Oleh :
ZEMI ZOLA DINATA (2204300018)
ULIL AMRI RITONGA (2204300019)
AYU MUTIARA (2204300022)
DWIKY ANTALA RIKZA (2204300025)
SIGIT PRASETYO (2204300026)
Dosen Pengampu :
IR. EFRIDA LUBIS, M.P
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul tentang “Cara-Cara Apa Saja yang Dapat Dilakukan Dalam
Mencegah Peningkatan Populasi Hama.”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya
makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak. Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan merinci pengaruh bahan
induk pada proses pembentukan tanah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................3
Tujuan Penulisan..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
Pengendalian Hama..........................................................................................9
Kesimpulan.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mendalam, maka diketahui penyebab berkurangnya hasil usaha tani karena factor
abiotis. Faktor abiotis itu berupa gangguan yang disebabkan oleh faktor fisik atau
kimia, seperti keadaan tanah, iklim dan bencana alam. Sedangkan faktor biotis
sebagainya. Setelah diketahui kedua faktor tersebut sebagai pembatas, maka usaha
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih
pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi di Indonesia. Keadaan inilah yang
menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan
human need yang tidak ada substitusinya. Keberadaan dan ketersediaan lahan
sawah memiliki peran strategis bagi Indonesia yang mayoritas makanan pokok
1
penduduknya adalah beras. Di samping sebagai sumber produksi pangan untuk
berkelanjutan, lahan sawah juga memiliki peran positif yang beragam dalam
merupakan isu penting strategis yang menjadi perhatian dan pembicaraan disemua
tujuan, tetapi juga sudah menjadi paradigma pola pembangunan pertanian. Peran
penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerap
tenaga kerja, sumber devisa negara, dan sumber pendapatan, serta pelestarian
lingkungan melalui praktek usaha tani yang ramah lingkungan (Rival dkk, 2011).
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami beberapa jenis hama apa saja yang mengganggu dalam
perkarangan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
serangga hama. Pada tulisan ini akan diuraikan beberapa jenis hama yang
menyebabkan kerusakan pada bagian tanaman yaitu pada daun dan batang.
Berdasarkan gejala yang tampak, kerusakan pada daun dan batang lebih mudah
Hama daun adalah hama yang merusak tanaman dengan cara memakan
Beberapa hama daun pada tanaman kehutanan diamati pada tahap bibit di
persemaian maupun tegakan yang ada di areal tanam. Hama yang bersifat
defoliator diantaranya yakni hama kutu putih (Ferisia Virgata), hama ulat kantong
pada tanaman kelapa sawit, dan hama kupu kuning (Eurema sp) pada tanaman
sengon.
dipersemaian, gejala serangan daun tanaman menjadi berwarna kuning dan layu,
pada daun dan batang terdapat kumpulan serangga berwarna putih. Serangga
betina dewasa memiliki ciri-ciri bentuk tubuh oval, memiliki warna kekuningan
serta ditutupi oleh serbuk lilin yang berwarna putih, memiliki sepasang filament
4
anal serta tidak bersayap. Serangga dewasa jantan memiliki bentuk tubuh yang
berbeda dengan betinanya karena memiliki sayap serta memiliki bentuk tubuhnya
lebih ramping (Rumini dkk., 2007). Serangan hama kutu putih ini dapat
mengganggu proses fotosintesis pada daun, karena permukaan daun tertutupi oleh
Selain hama kutu putih, hama ulat kantong merupakan hama yang sering
menyerang tanaman kelapa sawit. Gejala serangannya yaitu daun menjadi kuning,
daun menjadi berlubang. Ciri khas dari ulat ini yaitu karena tubuhnya. ditutupi
oleh kantung yang pada umumnya berbentuk kerucut yang terbuat dari daun dan
ranting. Hama ulat kantong menyerang secara sporadis pada tanaman kelapa
sawit.
5
Kupu kuning termasuk ke dalam ordo Lepidoptera; Pteridae, pada stadia
larva kupu kuning menyerang tanaman sengon terutama pada anakan muda atau
pada stadia bibit di persemaian. Spesies dari kupu kuning yang telah diketahui
menjadi serangga dewasa dan juga memakan bagian batang. Beberapa serangga
akan meletakan telur dalam jumlah yang banyak secara berkolompok, jumlah telur
tersebut dapat mencapai 169 butir (Matsumoto dan Irianto, 1998). Fase larva
merupakan fase yang merusak pada tanaman sengon karena larva tersebut akan
6
Gambar 4. Gejala Serangan (Xytrocera festiva)
Penggerek batang pada tanaman mahoni terjadi pada saat mahoni masih
berada di persemaian, hama yang menyerang yaitu hama Xylosandrus sp., gejala
dan tanda serangan yaitu tanaman mengalami kelayuan kemudian menjadi kering
dan kemudian mati, terdapat lobang gerek pada batang serta batang akan mudah
patah. Serangan hama ini dapat menurunkan kualitas serta produksi bibit.
7
B. Mengenal Beberapa Jenis-Jenis Hama Perkarangan
bangunan, tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk
pengendalian OPT.
sehingga lebih indah dan produktif. (1) Jenis-jenis tanaman perkarangan sumber
kangkung, bayam ,sawi, selada, tomat, cabai, dan bawang. (3) Jenis-jenis OPT
parvispinus Karny), Lalat buah (Bactrocera sp.) dan ulat buah (Helicoverpa sp).
8
a) Dampak Penggunaan Pestisida Kimia.
total biaya usaha tani yang dilakukan dengan aplikasi yang dilakukan para petani
sintetik oleh sebagian besar petani Indonesia cenderung. pada satu jenis tertentu
lingkungan juga berakibat terjadinya kekebalan dari hama atau penyakit tanaman
yang ada.
ledakan hama ataupun penyakit tertentu dan juga dipercepat oleh pemusnahan
tingkat terkendali. Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia
untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal,
pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan
kesehatan manusia.
D. Pengendalian Hama
9
memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok (termasuk biologi, genetis,
mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang
residu pestisida dan pencemaran lingkungan hampir tidak ada. Alternatif lain
terdapat pada tumbuhan yang dikenal dengan insektisida nabati. Insektisida nabati
secara umum diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan aktifnya berasal dari
komponen yang kuat dalam konsep PHT. Hal ini akan terwujud bila dilakukan
perbanyakan yang mudah didapat dan murah. Selanjutnya perlu diteliti juga
faktor-
dilakukan dalam skala luas di bawah kondisi yang dapat diatur. Untuk ini
10
keperdulian
11
E. Pengendalian Menggunakan Insektisida Nabati
tanaman atau tumbuhan. Insektisida nabati juga merupakan salah satu alternatif
berbagai cara atu secara tunggal. Menurut Sudarmo (2005), cara kerja insektisida
nabati sangat spesifik, yaitu: (1) merusak perkembangan telur, larva, dan pupa; (2)
betina; (6) mengurangi nafsu makan; (7) memblokir kemampuan makan serangga;
(Duriat, 1995).
dan relatif lebih aman pada manusia (lethal dosage (LD) >50 Oral); (4) memiliki
spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif;
(5) dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida
sintetis; (6) Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman.
terurai dan aplikasinya harus lebih sering; (2) daya racunnya rendah (tidak
12
langsung mematikan serangga/memiliki efek lambat); (3) kapasitas produksinya
masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah massal (bahan tanaman
non sintetik bisa di laksanakan, antara lain sebagai berikut: (a) Budidaya tanaman:
sehat dan bersih dari kontaminasi OPT, (b) Fisik: menghasilkan sumber infeksi
(menolak hama); (c) Biologis: introduksi atau pelestarian musuh alami dan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa hama pada tanaman dapat di tanggulangi bisa dengan
cara manual yaitu melibatkan fisik dengan membunuh hama secara langsung serta
dengan penggunaan pestisida nabati yang dapat dibuat sendiri dengan bahan-
Jika ditinjau ulang, tentu didalam makalah ini tidak akan lepas dari koreksi
para pembaca. Karena kami menyadari apa yang kami sajikan ini sangatlah jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar nantinya makalah ini akan menjadi lebih
14
DAFTAR PUSTAKA
Julaily, N., & Mukarlina, T. R. S. 2013. Pengendalian hama pada tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) menggunakan ekstrak daun Pepaya (Carica papaya
L.). Jurnal Protobiont, 2(3).
15