Anda di halaman 1dari 19

KARYA TULIS ILMIAH RAKERWIL ISMAPETI WILAYAH 5

FAPET UHO 2023

“Optimalisasi Peran PGPR dalam Mendukung Produksi Pangan yang Sehat

dan Berkelanjutan’’

Di Susun Oleh:

(Tim Titans Soil)

1. Wahyu Muhammad Azhar D1D121026


2. Della Helastri Rama D1D121001
3. Ahmad Jainuri Arifin D1D121011

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul“Optimalisasi Peran PGPR dalam Mendukung Produksi Pangan
yang Sehat dan Berkelanjutan’’. Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan
kepada semua yang telah berpatisipasi dan membantu kami dalam menyelesaikan
karya ini. Khususnya kepada Bapak Dr. Syamsu Alam, S.P., M.Sc. selaku dosen
pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing kami dalam proses
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini, masih sangat jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan untuk kesempurnaan penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat tersusun
dengan baik sehingga pembaca maupun pendengar dapat memahami dengan baik
isi dari karya tulis ilmiah ini .Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan pembaca pada saat ini dan di masa yang akan datang.

Kendari, 16 November 2023

i
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN LKTI ......................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH ...... Error! Bookmark not
defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1 PGPR. ....................................................................................................... 3
2.1 PGPR Sebagai Biofertilizer, Biostimulan, dan Biokontrol. ..................... 5
BAB III. PEMBAHASAN ...................................................................................... 9
3.1 Plant Growth-Promoting Rhizobacteria (PGPR). .................................... 9
3.3 Peningkatan Toleransi Tanaman Terhadap Stres Lingkungan ............... 10
3.4 Dampak PGPR Dalam Pertanian Organik dan Berkelanjutan ............... 11
3.5 Tantangan dan Peluang .......................................................................... 12
3.6 Cara Agar PGPR Terjaga Keberadaannya di Dalam Tanah ................... 13
BAB IV. PENUTUP ............................................................................................. 14
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan populasi di seluruh dunia, peningkatan permintaan produk
sipangan global, dan kerusakan lingkungan yang menyebabkan masalah pada hasil
pertanian merupakan kekhawatiran utama dunia. Masalah-masalah ini akan segera
menyebabkan ketidakcukupan pangan bagi seluruh penduduk dunia
(Ladeiro,2012). Populasi dunia saat ini adalah 7 miliar dan diperkirakan akan
mencapai 10 miliar dalam 50 tahun mendatang. Strategi pertanian untuk memberi
makan semua individu ini merupakan tantangan penting di abad kedua puluh satu
(21) (Glick,2014). Oleh karena itu, produktivitas pertanian harus ditingkatkan
secara signifikan dalam beberapa dekade mendatang. Selain kendala-kendala yang
disebutkan di atas, terdapat hilangnya produktivitas produksi pertanian akibat
tekanan abiotik dan biotik lingkungan yang ditimbulkan pada tanaman yang
tumbuh di lahan. Cekaman abiotik seperti slinisasi tanah, sodifikasi tanah,
kekeringan, pH tanah, dan suhu lingkungan merupakan faktor pembatas utama
dalam produksi tanaman
Solusi untuk meningkatkan hasil pertanian hanya akan efektif dalam jangka
pendek karena dunia yang kita tinggali terbatas dengan sumber daya yang terbatas,
sehingga solusi yang efektif dan berjangka Panjang untuk menyediakan pangan
bagi dunia harus mencakup solusi biologis yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Solusi untuk mencapai tujuan ini, penggunaan PGPR secara terus-
menerus di bidang pertanian merupakan hipotesis teknologi luar biasa yang dapat
mengatasi kendala ini. Dalam konteks masalah ini, Glick (2014) dikutip “Para
ilmuwan telah secara dramatis meningkatkan pengetahuan kita tentang mekanisme
yang digunakan oleh PGPR dalam 15-20 tahun terakhir, pemahaman tambahan
tentang mekanisme mendasar yang digunakan oleh bakteri ini kemungkinan akan
mempercepat penerimaan organisme ini sebagai tambahan yang cocok dan efektif
dalam praktik pertanian.” Oleh karena itu, mengisolasi dan mengkarakterisasi
PGPR yang bertujuan untuk memahami mekanisme dasar untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman dalam kondisi stress harus menjadi agenda utama penelitian.

1
Salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk menekan Krisis pangan pada
pertanian adalah dengan melakukan optimalisasi peran PGPR dalam produksi
pangan yang sehat dan berkelanjutan.
PGPR merupakan kelompok mikroorganisme yang hidup di rizosfer
tanaman dan memiliki peran penting dalam meningkatkan Kesehatan tanah dan
tanaman. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian intensif telah dilakukan untuk
memahami peran PGPR dalam mendukung produksi pangan yang sehat dan
berkelanjutan PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) memiliki peran
penting dalam peningkatan ketersediaan unsur hara pada tanah. Berdasarkan
penelitian, PGPR dapat membantu dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara
pada tanah dengan cara meningkatkan aktivitas mikroba tanah, menghasilkan
senyawa organik yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan membantu
dalam mengendalikan pathogen tanaman yang dapat mengurangi ketersediaan
unsur hara pada tanah.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang sehat dan berkelanjutan.
2. Untuk meningkatkan toleransi tanaman melalui peran PGPR.
3. Untuk mengetahui peran PGPR dalam pertanian organik.
Adapun manfaatnya yaitu untuk mengetahui produktivitas tanaman yang
sehat dan berkelanjutan melalui PGPR, mengetahui PGPR dalam perannya
meningkatkan toleransi tanaman terhadap stress lingkungan, serta untuk
mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis dan memberikan alternatif
yang ramah lingkungan untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PGPR.

PGPR merupakan kelompok bakteri yang aktif mengkolonisasi akar


tanaman yang berperan penting dalam meningkatkan kesuburan lahan,
pertumbuhan tanaman dan hasil panen, (Raka et al., 2012). Jenis bakteri yang
teridentifikasi sebagai bakteri PGPR adalah bakteri Pseudomonas, Azotobacter,
Azospirillum, Acetobacter, dan Bacillus. Bakteri bakteri ini hidup bebas dalam
bintilakarrhizosfer, dan permukaan akar tanaman dalam tanah (Glick, 1995). Peran
utama PGPR sebagai biofertilizer adalah mempercepat proses pertumbuhan
tanaman melalui penyerapan unsur hara sebagai biostimulan dan memacu
pertumbuhan tanaman melalui fitohormon dan sebagai bioproktetan melindungi
tanaman dari patogen (Rai, 2006 dalam Kamila et al., 2013).
Plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) merupakan bakteri yang
hidup di sekitar daerah perakaran (rizosfer). Bakteri ini memiliki kemampuan untuk
mengkolonisasi akar dan berperan penting dalam pertumbuhan tanaman
(Ashrafuzzaman et al., 2009). Penggunaan PGPR sebagai pupuk hayati merupakan
usaha pada bidang bioteknologi untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
PGPR dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena bersifat merangsang
pertumbuhan (biostimulan) dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai
zat pengatur tumbuh, dapat memfasilitasi tersedianya unsur hara esensial, serta
sebagai pengendali pathogen tanah (bioprotektan) (Marom et al., 2017).
PGPR mampu mengikat N bebas karena adanya enzim nitrogenase yang
mereduksi N2 di udara menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman (Dighe et al.,

3
2010). Tanaman memerlukan kelompok-kelompok PGPR yang mempunyai
kemampuan untuk membantu proses pengambilan N bebas agar dapat memenuhi
kebutuhan unsur hara N pada tanaman, baik yang bersimbiosis secara langsung
dengan tanaman maupun yang non-simbiotik. Rhizobium adalah bakteri simbiotik
yang mampu menyediakan hara bagi tanaman dengan bersimbiosis dan
mengkolonisasi akar tanaman legum. Apabila bersimbiosis dengan tanaman legum,
Kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar.
Rhizobium hanya dapat memfiksasi N bebas bila berada di dalam bintil akar dari
tanaman legum. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya
berkaitan dengan ketersediaan N bagi tanaman inangnya (Sari & Prayudyaningsih,
2015). Selain Rhizobium terdapat bakteri simbiotik lain yang mampu memfiksasi
N yakni Bradhyrhizobium, Mesorhizobium, Sinorhizobium, dan Frankia
(Shailendra Singh, 2015)
PGPR diketahui mampu melarutkan fosfat dengan mekanisme
pembentukan khelat dan produksi asam-asam organik seperti asam format, asetat,
propionat, laktat, glikolat, fumarat dan suksinat (Suliasih et al., 2010). Menurut
hasil penelitian (Sugianto et al., 2019), pada rizosfer tanaman tebu terdapat 4 isolat
bakteri yang diuji secara kualitatif berpotensi sebagai agen PGPR yang dapat
melarutkan fosfat, isolate ini ditumbuhkan pada media pikovskaya dan
menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu melarutkan fosfat, hal ini ditandai
dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni pada media pikovskaya.
Terbentuknya zona bening pada media pikovskaya mengindikasikan bahwa bakteri
tersebut mampu melarutkan fosfat (Fitriatin et al., 2020). Isolasi bakteri pelarut
fosfat yang berasal dari tanah masam dan diinokulasikan pada bibit tanaman jagung
mampu meningkatkan panjang akar bibit jagung 67,7-74,5% dibandingkan dengan
kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa isolat bakteri tersebut berpotensi
sebagai agen biofertilizer karena kemampuannya dalam menyediakan fosfat dan
meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung pada tanah masam (Fitriatin et al.,
2020).
Secara umum, mekanisme PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman adalah PGPR mampu menghasilkan atau mengubah konsentrasi hormon

4
tanaman seperti asam indolasetat (indoleasetic acid = IAA), asam giberelat,
sitokinin, dan etilen atau prekursornya (1-aminosiklopropena-1-karboksilat
deaminase) di dalam tanaman, tidak bersimbiotik dalam fiksasi N2, melarutkan
fosfat mineral, mempengaruhi pembintilan pada akar (Kloepper et al. 2004).
Bakteri akar pemacu pertumbuhan tanaman (PGPR) saat ini semakin banyak
dikembangkan, terutama dalam upaya peningkatan produksi pangan dan perbaikan
kualitas lingkungan hidup. Rizobakteria telah diaplikasikan pada banyak tanaman
karena dapat meningkatkan pertumbuhan, daya tumbuh benih dilapang, dan
meningkatkan produksi tanaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu
kelangsungan hidup bakteri rhizosfer dan kemampuannya dalam berkompetisi
dengan mikroorganisme lain dilapang diduga berpengaruh terhadap keberhasilan
aplikasi agen hayati ini (Rahni, 2012).
Pengaruh PGPR bagi pertumbuhan tanaman pertama kali dilaporkan pada
tanaman umbi – umbian seperti lobak, kentang, gula (Kloepper, 1993).
Penggunaan pupuk kimia yang melebihi dosis anjuran menjadi masalah
dalam pertanian berkelanjutan terutama masalah lingkungan. Beberapa masalah
dapat dikurangi dengan menggunakan PGPR (Etesami & Alikhani, 2016), yang
bermanfaat, ramah secara ekologis,alami, efektif dan efisien (Singh, 2013).
2.1 PGPR Sebagai Biofertilizer, Biostimulan, dan Biokontrol.

5
A. PGPR sebagai biofertilizer.
Berfungsi sebagai penyedia hara bagi tanaman dengan kemampuannya memfiksasi
nitrogen bebas dari udara (Glick, 2012), serta melarutkan hara P yang terikat di dalam
tanah (Ahemad & Khan, 2012). Biofertilizer (pupuk hayati) adalah media yang
menggunakan bahan dasar mikroba yang digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
B. PGPR sebagai Biostimulan.
Adalah senyawa organik alami bukan pupuk yang jika diaplikasikan pada tanaman
dalam jumlah kecil, dapat memacu pertumbuhan tanaman (Khan et al., 2009).
Biostimulan mengandung formulasi senyawa aktif tanaman dan atau mikroorganisme
yang dapat diaplikasikan pada tanaman mampu untuk meningkatkan penyerapan
nutrisi, meningkatkan toleransi terhadap cekaman abiotik dan kualitas tanaman.
Pemanfaatan biostimulan mampu memacu dan memodifikasi proses fisiologi
tumbuhan seperti respirasi, fotosintesis, sintesis asam nukleat, dan penyerapan ion
yang nantinya akan berpengaruh terhadap petumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ada beberapa jenis biostimulan yang telah dikembangkan dalam bidang pertanian
antara lain inokulan mikroba, asam humat, asam fulvat, asam amino, dan ekstrak
rumput laut atau ekstrak tumbuhan (Calvo et al., 2014). Biostimulan berbeda dengan
pupuk karena biostimulan tidak memberikan nutrisi secara langsung ke tanaman.
Biostimulan dapat memfasilitasi persediaan nutrisi dengan mendukung proses
metabolisme di tanah dan tanaman. Pasokan nutrisi tanaman salah satunya dapat
dilakukan melalui aksi mikroorganisme dan ekstrak, yang mengarah pada peningkatan
status gizi dan hasil tanaman. Salah satu contoh aktivitas akibat biostimulan adalah
dengan adanya fasilitasi pengembangan arbuskular jamur mikoriza yang mengangkut
nutrisi ke tanaman inang.
Biostimulan dapat diperoleh dari proses hidrolisis kimia (campuran asam amino
dan peptida maupun dari bagian hewan berupa kolagen atau tulang) dan hidrolisis
enzimatik (protein hidrolisis yang berasal dari tumbuhan akibat dari proses
fermentasi). Organisme yang biasanya digunakan sebagai biostimulan berasal dari
bakteri, cendawan, dan rumput laut. Bakteri yang biasanya digunakan sebagai
biostimulan berbasis PGPR diantaranya Pseudomonas putida, Pseudomonas
fluorescens, Pantoea dispersa, Bacillus subtilis, B. amyloliquefaciens, B. polymyxa,
B. megaterium, Kosakonia sp., Serratia liquefaciens, Azospirillum spp., dan

6
Azotobacter spp. Sementara itu, rumput laut yang biasanya digunakan sebagai
biostimulan pada tanaman diantaranya Ecklonia maxima, Durvillea protatorum, Ulva
lactuca, Caulerpa sertularioides, Padina pavonica, Fucus spp., Sargassum spp.,
Laminaria spp., dan Turbinaria spp.
Biostimulan berbasis mikroba yang berkualitas berarti memiliki standar yang baik
dan telah memenuhi Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan
Pembenah Tanah: Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 261/KPTS/SR.310/4/2019,
ada syarat teknis minimal yang harus dipenuhi agar mutu pupuk tersebut terjaga.
Indikator kualitas pupuk organik cair menurut Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor
261 Tahun 2019 minimal mengandung C- organik 10% (w/v), hara makro
(N+P₂+K₂O) 2-6% (w/v), N-organik minimal 0,5% (w/v), hara mikro (Fe total 90-900
ppm, Mn total 25-500 ppm, Cu total 25-500 ppm, Zn total 25-500 ppm, B total 12-250
ppm, Mo total 2-10 ppm), Ph 4-9, E. coli < 1 x 10² cfu/Ml, Salmonella sp. < 1 x 10²
cfu/Ml, logam berat maksimal (As 5,0 ppm, Hg 0,2 ppm, Pb 5,0 ppm, Cd 1,0 ppm, Cr
40 ppm, Ni 10 ppm), unsur Na maksimal 2000 ppm dan Cl maksimal 2000 ppm.
C. Sebagai Biocontrol
Tanah merupakan ekosistem kompleks yang mengandung berbagai kelompok
mikroorganisme, antara lain bakteri, jamur, protista, dan hewan (Müller et al., 2016).
Mikroorganisme ini memainkan peran penting dalam perkembangan tanaman,
pengaturan nutrisi, dan aktivitas biokontrol. Mereka menetap di rizosfer dan endo-
rizosfer tanaman, di mana mereka menggunakan berbagai proses langsung dan tidak
langsung untuk mendukung pertumbuhan tanaman. (Lyu et all., 2020) menyatakan
bahwa fitomikrobioma (mikroorganisme yang berasosiasi dengan tanaman) dapat
memberikan aliansi yang kompetitif, eksploitatif, atau netral dengan tanaman; dengan
demikian, mempengaruhi hasil panen. Baru-baru ini, para ilmuwan telah mempelajari
secara mendalam penggunaan PGPR yang bermanfaat untuk menghambat fitopatogen
dan mendorong pertumbuhan tanaman (Qiao et al., 2017; Alwahshi et al., 2022). Hal
ini mungkin disebabkan oleh peningkatan spesifisitas target antara PGPR dan spesies
tanaman (Lommen).
Menurut Zgadzaj dkk. (2016), mikrobioma rhizosfer mengacu pada
komunitas bakteri, archaeal, dan jamur serta materi genetiknya yang
mengelilingi sistem akar tanaman Mikroorganisme secara tidak langsung dapat
berdampak pada kesehatan tanaman dan plastisitas fenotipik dengan

7
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan respon pertahanan akibat ko-evolusi
mereka dengan tanaman dalam skala besar (Goh et al., 2013). Rhizosfer adalah
rumah bagi berbagai mikroorganisme yang menyediakan pasokan PGPR
secara stabil (Antoun dan Kloepper, 2001). Fitomikrobioma mencakup
populasi bakteri yang mengkolonisasi rizosfer, pada permukaan akar, dan di
antara sel-sel korteks akar (Inui Kishi et al., 2017). Karena tumbuhan pertama
kali dapat berkolonisasi di lingkungan terestrial, PGPR telah berevolusi
bersama dengan tumbuhan terkait; sehingga menghasilkan hubungan tanaman
inang yang sinergis (Gouda et al., 2018). Efek, metode, dan kemungkinan
keberhasilan penerapan PGPR pada produksi tanaman pertanian dalam situasi
terkendali telah menjadi subyek banyak penelitian. Hal ini penting untuk
mengembangkan metode pengendalian biologis yang lebih luas dan
mempertimbangkan kondisi lapangan.
Kualitas produk berbasis mikroba (pupuk hayati, pupuk organik, biostimulan)
dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab. Menurut Yuwono (2006) kualitas tersebut
dipengaruhi oleh faktor lingkungan misalnya suhu, pH, dan kontaminan. Menurut
Karoba dkk pH dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, kondisi pH yang tidak
sesuai akan mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh tanaman. Selain itu, pH juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroba dalam
menguraikan bahan organik. Di samping itu, produk pupuk cair bisa saja mengandung
bakteri patogen, seperti E. coli dan Salmonella sp. Bakteri patogen ini dapat
membahayakan kesehatan manusia. Escherichia coli merupakan bakteri patogen yang
dapat menyebabkan diare berdarah jika terkonsumsi oleh manusia (Kaper et al., 2004).
Salmonella sp. dapat menyebabkan penyakit radang usus jika terkonsumsi oleh
manusia (Tirado & Schmidt, 2001). Selain membawa penyakit, adanya aktivitas
bakteri patogen dalam pupuk cair dapat mengganggu kehidupan bakteri yang
menguntungkan selama proses fermentasi (Sundari et al., 2014).

8
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Plant Growth-Promoting Rhizobacteria (PGPR).

PGPR (Plant Growth-Promoting


Rhizobacteria) merujuk pada kelompok bakteri
menguntungkan yang mengkolonisasi rizosfir,
lapisan tanah tipis di sekitar zona perakaran
tanaman. PGPR memiliki peran penting dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil
panen, dan kesuburan tanah. Aktivitas PGPR juga
dapat membantu dalam mengendalikan opt.
Penggunaan PGPR telah menjadi praktik umum
di banyak wilayah di dunia, terutama dalam
upaya peningkatan produksi pangan dan
perbaikan kualitas tanah. PGPR juga dianggap
sebagai solusi untuk tanah sehat berkelanjutan, yang dapat membantu dalam
meningkatkan produktivitas lahan dan memperbaiki penyerapan unsur hara
tanaman. Penggunaan PGPR juga dianggap sebagai alternatif yang menjanjikan
dalam mengembangkan pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi
penggunaan input sintetik agrokimia.
Rizobakteri adalah kelompok bakteri yang memiliki kemampuan mengikat atau
memfiksasi nitrogen bebas dari alam. Nitrogen bebas tersebut selanjutnya diubah
menjadi amonia kemudian disalurkan ke tanaman. Berbagai jenis bakteri telah
diidentifikasi sebagai PGPR. Sebagian besar berasal dari kelompok gram-negatif
dengan jumlah strain paling banyak dari genus Pseudomonas dan beberapa dari
genus Serratia. Selain kedua genus tersebut, dilaporkan antara lain dari genus
Azotobacter, Azospirillum, Acetobacter, Burkholderia, dan Bacillus (Glick, 1995).
Pengaruh PGPR secara langsung adalah menyediakan dan memobilisasi
penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah. Selain itu juga berperan dalam
sintesis dan pengontrolan konsentrasi berbagai hormon pemacu pertumbuhan

9
tanaman. Secara tidak langsung, PGPR berperan melindungi tanaman dengan cara
menghambat aktivitas pathogen. Selain itu juga dapat memperbaiki struktur tanah
serta mengikat logam berat yang terdapat di dalam tanah (Munees & Mulugeta,
2014).
Pengaruh positif PGPR pada berbagai jenis tanaman masih terus diteliti, baik
menggunakan strain rizobakteri yang sudah dikenal maupun isolat-isolat lokal yang
diperoleh/diisolasi dari lingkungan tanah setempat (indigenous). Saat ini, beberapa
produk PGPR sudah dikomersialkan. Di Indonesia, berbagai jenis bakteri yang
termasuk dalam kategori PGPR banyak dijumpai dalam kandungan berbagai
jenis/merek pupuk hayati majemuk komersial (pupuk hayati majemuk yang
mengandung lebih dari satu jenis/strain mikroba). Diantaranya adalah bakteri
pemfiksasi N hidup bebas dan bakteri pelarut P yang juga mampu menghsilkan
hormon pertumbu
3.2 Peningkatan Ketersediaan Unsur Hara
PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) memiliki peran penting dalam
peningkatan ketersediaan unsur hara pada tanah. Berdasarkan penelitian, PGPR
dapat membantu dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanah dengan
cara meningkatkan aktivitas mikroba tanah, menghasilkan senyawa organik yang
dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan membantu dalam mengendalikan
patogen tanaman yang dapat mengurangi ketersediaan unsur hara pada tanah. Selain
itu, PGPR juga dapat membantu dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara pada
tanaman dengan cara meningkatkan penyerapan unsur hara oleh tanaman. PGPR
dapat membantu dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara tertentu, seperti
nitrogen, fosfor, dan kalium, dengan cara mengubah bentuk unsur hara menjadi
bentuk yang lebih mudah diserap oleh tanaman.
PGPR dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman dengan
meningkatkan solubilita fosfor, meningkatkan penyerapan nitrogen, dan
memobilisasi unsure hara lainnya dalam tanah. Denga demikian, tanaman dapat
memanfaatkan unsur hara secara lebih efisien, mengurangi kebutuhan pupuk kimia,
dan mengurangi dampak negative terhadap lingkungan.
3.3 Peningkatan Toleransi Tanaman Terhadap Stres Lingkungan

10
PGPR memiliki peran kritis dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap
stres lingkungan seperti kekeringan, salinitas tanah, dan serangan patogen. Melalui
produksi senyawa senyawa seperti exopolysaccharides dan phytohormones, PGPR
membantu tanaman beradaptasi dan bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak
ideal.
PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) memiliki peran penting dalam
meningkatkan toleransi tanaman terhadap stres lingkungan. Berdasarkan penelitian,
PGPR dapat membantu tanaman dalam mengatasi stres lingkungan, seperti
kekeringan, kelebihan air, dan suhu ekstrem, dengan cara meningkatkan produksi
senyawa antioksidan dan hormon tanaman, serta meningkatkan efisiensi
penggunaan air oleh tanaman.
Selain itu, PGPR juga dapat membantu tanaman dalam mengatasi stres
lingkungan dengan cara meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanah dan
tanaman, sehingga dapat membantu tanaman dalam mengatasi stres lingkungan
yang disebabkan oleh kekurangan unsur hara
3.4 Dampak PGPR Dalam Pertanian Organik dan Berkelanjutan
PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) memiliki dampak yang
signifikan dalam pertanian organik dan berkelanjutan. PGPR dapat membantu
dalam meningkatkan produktivitas lahan, memperbaiki kualitas tanah, dan
mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dalam pertanian organic. PGPR juga
dianggap sebagai solusi untuk tanah sehat berkelanjutan, yang dapat membantu
dalam meningkatkan produktivitas lahan dan memperbaiki penyerapan unsur hara
tanaman.
Penerapan PGPR dalam pertanian organik juga dapat membantu dalam
mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan,
sehingga mendukung praktik pertanian yang lebih berkelanjutan
Selain itu, PGPR juga dapat membantu dalam mengendalikan patogen tanaman
secara alami, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia
dalam pertanian organik
Dengan demikian, PGPR memiliki dampak yang positif dalam mendukung
pertanian organik dan berkelanjutan dengan cara meningkatkan produktivitas lahan,

11
memperbaiki kualitas tanah, dan mengurangi ketergantungan pada input kimia,
sehingga mendukung produksi pangan yang sehat dan berkelanjutan.
Dalam konteks pertanian organik dan berkelanjutan, penggunaan PGPR
menawarkan alternatif yang ramah lingkungan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman. PGPR dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan pestisida
sintetis, mengurangi risiko pencemaran tanah dan air, dan meningkatkan
keberlanjutan keseluruhan sistem pertanian.
3.5 Tantangan dan Peluang
Meskipun potensi PGPR sangat besar, tantangan dalam implementasinya tetap
ada. Faktor-faktor seperti interaksi kompleks dengan tanaman dan lingkungan, serta
ketidakpastian terkait efektivitas PGPR pada berbagai jenis tanah dan tanaman,
memerlukan penelitian lebih lanjut. Peluang untuk mengoptimalkan peran PGPR
melalui teknologi pertanian yang canggih dan pendekatan terintegrasi perlu
dieksplorasi lebih lanjut.
PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) memiliki tantangan dan
peluang dalam mendukung produksi pangan yang sehat dan berkelanjutan.
Beberapa tantangan yang dihadapi PGPR meliputi:
➢ Ketersediaan: Tantangan utama adalah memastikan ketersediaan PGPR
yang memadai di tanah pertanian. Hal ini dapat melibatkan pengembangan
teknologi produksi PGPR yang efisien dan terjangkau.
➢ Penerimaan: Penerimaan dan adopsi teknologi PGPR oleh petani dan
praktisi pertanian juga merupakan tantangan. Edukasi dan sosialisasi
mengenai manfaat PGPR serta cara penggunaannya dapat menjadi kunci
dalam mengatasi tantangan ini.
Namun, terdapat pula peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PGPR dalam
mendukung produksi pangan yang sehat dan berkelanjutan, antara lain:
➢ Peningkatan Produktivitas: PGPR memiliki potensi untuk meningkatkan
produktivitas tanaman dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia,
sehingga mendukung pertanian berkelanjutan

12
➢ Ketahanan Tanaman: PGPR dapat membantu tanaman dalam mengatasi
stres lingkungan, seperti kekeringan dan kelebihan air, sehingga mendukung
ketahanan pangan dalam menghadapi perubahan iklim
➢ Inovasi Pertanian: Pemanfaatan PGPR juga dapat menjadi bagian dari
inovasi dalam pertanian, termasuk dalam pengembangan teknologi
pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
Dengan memanfaatkan peluang ini, PGPR dapat memainkan peran yang
penting dalam mendukung produksi pangan yang sehat dan berkelanjutan, serta
mengatasi tantangan yang dihadapi untuk memastikan keberhasilan
implementasinya dalam praktik pertanian.
3.6 Cara Agar PGPR Terjaga Keberadaannya di Dalam Tanah
Untuk menjaga keberadaan PGPR di dalam tanah, beberapa cara yang dapat
dilakukan antara lain:
➢ Pemberian Bahan Organik: Memberikan bahan organik seperti kompos,
pupuk hijau, atau sisa tanaman ke tanah dapat menjadi sumber makanan dan
tempat tinggal bagi PGPR, sehingga membantu menjaga keberadaannya di
dalam tanah
➢ Penggunaan Pupuk Hayati: Pupuk hayati mengandung PGPR dan dapat
diterapkan untuk meningkatkan populasi PGPR di tanah. Pupuk hayati juga
dapat membantu dalam menjaga keseimbangan mikroba tanah yang penting
untuk kesehatan tanah
➢ Pertanian Berkelanjutan: Menerapkan prinsip-prinsip pertanian
berkelanjutan, seperti rotasi tanaman, tanaman penutup tanah, dan
minimalisasi penggunaan bahan kimia sintetis, dapat membantu menjaga
keberadaan PGPR di dalam tanah.
➢ Pengelolaan Tanah yang Baik: Praktik-praktik pengelolaan tanah yang baik,
seperti pengendalian erosi, pemeliharaan struktur tanah, dan pengaturan
kelembaban tanah, juga dapat mendukung keberadaan PGPR di dalam tanah
Dengan mengambil langkah-langkah tersebut, diharapkan keberadaan
PGPR di dalam tanah dapat terus terjaga, sehingga manfaatnya dalam mendukung
produksi pangan yang sehat dan berkelanjutan dapat tetap optimal.

13
BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) memiliki peran yang signifikan
dalam mendukung produksi pangan yang sehat dan berkelanjutan. PGPR dapat
membantu dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman,
meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanah, serta meningkatkan toleransi
tanaman terhadap stress lingkungan. Selain itu, penerapan PGPR juga dapat
mendukung pertanian organik dan berkelanjutan dengan mengurangi
ketergantungan pada pupuk kimia dan pestisida sintetis.
Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi PGPR termasuk ketersediaan dan
adopsi teknologi oleh petani serta pengembangan teknologi produksi PGPR yang
efisien. Namun, peluang yang dimiliki PGPR termasuk peningkatan produktivitas
tanaman, pengurangan ketergantungan pada input kimia, serta kontribusi terhadap
pertanian berkelanjutan.
Dengan demikian, PGPR memiliki potensi besar dalam mendukung produksi
pangan yang sehat dan berkelanjutan, dan upaya untuk mengatasi tantangan yang
dihadapi dapat membantu memanfaatkan peluang tersebut secara optimal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahemad, M., & Khan, M. S. (2012). Effect of fungicides on plant growth promoting
activities of phosphate solubilizing Pseudomonas putida isolated from
mustard (Brassica compestris) rhizosphere. Chemosphere, 86 (9),
945–950.
Amirul H. Muhammad Umar, Fitri A. A. Zakry, Mohammad Fitri A. Rahman,
Muhammad I. N. H. Mohammad Sazali , Franklin Ragai Kundat,
Masnindah Malahubban , Martini Mohammad Yusoff , Mohammad Hailmi
Sajili5. 2023. Mechanisms used by plant growth-promoting rhizobacteria to
boost plant growth - A Review. Journal of Phytology.
Annisa Balqis, Rony Novianto, Andi Asjayani. 2021. PGPR: Bakteri
Menguntungkan Yang Membantu Pengendalian OPT. Pojok Media Artikel
Teknologi.
Calvo, H., Marco, P., Blanco, D., Oria, R., & Venturini, M. E. (2017).Potential of
a new strain of Bacillus amyloliquefaciens BUZ-14 as a biocontrol agent of
postharvest fruit diseases. In Food Microbiology (Vol. 63).
Debapriya Choudhury, Santanu Tarafdar , Sikha Dutta. 2022. acteria (PGPR) and
their ecofriendly strategies for plant growth regulation: a review. PLANT
SCIENCE TODAY.
Glick, Bernard R. (2012). Plant growth-promoting bacteria : Mechanisms and
applications. Hindawi Publishing Corporation Scientifica, 2012.
Glik, BR (2014). Bakteri dengan ACC deaminase dapat berpromosi pertumbuhan
tanaman dan membantu memberi makan dunia. Penelitian Mikrobiologi,
169, 30–39. doi:/10.1016/j.micres.2013.09.009
Ladeiro, B. (2012). Pertanian garam di abad ke-21: Menggunakan sumber daya
yang terkontaminasi garam untuk memenuhi kebutuhan pangan. Jurnal
Botani. doi:10.1155/2012/310705.
Madhurankhi GOSWAMI, Suresh DEKA. 2020. Plant growth-promoting
rhizobacteria—alleviators of abiotic stresses in soil: A review. PLANT
GROWTH-PROMOTING RHIZOBACTERIA.

15
Maria Vasseur-Coronado, Herv´e Dupr´e du Boulois, Ilaria Pertot, Gerardo
Puopolo. 2021. Selection of plant growth promoting rhizobacteria sharing
suitable features to be commercially developed as biostimulant products.
Microbiological Research.
Miftahul Jannah, Rabiatul Jannah, Fahrunsyah . 2022. Kajian Literatur
:Penggunaan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Mengurangi Pemakaian Pupuk Anorganik
pada Tanaman Pertanian. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab. 41-49.
Mohamed T. El-Saadony , Ahmed M. Saad Taia A. Abd El-Mageed , Shaimaa H.
Negm, Samy Selim, Ahmad O. Babalghith, Ahmed S. Elrys, Khaled A. El-
Tarabily dan Synan F. AbuQamar , Alshaymaa I. Ahmed , Alia Mohsin
Mahmood A.M. Ebrahim frontiersin.org , Heba M. Salem Amira M. El-
Tahan ,Soliman M. Soliman. 2022. Plant growth-promoting
microorganisms as biocontrol agents of plant diseases: Mechanisms,
challenges and future perspectives. Frontieres in Plant Science.
Pravin Vejan , Rosazlin Abdullah, Tumirah Khadiran, Salmah Ismail, Amru
Nasrulhaq Boyce. 2016. Role of Plant Growth Promoting Rhizobacteria in
Agricultural Sustainability. Journal. Molecules.
Rachel Backer1 , J. Stefan Rokem , Gayathri Ilangumaran , John Lamont, Dana
Praslickova , Emily Ricci1 , Sowmyalakshmi Subramanian and Donald L.
Smith. 2018. Plant Growth-Promoting Rhizobacteria: Context, Mechanisms
of Action, and Roadmap to Commercialization of Biostimulants for
Sustainable Agriculture. Plant Pathogen Interactions.
Ristiana F. Mokoginta, Selvie Tumbelaka, Ronny Nangoi. 2022.
Sri Sudewi, Ambo Ala, Baharuddin patandjengi, Muh. Farid Bdr, Abdul Rahim
Saleh. 2021. Scereening Of Plant Growth Promotion Rhizobacteria (PGPR)
to increase local aromatic rice plant growth. International Journal of
Pharmaceutical Research. 13(1).
The Effect Of PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Bio Fertilization On
The Growth And Production of Lettage (Lactuca Sativa L.)., Jurnal
Agroteknologi Terapan.3(1).

16

Anda mungkin juga menyukai