Anda di halaman 1dari 18

M A K A LA H

CARA-CARA APA SAJA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM


MENCEGAH PENINGKATAN POPULASI HAMA

Oleh :
ZEMI ZOLA DINATA (2204300018)
ULIL AMRI RITONGA (2204300019)
AYU MUTIARA (2204300022)
DWIKY ANTALA RIKZA (2204300025)
SIGIT PRASETYO (2204300026)

Dosen Pengampu :
IR. EFRIDA LUBIS, M.P

MATA KULIAH : DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul tentang “Cara-Cara Apa Saja yang Dapat Dilakukan Dalam
Mencegah Peningkatan Populasi Hama.”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya
makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak. Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan merinci pengaruh bahan
induk pada proses pembentukan tanah.

Dalam makalah ini kami akan menjelaskan bagaimana cara mengurangi


populasi hama. Selain itu, kami juga akan membahas tentang cara ampuh
membasmu populasi hama dalam perkembangan dan pertumbuhan bagi tanaman
dibidang pertanian.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik


dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun
ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Medan, 21 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

Latar Belakang.....................................................................................................1

Rumusan Masalah................................................................................................3

Tujuan Penulisan..................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

Mengenal Beberapa Jenis-Jenis Hama Tanaman.................................................4

Jenis-jenis hama daun (defiliator)....................................................................4

Jenis-jenis hama penggerek..............................................................................6

Mengenal Beberapa Jenis-Jenis Hama Perkarangan............................................8

Cara-Cara yang Dilakukan Dalam Mengurangi Populasi Hama..........................8

Dampak Penggunaan Pestisida Kimia..............................................................8

Pengendalian Hama..........................................................................................9

Pengendalian Menggunakan Insektisida Nabati.............................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

Kesimpulan.........................................................................................................13

Kritik dan Saran..................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semenjak manusia mengenal bercocok tanam, maka usaha untuk

memperoleh hasil maksimal telah dilakukan. Berbagai cara dilakukan, namun

hasilnya selalu belum memuaskan. Setelah dilakukan pengamatan yang

mendalam, maka diketahui penyebab berkurangnya hasil usaha tani karena factor

abiotis. Faktor abiotis itu berupa gangguan yang disebabkan oleh faktor fisik atau

kimia, seperti keadaan tanah, iklim dan bencana alam. Sedangkan faktor biotis

adalah makhluk hidup yang menimbulkan kerusakan pada tanaman, seperti

manusia, hewan/binatang, serangga, jasad mikro ataupun submikro dan lain

sebagainya. Setelah diketahui kedua faktor tersebut sebagai pembatas, maka usaha

untuk meningkatkan dan mengurangi kehilangan hasil mulai dilaksanakan

(Sriartha dkk, 2015).

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih

diandalkan oleh Negara Indonesia karena sektor pertanian mampu memberikan

pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi di Indonesia. Keadaan inilah yang

menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan

mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi

nasional melalui salah satunnya adalah ketahanan pangan nasional. Bagi

Indonesia, masalah ketahanan pangan sangatlah krusial. Pangan merupakan basic

human need yang tidak ada substitusinya. Keberadaan dan ketersediaan lahan

sawah memiliki peran strategis bagi Indonesia yang mayoritas makanan pokok

1
penduduknya adalah beras. Di samping sebagai sumber produksi pangan untuk

mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional secara

berkelanjutan, lahan sawah juga memiliki peran positif yang beragam dalam

mendukung pembangunan berkelanjutan. Kebijakan pembangunan pertanian

jangka menengah (2015-2016) pemerintah mencanangkan berbagai macam

kebijakan diantaranya adalah peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan

kapasitas produksi padi, peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan,

meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizimasyarakat, dan

mitigasi gangguan terhadap kedaulatan pangan yang bertujuan untuk dapat

meningkatkan produksi padi, jagung dan produksi ikan Pembangunan pertanian

berperan strategis dalam perekonomioan nasional (Suratha, 2014).

Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan menuju pembangunan

pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture), sebagai bagian dari

implementasi pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pembangunan pertanian (termasuk pembangunan perdesaan) yang berkelanjutan

merupakan isu penting strategis yang menjadi perhatian dan pembicaraan disemua

negara dewasa ini. Pembangunan pertanian berkelanjutan selain sudah menjadi

tujuan, tetapi juga sudah menjadi paradigma pola pembangunan pertanian. Peran

strategis tersebut ditunjukkan oleh perannya dalam pembentukan kapital,

penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerap

tenaga kerja, sumber devisa negara, dan sumber pendapatan, serta pelestarian

lingkungan melalui praktek usaha tani yang ramah lingkungan (Rival dkk, 2011).

2
B. Rumusan Masalah

1. Jenis-jenis organisme pengganggu pada tanaman?

2. Apa saja jenis-jenis hama dalam perkarangan?

3. Teknik apa saja yang ampuh dalam menangani populasi hama?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami beberapa jenis hama apa saja yang mengganggu dalam

perkarangan.

2. Agar mengetahui cara menanggulangi populasi hama.

3. Untuk memahami teknik yang ampuh dalam menangani hama.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Beberapa Jenis-Jenis Hama Tanaman

Hama merupakan sebutan bagi semua binatang yang dapat menimbulkan

Kerusakan dan kerugian pada tanaman serta turunannya, diantaranya yaitu

serangga hama. Pada tulisan ini akan diuraikan beberapa jenis hama yang

menyebabkan kerusakan pada bagian tanaman yaitu pada daun dan batang.

Berdasarkan gejala yang tampak, kerusakan pada daun dan batang lebih mudah

diamati dibandingkan kerusakan pada akar dan buah/benih.

1. Jenis-jenis hama daun (defiliator).

Hama daun adalah hama yang merusak tanaman dengan cara memakan

jaringan daun (defoliator) atau menyebabkan kerusakan pada jaringan daun.

Beberapa hama daun pada tanaman kehutanan diamati pada tahap bibit di

persemaian maupun tegakan yang ada di areal tanam. Hama yang bersifat

defoliator diantaranya yakni hama kutu putih (Ferisia Virgata), hama ulat kantong

pada tanaman kelapa sawit, dan hama kupu kuning (Eurema sp) pada tanaman

sengon.

a) Kutu putih (Ferisia Virgata).

Hama ini merupakan hama yang menyerang pada tanaman sengon

dipersemaian, gejala serangan daun tanaman menjadi berwarna kuning dan layu,

pada daun dan batang terdapat kumpulan serangga berwarna putih. Serangga

betina dewasa memiliki ciri-ciri bentuk tubuh oval, memiliki warna kekuningan

serta ditutupi oleh serbuk lilin yang berwarna putih, memiliki sepasang filament

4
anal serta tidak bersayap. Serangga dewasa jantan memiliki bentuk tubuh yang

berbeda dengan betinanya karena memiliki sayap serta memiliki bentuk tubuhnya

lebih ramping (Rumini dkk., 2007). Serangan hama kutu putih ini dapat

mengganggu proses fotosintesis pada daun, karena permukaan daun tertutupi oleh

serangga hama tersebut.

Gambar 1. Kutu putih (Ferisia Virgata).

b) Hama Ulat Kantong (Metisa Plana).

Selain hama kutu putih, hama ulat kantong merupakan hama yang sering

menyerang tanaman kelapa sawit. Gejala serangannya yaitu daun menjadi kuning,

daun menjadi berlubang. Ciri khas dari ulat ini yaitu karena tubuhnya. ditutupi

oleh kantung yang pada umumnya berbentuk kerucut yang terbuat dari daun dan

ranting. Hama ulat kantong menyerang secara sporadis pada tanaman kelapa

sawit.

Gambar 2. Ulat Kantong (Metisa Plana). Akibat serangan ulat kantung.

c) Hama kupu kuning (Eurema sp).

5
Kupu kuning termasuk ke dalam ordo Lepidoptera; Pteridae, pada stadia

larva kupu kuning menyerang tanaman sengon terutama pada anakan muda atau

pada stadia bibit di persemaian. Spesies dari kupu kuning yang telah diketahui

menyerang tanaman sengon (Suratmo, 2018).

Gambar 3. Hama kupu kuning (Eurema sp).

2. Jenis-jenis hama penggerek

Hama penggerek merupakan hama yang menyebabkan kerusakan pada

batang, dengan cara meletakkan telur untuk selanjutnya berkembang hingga

menjadi serangga dewasa dan juga memakan bagian batang. Beberapa serangga

penggerek yang menyerang tanaman hutan diantaranya yaitu hama boktor

(Xytrocera festiva), dan kumbang penggerek (Xylosandrus sp).

a) Hama Boktor (Xytrocera festiva)

Serangan berawal tepat setelah kumbang betina melakukan perkawinan

akan meletakan telur dalam jumlah yang banyak secara berkolompok, jumlah telur

tersebut dapat mencapai 169 butir (Matsumoto dan Irianto, 1998). Fase larva

merupakan fase yang merusak pada tanaman sengon karena larva tersebut akan

memakan kulit bagian dalam serta kayu gubal bagian luar.

6
Gambar 4. Gejala Serangan (Xytrocera festiva)

b) Kumbang Penggerek (Xylosandrus sp).

Penggerek batang pada tanaman mahoni terjadi pada saat mahoni masih

berada di persemaian, hama yang menyerang yaitu hama Xylosandrus sp., gejala

dan tanda serangan yaitu tanaman mengalami kelayuan kemudian menjadi kering

dan kemudian mati, terdapat lobang gerek pada batang serta batang akan mudah

patah. Serangan hama ini dapat menurunkan kualitas serta produksi bibit.

Gambar 5. Kumbang Penggerek (Xylosandrus sp).

7
B. Mengenal Beberapa Jenis-Jenis Hama Perkarangan

Pekarangan merupakan areal tanah yang biasanya berdekatan dengan

sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan

rumah. Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau samping sebuah

bangunan, tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk

bangunan utamanya. Keberhasilan pemanfaatan pekarangan dapat berhasil jika

tanaman dibudidayakan dengan baik terutama tentang pemupukan, pemberian air,

dan pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT). Hal ini sebenarnya

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan bagi petani dan keluarganya dalam

memanfaatkan pekarangan dengan teknik pemeliharaan buah dan sayuran serta

pengendalian OPT.

Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan dan wawasan teknik

budidaya dan pengendalian OPT, maka lahan pekarangan dapat dimanfaatkan

sehingga lebih indah dan produktif. (1) Jenis-jenis tanaman perkarangan sumber

pangan keluarga, seperti sayur-sayuran, umbi-umbian dan buah-buahan. Sumber

obat-obatan (Apotik Hidup). Sumber bumbu, rempah masakan, dan sumber

keindahan/estetika. (2) Jenis Tanaman Sayur-sayuran di Pekarangan Rumah

kangkung, bayam ,sawi, selada, tomat, cabai, dan bawang. (3) Jenis-jenis OPT

pada Tanaman Sayur-sayuran Kutu daun (Aphis gossypii), Thrips (Thrips

parvispinus Karny), Lalat buah (Bactrocera sp.) dan ulat buah (Helicoverpa sp).

C. Cara-Cara yang Dilakukan Dalam Mengurangi Populasi Hama

8
a) Dampak Penggunaan Pestisida Kimia.

Masalah OPT merupakan pembatas utama dalam usaha peningkatan

produksi pertanian. Petani sayuran dalam mengendalikan OPT umumnya masih

mengandalkan penggunaan pestisida sintetik (Mujiono, 1999). Biaya yang

dikeluarkan untuk pengendalian dengan pestisida tersebut mencapai 50% dari

total biaya usaha tani yang dilakukan dengan aplikasi yang dilakukan para petani

pada umumnya secara terjadwal (Sastrosiswojo, 1992). Penggunaan pestisida

sintetik oleh sebagian besar petani Indonesia cenderung. pada satu jenis tertentu

saja dan takaran dosisnya berlebih, sehingga selain berdampak pencemaran

lingkungan juga berakibat terjadinya kekebalan dari hama atau penyakit tanaman

yang ada.

Penyemprotan pestisida sintetik juga menyebabkan matinya musuh alami

hama maupun mikrobia antagonis sehingga akan mempermudah terjadinya

ledakan hama ataupun penyakit tertentu dan juga dipercepat oleh pemusnahan

musuh alami oleh insektisida yang sebelumnya Manahan spesies-spesies pada

tingkat terkendali. Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia

untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal,

pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan

kesehatan manusia.

D. Pengendalian Hama

Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan cara pengelolaan pertanian

dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu bertujuan

meminimalisasi serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya yang

ditimbulkannya terhadap manusia, tanaman, dan lingkungan. Sistem PHT

9
memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok (termasuk biologi, genetis,

mekanis, fisik, dan kimia) dengan cara seharmoni mungkin, guna

mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang

merugikan secara ekonomis. Keuntungan yang diperoleh yaitu biaya perlindungan

tanaman dapat di kurangi, terlebih lagi apabila pengendalian OPT menggunakan

insektisida nabati, sehingga dampak negatif terhadap produk hortikultura dari

residu pestisida dan pencemaran lingkungan hampir tidak ada. Alternatif lain

untuk pengendalian hama yaitu dengan memanfaatkan senyawa beracun yang

terdapat pada tumbuhan yang dikenal dengan insektisida nabati. Insektisida nabati

secara umum diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan aktifnya berasal dari

tumbuh-tumbuhan yang bersifat racun bagi organisme pengganggu. mempunyai

kelompok metabolit sekunder.

Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan berkesempatan sebagai

komponen yang kuat dalam konsep PHT. Hal ini akan terwujud bila dilakukan

koordinasi untuk melakukan eksplorasi, pengadaan agen hayati, penggunaan di

lapangan dan evaluasi secara terus-menerus. Dalam upaya eksplorasi untuk

mendapatkan agen hayati diperlukan penelitian yang tekun dan berkelanjutan.

Perbanyakan agensia hayati diperlukan penelitian tentang media untuk

perbanyakan yang mudah didapat dan murah. Selanjutnya perlu diteliti juga

faktor-

faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Produksi agensia hayati selanjutnya

dilakukan dalam skala luas di bawah kondisi yang dapat diatur. Untuk ini

pengembangan sumberdaya manusia (terutama ilmuwan/peneliti) harus mendapat

perhatian yang cukup kuat. Penerapan pengendalian hayati di lapangan,

10
keperdulian

unsur-unsur terkait (peneliti/pakar/petugas proteksi tanaman, petani, tokoh

masyarakat, pengambil kebijakan) perlu terpadu dengan aktif. Selanjutnya petani

dalam mengidentifikasi, menguji coba dan menerapkan pengendalian hayati

diharapkan kerjasama terutama dengan penyuluh dan peneliti (Anonim, 2002).

11
E. Pengendalian Menggunakan Insektisida Nabati

Insektisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tanaman atau tumbuhan. Insektisida nabati juga merupakan salah satu alternatif

yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah hama. Penggunaaan pestisida

nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih

murah bila dibandingkan dengan pestisida sintetik. Pestisida nabati dapat

membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui perpaduan

berbagai cara atu secara tunggal. Menurut Sudarmo (2005), cara kerja insektisida

nabati sangat spesifik, yaitu: (1) merusak perkembangan telur, larva, dan pupa; (2)

menghambat pergantian kulit; (3) mengganggu komunikasi serangga; (4)

menyebabkan serangga menolak makan; (5) menghambat reproduksi serangga

betina; (6) mengurangi nafsu makan; (7) memblokir kemampuan makan serangga;

(8) mengusir serangga; dan (9) menghambat perkembangan patogen penyakit

(Duriat, 1995).

Kelebihan dari insektisida berbahan baku nabati antara lain : (1)

mengalami degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari; (2) memiliki

efek/pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan nafsu makan serangga walapun

jarang menyebabkan kematian; (3) toksitasnya umumnya rendah terhadap hewan

dan relatif lebih aman pada manusia (lethal dosage (LD) >50 Oral); (4) memiliki

spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif;

(5) dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida

sintetis; (6) Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman.

Sedangkan kelemahan penggunaan pestsida nabati sebagai berikut : (1) cepat

terurai dan aplikasinya harus lebih sering; (2) daya racunnya rendah (tidak

12
langsung mematikan serangga/memiliki efek lambat); (3) kapasitas produksinya

masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah massal (bahan tanaman

untuk pestisida nabati belum banyak dibudidayakan secara khusus); (4)

ketersediaannya di toko-toko pertanian masih terbatas (Sodarmo, 2005).

Beberapa langkah untuk tindakan perlindungan tanaman dari serangan

OPT dengan sistem PHT, sehingga pengembangan agribisnis dengan usahatani

non sintetik bisa di laksanakan, antara lain sebagai berikut: (a) Budidaya tanaman:

pengolahan tanah yang baik, penggunaan pupuk kandang, melakukan pemulsaan,

mengatur pengairan, mengatur jarak tanam, menanamsecara tumpang sari

(bertanam ganda), melakukan rotasi tanaman, menanam tanaman

perangkap/penarik, menanam tanaman naungan dan menggunakan benih yang

sehat dan bersih dari kontaminasi OPT, (b) Fisik: menghasilkan sumber infeksi

(dicabut/dipetik), menggunakan peralatan yang bersih, memasang perangkap

mekanis, pembakaran sumber infeksi dan menggunakan alat penimbul suara-suara

(menolak hama); (c) Biologis: introduksi atau pelestarian musuh alami dan

penggunaan/eksploitasi benih tahan hama dan penyakit, (d) Kimiawi: penggunaan

pestisida dari tumbuhan/nabati dan penggunaan pestisida kimia sintesa/buatan; e.

Pasca panen: melakukan penyimpanan/penanganan pasca panen yang tepat.

Contoh-contoh penerapan PHT pada tanaman hortikultura khususnya pada

tanaman sayuran dapat dijelaskan berikut ini (Sitepu, 2017).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembahasan diatas

dapat disimpulkan bahwa hama pada tanaman dapat di tanggulangi bisa dengan

cara manual yaitu melibatkan fisik dengan membunuh hama secara langsung serta

dengan penggunaan pestisida nabati yang dapat dibuat sendiri dengan bahan-

bahan yang ada dirumah.

B. Kritik dan Saran

Jika ditinjau ulang, tentu didalam makalah ini tidak akan lepas dari koreksi

para pembaca. Karena kami menyadari apa yang kami sajikan ini sangatlah jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca agar nantinya makalah ini akan menjadi lebih

sempurna dan baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nuraeni, Y., Anggraeni, I dan Nuroniah, H. S. 2017. Keanekaragaman serangga


yang berpotensi hama pada tanaman kehutanan. In Seminar Nasional PBI
2016.

Ratna, P. W. K. B. 2009. PENGARUH INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK


BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP MORTALITAS KUTU
DAUN PERSIK (Myzus persicae Sulz) TANAMAN CABAI MERAH
(Doctoral dissertation, UAJY).
Dewantara, N. 2017. EFEKTIVITAS Beauveria bassiana (Bals.) Vuillemin
SEBAGAI PENGENDALI HAMA BELALANG KAYU (Valanga
nigricornis Burm.) (Doctoral dissertation, UAJY).

Julaily, N., & Mukarlina, T. R. S. 2013. Pengendalian hama pada tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) menggunakan ekstrak daun Pepaya (Carica papaya
L.). Jurnal Protobiont, 2(3).

Septariani, D. N., Herawati, A dan Mujiyo, M. 2019. Pemanfaatan berbagai


tanaman refugia sebagai pengendali hama alami pada tanaman cabai
(Capsicum annum L.). PRIMA: Journal of Community Empowering and
Services, 3(1), 1-9.

Sutriadi, M. T., Harsanti, E. S., Wahyuni, S dan Wihardjaka, A. 2019. Pestisida


nabati: prospek pengendali hama ramah lingkungan. Jurnal Sumberdaya
Lahan, 13(2), 89-101.

Siregar, F. A. 2023. PENGARUH PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI


DALAM PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN.

15

Anda mungkin juga menyukai