JAMUR/FUNGI
DISUSUN
OLEH:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta kesehatan dan kesempatan, sehingga saya bisa menyusun dan menyelesaikan
makalah‘’Mikologi” ini. Saya berterima kasih kepada Bapak dosen yang bersangkutan yang
telah memberikann bimbingannya.
Adapun tujuan penulisan tugas ini ialah memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
mata kuliah Mikologi. Tugas ini merupakan tugas remedial ujian tengah semester mata kuliah
mikologi.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, dan saya sadar bahwa tugas
ini memiliki banyak kekurangan oleh karena itu saya minta maaf jika ada kesalahan penulisan.
Akhir kata ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi
pembaca.
Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidaksebaik tumbuhan
lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh padawaktu tertentu, pada kondisi
tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas.Sebagai contoh, jamur banyak muncul
pada musim hujan di kayu-kayulapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini
segera mati setelahmusim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
danteknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan,misalnya
jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping. Jamur merupakantumbuhan yang tidak
mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel seleukarotik.
Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang
disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.
Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada puladengan cara generatif. Selain
memiliki berbagai macam cara untuk berkembangbiak, jamur juga terdiri dari aneka macam
jenis baik yang bermanfaat maupun yang berbahaya/beracun. Saat ini sebagian besar jamur
yang dibudidayakan masyarakat adalah jamur yang bermanfaat, khususnya jamur konsumsi
yang bisa dimakan atau dimanfaatkan sebagai obat. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat
bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Cara hidup jamur lainnya adalah
melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan
dari organisme lain juga menghasilkan zattertentu yang bermanfaat bagi simbionnya.
Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang
hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacam
macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup
di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur
yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas
Oomycetes.
Gamabar 3.6 Ilustrasi tahapan pertumbuhan fungi, a. fase lag, b. fase akselerasi atau
fase log,c. fase eksponensial atau fase linear, d. ase perlambatan atau fase penurunan, e. fase
statsioner dan f fase kematian atau autolitik.
Kurva pertumbuhan fungi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.6, dalam praktik sering
sulit diperoleh karena pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a. Jenis sumber karbon yang diperlukan untuk sintesis karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan
protein. Sumber karbon juga berperan penting dalam metabolisme sel, bagian dari semua
komponen organisme hidup, pemecahan karbon menghasilkan energi yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang.
b. Jenis sumber nitrogen yang digunakan untuk sintesis substansi sel yang mengandung nitrogen
seperti asam amino, purin, DNA, RNA dan vitamin.
c. Sumber mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas enzim, Mineral KH,PO,, NaCl
dan MgSO 7H,O. NaCl, Fe, Cu dan Mn.
d. Konsentrasi karbon dan nitrogen: kesetimbangan nutrisi dalam media berpengaruh terhadap
kemampuan mikroorganisme untuk bertahan hidup, jika elemen nutrisi yang tersedia dalam
media di bawah ambang kebutuhan, pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat.
e. Aerasi (ketersediaan oksigen): fungi termasuk spesies obligat aerobic (contoh: Zygomycota)
dan obligat anaerobik (contoh: fungi dalam rumen).
f. Fungi dapat memperoleh energi melalui proses metabolisme oksidatif (respirasi) atau
fermentasi. Oksigen digunakan untuk metabolisme oksidatif dan menghasilkan energi. Oksigen
juga dibutuhkan untuk biosintesis sterols, asam lemak tak jenuh dan beberapa vitamin.
g. Ketersediaan air: umumnya membutuhkan ketersediaan air yang tinggi (kelembaban relatif)
dan tidak tahan dalam kondisi kering. DNA terdenaturasi pada aw = 0,55. Berdasarkan
ketersediaan air, fungi dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu osmofil 0,85, xerofil 0,80,
halofil 0,75 dan fungi xerotoleran yang dapat tumbuh lambat pada aktivitas air 0,64. h. pH
substrat (konsentrasi ion hidrogen), pH optimum fungi berkisar 5,0-7,0. Fungi asidofil (toleran
terhadap asam) dapat tumbuh pada pH 2.0. Contoh fungi asidofil Aspergillus, Penicillium,
Fusarium, dan khamir dalam perut hewan. Fungi alkalifil, yaitu fungi yang tahan terhadap
lingkungan basa dengan kisaran pH 10-11. Contoh fungi alkalifil adalah F.oxysporum dan
P.variabile.
i. Cahaya, berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi tertentu. Cahaya bukan merupakan peran
utama dalam pertumbuhan dan metabolisme fungi. Efek cahaya secara umum berpengaruh
terhadap biosintetis warna (biosintetis karotenoid).
2.3 Karakteristik Jamur
Fungi atau jamur merupakan organisme eukariotik. Eukariotik merupakan organisme yang
inti selnya memiliki selaput inti atau karioteka yang lengkap. Jamur memiliki inti dan
mitokondria. Di dalam sel jamur terdapat sitoplasma dan nucleus yang kecil. Jamur memiliki
dinding sel dan pada umumnya tidak motil. Karakteristik ini menyerupai karakteristik tumbuhan.
Namun berbeda dengan tumbuhan, jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat
melakukan proses fotosintesis dan menghasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air.
Sehingga jamur disebut juga sebagai organisme heterotroph (angga, 2015). Organisme yang
termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel
tunggal (uniseluler), misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae). Sedangkan jamur yang
tubuhnya bersel banyak (multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur
makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop,
karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah
Aspergillus sp. dan Penicillium sp. Sedangkan jamur multiseluler juga terdapat jamur yang
bersifat makroskopis sehingga mudah diamati dengan mata telanjang, dan berukuran besar.
Contoh jamur makroskopis ialah jamur merang (Volvariella valvacea) dan jamur kuping
(Auricularia polytricha).
Jamur berupa benang tunggal bercabang-cabang yang padat menjadi satu. Jamur merupakan
organisme kecil, umumnya mikroskopis, eukariotik, berupa filament (bening), bercabang,
menghasilkan spora dan mempunyai dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau
keduannya. Jamur tidak dapat bergerak atau berpindah tempat. Jamur dapat memperoleh
nutrients atau makanan dengan cara menyerap senyawa organik dan berkembang biak secara
seksual dan aseksual. Dengan kata lain, jamur memiliki kemampuan untuk menyintesis lisisn
melalui jalur asam amino adipik, membrane plasma mengandung ergostrol dan mikrotubulus
terdiri atas tubulin. Beberapa jamur memiliki bagian-bagian tubuh berbentuk filament dengan
dinding sel mengandung selulosa dan kitin didalamnya. Jamur mempunyai percabangan filament
dalam system sel dengan pertumbuhan apikal, percabangan lateral, dan nutrisi heterotrofik.
Jamur mempunyai suatu siklus istirahat, yang diikuti dengan periode pertumbuhan sebagai hasil
dari eksploitasi substrat untuk memproduksi biomassa. Dan terakhir terdapat periode sporulasi
atau pembentukan spora yang selanjutnya pada kondisi yang menguntungkan spora tersebut akan
bergeriminasi membentuk hifa dan miselium. Berdasarkan ada tidaknya sekat atau septa dikenal
adanya hifa asepta, hifa septat uninukleus, dan hifa septat multinukleus. Pada septa terdapat pori-
pori yang berfungsi sebagai sarana pertukaran sitoplasma atau organel.
Beberapa jenis jamur memiliki hifa yang tidak bersekat. Didalam hifa tersebut terdapat
banyak intisel (multinukleus) yang menyebar didalam sitoplasmanya. Bentuk hifa yang
fermentasi lainnya. Jadi sebagai saprofit, jamur dapat sangat menguntungkan bagi manusia.
Tetapi sebagai saprofit juga jamur dapat merugikan seperti melapukan kayu, tekstil, makanan
dan bahan-bahan alami yang berguna. Sedangkan jamur parasit dapat menyerap bahan organik
dari organisme yang masih hidup atau disebut dengan inang. Jamur parasit dapat bersifat parasit
obligat dan parasite fakultatif. Jamur parasite obligiat merupakan parasit sebenarnya. Sedangkan
jamur parasit fakultatif merupakan organisme yang mula-mula bersifat parasite kemudian
membunuh inangny dan akhirnya hidup pada inang yang mati atau disebut sebagai saprofit.
Jamur parasit dapat menyerang tumbuhan, hewan maupun mikrobiologianusia. Namun, jamur
parasit juga dapat bersifat patogen yang juga dapat bersifat saprofit seperti Histoplasmac
apsulatun. Fungi seperti ini menunjukan dimorfisme atau mempunyai dua bentuk/dua sifat hidup
yaitu dalam bentuk uniseluler seperti ragi yang bersifat parasit dalam bentuk benang/kapang
yang bersifats saprofit.
Bagi fungi saprofit maupun parasit, dapat bertahan hidup dengan mensekresikan enzim dari
dalam tubuhnya untuk menguraikan / mendegradasi berbagai macam materi organik dari
substratnya yang menjandi nutrisi sederhana terlarut. Nutrisi yang telah berada dalam bentuk
terlarut tersebut selanjutnya di serap. sebagai saprofit atau parasit, fungi dapat pula bersifat
sebagai simbion, yang artinya dapat bersimbiosis dengan organisme lain.
Simbiosis dengan alga menghasilkan lichenes atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan
akar tumbuhan conifer dapat menghasilkan mikoriza. Sedangkan tempat hidup atau habitat dari
fungi dapat sangat beragam. Fungi dapat hidup di perairan terutama perairan tawar dan
sebagian kecil di laut. Tetapi sebagian besar fungi hidup pada habitat terrestrial baik pada tanah
maupun pada materi organik yang telah mati. Fungi yang hidup pada tanah maupun materi
organic yang telah mati berperan penting dalam proses mineralisasi karbon organik di alam
untuk kepentingan semua organisme. Sejumlah besar fungi parasit hidup pada tumbuhan
terestrial/darat dan menyebabkan penyakit pada sebagian besar tumbuhan yang mempunyai nilai
ekonomi penting. Tumbuhan bernilai ekonomi penting yang sering diserang diantaranya adalah
kentang, cokelat, lada, cengkeh, tembakau, kina dan lain-lain. Fungi parasit juga sering
menyebabkan penyakit pada manusia karena mereka dapat menyebabkan alergi, keracunan,
maupun infeksi atau pertumbuhan berlebihan (angga, 2015).
2.4 Klasifikasi Jamur
Penamaan jamur mengikuti permufakatan internasional. Tiap jamur diberi dwinama yang
menyebutkan genus dan speciesnya (binomial). Klasifikasi dan penamaan jamur masih jauh dari
sempurna. Masih banyak hal-hal yang memerlukan penelitian lebih luas dan mendalam sebelum
kita dapat menetapkan suatu taksonomi yang agak stabil. Untuk sementara waktu kita ikuti
klasifikasi menurut konsep Alexopolous dan Mims (1979). Karena filogeni (asal-usul) masing-
masing species yang di golongkan sebagai jamur itu belum seluruhnya jelas, maka penelitian
lebih lanjut memungkinkan terjadinya perubahan dalam klasifikasi. Dalam penggolongan jamur
lendir dan jamur tingkat rendah Dwidjoseputro (1979) memperhatikan pendapat Wolf, Webster,
dan Von Ark, sehingga mengusulkan adanya Pseudomycomycetes untuk menampung ordo
Acrasiales dan ordo Labyrynthulales, sedang klas Plasmodiophora, Myxoromycetes dianggap
lebih sesuai kalau dimasukkan dalam subdivisi Myxomycotina. Sulit bahkan mustahil untuk
mengelompokkan misalnya jamur lendir dengan jamur-jamur yang lain menjadi suatu kesatuan
yang wajar; yang dimasukkan dalam suatu wadah sangatlah heterogen.
Tak mengherankan kalau ada sarjana-sarjana yang menciptakan suatu Kerajaan (Regnum)
baru untuk merangkum makhluk-makhluk yang tidak diketahui apakah itu tumbuhan atau hewan.
Mereka mengusulkan adanya kerajaan Protista, dan jamur lendir tercakup di dalamnya dengan
nama Mycetozoa. Yang di usulkan oleh sarjana-sarjana lain menarik juga, namun kurang
langsung berhubungan dengan taksonomi. Dwidjoseputro dalam bukunya Pengantar Mikologi
(1979), memasukkan semua jamur dalam kerajaan Tumbuhan (Ragnum Plantae). Kerajaan ini di
bagi atas divisi-divisi, dan jamur masuk dalam Mycota/Mycophyta. Selanjutnya divisi Mycota di
bagi menjadi dua dua subdivisi yaitu subdivis Myxomycotina/ Mycomycophyta dan subdivisi
Eumycotina/ Eumyxomy-cophyyta. Subdivisi dibagi atas klas, nama klas berakhiran – mycetes.
Klas dibagi atas subklas, nama subklas berakhiran – mycetidae. Subklas di bagi atas ordo, dan
nama ordo berakhiran – ales. Ordo di bagi atas famili, dan nama famili berakhiran – aceae.
Jamur dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu:
1. ZYGOMYCOTA
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari
kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (blackbread mold) atau Rhizopus sp. Divisi
Zygomycotina memiliki anggota yanghampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan
hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat,
dantidak menghasilkan spora yang berflagella.Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual
dan seksual. Padareproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan
reproduksiaseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebuttersimpan di
dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangiumakan pecah, sehingga spora
menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan
tumbuh menjadi hifa baru.Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara
konjugasi.Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa(-),
saling berdekatan.
Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalamipembengkakan dan perpanjangan pada
bagian- bagian tertentu, disebutgametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu
dan keduaintinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadizigospora
(diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnyamenebal dan berwarna hitam.
Inti diploid (2n) mengalami meisosis,menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang
sesuai, zigospora akantumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki
strukturpenopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksualdimulai
lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangiumtersebut pecah dan spora
tersebar keluar.Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan.Jenis-jenis jamur tersebut
antara lain :
a. Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memilikirizoid dan stolon.
Merupakan saprofi t yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan
tempe
b. Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarate
c.Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisamakanan dan kotoran
ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalamsubstrat. Memiliki sporangium yang
dilengkapi oleh sporangiofor.
d.Pilobolus sp
Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila sporangiumnya
telah masak, jamur ini bisa melontar kannya sampaisejauh 8 meter. Spora tersebut
kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan
hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran
pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut.
2. ASCOMYCOTINA
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungiyang reproduksi
seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus(ascus = sac atau kantung/pundi-
pundi). Askus adalah semacam sporangiumyang menghasilkan askospora. Beberapa
askus biasanya mengelompok danberkumpul membentuk tubuh buah yang disebut
askorkarp atau askoma(kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk
mangkok, botol,atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya
monokariotik(uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh
septa sederhana. Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi
Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pulayang multiseluler.
Hidup sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga
bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu
membentuk lumut kerak.Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh
menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel
pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yangukurannya lebih lebar dari hifa
biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan
Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.Pada
askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan ascogonium dengan anteredium.
Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah keaskogonium dan kemudian berpasangan
dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang
disebut hifaaskogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan.
Hifaaskogonium tumbuh membentuk septa bercabang.
Bagian askogoniumberinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2.
Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.Hifa askogonium ini
kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak,
membentuk tubuh buah. Dua inti padabakal askus membentuk inti diploid yang kemudian
membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila
askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk
hifa ataumiselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan
caramembentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur
uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler.Spora aseksual
tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut
konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak
spora atau sporangium.Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi
Ascomycotina.
a. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, berseltunggal dan tidak
memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir,atau yeast. Reproduksi
vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding). Pada kondisi
optimal, khamir dapat membentuk lebih dari20 tunas. Tunas-tunas tersebut semakin
membesar dan akhirnya terlepasdari sel induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian
tumbuh menjadi individu baru.Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus
dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan
menyatumenghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara
meiosis,sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid
tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi seksual ini
terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan, misalnyabila suplai makanan
terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung. Dalam kehidupan manusia, S.
cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan
sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
C. Aspergillus
spp.Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, danalat-alat rumah tangga.
Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat,dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat
tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan
konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
1. Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat
menghasilkan enzim protease.
2. Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake,kecap, tauco, asam sitrat, asam
oksalat, dan asam format, serta penghasilenzim protease.
3. Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari saribuah, dan dapat menjernihkannya.
Jamur tersebut juga dapatmenghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
4. Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kankerpada manusia.
5. Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.
d. Neurospora crassa
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena seringdigunakan untuk membuat
oncom. Warna merah muda atau jingga yangmuncul pada oncom merupakan warna konidia
jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama
Monilia sitophila. Tetapi setelah ditemukan alat reproduksi generatifnya,berupa askus, sekarang
jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
c. Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota sukuAmanitaceae. Amanita,
merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan yang
mematikan di bumi, mengandungcukup racun untuk membunuh seorang dewasa hanya
dengan sepotongtubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi t pada kotoran hewan
ternak,memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung. Perhatikan Gambar 5.24.
d.Puccinia graminis
(jamur karat)Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae),tubuhnya
makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarnamerah kecoklatan
seperti warna karat.
4. DEUTEROMYCOTIN
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnyadimasukkan ke
dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga seringdisebut sebagai jamur tidak
sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau
mereka menunjukkan tahap aseksual(anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual
(teleomorph). Jamur inimenyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok
ini bias dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung
jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitianberikutnya
ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamuranggota Deuteromycotina
akan bisa dikelompokkan ke dalam DivisiAscomycotina atau Divisi Basidiomycotina.
Contohnya adalah Neurosporacrassa yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok
Ascomycotina.Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara
aseksualdengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung
padahifa yang bebas.
Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhanyang tenggelam di dasar
sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yanglain merupakan parasit pada
protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya denganberbagai cara. Beberapa jenis juga
ditemui pada semut dan sarang rayap. Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil
mengembangkan unbranched body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan-
lahan menyerap nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi
rantai spora yang mungkin menempel atau termakan olehhewan-hewan lain yang akan
menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang
dapat menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu kelompok
jamur penghuni tanah ada yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk
cincin hifa atauhyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh
nematodedan run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya ke
dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar denganbergerak maju,
bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur
tersebut. Perhatikan Gambar 5.26. Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut
kemudian membentuk haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan
mencernanya.Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya
menyebabkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum menyebabkan penyakit kaki atlet,
sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp. Menyebabkan penyakit kurap atau
panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering disebut juga sebagai
dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab penyakit pada manusia adalah
Candida albicans. Jamur mikroskopis ini memiliki bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat
hidupnya adalah parasit. Penyakityang ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang
terjadi karena adanyainfeksi pada vagina.
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakanpenyebab penyakit
pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada
tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh jamur parasit
yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna
hitam pada daun inangnya.
6. OOMYCOTINA
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada
jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifatuniseluler dan tidak memiliki
kloroplas.Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan
dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebutkitin. Yang
membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel biflagellata yang terjadi
pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.Sebagian besar
jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau
aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang
hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka sebagai parasit. Contoh anggota
Oomycotina adalah Saprolegnia,dan Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur
air juga bersifat patogen(dapat menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan
pembusukan kayu pada kentang dan tomat.Jamur air dapat bereproduksi secara seksual
atau aseksual. Secara aseksual, jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di
dalam sporangium tersebut, dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut
zoospora.Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan
berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual
terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh
antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium.Penggabungan gamet jantan dan
gamet betina menghasilkan zigot diploid.Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi
spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.
Metabolit sekunder merupakan senyawa hasil metabolisme yang tidak terlalu berperan
penting dalam pertumbuhan, namun beperan sebagai pelindung bagi penghasilnya dan
penting dalam interaksinya dengan lingkungan. Produksi senyawa ini tergolong rendah
dan sangat tergantung dengan kondisi fisiologis penghasilnya (Caldentey, 2004).
Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak dimanfaatkan, salah
satunya sebaga antibiotik. Jamur adalah salah satu mikroba penghasil senyawa antibiotik.
Menurut Suwandi (2009), sekitar 800 jenis antibiotik dihasilkan oleh jamur seperti
Penicillium (penisilin, griseofulvin), Cephalosporium (sefalosporin) serta beberapa jamur
lain misalnya Aspergillus (fumigasin), Chaetomium (chetomin), Fusarium (javanisin),
Trichoderma (gliotoxin) dan lain-lain. Jamur dari genus Aspergillus dan Penicillium lebih
sering memproduksi antibiotik. Salah satu sumber jamur yang paling menarik adalah
jamur yang hidup pada sarang ratu termite. Termite atau yang dikenal dengan rayap
merupakan salah satu ordo yang tergabung dalam kelas Hexapoda dari filum Arthropoda,
yaitu organisme yang memiliki anggota tubuh bersegmen.
Didalam bahasa Minang, rayap dikenal dengan nama “Anai-anai”. Termite sangat
mudah ditemukan diberbagai ekosistem, hutan, pertanian, perkebunan, dan juga
ditemukan pada ekosistem pemukiman atau perkotaan. Kondisi iklim, tanah, dan
beragamnya jenis tumbuhan di Indonesia sangat mendukung tumbuh kembang termite.
Menurut Subekti (2012a), sarang termite dibangun oleh termite kasta pekerja dan menjadi
tempat hidup serta berkembang biak yang kokoh bagi termite. Sarang dibuat dari
campuran tanah liat, pasir, dan humus yang direkatkan oleh cairan saliva, cairan saliva
inilah yang akan menjadi substrat jamur untuk tumbuh, dan diduga jamur ini
dimanfaatkan untuk melindungi ratu dari serangan mikroba lain atau patogen. Selain itu
cairan saliva juga menjadikan sarang termite ini mengandung senyawa metabolit seperti
protein.
Makanan yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih
tinggi dari pada bahan asalnya. Hal ini disebabkan karena jamur bersifat katabolik yaitu
memecahkan komponen-komponen kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana,
sehingga lebih mudah dicerna. Selain itu jamur juga mampu mensintesis beberapa
vitamin yang kompleks serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya, misalnya riboflavin,
vitamin B12 dan provitamin A Dengan proses fermentasi juga dapat terjadi pemecahan
oleh ezim-enzim
tertentu terhadap bahan-bahan yang tidak dapat dicerna oleh manusia seperti selulosa,
hemiselulosa dan polimer-polimernya menjadi gula sederhana atau turunan-turunannya
(suryani 2020).
Berbagai jenis makanan tradisi hasil fermentasi, dibuat secara proses mikrobiologis
oleh jamur. Seperti tempe, oncom, kecap, tauco, serta banyak jenis minuman seperti
brem, tuak, bier dan sebagainya. Ternyata bahwa nilai nutrisi susu yang sudah diproses
secara mikrobiologis (proses fermentasi) lebih meningkat kalau dibandingkan dengan
bahan bakunya. Seperti misalnya tempe yang dibuat dari kacang kedele. Kalau kacang
kedelenya langsung dimakan, baik setelah direbus ataupun digoreng, nilai nutrisinya
kurang kalau
dibandingkan dengan kedele tersebut sudah dijadikan tempe dengan bantuan jamur tempe
(R. oligosporus atau R. stoloniferus). Karena jamur tempe berperan pula sebagai jasad
pencerna kandungan senyawa, khususnya protein yang terdapat di dalam kacang kedele.
Makanan hasil fermentasi, juga dikenal sebagai jenis makanan yang mempunyai nilai
organoleptik tinggi serta rata-rata sesuai untuk lidah. Ini terbukti dengan banyak jenis
makanan hasil fermentasi di tiap daerah yang tetap mempunyai peranan yang tinggi serta
luas walaupun banyak jenis makanan hasil olahan pabrik secara modern memasuki
pasaran
(suryani 2020).
Seperti misalnya oncom yang terbuat dari sisa kacang tanah yang telah diambil
minyaknya. Dengan bantuan jamur oncom (Neurospora sitophyla) maka hasil sisa
tersebut kemudian dapat menjadi makanan yang banyak penggemarnya. Oncom Bandung
misalnya, bukan hanya orang Bandung untuk kemudian di bawa ke daerah asalnya. Juga
tauco, yang terkenal dibuat hanya di kawasan Cianjur saja. Edaran perdagangan tauco
tidak terbatas hanya di kawasan Cianjur dan banyak kota di Jawa Barat, tetapi juga ke
tempat-tempat lainnya. Dengan bantuan jamur tauco (R. stoloniferus dan R. oryzae) maka
kacang kedele kemudian berubah menjadi makanan khas yang banyak penggemarnya.
Kecap, jenis penyedap yang sudah sejak lama hadir dan digunakan di dalam susunan
menu makanan sehari-hari, ternyata tetap mempunyai penggemarnya yang luas dimana-
mana, bahkan sudah pula menyebar keluar Indonesia. Walaupun banyak jenis penyedap
baru yang dihasilkan secara pabrik yang mengandung glutamat, ternyata kecap tidak
tersisihkan (suryani, 2020).
Antibiotika adalah suatu golongan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau
bahan hayati yang kerjanya antagonis terhadap mikroorganisme lain (Waksman, 1994)
pada konsentrasi 100 um/ml atau kurang (Deacon, 1984). Antibiotika banyak di hasilkan
oleh species fungus biasa, tetapi kebanyakan di peroleh dari macam-macam bakteri mirip
fungus yaitu golongan Actinomycetes dan sedikit sekali yang dihasilkan oleh bakteri asli,
kecuali yamg di hasilkan oleh Bacillus (Suryani 2020). Salah satu contoh antibiotic
adalah penicillin. Penisilin pertama di temukan pada jamur penicillium notatum.
Walaupun untuk produksi di ambil dari Penicillium chrysogenum. Penilisin merupakan
molekul kompleks 6- Aminopenicillannic acid (6-APA). Molekul dasarnya terdiri dari 2
asam amino yaitu cystein dan valine. Pada proses biosintesis penicillin terjadi
penyusunan asam L-aminoadipik, cystein dan valine yang di lakukan oleh aksi dari enzim
asil tranferase. Asam L-aminoadipik diganti oleh sebuah group asil, biasanya oleh asam
perenil asetat, penicillin 6 pengganti asam aminoadipik. Adapun bermacam group asil
menyebabkan adanya perbedaan sifat penicillin yang melibatkan spectrum antibiotika ini.
Tetapi ditemukan juga bahwa organisme yang mampu menghasilkan penicillin asilase
yang meluluhkan penicillin
menjadi 6-APA (suryani, 2020).
Organik tanah, misal humus, mempunyai peran yang sangat penting dibidang pertanian
dan kehutanan. Karena kehadiran senyawa tersebut, minimal akan dapat
mempertahankan sifat fisik tanah tersebut sehingga lebih baik. Sifat fisik tanah yang baik
akan membawa banyak pengaruh terhadap tanah, misal di dalam efisiensi penggunaan
pupuk, di dalam penyerapan dan penyimpanan air hujan dalam kelarutan mineral di
dalam tanah dan di dalam sirkulasi udara tanah. Akibatnya maka pada tanah yang
fisiknya baik, sifatnya akan tetap gembur serta tidak kekurangan air. Organik tanah
sebagian besar datang dari hasil perombakan atau penguraian jatuhan daun, sisa tanaman
atau hewan serta bahan-bahan lainnya yang jatuh kepermukaan tanah oleh mikroba,
khususnya oleh jamur. Di bidang agronomi, proses perombakan sumber organik oleh
jamur di dalam tanah mempunyai nilai yang sangat tinggi dan menentukan untuk
keberhasilan pertanian ataupun kehutanan. Kehadiran beberapa jenis jamur di dalam akar
tanaman dengan membentuk mikoriza, yaitu asosiasi kehidupan antara jamur dengan
tanaman tersebut, ternyata mempunyai arti yang sangat penting di bidang agronomi.
Karena dengan adanya jamur tersebut maka proses penguraian senyawa di dalam
tanah yang dapat di hisap oleh akar semakin meningkat. Juga ada di antara jenis jamur
tersebut yang mempunyai peran yang sangat penting di dalm siklus mineral tanah, seperti
di dalam siklus nitrogen, karbon fosfor dan belerang. Di bidang kehutanan misalnya
kehadiran mikoriza pada tanaman pinus dan banyak jenis tanaman hutan lainnya yang
bernilai ekonomi, sudah diketahui sejak lama dan dimanfaatkan. Beberapa jenis jamur di
antaranya seperti Tricholoma, Lycoperdon, Clytoeybe dan sebagainya secara buatan
banyak di tambah pada persemaian bibit tanaman hutan tertentu agar pertumbuhannya
lebih baik dan subur. Secara langsung, banyak jenis jamur di tanam dan di pelihara untuk
kepentingan bahan makanan dan obat-obatan. Seperti jamur merang, champignon,
shiitake, cruza, dan sebagainya (Suryani, 2020).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Fungi atau jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang mirip dengan
tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil dan tidak dapat melakukan fotosintesis. Jamur
memiliki inti sel, mitokondria dan dinding sel yang tersusun oleh kitin dan selulosa.
Jamur dapat terdiri atas satu sel maupun banyak sel. Jamur yang tersusun dari satu sel
disebut uniseluler, sedangkan jamur yang tersusn dari banyak sel disebut multiseluler.
Jamur dapat bersifat safropit dan parasit. Jamur dapat memperoleh nutrients atau
makanan dengan cara menyerap senyawa organik dan berkembang biak secara seksual
dan aseksual. Fungsi dikelompokan menjadi 4 devisi dengan system pengelompokan
persamaan ciri-ciri.
Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun
spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam
Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora
tidak berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu
Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi
kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang
reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi
nama Divisi Deuteromycotina. Adapun fisiologi fungi dapat dipengaruhi oleh dua hal
yaitu kebutuhan nutrisi dan faktor fisik yang mendukung fungi. Fungi selain dikenal
memiliki manfaat menguntungkan bagi perekonomian, ternyata fungi juga dapat
menimbulkan efek kerugian baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Mugiono, Azmi, C., & Arlianti, T. (2011). Panduan lengkap jamur. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Gandjar, I., Sjamsuridzal, W., & Oetari, A. (2006). Mikologi: dasar dan terapan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Oksman-Caldentey, K. M., & Inzé, D. (2004). Plant cell factories in the post-genomic
era: new ways to produce designer secondary metabolites. Trends in plant
science, 9(9), 433- 440.
Sopandi, T., & Wardah, M.P. (2021), Mikologi: Dasar dan Aplikasi. Surabaya:Penerbit
Andi.
Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of fungi Nucleic Acid inGrowth of
Bacteriophage"(pdf). Journal of General Physiology 36 : 39-56