Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

OLEH :

NAMA : Fuadhul Halim


NO.BP : 1910253019
KELAS : DDPT PROTEKSI F
ASISTEN : 1. Sinta Wulandari (1910251029)
2. Redo Friansyah (1910253002)
DOSEN PENJAB : 1. Ir.Winarto,Ms
2.Dr.Ir.Munzir Busniah,Msi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Akhir Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Laporan ini
disusun untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Akhir Praktikum Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman. Dalam penyusunan laporan penulis mengalami beberapa
kendala, namun dapat segera diatasi dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing
dalam pelaksanaan praktikum, terkhusus kepada kedua orang tua yang telah
memberi dukungan, doa serta kepercayaannya, Kepala Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Bapak Ir. Winarto, MS dan
Bapak Dr. Ir. Munzir Busniah, MSi selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Dasar-
Dasar Perlindungan Tanaman, Uda Redo Friansyah dan Uni Sinta Wulandari
selaku Asisten Laboratorium Kelas DDPT Tnh D, beserta rekan-rekan sejawat
yang telah membantu dan mendukung dalam praktikum Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman.
Penulis selaku penyusun sadar bahwa Laporan Akhir Praktikum ini jauh
dari kata sempurna dan masih banyak kekurangannya baik dari segi penyusunan
maupun bahasanya. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan dan perbaikan di masa
yang akan datang.

Padang, 13 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hama merupakan organisme yang menyerang tanaman sehingga


pertumbuhan tanaman sering terganggu, selain itu juga menyebabkan kualitas dan
kuantitas tanaman menurun dan akhirnya akan menurunkan nilai ekonomis suatu
tanaman yang terserang. Hama merupakan hewan yang merusak serta
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diserangnya.
Sebagai hewan pengganggu tanaman, hama merupakan musuh bagi para petani
dalam meningkatkan produktivitas karena sering ditemukan pada setiap tanaman
yang mereka tanam. Sebagian besar hama berasal dari kelompok insekta.
Saat tanaman terserang hama, maka akan ada kerugian secara fisik pada
tanaman maupun ekonomis yang terjadi dan imbasnya akan dirasakan oleh para
petani. Namun ada beberapa jenis serangga yang berperan sebagai musuh alami
bagi serangga lain yang bersifat hama.
Hama tidak hanya menyerang saat tanaman masih dalam proses
pertumbuhan, namun ada juga hama yang menyerang saat telah masuk dalam
masa pasen atau bahkan saat masuk masa pascapanen. Contohnya hama gudang
yang sering menyerang bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam
penyimpanan dan pastinya sangat merugikan bagi manusia. Ruang lingkup
hidupnya yang terbatas menjadikan hama gudang ini memiliki sifat khusus yang
membedakannya dengan hama-hama yang menyerang di lapangan.
Gangguan atau ancaman pada tanaman bukan hanya berupa hama namun
dapat berupa jasad pengganggu atau organisme pengganggu tanaman (OPT),
keadaan cuaca atau iklim, keadaan tanah, maupun kesalahan dalam budidaya
pertanian.
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan
inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agen sipatogen atau faktor
lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidakmampuan tumbuhan untuk
memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya.
Penyakit tanaman merupakan kondisi dimana sel dan jaringan tanaman
tidak berfungsi secara normal yang ditimbulkan karena gangguan secara terus
menerus oleh agen patogenik atau faktor lingkungan (abiotik) dan akan
menghasilkan perkembangan gejala.
Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Jasadpatogen yang biasa menyebabkan tanaman menjadi sakit
adalah jenis jamur atau cendawan, bakteri,virus, protozoa, nematoda dan lain
lain.Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapatmenimbulkan
kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan
oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu
menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan
oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut
Pada dasarnya pengendalian hama beserta komponen merupakan setiap
usaha atau tindakan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya tidak
mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak
dimaksudkan untuk menghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya
menekan populasinya sampai pada aras tertentu yang secara ekonomi tidak
merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam
pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi
dan secara ekologi.
Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat
mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah
hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang
sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai
musuh yang memangsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah
populasi tikus.Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang.Sayangnya
binatan g – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi
memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan
menjadi hama pertanian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi serangga?
2. Bagaimana morfologi non serangga?
3. Apa yang menjadi ciri gejala serangan hama?
4. Apa saja ordo penting bagi serangga?
5. Bagaimana perkembangbiakan serangga?
6. Apa saja gejala penyakit yang disebabkan jamur dan bakteri?
7. Apa saja gejala penyakit yang disebabkan oleh virus dan nematoda?
8. Apa saja faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi serangga.
2. Untuk mengetahui morfologi non serangga.
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi ciri-ciri dari gejala serangan
hama.
4. Untuk mengetahui apa saja orto pernting dalam dalam serangga.
5. Untuk mengetahui bagaimana perkembangbiakan serangga.
6. Untuk mengathui apa saja gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur dan
bakteri?.
7. Untuk mengetahui apa saja gejala penyakit yang disebabkan oleh virus dan
nematoda?
8. Untuk mengetahui faktor abotik apa saja yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Serangga dan Non Serangga

Serangga merupakan makhluk hidup yang biasanya hidup sebagai parasit


bagi makhluk hidup lainnya. Biasanya hidup di darat, udara, tanah, air tawar,
namun jarang yang hidup di air laut. Serangga biasanya mempunyai 6 kaki atau 3
pasang sehingga sering disebut heksapoda (Aziz, 2008). Secara umum serangga
memiliki alat tambahan yang beruas (appendage), tubuh bilateral simetris yang
terdiri dari sejumlah ruas, tubuhnya terbungkus oleh zat khitin. Ada juga ruas
pada serangga yang tidak dibungkus oleh zat khitin sehingga mudah digerakkan.
Sistem syaraf tangga tali, coelom pada serangga dewasa bentuknya kecil dan
merupakan suatu rongga yang berisi darah (Hadi, 2009).
Ruas yang membangun tubuh serangga terbagi atas tiga bagian,
diantaranya yaitu ada kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen). Tubuh
serangga sendiri terdiri tidak kurang dari 20 segmen. Enam ruas terkonsolidasi
membentuk kepala, tiga ruas membentuk thoraks, dan sebelas ruas membentuk
abdomen (Hadi, 2009).
Secara umum kepala serangga berbentuk menyerupai struktur berbentuk
kotak yang terdapat didalamnya alat mulut, antena, mata majemuk, dan mata
tunggal (osellus). Pada sebagian besar permukaan kepala serangga terdapat lubang
tempat berjalan urat-daging dan terkadang saluran darah dorsal yang disebut
foramen magnum atau foramen oksipilate (Jumar, 2000). Kepala serangga yang
terdiri dari 3 – 7 ruas berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan makanan,
penerima rangsangan, dan sebagai tempat untuk memproses informasi di otak
(Suheriyanto, 2008). Antena yang terletak pada kepala serangga biasanya
berbentuk seperti benang memanjang yang merupakan organ penerima
rangsangan seperti bau, rasa, raba, dan panas (Jumar, 2000).
Mata pada serangga terdiri dari 2 tipe, yaitu mata majemuk (compound
eyes) yang sering dijumpai pada serangga dewasa dengan letak masing-masing
letak yang menampung semua pandangan dari berbagai arah dan mata tunggal
(occelli) yang dapat dijumpai pada slarva, nimfa, dan mapun serangga dewasa
(Hadi, 2009).
Dada (toraks) pada serangga umumnya terbagi atas tiga bagian, yaitu
bagian dorsal (tergum atau notum), ventral (sternum), dan lateral (pleuro).
Sebagian pronotum dari beberapa jenis serangga terkadang mengalami modifikasi
sehingga dapat membesar dan mengeras serta menutupi hampir semua bagian
protoraks dan mesotoraksnya seperti yang dapat terlihat pada pronatum ordo
Orthoptera (Jumar, 2000). Bagian dari dada terdiri dari tiga segmen yang disebut
segmen toraks depan (protoraks), segmen toraks tengah (mesotoraks), dan segmen
toraks belakang (metatoraks) (Hadi, 2009).
Hasil pertumbuhan daerah tergum dan pleura membentuk sayap yang
terdiri dari dua lapis kutikula yang dihasilkan oleh sel epidermis yang segera
hilang. Binatang invertebrata yang memiliki sayap satu-satunya adalah serangga
yang memungkinkannya untuk dapat lebih cepat menyebar (mobilitas) dari satu
tempat ke tempat lain juga menghindar dari bahaya yang mengancamnya (Jumar,
2000).
Tungkai-tungkai toraks serangga yang mengeras selanjutnya dibagi
menjadi sejumlah ruas. Secara khas terdapat 6 ruas pada kaki serangga yaitu ada
koksa, trokhanter, femur, tibia, tarsus dan pretarsus (Hadi, 2009).
Hama non serangga adalah hewan yang merusak tanaman yang tidak berasal
dari filum Arthropoda. Contoh hama non serangga adalah hewan dari filum
Mollusca. Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai hama adalah dari
kelas Gastropoda. Hewan ini memiliki ciri-ciri berubuh lunak dan dapat ditarik
kedalam cangkang, kepala dan kakinya bilateral simetris, perutnya berbentuk
spiral dan ada yang terbungkus ke dalam cangkang, kaki terletak dibagian ventral
yang digunakan untuk merayap, terdapat dua pasang tentakel yang dapat
diperpanjang dan ditarik kembali, pada ujung posteriornya terdapat mata, ulut
pada bagian anterior yang dilengkapi dengan gigi-gigi perut (radula) dan lubang
genital pada sisi kanan belakang kepala. Sistem reproduksi dari kelas Gastropoda
bersifat hemaprodit karena memiliki banyak ovatestis yang dapat menghasilkan
baik telur maupun sperma. Anus dan lubang pernafasannya terletak dibagian
tubuh yang berbatasan dengan tepi cangkang. Contoh hewannya adalah Helix
pomatia, Achatina sp., Pomacea canaliculata, dsb.
Hama non serangga berikutnya berasal dari filum Chordata. Anggota yang
berperan adalah klas mamalia. Contohnya adalah babi (Sus crofa), tupai (Tupaia
glis), tikus (Ratus sp.) dan lain-lain. Anggota ini memiliki ciri-ciri seluruh
tubuhnya dilindungi dan ditutupi oleh rambut-rambut halus, sudah dilengkapi
dengan kelenjar susu, umumnya melahirkan, kecuali binatang berparuh, disebut
hewan menyusui serta temperatur tubuhnya tidak dipengaruhi oleh makanan dan
lingkungan (Mofit Eko Poerwanto dan Rukmowati Brotodjojo, 2014).

2.2 Gejala dan Tanda Serangan Hama dan Penyakit

Dalam pengelolaan tanaman tidak ada yang menjamin keberhasilan


sepenuhnya akan terjadi. Faktor pembatas pasti selalu muncul saat usaha
pengelolaan dilakukan. Di antara faktor pembatas dalam keberhasilan pengelolaan
tanaman untuk tumbuh lebih optimal diantaranya adanya serangan hama dan
penyakit. Serangan ini biasanya terjadi pada benih, bibit dan tanaman di lapangan
serta juga dapat mengganggu proses persemaian pertumbuhan sehingga dapat
mengurangi kualitas bibit bahkan akhirnya dapat menyebabkan kematian bibit
(Suharti, 2015). Serangga yang merupakan penyebab kerusakan pada tanaman
dapat dikatakan sebagai hama jika ia merugikan tanaman secara fisiologis serta
ekonomis (Asmaliyah dalam Koteng, 2019).
Penyebab penyakit pada tumbuhan terbagi atas dua yaitu patogen dan non
patogen. Patogen merupakan organisme yang memiliki kemampuan menyebabkan
penyakit dalam bentuk organisme hidup atau disebut faktor biotik, diantaranya
ada jamur, bakteri, virus, mikroplasma, spiroplasma, dan riketsia (Azwin dkk,
2022). Sedangkan non patogen merupakan organisme yang berasal dari faktor
fisik, kimia, dan faktor alam (Yudiarti, 2007).
Tahap awal dari terjadinya penyakit adalah adanya kontak agen patogenik
dengan inang yang rentan kemudian diikuti oleh infeksi yang terjadi dalam
jaringan inang dan perkembangan interaksi antar patogen dan inang yang rentan,
hingga akhirnya akan timbul penyakit akibat dari uraian proses interaksi tersebut.
Penyakit dapat diketahui dengan mengamati tanda dan gejala yang muncul pada
tanaman yang diduga terserang patogen (Anggraeni, 2007).
Karakterik yang muncul akibat dari interaksi patogen dengan tanaman
disebut gejala, contohnya seperti layu pada semai dan bercak pada daun
(Semangun, 2001). Sedangkan tanda adalah bagian tubuh organisme patogen yang
terdapat pada tubuh tanaman inang, seperti adanya serbuk spora fungi patogen
penyebab penyakit (Azwin dkk, 2022).
Gejala serangan hama dan penyakit secara umum pada berbagai tanaman,
diantaranya :
Daun Bintik-Bintik Hitam

Identifikasi dari daun yang telah terkena gejala serangan bintik-bintik


hitam dapat terlihat pada daun muda. Awalnya gejala serangan bintik-bintik hitam
ini terdapat pada permukaan daun dan bawah daun dengan bentuk bintik-bintik
hitam yang bervariasi mulai dari bentuk bulat sampai bentuk tidak beraturan
(Azwin dkk, 2022).
Daun Berlubang

Gejala serangan daun berlubang ini biasanya disebabkan oleh hama


belalang. Umumnya daun yang terkena oleh serangan hama ini ialah daun yang
masih muda karena daun tersebut masih lunak. Pada kerusakan yang lebih parah
daun yang terkena serangan hama ini akan menguning keriput sehingga hanya
akan menyisakan tulang daun akibat dari bekas gigitan belalang, kemudian daun
tersebut akan layu. Luasan daun akibat dari serangan hama ini juga akan
berkurang karena hama tidak memakan seluruh daun sehingga akan menghambat
proses fisiologi karena daun merupakan tempat berlangsungnya proses
fotosintesis (Azwin dkk, 2022).
Daun Menggulung

Gejala serangan daun menggulung biasanya disebabkan oleh hama laba-


laba yang bersarang di permukaan daun sehingga daun tergulung akibat tarikan
dari jaring-jaring laba-laba tersebut. Awalnya daun akan berbentuk kerucut
terutama di bagian permukaan daun, laba-laba yang merekatkan daun satu dengan
daun lainnya hingga membentuk kerucut menggunakannya untuk bersarang dan
menempatkan telur laba-laba. Akibat dari serangan hama tersebut pada akhirnya
akan merubah warna daun menjadi kering dan kecoklatan (Azwin dkk, 2022).
Daun Tergunting

Gejala serangan hama ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan


tanaman sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas bibit dan akhirnya
merugikan petani secara ekonomis. Pada tingkat persemaian, serangan yang
terjadi tidak terlepas dari pengaruh perhatian serta kontrol yang baik dalam usaha
pengendalian hama oleh para petani. Gejala serangan hama ini dapat dikendalikan
secara alami dengan melakukan rotasi atau perpindahan tanaman serta
pengendalian dengan insektisida untuk mengurangi serangan hama (Azwin dkk,
2022).
Pucuk Terpotong

Gejala yang tampak dari serangan ini secara umum ialah terjadinya
kelayuan pada tanaman sehingga tanaman menjadi kering hingga akhirnya
tanaman tersebut mati. Gejala biasanya ditemukan pada bibit muda yang
mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas bibit. Diantara
penyebab serangan ini adalah banyaknya gulma yang menyebar di sekitar
tanaman pokok sehingga dimanfaatkan oleh hama sebagai tempat berlangsung
hidupnya (Sembel, 2012). Pucuk terpotong ini biasanya disebabkan oleh hama
penggerek batang yang dapat dikendalikan melalui kultur teknis, pengelolaan
lahan, penggunaan varietas bibit unggul, serta memonitoring atau sensus hama
(Sinaga, 2003).
Daun Bercak dan Menguning

Gejalan serangan penyakit ini biasanya tampak pada permukaan daun yang
secara perlahan akan mengubah warna daun menjadi memiliki bercak-bercak
menguning di seluruh permukaan daun (Azwin dkk, 2022). Jika daun yang
menguning dibiarkan, laju pertumbuhan bibit akan terganggu sehingga daun akan
mati dan rontok. Selain dari faktor penyakit, faktor lingkungan seperti tingkat
kesuburan tanah serta iklim di sekitar tanaman juga mempengaruhi gejala
serangan hama pada tanaman (Sudiono et al., 2005).
Daun Bintik-Bintik Berkarat

Daun yang terserang awalnya berwarna coklat kemudian lama-kelamaan


melepuh dan membentuk seperti lobang-lobang yang tidak teratur yang dikelilingi
oleh lingkaran warna kuning. Secara umum, bintik-bintik kecil tersebut dikelilingi
oleh bagian yang klorosis, namun ada juga yang hanya berupa bintik coklat.
Upaya penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida yang tepat, pemangkasan bagian yang terkena serangan penyakit serta
pemusnahan daun (Azwin dkk, 2022).
Daun Mengering

Gejala awal yang dialami daun yang terkena serangan adalah timbulnya
bercak hitam kecil yang dikelilingi oleh warna kuning muda yang lama-kelamaan
akan melebar dan daun akan mengering. Penyakit ini tidak menyebabkan
kematian, namun pada gejala lanjutan dapat menyebabkan daun semakin
mengering sehingga pada akhirnya dapat mengganggu proses fotosintesis karena
daun sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Dan akhirnya akan berdampak
juga pada perkembangan bibit (Rukmana, 2002).
Serangan Nekrosis

Serangan ini ditandai dengan adanya regenerasi protoplas serta diikuti


dengan kematian sel, jaringan, organ atau seluruh tubuh tanaman. Serangan ini
juga dapat menyebabkan kerusakan pada klorofil yang ditandai dengan gejala
menguning (Azwin dkk, 2022).

2.3 Ordo Penting Serangga

Serangga merupakan spesies hewan dengan jumlah yang paling dominan


diantara hewan-hewan lainnya. Baik itu dalam filum Arthropoda maupun hewan
lainnya, serangga memiliki sebaran yang lebih luas hingga terdapat dimana-mana.
Jumlah serangga yang sangat banyak tersebut memberikan keanekaragaman
karakter yang dimiliki serangga, mulai dari struktur sayap, antena, bentuk tubuh,
ciri morfologi dan lainnya (Kelawung, dkk., 2013).
Serangga tidak hanya menimbulkan peran merugikan, namun juga
memiliki peran menguntungkan. Peran menguntungkan serangga diantaranya
adalah sebagai polinator seperti pada Aphis cerana, parasitoid, dan predator
seperti pada Hemosephilachna sparsa, Verunia sp., sedang untuk peran
merugikan dari serangga diantaranya adalah pemakan daun atau merupakan
organisme pengganggu tanaman (hama), seperti pada Thrips sp., Myzus persicae,
Bactrocera dorsalis, Spodoptera litura, Bemicia tabaci, dan Agrotis sp. (Wiyono
& Adriyanti, 2012). Serangga hama merupakan salah satu faktor penting yang
dapat merusak ataupun mematikan tanaman, contohnya pada tanaman cabai.
Hama penting yang sangat merugikan tanaman cabai diantaranya adalah Nezara
viridula, Aphis sp., Bemisia tabaci dan Thrips. (Sembel, 2014).
Diantara ordo penting serangga adalah Ordo Lepidoptera (Famili
Noctuidae), Ordo Coleoptera (Famili Coccinelidae, Scarabaeidae, Curculionidae,
dan Staphylinidae), Ordo Orthoptera (Famili Tettigoniidae), Ordo Homoptera
(Famili Ciccadellidae), Ordo Hemiptera (Aphididae), Ordo Hymenoptera (Famili
Apidae), Ordo Diptera (Famili Dolichopodidae dan Syrphidae) dan Odonata
(Gobel, B. M., dkk., 2016).
Ordo Lepidoptera

Famili Noctuidae

Larva dari Noctuidae ini biasanya berwarna hijau dengan garis berwarna
hitam pada bagian abdomen dengan ukuran tubuh ±2 cm. Perubahan warna pada
larva Noctuidae sesuai dengan perubahan instar yang dialaminya. Larva pada
instar satu berwarna hijau muda, pada instar dua berwarna hijau tua, instar tiga
dan keempat menjadi kehitam-hitaman pada bagian abdomen dan juga terdapat
garis hitam melintang pada abdomen, dan pada instar kelima warna larva berubah
menjadi coklat muda (Rahayu & Nur Berlina, 2004). Ciri-ciri imago Noctuidae,
yaitu bertubuh agak besar dengan sayap-sayap menyempit berwarna coklat, sayap
depan melebar, palpus panjang, antena seperti rambut atau kadang seperti sikat
pada serangga jantan, dan beberapa jenis kelompok memiliki sisik pada toraks
(Boror, 2006).
Ordo Coleoptera

Famili Coccinelidae

Tubuh berbentuk bulat dengan sayap keras di punggungnya yang disebut


elytra dengan warna orange. Elytra berwarna orange dengan pola seperti totol-
totol berwarna hitam bervariasi pada setiap individu. Beberapa spesies memilki
tubuh yang mengkilat dan sebagian lagi kusam (Trisnadi, 2010).
Famili Scarabaeidae

Memiliki tubuh berbentuk bulat telur memanjang berwarna hijau, biasanya


terdapat pada pucuk cabai yang masih muda. Tarsus lima ruas, dengan antena 8 –
11 ruas, tibia memiliki pinggiran luas bergerigi atau berlekuk (Boror, dkk., 2006).
Famili Staphylinidae

Merupakan serangga predator dengan tubuh memanjang yang terbagi


menjadi tiga bagian kepala, toraks dan tiga ruas abdomen badan berwarna dasar
coklat muda, bersayap tidak sempurna terdiri dari dua pasang dan berwarna gelap.
Sayap depan mengeras disebut elytra yang befungsi sebagai perisai dan sayap
belakang membranus yang digunakan untuk terbang (Anonim, 2012).
Ordo Orthoptera

Famili Tettigoniidae

Imago berwarna hijau serta memiiki mata berwarna abu-abu. Alat peletak
telur (ovopositor) berwarna hijau. Panjang imago betina sekitar 9,5 – 10,5 cm.
Panjang ovipositor 3 – 4,5 cm. Panjang antena 16 cm. Panjang imago jantan 6 –
9,5 cm. Antena berbentuk filirform, lebih panjang dar tubuhnya (Boror, dkk.,
1992).
Ordo Homoptera

Famili Ciccadellidae

Tubuh berwarna putih, sayap keras serta lurus menyerupai atap rumah.
Memiliki sayap depan dan belakang yang sama keras dan lurusnya. Panjang tubuh
sekitar 12 mm dengan tipe mulut menusuk menghisap (Anonim, 2012).
Ordo Hemiptera

Famili Aphididae

Serangga dengan tubuh yang sangat kecil, berukuran 1/32 sampai 1/8 inci
namun masih dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada bagian mulut terdapat
tindik penghisap. Aphididae terbagi lagi atas aphipidae bersayap dan tidak
bersayap yang merupakan akibat dari adanya kompetisi makanan. Untuk tubuh
aphipidae ini akan membentuk sayap untuk mempermudah bermigrasi ke tempat
yang menguntungkan (Imran, 2011).

Ordo Hymenoptora

Famili Apidae

Merupakan serangga sosisal yang hidup bergerombol membentuk koloni


dari 20.000 spesies lebah yang telah dikenali, hanya lebah madu yang
menghasilkan madu (Rusfidra & Liferdi, 2006). Untuk ukuran tubuh Apidae
tergantung pada setiap spesies dari famili Apidae (Sarwono, 2001)
Ordo Diptera

Famili Dolichopodidae

Ukuran bentuk kepala tidak besar, memiliki tiga pasang tungkai yang
panjang, umumnya berwarna metalik hijau atau kuning, tubuh berukuran 1,43
mm, serta memiliki sepasang mata majemuk dan probosis pendek. Memiliki
antena dan berpotensi sebagai musuh alami hama kutu daun (Udiarto, 2012).
Famili Syrphidae

Ukuran tubuh 8 mm dengan warna dan kenampakan yang bervariasi.


Beberapa warna merah kuning coklat dan hitam. Umumnya bertubuh ramping,
merupakan serangga yang mirip dengan lebah muda dan tawon besar bentuk
abdomen bulat memanjang dengan ujung abdomen yang lancip dan bergaris hitam
kuning seperti warna lebah madu (Menurut Siwi, 1991).
Ordo Odonata

Odonata merupakan salah satu golongan hewan dalam wujud insecta yang
tergolong dalam ordo Odonata (Simbolon, 2019). Odonata dalam bahasa Yunani
artinya rahang bergigi, dimana pada ujung labium (bibir bawah) terdapat tonjolan-
tonjolan tajam atau spina yang menyerupai gigi. Odonata muncul pada sekitar 360
– 290 juta tahun yang lampau atau sejak zaman karbon (Rahmawati et al,. 2019).
2.4 Perkembangbiakan Serangga

Perkembangbiakan serangga disebut juga metamorfosis. Metamorfosis


adalah perubahan bentuk serangga mulai dari bentuk telur sampai menjadi
dewasa. Metamorfosis merupakan proses perubahan bentuk dari larva menjadi
dewasa. Dalam proses metamorfosis ini hewan secara fisik mengalami
perkembangan dan pertumbuhan setelah menetas. Dapat dipahami bahwa dalam
proses metamorfosis terjadi perubahan bentuk dari telur hingga dewasa yang
dialami oleh hewan (Panut, 2006).
Metamorfosis merupakan keseluruhan dari rangkaian perubahan bentuk
dan ukuran hewan sejak dalam bentuk telur sampai menjadi dewasa (imago)
(Siregar, 2009). Metamorfosis terbagi atas;
Metamorfosis Sempurna (Holometabola)

Metamorfosis sempurna mengalami proses dalam empat bentuk yaitu


mulai dari telur menjadi larva, dilanjut dengan kepompong (pupa) dan kemudian
menjadi dewasa. Pada tipe metamorfosis sempurna ini serangga pradewasa (larva
dan pupa) biasanya memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan serangga
dewasa (imago). Larva merupakan fase dimana serangga sangat aktif untuk
mengonsumsi makanan serta bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa,
sedangkan pada fase pupa yang dicirikan dengan terjadiinya perombakan dan
penyusunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar. Tahapan dari
metamorfosis ini adalah telur – larva – pupa – imago. Contohnya adalah serangga
dari ordo Coleoptera, Diptera, Lepidoptera, Hymenoptera, dan lai sebagainya.

Sumber: mplk.politanikoe.ac.id
Metamorfosis Tidak Sempurna (Hemimetabola)

Pada Hemimetabola, bentuk dan sifat nimfa mirip dewasa, hanya saja
sayap belum berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa
biasanya sama dengan habitat stadium dewasanya. Metamorfosis tidak sempurna
mempunyai tiga bentuk, yaitu dimulai dari telur yang berubah menjadi nimfa,
kemudian dewasa. Pada fase imago (dewasa) akan ditandai dengan
berkembangnya semua organ tubuh dengan terasa lebih baik. Dengan demikian
metamorfosis tidak sempurna tidak mengalami bentuk kepompong, contohnya
adalah pada ordo Odonata, Ephimeroptera dan Plecoptera.

Sumber: mplk.politanikoe.ac.id

Tanpa Metamorfosis (Ametabola)

Imago memiliki bentuk luar yang serupa dengan serangga pra-dewasa


(gaead), kecuali ukuran dan kematangan alat kelamin. Urutan perkembangbiakan
adalah: Telur – gaead – imago. Contoh: kutu buku (Lepisma saccharina – ordo
Thysanura). Ordo ini merupakan serangga primitif berukuran ≤ 30 mm, ada
sekitar 700 spesies, hidup dibangunan, buku, kertas, berantena panjang, tanpa
sayap dan badan bersisik. Perut bersegmen dengan 2 atatu 3 cercus bersendi pada
ujungnya, serangga ini akan berlari menghindari sinar. Serangga ini tidak begitu
penting bagi usaha pertanian.

Sumber: mplk.politanikoe.ac.id
Perkembangan serangga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu (Nurhadi,

2018):

a. Faktor Internal

Dalam perkembangbiakan serangga, ada beberapa faktor internal


yang mempengaruhinya, yaitu diantaranya ada pertumbuhan populasi dan
interaks yang terjadi antar spesies (adanya kompetisi dan pemangsa)
(Purwatiningsih, 2014).
b. Faktor Eksternal

Selain dari faktor internal yang mempengaruhi metamorfosis,


perkembangan serangga juga dipengaruhi oleh faktor eksternal,
diantaranya yaitu suhu dan kisaran ukuran tubuh, kelembaban cahaya,
angin, makanan, serta musuh alami yang ada di lingkungan sekitarnya
(Purwatiningsih, 2014).
Paurometabola

Serangga yang masuk dalam golongan ini mengalami perubahan secara

bertahap. Setiap terjadi pergantian kulit, maka akan ada pertambahan ukuran
serangga. Bakal sayap akan tumbuh secara bertahap yaitu semakin lama akan
semakin besar yang akhirnya akan menyerupai sayap pada serangga dewasa.
Baik nimfa maupun imago, hidup dalam habitat yang sama, dengan makanan
yang sama pula. Contoh serangga yang masuk dalam golongan metamorfosis ini
antara lain ada dari ordo Orthoptera (seperti belalang, jangkrik, kecoak, dan lain-
lain), ordo Thysanoptera (thrips), ordo Homoptera (kutu daun, wereng, dan lain-
lain), serta ada dari ordo Hemiptera (kepik, walang sangit, dan lain-lain).

Sumber: mplk.politanikoe.ac.id
2.5 Gejala dan Tanda Penyakit Oleh Jamur dan Bakteri

Gejala merupakan kelainan atau suatu penyimpangan dari keadaan normla


yanng ditunjukkan oleh tumbuhan atau tanaman. Suatu penyakit dapat
menimbulkan gejala yang berbeda atau dapat pula sama dari beberapa tanaman
yang berbeda (Sutarman, 2017)
Sakit merupakan situasi dimana proses hidup suatu tanaman menyimpang
dari keadaan normal dan akhirnya menimbukan kerusakan, sehingga tanaman
tidak dapat tumbuh dan berkembangbiak secara normal. Pada kondisi terburuk
penyakit ini dapat menybabkan kematian pada tanaman. Selain hama, penyakit
merupakan salah satu penyebab kematian pada tanaman. Ilmu yang mempelajari
tentang penyakit tanaman disebut pitopatologi (Hudi Matnawy, 2011).
Gejala tanaman sakit berdasarkan sifat gejala yang timbul, dibagi menjadi:

a. Gejala lokal (local symptoms) yaitu gejala yang timgul hanya terbatas
pada bagian-bagian tanaman tertentu saja, misalnya penyakit pada
daun, akar, atau buah.
b. Gejala sistemik (systemic symptoms) yaitu gejala yang timbul
disebabkan oleh penyakit yang menyerang seluruh bagian tanaman,
misalnya seperti yang disebabkan oleh virus, diseluruh bagian tanaman
terdapat virus walaupun tepat infeksi pada bagian tertentu dari tanaman
tersebut.
Gejala tanaman berdasarkan pengaruh langsung atau tidaknya, dibedakan atas:

a. Gejala primer, yaitu gejala yang timbul langsung dibagian tanaman


tempat terinveksi.
b. Gejala sekunder, yaitu gejala yang timbul pada jaringan yang tidak
terserang yang timbul secara tidak langsung akibat adanya patogen
(penyebab penyakit) di dalam tanaman.
Berdasarkan ukurannya, gejala tanaman terbagi lagi, yaitu:

a. Gejala mikroskopis, yaitu gejala yang hanya dapat dilihat bila


menggunakan alat pembesar (mikroskop).
b. Gejala makroskopis, yaitu gejala dari suatu penyakit yang dapat dilihat
langsung dengan mata telanjang.
(Sutarman,2017).
Penyakit sendiri terbagi lagi atas:

1) Cendawan atau Fungi, Fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki


klorofil, sehingga fungi tidak akan mengadakan proses transpirasi,
repirasi, dan fotosintesis, dapat hidup di tepat gelap maupun terang, tidak
terlalu membutuhkan sinar matahari langsung. Memanfaatkan zat
organik yang telah mati sebaai sumber makanannya.
2) Bakteri, merupakan tumbuhan bersel satu dan berdinding sel yang terdiri
dari gugus mitrogen, banyak diantaranya yang berselimut gelatin,
memiliki dinding sel yang tipis sehingga makanan dapat menembusnya.
Sel bakteri dapat berpasangan berbentuk cincin atau tali, namun
kumpulan ini hanya berupa individu yang berkelompok.
3) Virus, merupakan jasad yang berada diantara benda mati dan benda
hidup. Kemampuan virus untuk menkristal membuatnya disebut benda
mati, namun virus dapat berkembangbiak seperti yang menjadi penciri
benda hidup. Virus berperilaku seperti makhluk hidup jika berada dalam
sel inang, namun jika berada di luar inang virus hanyalah berupa partikel
yang merupakan susunan molekul. Gejala penyakit tanaman yang di
sebabkan oleh virus diantaranya terjadi perubahan warna (daun),
pertumbuhan menjadi kerdil, tumbuhan mengkriput atau keriting, dan
lain-lainnya.
4) Nematoda, merupakan hewan yang aktif, lentur, dan berbentuk seperti
tabung yang hidup pada permukaan yang lembab atau lingkungan yang
berair. Nematoda telah memiliki organ lengap, mulai darii bagian mulut,
esofagus, saluran pencernaan, anus, uterus dan ovarium untuk yang
betina, lubang jaringan sekresi, memiliki dinding tubuh dan kutikulanya,
serta memilikii jaringan sel-sel syaraf. Nematoda berkembangbiak secara
kawin yang dapat menghasilkan banyak telur yang akan menetas
mengeluarkan larva yang berbentuk seperti nematoda dewasa.
(Sutarman, 2017).

Terjadinya penyakit sangat dipengaruhi oleh 3 faktor yang dikenal dengan


segitiga penyakit, yaitu:
1) Inang atau tumbuhan di mana patogen memperoleh makanan atau
kebutuhan hidupnya.
2) Patogen yaitu organisme penyebab penyakit.

3) Lingkungan terutama yang bersifat abiotik, yang mempengaruhinya


diantaranya, suhu, kelembaban, curah hujan, angin, serta intensitas sinar
matahari.
(Sutarman, 2017).

Secara morfologi dan anatomi gejala penyakit tumbuhan dapat dikelompokkan


menjadi:
1. Hyperplasia, yaitu pertumbuhan luar biasa oleh perpanjangan atau
pembesaran sel-sel, contoh: Keriting, kudis, intumesensi, tumefeksi,
fasikulasi, dan proliferasi.
2. Hipoplasia yaitu pertumbuhan yang tidak dapat mencapai ukuran normal
(kerdil).
3. Perubahan warna, contoh: bercak kuning, bercak air, mati pucuk.

4. Kekeringan atau layu yang ditandai dengan adanya daun yang gugur
kemudian diikuti oleh kekeringan batang dan tunas.
5. Nekrosis yaitu matinya jaringan baik pada kulit maupun daun yang
disebabkan oleh patogen, contohnya: blight, terbakar, blast, busuk kering,
serta busuk basah.
6. Tumbuhnya fungi di permukaan daun, contoh: powdery mildew, downy
mildew, scoty mildew, serta rhizomorf.
(Sutarman, 2017)
2.6 Virus dan Nematoda

Virus adalah mikroorganisme patogen yang menginfeksi sel makhluk


hidup. Virus hanya dapat bereplikasi di dalam sel makhluk hidup karena virus
tidak memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri. Cucumber
mosaic virus (CMV) termasuk dalam kelompok Cucumovirus, bersama-sama
dengan Peanut stunt virus dan Cabaio aspermy virus. Virus ini mempunyai
kisaran inang terluas diantara virus tanaman yang diketahui saat ini, dilaporkan
dapat menginfeksi lebih dari 800 spesies tumbuhan dan dapat menyebabkan
kerugian besar pada tanaman cabai.
Matthews mendefinisikan virus sebagai satu set dari satu atau lebih
molekul genom berupa molekul RNA atau DNA, yang biasanya dibungkus oleh
selubung pengaman berupa protein selubung (coat protein) atau lipoprotein dan
hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan
memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang.
Virus dapat pula didefinisikan sebagai organisme bukan sel yang
mempunyai genom yang hanya dapat bereplikasi dalam sel inang menggunakan
perangkat metabolisme sel inang untuk membentuk seluruh komponen virus.
Virus sebagai agen infeksi yang tidak memiliki sel, memiliki 2 karakteristik yaitu:
1. Mengandung asam nukleat (DNA atau RNA) di dalam pelindung protein
(protein coat).
2. Tidak dapat bereproduksi sendiri (hanya daoat bereproduksi jka bahan
genetikanya memasuki sel inang dan mengambil alih prosesnya.

Virus tumbuhan dalam beberapa hal berbeda dari virus yang menyerang
hewan atau bakteri. Salah satu perbedaan tersebut terdapat pada mekanisme
penetrasi virus ke dalam sel inang. Virus tumbuhan hanya dapat masuk ke dalam
sel tumbuhan melalui luka yang terjadi secara mekanis atau serangga vektor. Hal
ini disebabkan oleh virus tumbuhan yang tidak memiliki alat penetrasi untuk
menembus dinding sel tumbuhan. Sebaliknya, sebagian besar virus yang
menyerang hewan dan bakteri dapat melakukan penetrasi langsung melalui
selaput sel, seperti bakteriofage (virus yang menyerang bakteri) yang mempunyai
alat penetrasi yang dapat menembus selaput sel bakteri.
Struktur dasar virus terdiri dari asam nukleat (RNA atau DNA) yang
berfungsi sebagai genom virus. Ada juga selubung protein (kapsid). Terkadang
virus tertutup oleh mantel (envelope), yaitu suatu struktur yang tersususn atas
lipid, protein, dan karbohidrat yang mengelilingi asam nuklear virus.
Perbandingan asam nukleat dan protein berbeda untuk setiap virus, asam
nukleat 5% - 40% dari virus, sedangkan protein 60% - 90%. Virus dengan tipe
memanjang persen asam nukleatnya lebih rendah jika dibanding dengan persen
proteinnya. Sedangkan virus spherical, persen asam nukleatnya lebih tinggi jika
dibandingkan dengan persen proteinnya.
Infeksi virus dapat mempengaruhi proses metabolisme tanaman, sehingga
menyebabkan perubahan pertumbuhan tanaman. Perubahan pertumbuhan tanaman
tersebut ada yang dapat diamati secara kasatmata (gejala luar), tetapi ada pula
yang tidak dapat diamati secara kasat mata (gejala dalam). Infeksi virus yang
terjadi di dalam sel tanaman akan mempengaruhi sintesis protein dan asam
nukleat dari sel tanaman yang terinfeksi. Infeksi virus juga akan berpengaruh
terhadap jumlah dan bentuk organel sel, seperti mitokondria dan kloroplas, intisel,
dan dinding sel.
(Bahan Ajar Virologi)

Nematoda merupakan hewan yang bergerak aktif, lentur, dan berbentuk


seperti tabung yang hidup pada permukaan yang lembab atau lingkungan yang
berair. Nematoda memiliki organ yang telah lengkap mulai dari bagian mulut,
esofagus, saluran pencernaan, anus, uterus, dan ovarium untuk yang betina,
lubang dan jaringan sekresi, memiliki dinding tubuh dan kutikulanya, serta
memiliki jaringan sel-sel syaraf.
Hewan dalam golongan nematoda ini berkembangbiak dengan cara kawin.
Dari hasil perkawinan tersebut akan dihasilkan banyak sel telur yang kemudian
akan menetas dan mengeluarkan larva yang bentuknya seperti nematoda dewasa.
Nematoda yang menyerang tumbuhan atau disebut juga fitonematoda akan
melakukan penusukan sel-sel tumbuhan dalam rangka memperoleh makanan dari
tubuh tanaman, terutama pada bagian akar dimana merupakan tempat tumbuh dan
aktifnya nematoda. Nematoda betina biasanya berbeda dengan yang jantan.
Perbedaannya dapat dilihat pada bentuk dan ukuran tubuh secara keseluruhan atau
pada bagian posterionnya.
Diantara contoh-contoh dari virus yaitu:

1. Virus Mosaic Kedelai (Soybean mosaic virus, SMV) merupakan salah satu
virus yang paling sering muncul dan berbahaya diantara 67 virus yang ada
pada tanaman kedelai. Virus ini ditularkan oleh aphis secara non-persisten
dan terbawa oleh benih. Gejala SMV antara lain: permukaan daun tidak
rata, daun mengecil, tepi daun melengkung, tulang daun menebal,
klorosis, mosaik sampai ke daun yang paling muda dengan warna hijau
gelap di sepanjang tulang daun, daun melepuh dengan warna hijau tua dan
melengkung ke dalam dan luar, pemucatan tulang daun, dan mosaik
sepanjang tulang daun.
2. Virus kerdil kedelai (Soybean dwarf virus, SDV) menyebabkan
tanaman menjadi kerdil ditandai dengan memendeknya jarak antar
buku, daun melengkung dan mengecil.
3. Virus Katai Kedelai (Soybean stunt virus, SSV), gejala yang ditimbulkan
akibat adanya serangan virus ini adalah mosaik pada daun dan tanaman
tidak dapat tumbuh normal (katai). SSV dapat menginfeksi sampai ke
biji dan menimbulkan gejala berbentuk cincin berwarna coklat.
4. Virus Belang Samar Kacang Tunggak (Cowpea mild mottle virus,
CMMV), menyebabkan daun keriting dengan belang berwarna kuning dan
mosaik yang berkerut. Gejala yang muncul sangat tergantung dari
varietas kedelai yang terinfeksi. Dapat ditularkan melalui benih dan oleh
kutu kebul Bemisia tabaci semi persisten.
5. Virus Belang Kacang Tanah (Peanut stripe virus, PStV), mempunyai
inang yang luas meliputi hampir semua tanaman kacang-kacangan dan
bergejala positif pula pada gulma Chenopodium amaranticolor dan
C.quinoa. Gejala yang tampak pada tanaman kedelai hanya berupa
nekrosis pada tulang daun
(balitkabi.litbang.pertanian.go.id,. 2015. Penyakit-Penyakit Virus
pada Kedelai,
https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/penyakit- penyakit-
virus-pada-kedelai/ diakses pada 12 Juni 2022)

2.7 Faktor Abiotik

Faktor abiotik merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi proses


pertumbuhan dan perkembangan suatu tumbuhan. Faktor abiotik lingkungan
meliputi intensitas cahaya, suhu, kelembaban, kemasaman tanah, susunan gas
dalam tanah serta ketersediaan unsur hara dalam tanah. Dari banyaknya faktor
tersebut, cahaya matahari merupakan faktor utama yang secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui proses
fotosintesis. Selain itu, secara tidak langsung cahaya matahari juga mempengaruhi
unsur iklim lainnya, seperti suhu dan kelembaban (Jayadi, 2005).
Penyakit abiotik adalah faktor tak hidup (mati) seperti suhu, kadar air
tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di dalam tanah
(Agrios, 1996). Suatu faktor abiotik tertentu dapat menyebabkan pohon
mengalami tekanan hingga penyakit yang ditimbulkan oleh patogen menjadi lebih
berat dibandingkan dengan bila pohon hanya terserang oleh patogen. Faktor
lingkungan fisik atau kimia dapat bekerja sendiri dan menyebabkan pohon
menjadi sakit tanpa adanya serangan suatu patogen, dan dapat pula mempengaruhi
perkembangan penyakit yang ditimbulkan oleh pathogen (Agrios, 1996).
Tiap jenis tanaman memerlukan syarat mengenai faktor fisik atau kimia
tertentu untuk pertumbuhannya yang optimal, oleh karena itu suatu kondisi
lingkungan fisik atau kimia tertentu mungkin sekali cukup baik untuk
pertumbuhan jenis tanaman yang satu, tetapi tidak baik untuk pertumbuhan jenis
tanaman yang lain. Demikian pula pada suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia
tertentu, suatu jenis tanaman yang semula pada umur tertentu tidak menunjang
gejala suatu penyakit, pada umur-umur lebih lanjut dapat menjadi sakit.
Beberapa contoh faktor abiotik diantaranya:

Suhu

Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40oC,


kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15oC dan 30oC. Tumbuhan
berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan
yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih
tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ
berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya
(kepekaannya) terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka)
dibanding daun dan sebagainya.
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas
kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk
pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum.
Pengaruh suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor
lingkungan yang lain, terutama kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan
oksigen, atau angin kencang bersamaan dengan kelembaban relatif yang rendah.
Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada
bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe,
apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi kentang.
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar
dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan berbagai
kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang
disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau
keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada
persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan
kadang-kadang ranting sukulen sebagian pepohonan.
Kelembaban

Tumbuhan yang menderita karena kekurangan kelembaban tanah biasanya


tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang, mempunyai daun, bunga dan buah
sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan berlanjut tumbuhan layu dan mati.
Akbat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase
yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin karena menurunnya
suplai oksigen ke akar. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami
stres, sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, anaerob menguntungkan
pertumbuhan mikroorganisme anaerob, yang selama proses hidupnya membentuk
substansi seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar
yang dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan kehilangan
permeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya zat-zat besi atau
bahan-bahan beracun lain oleh tumbuhan.
Kekurangan Oksigen

Jika suplai (penyediaan) oksigen sel pada bagian dalam umbi tidak
mencukupi untuk mendukung peningkatan pernapasan, maka sel tersebut akan
mati karena kekurangan oksidasi. Reaksi enzimatik yang diaktivasi oleh suhu
tinggi dan kurang oksidasi berjalan sebelum, selama dan sesudah kematian sel.
Reaksi tersebut secara abnormal mengoksidasi penyusun tumbuhan yang normal
menjadi pigmen melanin hitam. Pigmen tersebut menyebar ke sekitar jaringan
umbi dan akhirnya menjadikan umbi tampak hitam.
Cahaya

Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong


pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun
berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga
secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi
didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak
yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain.
Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak
tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat
suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi (Agrios, 1996).
BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2022 hingga tanggal 6 Juni 2022, kegiatan
praktikum dilaksanakan setiap hari Senin pada jam 07.30 hingga 09.10 WIB di
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang dibawa saat praktikum diantaranya ada buku gambar ukuran
kuarto (diberi sampul hitam), pensil biasa, pensil warna, penggaris, penghapus,
lem, jarum suntik, botol koleksi, kamera HP, dan alat tulis lainnya.
Sedangkan untuk bahan yang dibawa saat objek Morfologi Serangga dan
Non Serangga itu ada belalang, mancit putih, laba-laba, keong mas dewasa, kaki
seribu, lipan, serta udang, alkohol 70%, formaobenglin 5%, dan kloroform. Pada
saat objek Gejala Serangan Hama bahan yang dibawa ialah sampel tanaman yang
terserang, seperti tanaman yang bolong, mengerut, terdapat bintik-bintik pada
bagian tanamannya (daun, bunga, batang) pada tanaman apdi, sayuran, tanaman
hias, buah-buahan, serta tanaman jagung. Pada objek Ordo Penting Serangga,
bahan yang dibawa adalah capung, kupu-kupu, kumbang koksi, kepik, lalat, dan
belalang. Pada objek Perkembangbiakan Serangga, bahan yang digunakan adalah
nimfa atau larva dari belalang, kutu buku, kumbang bemo, ulat penggulung daun,
kumbang badak, dan ulat bulu. Dan bahan yang digunakan pada objek gejala dan
tanda penyakit adalah tanaman hortikultura, tanaman pangan, dan perkebunan
yang telah terserang oleh bakteri, jamur, virus, nematoda, dan faktor abiotik.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Morfologi Serangga dan Non Serangga
Pada praktikum Morfologi Serangga dan Non Serangga diberikan dua
perlakuan terhadap bahan yang dibawa. Perlakuan pertama pada serangga yaitu
belalang, dengan memberi bius. Setelah itu, belalang ditusukkan ke wadah
plastisin menggunakan jarum pentul. Belalang ditusuk pada bagian thoraks.
Belalang diposisikan dengan sepasang kaki depan menghadap ke depan, dua
pasang kaki belakang menghadap ke belakang, dan sayap diatur dalam posisi
terbuka.
Perlakuan kedua pada non serangga yaitu dengan menggunakan bahan
berupa mancit putih sebagai sampel diberi suntikan, kemudian mancit tersebut
digambar pada buku gambar.
3.3.2 Gejala Serangan Hama
Pada praktikum objek Gejala Serangan Hama ini gejala yang ditimbulkan
oleh hama diamati, kemudian digambar pada buku gambar, diberi warna, dan
keterangan. Dokumentasi dari tanaman yang terserang hama di tempel pada buku
gambar.
3.3.3 Ordo Penting Serangga
Pada praktikum objek Ordo Penting Serangga ini bahan praktikum berupa
serangga, kemudain diklasifikasikan berdasarkan ordo masing-masing. Kemudian
serangga digambar, diberi warna, dan keterangan
3.3.4 Perkembangbiakan Serangga
Pada praktikum objek Perkembangbiakan Serangga, serangga yang
dijadikan bahan praktikum dibawa ke laboratorium, kemudian diamati cara
perkembangbiakannya. Serangga digambar, diberi warna, dan keterangan.
3.3.5 Gejala dan Tanda Penyakit oleh Jamur dan Bakteri
Pada praktikum objek Gejala dan Tanda Penyakit oleh Jamur dan Bakteri
ini adalah dengan menyiapkan bahan yang telah terserang jamur dan bakteri
kemudian diamati penyakit yang telah menyerang tanaman atau buah tersebut.
Selanjutnya tanaman atau buah digambar, diberi warna, dan keterangan.
3.3.6 Virus dan Nematoda
Pada praktikum objek Virus dan Nematoda ini disiapkan bahan yang telah
terserang virus dan nematoda, kemudian diamati. Selanjutnya bahan digambar,
diberi warna, dan keterangan.
3.3.7 Faktor Abiotik
Pada praktikum objek Faktor Abiotik disiapkan bahan yang telah terserang
faktor abiotik, contoh seperti kekurangan air, hara, maupun pengaruh suhu,
kemudian diamati. Hasil digambar, diberi warna dan keterangan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Morfologi Serangga dan Non Serangga
Tabel 1. Hasil pengamatan morfologi serangga dan non serangga
No Gambar Foto Keterangan
1 Morfologi
belalang
a. Kepala
b. toraks
c. abdomen
d. antena
e. mata
f. tarsus
g. koksa
h. trokhanter
i. timpanum
j. sirakel
k. remur
l. tibia
m.ovipositur
n. serkus
2 Morfologi laba-
laba
a. chelicerae
b. eyes
c. palp
d. chepalothorax
e. focea
f. spinnerets
g. abdomen
h. walking legs
3 Morfologi
keong mas
a. alat
peraba
tentakel
b. tangkai mata
c. mata
d. kepala
e. garis
pertumbuhan
f. cangkang
g. lingkaran
h. ujung puncak
i. kaki
j. mulut
4 Morfologi
udang
a. rustun
b. mata
c. carapale
d. ruas perut-1
e. ruas perut-2
f. ruas perut-3
g. ruas perut-4
h. ruas perut-5
i. ruas perut-6
j. telson
k. uropods
l. kaki berenang
(5 pasang)
m. kaki berjalan
(5 pasang)
n. antena
5 Morfologi ulat
kaki seribu
a. antena
b. bibir
c. rahang bawah
d. mulut
e. mata
f. kepala
g. leher
h. 2 pasang kaki
setiap segmen
i. segmen
punggunng
j. segmen perut
k. segmen anal
l. badan
6 Morfologi
mancit putih
a. mata
b. hidung
c. mulut
d. kumis
e. telinga
f. kaki depan
g. perut
h. kaki belakang
i. ekor
4.1.2 Gejala Serangan Hama
Tabel 2. Hasil pengamatan gejala serangan hama
No Gambar Foto Keterangan
1 Nama Tanaman :
Padi (Oryzasativa)
Deskripsi :
Daun padi yang terserang
jenis hama
belalang ini terlihat robek,
kepotong, dan bolong

2 Nama Tanaman :
Kangkung
(Ipomoeareptanspols)
Deskripsi :
Terdapat 2 hama yang
menyerang yaitu kutu daun
dan ulat kekat. Gejala yang
timbul adalah timbul
bintik-bintik putih dan
bolong-bolong.

3 NamaTanaman :
Bunga dahlia (DahliaSp)
Deskripsi :
Terserang hama belalang
menyebabkan daun
menjadi berlubang

4 NamaTanaman :
Sawi (Brassica Juncea L)
Deskripsi :
Terserang hama ulat
ditandai dengan kondisi
berlubang agak menguning
dan bagian daun tidak
beraturan
5 NamaTanaman :
Jagung (ZeaMays)
Deskripsi :
Terserang hama belalang
ditandai dengan robek
pinggiran kecoklatan

NamaTanaman :
6 Jeruk (CitrusSp)
Deskripsi :
Terserang hama kutu putih
ditandai dengan gejala
buah membusuk dan
adanya beberapa lubang
pada jeruk

4.1.3 Ordo Penting Serangga


Tabel 3. Hasil pengamatan ordo penting serangga
No Gambar Foto Keterangan
1 Ordo : Coleoptera
TipeMulut : Menggigit
dan mengunyah
Tipeantena : Pektinale
Jumlahmatatunggaldanp
osisi : 1 mata tunggal di
antara mata majemuk

2 Ordo : Lepidoptera
Tipemulut : menusuk,
menghisap
Tipeantena : berbentuk
bulu ayam dan sisir
Jumlah mata tunggal
dan posisi : sepasang mata
tunggal di antara majemuk
3 Ordo : Orthoptera
Tipemulut : Penggigit dan
pengunyah
Tipeantena : Filiform
Tipemata : tunggal

4 Ordo : Odonata
Tipemulut : menggigit -
mengunyah
Tipeantena : Setaceous
antenna
Jumlah mata tunggal
dan posisi :3, ditengah-
tengah mata majemuk

Ordo : Hemiptera
5 Tipemulut : menusuk,
menghisap
Tipeantena : genikulate

Ordo : Diptera
6 Tipemulut : menjilat,
menghisap
Tipeantena : aristate
Jumlah mata tunggal
dan posisi : mata tunggal
tersebut diapit oleh 2
bagian mata majemuk kiri
dan kanan
4.1.4 Perkembangbiakan serangga
Tabel 4. Perkembangbiakan serangga
N Gambar Foto Keterangan
o
1 Ordo : Thysanura
TipeMulut : Menggigit dan
mengunyah
Tipeantena : Pektinale
Perbedaan pra dewasa-
imago :
Tidak ada perbedaaan. Pra
dewasa dan imago kutu
buku hanya berbeda di
ukuran tubuhnya.
2 Ordo : Lepidoptera
Tipemulut : menggigit,
mengunyah
Tipeperkembangan :
Holometabola
Perbedaan pra dewasa
dan imago :
Pada stadium larva jumlah
instar bervariasi mulai 1-5
abu, 6 yang merupakan
larva instar akhir yang
disebut prepupa.
Selanjutnya menjadi imago
yang disebut ngengat.

3 Ordo : Lepidoptera
Tipemulut : Pengunyah
Tipe perkembangan :
Holometabola
4 Ordo : Coleoptera
Tipemulut : menggigit -
mengunyah
Tipeantena : Pektinale
Perbedaan pra dewasa
dan imago :
Larva kumbang bemo
bertubuh panjang,
diselubungi bulu, berkaki 6.
Imago ladybird memiliki
ciri tubuh mungil, sayap
yang sempurna dengan
warna terang mengkilat.
Ordo : Orthoptera
5 Tipemulut : menggigit,
mengunyah
Tipeantena : filiform
Perbedaan pra dewasa
dan imago :
Dalam tahap nimfa,
memiliki warna yang
ringan, tidak bersayap, dan
belum memiliki organ
reproduksi. Pada tahap
imago memiliki sayap yang
sudah sempurna dan
memperoleh kematangan
seksual.
Ordo : Coleoptera
6 Tipemulut : mengigit,
mengunyah
Tipeantena : -
Perbedaan pra dewasa
dan imago :
Pada pra dewasa memiliki
kepala kapsul, 3 pasang
kaki pada dada, rahang
kokoh. Pada tahap imago
memiliki sayap depan
tebal/kasar seperti
cangkang, tanpa vena.
Sayap belakang transparan.

4.1.5 Gejala dan Tanda Penyakit yang disebabkan Jamur dan Bakteri
Tabel 5. Hasil pengamatan Gejala dan Tanda Penyakit Jamur dan Bakteri
No Gambar Nama Patogen Keterangan

1 Muncul bercak-bercak
Antraknosa coklat tua pada daun di
Melanconiumsp bagian ujung daun tepi.
Bercak dikelilingi warna
kuning yang merupakan
pembatas antara daun sehat
dan yang terjerang penyakit.
2 Gejala yang ditimbulkan
Gugur daun adalah bintik coklat pada
Oldiumheva daun muda yang berkembang
e

3 Muncul bercak kecil


Hawardaun berwarna coklat kehijaua
Helminthospurumsp berbentuk bulat memanjang,
kemudian bercak
berkembang besar berbentuk
oval, jika daun jagung sudah
terkena penyakit ini,
kondisinya akan cepat
mengering/mati.
4 Adanya bercak busuk basah
Busuklunak berwarna coklat kehitaman
Erwiniacaotvora pada umbi kentang,
selanjutnya membesar dan
melekuk dan bentuknya tidak
beraturan. Jika umbi kentang
akan layu dan umbinya
membusuk.
5 Gejalayangditimbulkanpadat
Antraknosa anaman tomat bermula
ColletithricumCoocodes daribintikcekungmelingkarke
cildenganpinggiran hitam

6 Gejala akan muncul bercak


Bercakdaun kecoklatan hingga kehitaman
Fusariumsp&corcosporabata pada daun, tanaman
t icola kangkung sudah terkena
penyakit ini kondisi
kangkung akan rusak
7 Gejala diawali dengan bercak
Hawarpadi kelabu umumnya dibagian
XanhomonasOryzae pinggir daun

8 Penyakit ini menyerang


Jamurdaun kacang pada bagian daun, berupa
Phakosperapachyrhizi coklat seperti karat besi

9 Tanaman yang terinfeksi


Hawarbakteri pada awal tanam/fase
Pseudomonassyringae perkecambahan hingga
berpolong. Dicarikan dengan
noda coklat dibagian tepi

10 Ditandai dengan munculnya


Antraknosa bintik-bintik hitam kecil
Colletothrichumcapsici melingkar pada kulit buah
yang menyebar ke arah
sumbu panjang sehingga
menjadi lebih kurang
berbentuk elips. Saat
infeksi berlanjut, bintik-
bintik menyebar dan abu
hitam
maupun kotor
11 Penyakitiniseringterjadipada
Hawardauntebu daunmudadansetengahtua
Acidovoraxavenae muncul garis-garis
berairpanjangsempit

1 Layufusarium Gejalayangditimbulkanpadat
2 Fusariumoxysporumsp anamanpisangberupakuning
kehijauan daun
yangterserangakanmengunin
gdanpelepah menjadilayu
4.2.6 Gejala dan Tanda Penyakit Tanaman disebabkan Virus dan Nematoda
Tabel 6. Hasil pengamatan gejala dan tanda virus dan bakteri
NO Gambar Nama Keterangan
Patogen
1 Tergantung pada tahap pertumbuhan

Virus mosaik tanaman jagung, secara umum


jagung menyebabkan pertumbuhan
Rhopalosiph tanaman jagung terhambat
u mmaidis

2 Bengkak Tanaman padi yang


akarpadi terserangnematodajenisiniakantumbuh
Nematoda kerdil, panikel daunbenderalebih pendek
Aphelencoi
d esbesseyl

3 Dicirikan dengan melengkungnya daun ke


Virus cabai atas, menguningya pembuluh pembuluh dan
Begomovirus pengurangan akar ukuran
Daun

4 Nematoda Gejalapadatanamankentangialahdaunbewarn
sista akuningcurahnamuntidaktersebarsecaramera
kentangGl tadiseluruh area. Sistem perakaran menjadi
o kurang berkembang yang menyebabkan
boderarost terhambatnya pertumbuhan hingga kematian
ochiensis tanaman

5 Tanaman yang terinfeksi pada daun tebu


Virus mosaik terlihat pola mozaik yang jelas berupa bercak
tebu hijau kekuningan
Sugarcanemo
s aic
6 Gejala akan muncul bercak kecoklatan hingga
Nematoda kehitaman pada daun, tanaman kangkung
bengkak akar sudah terkena penyakit ini kondisi
Meloidogyne kangkung akan rusak
sp

7 Gejala diawali dengan bercak kelabu


Virus mosaik umumnya dibagian pinggir daun
talas
Dasheenmosa
i
c
8 Awalnya menyebabkan ujung daun padi
Pucuk Putih bewarna kuning pucat kemudia menjadi putih
Nematoda dan akan mengalami nekrotik
Aphelencoide
s besseyl

9 CSSV Menyebabkanuratbewarnakemerahan
Virus tunas pada daun mudayangbaru tumbuh.
bengkak kakao
CacaoSwollen
S hoot

10 Masuk melalui semua permukaan akar


Nematoda terinfeksi menuju bonggol pisang, sehingga
parasit akar menyebabkan luka bewarnahitam yang
pisang menyebar pada permukaan bonggol

Radhopholuss
i milis
11 Daun yang harusnya hijau menjadi kekuningan
Virus mosaik dan menjadi lebih pendek Penularan virus
pepaya biasanya terjadi karena kutu / cedera mekanis.
GeminiVirus
12 Nematoda Puru tersebut terbentuk karena terjadinya
puru akar pembelahan sel-sel pada jaringan tanaman.
seledri Semakin banyak puru, maka tingkat serangan
Meloidogyn semakin parah.
e
sp

4.1.7 Gejala dan Tanda Penyakit Tanaman disebabkan Faktor Abiotik


Tabel 7. Hasil pengamatan gejala dan tanda penyakit faktor abiotik
N Gambar Penyakit Keterangan
o dan
Penyebab
1 Gejaladitandaidenganpolakuningpadahelaidaun,kl
Daun orofildiantaratulangutamadantulangdaunutamahija
jeruk u kontras dan terlihat tebal.
berwarna
kuning

Kekurang
an unsur
Zn

2 Kekeringan ini membuat daun lidah buaya menjadi


Layu kuning dari ujun dan meluas ke seluruh
Permukaan
Kekuran
gan air
3 Tanaman akan mengalami gejala klorosis pada daun
Daun muda dan klorotik pada daun tua. Umumnya terjadi
berwarna pada daun muda yang berubah warna menjadi hijau
kuning pucat.

Kekuranga
n unsur N

4 Perkembangan akarnya terhambat, pada daun


Perkemba tampak warna antar tulanng daun kuning
ngan akar kemerahan sampai putih, ujung daun dan tepi daun
terhambat menguning

Keracuna
n unsur
Al
5 Pada kondisi awal, tanaman jagung menjadi kerdil,
Daun kurus, dan daunnya akan berubah warna menjadi hijau
jagung kekuningan, ujung daun akan menguning dan melebar
berwarna menuju lintang daunnya
kuning

Kekuranga
n unsur N
6 Pertumbuhan daun muda terhambat, daun berubah
Kelainan menjadi hijau terang, dan pembungaan berkurang
pada
tanaman
kopi

Kekuranga
n unsur B
4.2 Pembahasan
Morfologi serangga dan non serangga
Pada morfologi serangga, didapatkan morfologi serangga belalang
(Valanga sp.) dengan bagian-bagian dari tubuh belalang terdiri dari Kepala,
Thoraks (dada) , Abdomen (perut), Sayap, tungkai, ovipositor. Sedangkan untuk
hewan yang dapat digolongkan kedalam golongan non serangga antara lain ialah
Laba – laba , ulat kaki seribu, keong, udang, mencit putih, siput.
Contoh dari serangga yang paling dikenal adalah belalang. Belalang
merupakan serangga pemakan tumbuhan atau disebut juga herbivora yang berasal
dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Belalang memiliki 3 bagian tubuh
utama seperti kepala, dada (thoraks) dan perut (abdomen). Selain itu terdapat juga
anggota tubuh lainnya seperti kaki yang bersendi berjumlah 6, sayap 2 pasang
untuk terbang dan sepasang antena sebagai alat sensor.Kaki pada belalang
memiliki 2 fungsi yang berbeda seperti kaki pada bagian depan digunakan untuk
berjalan, dan bagian kaki yang lebih panjang digunakan untuk melompat.Belalang
tidak memiliki telinga, tetapi bisa mmerasakan getaran di udara dengan bantuan
alat sensor yang disebut dengan tympanum. Pada belalang tympanum terletak di
abdomen pertama.Belalang memiliki lima mata yang terdiri dari mata (2
compound eye dan 3 acelli). Alat pernafasan belalang berupa trakea. Belalang
merupakan serangga dengan kerangka luas (exoskeleton).
Gejala serangan hama
Pada praktikum mengenai gejala serangan hama, didapati sebagai
berikut. jagung ( Zea mays), Padi (Oryza sativa), Jambubiji (Psidium guajava),
Sawi (Brassica chinensis var.parachinensis) dan kangkung (Ipomoea aquatica)
terseranghama dengan tipe mulut menggigit mengunyah. Hal ini ditandaidengan
bagian yang terserang terdapat robekan , daun berlubang. Sedangkan untuk tipe
mulut menusuk menghisap terlihat pada tanaman kakao (Theobroma cacao)
dan Pepaya (Caricapapaya L) terserang hama dengan tipe mulut menusuk
menghisap yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada daun maupun
pada buah tanaman tersebut.
Beberapa contoh gejala serangan hama diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dahlia
Daun tanaman Dahlia yang terserang hama belalang dengan tipe mulut
mengunyah-menggigit akan menjadi tampak berlubang dan di
sekitaran bagian daun yang berlubang akan mengering.
b. Sawi
Daun sawi yang terserang hama ulat dengan tipe mulut mengunyah-
menggigit akan ditandai dengan kondisi daun yang berlubang, agak
menguning, dan bagian daun tidak beraturan.
c. Kangkung
Pada kangkung ada 2 gejala yang akan terjadi yaitu gejala yang
disebabkan oleh ulat grayak sehingga kangkung terlihat robek dan
berlubang. Kemudian, gejala yang disebabkan oleh kutu daun yang
berada di bawah permukaan daun kangkung sehingga daun terlihat
bintik-bintik bulat kering.
d. Padi
Daun padi yang terserang hama jenis belalang dengan tipe mulut
mengunyah-menggigit akan terlihat robek, terpotong atau terkelupas,
dan bolong-bolong.
e. Buah Jeruk
Buah jeruk yang terserang oleh hama kutu putih dengan tipe mulut
menusuk-mengisap akan ditandai dengan gejala buah membusuk dan
adanya beberapa lubang, sehingga terjadi perubahan warna pada
bagian yang terserang.
Ordo Serangga
Ordo Orthoptera
Seperti belalang (Valanga sp) Serangga ini disebut juga belalang yang
memiliki sayap dua pasang. Sayap depan panjang dan menyempit, biasanya
mengeras seperti kertas dan dinamakan tegmina. Antena beruas banyak. Sersi
pendek dan seperti penyepit. Tarsus biasanya biasanya beruas 3-5, alat mulut
menggigit-mengunyah. Sebagian besar pemakan tanaman dan sebagian sebagai
predator.
Ordo Hemiptera
Seperti kepik bau (Riptortus linearis). Serangga ini memiliki tubuh yang
pipih, ukuran dari sangat kecil sampai besar. Jika bersayap, maka pangkal sayap
depan menebal. Pada saat istirahat sayap terletak mendatar di atas tubuh dengan
ujung sayap depan umumnya tumpang tindih. Bagian mulut tipe menusuk-
menghisap yang timbul di dari bagian depan kepala. Sebagian besar hidup di darat
(teresterial insect) dan sebagian hidup di air (aquatik insect). Beberapa spesies
mengeluarkan bau yang khas bila diganggu. Sebagian besar serangga ordo ini
bertindak sebagai hama tanaman dan beberapa lainnya sebagai predator dan
vektor penyakit.
Ordo Coleoptera
Seperti kumbang (Lucianidae sp). Serangga ini memiliki sayap depan
yang keras, tebal dan tanpa vena. Sayap depan ini berfungsi sebagai pelindung
sayap belakang dan dinamakan elitra. Sayap belakang membranus. Sayap depan
lebih panjang dari sayap belakang. Pada beberapa spesies sayap depan pendek dan
tidak menutupi .
Ordo Diptera
Seperti lalat buah (Drosophilla) Serangga ini berukuran kecil sampai
sedang. Sayap satu pasang dan membranus. Sayap belakang tereduksi menjadi
hilter yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan. Tubuh relatif lunak, antena
pendek, mata majemuk besar dan metamorfosis sempurna.
Ordo Lepidoptera
Seperi kupu - kupu (Rhopalocera sp). Serangga ini memiliki dua pasang
sayap, sayap belakang biasanya lebih kecil dari sayap depan. Sayap ditutupi bulu-
bulu atau sisik. Imago serangga disebut kupu-kupu (jika aktif di siang hari) dan
ngengat (jika aktif di malam hari). Antena panjang dan ramping. Hampir semua
larva pemakan tanaman. Serangga dewasa membantu proses penyerbukan.
Perkembangbiakan Serangga
Adapun perkembang biakan serangga ada 4 pengelompokan yaitu
ametabola tanpa metamorphosis, hemimetabola yaitu metamorphosis tidak
sempurna, paurometabola yaitu metamorphosis tidak sempurna dan holometabola
yaitu metamorphosis sempurna.
Adapun tahapan dari metamorfosis yaitu telur larva- kepompong-imago.
Contoh sarangga yang termasuk metamorfosis sempurna yaitu ulat bulu
(Malacosoma americanum), ulat penggulung daun pisang (Erinota thrax),
kumbang badak (Dynastinae).

PENYAKIT
Beberapa penyakit yang menyerang tanaman diantaranya:
a. Antraknosa pada buah Tomat
Patogen yang menyerang Collectotrichum coccodes. Penyakit ini
mula-mula ditandai dengan pinggiran hitam pada kulit tomat, dalam
waktu cepat bintik-bintik tersebut akan membesar menjadi coklat
dengan bintik-bintik hitam yang lebih kecil dan akhirnya menyebabkan
tomat membusuk. Antraknosa juga dapat menginfeksi batang, daun,
dan akar pada tanaman tomat.

b. Hawar Bakteri
Patogen yang menjadi penyebab penyakit ini adalah Pseudamonas
cyringas. Tanaman yang terinfeksi oleh penyakit ini awalnya akan
dicirikan dengan adanya noda coklat di bagian tepi. Pada tanaman
dewasa, akan muncul berupa bercak coklat bersudut pada daun yang
dimulai dari adanya bintik kuning yang kemudian menjadi coklat.
Kemudian akan terjadi perubahan warna menjadi coklat tua hingga
kehitaman dan mengering menjadi terpusat pada pusat noda.
c. Bercak pada Daun Kangkung
Patogen yang menyebabkan penyakit ini diantaranya ada Fusarium sp.
dan Cercospora bataticola. Gejala yang ditimbulkan akibat dari
penyakit ini diantaranya munculnya bercak kecoklatan hingga
kehitaman pada daun. Jika sudah terserang penyakit ini, kondisi daun
kangkung akan menjadi rusak.
d. Layu Fusarium pada Daun Pisang
Patogen yang menjadi penyebab penyakit ini adalah Fusarium
oxysporum sp. Gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini diantaranya
daun berwarna kuning kehijauan pada daun tua, dimulai dari pinggir
daun, kemudian lanjut ke daun muda. Pelepah melayu dan terjadi
perubahan warna pada bonggol pisang. Selanjutnya tanaman akan mati
karena bonggol dan akar membusuk.
e. Busuk Lunak Pada Buah Kentang
Patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah bakteri
Erwina Carotovara. Adapun gejala yang ditimbulkan akibat dari
penyakit ini adalah adanya bercak busuk berwarna coklat kehitaman
pada umbi kentang, selanjutnya akan membesar, melekuk, dan
bentuknya tidak beraturan. Umbi yang telah terkena penyakit ini akan
membusuk.
f. Hawar Daun pada Padi
Nama patogen yang menyebabkan penyakit ini adalah bakteri
Xanthomonas oryzae. Gejala yang ditimbulkan akibat dari penyakit ini
adalah munculnya bercak kelabu pada bagian pinggir daun yang pada
akhirnya akan membentuk hawar. Pada keadaan terparah, tanaman
akan terlihat sangat kering.

Selain mengalami hambatan pertumbuhan dikarenakan adanya penyakit,


tumbuhan juga terhambat pertumbuhannya dikarenakan adanya gulma, contohnya
yaitu:
a. Pada tanaman West Indian Pinkroot
Spigellia anthelmia L. merupakan gulma yang menyebabkan adanya
perebutan unsur hara, air, dan cahaya sehingga menimbulkan kerugian
kualitas maupun kuantitas.
b. Gulma Pakis-Pakisan
Nephrolepis sp merupakan gulma yang menjadikan pohon cemara sebagai
inangnya. Gulma ini merusak keindahan lingkungan, juga terjadi
persaingan untuk mendapatkan cahaya matahari, air, dan nutrisi.
c. Gulma pada Mangga
Gulma benalu yang menyerap makanan dari pohon inangnya sehingga
merugikan inangnya, jika dibiarkan akan kurus dan akhirnya akan kering
dan tumbuhan inang akan mati. Disamping itu, gulma ini juga akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman mangga.
Faktor abiotik lainnya juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman, diantara
contohnya adalah:
a. Pada Jagung
Saat jagung kekurangan unsur Nitrogen maka pada kondisi awal jagung
akan menjadi kerdil, kurus dan daunnya berubah warna menjadi hijau
kekuningan, ujung daun menguning dan melebar menuju lintang daunnya.
Pada kondisi terparah jagung bisa sampai tidak memproduksi buah.
b. Pada Daun Jeruk
Ketika daun jeruk berubah menjadi warna kuning kehijauan, itu artinya
daun jeruk tersebut kekurangan unsur Zn. Gejala yang ditimbulkan
diantaranya adanya pola kuning pada helai daun serta klorofil diantara
tulang-tulang utama. Sehingga tulang daun utama dan kedua hijau kontras
dan terlihat tebal sedang tulang daun 3 tersier ikut menguning.
Kekurangan unsur Zn ini juga menyebabkan ukuran daun kerdi.
c. Keracunan Aluminium pada Padi
Ketika padi mengalami keracunan Aluminium ini perkembangan akar akan terhambat, pada daun
juga akan tampak warna antar tulang daun kuning kemerahan sampai putih. Ujung dan tepi daun
juga menguning
Virus mosaik tanaman jagung, secara umum
jagung menyebabkan pertumbuhan
Rhopalosiph tanaman jagung terhambat
u mmaidis

2 Bengkak Tanaman padi yang


akarpadi terserangnematodajenisiniakantumbuh
Nematoda kerdil, panikel daunbenderalebih pendek
Aphelencoi
d esbesseyl

3 Dicirikan dengan melengkungnya daun ke


Virus cabai atas, menguningya pembuluh pembuluh dan
Begomovirus pengurangan akar ukuran
Daun

4 Nematoda Gejalapadatanamankentangialahdaunbewarn
sista akuningcurahnamuntidaktersebarsecaramera
kentangGl tadiseluruh area. Sistem perakaran menjadi
o kurang berkembang yang menyebabkan
boderarost terhambatnya pertumbuhan hingga kematian
ochiensis tanaman

5 Tanaman yang terinfeksi pada daun tebu


Virus mosaik terlihat pola mozaik yang jelas berupa bercak
tebu hijau kekuningan
Sugarcanemo
s aic
6 Gejala akan muncul bercak kecoklatan hingga
Nematoda kehitaman pada daun, tanaman kangkung
bengkak akar sudah terkena penyakit ini kondisi
Meloidogyne kangkung akan rusak
sp

7 Gejala diawali dengan bercak kelabu


Virus mosaik umumnya dibagian pinggir daun
talas
Dasheenmosa
i
c
8 Awalnya menyebabkan ujung daun padi
Pucuk Putih bewarna kuning pucat kemudia menjadi putih
Nematoda dan akan mengalami nekrotik
Aphelencoide
s besseyl

9 CSSV Menyebabkanuratbewarnakemerahan
Virus tunas pada daun mudayangbaru tumbuh.
bengkak kakao
CacaoSwollen
S hoot

1 Masuk melalui semua permukaan akar


0 Nematoda terinfeksi menuju bonggol pisang, sehingga
parasit akar menyebabkan luka bewarnahitam yang
pisang menyebar pada permukaan bonggol

Radhopholuss
i milis
1 Daun yang harusnya hijau menjadi kekuningan
1 Virus mosaik dan menjadi lebih pendek Penularan virus
pepaya biasanya terjadi karena kutu / cedera mekanis.
GeminiVirus
1 Nematoda Puru tersebut terbentuk karena terjadinya
2 puru akar pembelahan sel-sel pada jaringan tanaman.
seledri Semakin banyak puru, maka tingkat serangan
Meloidogyn semakin parah.
e
sp
Tabel 6. Hasil pengamatan gejala dan tanda virus dan bakteri

Anda mungkin juga menyukai