Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PROTEKSI TANAMAN
“PENGENALAN HAMA TANAMAN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Proteksi Tanaman

Disusun oleh:
Iman Cahya Pratama Edi (4442210130)
Ega Layla Putri (4442210158)
Rapha Paelito Engka (4442220169)

Kelompok : V (Lima)
Kelas :D

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan segala
kenikmatan dan kemudahan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan
praktikum yang berjudul “Pengenalan Hama Tanaman”. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kasih sayangnya
tiada tara kepada para sahabat, keluarga dan umatnya hingga akhir zaman. Dengan
ridho Allah SWT disertai usaha yang sungguh-sungguh penyusun dapat menyusun
laporan praktikum yang masih jauh dari kesempurnaan.
Penyusun berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusun
dalam menyusun laporan praktikum ini. Oleh karena itu sudah sepantasnya
penyusun mengucapkan terimakasih kepada bapak Julio Eiffel R. R., S.P., M.P.,
Andre Syailendra, S.P., M.Si. dan ibu Widia Eka Putri, S.P., M.Agr.Sc selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Proteksi Tanaman, saudari Dwi Sekar Cahyayuwanita
selaku asisten laboratorium praktikum Proteksi Tanaman dan semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian laporan yang telah penyusun buat ini. Penyusun menyadari bahwa
laporan ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu mohon kritik dan sarannya
apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Serang. Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hama Tanaman.................................................................... 2
2.2 Penyebab Munculnya Hama .................................................................. 3
2.3 Jenis-Jenis Hama Tanaman ................................................................... 4
2.4 Pengendalian Hama Tanaman ............................................................... 5
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 8
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 8
3.3 Cara Kerja ............................................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ..................................................................................................... 9
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 9
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14
5.2 Saran................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serangga hama merupakan hewan yang merusak tanaman dan umumnya
merugikan para petani dari segi ekonomi maupun material, salah satu kendala
dalam pengelolaan tanaman yang akan di produksi adalah adanya serangan
serangga hama, semakin banyak serangga yang berasosiasi pada tanaman baik yang
bersifat sebagai serangga hama maupun serangga musuh alami akan menimbulkan
kerugian besar terhadap hasil petani (Salaki dan Dumalang, 2017).
Serangga juga mempunyai jumlah terbesar dari seluruh spesies yang ada dibumi
ini, mempunyai berbagai macam peranan dan keberadaannya ada dimana-mana,
selain dari itu serangga pun dapat tertarik pada tumbuhan-tumbuhan baik untuk
makanan maupun sebagai tempat tinggal. sehingga menjadikan serangga sangat
penting di ekosistem dan kehidupan manusia (Kementrian Pertanian, 2018).
Setiap serangga mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam hal
kelimpahan pada suatu habitat yang berhubungan dengan daya reproduksi dan
adaptasi terhadap habitat yang cocok. Kelimpahan setiap jenis serangga juga
dibatasi oleh faktor – faktor yang menentukan berapa banyak jenis dan populasi
serangga tersebut (Umboh, Pinaria and Manueke, 2019). Serangga juga memegang
peranan yang sangat penting dalam ekosistem pertanian dan memiliki peran yang
mengutungkan serta merugikan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum “Pengenalan Hama Tanaman” ini adalah dapat
mengidentifikasi bagian-bagian dari hama tanaman.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hama Tanaman


Istilah hama dan penyakit sering dianggap sama, karena keduanya sama-sama
dapat merugikan bagi tanaman dan manusia. Tetapi sebenarnya keduanya berbeda.
Hama merupakan binatang yang merusak tanaman dan umumnya merugikan
manusia dari segi ekonomi. Kerugian tersebut dihubungkan dengan nilai ekonomi,
karena apabila tidak terjadi penurunan nilai ekonomi, maka kehadiran hama
tersebut pada tanaman tidak perlu dikendalikan atau diberantas. Sementara,
penyakit tanaman dapat berupa bakteri, jamur, ganggang dan virus. Serangga yang
menjadi hama penting pada tanaman sayuran diantaranya adalah ulat tritip (Plutella
xylostella), ulat krop (Crocidolomia binotalis Zell.), ulat tanah (Agrotis ipsilon),
dan ulat grayak (Spodoptera litura) untuk tanaman sayuran famili brassicaceae,
sedangkan pada family cucurbitaceae hama utamanya antara lain adalah lalat buah
(Dacus cucurbitae Coq), lalat pengkorok daun (Liriomyza huidobrensis), oteng-
oteng atau kutu kuya (Aulocophora similis Oliver), dan siput (Achatina fulica)
(Widi Astuti & Catur Rini Widyastuti, 2016).
Hama dalam bahasa jawa sering disebut "omo' dalam bahasa lnggris disebut,
''pest'. Hubungannya dengan pengendalian, -racun hama disebut sebagai pestisida;
sida berarti racun. Dalam arti luas hama adalah organisme pengganggu tanaman,
yang meliputi binatang perusak, penyakit dan gulma. Mikro organisme patogen
merupakan penyebab penyakit tanaman. Jika patogen tersebut adalah bakteri,
racunnya adalah bakterisida. Kalau jamur, racunnya adalah pungisida. Gulma atau
herba adalah tumbuhan pengganggu, dalam bahasa Inggrisnya disebut "weetf”'.
Racun gulma disebut herbisida.
Dalam arti sempit, hama adalah binatang perusak yang mengganggu
kepentingan manusia. Dalam pengertian ini, walaupun binatang perusak itu berada
pada ekosistem tanaman, sejauh populasinya rendah dan tidak mengganggu
kepentingan manusia, maka tidak dianggap sebagai karna, hama dengan populasi
yang rendah dan tidak merugikan dipandang sebagai organisme yang melakukan
fungsi biologisnya dalarn rantai makanan di alam dan berperan menjaga

2
keseirnbangan ekosistem karena merupakan mangsa atau inang musuh alami hama.
Ini berarti bahwa manusia harus mampu hidup berdarnpingan dengan binatang
perusak tersebut. Tanaman saja mempunyai daya toleransi terhadai tingkat
serangan tertentu dari binatang perusak, apalagi manusia, harus juga toleran. Untuk
mempelajari lebih jauh, apa itu hama, berikut ini ada beberapa macarn golongan
hama.

2.2 Penyebab Munculnya Hama


Penyebab Hama Bisa Pada Tumbuhan - Hama merupakan salah satu jenis
organisme pengganggu tumbuhan yang keberadaannya sangat tidak diinginkan
karena besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat aktivitas hidup organisme
tersebut di perkebunan. Jika dilihat dalam arti luas, hama adalah segala bentuk
gangguan terhadap manusia, tumbuhan, dan ternak. Akan tetapi, dari pengertian
sempit hama adalah semua hewan yang merusak tumbuhan yang dapat
menimbulkan kerugian. Jadi, jika terdapat hewan pada tumbuhan tetapi tidak
menimbulkan kerugian, maka hewan tersebut tidak dianggap sebagai hama. Hama
yang merusak tanaman dapat terlihat jelas dari bekasnya (goresan atau gigitan).
Pada umumnya hewan yang dapat menjadi hama dapat berupa serangga, moluska,
tungau, tikus, burung atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut
menjadi hama, tetapi di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang, 2019).
Pada hakikatnya hama merupakan gangguan yang mengganggu manusia,
gangguan tersebut dapat berasal dari hewan pengganggu (kutu, tikus, wereng, dll),
dan dapat juga berasal dari tumbuhan pengganggu (bakteri, jamur, virus). Hewan
pengganggu memiliki ciri-ciri dapat berpindah tempat, jarang memiliki klorofil,
dan memiliki dinding sel berprotein. Sedangkan tumbuhan pengganggu memiliki
ciri tidak dapat berpindah tempat, memiliki klorofil, dinding selnya berupa selulosa
atau hidrokarbon. Ada sekitar 916.000 jenis hewan. Filum Chordata berjumlah
sekitar 60.000 spesies; filum Arthropoda kurang lebih 713.000 spesies; filum
Aschelminthes sekitar 8.000 spesies; filum Mollusca kurang lebih 80.000 spesies;
Selain filum yang disebutkan tadi, setidaknya masih ada 12 filum lainnya (Pracaya,
2020).

3
Penyebab Hama Bisa Pada Tanaman – Penyakit tanaman adalah suatu kondisi
dimana sel dan jaringan tanaman tidak berfungsi secara normal yang disebabkan
oleh gangguan terus menerus oleh agen patogen atau faktor lingkungan dan akan
mengakibatkan berkembangnya gejala (Agrios, 2017). Sedangkan menurut Rahmat
Rukmana dan Sugandi Saputra, penyakit tanaman adalah sesuatu yang
menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang terlihat,
menurunkan mutu atau nilai ekonomi, dan merupakan akibat interaksi yang lama
(Rahmat, dkk, 2018).
Penyakit tanaman biasanya disebabkan oleh faktor biotik dan faktor abiotik.
Penyakit tanaman yang disebabkan oleh faktor biotik adalah penyakit yang
disebabkan oleh organisme pengganggu (jamur, bakteri, dll), biasanya gejala
kerusakan pada suatu area tanaman. Sedangkan penyakit tanaman yang disebabkan
oleh faktor abiotik merupakan gejala serangan yang cenderung tidak merata, dan
kerusakan yang disebabkan oleh terlalu lembab atau terlalu kering (Raupach, dkk,
2017).

2.3 Jenis-Jenis Hama Tanaman


Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat
dengan pancaindera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang, dan dapat
merusak tanaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Hama yang
merusak tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan
gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung biasanya
melalui suatu penyakit. Berdasarkan cara menyerangnya dengan tipe alat mulut
hama digolongkan sebagai berikut:
1. Ordo Hemiptera
Hama yang termasuk ordo ini tipe alat mulutnya pengisap. Contohnya: kepik,
walangsangit, dan wereng.
2. Ordo Lepidoptera
Hamanya ialah golongan kupu – kupu, tipe alat mulutnya pengisap yang berupa
belalai. Golongan ini merusak karena mereka adalah, penggerek batang,
penggerek buah, ulat dan sebagainya.
3. Ordo Coleoptera

4
Ordo ini merupakan tingkatan yang paling besar dari insekta lainnya. Hama ini
sebangsa kumbang, tipe alat mulutnya penggigit.
4. Ordo Ortoptera
Yang termasuk ordo ini adalah sebangsa belalang, jengkerik, gangsir, kecoa
dan lain – lain. Ordo Ortoptera mempunyai alat mulut penggigit pengunyah.
5. Ordo heminoptera
Sebangsa lebah dan tipe alat mulutnya penggigit pengunyah.
6. Ordo Diptera
Yang termasuk ordo ini ialah sebangsa lalat. Tipe mulutnya adalah penjilat
pengisap dan penusuk pengisap.
7. Ordo Tisanoptera
Hama yang termasuk ordo ini sebangsa kutu, tipe alat mulutnya pengisap dan
berujung tajam.

2.4 Pengendalian Hama Tanaman


Hama tanaman dapat dikendalikan secara mekanis melalui tindakan nyata agar
hama tersebut berkurang. Metode ini dianggap sebagai cara tradisional karena tidak
menggunakan bahan kimia seperti insektisida, melain menggunakan sabit, gunting
tanaman dan sebagainya. Pengendalian hama dengan cara ini membutuhkan waktu
lama sehingga hasilnya dianggap kurang optimal. Pemberantasan hama secara
biologi adalah upaya pengendalian hama tanaman dengan memanfaatkan pemangsa
alami atau predator hama. Contohnya adalah hama artona dibasmi dengan lebah
penyengat, kutu loncat diberantas dengan semut rangrang, serta tikus diburu oleh
Burung Hantu (Maulana, 2021).
Penggunaan pestisida secara besar-besaran oleh petani di Indonesia untuk
mengendalikan hama mulai dilakukan sejak awal tahun 1970, namun strategi
tersebut menyebabkan ketergantungan petani terhadap penggunaan pestisida
semakin tinggi (Kartohardjono, 2021). Pada umumnya petani mengandalkan
penyemprotan pestisida untuk mengatasi serangan serangga hama, tetapi semakin
intensif penyemprotan pestisida, serangga hama semakin tahan sehingga petani
menyemprotkan pestisida dengan interval yang semakin pendek dan dosis yang

5
semakin tinggi, serta pencampuran pestisida tanpa memperhatikan kompabilitasnya
(Moekasan, 2018).
Penggunaan pestisida tanpa didasari pengetahuan bioekologi hama dan teknik
aplikasi yang benar mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pengendalian dan
menimbulkan dampak negatif, antara lain:
Pencemaran lingkungan Banyak jenis pestisida yang mengandung klorin
(DDT, Heptaklor, BHC, Aldrien, Endrin, Klordane) yang berbahaya bagi
lingkungan karena dapat mematikan manusia dan hewan, serta mempunyai sifat
yang tidak dapat diuraikan secara hayati (non biodegradable pesticides). Jenis-jenis
pestisida ini dapat bertahan sangat lama dalam tanah tanpa dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (Sembel, 2020). Dampak negatif pestisida tidak hanya terbatas
pada daerah tempat pestisida tersebut digunakan, namun meluas melalui rantai
makanan yang dikenal dengan istilah efek bola salju (Kardinan, 2011).
Terjadinya ledakan hama kedua (resurgensi) Resurgensi hama terjadi ketika
musuh alami hama tersebut hilang karena penggunaan pestisida, sehingga ketika
serangga hama kembali menyerang tidak ada musuh alami yang dapat menekan
populasi serangga hama (Purnomo, 2018). Menurut Kardinan (2017), penggunaan
pestisida mengakibatkan populasi hama meledak karena hama terstimulasi untuk
memproduksi keturunan, jumlah telur meningkat serta daur hidup lebih singkat
sehingga populasi meningkat dengan cepat. Serangga dewasa memiliki kemampuan
makan yang meningkat, serta musuh alami terbunuh sehingga pertumbuhan hama
semakin tinggi.
Ledakan hama sekunder Ledakan hama sekunder terjadi ketika penggunaan
pestisida membunuh musuh alami yang mengontrol spesies yang tidak menjadi
hama utama. Tanpa musuh alami, spesies ini akan meningkat populasinya dan
menjadi hama sekunder.
Resistensi hama Resistensi hama terjadi ketika penggunaan pestisida secara
ekstrim efektif mematikan sebagian besar populasi serangga hama, akan tetapi
terkadang terdapat beberapa populasi hama yang masih hidup karena secara
fisiologi berbeda dan toleran terhadap pestisida tersebut. Populasi hama yang

6
toleran terhadap pestisida tersebut menjadi resisten terhadap pestisida dan
populasinya akan terus meningkat (Purnomo, 2018). Perkembangan resistensi lebih
cepat terjadi pada pestisida tunggal dibandingkan dengan pestisida ganda atau
campuran (Kardinan, 2017).

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum yang berjudul “Pengenalan Hama Tanaman” ini dilaksanakan pada
hari Rabu, 12 Mei 2023 pada pukul 14.40-16.20 WIB dilakukan di Laboratorium
Agroekoteknologi lantai 2, Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain,
yaitu serangga ordo Lepidotera (Kupu-kupu/ngegat), alkohol, cawan petri, gelas
beaker, pinset dan kaca pembesar

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja dari praktikum kali ini yaitu:
1. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dicelupkan belalang ke dalam alkohol 70% lalu simpan dalam cawan petri
selama kurang lebih 15 menit atau sampai belalang mati.
3. Diamati morfologi belalang menggunakan kaca pembesar.
4. Digambar anatomi tubuh belalang secara jelas (abdomen, kepala, torak).
5. Diberikan keterangan (semua bagian tubuh belalang, kepala, antena, alat
mulut, torak, sayap, tungkai dan abdomen.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hama Pada Tanaman
No Gambar Keterang
an
1 1. Antena
2. Mata majemuk
3. Kepala
4. Proboscis
5. Thorax (dada)
6. Tibia (Tulang kering)
7. Tarsus (Tulang paha)
8. Abdomen
9. Sayap belakang
10. Sayap depan
11. Outer margin
Kupu – Kupu Monarch (Danaus 12. Saraf
plexippus) 13. Sel
ordo Lepidotera 14. Costal margin

4.2 Pembahasan
Adapun pembahasan pada praktikum kali ini mengenai pengenalan hama pada
tanaman. Dimana hama adalah organisme perusak tanaman yang menyerang pada
akar, batang, daun atau bagian tanaman lainnya sehingga tanaman tidak dapat
tumbuh dengan sempurna atau mati. Hal tersebut sesuai dengan pernyatan Wipfler,
bahwa hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman yang dapat
menimbulkan kerugian secara ekonomi. Hama juga menyebabkan produksi suatu
komoditas dari tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan berkurang dan
dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman. Hama dari jenis serangga
merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh setiap petani yang selalu

9
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya dan hasil
produksi pertanian. Hama tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga
tanaman akan rusak, layu bahkan mati.
Dalam pengenalan hama langkah pertama yang harus dilakukan yaitu dengan
mengenali jenis-jenis hama. Pengenalan jenis-jenis hama bertujuan untuk
memudahkan pengambilan teknik pengendalian. Pengenalan seranggga sebagai
hama dapat dilakukan dengan mengidentifikasi pola makan, lokasi makan, sampai
tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga hama. Pengendalian serangga
hama dalam konsep pengendalian hayati umumnya dilakukan dengan penggunaan
musuh alami maupun penggunaan mikroba yang bersifat merusak serangga hama.
Penggunaan musuh alami dapat dilakukan denganmelakukan pengelolaan terhadap
serangga musuh alami. Musuh alami yang dapat dijadikan sebagai agen hayati
umumnya tergolong serangga predator yang akan memakan serangga hama.
Pengelolaan serangga predator terbukti mampu mempengaruhi jumlah populasi
serangga hama. Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang
menentukankeberhasilan dalam suatu usaha tani. Adapun cara pengendalian
serangga hamayang tepat agar tidak merusak rantai makanan atau ekosistem adalah
pengendalianhama secara terpadu (PHT). Pengendalian hama dapat dilakukan
secara alami yaitu dengan memanfaatkan musuh alami atau yang lebih sering
disebut dengan pengendalian secara biologis. pengendalian biologis didefinisikan
sebagai pengurangan populasi hama oleh musuh alami dan biasanya melibatkan
peranmanusia yang aktif.
Kupu-kupu sendiri merupakan hewan yang mudah dikenali dan diketahui oleh
manusia luas, secara umum kupu-kupu sendiri itu termasuk kedalam ordo
Lepidoptera, yang dimana sangat memiliki nilai-nilai penting bagi tanaman beserta
lingkungannya, selain itu kupu-kupu juga memiliki kepekaan pada perubahan
lingkungan hidup dan perubahan atas lingkungan yang telah mempengaruhi
kelimpahannya.
Kupu-kupu paling banyak terdapat di Indonesia adalah kupu-kupu dari
famili Nymphalidae yaitu sebanyak 650 jenis, sedangkan kupu-kupu yang paling
sedikit adalah dari famili Riodinidae yaitu sebanyak 40 jenis. Pulau Sumatera
merupakan wilayah dengan sebaran jenis kupu-kupu terbanyak di Indonesia

10
dengan jumlah 890 jenis, Kalimantan sebanyak 790 jenis, Jawa sebanyak 640
jenis, Sulawesi sebanyak 557 jenis, Papua sebanyak 466 jenis, Maluku sebanyak
380 jenis, dan Kawasan Nusa Tenggara sebanyak 350 jenis. Keanekaragaman
kupu-kupu pada suatu habitat sangat erat kaitannya dengan faktor lingkungan ya
itu intensitas cahaya, suhu, kelembaban, kecepatan angin dan vegetasi.
Kupu-kupu memiliki nilai penting yaitu sebagai penyerbuk karena kupu-kupu
aktif mengunjungi bunga, dan memelihara ekosistem lingkungan alam. Kupu-kupu
mengunjungi bunga dari berbagai spesies tumbuhan untuk mengambil nektar dan
serbuk sari. Bentuk, warna, dan aroma bunga dipergunakan sebagai petunjuk oleh
kupu-kupu dalam mengunjungi bunga. Kupu-kupu memiliki kepekaan pada
perubahan lingkungan hidup dan perubahan lingkungan telah terbukti dapat
mempengaruhi kelimpahan kupu-kupu.
Keragaman kupu-kupu menurun seiring dengan menurunnya keragaman
tumbuhan inang yang dapat terjadi karena adanya aktivitas manusia yang
menyebabkan perubahan habitat alami; seperti hutan menjadi hutan sekunder dan
perkebunan. Hal ini sejalan dengan Catur (2018). Menyatakan bahwa kemampuan
akan kupu-kupu membantu penyebukan tanaman dapat dibantu dengan sebagian
morfologi kupu-kupu seperti sayapnya yang membantu menjangkau bunga, dan
bantuan mulut kupu-kupu yang akan mengambil nektar dan serbuk sari, hal tersebut
mendukung proses penyerbukan silang dan mandiri.
Morfologi akan kupu-kupu sendiri ini mampu digolongkan jadi beberapa
bagian antara lain kepala, torak, dan abdomen seperti serangga-serangga pada
umumnya, adapun anatomi dari kepala kupu-kupu seperti antenna, mulut, mata, dan
lain-lainnya. Pada bagian torak kupu-kupu sendiri antara lain terdapat sayap, bagian
tubuh atas dan bawah, dengan beberapa pasang kaki, dan tungkai atau cakar duri
yang dimiliki oleh kupu-kupu. Bagian Abdomen kupu-kupu memiliki ciri khas
khusus yang dimana terdapat jaringan yang fleksibel ditiap-tiap ruas abdomen yang
mengalami modifikasi.
Kupu-kupu memiliki bagian kepala (caput) secara umum terdiri dari mulut
dansepasang alat sensor berupa anthena. Mulut kupu-kupu berbentuk tabung yang
menggulung seperti mirip belalai gajah, yang berfungsi untuk mengambil sari-sari
makanan, bagian kepala (caput) juga merupakan pusat informasi. Kepala
merupakan bagian antena yang berfungsi penerimaan rangsangan seperti bau,
rasa, raba, panas, dan juga pengatur keseimbangan. Bagian kepala (caput) kupu-

11
kupu memiliki sepasangantena yang panjang dan di ujungnya terdapat benjolan,
yang berfungsi sebagai alat peraba dan perasa.
Dada (toraks) merupakan tempat melekatnya kepala yang dihubungkan oleh
selaput tipis yang berupa leher sehingga kepala dapat digerakkan. Kupu-kupu
terdiri dari tiga ruas pada toraks yaitu protorakas atau ruas dada pertama,
mesotoraks atau ruas dada tengah, dan metatoraks atau ruas dada terakhir. Bagian
toraks terdiri dari dua pasang sayap, sayap belakang sedikit lebih kecildari sayap
depan, sayap yang ditutupi dengan bulu-bulu (sisik). Diperkuat oleh Herlina(2017)
yang menyatakan dada merupakan kotak urat terdapat tiga segmen. Pada bagian
bawah toraks terdapat tiga pasang kaki, pada segmen kedua dan ketiga terdapat
otot terbang yaitu pada akar kedua pasang sayap yang menempel, sedangkan
sayap tetap kupu-kupu merupakan bagian yang penting untuk mudah
mengidentifikasi karena terdapat ukuran, bentuk, dan warna pada bagian dada
kupu-kupu.
Pada kupu-kupu, bagian perut (abdomen) dibagi menjadi sepuluh segmen,
masing-masing dengan lapisan punggung (tergum) dan lapisan perut bagian
bawah (sternum) yang menyatu di daerah lateral membran rongga toraks, dan
spirakel di rongga toraks bagian atas. segmen ketujuh. Karena penebalan sternum
tidak pada segmen pertama, alat kelamin dapat dibentuk oleh segmen kedua dan
ketiga yang dimodifikasi. Pada laki-laki, alat kelamin dapat dibentuk dari segmen
perut kesembilandan kesepuluh. Sementara betina memiliki dua bukaan genital,
satu terletak di ujung posterior perut untuk bertelur dan yang lainnya terletak di
permukaan tengah ventral antara sterna ketujuh dan kedelapan untuk kawin.
Menurut Herlina (2017) abdomen atau perut pada kupu-kupu mengandung
bagian terbesar dari sistem pencernaan dan sistem pengeluaran atau ekskresi. Di
ujungdari abdomen, terdapat genitalia (alat seksual), Karakteristik internal dari
genitalia sangat membantu dalam identifikasi kupu-kupu.
Alat sensor atau antena pada kupu-kupu yang terdapat di kepala kupu-
kupu dewasa yang berjumlah sepasang. Berfungsi sebagai alat penciuman yaitu
untukpengatur keseimbangan. Kupu-kupu terdiri dari dua antena yaitu antena club
dengan ujung yang sedikit membulat. Kaki pada kupu-kupu terdapat di tengah
sepasang dan lengkap dengan sensor penciuman, dengan adanya alat sensor kupu-
kupu pada tempat hinggapnya dapat merasakan kandungan kimia. Tungkai depan
kupu-kupu berada padabagian ruas dada pertama (Prothoraks).

12
Kupu-kupu memiliki dua pasang sayap yaitu sepasang sayap depan
(Forewings) dan sepasang sayap belakang (Hindwings). Permukaan sayap kupu-
kupuditutupi oleh sisik-sisik yang berpigmen, yang dapat memberikan corak dan
pola warnatertentu pada setiap spesies. Setiap sayap kupu-kupu memiliki susunan
venasi yang berbeda-beda pada setiap famili.
Kupu-kupu memiliki tipe mulut penghisap menyerupai tabung yang
panjang, menggantung dan melekat pada pangkal anterior kepala. Alat mulut
penghisap terdiri dari labrum, mandibula, maksilla dan labium. Proboscis
merupakan galea berukuran sangat panjang dan berfungsi untuk menghisap
nektar. Pada saat digunakan probosis kupu-kupu akan terjulur dan memanjang
akibat tekanan darah dan dapat tergulung kembali karena bersifat elastis. Organ
pelengkap juga terdapat pada Labial palpi yang dapat membantu dalam
menentukan suatu makanan atau bukan dan berperan sebagai organ peraba yang
sensitif terhadap karbon dioksida, dan juga untuk mengenali tumbuhan pakan
(Peggie, 2019). Mata pada kupu-kupu terdiri dari sepasang mata majemuk yang
disebut compound eyes dan mata tunggal disebut Ocellus. Mata majemuk pada
kupu-kupu terdiri banyak lensa heksagonal yaitu pada mata compoundserangga
lainnya. Kupu-kupu dapat melihat warna merah, hijau, dan kuning saja (Peggie,
2019).
Hal ini diperkuat kembali dengan peryataan Ruslan. (2018). Menyatakan
bahwa tubuh kupu-kupu dibedakan menjadi kepala, torak, dan abdomen. Dengan
pada bagian kepala kupu-kupu sendiri terdapat sepasang antenna yang Panjang dan
membesar pada bagian ujungnya, dan pada bagian kepala juga terdapat mata, palpi,
dan proboscis. Pada bagian torak terdapat 3 pasang tungkai, dan masih banyak
sayap yang saling berpasangan dengan perpaduan fungsi dan bentuk yang
membantu memperindah tubuhnya. dan bagian abdomen yang mampu melengkapi
bagian-bagian tubuhnya.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali kita dapat mengenal serangga hama yang menyerang
tanaman yaitu ordo lepidoptera (kupu-kupu). Hama adalah organisme perusak
tanaman yang menyerang pada akar, batang, daun atau bagian tanaman lainnya
sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati. Hal tersebut
sesuai dengan pernyatan Wipfler, bahwa hama merupakan suatu organisme yang
mengganggu tanaman yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi. Dalam
pengenalan hama langkah pertama yang harus dilakukan yaitu dengan
mengenali jenis-jenis hama. Pengenalan jenis-jenis hama bertujuan untuk
memudahkan pengambilan teknik pengendalian. Pengenalan seranggga sebagai
hama dapat dilakukan dengan mengidentifikasi pola makan, lokasi makan, sampai
tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga hama. Musuh alami yang dapat
dijadikan sebagai agen hayati umumnya tergolong serangga predator yang akan
memakan serangga hama. Pengelolaan serangga predator terbukti mampu
mempengaruhi jumlah populasi serangga hama.

5.2 Saran
Saran yang bisa penyusun sampaikan yaitu untuk praktikum yang akan datang
pada saat Asisten Laboratorium menjelaskan materi di laboratorium, sebagai
praktikan, kita harus memperhatikan dengan seksama apa yang dijelaskan oleh
Asisten Laboratorium dengan mencatat dan memahami karena ada yang tidak bisa
ikut mempraktikkan bagaimana cara melakukan praktikum pada saat itu. Sebagai
praktikan juga, kita harus tertib tidak boleh ricuh agar praktikum berjalan dengan
kondusif. Supaya praktikan mengerti tentang praktikum yang sedang dilakukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. 2017. Plant Pathology. Fifth Edition. USA: Elsevier Academic Press.
922 p.l;’
Astuti, W., & Widyastuti, C. R. (2017). Pestisida organik ramah lingkungan
pembasmi hama tanaman sayur. Rekayasa: Jurnal Penerapan Teknologi
Dan Pembelajaran. Vol. 14(2): 115-120.
Dadang, 2019. Pengendalian Terpadu Hama Utama dan Potensial Tanaman Jarak
Pagar (Jatropha curcas Linn), Prosiding Workshop yang diselenggarakan
oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, LPPM, IPB.Bogor.5-6
Desember 2006.
Herlina. 2017. Kelimpahan Kupu-Kupu Nymphalidae di Kawasan Air Terjun
Parangloe Kabupaten Gowa. Undergraduate (S1) thesis. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Kardinan, A. 2017. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal dalam
Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik Dalam
Pengembangan Inovasi Pertanian. Vol. 4(4): 262-278.
Kartohardjono A. 2021. Penggunaan Musuh Alami Sebagai Komponen
Pengendalian Hama Tanaman Padi Berbasis Ekologi. Subang : Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi. Vol. 4(1): 29-46.
Kuswardani, Retna Astuti, dan Maimunah. 2013. Buku Ajar: Hama Tanaman
Pertanian. Universitas Medan Area. Medan.
Kementrian Pertanian (2018) Kebijakan Tanggap Ledakan Hama Penting Tanaman
Perkebunan.
Kristiaga, Zakeus Candra Jaya., Sutoyo & I Made Indra Agastya. 2020. Kelimpahan
Serangga Musuh Alami dan Serangga Hama Pada Ekosistem Tanaman
Cabai Merah (Capsicum Annum L.) Pada Fase Vegetatif di Kecamatan Dau
Kabupaten Malang. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 20 No. 3 Hal.
231.
Matnawy, Hudi. 2012. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Maulana. 2021. Mengenal Beragam Hama Pertanian. Msg3Organic. Jawa Tengah.

Moekasan, T. K. (2018). Penerapan ambang pengendalian organisme pengganggu


tumbuhan pada budidaya bawang merah dalam upaya mengurangi

15
penggunaan pestisida. Jurnal Hortikultura, 22(1), 47-56.

Moekasan, T. K. (2018). Penerapan ambang pengendalian organisme pengganggu


tumbuhan pada budidaya bawang merah dalam upaya mengurangi
penggunaan pestisida. Jurnal Hortikultura, 22(1), 47-56.

Peggie, D. 2019. Diversitas Dan Pentingnya Kupu-Kupu Nusa Kambangan (Jawa,


Indonesia. Zoo Indonesia. Vol. 23(1): 45-55.
Pracaya. 2020. Jeruk Manis Varietas, Budidaya, dan Pascapanen. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Purnomo H. 2018. Pengantar Pengendalian Hayati. C.V Andi Offset. Yogyakarta.
Rahmat, Rukmana., Sugandi Saputra. 2018. Penyakit tanaman dan Teknik
Pengendalian. Kanisius. Yogyakarta.
Raupach, G.S. and Kloepper, J.W. 2017. Biocontrol of Cucumber Diseases in the
Field by Plant Growth Promoting Rhizobacteria With and Without
Methyl Bromide Fumigation. Plant Dis. Vol. 84(1):1073-1075.
Salaki, C. L. and Dumalang, S. (2017) ‘IbM Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
pada Tanaman Sayuran di Kota Tomohon’, Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 2(2), pp.
246–255. doi: 10.22146/jpkm.27281.
Umboh, N. T., Pinaria, B. A. N. and Manueke, J. (2019) ‘Jenis Dan Kepadatan
Populasi Serangga Pada Pertanaman Padi Sawah Fase Vegetatif Di Desa
Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara’, Cocos, 5(1).
Yulia, Esti. 2010. Hama Penting Tanaman Kubis. Bloku: Blog Mahasiswa
Universias Brawijaya.

16
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kupu-kupu dimaksukan Lampiran 2. Kupu-kupu


kedalam larutan alkohol

Lampiran 3. Alat dan Bahan

Anda mungkin juga menyukai