Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum

Perlindungan dan Pengamanan Hutan

PENGENALAN ORDO SERANGGA

NAMA : DEVI DAMAYANTI


NIM : M011221129
KELAS : PPH C
KELOMPOK : 3C
ASISTEN : 1. JENAR ADELIA NADI, S.Hut
2. NAFSIYATUL MUTMAINNAH

LABORATORIUM PERLINDUNGAN DAN SERANGGA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1


1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................4


2.1 Pengertian Ordo dan Serangga...........................................................4
2.2 Habitat Serangga.................................................................................5
2.3 Siklus Hidup Serangga.......................................................................6
2.4 Klasifikasi Serangga...........................................................................8

BAB III METODE PRAKTIKUM ...................................................................12


3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................12
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................12
3.3 Prosedur Praktikum ...........................................................................13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................14


4.1 Hasil ...................................................................................................14
4.2 Pembahasan .......................................................................................16

BAB V PENUTUP ..............................................................................................18


5.1 Kesimpulan ........................................................................................18
5.2 Saran ..................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................20

LAMPIRAN ........................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman serangga mempunyai peran yang sangat penting dalam


menjaga keseimbangan dan kesinambungan rantai makanan dalam suatu
ekosistem pertanian. Serangga memiliki ukuran dan penampilan yang mencolok
dan mereka dapat menjadi hama yang berisik dan terkadang bahkan merusak.
Serangga sangatlah peka pada faktor-faktor lingkungan, yaitu suhu, kelembaban,
cahaya dan juga berupa getaran. Keanekaragaman serangga merupakan faktor
penting dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas jaring makanan dalam
ekosistem. Suatu komunitas juga dikatakan memiliki keragaman yang tinggi
apabila tersusun dari banyak jenis serta kelimpahan spesies yang setara
(Sembiring et al., 2023).
Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat
dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga
yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua
serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga
penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid. Setiap serangga
mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan
kepadatan populasi (Sembiring et al., 2023).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil pertanian. Di antara
produk pertanian ini, gagal panen tidak jarang terjadi. Ini karena tanaman
terserang hama yang menyerang tanaman. Hama yang menyerang tanaman dapat
menyebabkan kelainan dan fenomena abnormal pada tanaman sehingga
menurunkan hasil panen. Umumnya hama berupa serangga yang dapat merusak
tanaman secara langsung dan dapat dilihat dari gejala atau bekas pada tanaman
yang diserang. Misalnya gigitan atau gerekan sedangkan yang tidak langsung
berupa suatu penyakit. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas
berasal dari kelas insecta (serangga), dalam kelas insect ini terdapat beberapa ordo
yang membagi jenis-jenis serangga hama pengganggu tanaman (Sopialena, 2018).

1
Serangga merupakan salah satu organisme yang banyak ditemukan di
berbagai habitat, baik di darat, air laut, air tawar, pegunungan, dan lainnya.
Serangga terdiri dari beberapa spesies yang jumlahnya melimpah di bumi dan
berasosiasi dengan kehidupan manusia. Terdapat kelas-kelas serangga yang dapat
juga merugikan manusia yaitu biasa dikenal dengan OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman). Serangga biasanya menyerang tanaman untuk bertahan hidup,
sehingga serangga akan mengambil keuntungan dari tanaman yang dihinggapinya.
Oleh karena itu untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh hama perlu
dilakukan perlindungan tanaman. Gangguan yang disebabkan oleh hama
merupakan suatu resiko yang harus dihadapi dan dipertimbangkan oleh setiap
perusahaan di bidang budidaya tanaman (Fredicus et al., 2019).
Beberapa anggota dari serangga memiliki peranan yang menguntungkan
maupun merugikan dalam kehidupan. Peran merugikan serangga di bidang
pertanian dan kehidupan adalah sebagai hama tumbuhan budidaya, sebagai vektor
pembawa penyakit pada tanaman, dan sebagai penyebab penyakit pada manusia.
Peran positif serangga adalah sebagai polinator atau penyerbuk, sebagai
dekomposer atau pengurai, sebagai predator atau parasitoid (musuh alami),
sebagai bioindikator lingkungan, sebagai penghasil bahan-bahan yang bermanfaat
dalam bidang kesehatan. Serangga hidup dalam tanah, darat, udara maupun air
tawar sebagai parasit pada tubuh makhluk hidup lain, akan tetapi serangga jarang
hidup dalam air asin (laut). Faktor lingkungan merupakan faktor yang
berhubungan dengan tempat hidup serangga. Keanekaragaman dan kelimpahan
serangga secara umum akan ditentukan pula oleh faktor lingkungan. Setiap jenis
serangga mempunyai kesesuaian terhadap lingkungan tertentu. Oleh karena itu,
faktor fisik lingkungan, terutama suhu dan kelembaban sangat berpengaruh
terhadap keberadaan serangga. Kondisi lingkungan yang berbeda menyebabkan
kelimpahan serangga tiap tipe habitat berbeda. Suhu berpengaruh terhadap
aktivitas serangga, penyebaran geografis dan lokal, serta perkembangan.
Kelembaban mempengaruhi penguapan cairan tubuh serangga dan pemilihan
habitat yang cocok (Haneda et al., 2013).

2
1.2 Tujuan

Tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:


1) Menjelaskan perbedaan dan ciri dari ordo-ordo serangga
2) Mendeskripsikan morfologi masing-masing ordo serangga secara mendetail

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ordo dan Serangga

Dalam klasifikasi biologis, ordo adalah peringkat taksonomi yang


digunakan dalam klasifikasi organisme dan diakui oleh kode nomenklatur.
Pangkat terkenal lainnya adalah kehidupan, domain, kerajaan, filum, kelas, famili,
marga, dan spesies, dengan keteraturan yang sesuai antara kelas dan famili.
Pangkat yang lebih tinggi, super ordo, dapat ditambahkan langsung di atas urutan,
sementara sub-ordo akan menjadi peringkat yang lebih rendah. Apa yang
termasuk dan tidak termasuk dalam setiap ordo ditentukan oleh ahli taksonomi,
seperti apakah urutan tertentu harus dikenali atau tidak. Ordo adalah tingkatan
taksonomi di bawah kelas yang terdiri atas beberapa famili hewan maupun
tumbuhan. Dalam bahasa Indonesia, istilah ordo juga diartikan sebagai bangsa.
Setiap ordo/bangsa dipecah menjadi beberapa famili/keluarga dan ada banyak
ordo di setiap kelas (Irwansyah, 2019).
Serangga menjadi salah satu komponen penting dalam ekosistem sawah
yang berpengaruh terhadap produksi tanaman. Serangga dalam ekosistem
pertanian dapat menjadi herbivora, karnivora, serta detitrivora atau pengurai.
Serangga herbivora sering disebut sebagai hama karena serangga tersebut
memakan atau mengambil bagian atau organ tanaman. Predator dan parasitoid
adalah contoh dari serangga karnivora. Predator dapat berperan sebagai
pengendali hama atau musuh alami bagi serangga herbivora. Habitat serangga
dalam suatu lingkungan akan berubah setiap waktu, bergantung pada berapa lama
serangga itu akan hidup dan daya dukung rantai makanan dalam suatu lingkungan
atau ekosistem (Mokhamad, 2016).
Serangga memiliki sifat-sifat yang berbeda, bisa sebagai hama, vector
penyakit, polinator dan predator. Tidak semua serangga yang berada di lahan
termasuk hama. Ada yang menguntungkan sebagai polinator alami, seperti lebah
(Ordo Hymenoptera) dan kupu-kupu (Ordo Lepideptera), namun ada juga yang

4
sebagai vektor bagi penyakit seperti wereng hijau (Ordo Homoptera) yang
menjadi vektor penyakit tungro pada padi dan sebagai hama seperti wereng coklat
(Ordo Homoptera) yang menghisap bulir padi dan juga sekaligus sebagai vektor
penyakit kerdil padi (Mokhamad, 2016).
Serangga dapat disebut sebagai hama apabila berkembang pada tingkat
perkembangan yang tepat atau melebihi batas keseimbangan, lingkungan yang
mendukung perkembangan serangga, tanaman tumbuh dan berkembang pada
stadia yang rentan, serta berada pada waktu yang bersamaan. Gejala dan dampak
serangan oleh setiap serangga berbeda-beda. Perbedaan tersebut dikarenakan tipe
alat mulut setiap serangga berbeda serta bagian tanaman yang diserang. Salah satu
contohnya adalah hama wereng yang memiliki tipe alat mulut pencucuk,
penghisap dan banyak menyerang tanaman padi terutama pada bagian malai padi.
Gejala yang ditimbulkan dari serangan wereng yaitu: daun menguning dan
mengering, malai padi kopong, dan serangan yang berlebih dapat menyebabkan
kematian tanaman padi sebelum panen (Mokhamad, 2016).

2.2 Habitat Serangga

Serangga merupakan hewan yang memiliki jumlah terbesar di bumi,


sehingga dengan dominasi tersebut menjadikan serangga sebagai penyambung
kebutuhan dalam siklus energi dengan berbagai peran yang dilakukan. Serangga
merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies
hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dikarenakan serangga berhasil
dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi,
kapasitas reproduksi yang tinggi dan kemampuan yang baik dalam
menyelamatkan diri dari musuhnya (Elisabeth et al., 2021).
Habitat serangga Serangga mudah dijumpai di berbagai tempat. Serangga
dapat bertengger pada tanaman, di dalam tanah, dalam tumpukan jerami, di dalam
air, dalam tempat penyimpanan beras, bahkan dalam kotoran. Ketahanan hidup
organisme dalam suat ekosistem ditentukan oleh faktor lingkungan fisik maupun
faktor organisme yang saling berinteraksi berbeda jenis serangga maka berbeda

5
pula kemampuan organisme tersebut untuk bertahan hidup untuk sesuai dengan
kondisi lingkungannya (Rosniar et al., 2019).

Serangga hidup dalam tanah, darat, udara maupun air tawar sebagai parasit
pada tubuh makhluk hidup lain, akan tetapi serangga jarang hidup dalam air asin
(laut). Faktor lingkungan merupakan faktor yang berhubungan dengan tempat
hidup serangga. Keanekaragaman dan kelimpahan serangga secara umum akan
ditentukan pula oleh faktor lingkungan. Setiap jenis serangga mempunyai
kesesuaian terhadap lingkungan tertentu. Oleh karena itu, faktor fisik lingkungan,
terutama suhu dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap keberadaan serangga.
Kondisi lingkungan yang berbeda menyebabkan kelimpahan serangga tiap tipe
habitat berbeda. Suhu berpengaruh terhadap aktivitas serangga, penyebaran
geografis dan lokal, serta perkembangan. Kelembaban mempengaruhi penguapan
cairan tubuh serangga dan pemilihan habitat yang cocok (Fredicus et al., 2019).
Suhu pada kisaran 29-31°C merupakan suhu yang optimal untuk
perkembangan serangga pada umumnya. Sedangkan pada hasil pengukuran
kelembaban didapatkan hasil yang berbanding terbalik dengan keadaan suhu
lingkungan pada lokasi pengamatan dengan kisaran 70-72% yang merupakan
kisaran kelembaban optimal serangga. Faktor lingkungan (suhu dan kelembaban)
akan terlihat pengaruhnya terhadap kelimpahan dan keanekaragaman serangga
jika pengambilan sampel dilakukan dengan waktu yang lama dan pada musim
yang berbeda (Fredicus et al., 2019).

2.3 Siklus Hidup Serangga

Siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi pada
seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi imago
(dewasa). Pada serangga-serangga yang bermetamorfosis sempurna
(holometabola), rangkaian stadia dalam siklus hidupnya terdiri atas telur, larva,
pupa dan imago. Misalnya pada kupu-kupu (Lepidoptera), kumbang
(Coleoptera), dan lalat (Diptera). Rangkaian stadia dimulai dari telur, nimfa, dan
imago ditemui pada serangga dengan metamorfosis bertingkat (paurometabola),

6
seperti belalang (Orthoptera), kepik (Hemiptera), dan sikada (homoptera) (Imti
dan Herlina, 2017).
Serangga umumnya memiliki umur imago yang pendek. Ada yang beberapa
hari,akan tetapi ada juga yang sampai beberapa bulan. Misalnya umur imago
Nilavarpata lugens (Homoptera; Delphacidae) 10 hari, umur imago kepik
Helopeltis theivora (Hemiptera; Miridae) 5-10 hari, umur Agrotis ipsilon
(Lepidoptera; Noctuidae) sekitar 20 hari, ngengat Lamprosema indicata
(Lepidoptera; Pyralidae) 5-9 hari, dan kumbang betina Sitophillus oryzae
(Coleoptera; Curculinoidae) 3-5 bulan (Imti dan Herlina, 2017).
Proses urutan kejadian yang dialami makhluk hidup selama hidupnya
disebut daur hidup. Karena daur hidup membentuk pola melingkar, maka daur
hidup dapat disebut lingkaran hidup atau siklus hidup. Perubahan
struktur/rupa/bentuk yang mencolok dalam perkembangan makhluk hidup disebut
metamorfosis. Metamorfosis ada yang lengkap (sempurna) ada juga yang tidak
lengkap (tidak sempurna). Metamorfosis sempurna dialami hewan yang saat lahir
berbeda sekali bentuknya dengan hewan dewasa. Metamorfosis sempurna terdiri
atas empat tahap, yaitu telur-larva-pupa-dewasa. Metamorfosis tidak sempurna
dialami serangga yang dari lahir tidak terlalu berbeda bentuknya dengan hewan
dewasa. Metamorfosis tidak sempurna hanya tiga tahap, yaitu telur-nimfa-dewasa.
Contoh metamorfosis lengkap adalah kupu-kupu dan metamorfosis tidak lengkap
adalah kecoa. (Maya et al., 2020).
Kupu-kupu adalah serangga anggota Lepidoptera, dengan sayap berbagai
corak dan warna. Kupu-kupu terdapat dimana-mana, kecuali di daerah beriklim
dingin. Pada umumnya kupu-kupu makan dengan cara mengisap cairan madu dari
tanaman atau nektar. Dengan begitu kupu-kupu juga mengemban tugas untuk
melakukan penyerbukan tanaman. Kupu-kupu mempunyai sepasang sayap depan
dan sayap belakang. Sayap tersebut ditutupi oleh sisik yang mengandung pigmen.
Pigmen itulah yang memberi warna dan corak pada sayap kupu-kupu. Di bagian
kepala terdapat antena yang digunakan untuk memonitor makanan dan lawan
jenis. kupu-kupu bisa hidup selama 20-40 hari. Daur hidup kupu-kupu, di mulai
dari telur. Telur kupu-kupu biasanya berada di permukaan daun. Telur menetas
menjadi ulat. Ulat mempertahankan hidupnya dengan makan dedaunan selama

7
berhari-hari. Akan tetapi, lama-kelamaan ulat makan makin sedikit. Demikian
pula gerakan ulat, makin lama makin lambat. Akhirnya, ulat berhenti makan dan
tampak tidak bergerak. Walaupun tidak makan dan tampak tidak bergerak, ulat itu
tidak mati. Ulat segera membuat sarang dengan air liurnya. Air liurnya mengeras
membentuk bahan semacam benang sutra. Benang-benang itu melekat pada daun
atau batang. Akhirnya, benang-benang itu menutup seluruh tubuh ulat. Keadaan
ulat yang terbungkus dalam sarang benang itu disebut kepompong. Selama masa
kepompong, ulat menjadi kupu-kupu. Masa kepompong berlangsung selama
berhari-hari. Jika telah berubah secara sempurna, kupu-kupu keluar dari
kepompong. Kupu-kupu hidup dengan memakan nektar yang ada didasar bunga.
Kupu-kupu dewasa berkembang biak dengan bertelur. Dari telur ini, daur hidup
kupu-kupu yang baru dimulai lagi. (Maya et al., 2020).
Belalang termasuk serangga ordo Orthopedo, memiliki dua pasang sayap
dan mulut, tipe pengunyah. Makananya rumput dan dedaunan. Daur hidup atau
metamorfosis belalang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Daur hidup
belalang dimulai dari tahap telur. Telur kemudian menetas menjadi belalang muda
yang bentuknya menyerupai belalang dewasa. Akan tetapi, belalang muda belum
memiliki sayap. Alat perkembangbiakannya juga belum sempurna. Belalang muda
kemudian akan berganti kulit beberapa kali dan akhirnya tumbuh menjadi
belalang dewasa. (Maya et al., 2020).

2.4 Klasifikasi Serangga

Ilmu mengenai penggolongan-jenis makhluk hidup disebut taksonomi


(taxonomy). Secara hierarki, dikenal taksa taksa (taxon, taxa) dalam klasifikasi,
yaitu: Filum (Phylum) – Kelas – Ordo – Famili - Genus dan Spesies. Serangga
atau insecta termasuk dalam filum Arthropoda. Arthropoda berasal dari bahasa
Yunani kuno arthro yang artinya ruas dan poda artinya kaki. Jadi arthropoda
adalah hewan yang memiliki ciri utama kaki beruas-ruas (Purwantiningsih, 2014).
Serangga yang sering merusak tanaman adalah kelompok kelas Hexapoda.
Serangga Hexapoda mempunyai ciri khas, yakni memiliki enam buah kaki. Jenis
ini memiliki beberapa jenis ordo, diantaranya adalah (Purwantiningsih, 2014):

8
9
1) Orthoptera
Orthoptera merupakan salah satu ordo dari kelas serangga (Insecta). Jenis-
jenisnya mudah dikenal karena memiliki empat pasang sayap, di mana sepasang
sayap depan kaku yang disebut tegmina dan pasangan sayap belakang
membraneous dengan tungkai belakang (femur) membesar yang teradaptasi
untuk meloncat, misalnya belalang, kecoa dan jangkrik. Kelompok ini hidup
pada berbagai tipe habitat seperti hutan, semak belukar, sekitar rumah dan lahan
pertanian. Di alam, jenis-jenis dari Orthoptera berperan sebagai pemangsa,
pemakan bangkai, pengurai material organik nabati dan hewani, pemakan bagian
tumbuhan hidup, musuh alami dari jenis serangga lainnya. Serangga Ordo
Orthoptera seperti belalang menempati salah satu rantai makanan bagi hewan.
Jika salah satu rantai makanan yang ada di alam bebas hilang/musnah secara
otomatis hewan predator yang ada di atasnya pun akan ikut musnah. Misalkan
ketika belalang yang merupakan makanan burung hilang habitat aslinya maka
perlahan-lahan Burung pun akan ikut punah (Falahuddin et al., 2015).
Orthoptera merupakan ordo dengan jumlah famili dan spesies ditemukan
terbanyak, yaitu 3 famili dan 13 spesies. Orthoptera merupakan ordo yang hidup
pada lanskap yang bervariasi, memiliki kemampuan terbang yang menunjang
daya jelajah wilayah baru. Ketiga famili dari Ordo Orthoptera yang ditemukan
meliputi Gryllidae, Acrididae, dan Tettigoniidae. Acrididae (belalang)
ditemukan dengan jumlah spesies terbanyak, yaitu 7 spesies. Belalang adalah
jenis serangga Ordo Orthoptera dengan jumlah jenis mencapai 20.000 (Prakoso
2017). Sebagian anggota Orthoptera dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun
ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai dekomposer, dan predator
pada serangga lain. Belalang tergolong herbivora, terkadang menjadi hama pada
tanaman serealia dan sayuran (Chatarina dan Yulita, 2021).
Belalang (Acrididae) berkumpul dalam jumlah jutaan di suatu lokus
pertanian sehingga dapat menyebabkan kerusakan tanaman dalam skala yang
besar. Keanekaragaman belalang memiliki potensi yang kuat sebagai indikator
kualitas baik tidaknya suatu ekosistem. Belalang memiliki asosiasi dengan
karaktersitik vegetasi di habitat. Famili Acrididae sering menimbulkan
permasalahan di ekosistem pertanian ketika berperan sebagai hama. Belalang

10
tersebar luas di semua sistem ekologi dengan kepentingan ekonomi yang
signifikan karena perannya yang merusak bagi hampir semua jenis vegetasi hijau
(Chatarina dan Yulita, 2021).
2) Diptera
Diptera merupakan ordo klasifikasi dari kelas Insecta (serangga), yang
didasarkan atas sayapnya yang mempunyai ciri hanya menggunakan sepasang
sayap tipis yang fungsional untuk terbang, sementara sepasang lain hanya
sebagai pembantu penstabil atau sebagai detector kecepatan udara (halterer).
Diptera memiliki mata feset yang besar jika dibanding tubuhnya dengan
memiliki antena yang bisa pendek (Brachycera) maupun panjang (Cahyani,
2020).
3) Isoptera
Rayap secara taksonomi dikelompokkan ke dalam ordo Isoptera (iso : sama
dan ptera : sayap). Rayap memiliki tubuh yang lunak dan berwarna terang.
Rayap adalah serangga kecil, sepintas lalu mirip dengan semut, dijumpai di
banyak tempat, di hutan, pekarangan, kebun, dan bahkan di dalam rumah.
Sarang rayap terdapat di tempat lembab di dalam tanah dan batang kayu basah,
tetapi ada juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utamanya adalah
kayu dan bahan-bahan dari selulosa lain serta jamur (Falahuddin et al., 2015).
4) Hemiptera
Ordo Hemiptera memiliki ciri-ciri: ada yang bersayap dan tidak bersayap,
tubuh berukuran sangat kecil sekitar satu inci. Golongan serangga yang termasuk
ke dalam ordo ini memiliki sayap depan yang mengalami modifikasi sebagai
“hemelitron”, yaitu setengah bagian di daerah pangkal menebal, sedangkan
sisanya berstruktur seperti selaput, dan sayap belakang mirip selaput tipis
(Tambunan, 2013).
5) Lepidoptera
Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari filum arthropoda kelas Insekta.
Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani yaitu lepis yang berarti sisik dan ptera
yang berarti sayap. Sayap dari ordo ini terdiri dari dua pasang sayap yang
ditutupi oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Metamorfosis Lepidoptera bertipe
holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna karena siklus hidupnya

11
dimulai dari telur, larva, kepompong, dan dewasa. Lepidoptera adalah salah satu
keanekaragaman hayati yang berada di Indonesia dan harus dijaga
kelestariannya dari kepunahannya. Kupu-kupu memiliki peran penting sebagai
bioindikator perubahan kualitas lingkungan terhadap udara. Apabila pada suatu
lingkungan terdapat banyak kupu-kupu maka lingkungan tersebut mencerminkan
lingkungan yang masih baik. Selain itu kupu-kupu juga berperan sebagai proses
penyerbukan bunga untuk membantu tumbuhan memperbanyak secara alami
dalam mempertahankan suatu ekosistem (Krismawanti et al., 2021).
6) Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata “coleos” atau seludang dan “pteron” atau
sayap. Serangga golongan ini memiliki sayap depan yang mengalami modifikasi,
yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau seludang ini
berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan bagian tubuhnya. Sayap depan
yang bersifat demikian disebut “elitron”, sedangkan sayap belakang strukturnya
tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak berfungsi,
namun waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap depan.
Perkembangan hidup serangga ordo Coleoptera adalah “holometabola” (telur -
larva - pupa - imago). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki sifat yang
sama, yaitu menggigit-mengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang
paling besar di antara ordo-ordo serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga
ini banyak bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang
merusak tanaman, namun ada pula yang bersifat predator (Wahyuni, 2017).

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini pada hari Kamis, pada tanggal 21
September 2023 pukul 13.10–14.40 WITA. Praktikum pengenalan ordo serangga
ini dilaksanakan di Laboratorium Perlindungan dan Serangga Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada saat melakukan praktikum ialah :


1) Papan sterofoam, berfungsi sebagai alas spesimen saat diawetkan
2) Jarum pentul, berfungsi sebagai alat untuk menancapkan spesimen pada
papan sterofoam
3) Pinset, berfungsi sebagai alat penjepit serangga ketika diberikan alkohol
4) Buku gambar A4, berfungsi sebagai alat untuk menggambar hasil spesimen
5) Penggaris, berfungsi sebagai alat pengukur dan alat bantu menggambar
garis lurus
6) Pensil, berfungsi sebagai alat untuk menggambar
7) Pensil warna, berfungsi sebagai alat untuk mewarnai gambar
8) Penghapus, berfungsi sebagai alat untuk menghapus kesalahan saat
menggambar
9) Peraut pensil, berfungsi sebagai peruncing ujung pensil

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada saat melakukan praktikum ialah :


1) Serangga preparat fase imago dari :
a) Belalang berfungsi sebagai spesimen pada ordo orthoptera
b) Lalat berfugsi sebagai specimen pada ordo diptera
c) Rayap berfugsi sebagai specimen pada ordo isoptera

13
d) Kutu daun berfugsi sebagai specimen pada ordo hemiptera
e) Kupu-kupu/ngengat berfugsi sebagai specimen pada ordo lepidoptera
f) Kumbang berfugsi sebagai specimen pada ordo coleoptera
2) Alkohol 70%, berfungsi untuk menghilangkan kesadaran spesimen

3.3 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur pengenalan ordo serangga adalah sebagai berikut:


1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Kemudian menyiapkan serangga preparat fase imago (dewasa) dari
belalang, lalat, rayap, kutu tanaman, kupu-kupu/ngengat dan kumbang yang
masih lengkap bagian-bagiannya.
3) Rendamlah semua serangga ke dalam alkohol 70%
4) Posisikan satu persatu serangga di atas sterofoam dan menusukkan jarum
pentul pada bagian-bagian serangga, seperti dada, sayap dan kaki
5) Mengamati bagian-bagian tubuh masing-masing serangga
6) Menggambar bagian-bagian:
a) Caput dan antena
b) Thoraks tungkai dan sayap (jika ada)
c) Abdomen dan bagian lain
7) Setelah menggambar bagian-bagian morfologi selanjutnya mewarnai
bagian-bagian tersebut
8) Menganalisis ordo masing-masing serangga sebagai hasil dalam praktikum

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini yaitu :


Tabel 1. Hasil Pengamatan Praktikum Pengenalan Ordo Serangga
Orthoptera (Belalang) Keterangan

1) Antena
2) Mata majemuk
3) Sayap depan
4) Ovipositor
5) Kaki depan
6) Femur
7) Kaki tengah
8) Spirakel
9) Sayap belakang
10) Kaki belakang

Diptera (Lalat) Keterangan

1) Kaki depan
2) Belalai
3) Sayap
4) Kaki Tengah
5) Kaki belakang
6) Abdomen
7) Thoraks
8) Kepala
9) Antena

15
Isoptera (Rayap) Keterangan

1) Antena
2) Mulut
3) Kepala
4) Thoraks
5) Kaki
6) Abdomen

Hemiptera (Kutu daun) Keterangan

1) Antena
2) Kaki
3) Caput
4) Sayap

Lepidoptera (Kupu-kupu) Keterangan

1) Mata
2) Caput
3) Antena
4) Thoraks
5) Abdomen
6) Sayap belakang
7) Sayap depan

Coleoptera (Kumbang) Keteranagan

16
1) Kepala
2) Antena
3) Mata
4) Sayap
5) Elitra
6) Kaki
7) Pronotorn

4.2 Pembahasan

Ordo adalah salah satu peringkat dalam taksonomi yang digunakan untuk
mengelompokkan organisme berdasarkan karakteristik-karakteristik tertentu.
Peringkat-peringkat dalam taksonomi secara hierarkis adalah kehidupan, domain,
kerajaan, filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies. Ordo adalah peringkat di
bawah kelas dan di atas famili, yang terdiri dari beberapa famili organisme yang
memiliki kesamaan dalam ciri-ciri tertentu. Ordo adalah salah satu cara untuk
mengklasifikasikan serangga dalam taksonomi, dan setiap ordo serangga memiliki
ciri-ciri khas yang membedakannya dari ordo serangga lainnya.
Serangga memiliki peran penting dalam ekosistem pertanian. Mereka dapat
berperan sebagai herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan serangga
lain), atau detritivora (pengurai bahan organik). Peran serangga dalam ekosistem
pertanian yaitu sebagai hama dimana beberapa serangga, seperti serangga
herbivora, dapat menjadi hama karena mereka memakan atau merusak tanaman
pertanian. Contoh hama serangga termasuk ulat, wereng, dan kutu. Sebagai
Predator dan Parasitoid dimana beberapa serangga berperan dalam
mengendalikan populasi hama. Mereka memakan atau memparasit hama sehingga
membantu dalam pengendalian populasi hama alami. Sebagai Polinator, dimana
beberapa serangga seperti lebah dan kupu-kupu, berperan sebagai polinator.
Mereka membantu dalam penyerbukan tanaman yang diperlukan untuk produksi
buah dan biji. Sebagai pengurai, dimana serangga detritivora berperan dalam
mengurai bahan organik mati, seperti daun dan serasah, sehingga menghasilkan

17
humus yang berguna bagi tanaman. Serangga juga berperan dalam rantai makanan
sebagai sumber makanan bagi berbagai hewan, termasuk burung, katak, dan
mamalia.
Siklus hidup serangga bervariasi tergantung pada jenis serangga. Ada dua
jenis metamorfosis utama dalam siklus hidup serangga yaitu metamorfosis
sempurna (holometabola) dan metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola).
Serangga dengan metamorfosis sempurna mengalami empat tahap utama dalam
siklus hidup yaitu telur, larva, pupa, dan imago (dewasa), contoh nya kupu-kupu.
Setiap tahap memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda. Serangga dengan
metamorfosis tidak sempurna mengalami tiga tahap utama dalam siklus hidupnya:
telur, nimfa, dan imago, contohnya belalang.
Klasifikasi serangga adalah cara untuk mengelompokkan serangga
berdasarkan karakteristik morfologi, taksonomi, dan hubungan evolusi. Beberapa
ordo serangga yang umum dikenal dan dibahas dalam klasifikasi serangga
mencakup orthoptera, ordo ini mencakup serangga seperti belalang, kecoa, dan
jangkrik. Mereka memiliki empat pasang sayap dan utamanya bersifat herbivora.
Diptera, ordo ini mencakup serangga seperti lalat dan nyamuk. Mereka memiliki
dua pasang sayap dan alat mulut penghisap. Isoptera, ordo ini mencakup
serangga-rayap. Mereka memiliki peran penting dalam pengurai bahan organik,
tetapi juga dapat merusak kayu dan bangunan. Hemiptera, ordo ini mencakup
serangga seperti kutu daun dan walang sangit. Mereka memiliki alat mulut
pengisap. Lepidoptera, ordo ini mencakup serangga seperti kupu-kupu dan
ngengat. Mereka memiliki dua pasang sayap yang dilapisi sisik dan mengalami
metamorfosis sempurna. Coleoptera, ordo ini mencakup serangga seperti
kumbang. Mereka memiliki sayap depan yang mengeras dan disebut seludang.
Serangga sering mempunyai ukuran dan penampilan yang mencolok dan
juga dapat memproduksi suara dan kadang-kadang bisa menjadi hama yang
merusak. Sebagian dari serangga ini tergolong fitofag, sementara yang lain hidup
di sampah atau serangga lainnya. Beberapa mengkonsumsi tanaman dan
memakaan hewan lainnya, sementara yang lain hidup di lumut dan tidak
signifikan untuk pertanian. Serangga ini sangat sensitif terhadap faktor

18
lingkungan, seperti temperatur, kelembaban, cahaya dan getaran (Purwatiningsih,
2014).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:


1. Perbedaan dan ciri dari ordo-ordo serangga dapat dilihat pada sayap. Ordo
Orthoptera memiliki sayap yang lurus, Ordo Diptera dicirikan dengan
jumlah sayap hanya sepasang karena pada sayap belakangnya mengalami
modifikasi menjadi halter. Ordo Isoptera dengan ciri khas sayap depan dan
sayap belakang yang sama. Ordo Hemiptera memiliki ciri ada yang
bersayap dan tidak bersayap, tubuh berukuran sangat kecil hanya sekitar
satu inci. Ordo Lepidoptera mempunyai ciri dua pasang sayap di mana pada
sayapnya ditutupi oleh sisik. Ordo Coleoptera dengan ciri dua pasang sayap,
dimana pasangan pertama dengan sayap keras dan kaku yang disebut sayap
elytra dan pasangan kedua yaitu sayap belakang yang digunakan untuk
terbang.
2. Morfologi dari ordo-ordo serangga terdiri dari bagian kepala serangga
terdapat antena dan mata majemuk. Pada bagian dada terdiri dari femur,
kaki depan, kaki tengah, kaki belakang, dan sayap depan. Pada bagian perut
terdiri dari sayap belakang dan spirakel.

5.2 Saran

5.1.1 Saran Untuk Laboratorium

Semoga kebersihan dan kerapian serta alat laboratorium terjaga dengan baik
serta mempertahankan kenyamanan lab.

19
5.1.2 Saran Untuk Asisten

1) Untuk kak Jaenar Adelia Nadi S.Hut., semoga tetap sabar menghadapi
praktikan dan semoga selalu dapat mengayomi praktikan.
2) Untuk kak Nafsiyatul Mutmainnah, semoga tetap sabar menghadapi
praktikan, sabar mengajari praktikan, semoga selalu mengayomi praktikan
dan terus rendah hati.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, P.M., Delima, E dan Asnilawatri. 2020. Ensiklopedia Insecta. CV.


Amanah. Palembang
Chatarina, G.S dan Yulita, I.M. 2021. Keanekaragaman Arthropoda pada Lahan
Pertanian Kacang di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Biologi Udayana. 25(1):28-38
Elisabeth, D., Jafron W.H dan Udi, T. 2021. Kelimpahan dan Keanekaragaman
Serangga pada Sawah Organik dan Konvensional di Sekitar Rawa
Pening. Jurnal Akademika Biologi. 10 (1), 17-23
Falahuddin, Irham, Delima, E.M dan Indah, A.P.R. 2015. Diversitas Serangga
Ordo Orthoptera Pada Lahan Gambut Di Kecamatan Lalan Kabupaten
Musi Banyuasin. Jurnal Bioilmi. 1(1):1-7
Fredicus, R., Kystiati dan Riyandi. 2019. Keanekaragaman Serangga di Kawasan
IUPHHK-HTI PT. Muara Sungai Landak Kabupaten Mempawah
Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont. 8(3):122-128
Haneda, F.N., Kusuma, C dan Kusuma, F.D. 2013. Keanekaragaman Serangga di
Ekosistem Mangrove. Jurnal Silvikultur Tropika. 4(3):42–46
Imti, Y.W dan Herlina, P.E.S. 2017. The First Record of Grestis Themire
(Lepidoptera : Nymphalidae) Life Cycle on Streblus Illicifolus at
Kondang Merak Forest, Malang. Jurnal Zoo Indonesia. 26(1):1-7
Irwansyah, I. 2019. Identifikasi Rayap (Ordo Isoptera) di Pulau Pisang dan
Tembakak Kabupaten Pesisir Barat. Doctoral dissertation. UIN Raden
Intan Lampung
Krismawanti, R., Teti, R dan Dimas, P. 2021. Keanekaragaman Insekta (Ordo
Lepidoptera) di Pusat Suaka Satwa Elang Jawa Bogor. Jurnal Ilmiah
Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup. 21(2), 53-63
Maya, S.L., Muhamad, I dan Puput, I.M. 2020. Aplikasi Pengenalan Hewan
Bermetamorfosis dengan Menggunakan Augmented Reality Bebasis
Android. Jurnal Informatika. 2(1):22-37
Mokhamad, I. 2016. Uji Pestisida Nabati Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman.
Jurnal Agroteknologi. 6(2):39-45
Purwantiningsih, B. 2014. Serangga Polinator. UB Press, Malang

21
Rosniar, N., Ilham, P dan Syarifah, F.H. 2019. Klasifikasi Jenis Serangga dan
Peranannya Pada Tanaman Kopi di Kampung Kenawat – Bener Meriah.
Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Unaya. 1-10
Sembiring, Betty, S dan Nuaeny, G. 2023. Keanekaragaman Serangga Pada
Dusung Buah di Desa Allang. Jurnal Agrosilvopasture-Tech. 2(1):95-
101
Sopialena. 2018. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Potensi Mikroba.
Mulawarman University Press. Samarinda
Tambunan, Maria, M., Mena, U dan Hasanuddin. 2013. Pada Tanaman Tembakau
(Nicotiana Tabaccum L.) di Kebun Helvetia PT. Perkebunan Nusantara
II. Jurnal online agrokoteknologi. 2(1), 13-20
Wahyuni, D., Makomulamin dan Nila P.S. 2017. Buku Ajar Entomologi dan
Pengendalian Vektor. Deepublish. Yogyakarta

22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum

23
Lampiran 2. Sampul Referensi

24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai