Anda di halaman 1dari 1

Restorasi Gambut Melalui Pemberdaayaan Masyarakat

Sebelum masuk kepokok pembicaraan. Sebaiknya lebih dulu saya menjelaskan pemaknaan
darai kata restorasi. Apa iti restorasi?. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
restorasi terdiri dari res·to·ra·si1 /réstorasi/ n pengembalian atau pemulihan kepada keadaan
semula (tentang gedung bersejarah, kedudukan raja, negara); pemugaran. Dapat di artikan bahwa
restorasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan atau pemulihan
sehingga hasil yang diperoleh menjadi bentuk semula. Lantas jika kait kan dengan restorasi
gambut maka prose kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan ekosistem gambut kebentuk
semula menyelenggarakan upaya memulihkan fungsi ekosistem gambut untuk mencegah
berulangnya kebakaran hutan dan lahan serta dampak asap.
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead, mengungkapkan bahwa potensi lahan
gambut di Indonesia mencapai 15-20 juta hektar yang tersebar di Sumatera hingga Papua. Dari
luasan itu, peta indikatif lahan gambut terdegradasi terdapat di tujuh provinsi dan yang menjadi
prioritas restorasi yakni, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, dan Papua.
Lahan gambut adalah suatu ekosistem dimana (dibawah kondisi jenuh air secara permanen)
bahan tanaman mati dan yang telah/tengah mengalami perombakan (decay) terakumulasi untuk
membentuk sebuah lapisan tanah yang tebal organik (gambut). Rata-rata per hektar karbon tanah
menyimpan 10 x lebih besar dari hutan tropis yang masih utuh. Hal ini membuat lahan gambut
menjadi tempat penyimpanan (reservoir) karbon yang paling penting dan sangat terkonsentrasi di
darat.
Lahan gambut berasel dari bekas-bekas kekayuan dan sejenisnya yang mengendap atau
terjadinya penumpukan, tak heran tanah gambut mempunyai manfaat sebagai penyerap air lebih
banyak ketika turun hujan dan sebagai penyimpan cadangan air ketika musim kemarau. Namun
pemanfaatan lahan yang berlebihan merubah struktur ekologi lahan gambut yang ada di Indonesia.
Sebagai contoh Kelapa Sawit.
Restorasi lahan gambut di Indonesia tak lepas dari nilai pentingnya gambut bagi dunia.
Gambut Indonesia menyimpan sekitar 57 miliar ton karbon. Sehingga Indonesia menjadi salah
satu kawasan utama penyimpan karbon dunia. Jumlah karbon dari lahan gambut Indonesia, hanya
mampu ditandingi oleh hutan hujan tropis di Amazon yang menyimpan 86 miliar ton karbon.
Namun jika karbon yang tersimpan di Indonesia dilepaskan secara keseluruhan ke atmosfer, maka
sama saja melepaskan sepertiga cadangan karbon yang ada di dunia dan mengakibatkan emisi.
Menyimpan karbon berarti sama saja kita menyelamatkan bumi dari kenaikan suhu yang akan
membahayakan kehidupan mahluk hidup.
Restorasi lahan gambut membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan laju
kehidupan mahluk hidup itu sendiri. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa proses akumulasi
karbon dan pertumbuhan tanah gambut sangat lambat, tetapi karbon dioksida sangat cepat
dilepaskan. Penelitian tersebut menemukan bahwa dalam setahun, lebih dari 2.300 hektar hutan
lahan gambut pesisir alami Indonesia diperlukan untuk menyerap jumlah setara karbon yang hilang
selama 100 tahun dari satu hektar hutan terkonversi.
Untuk melakukan restorasi lahan gambut harus dilakukan secara terintegrasi baik dari
pemerintah pusat hingga ke level masyarakat dengan melibatkan semua lini. Masing-masing lini
memiliki peran tersendiri yang harus didukung satu sama lain. Sebagai masyarakat kita dapat turut
serta menyukseskan program restorasi gambut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Melihat betapa pentingnya restorasi gambut sekarang ini, maka perlu dilakukan langkah
yang tepat untuk mengembalikan fungsi lahan gambut. Dalam menjalankan kegiatan atau progran
kerja restorasi lahan gambut, peran serta masyarakat setempat merupakan tenaga yang sangat
utama dalam pembangunan ini. Adanya inisiatif-inisiatif dari masyarakat akan mempercepat
peroses program pemerintah sekaligus bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Anda mungkin juga menyukai