KELOMPOK II
JULIANA ( BIO 201012 )
LAELA AZMI ARIYANI (BIO 201015 )
MUHAMMADAN (BIO 211006 )
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik
tumbuhan lainnya12. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu
tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas.
Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk,
serasah, maupun tumpukan jerami,namun, jamur ini segera mati setelah musim
kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya
jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping3. Jamur merupakan tumbuhan yang
tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel sel eukarotik.
Fungi atau jamau merupakan organisme eukariotik, memproduksi spora,
tidak mempunyai klorofil, mengambil nutrisi secara absorpsi4. Umumnya
reproduksi dilakukan secara seksual dan aseksual serta strukturnya terdiri atas
filamen yang bercabang - cabang, dinding selnya terdiri atas khitin, selulosa
ataupun keduanya (Alexopoulos 1996). Fungi dapat hidup sebagai parasit, saprofit
maupun bersimbiosis dan hidup di lingkungan yang lembab dengan suhu antara 20
– 30 oC (Hogg, 2005). Sebagian besar fungi merupakan organisme terrestrial dan
bersifat parasit pada tanaman serta beberapa fungi juga bersifat pathogen pada
1
Siregar, M., & Ritonga, E. S. (2014). Tanggap Pertumbuhan Jamur Merang Terhadap Formulasi
dan Ketebalan Media. Dinamika Pertanian, 29(3), 225-230.
2
Firdaushi, N. F., & Basah, A. W. M. (2018). Inventarisasi Jamur Makroskopis Di Kawasan Hutan
Mbeji Lereng Gunung Anjasmoro. BIOSEL (Biology Science and Education): Jurnal Penelitian
Science dan Pendidikan, 7(2), 142-146.
3
Prihartini, P. (2021). Analisis Nilai Tambah Pengolahan Jamur Tiram Di Kelurahan Sialang Sakti
Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru (Studi Kasus Rumah Jamur Nando) (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Riau).
4
Arbangi, M. (2017). Pengaruh Media Tumbuh Serbuk Gergaji, Tandan Kosong Kelapa Sawit Dan
Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).
hewan. Namun, ada beberapa fungi yang bersimbiosis dengan tanaman, termasuk
dalam hal memperoleh mineral dari tanah. Selain itu, fungi juga banyak bermanfaat
untuk manusia, dimana membantu dalam proses fermentasi dan biosintesis
antibiotik (Madigan et al., 2012).
Dalam makalah ini akan di bahas tentang struktur fisiologi dan peranan
fungi. Struktur tersebut yang membedakan fungi dengan organisme dan tiap
golongan dalam fungi. Fungi yang merupakan organisme eukariotik memiliki
struktur yang lebih kompleks dibandingkan bakteri dan archaea yang merupakan
organisme prokariotik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengerian fungi ?
2. Bagaimana Karakteristik Morfologi Dan Fisiologi (Struktur Sel) Fungi
3. Struktur Sel Kelas-Kelas Fungi
4. Apa peranan fungi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui serta memahami pengertian dari pada fungui
2. Untuk mengetahui bagaimana struktur dan fisiologi fungi
3. Untuk mengetahui peranan fungi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fungi
Kata latin Fungus diturunkan dari kata Yunani sphongos, yang mengacu
pada struktur makroskopis dan morfologi dari jamur dan cendawan5. Jamur
merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil, namun
memiliki potensi bisnis cukup besar6.Tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai
saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebagai saprofit,
jamur hidup pada sisa makhluk hidup yang telah mati, seperti di
tumpukan sampah organik, tumbuhan, atau kotoran hewan. Sedangkan sebagai
parasit, jamur hidup menempel pada organisme lain dan biasanya merugikan media
yang ditempelinya.
Fungi merupakan mikroorganisma eukaryotik yang hidup secara saprofit
karena tidak dapat berfotosintesa. Pada dasarnya sel -sel fungi hampir sama dengan
sel - sel hewan. Bahkan hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa sulit
ditemukan strategi yang tepat dalam mengobati infeksi oleh jamur tanpa berefek
toksik bagi inang / host nya. Di alam ini fungi dapat bersifat sangat merugikan
manusia dengan menimbulkan infeksi(penyakit) dan toksin yang dihasilkan
ataupun bersifat menguntungkan dengan menghasilkan produk - produk yang dapat
digunakan oleh manusia sebagai contoh antibiotika, vitamin, asam organik dan
enzim.
1. Cara hidup Fungi
5
Pangastuti, Y. (2022). EFEKTIVITAS HASIL PERTUMBUHAN JAMUR Trichophyton mentagrophytes
PADA MEDIA ALTERNATIF INFUSA SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DIBANDINGKAN
DENGAN MEDIA Potato Dextrose Agar (PDA) (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta).
6
Pamungkas, W., & Khasani, I. (2010). PERANAN FUNGI DALAM AKUAKULTUR PENDAHULUAN Di
dalam dunia mikrobia, jamur termasuk divisio Mycota. Mycota. Media Akuakultur, 5(1), 32-37.
Beberapa fungi hidup sebagai parasit, namun beberapa lainnya saprob atau
bukan parasit7. Fungi merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil dan
bereproduksi dengan spora (Carris dan Lori, 2009). Fungi bersifat khemoorganotrof
dan memperoleh nutrisinya secara absorpsi dengan bantuan enzim ekstraseluler
untuk memecah biomolekul kompleks seperti karbohidrat, protein, dan lemak
menjadi monomernya yang akan diasimilasi menjadi sumber karbon dan energi
(Madigan et al., 2012). Bahan makanan ini akan diurai dengan bantuan enzim yang
diproduksi oleh hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan untuk
tumbuh dan berkembang (Sinaga, 2000). Penyerapan makanan dilakukan oleh hifa
yang terdapat pada permukaan tubuh fungi (Lockwood, 2011).
Fungi termasuk organisme saprofit sangat menguntungkan bagi manusia.
Fungi tersebut akan menghancurkan sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks dan
menguraikannya menjadi zat kimia yang lebih sederhana, kemudian
mengembalikannya ke dalam tanah dan selanjutnya dapat meningkatkan kesuburan
tanah tersebut. Fungi juga dapat hidup dalam bentuk dismorfisme, yang berarti
bahwa organisme tersebut dapat ada dalam bentuk uniseluler (Khamir) dan bentuk
benang/filamen (Kapang). Fase khamir timbul bila organisme tersebut berperan
sebagai parasit atau patogen dalam jaringan sedangkan bentuk kapang jika
organisme tersebut merupakan saprofit (Pelczar, 1986).
Fungi menempati lingkungan yang sangat beragam yang berasosiasi secara
simbiotik dengan berbagai macam organisme. Meskipun paling sering ditemukan
pada habitat darat, fungi juga hidup di lingkungan akuatik, dimana fungi tersebut
berasosiasi dengan organisme laut dan air tawar serta bangkainya. Lichen,
perpaduan antara fungi dan alga, banyak terdapat di berbagai tempat dan ditemukan
pada beberapa tempat yang tidak sesuai dengan habitatnya. Fungi simbiotik lainnya
hidup dalam jaringan tumbuhan yang sehat dan spesies lain membentuk
mutualisme-mutualisme pengkomsumsi selulosa dengan serangga, semut dan rayap
(Campbell et al., 2010).
7
Putra, I. P. (2020). ULASAN: POLITIK SIMBIOSIS FUNGI DAN TUMBUHAN. Jurnal Pro-Life, 7(2),
144-156.
Basidiomycetes merupakan golongan fungi yang dapat mendekomposisi
kayu, baju, kertas, dan produk lainnya yang berasal dari alam. Lignin adalah
senyawa polimer kompleks yang tersusun oleh komponen fenolik dan sangat
penting dalam tanaman berkayu. Lignin yang berasosiasi dengan selulosa dapat
memberikan bentuk kaku terhadap tanaman berkayu tersebut. Lignin tersebut dapat
didekomposisi oleh Basidiomycetes yang merupakan jenis fungi yang sangat
penting dan memiliki jumlah paling banyak di alam (Madigan et al., 2012).
Golongan fungi yang termasuk hidup dalam air adalah oomycota dan
chytridiomycota, sedangkan golongan fungi yang hidup di darat (tanah) misalnya,
Mucorales, Ascomycota, deuteremycetes dan beberapa Peronosporales (Gunawan
et al., 2004).
2. Bentuk Fungi
Berdasarkan struktur dasarnya, fungi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
khamir (yeast), kapang (mold) dan cendawan (mushroom).
1. Khamir (Yeast)
Yeast merupakan sel tunggal (uniseluler) yang membentuk tunas dan
pseudohifa (Webster dan Weber, 2007). Hifanya panjang, dapat bersepta
atau tidak bersepta dan tumbuh di miselium. Yeast memiliki ciri khusus
bereproduksi secara aseksual dengan cara pelepasan sel tunas dari sel induk.
Beberapa khamir dapat bereproduksi secara seksual dengan membentuk
aski atau basidia dan dikelompokkan ke dalam Ascomycota dan
Basidiomycota8. Dinding sel yeast adalah struktur yang kompleks dan
dinamis dan berfungsi dalam menanggapi perubahan lingkungan yang
berbeda selama siklus hidupnya (Hoog et al., 2007).
8
Gandjar, I. (2006). Mikologi dasar dan terapan. Yayasan Obor Indonesia.
Gambar 1. Tomogram elektron sel yeast.
Gambar ini menunjukkan membran plasma, mikrotubulus dan vakoula
cahaya (hijau), nucleus, vakuola dan vesikula gelap (emas), mitokondria gelap dan
besar (biru) dan vesikel muda (merah muda) (Hoog et al., 2007).
2. Kapang (mold)
Kapang adalah jenis lain dari fungi, sebagian besar memiliki tekstur
yang tidak jelas dan biasanya ditemukan pada permukaan makanan yang
membusuk atau hangat, dan tempat-tempat lembab. Sebagian besar kapang
berreproduksi secara aseksual, tetapi ada beberapa spesies yang bereproduksi
secara seksual dengan menyatukan dua jenis sel untuk membentuk zigot
dengan produk uniselular sel (Viegas, 2004).
Talusnya terdiri dari filamen panjang yang bergabung bersama
membentuk hifa. Hifa dapat tumbuh banyak sekali, hifa fungi tunggal di
oregon dapat mencapai 3,5 mm. Sebagian besar kapang, hifanya bersepta dan
bersifat uniseluler. Hifanya disebut hifa bersepta. Pada beberapa kelas fungi,
hifanya tidak bersepta dan di sepanjang selnya terdapat banyak nukleus yang
disebut coenocytic hyphae.
3. Cendawan (Mushroom)
Cendawan merupakan salah satu kelompok dalam phylum fungi yang
biasa disebut dengan mushroom. Cendawan (mushroom) adalah fungi
makroskopis yang memiliki tubuh buah dan sering digunakan untuk
konsumsi. Cendawan sedikit berbeda. Cendawan memiliki bagian yang
disebut dengan tubuh buah. Tubuh buah tersebut terdiri dari holdfast atau
bagian yang menempel pada substrat, lamella, dan pileus (Dwidjoseputro,
1994).
Menurut Schlegel dan Schmidt (1994), cendawan merupakan
organisme yang berinti, mampu menghasilkan spora, tidak mempunyai
klorofil karena itu jamur mengambil nutrisi secara absorbsi. Pada umumnya
berreproduksi secara seksual dan aseksual, struktur somatiknya terdiri dari
filamen yang bercabang-cabang. Cendawan memiliki dinding sel yang terdiri
atas kitin atau selulosa ataupun keduanya.
1. Hifa
Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung
yang dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak
berseptat dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di
dalam sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi coenocytic, sedangkan
fungi yang berseptat disebut monocytic (Madigan et al., 2012).
Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang
disebut miselium. Hifa dapat berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang
menegak menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada
umumnya memiliki pori yang sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan
bahkan nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi
tumbuh dengan cepat, bertambah satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan
organisme yang tidak bergerak, akan tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan
bergerak itu dengan menjulurkan ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat
yang baru (Campbell et al., 2010).
Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia.
Konidia tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat.
Konidia yang menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke
tanah dengan bantuan angin. Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur
yang disebut tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga dapat
menyebar dengan bantuan angin, hewan, dan air (Madigan et al., 2012).
Kavanagh (2011) melaporkan bahwa sebagian besar hifa pada yeast
berbentuk lembaran, seperti pada Cythridomycetes dan Sacharomyces cerreviceae.
Hifa mengandung struktur akar seperti rhizoid yang berguna sebagai sumber daya
nutrisi.
Gambar 5. Struktur Dasar Hifa.
Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi
ada yang memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota
merupakan jenis fungi yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang
tersebar di sitoplasma. Berbeda dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan
Basidiomycota berasosiasi aseksual dengan hifa berseptat yang memiliki satu atau
dua nuklei pada masing-masing segmen (Webster dan Weber, 2007).
Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang
sehingga sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah
ke daerah lainnya dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Hifa vegetatif (miselia),
bertanggungjawab terhadap jumlah pertumbuhan yang terlihat di permukaan
substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan menyerap nutrisi. Selama
perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi reproduktif atau
hifa fertil yang merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang
bertanggungjawab terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu spora
(Campbell et al., 2010).
Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung
sitosol dan organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi
sitoplasma. Filamen dari hifa menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas
terhadap volume sitoplasma, yang memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien.
(Willey et al., 2009).
2. Dinding Sel
3. Nukleus
Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di
dalamnya terdapat 3 – 40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama
pembelahan Nuclear associated organelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti,
berfungsi sebagai pusat-pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan
meiosis. Nucleus pada fungi juga mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan
sentriol.
Fungi memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista
mitokondria. Badan golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal. Pada
struktur sel fungi juga memiliki ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan
lipid, glikogen partikel penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel.
1. Chytridiomycota
Sel berflagela pada minimal satu siklus hidupnya, bisa memiliki satu atau
lebih flagela. Dinding sel mengandung kitin dan β-1,3-1,6-glukan; glikogen
sebagai bentuk cadangan karbohidrat. Reproduksi seksual sering menghasilkan
satu zigot yang sporangium; saprofit atau parasit.
Gambar 9. Chytridiomycota
2. Zygomycota
3. Ascomycota
4. Basidiomycota
Umumnya termasuk cendawan. Reproduksi seksual meliputi pembentukan
basidium dengan basidiospora haploid. Umumnya 4 spora per basidium tapi kadang
1 – 8. Reproduksi seksual dengan fusi membentuk miselium dikariotik
menghasilkan sepasang nukleus induk tapi tidak berfungsi.
Gambar 12. Struktur sel Basidiomycota
4. Glomeromycota
Filamentus, sebagian besar endomikoriza, arbuskular, tidak bersilia, bentuk
spora aseksual di luar inang, tidak bersentriol, konidia dan spora aerial.
PENUTUP
KESIMPULAN
Fungi merupakan mikroorganisme eukariota yang sebagian besar bersifat
multiseluler. Fungi atau cendawan terdiri dari kapang dan khamir. Secara umum
Fungi hidup dengan 3 cara yaitu sebagi saprofit, parasitik dan diomorfis. Fungi
adalah heterotrof yang mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorpsi).
Fungi menempati lingkungan yang sangat beragam yang berasosiasi secara
simbiotik dengan banyak organisme baik di darat maupun di air. Sebagian besar
fungi adalah organisem multiseluler dengan hifa yang dibagi menjadi sel-sel oleh
dinding yang bersilangan atau septa. Dinding sel pada fungi dilindungi olehSelulosa
dan Kitin (polisakarida yang mengandung unsur N). Fungi dapat berkembang biak
dengan dua cara yaitu cara seksual dan aseksual.
DAFTAR PUSTAKA