Anda di halaman 1dari 30

Remedial Mikologi

JAMUR/FUNGI

DISUSUN
OLEH:

Nama : Sry Sindi Meilisa


Nim : 4192220002
Kelas : PSB 19 D

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta kesehatan dan kesempatan, sehingga saya bisa menyusun dan menyelesaikan
makalah‘’Mikologi” ini. Saya berterima kasih kepada Bapak dosen yang bersangkutan yang
telah memberikann bimbingannya.
Adapun tujuan penulisan tugas ini ialah memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
mata kuliah Mikologi. Tugas ini merupakan tugas remedial ujian tengah semester mata kuliah
mikologi.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, dan saya sadar bahwa tugas
ini memiliki banyak kekurangan oleh karena itu saya minta maaf jika ada kesalahan penulisan.
Akhir kata ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi
pembaca.

Medan, 17 Desember 2022

SRY SINDI MEILISA


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..!
DAFTAR ISI…………………………………………….……...………………………………!!
BAB I PENDAHULUN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………...3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………4
BAB II ISI
2.1 Ekologi Jamur………………………………………………………………...….………5
2.2 Pertumbuhan Jamur……………………………………………...………………………6
2.3 Karakteristik Jamur…………………………………………………………………..…10
2.4 Klasifikasi Jamur………………………………………………………………………..14
2.5 Jamur dan Antabolit Sekunder……………………………………………………..…..18
2.6 Prospek Pemanfaatan Jamur Bagi Manusia……………………………………………25
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...……..29
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidaksebaik tumbuhan
lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh padawaktu tertentu, pada kondisi
tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas.Sebagai contoh, jamur banyak muncul
pada musim hujan di kayu-kayulapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini
segera mati setelahmusim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
danteknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan,misalnya
jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping. Jamur merupakantumbuhan yang tidak
mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel seleukarotik.

Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka memerlukan senyawa


organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka
disebut sporofit. Fungi memiliki berbagai macam penampilan tertgantung pada spesiesnya.
Dengan sifat jamur yang tidak mempunyai klorofil, maka cara untuk mempertahankan
hidupnya dengan memanfaatkan zat-zat yang sudah ada yang berasal oleh organisme lain,
maka jamur disebut sebagai organisme yang heterotrop. Kalau zat organik yang diperlukan
jamur itu zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pemiliknya maka jamur semacam itu
disebut saproba. Kalau jamur itu hidup pada jasad-jasad lain yang masih hidup sehingga
akibatnya merugikan, maka jamur itu disebut parasit.

Kepentingan jamur di dalam kehidupan manusia bermacam-macam. Ada yang


menguntungkan baik sebagai bahan makanan secara langsung, seperti beberapa jamur yang
sudah dikenal antara lain: mushroom, champignon, shitake, mouleh, jamur kuping, jamur
merang, dan sebagainya, maupun sebagai bahan makanan secara tidak langsung, misalnya
jamur yang aktif di dalam proses pembuatan jenis makanan fermentasi seperti; oncom, kecap,
tempe, sosis, tauco, yoghurt, keju dan sebagainya. Juga minuman fermentasi, seperti; anggur,
tuak, bier, brem, dan sebagainya. Berperan juga di dalam pembuatan obat-obatan, vitamin,
asam amino, hormon, protein dan sebagainya.

Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang
disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.
Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada puladengan cara generatif. Selain
memiliki berbagai macam cara untuk berkembangbiak, jamur juga terdiri dari aneka macam
jenis baik yang bermanfaat maupun yang berbahaya/beracun. Saat ini sebagian besar jamur
yang dibudidayakan masyarakat adalah jamur yang bermanfaat, khususnya jamur konsumsi
yang bisa dimakan atau dimanfaatkan sebagai obat. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat
bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Cara hidup jamur lainnya adalah
melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan
dari organisme lain juga menghasilkan zattertentu yang bermanfaat bagi simbionnya.
Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang
hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacam
macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup
di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur
yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas
Oomycetes.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana Ekologi Jamur?


b. Bagaimana Pertumbuhan Jamur?
c. Bagaimana Karakteristik Jamur?
d. Klasifikasi Jamur?
e. Jamur dan Metabolit Sekunder?
f. Prospek Pemanfaatan Jamur Bagi Manusia?
1.3 Tujuan

a. Mengetahui Ekologi Jamur!


b. Mengetahui Pertumbuhan Jamur!
c. Mengetahui Karakteristik Jamur!
d. Mengetahui Klasifikasi Jamur!
e. Mengetahui Jamur dan Metabolit Sekunder
f. Mengetahui Pemanfaatan Jamur Bagi Manusia!
BAB II
ISI
2.1 Ekologi Jamur
Jamur atau makrofungi merupakan salah satu potensi biodiversitas yang telah dikembangkan
untuk berbagai kepentingan seperti pangan, obat-obatan, biodegradator limbah dan
pengembangan hutan tanaman dan pertanian. Hingga saat ini informasi mengenai
keanekaragaman jenis jamur masih sangat terbatas khususnya di Indonesia.Sementara itu
keragaman fungi di dunia diperkirakan mencapai 1.500.000 jenis dan 200.000 jenis diperkirakan
terdapat di Indonesia (Gandjar et al., 2006). Jumlah jenis fungi tersebut mencakup mikrofungi
dan makrofungi, sedangkan untuk khusus biodiversitas makrofungi di Indonesia belum terdapat
informasi yang lengkap baik dari aspek jumlah jenis maupun sebaran ekologis. Meskipun
perkembangan mikologi di Indonesia lebih banyak mengarah pada pemanfaatan mikrofungi di
bidang industri pangan, namun pengembangan jenis jamur lokal sebagai komoditi pangan dan
kehutanan di Indonesia masih terbatas. Beberapa jenis jamur lokal yang paling banyak
dikembangkan sebagai komoditi pangan antara lain jamur tiram, jamur merang dan jamur
kuping, sedangkan budidaya jamur untuk tujuan obat sebagian besar yang dikembangkan skala
budidaya adalah ganoderma atau jamur linzi (Achmad et al., 2011).
Selain itu terdapat pula beberapa jamur impor yang banyak dikembangkan antara lain jamur
sitake dan jamur kancing. Dalam ekologi jamur berperan sebagai decomposer, simbion, dan
pathogen. Jamur yang tergolong dekomposer sebagian besar berada pada substrat serasah daun
dan ranting jenis tanaman kayu daun lebar. Beberapa jenis substrat jamur menjadi habitat bagi
beberapa jenis jamur seperti batang Beringin menjadi substrat jamur Pleurotus djamor, Auricula
auricula dan Polyporus grammocephalus, sedangkan tunggak kayu sengon menjadi substrat bagi
Ganoderma applanatum dan Ganoderma sinense serta batangSirsak Gunung (Annona montana)
menjadi substrat bagi jenis Ganoderma lucidum dan Pluteus atromarginatus. Jamur yang
tergolong jamur simbion terdiri dari dua kategori yaitu jamur mikoriza dan jamur rayap. Jamur
mikoriza dijumpai sebanyak tiga jenis antara lain Scheloderma verucossum, Suillus americanus
dan Morganella pyriformis. Beberapa jenis pohon yang menjadi inang jamur mikoriza tersebut
antara lain Pinus (Pinus merkusii) yang menjadi inang jenis S. americanus dan M. pyriformis
serta Meranti (Shorea spp.) yang menjadi inang jenis S.verucossum.
Demikian pula jamur yang bersimbiosis dengan rayap dijumpai sebanyak tiga jenis antara lain
Termitomyces albuminosus, Termitomyces eurhizus dan Termitomyces microcarpus. Wilayah
arboretum dan perkantoran BPPTA merupakan habitat rayap yang kerap mengganggu dan
merusak bangunan. Sementara itu jamur yang tergolong patogen adalah G. lucidum yang
menjadi patogen pada sirsak gunung. Berdasarkan studi pustaka terdapat pula jamur lain yang
bersifat patogen yaitu G. applanatum yang menjadi patogen pada sengon dan agatis . Kehadiran
jamur patogen di hutan Arboretum BPPTA tidak banyak dijumpai, namun beberapa tanaman
terserang patogen dari kelompok mikrofungi seperti tanaman nyamplung yang terserang penyakit
bercak daundan hawar daun (Winara, 2016).

1.2 Pertumbuhan Jamur


Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah dan ukuran sel. Namun demikian, definisi
pertumbuhan fungi tergantung pada metode pengukuran yang digunakan. Metode pengukuran
pertumbuhan fungi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran langsung
dilakukan dengan menghitung jumlah sel atau koloni fungi dalam media setelah masa inkubasi.
Peningkatan massa inoculum setelah inkubasi dalam media merupakan metode pengukuran tidak
langsung. Massa fungi umumnya diukur dengan berat kering fungi yang mencerminkan
akumulasi polisakarida, lipid, atau material dinding sel tanpa peningkatan protoplasma (Sopandi,
2021). Pertumbuhan fungi di alam berasal dari hifa yang menyebar di atas atau di bagian dalam
media untuk berpenetrasi substrat. Fungi dapat melakukan tahap reproduksi aseksual dan atau
reproduksi seksual. Reproduksi seksual merupakan bagian dari siklus hidup fungi, tetapi sering
juga terjadi sebagai tanggapan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Bab ini
membahas pertumbuhan dan reproduksi fungi (Sopandi,2021).
Spora fungi akan bergerminasi dan membentuk hifa pada kondisi lingkungan yang
menguntungkan. Selama proses ini, dinding spora akan menyerap air, sitoplasma menjadi aktif,
terjadi pembelahan inti, dan sitoplasma lebih banyak disintesis. Dinding spora pada awalnya
tumbuh sebagai struktur bulat, namun setelah polaritas, terbentuk ujung hifa dan pada bagian
dinding spora tertentu akan menggelembung dan memanjang seperti tabung. Secara ringkas hifa
fungi dapat dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu daerah apikal dengan panjang sekitar 5-10
mikrometer (0,0002-0,0004 inci); daerah sub-apikal yang memanjang sekitar 40 mikrometer
(0,002 inci) di belakang daerah apikal, kaya komponen sitoplasma, seperti nuklei, aparatus
Golgi, ribosom, mitokondria, retikulum endoplasma, dan vesikel, tetapi tidak memiliki vakuola;
serta daerah vakuolisasi, yang dicirikan oleh adanya banyak vakuola dan akumulasi lipid
(Sopandi,2021).
Pertumbuhan hifa fungi sebagian besar terjadi hampir secara eksklusif di daerah apikal, yaitu
pada bagian paling ujung hifa. Daerah ini memperlihatkan perluasan dinding sel secara terus-
menerus untuk menghasilkan tabung hifa yang panjang. Sitoplasma dalam daerah apikal
dipenuhi oleh banyak vesikula. Struktur mirip gelembung ini biasanya terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, namun dapat terlihat jelas di bawah mikroskop elektron. Vesikula
apikal dapat dideteksi pada fungi tingkat tinggi dan dapat dilihat dengan mikroskop biasa yang
dilengkapi dengan optik fase kontras. Vasikula tampak sebagai tempat bulat, secara universal
organel ini dikenal sebagai Spitzenkörper yang posisinya menentuan arah pertumbuhan hifa
(Sopandi,2021).
Ujung tumbuh akan menghasilkan cabang yang merupakan awal dari pembentukan cabang
miselium. Ujung tumbuh hifa yang berkontak dengan hifa tetangga sering bergabung dan
membentuk jaring hifa. Sitoplasma bergerak konstan dalam sistem yang berkembang pesat dan
mengalir ke arah ujung tumbuh. Akhirnya, hifa yang lebih tua mengalami vakuolisasi penuh dan
dapat terlepas dari sebagian besar sitoplasma. Semua bagian yang hidup dari talus berpotensi
mampu tumbuh. Potongan kecil dari miselium ditempatkan pada kondisi yang menguntungkan
untuk pertumbuhan, miselium akan tumbuh dan berkembang menjadi talus baru, bahkan jika
tidak ada ujung tumbuh, potongan hifa dapat tumbuh menjadi talus. Pertumbuhan miselium yang
bersepta dengan dinding silang antara sel yang berdekatan memerlukan pembentukan septa baru
pada hifa muda. Septa terbentuk oleh pertumbuhan seperti cincin dari dinding hifa menuju pusat
sampai pembentukan septa selesai. Septa berhenti tumbuh dan tidak menutup secara rapat pada
fungi tingkat tinggi sehingga sitoplasma mengalir pada pori sentral membentuk koneksi organik
di seluruh talus. Berbeda dengan tanaman, posisi septum memisahkan dua sel anak menentukan
pembentukan jaringan, septum fungi selalu terbentuk pada sudut kanan ke sumbu pertumbuhan.
Akibatnya, pembentukan Jaringan dari pembentukan hifa yang sejajar tidak dihasilkan, tetapi
hanya dari pertumbuhan cabang baru.
Oleh karena itu pada fungi, mekanisme titik asal dan arah pertumbuhan cabang hifa
merupakan factor penentu dalam perkembangan morfogenesis. Individu fungi berpotensi terus
hidup selama kondisi menguntungkan membentuk misella. Bagian hifa yang tua atau hifa mati
akan terurai dan melepaskan nitrogen serta nutrisi lainnya kedalam tanah. Pertumbuhan fungi
dapat terbatas atau tidak terbatas. Pertumbuhan fungi tidak terbatas terjadi ketika substrat
mengandung kelebihan nutrisi dan semua factor pertumbuhan. Selama pertumbuhan tidak
terbatas, total panjang hifa dan jumlah ujung miselium meningkat tanpa batas. Pertumbuhan
fungi di alam yang tidak terbatas hanya terjadi dalam waktu singkat karena kondisi pertumbuhan
yang tidak menguntungkan. Pertumbuhan yang te batas terjadi ketika tidak semua nutrisi tersedia
atau ketika kondisi seperti konsentrasi nutrisi, pH atau morfologi miselium berubah yang akan
memengaruhi laju pertumbuhan maksimum. Pertumbuhan fungi pada substrat padat, misalnya
pada waktu tertentu ketersediaan nutrisi menurun dan pH berubah menjadi tidak menguntungkan
untuk pertumbuhan. Pertumbuhan hifa pada cincin perifer dapat maksimum jika tidak ada
persaingan dengan mikroorganisme lain.
Namun setelah pertumbuhan berlanjut, ketersediaan nutrisi pada media menurun dan beberapa
bagian fungi akan aktif tumbuh sementara bagian yang lain tidak tumbuh atau akan mati. Fase
pertumbuhan fungi terdiri atas fase lag, fase akselerasi, fase eksponensial, fase penurunan, fase
stasioner dan fase kematian atau fase autolitik. Fase lag merupakan fase adaptasi fungi terhadap
lingkungan baru, pada fase ini belum terjadi pertambahan jumlah atau biomassa sel. Ketika sel-
sel ragi atau jamur diinokulasi ke dalam medium nutrisi dan diinkubasi di bawah kondisi
pertumbuhan fisik yang optimal, kurva pertumbuhan khas akan dihasilkan, terdiri dari fase lag,
eksponensial dan stasioner. Fase lag merupakan periode pertumbuhan populasi nol dan
mencerminkan waktu yang diperlukan untuk sel diinokulasi untuk beradaptasi dengan
lingkungan pertumbuhan fisik dan kimia baru mereka (dengan menyintesis ribosom dan enzim).
Setelah kondisi pertumbuhan menjadi menguntungkan untuk propagul fungi, misalnya spora atau
fragmen miselium untuk bergerminasi, sistem transportasi baru harus diinduksi sebelum
pertumbuhan dimulai. Setelah melewati fase lag, fungi memasuki fase akselerasi atau fase log,
pertumbuhan dimulai perlahan dan berakselerasi secara bertahap. Pertambahan jumlah atau
biomassa terjadi pada fase log ini, namun tidak semua sel dalam inokulum mulai tumbuh pada
saat yang sama. Setelah fase log, fungi mengalami fase eksponensial atau fase linear, pada fase
ini hamper semua sel dalam inokolum tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang maksimal dan
tetap. Pertumbuhan eksponensial hanya terjadi untuk periode yang singkat ketika cabang-cabang
hifa muncul dan hifa baru memanjang pada tingkat linier ke daerah substrat yang belum
dipenetrasi. Biomassa dari pertumbuhan fungi berlipat ganda per satuan waktu selama nutrisi
berlebih. Fase linear dapat menjadi fase utama dalam pertumbuhan fungi berfilamen di alam.
Selama fase pertumbuhan eksponensial, sel- sel sedang melakukan metabolisme utama pada jalur
metabolisme yang penting untuk pertumbuhan sel. Produksi biomassa sel maksimum atau
ekstraksi metabolit primer atau produk dibutuhkan dalam fermentasi.
Oleh karena itu, dalam industri fermentasi sering dilakukan berbagai teknik fermentasi curah
atau kontinu dengan tujuan memperpanjang fase pertumbuhan eksponensial untuk memperoleh
produksi biomassa atau produk yang tinggi. Fase deselerasi atau fase penurunan pertumbuhan
fungi terjadi setelah fase eksponensial yang disebabkan oleh konsentrasi sumber karbon dan
sumber nutrisi lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan maksimum terbatas dalam
medium. Segera setelah nutrisi dalam media habis atau munculnya metabolit toksik yang
dihasilkan, pertumbuhan fungi melambat atau berhenti sama sekali dan memasuki fase stasioner.
Selama fase stasioner, pertumbuhan hifa berhenti dan biomassa meningkat secara bertahap atau
tetap konstan, terjadi diferensiasi sel dan menghasilkan pembentukan spora. Selama proses ini
nutrisi ditransfer dari miselium vegetatif ke spora. Biomassa yang terakumulasi relatif konstan
dan tingkat pertumbuhan spesifik menjadi kembali ke nol. Fase stasioner dapat diartikan sebagai
kemampuan fungi untuk bertahan hidup dalam periode yang lama (misalnya bulan) tanpa nutrisi
tambahan. Selain kekurangan risi, penyebab fisiologis lainnya seperti metabolit toksik terutama
etanol, pH rendah, konsentrasi CO, tinggi dan O, serta suhu tinggi dapat mendorong
pertumbuhan sel masuk ke fase stasioner. Selama fase pertumbuhan, sel-sel sedang menjalani
metabolisme sekunder, khususnya jalur metabolik tidak penting untuk pertumbuhan sel, tetapi
terlibat dalam kelangsungan hidup organisme. Produksi industri senyawa metabolik sekunder
seperti penicillin dan alkaloid ergot dihasilkan pada fase pertumbuhan stasioner.
Fungi berfilamen cenderung tumbuh sebagai pelikel yang mengambang di permukaan media
cair statis. Fungi berfilamen tumbuh terdispersi, atau membentuk pelet agregat miselium dan
terjadi perubahan morfologi. Setelah periode yang lama dalam fase stasioner, sel dapat mati dan
autolisis. disebabkan oleh ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan media habis dan akumulasi
komponen toksik. Deskripsi pertumbuhan ini berlaku untuk media yang ketersediaan nutrisi
seperti sumber karbon dan energi, seperti glukosa terbatas. Selama fase kematian, miselium mati
disertai dengan putusnya miselia melalui proses autolitik. Beberapa fungi membentuk spora
melalui fragmentasi hifa. Durasi untuk setiap fase pertumbuhan di alam akan ditentukan oleh
ketersediaan nutrisi, kondisi lingkungan dan mikroorganisme lain sebagai pesaing yang bersaing.

Gamabar 3.6 Ilustrasi tahapan pertumbuhan fungi, a. fase lag, b. fase akselerasi atau
fase log,c. fase eksponensial atau fase linear, d. ase perlambatan atau fase penurunan, e. fase
statsioner dan f fase kematian atau autolitik.

Kurva pertumbuhan fungi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.6, dalam praktik sering
sulit diperoleh karena pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a. Jenis sumber karbon yang diperlukan untuk sintesis karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan
protein. Sumber karbon juga berperan penting dalam metabolisme sel, bagian dari semua
komponen organisme hidup, pemecahan karbon menghasilkan energi yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang.
b. Jenis sumber nitrogen yang digunakan untuk sintesis substansi sel yang mengandung nitrogen
seperti asam amino, purin, DNA, RNA dan vitamin.
c. Sumber mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas enzim, Mineral KH,PO,, NaCl
dan MgSO 7H,O. NaCl, Fe, Cu dan Mn.
d. Konsentrasi karbon dan nitrogen: kesetimbangan nutrisi dalam media berpengaruh terhadap
kemampuan mikroorganisme untuk bertahan hidup, jika elemen nutrisi yang tersedia dalam
media di bawah ambang kebutuhan, pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat.

e. Aerasi (ketersediaan oksigen): fungi termasuk spesies obligat aerobic (contoh: Zygomycota)
dan obligat anaerobik (contoh: fungi dalam rumen).
f. Fungi dapat memperoleh energi melalui proses metabolisme oksidatif (respirasi) atau
fermentasi. Oksigen digunakan untuk metabolisme oksidatif dan menghasilkan energi. Oksigen
juga dibutuhkan untuk biosintesis sterols, asam lemak tak jenuh dan beberapa vitamin.
g. Ketersediaan air: umumnya membutuhkan ketersediaan air yang tinggi (kelembaban relatif)
dan tidak tahan dalam kondisi kering. DNA terdenaturasi pada aw = 0,55. Berdasarkan
ketersediaan air, fungi dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu osmofil 0,85, xerofil 0,80,
halofil 0,75 dan fungi xerotoleran yang dapat tumbuh lambat pada aktivitas air 0,64. h. pH
substrat (konsentrasi ion hidrogen), pH optimum fungi berkisar 5,0-7,0. Fungi asidofil (toleran
terhadap asam) dapat tumbuh pada pH 2.0. Contoh fungi asidofil Aspergillus, Penicillium,
Fusarium, dan khamir dalam perut hewan. Fungi alkalifil, yaitu fungi yang tahan terhadap
lingkungan basa dengan kisaran pH 10-11. Contoh fungi alkalifil adalah F.oxysporum dan
P.variabile.
i. Cahaya, berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi tertentu. Cahaya bukan merupakan peran
utama dalam pertumbuhan dan metabolisme fungi. Efek cahaya secara umum berpengaruh
terhadap biosintetis warna (biosintetis karotenoid).
2.3 Karakteristik Jamur
Fungi atau jamur merupakan organisme eukariotik. Eukariotik merupakan organisme yang
inti selnya memiliki selaput inti atau karioteka yang lengkap. Jamur memiliki inti dan
mitokondria. Di dalam sel jamur terdapat sitoplasma dan nucleus yang kecil. Jamur memiliki
dinding sel dan pada umumnya tidak motil. Karakteristik ini menyerupai karakteristik tumbuhan.
Namun berbeda dengan tumbuhan, jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat
melakukan proses fotosintesis dan menghasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air.
Sehingga jamur disebut juga sebagai organisme heterotroph (angga, 2015). Organisme yang
termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel
tunggal (uniseluler), misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae). Sedangkan jamur yang
tubuhnya bersel banyak (multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur
makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop,
karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah
Aspergillus sp. dan Penicillium sp. Sedangkan jamur multiseluler juga terdapat jamur yang
bersifat makroskopis sehingga mudah diamati dengan mata telanjang, dan berukuran besar.
Contoh jamur makroskopis ialah jamur merang (Volvariella valvacea) dan jamur kuping
(Auricularia polytricha).
Jamur berupa benang tunggal bercabang-cabang yang padat menjadi satu. Jamur merupakan
organisme kecil, umumnya mikroskopis, eukariotik, berupa filament (bening), bercabang,
menghasilkan spora dan mempunyai dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau
keduannya. Jamur tidak dapat bergerak atau berpindah tempat. Jamur dapat memperoleh
nutrients atau makanan dengan cara menyerap senyawa organik dan berkembang biak secara
seksual dan aseksual. Dengan kata lain, jamur memiliki kemampuan untuk menyintesis lisisn
melalui jalur asam amino adipik, membrane plasma mengandung ergostrol dan mikrotubulus
terdiri atas tubulin. Beberapa jamur memiliki bagian-bagian tubuh berbentuk filament dengan
dinding sel mengandung selulosa dan kitin didalamnya. Jamur mempunyai percabangan filament
dalam system sel dengan pertumbuhan apikal, percabangan lateral, dan nutrisi heterotrofik.
Jamur mempunyai suatu siklus istirahat, yang diikuti dengan periode pertumbuhan sebagai hasil
dari eksploitasi substrat untuk memproduksi biomassa. Dan terakhir terdapat periode sporulasi
atau pembentukan spora yang selanjutnya pada kondisi yang menguntungkan spora tersebut akan
bergeriminasi membentuk hifa dan miselium. Berdasarkan ada tidaknya sekat atau septa dikenal
adanya hifa asepta, hifa septat uninukleus, dan hifa septat multinukleus. Pada septa terdapat pori-
pori yang berfungsi sebagai sarana pertukaran sitoplasma atau organel.
Beberapa jenis jamur memiliki hifa yang tidak bersekat. Didalam hifa tersebut terdapat
banyak intisel (multinukleus) yang menyebar didalam sitoplasmanya. Bentuk hifa yang
fermentasi lainnya. Jadi sebagai saprofit, jamur dapat sangat menguntungkan bagi manusia.
Tetapi sebagai saprofit juga jamur dapat merugikan seperti melapukan kayu, tekstil, makanan
dan bahan-bahan alami yang berguna. Sedangkan jamur parasit dapat menyerap bahan organik
dari organisme yang masih hidup atau disebut dengan inang. Jamur parasit dapat bersifat parasit
obligat dan parasite fakultatif. Jamur parasite obligiat merupakan parasit sebenarnya. Sedangkan
jamur parasit fakultatif merupakan organisme yang mula-mula bersifat parasite kemudian
membunuh inangny dan akhirnya hidup pada inang yang mati atau disebut sebagai saprofit.
Jamur parasit dapat menyerang tumbuhan, hewan maupun mikrobiologianusia. Namun, jamur
parasit juga dapat bersifat patogen yang juga dapat bersifat saprofit seperti Histoplasmac
apsulatun. Fungi seperti ini menunjukan dimorfisme atau mempunyai dua bentuk/dua sifat hidup
yaitu dalam bentuk uniseluler seperti ragi yang bersifat parasit dalam bentuk benang/kapang
yang bersifats saprofit.
Bagi fungi saprofit maupun parasit, dapat bertahan hidup dengan mensekresikan enzim dari
dalam tubuhnya untuk menguraikan / mendegradasi berbagai macam materi organik dari
substratnya yang menjandi nutrisi sederhana terlarut. Nutrisi yang telah berada dalam bentuk
terlarut tersebut selanjutnya di serap. sebagai saprofit atau parasit, fungi dapat pula bersifat
sebagai simbion, yang artinya dapat bersimbiosis dengan organisme lain.

Simbiosis dengan alga menghasilkan lichenes atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan
akar tumbuhan conifer dapat menghasilkan mikoriza. Sedangkan tempat hidup atau habitat dari
fungi dapat sangat beragam. Fungi dapat hidup di perairan terutama perairan tawar dan
sebagian kecil di laut. Tetapi sebagian besar fungi hidup pada habitat terrestrial baik pada tanah
maupun pada materi organik yang telah mati. Fungi yang hidup pada tanah maupun materi
organic yang telah mati berperan penting dalam proses mineralisasi karbon organik di alam
untuk kepentingan semua organisme. Sejumlah besar fungi parasit hidup pada tumbuhan
terestrial/darat dan menyebabkan penyakit pada sebagian besar tumbuhan yang mempunyai nilai
ekonomi penting. Tumbuhan bernilai ekonomi penting yang sering diserang diantaranya adalah
kentang, cokelat, lada, cengkeh, tembakau, kina dan lain-lain. Fungi parasit juga sering
menyebabkan penyakit pada manusia karena mereka dapat menyebabkan alergi, keracunan,
maupun infeksi atau pertumbuhan berlebihan (angga, 2015).
2.4 Klasifikasi Jamur
Penamaan jamur mengikuti permufakatan internasional. Tiap jamur diberi dwinama yang
menyebutkan genus dan speciesnya (binomial). Klasifikasi dan penamaan jamur masih jauh dari
sempurna. Masih banyak hal-hal yang memerlukan penelitian lebih luas dan mendalam sebelum
kita dapat menetapkan suatu taksonomi yang agak stabil. Untuk sementara waktu kita ikuti
klasifikasi menurut konsep Alexopolous dan Mims (1979). Karena filogeni (asal-usul) masing-
masing species yang di golongkan sebagai jamur itu belum seluruhnya jelas, maka penelitian
lebih lanjut memungkinkan terjadinya perubahan dalam klasifikasi. Dalam penggolongan jamur
lendir dan jamur tingkat rendah Dwidjoseputro (1979) memperhatikan pendapat Wolf, Webster,
dan Von Ark, sehingga mengusulkan adanya Pseudomycomycetes untuk menampung ordo
Acrasiales dan ordo Labyrynthulales, sedang klas Plasmodiophora, Myxoromycetes dianggap
lebih sesuai kalau dimasukkan dalam subdivisi Myxomycotina. Sulit bahkan mustahil untuk
mengelompokkan misalnya jamur lendir dengan jamur-jamur yang lain menjadi suatu kesatuan
yang wajar; yang dimasukkan dalam suatu wadah sangatlah heterogen.
Tak mengherankan kalau ada sarjana-sarjana yang menciptakan suatu Kerajaan (Regnum)
baru untuk merangkum makhluk-makhluk yang tidak diketahui apakah itu tumbuhan atau hewan.
Mereka mengusulkan adanya kerajaan Protista, dan jamur lendir tercakup di dalamnya dengan
nama Mycetozoa. Yang di usulkan oleh sarjana-sarjana lain menarik juga, namun kurang
langsung berhubungan dengan taksonomi. Dwidjoseputro dalam bukunya Pengantar Mikologi
(1979), memasukkan semua jamur dalam kerajaan Tumbuhan (Ragnum Plantae). Kerajaan ini di
bagi atas divisi-divisi, dan jamur masuk dalam Mycota/Mycophyta. Selanjutnya divisi Mycota di
bagi menjadi dua dua subdivisi yaitu subdivis Myxomycotina/ Mycomycophyta dan subdivisi
Eumycotina/ Eumyxomy-cophyyta. Subdivisi dibagi atas klas, nama klas berakhiran – mycetes.
Klas dibagi atas subklas, nama subklas berakhiran – mycetidae. Subklas di bagi atas ordo, dan
nama ordo berakhiran – ales. Ordo di bagi atas famili, dan nama famili berakhiran – aceae.
Jamur dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu:
1. ZYGOMYCOTA
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari
kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (blackbread mold) atau Rhizopus sp. Divisi
Zygomycotina memiliki anggota yanghampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan
hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat,
dantidak menghasilkan spora yang berflagella.Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual
dan seksual. Padareproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan
reproduksiaseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebuttersimpan di
dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangiumakan pecah, sehingga spora
menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan
tumbuh menjadi hifa baru.Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara
konjugasi.Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa(-),
saling berdekatan.
Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalamipembengkakan dan perpanjangan pada
bagian- bagian tertentu, disebutgametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu
dan keduaintinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadizigospora
(diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnyamenebal dan berwarna hitam.
Inti diploid (2n) mengalami meisosis,menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang
sesuai, zigospora akantumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki
strukturpenopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksualdimulai
lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangiumtersebut pecah dan spora
tersebar keluar.Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan.Jenis-jenis jamur tersebut
antara lain :
a. Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memilikirizoid dan stolon.
Merupakan saprofi t yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan
tempe
b. Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarate
c.Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisamakanan dan kotoran
ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalamsubstrat. Memiliki sporangium yang
dilengkapi oleh sporangiofor.
d.Pilobolus sp
Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila sporangiumnya
telah masak, jamur ini bisa melontar kannya sampaisejauh 8 meter. Spora tersebut
kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan
hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran
pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut.
2. ASCOMYCOTINA
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungiyang reproduksi
seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus(ascus = sac atau kantung/pundi-
pundi). Askus adalah semacam sporangiumyang menghasilkan askospora. Beberapa
askus biasanya mengelompok danberkumpul membentuk tubuh buah yang disebut
askorkarp atau askoma(kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk
mangkok, botol,atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya
monokariotik(uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh
septa sederhana. Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi
Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pulayang multiseluler.
Hidup sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga
bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu
membentuk lumut kerak.Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh
menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel
pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yangukurannya lebih lebar dari hifa
biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan
Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.Pada
askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan ascogonium dengan anteredium.
Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah keaskogonium dan kemudian berpasangan
dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang
disebut hifaaskogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan.
Hifaaskogonium tumbuh membentuk septa bercabang.
Bagian askogoniumberinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2.
Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.Hifa askogonium ini
kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak,
membentuk tubuh buah. Dua inti padabakal askus membentuk inti diploid yang kemudian
membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila
askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk
hifa ataumiselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan
caramembentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur
uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler.Spora aseksual
tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut
konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak
spora atau sporangium.Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi
Ascomycotina.
a. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, berseltunggal dan tidak
memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir,atau yeast. Reproduksi
vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding). Pada kondisi
optimal, khamir dapat membentuk lebih dari20 tunas. Tunas-tunas tersebut semakin
membesar dan akhirnya terlepasdari sel induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian
tumbuh menjadi individu baru.Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus
dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan
menyatumenghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara
meiosis,sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid
tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi seksual ini
terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan, misalnyabila suplai makanan
terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung. Dalam kehidupan manusia, S.
cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan
sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.

Gambar . Saccharomyces cerevisiae


b. Penicillium
sp.Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung gula,
seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini
tampak seperti noda biru atau kehijauan.Perhatikan Gambar 5.18. Reproduksi jamur
Penicillium berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberara
contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain

 Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum


 Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin)
 Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti
 Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasaatau
mengharumkan keju.

C. Aspergillus
spp.Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, danalat-alat rumah tangga.
Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat,dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat
tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan
konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
1. Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat
menghasilkan enzim protease.
2. Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake,kecap, tauco, asam sitrat, asam
oksalat, dan asam format, serta penghasilenzim protease.
3. Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari saribuah, dan dapat menjernihkannya.
Jamur tersebut juga dapatmenghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
4. Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kankerpada manusia.
5. Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.
d. Neurospora crassa
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena seringdigunakan untuk membuat
oncom. Warna merah muda atau jingga yangmuncul pada oncom merupakan warna konidia
jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama
Monilia sitophila. Tetapi setelah ditemukan alat reproduksi generatifnya,berupa askus, sekarang
jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.

e. Morchella deliciosa dan Morchella esculenta


Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup ditanah. Karena rasanya yang
lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia .Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan
nama morel, ukuran tubuhnya sedang, berwarna coklat kemerahmerahan, tubuhnya seperti
sponsdan sering dijual dalam bentuk awetan.
3. BASIDIOMYCOTINA
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atauyang sering disebut
jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual
dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah
yang disebut basidioma atau basidiokarp . Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk
seperti insang,pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya
dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang saling mengapit.
Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggotanya kebanyakan berupa jamur
makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi
diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat.
Jamur ini umumnya hidup saprofi t dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual
dengan konidium.Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidiumyang
tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut kemudian
tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa(+) dan hifa (-), bersinggungan pada
masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masing masing dinding sel.
Kemudian inti sel dari salahsatu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2
inti sel(dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan
selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada
bagian bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masing masing
basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis danakhirnya
terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yangsesuai, inti haploid tersebut
akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya
membentuk siklus hidup Basidiomycotina. Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi
dalam kehidupan sehari-hari adalah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
a. Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-
lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-
merahan. Jamur ini merupakan sumber protein,kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar
kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak
dibudidayakan.

Gambar . Jamur merang

b. Auricularia polythrica (jamur kuping)


Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang mati.Tubuh buahnya berbentuk
seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa
dimakan seperti sayuran. Jamurini pun sekarang sudah banyak dibudidayakan.
Gambar . Jamur Kuping

c. Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota sukuAmanitaceae. Amanita,
merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan yang
mematikan di bumi, mengandungcukup racun untuk membunuh seorang dewasa hanya
dengan sepotongtubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi t pada kotoran hewan
ternak,memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung. Perhatikan Gambar 5.24.

d.Puccinia graminis
(jamur karat)Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae),tubuhnya
makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarnamerah kecoklatan
seperti warna karat.

4. DEUTEROMYCOTIN
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnyadimasukkan ke
dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga seringdisebut sebagai jamur tidak
sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau
mereka menunjukkan tahap aseksual(anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual
(teleomorph). Jamur inimenyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok
ini bias dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung
jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitianberikutnya
ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamuranggota Deuteromycotina
akan bisa dikelompokkan ke dalam DivisiAscomycotina atau Divisi Basidiomycotina.
Contohnya adalah Neurosporacrassa yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok
Ascomycotina.Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara
aseksualdengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung
padahifa yang bebas.
Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhanyang tenggelam di dasar
sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yanglain merupakan parasit pada
protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya denganberbagai cara. Beberapa jenis juga
ditemui pada semut dan sarang rayap. Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil
mengembangkan unbranched body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan-
lahan menyerap nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi
rantai spora yang mungkin menempel atau termakan olehhewan-hewan lain yang akan
menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang
dapat menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu kelompok
jamur penghuni tanah ada yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk
cincin hifa atauhyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh
nematodedan run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya ke
dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar denganbergerak maju,
bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur
tersebut. Perhatikan Gambar 5.26. Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut
kemudian membentuk haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan
mencernanya.Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya
menyebabkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum menyebabkan penyakit kaki atlet,
sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp. Menyebabkan penyakit kurap atau
panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering disebut juga sebagai
dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab penyakit pada manusia adalah
Candida albicans. Jamur mikroskopis ini memiliki bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat
hidupnya adalah parasit. Penyakityang ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang
terjadi karena adanyainfeksi pada vagina.
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakanpenyebab penyakit
pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada
tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh jamur parasit
yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna
hitam pada daun inangnya.

5. MYXOMYCOTINA (Jamur lendir)


Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada
sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifatheterotrof dan hidup secara bebas.
Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan suatu massa
ameboid yang disebut plasmodium.Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga
diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium
bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung
banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan
ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan atau kayu
yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang
tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh danberdiferensiasi menjadi tahapan siklus
hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis
Dyctystelum discridium.

6. OOMYCOTINA
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada
jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifatuniseluler dan tidak memiliki
kloroplas.Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan
dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebutkitin. Yang
membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel biflagellata yang terjadi
pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.Sebagian besar
jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau
aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang
hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka sebagai parasit. Contoh anggota
Oomycotina adalah Saprolegnia,dan Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur
air juga bersifat patogen(dapat menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan
pembusukan kayu pada kentang dan tomat.Jamur air dapat bereproduksi secara seksual
atau aseksual. Secara aseksual, jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di
dalam sporangium tersebut, dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut
zoospora.Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan
berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual
terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh
antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium.Penggabungan gamet jantan dan
gamet betina menghasilkan zigot diploid.Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi
spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.

2.5 Jamur dan Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder merupakan senyawa hasil metabolisme yang tidak terlalu berperan
penting dalam pertumbuhan, namun beperan sebagai pelindung bagi penghasilnya dan
penting dalam interaksinya dengan lingkungan. Produksi senyawa ini tergolong rendah
dan sangat tergantung dengan kondisi fisiologis penghasilnya (Caldentey, 2004).
Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak dimanfaatkan, salah
satunya sebaga antibiotik. Jamur adalah salah satu mikroba penghasil senyawa antibiotik.
Menurut Suwandi (2009), sekitar 800 jenis antibiotik dihasilkan oleh jamur seperti
Penicillium (penisilin, griseofulvin), Cephalosporium (sefalosporin) serta beberapa jamur
lain misalnya Aspergillus (fumigasin), Chaetomium (chetomin), Fusarium (javanisin),
Trichoderma (gliotoxin) dan lain-lain. Jamur dari genus Aspergillus dan Penicillium lebih
sering memproduksi antibiotik. Salah satu sumber jamur yang paling menarik adalah
jamur yang hidup pada sarang ratu termite. Termite atau yang dikenal dengan rayap
merupakan salah satu ordo yang tergabung dalam kelas Hexapoda dari filum Arthropoda,
yaitu organisme yang memiliki anggota tubuh bersegmen.

Didalam bahasa Minang, rayap dikenal dengan nama “Anai-anai”. Termite sangat
mudah ditemukan diberbagai ekosistem, hutan, pertanian, perkebunan, dan juga
ditemukan pada ekosistem pemukiman atau perkotaan. Kondisi iklim, tanah, dan
beragamnya jenis tumbuhan di Indonesia sangat mendukung tumbuh kembang termite.
Menurut Subekti (2012a), sarang termite dibangun oleh termite kasta pekerja dan menjadi
tempat hidup serta berkembang biak yang kokoh bagi termite. Sarang dibuat dari
campuran tanah liat, pasir, dan humus yang direkatkan oleh cairan saliva, cairan saliva
inilah yang akan menjadi substrat jamur untuk tumbuh, dan diduga jamur ini
dimanfaatkan untuk melindungi ratu dari serangan mikroba lain atau patogen. Selain itu
cairan saliva juga menjadikan sarang termite ini mengandung senyawa metabolit seperti
protein.

2.6 Prospek Pemanfaatan Jamur bagi Manusia

Jamur mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya dalam


bidang industri makanan dan minuman serta obat-obatan. Berbagai jenis makanan
tradisional merupakan hasil fermentasi, dibuat secara proses mikrobiologis oleh jamur
seperti tempe, oncom, kecap, tauco, tape, brem, serta banyak jenis minuman seperti tuak,
bir dan lain-lain. Hasil-hasil fermentasi ini tergantung dari jenis-jenis bahan pangan
(substrat), macam mikroba (fermenter) dan kondisi lingkunan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut.

a) Dalam bidang industri makanan

Makanan yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih
tinggi dari pada bahan asalnya. Hal ini disebabkan karena jamur bersifat katabolik yaitu
memecahkan komponen-komponen kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana,
sehingga lebih mudah dicerna. Selain itu jamur juga mampu mensintesis beberapa
vitamin yang kompleks serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya, misalnya riboflavin,
vitamin B12 dan provitamin A Dengan proses fermentasi juga dapat terjadi pemecahan
oleh ezim-enzim
tertentu terhadap bahan-bahan yang tidak dapat dicerna oleh manusia seperti selulosa,
hemiselulosa dan polimer-polimernya menjadi gula sederhana atau turunan-turunannya
(suryani 2020).

Berbagai jenis makanan tradisi hasil fermentasi, dibuat secara proses mikrobiologis
oleh jamur. Seperti tempe, oncom, kecap, tauco, serta banyak jenis minuman seperti
brem, tuak, bier dan sebagainya. Ternyata bahwa nilai nutrisi susu yang sudah diproses
secara mikrobiologis (proses fermentasi) lebih meningkat kalau dibandingkan dengan
bahan bakunya. Seperti misalnya tempe yang dibuat dari kacang kedele. Kalau kacang
kedelenya langsung dimakan, baik setelah direbus ataupun digoreng, nilai nutrisinya
kurang kalau
dibandingkan dengan kedele tersebut sudah dijadikan tempe dengan bantuan jamur tempe
(R. oligosporus atau R. stoloniferus). Karena jamur tempe berperan pula sebagai jasad
pencerna kandungan senyawa, khususnya protein yang terdapat di dalam kacang kedele.
Makanan hasil fermentasi, juga dikenal sebagai jenis makanan yang mempunyai nilai
organoleptik tinggi serta rata-rata sesuai untuk lidah. Ini terbukti dengan banyak jenis
makanan hasil fermentasi di tiap daerah yang tetap mempunyai peranan yang tinggi serta
luas walaupun banyak jenis makanan hasil olahan pabrik secara modern memasuki
pasaran
(suryani 2020).

Seperti misalnya oncom yang terbuat dari sisa kacang tanah yang telah diambil
minyaknya. Dengan bantuan jamur oncom (Neurospora sitophyla) maka hasil sisa
tersebut kemudian dapat menjadi makanan yang banyak penggemarnya. Oncom Bandung
misalnya, bukan hanya orang Bandung untuk kemudian di bawa ke daerah asalnya. Juga
tauco, yang terkenal dibuat hanya di kawasan Cianjur saja. Edaran perdagangan tauco
tidak terbatas hanya di kawasan Cianjur dan banyak kota di Jawa Barat, tetapi juga ke
tempat-tempat lainnya. Dengan bantuan jamur tauco (R. stoloniferus dan R. oryzae) maka
kacang kedele kemudian berubah menjadi makanan khas yang banyak penggemarnya.
Kecap, jenis penyedap yang sudah sejak lama hadir dan digunakan di dalam susunan
menu makanan sehari-hari, ternyata tetap mempunyai penggemarnya yang luas dimana-
mana, bahkan sudah pula menyebar keluar Indonesia. Walaupun banyak jenis penyedap
baru yang dihasilkan secara pabrik yang mengandung glutamat, ternyata kecap tidak
tersisihkan (suryani, 2020).

b) Dalam bidang Kesehatan

Dalam dunia kehidupan jamur harus mampu berkompetisi di dalam lingkungannya.


Sifat kompetitif ini memghasilkan suatu excresi metabolit yang kita kenal dengan
antibiotik yaitu suatu anti kehidupan organisme lain di luar tubuhnya, umunya hal ini
berlaku untuk bakteri dan jamur. Sebagian besar jamur-jamur yang berperan dalam
industri obat-obatan di manfaatkan sebagai bahan antibiotik. Selain itu ada pula yang
digunakan sebagai fungisida dan bahan campuran jamu-jamuan contohnya supa kakabu
di Indonesia. Jenis jamur lain ada yang di sejajarkan dengan tanaman penyebab
halusinasi contohnya Clytocybe, sehingga di larang dijual bebas (Suryani, 2020).
Contoh jamur lain adalah Shiitake yang mengandung lentinan, yaitu senyawa yang
dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, serta berkhasiat pula sebagai anti virus.
Peranan jamur yang yang paling penting di dalam dunia farmasi yaitu setelah Dr
Alexander Fleming (1929) menemukan Penicilin dari bahan jamur Penicillium notatum.
Setelah itu banyak jenis jamur penghasil antibiotika, kemudian di coba dan di temukan
asam aspergilat dari Aspergillus flavus, klavisin dari Aspergillus clavatus, fumasigin dari
Aspergillus fumigatus dan patulin dari Penicillium patulum (suryani, 2020).

Antibiotika adalah suatu golongan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau
bahan hayati yang kerjanya antagonis terhadap mikroorganisme lain (Waksman, 1994)
pada konsentrasi 100 um/ml atau kurang (Deacon, 1984). Antibiotika banyak di hasilkan
oleh species fungus biasa, tetapi kebanyakan di peroleh dari macam-macam bakteri mirip
fungus yaitu golongan Actinomycetes dan sedikit sekali yang dihasilkan oleh bakteri asli,
kecuali yamg di hasilkan oleh Bacillus (Suryani 2020). Salah satu contoh antibiotic
adalah penicillin. Penisilin pertama di temukan pada jamur penicillium notatum.
Walaupun untuk produksi di ambil dari Penicillium chrysogenum. Penilisin merupakan
molekul kompleks 6- Aminopenicillannic acid (6-APA). Molekul dasarnya terdiri dari 2
asam amino yaitu cystein dan valine. Pada proses biosintesis penicillin terjadi
penyusunan asam L-aminoadipik, cystein dan valine yang di lakukan oleh aksi dari enzim
asil tranferase. Asam L-aminoadipik diganti oleh sebuah group asil, biasanya oleh asam
perenil asetat, penicillin 6 pengganti asam aminoadipik. Adapun bermacam group asil
menyebabkan adanya perbedaan sifat penicillin yang melibatkan spectrum antibiotika ini.
Tetapi ditemukan juga bahwa organisme yang mampu menghasilkan penicillin asilase
yang meluluhkan penicillin
menjadi 6-APA (suryani, 2020).

c) Dalam bidang Pertanian

Organik tanah, misal humus, mempunyai peran yang sangat penting dibidang pertanian
dan kehutanan. Karena kehadiran senyawa tersebut, minimal akan dapat
mempertahankan sifat fisik tanah tersebut sehingga lebih baik. Sifat fisik tanah yang baik
akan membawa banyak pengaruh terhadap tanah, misal di dalam efisiensi penggunaan
pupuk, di dalam penyerapan dan penyimpanan air hujan dalam kelarutan mineral di
dalam tanah dan di dalam sirkulasi udara tanah. Akibatnya maka pada tanah yang
fisiknya baik, sifatnya akan tetap gembur serta tidak kekurangan air. Organik tanah
sebagian besar datang dari hasil perombakan atau penguraian jatuhan daun, sisa tanaman
atau hewan serta bahan-bahan lainnya yang jatuh kepermukaan tanah oleh mikroba,
khususnya oleh jamur. Di bidang agronomi, proses perombakan sumber organik oleh
jamur di dalam tanah mempunyai nilai yang sangat tinggi dan menentukan untuk
keberhasilan pertanian ataupun kehutanan. Kehadiran beberapa jenis jamur di dalam akar
tanaman dengan membentuk mikoriza, yaitu asosiasi kehidupan antara jamur dengan
tanaman tersebut, ternyata mempunyai arti yang sangat penting di bidang agronomi.

Karena dengan adanya jamur tersebut maka proses penguraian senyawa di dalam
tanah yang dapat di hisap oleh akar semakin meningkat. Juga ada di antara jenis jamur
tersebut yang mempunyai peran yang sangat penting di dalm siklus mineral tanah, seperti
di dalam siklus nitrogen, karbon fosfor dan belerang. Di bidang kehutanan misalnya
kehadiran mikoriza pada tanaman pinus dan banyak jenis tanaman hutan lainnya yang
bernilai ekonomi, sudah diketahui sejak lama dan dimanfaatkan. Beberapa jenis jamur di
antaranya seperti Tricholoma, Lycoperdon, Clytoeybe dan sebagainya secara buatan
banyak di tambah pada persemaian bibit tanaman hutan tertentu agar pertumbuhannya
lebih baik dan subur. Secara langsung, banyak jenis jamur di tanam dan di pelihara untuk
kepentingan bahan makanan dan obat-obatan. Seperti jamur merang, champignon,
shiitake, cruza, dan sebagainya (Suryani, 2020).
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Fungi atau jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang mirip dengan
tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil dan tidak dapat melakukan fotosintesis. Jamur
memiliki inti sel, mitokondria dan dinding sel yang tersusun oleh kitin dan selulosa.
Jamur dapat terdiri atas satu sel maupun banyak sel. Jamur yang tersusun dari satu sel
disebut uniseluler, sedangkan jamur yang tersusn dari banyak sel disebut multiseluler.
Jamur dapat bersifat safropit dan parasit. Jamur dapat memperoleh nutrients atau
makanan dengan cara menyerap senyawa organik dan berkembang biak secara seksual
dan aseksual. Fungsi dikelompokan menjadi 4 devisi dengan system pengelompokan
persamaan ciri-ciri.

Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun
spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam
Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora
tidak berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu
Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi
kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang
reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi
nama Divisi Deuteromycotina. Adapun fisiologi fungi dapat dipengaruhi oleh dua hal
yaitu kebutuhan nutrisi dan faktor fisik yang mendukung fungi. Fungi selain dikenal
memiliki manfaat menguntungkan bagi perekonomian, ternyata fungi juga dapat
menimbulkan efek kerugian baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mugiono, Azmi, C., & Arlianti, T. (2011). Panduan lengkap jamur. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Adam, Syamsunir. 1995. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawat.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Angga, Dika, dkk. 2015. Jamur/Fungi. Universitas Lampung.

Alexopolous, C.J., Mims, C.W. 1979. Introductory Mycology. Third edition.Jon


Wiiley&Sons, United states of America.

Campbell, dkk. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga

Dwidjoseputro, D.1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni, Bandung.

Gandjar, I., Sjamsuridzal, W., & Oetari, A. (2006). Mikologi: dasar dan terapan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.

Oksman-Caldentey, K. M., & Inzé, D. (2004). Plant cell factories in the post-genomic
era: new ways to produce designer secondary metabolites. Trends in plant
science, 9(9), 433- 440.

Suryani, Y. (2020). Mikologi. Penerbit Pt Freeline Cipta Granesia.


Sholehah, I. (2021). Pengaruh Model Project Based Learning dalam Meningkatkan
Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Jamur (Doctoral
dissertation, IAIN Kudus).

Sopandi, T., & Wardah, M.P. (2021), Mikologi: Dasar dan Aplikasi. Surabaya:Penerbit
Andi.

Winara, A. (2016). Keragaman jenis jamur di hutan arboretum balai penelitian da


pengembangan teknologi Agroforestry Ciamis. Prosiding SNaPP: Sains,
Teknologi, 6(1), 41-48.

Creager, A.N.H. (2002) (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku). Mengenallebih


dalam mengenai jamur
(edisi ke-Edisi ke-2). Chicago: University ofChicago Press. hlm. hlm. 119. ISBN
0226120260, 9780226120263.

Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of fungi Nucleic Acid inGrowth of
Bacteriophage"(pdf). Journal of General Physiology 36 : 39-56

Kontributor Tentorku, 2015, "Bentuk dan Struktur Tubuh Virus," ArtikelTentorku ,


http://www.tentorku.com/bentuk-dan-struktur-tubuh-Jamur/(diakses pada 02 Dec
2015

Anda mungkin juga menyukai