakan di semak
belukar, di lahan ilalang yang sangat luas di Indonesia. Oleh karena itu, dalam memacu dan
memperluas kebun kelapa sawit ke depan, betul-betul pemerintah diharapkan memberikan izin
pembukaan lahan perkebunan bukan lagi hutan alam, hutan produksi, tetapi di lahan yang
tidak produktif .

Pembukaan lahan kelapa sawit merupakan kegiatan awal dalam rangka


membudidayakan tanaman sawit. Proses ini dilakukan mulai dari perencanaan tata letak dan
ruang lahan hingga pembukaan hutan menjadi lahan. Dalam penerapannya, diperlukan upaya-
upaya yang bersifat ramah lingkungan dan tidak berdampak negatif bagi area di
sekitarnya.Tahap perencanaan tata letak lahan dan ruangannya dikerjakan melalui serangkaian
penelitian untuk mengetahui sifat dan karakteristik lahan tersebut.Penelitian yang dimaksud
meliputi topografi, iklim, tanah, status, air, jalan, dan penduduk.Dengan dilakukannya
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan tentang kelayakan suatu lahan untuk dijadikan
perkebunan kelapa sawit.

Dalam pembangunan perkebunan tumpuannya berpijak pada landasan atau asas yang
paling mendasar dari penyelenggaraan perkebunan yang berintikan pada asas manfaat, dan asas
keterpaduan. Hal ini sesuai ketentuan dalam pasal 2 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan
bahwa, perkebunan diselenggarakan berdasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan,
keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan. Sementara itu, tujuan yang paling
penting diadakannya peraturan perkebunan diatur dalam pasal 3 UU Nomor 18 Tahun 2004
dinyatakan bahwa, perkebunan diselenggarakan dengan tujuan: (a) meningkatkan pendapatan
masyarakat; (b) meningkatkan penerimaan Negara; (c) meningkatkan penerimaan devisa
Negara;
(d) menyediakan lapangan kerja; (e) meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing;
(f) memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; (g) mengoptimalkan
pengolahan sumber daya alam secara berkelanjutan. Sejalan dengan UU diatas UU Nomor 39
Tahun 2014 Tentang Perkebunan juga mengatur tentang cara pengolahan dan pembukaan
lahan
yang tercantum dalam pasal 32 ayat (1) Setiap Orang yang membuka dan mengolah lahan
dalam luasan tertentu untuk keperluan budi daya Tanaman Perkebunan wajib mengikuti tata
cara yang dapat mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup. ayat (2) Setiap Orang yang
menggunakan media tumbuh Tanaman Perkebunan untuk keperluan budi daya Tanaman
Perkebunan wajib mengikuti tata cara yang dapat mencegah timbulnya pencemaran lingkungan
hidup.

1. POHON INDUSTRI KELAPA SAWIT

KELAPA SAWIT

TANDAN BUAH SEGAR PELEPAH DAN BATANG

PULP AND PAPER,


TANDAN KOSONG BUAH SAWIT PAKAN TERNAK

TULP AND PAPER INTI SAWIT FURNITUR

KOMPOS CANGKANG BAHAN BAKAR,


KARBON
CARBON
AMPAS SAWIT PAKAN TERNAK
RAYON
PALM KERNEL OIL
OLEO PANGAN

MESOCARP

SERAT OLEO KIMIA


PALM KERNEL OIL

FIBRE BOARD BAHAN BAKAR

SENYAWA SENYAWA FATTY FATTY ASAM BIODESEL ESTER KOSMETIK


HIDROKSI EPOKSI AMINA ALKOHOL LEMAK
EMULS VANAS SHORT MINYAK MARGARIN SKM YOGHURT MINYAK
IFIER PATI ENING GORENG MAKAN MERAH

pohon industri kelapa sawit bermula dari pohon kelapa sawit yang menghasilkan tandan
buah segar, buah sawit dan pelepah sawit. Buah sawit kemudian diproses lebih lanjut untuk
menghasilkan inti sawit dan mesocarp. Inti sawit diproses lebih lanjut menghasilkan cangkang
sawit, ampas serat dan PKO. Mesocarp diolah lebih lanjut menghasilkan CPO dan serat. CPO
dan PKO merupakan produk awal yang dapat dijual secara ekspor ke pasar internasional. CPO
dan PKO kemudian diolah menjadi produk hilir yang terdiri dari tiga kategori yaitu oleo
pangan, oleo kimia, dan biodiesel. Secara terstruktur pohon industri kelapa sawit akan
ditunjukkan pada Gambar 2 (Pohon Industri kelapa sawit).

Sebagian besar industri kelapa sawit di dunia menghasilkan produk hilir kelapa sawit
yang digunakan untuk produk pangan sebesar 95 persen sedangkan sisanya sebesar lima
persen untuk produk non pangan. Oleo pangan merupakan jenis produk hilir kelapa sawit yang
digunakan sebagai bahan baku makanan yang biasanya 10 dikonsumsi oleh masyarakat. Oleo
kimia merupakan produk turunan kelapa sawit yang biasa digunakan untuk keperluan industri.
Biofuel merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari CPO sebagai bahan utama (PPKS
2012). Oleo Pangan Oleo pangan merupakan produk hilir kelapa sawit yang paling dominan.
Oleo pangan merupakan industri yang paling berkembang pesat di negara Indonesia
apabila dibandingkan dengan negara Malaysia (Indonesian Commercial Newsletter 2009).

Sebanyak 95 persen industri kelapa sawit dunia menghasilkan produk oleo pangan.
Produk-produk yang termasuk oleo pangan antara lain: emulsifier, vanaspati, shortening,
minyak goreng, dan margarin. Minyak goreng merupakan oleo pangan yang paling banyak
dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri sebesar 37 persen dari total produk hilir dihasilkan.
Minyak goreng juga memiliki nilai tambah 60 persen dari produk awalnya. Shortening
merupakan pengembang yang biasanya digunakan untuk membuat kue dan roti. Shortening
memiliki nilai tambah 60 persen dari produk awalnya. Sedangkan Margarine dan emulsifier
memiliki nilai
tambah 100 persen Vanaspati merupakan lemak yang biasa digunakan untuk berbagai tujuan
dan biasanya permintaan paling banyak produk ini ada di negara negara Timur Tengah sebagai
pengganti ghee.

Oleo Kimia Industri oleo kimia Indonesia memiliki backup yang sangat besar dari segi
bahan baku karena Indonesia menghasilkan CPO terbesar di dunia, tetapi perkembangan
industri oleo kimia masih belum maju apabila dibandingkan dengan negara Malaysia (ICN
2009).
Industri oleo kimia Malaysia dapat berkembang dengan pesat karena adanya dukungan dari
pemerintah dan organisasi khusus yang tergabung dalam Malaysian Palm Oil Board (MPOB)
yang membuat kebijakan pengembangan industri kelapa sawit. Indonesia menguasai sekitar
12 persen dari seluruh dunia sedangkan Malaysia memenuhi 18 persen dari pemerintaan
seluruh dunia (ICN 2009).

Industri oleo kimia menghasilkan keunggulan dengan nilai tambah yang cukup tinggi
rata-rata sebesar 40 persen dari nilai bahan bakunya CPO dan PKO. Produk hilir seperti
kosmetik dan farmasi sangat potensial apabila dikembangkan dalam industri ini karena
memiliki nilai tambah hingga 1000 persen dibandingkan dengan produk awalnya. Deterjen
merupakan oleo kimia yang paling banyak digunakan oleh masyarakat sebagai alat pembersih.
Deterjen yang dibuat dari kelapa sawit memiliki sifat mudah terdegradasi oleh alam. Deterjen
memiliki nilai tambah 400 persen dari produk awalnya (ICN 2009). Biofuel Biofuel merupakan
bahan bakar alami yang terbuat dari prosesproses biologi dan bersifat terbarukan. Biofuel
memiliki banyak keunggulan dibandingkan bahan bakar lainnya, yaitu mengurangi kadar emisi
gas berbahaya yang biasanya dihasilkan oleh minyak bumi.

Adapun produk hilir 11 yang termasuk biofuel adalah biodiesel dan biogas. Biodiesel
merupakan bahan bakar alternatif yang bahan baku utamanya berasal dari CPO (Suirta 2009).
Permintaan biodiesel di pasar-pasar Eropa, Amerika Serikat, dan Asia cenderung meningkat
dari tahun ke tahun meskipun masih dalam pasar yang spesifik. Beberapa perusahaan yang
menghasilkan biodiesel yaitu: PTP Nusantara, Sinar Mas Group, Genting Biofuel, Wilmar
Group, Tolaran Group, BP Petrolium, Indomal Group, dan Munting Group. Biogas dari proses
biologis tumbuhan sawit melalui sistem pengolahan secara anaerob dan menghasilkan methana
(Loh 2013). Biogas merupakan produk yang sejalan dengan konsep “zero waste”. Industri
biogas memanfaatkan sisa sisa dari limbah kelapa sawit secara komprehensif dan strategis
dengan
harapan dapat meminimalisir dampak dari limbah kelapa sawit. Biogas dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik untuk mesin-mesin pabrik (Loh 2013).

Berdasarkan data BPS( Badan Pusat Statistik) produksi sawit (ton) di sumatera utara :

2019 2020 2021


7 006 986,36 7 199 750,00 7 451 890,91

Luas perkebunan sawit (ha) di sumatera utara:

2019 2020 2021


439 315,00 441 399,52 442 072,76
2. POHON INDUSTRI KOPI

KOPI

KOPI BIJI : KULIT TANDUK KULIT DAN


Arabika
DAN KULIT ARI DAGING
Robusta
BUAH

ARANG
KOPI BUBUK ENZIM
PEKTAT
KOPI INSTAN ASETAT
PROTEIN
KOPI SANGRAI SEL
ULIN
TUNGGAL
KOPI CELUP
PEKTIN

KOPI TIRUAN ETANOL

KOPI MIX ANGGUR

KOPI EKSTRAK SILASE

DECAFFEINATED COFFE CUKA MAKAN

KAFFEIN DAN LAIN


Kopi merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh di segala tempat. Kecuali pada
lahan tandus yang memiliki temperature yang tinggi sehingga tidak bisa menjadi tempat hidup
bagi tumbuhan. Sudah berabad abad lamaya kopi menjadi komoditas yang memiliki nilai jual
yang tinggi sehingga selalu laku dipasaran karena dapat diolah menjadi minuman yang enak
rasanya. Selain enak, kopi juga berguna untuk menyegarkan badan juga pikiran. Dengan
mengkonsumsi kopi, rasa mengantuk akan hilang dan tubuh rasanya Kembali bersemangat. Di
pasaran sendiri, kopi memilihki beberapa jenis. Jenis yang paling sering ditemukan dan
diprosuksi dalam skala besar antara lain kopi jenis robusta, arabika, atau juga liberika.
Biasanya jenis kopi ini digolongkan menurut spesiesnya, namun tidak dengan robusta.

Pohon industri kopi berawal dari buah kopi yang diproses dan didapat 3 bagian yaitu
biji kopi, kulit, tanduk dan kulit ari serta kulit dan daging buah. Biji kopi diolah lagi mendapat 2
hasil yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Setelah itu biji kopi akan diolah menjadi kopi bubuk,
kopi instan, kopi sangrai, kopi tiruan, kopi mix, kopi celup, decaffeinated coffe, kopi ekstrak,
kaffein dan lain lain. Lalu pada bagian kulit tanduk dan kulit ari diproses lagi mendapatkan
arang asetat dan ulin. Bagian daging dan kulit buah kopi selanjutnya diproses untuk
mendapatkan enzim pektat, protein sel tunggal, pektin, etanol, anggur, silase pakan ternak dan
cuka makan.

Berdasarkan data BPS(Badan Pusat Statistik) produksi kopi di sumatera utara :

2019 2020 2021


66 831,00 ton 67 469,00 ton 71 588,00 ton

Luas perkebunan kopi (ha) di sumatera utara:

2019 2020 2021


77 765,00 77 834,00 79 388,64
3. POHON INDUSTRI KAKAO

Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan Indonesia
yang dapat diolah menjadi produk kokoa dan cokelat yang mengandung antioksidan alami. Biji
kakao mengandung senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan. Polifenol golongan
flavonoid terutama katekin dan epikatekin adalah komponen utama dalam biji kakao (Osakabe
et al., 1998).
Pohon industry kakao dimulai dari buah kakao yang diolah dan didapat 2 produk yaitu
biji lalu ada pulp dan kulit. Biji atau massa akandiolah menjadi cake dan lemak. Cake diolah
menjadi kakao pasta, kakao bubuk, konsentrat, ekstrak, bumbu penyedap, lesitin dan tannin.
Untuk lemak diolah dan dihasilkan lemak kakao, oleokimia, dan asam lemak. Kakao bubuk
biasa dijadikan coklat batangan dan kembang gula, kakao pasta biasa dijadikan minuman, kakao
konsentrat biasa dijadikan makanan dan obat obatan, ekstrak biasa digunakan untuk kosmetik,
bumbu penyedap digunakan untuk makanan, lesitin digunakan untuk obat, makanan dan
minuman, tannin digunakan untuk industry kimia. Pada bagian lemak kakao biasa digunakan
pada industry makanan, lalu oleokimia digunakan pada industry kimia dan obat obatan, dan
asam lemak digunakan pada industry kimia.

Bagian pulp dan kulit diolah dan dihasilkan Vit D, pupuk hijau, protein sel tunggal,
gas bio, pectin, alcohol, jelly, pengisi plastic, dan bahan bakar.

Berdasarkan data BPS(Badan Pusat Statistik) produksi kakao(ton) di sumatera utara :

2019 2020 2021


34 792,00 ton 35 696,00 ton 36 310,00 ton

Luas perkebunan kakao (ha) di sumatera utara:

2019 2020 2021


54 314,00 54 416,00 54 467,00
2. TANAMAN PALAWIJA

Tanaman palawija adalah tanaman yang ditanam pada saat musim kering dan di
lahan kering. Persyaratan tumbuh tanaman meliputi keadaan tanah, dan kondisi iklim suatu
daerah pertanian. Palawija dapat diartikan sebagai tanaman kedua. Hal ini dikarenakan
tanaman jenis palawija merupakan tanaman-tanaman hasil pertanian yang kedua setelah
tanaman pokok Indonesia, yaitu padi. Dalam pengertian sekarang, palawija berarti semua
tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering. Dapat dikatakan bahwa tanaman
palawija ini merupakan hasil produksi sekunder dari petani yang mana hasil produksi primer
mereka yaitu padi, dan bisa digunakan untuk menggantikan padi sebagai makanan pokok.

Morfologi tanaman palawija sesuai menggunakan jenis tumbuhan tadi. pembagian


terstruktur mengenai tumbuhan Palawija ad interim itu, palawija terbagi menjadi dua
grup. Adapun kelasifikasi dari tumbuhan palawija diantaranya;

1. tumbuhan Palawija pada Dataran Rendah tanaman palawija bisa ditanam di


dataran rendah. umumnya pada tanam di lembah dan kaki gunung. Jenis
palawija yang cocok buat pada budidayakan pada area ini antara lain jagung,
kacang panjang, dan kedelai. Selain di dataran rendah, ketiga palawija
ini pula mampu di tanam pada wilayah sedang.

2. tumbuhan Palawija di Dataran Tinggi Selain pada dataran


rendah, palawija jua bisa pada tanam pada dataran tinggi. Beberapa
jenis
palawija yang bisa pada tanam di wilayah ini yakni seperti wortel serta kentang. ke
2 jenis tanaman ini
membutuhkan wilayah tinggi supaya mampu tumbuh dengan baik serta mampu
lebih produktif. pada menanam tumbuhan palawija harus sangat
memperhatikan tempat tumbuh tumbuhan ini.
Hal tersebut berkaitan menggunakan kebutuhan tanaman terkait
nutrisi dan bebagai kondisi lingkungan yang menunjang pertumbuhan tumbuhan ini.
POHON INDUSTRI JAGUNG

Jagung merupakan sumber kalori pengganti atau suplemen bagi beras, terutama bagi
sebagian masyarakat pedesaan. Dewasa ini, proporsi penggunaan jagung sebagai bahan
pangan cenderung menurun, tetapimeningkat sebagai pakan dan bahanbaku industri. Sebagai
bahan pangan, jagung dikonsumsi dalam bentuk segar, kering, dan dalam bentuk tepung.
Alternatif produk yang dapat dikembangkan dari jagung mencakup produk olahan segar,
produkprimer, produk siap santap, dan produkinstan. Jagung dapat disiapkan menjadi bahan
setengah jadi (primer) sebagai bahan baku industri. Bentuk produk ini umumnya bersifat
kering, awet, dan tahandisimpan lama, antara lain adalah beras jagung, tepung, dan pati.
 Pohon industri jagung diproses dan didapat menjadi 3 bagian yaitu Daun, buah jagung
dan batang.
 Pada bagian daun biasa dijadikan pakan ternak yanng bisa dibuat dalam bentuk silase.
Daun jagung juga bisa dijadikan kompos.
 Setelah proses tersebut dilakukan selanjutnya buah jagung. Buah jagung di proses dan didapatkan
produk berupa kulit kelobot, jagung muda, grits, tepung jagung, pop corn, makanan
ternak,rambut jagung, tonggkol, jagung dalam kaleng, minyak jagung.
 Pada kuli kelobot akan diubah menjadi kompos dan dibuat pupuk organik
 Jagung muda dibuat di dalam kaleng
 Grits dibuat untuk industri makanan
 Tepung jagung banyak menghasilkan produk seperti pati jagung, dextrin, bihun jagung,
gula jagung.
 Bagian tongkol jagung diproses dan bisa mendaptkan produk berupa Pakan, kompos,
bahan bakar, arang, tepung arang, dan perosa
 Selanjutnya bagian batang,pada bagian batang dihasilkan 3 produk yaitu pulp, kertas,
dan bahan bakar
3. TANAMAN HORTIKULTURA

Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan


tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972 , Edmond et a.l,
1975), Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan
tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-
obatan. Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan
jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta
memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan
hidup dan estetika (tanaman hias/bunga). Ditinjau dari funsinya hortikultura
mempunyai fungsi sebagai berikut: a) memperbaiki gizi masyarakat, b)
memperbesar devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan
pendapatan petani, dan e) pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian
lingkungan. Namun demikian di dalam kita membahas masalah hortikultura perlu
diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu: a) tidak dapat
disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak (perishable)
dalam pengangkutan,
d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e)
fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997). Dengan mengetahui manfaat serta
sifat-sifatnya yang khas, maka dalam pengembangan hortikultura agar dapat
berhasil dengan baik diperlukan sstartegi dan pengetahuan yang mendalam
mengenai produk hortikultura.
Produk hortikultura merupakan salah satu komoditi pertanian yang
mempunyai potensi serta peluang untuk dikembangkan sehingga menjadi produk
unggulan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia, baik produk
hortikultura yang tergolong produk buah buahan, sayur sayuran, obat obatan maupun
tanaman hias. Siswono Yudohusodo (1999) menyatakan, Luas wilayah Indonesia
dengan keragaman Agroklimat memungkinkan pengembangan berbagai jenis
tanaman hortikultura. Terdapat 323 jenis komoditas hortikultura yang terdiri dari 60
jenis buah-buahan, 80 jenis sayur-sayuran, 66 jenis biofarmaka, dan 117 jenis
tanaman hias. Pengembangan potensi produk Hortikultura di Indonesia juga
didukung oleh Pemerintah dalam bentuk regulasi yaitu UU No. 12 Th. 1992 tentang
Budidaya Pertanian, UU. No. 13 Th. 2010 tentang Hortikultura, Dokumen Cetak
Biru
Pembangunan Hortikultura 2011-2025, Strategi Induk Pembangunan Pertanian
(SIPP) 2013-2045, keanekaragaman hayati, agroklimat, ketersediaan lahan pertanian,
teknologi, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan pasar, penetapan komoditas
unggulan, dukungan system perbenihan hortikultura dan dukungan terhadap system
perlindungan tanaman hortikultura.

Pengembangan produk hortikultura merupakan produk yang sangat


dibutuhkan secara berkelanjutan oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Jumlah
penduduk Indonesia yang besar sesungguhnya merupakan peluang bagi pasar
domestik yang potensial apabila promosi akan pentingnya mengkonsumsi produk
hortikultura yang meliputi, pengetahuan, apresiasi serta taraf hidup masyarakat bisa
ditingkatkan. Namun pada kenyataannya pangsa pasar domestic yang besar tersebut
belum termanfaatkan secara optimal. Hal tersebut tercermin masih rendahnya tingkat
konsumsi produk hortikultura yang masih di bawah rekomendasi Organisasi Pangan
dan Pertanian Dunia (Food and Agricultur Organization/FAO). Membanjirnya
produk impor juga menyebabkan daya saing bagi produk lokal sera menuturunnya
citra Indonesia sebagai Negara produsen hortikultura tropis di kalangan Internasional.

Contoh tanaman Hortikultura:

1. Sayuran Kol

Kembang kol merupakan salah satu tanaman hortikultura jenis sayuran


yang potensial untuk dibudidayakan secara komersil oleh petani, mengingat harga jenis
sayuran ini cukup mahal di pasaran dibandingkan jenis sayuran lainnya
2. Wortel

Wortel merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai komersial dan
diperkirakan akan terus meningkat permintaannya. Namun dalam beberapa tahun
produktivitas wortel di Indonesia mengalami penurunan.

3. Buah Semangka

Tanaman semangka ( Citrullus vulgaris, Schard ) merupakan salah satu komoditas


hortikultura dari familia Cucurbitaceae (labu - labuan) yang mempunyai nilai ekonomi cukup
tinggi. Untuk itu, budidaya semangka dapat dijadikan salah satu alternative sumber
pendapatan di samping tanaman hortikultura lainnya.

4. Tomat
Tomat merupakan komoditas hortikultura yang menguntungkan, sebab selain harganya
cukup baik tomat juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia yang dapat
dikonsumsi sebagai sayur juga sebagai buah segar dapat diolah dalam bentuk jus tomat

4. DATA PERKEBUNAN, PALAWIJA,DAN HORTIKULTURA YANG ADA DI


INDONESIA

1. DATA PRODUKSI SAWIT YANG ADA DI INDONESIA


2019 2020 2021

ACEH 1133.30 1134.60 1036.10


SUMATERA UTARA 5647.30 5776.80 5310.90
SUMATERA BARAT 1253.40 1312.30 1352.00
RIAU 9512.90 9984.30 8629.10
JAMBI 2884.40 3022.60 2575.10
SUMATERA SELATAN 4049.20 4267.00 3062.40
BENGKULU 1032.10 1063.40 1152.70
LAMPUNG 414.20 384.90 420.70
KEP. BANGKA
BELITUNG 815.70 843.00 800.40
KEP. RIAU 22.80 20.00 18.00
DKI JAKARTA - - -
JAWA BARAT 32.20 33.10 32.80
JAWA TENGAH - - -
DI YOGYAKARTA - - -
JAWA TIMUR - - -
BANTEN 31.30 27.40 30.10
BALI - - -
NUSA TENGGARA
BARAT - - -
NUSA TENGGARA
TIMUR - - -
KALIMANTAN BARAT 5235.30 5471.40 5835.90
KALIMANTAN TENGAH 7664.80 7685.80 8600.90
KALIMANTAN
SELATAN 1665.40 1561.10 1212.80
KALIMANTAN TIMUR 3988.90 3823.20 3808.70
KALIMANTAN UTARA 281.40 301.60 570.00
SULAWESI UTARA - - -
SULAWESI TENGAH 381.70 371.70 443.80
SULAWESI SELATAN 91.00 100.30 94.40
SULAWESI TENGGARA 59.50 76.30 57.70
GORONTALO 16.20 5.00 6.50
SULAWESI BARAT 348.40 348.00 328.40
MALUKU 17.60 19.10 22.50
MALUKU UTARA - - -
PAPUA BARAT 103.50 106.40 97.00
PAPUA 437.70 557.60 724.40
INDONESIA 47120.20 48296.90 46223.30

2. DATA PRODUKSI KELAPA YANG ADA DI INDONESIA

2019 2020 2021

ACEH 63.80 63.60 64.10


SUMATERA UTARA 100.50 100.80 100.00
SUMATERA BARAT 78.30 77.60 69.10
RIAU 390.70 399.40 395.00
JAMBI 108.90 109.60 115.80
SUMATERA SELATAN 57.60 55.40 58.30
BENGKULU 8.80 9.50 8.50
LAMPUNG 83.40 83.40 81.90
KEP. BANGKA BELITUNG 4.80 5.10 4.70
KEP. RIAU 11.90 12.50 11.40
DKI JAKARTA - - -
JAWA BARAT 87.90 87.60 89.10
JAWA TENGAH 169.00 167.90 172.10
DI YOGYAKARTA 48.10 46.50 46.80
JAWA TIMUR 240.40 240.10 244.50
BANTEN 43.10 43.60 43.20
BALI 66.90 67.30 67.60
NUSA TENGGARA BARAT 47.10 47.40 48.50
NUSA TENGGARA TIMUR 70.10 70.40 68.70
KALIMANTAN BARAT 83.80 84.80 77.70
KALIMANTAN TENGAH 15.60 15.70 16.50
KALIMANTAN SELATAN 24.90 24.20 23.20
KALIMANTAN TIMUR 9.50 12.50 12.50
KALIMANTAN UTARA 0.50 0.50 0.40
SULAWESI UTARA 271.80 250.70 271.10
SULAWESI TENGAH 195.70 195.70 199.20
SULAWESI SELATAN 70.90 54.80 67.50
SULAWESI TENGGARA 41.10 41.30 43.80
GORONTALO 60.90 60.60 64.70
SULAWESI BARAT 37.30 37.20 37.10
MALUKU 104.30 103.80 106.70
MALUKU UTARA 210.90 211.40 211.80
PAPUA BARAT 16.20 16.20 16.60
PAPUA 15.20 14.80 15.20
INDONESIA 2839.90 2811.90 2853.30

3. DATA PRODUKSI KARET DI INDONESIA

2019 2020 2021

ACEH 85.20 74.80 84.30


SUMATERA UTARA 387.70 327.70 330.90
SUMATERA BARAT 142.00 132.10 137.60
RIAU 308.00 291.90 306.20
JAMBI 301.40 262.80 310.30
SUMATERA SELATAN 944.20 804.80 891.80
BENGKULU 113.60 94.10 103.60
LAMPUNG 148.50 136.90 144.50
KEP. BANGKA BELITUNG 55.10 46.50 49.90
KEP. RIAU 23.30 19.00 19.00
DKI JAKARTA - - -
JAWA BARAT 44.90 40.70 26.80
JAWA TENGAH 29.50 30.90 28.90
DI YOGYAKARTA 0.00 0.00 0.00
JAWA TIMUR 22.60 24.00 19.40
BANTEN 15.80 12.70 10.30
BALI 0.10 0.00 0.00
NUSA TENGGARA BARAT - - -
NUSA TENGGARA TIMUR - - -
KALIMANTAN BARAT 261.50 236.00 256.90
KALIMANTAN TENGAH 152.20 125.90 147.60
KALIMANTAN SELATAN 174.60 145.10 170.10
KALIMANTAN TIMUR 76.90 65.50 69.90
KALIMANTAN UTARA 0.80 0.60 0.60
SULAWESI UTARA - - -
SULAWESI TENGAH 3.70 3.60 4.70
SULAWESI SELATAN 5.30 4.60 2.90
SULAWESI TENGGARA 0.00 0.00 0.00
GORONTALO - -
SULAWESI BARAT - - -
MALUKU 0.60 0.70 0.80
MALUKU UTARA - - -
PAPUA BARAT - - -
PAPUA 4.10 3.70 4.30
INDONESIA 3301.60 2884.60 3121.30

4. DATA PRODUKSI KOPI YANG ADA DI INDONESIA

2019 2020 2021

ACEH 72.70 73.40 74.20


SUMATERA UTARA 74.90 75.00 76.80
SUMATERA BARAT 15.30 12.30 12.80
RIAU 2.60 2.40 2.40
JAMBI 16.40 18.70 20.20
SUMATERA SELATAN 191.00 191.20 201.40
BENGKULU 62.60 62.70 62.40
LAMPUNG 117.10 118.10 118.00
KEP. BANGKA
BELITUNG 0.00 0.00 0.00
KEP. RIAU 0.00 0.00 0.00
DKI JAKARTA - - -
JAWA BARAT 21.00 22.40 23.10
JAWA TENGAH 24.70 24.90 27.50
DI YOGYAKARTA 0.50 0.50 0.50
JAWA TIMUR 49.20 48.50 46.60
BANTEN 2.60 2.20 2.00
BALI 15.30 15.30 15.60
NUSA TENGGARA
BARAT 5.40 5.90 7.50
NUSA TENGGARA
TIMUR 24.10 24.20 25.90
KALIMANTAN BARAT 3.80 3.70 3.20
KALIMANTAN TENGAH 0.40 0.40 0.30
KALIMANTAN SELATAN 1.30 1.30 1.10
KALIMANTAN TIMUR 0.20 0.20 0.30
KALIMANTAN UTARA 0.20 0.20 0.10
SULAWESI UTARA 3.70 3.70 3.70
SULAWESI TENGAH 2.60 2.60 3.00
SULAWESI SELATAN 34.70 33.70 35.30
SULAWESI TENGGARA 2.80 2.80 2.80
GORONTALO 0.10 0.10 0.10
SULAWESI BARAT 4.10 4.30 4.70
MALUKU 0.40 0.40 0.40
MALUKU UTARA 0.00 0.00 0.00
PAPUA BARAT 0.00 0.00 0.00
PAPUA 2.80 2.80 2.70
INDONESIA 752.50 753.90 774.60

5. DATA PRODUKSI KAKAO YANG ADA DI INDONESIA

2019 2020 2021

ACEH 41.10 41.30 40.90


SUMATERA UTARA 34.90 35.30 35.90
SUMATERA BARAT 53.10 43.30 40.20
RIAU 1.10 1.60 1.00
JAMBI 0.80 0.80 0.90
SUMATERA SELATAN 4.20 4.20 3.00

BENGKULU 4.70 3.80 3.80


LAMPUNG 58.90 58.60 54.80
KEP. BANGKA BELITUNG 0.10 0.20 0.40
KEP. RIAU 0.00 0.00 0.00
DKI JAKARTA - - -
JAWA BARAT 2.30 2.30 2.20
JAWA TENGAH 1.80 1.70 1.40
DI YOGYAKARTA 1.80 2.00 2.00
JAWA TIMUR 23.70 23.30 21.80
BANTEN 2.50 2.20 2.00
BALI 5.00 5.00 4.90
NUSA TENGGARA BARAT 2.50 2.50 2.50
NUSA TENGGARA
TIMUR 19.90 20.10 20.80
KALIMANTAN BARAT 2.40 2.10 2.10
KALIMANTAN TENGAH 1.50 1.50 1.60
KALIMANTAN SELATAN 0.10 0.10 0.10
KALIMANTAN TIMUR 2.50 3.30 3.10
KALIMANTAN UTARA 1.00 1.00 0.70
SULAWESI UTARA 5.80 6.00 5.20
SULAWESI TENGAH 128.20 127.30 130.60
SULAWESI SELATAN 113.40 103.50 107.10
SULAWESI TENGGARA 115.00 114.90 114.80
GORONTALO 4.40 4.40 3.40
SULAWESI BARAT 71.40 71.30 70.90
MALUKU 8.20 8.20 8.20
MALUKU UTARA 9.30 9.30 8.70
PAPUA BARAT 2.70 1.90 1.00
PAPUA 10.40 10.40 10.50
INDONESIA 734.70 713.40 706.50
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,
sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkaittanaman
perkebunan.

Tanaman palawija adalah tanaman yang ditanam pada saat musim kering dan di lahankering.
Persyaratan tumbuh tanaman meliputi keadaan tanah, dan kondisi iklim suatu daerah
pertanian. Palawija dapat diartikan sebagai tanaman kedua.

Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan,


sayurandan tanaman hias

SARAN

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penuli. Dan kedepannya penulis bisa membuat
makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Setyabudi. A. 2020. JURNAL.MENENTUKAN JENIS TANAMAN PERTANIAN


PALAWIJA MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING
(SAW) DAN METODE WEIGHTED PRODUCT (WP). VOL 7 NO 1.
PURNAMA.S. 2019.JURNAL ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAHBERBASIS
KOMODITI KAKAO DI KABUPATEN TANAH DATAR .vol 5 no 1
Amzeri A.2018. JURNAL TINJAUAN PERKEMBANGAN PERTANIAN JAGUNG DI
MADURA DANALTERNATIF PENGOLAHAN MENJADI
BIOMATERIAL. VOL 11 NO 1.
Kinasih.A.2021.JURNAL. Karakteristik Sensori Kopi Arabica Robusta
Menggunakan Teknik Brewing Berbeda.VOL 6 NO.2
Harum.S. 2022.Jurnal. Analisis Produksi Kopi Di Indonesia Tahun 2015-
2020 Menggunakan Metode Cobb-Douglass. Vol 1 no 2
Sari .p .2015. Jurnal KARAKTERISTIK KIMIA-SENSORI DAN STABILITAS
POLIFENOL MINUMAN COKELAT-REMPAH. Vol 9 no 1.
https://www.bps.go.id/indicator/54/132/1/produksi-tanaman-perkebunan.html

Anda mungkin juga menyukai