Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“FUNGI”

DOSEN PENGAMPU :

Apt.NENI PROBOSIWI,M.Farm.

DISUSUN OLEH :

YUNITA RETNANINGTYAS (202006050093)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Fungi” ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya..
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka memenuhi tugas dari
mata kuliah Mikrobiologi dan menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Kediri , 04 juni 2022


Penulis

Yunita retanningtyas

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................4


1.2 Rumusan Masalah......................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ciri jamur.....................................................................................5


2.2 cara hidup jamur........................................................................6
2.3 habitat jamur .............................................................................7
2.4 Reproduksi jamur.......................................................................7
2.5 Klasifikasi jamur ........................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan……………………….....…..................……………………………..16
3.2 Saran .............………….....…………..…........……......………………………… 16

DAFTAR PUSTAKA………………......................…………...…………………….. 17
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Saat musim hujan atau di halaman dan tempat-tempat lain yang lembab dan teduh, kita
mungkin dapat menemukan suatu organisme seperti tumbuhan kecil berbentuk payung
berwarna putih. Organisme itu adalah jamur atau cendawan. Jamur di alam sangat beragam
dalam bentuk maupun warnanya. Ilmuan mikologi (Yunani, mykes = jamur) memperkirakan
jenis jamur yang sudah teridentifikasi mencapai sekitar 100.000 spesies.
Dalam sistem klasifikasi dua kingdom, jamur dikelompokkan sebagai tumbuhan. Namun
dalam sistem klasifikasi lima kingdom oleh Whittaker, jamur diklasifikasikan dalam kingdom
tersendiri, yaitu kingdom Fungi.
Dalam makalah yang berjudul Fungi ini akan dibahas mengenai ciri Fungi/jamur yang
meliputi ciri tubuh, cara hidup, habitat, reproduksi, klasifikasi, dan peran fungi bagi
kehidupan saat ini.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan judul makalah maka rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut:


1.      Apa yang dimaksud dengan fungi Atau jamur?

2.      Bagaimana Ciri-ciri jamur, cara hidup jamur, habitat jamur, Reproduksi jamur serta
Klasifikasi yang mengelompokkan jamur?

C.      Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini  adalah sebagai berikut:


1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari fungi atau jamur.

2.      Untuk mengetahui ciri-ciri jamur, cara hidup jamur, habitat jamur, reproduksi jamur serta
klasifikasi yang mengelompokkan jamur.

D.      Kegunaan Penulisan

Adapaun kegunaan Penulisan makalah ini adalah adalah antara lain:

1.      Untuk menambah wawasan dan pengertian kita mengenai jamur atau Fungi.

2.      Untuk melengkapi tugas penulis di mata kuliah Mikrobiologi pada semester 4 jurusan
farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri.
BAB II
PEMBAHASAN

Anggota kingdom fungi memiliki ciri khusus, yaitu eukariotik yang memiliki dinding
sel, namun tidak memiliki klorofil. Karena tidak memiliki klorofil, jamur tidak dapat
membuat makanannya sendiri yang berupa bahan organik. Bahan organik diperoleh dari
lingkungannya, baik dari makhluk hidup lain atau sisa makhluk hidup. Pada uraian berikut
akan dibahas mengenai jamur.
A.      Ciri Tubuh

Ciri tubuh jamur meliputi ukuran dan bentuk, serta struktur dan fungsi tubuh.

1.         Ciri-ciri Jamur berdasarkan Ukuran

Jamur ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. Namun sebagian besar  jamur
multiseluler. Jamur yang uniseluler berukuran mikroskopik, contohnya khamir
(Saccharomyces). Jamur multiseluler ada yang berukuran mikroskopik dan ada yang
berukuran makroskopik.

2.         Ciri-ciri Jamur berdasarkan Bentuk Tubuh

Bentuk tubuh jamur bervariasi, dari yang berbentuk oval pada jamur uniseluler sampai
yang berbentuk benang atau membentuk tubuh buah pada jamur multiseluler.

Jamur yang berupa benang membentuk lapisan seperti kapas, bercak, atau embun tepung
(mildew) pada permukaan subtrat tempat hidupnya, misalnya pada buah dan makanan.

Tubuh jamur memiliki bentuk yang beragam antara lain seperti mangkuk, payung,
setengah lingkaran, kuping, atau bulat. Tubuh jamur ada yang muncul di atas tanah dan ada
yang berada di dalam tanah. Tubuh jamur tersebut berukuran makroskopik.

3.         Ciri jamur berdasarkan Struktur dan Fungsi Tubuh

Jamur adalah organisme eukariot dengan dinding sel yang tersusun dari kitin. Jamur
tidak memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis. Beberapa jenis jamur memiliki zat
warna. Contohnya Amanita muscaria memiliki tubuh berwarna merah. Jamur multiseluler
memiliki sel-sel memanjang berupa benang-benang yang disebut dengan hifa (jamak: hifae).

Hifa pada jenis jamur tertentu memiliki sekat antara sel yang disebut septum (jamak:
septa). Septa memiliki celah sehingga sitoplasma antara sel satu dengan sel yang lainnya
dapat berhubungan.
Jenis jamur yang lain hifanya tidak memiliki septa sehingga tubuh jamur tersebut
merupakan hifa panjang dengan banyak inti. Hifa tanpa septa disebut hifa senositik. Adanya
septa merupakan salah satu dasar klasifikasi jamur.

Hifa jamur bercabang-cabang dan berjalinan membentuk miselium (jamak: miselia).


Sebagian miselium ada yang berfungsi untuk menyerap makanan. Miselium untuk menyerap
makanan disebut miselium vegetatif. Miselium vegetatif pada jamur tertentu memiliki
struktur hifa yang disebut houstorium (jamak: houstoria). Houstotium dapat menembus sel
inangnya. Bagian miselium juga ada yang berdiferensiasi membentuk alat reproduksi. Alat
reproduksi ini berfungsi untuk menghasilkan spora. Bagian miselium ini disebut miselium
generatif.

B.       Cara Hidup Jamur

Jamur hidup menyerap zat organik dari lingkungannya. Sebelum diserap, zat organik
kompleks akan terurai menjadi zat organik sederhana oleh enzim yang dikeluarkan jamur.
Penguraian atau pencernaan zat organik di luar sel atau tubuh jamur ini disebut sebagai
pencernaan ekstraseluler. Bahan organik yang diserap selain digunakan langsung untuk
kelangsungan hidupnya, juga ada yang disimoan dalam bentuk glikogen.

Jamur bersifat heterotrof atau memeperoleh zat organik dari hasil sintesis organnisme
lain. Zat organik dapat berasal dari sisa-sisa organisme yang mati dan bahan tak hidup atau
dari organisme hidup. Berdasarkan cara memperoleh makanannya jamur dapat
dikelompokkan atas :

1.         Jamur Saprofit

Jamur yang bersifat saprofit memperoleh zak organik dari sisa-sisa organisme mati dan
bahan tak hidup. Misalnya serasah (ranting-ranting dan daun yang telah gugur dan melapuk),
daun, pakaian, dan kertas. Jamur dengan sifat ini di alam berperan sebagai pengurai
(dekomposer) utama. Penguraian oleh jamur menyebabkan pelapukan dan pembusukan.

2.         Jamur Parasit

Jamur yang bersifat parasit memperoleh zat organik dari organisme hidup lain. Jamur
dengan sifat ini merugikan organisme inangnya karena dapat menyebabkan penyakit.

3.         Jamur Mutual

Jamur dengan sifat mutual hidup saling menguntungkan dengan organisme inangnya.
Contohnya, jamur yang bersimbiosis dengan ganggang hijau biru atau ganggang hijau
membentuk lumut kerak (lichen). Jamur membantu ganggang menyerap air dan mineral,
sedangkan  ganggang akan menyediakan bahan organik hasil fotosintesisnya bagi jamur.
Contoh lain adalah jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman tingkat tinggi membentuk
mikoriza. Jamur akan meningkatkan penyerapan air dan mineral dari tanah oleh akar
tumbuhan.

C.      Habitat Jamur

Jamur hidup pada lingkungan yang beragam. Habitat jamur berada di darat (terestrial)
dan di tempat-tempat yang lembab. Meskipun demikian, banyak pula jenis jamur yang hidup
pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau air tawar. Jamur dapat hidup di
lingkungan asam, misalnya pada buah yang asam. Jamur juga dapat hidup pada lingkungan
dengan konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Jamur yang hidup bersimbiosis
dengan ganggang membentuk lumut kerak dapat hidup di habitat yang ekstrim, misalnya
gurun, gunung salju, dan kutub. Jenis jamur lainnya hidup pada tubuh organisme lain secara
parasit maupun simbiosis.

D.      Reproduksi Jamur

Jamur melakukan reproduksi secara aseksual maupun secara seksual. Reprosuksi secara
aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniseluler, serta
pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora aseksual (spora
vegetatif) pada jamur multiseluler. Spora aseksual dapat berupa sporangiospora atau
konidiospora (spora konidia/konidia). Sporangiospora dihasilkan dari pembelahan mitosis sel
dalam kotak spora (sporangium) yang terdapat pada ujung sporangiofor (struktur yang
mendukung sporangium).

Sedangkan konidiospora dihasilkan dari pembelahan sel pada ujung konidiofor


(pendukung konidia). Sporangiospora dan konidiospora bersifat haploid (n).

Reproduksi jamur secara seksual dilakuan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan
secara singami (penyatuan sel atau hifa yang berbeda jenis). Singami terdiri dari dua tahap,
yaitu tahap plasmogami (penyatuan plasma sel) dan tahap kariogami (penyatuan inti sel).
Plasmogami menghasilkan sel atau hifa berinti dua (dikarion) yang haploid. Sel atau hifa
dikarion yang haploid (n) kemudian mengalami penyatuan inti membentuk keturunan berinti
satu (monokarion) yang diploid (2n). Keturunan diploid dengan cepat kemudian membelah
secara meosis membentuk spora seksual yang haploid (n). Spora seksual dapat berupa
zigospora, askospora, atau basidiospora.

E.       Klasifikasi Jamur

Jamur yang sudah teridentifikasi mencapai lebih dari 100.000 jenis. Ahli
mikologi   diperkirakan dapat mengidentifikasi sekitar 1.000 jenis jamur lainnya setiap tahun.
Jenis jamur yang beraneka ragam dikelompokkan dalam kelompok dalam satu kelompok
besar, yaitu kingdom fungi. Dalam kingdom fungi, jamur dikelompokkan lagi berdasarkan
cara reproduksi seksualnya menjadi divisi Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota.
Ketiganya memiliki spora yang/tidak berflagellum dikelompokkan dalam kelompok protista.
Berbagai jenis jamur yang belum diketahui cara reproduksi seksualnya dikelompokkan dalam
deuteromycetes atau jamur tak lengkap.

1.         Zygomicota

Jamur yang terdapat pada Roti yang berjamur merupakan salah satu dari jenis jamur dari
zygomycota.

a.        Struktur Tubuh Zygomicota

Tubuh zygomycota terdiri dari hifa yang tak bersekat. Bagian tertentu dari hifa
berdiferensiasi membentuk sporangium yang didukung sporangiofor. Sporangium adalah
struktur penghasil spora vegetatif. Alat reproduksi seksual adlah zigosporangium (jamak:
zigosporangia) yang berdinding tebal dan berwarna kehitaman. Nama zygomycota
menunjukkan  alat reproduksi seksualnya tersebut. Zygomycota tidak memiliki tubuh buah.

b.        Habitat Zygomicota

Zygomicota sebagian besar merupakan jamur terestrial yang hidup sebagai saprofit di
tanah, makanan, atau pada sissa-sisa tumbuhan dan hewan. Jamur zygomicota ada yang hidup
sebagai parasit pada manusia dan tumbuhan sehingga menyebabkan penyakit. Jenis jamur
zygomicota lainnya hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan organisme lain.
Misalnya dengan ganggang hijau biru atau ganggang hijau membentuk lumut kerak (lichen),
dan dengan akar tumbuhan tinggi sebagai mioriza.

c.         Reproduksi Zygomicota

Zygomicota melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara


aseksual terjadi dengan fragmentasi miselium atau spora aseksual (spora vegetatif) yang
dihasilkan oleh sporangium. Sedangkan reproduksi seksual dengan perkawinan antara hifa
yang berbeda jenis, disebut hifa (+) dan hifa (-), menghasilkan zingospora. Zingospora
merupakan spora seksual (spora generatif), yaitu spora yang dihasilkan oleh reproduksi
seksual. Tahap-tahap reproduksi pada zygomicota adalah sebagai berikut :

1.        Hifa dari jenis yang berbeda (+ dan -) saling berdekatan.

2.        Hifa (+) dan hifa (-) tersebut membentuk cabang hifa yang disebut gametangium (jamak:
gametangia). Kedua gametangia mengandung banyak inti haploid (n)
3.        Dinding kedua gametangium kemudia pecah sehingga terjadi penyatuan plasma sel
(plasmogami). Inti haploid membentuk zigospora. Zigospora yang terbentuk memiliki inti-
inti yang diploid (2n). Inti-inti diploid membelah secara meiosis menghasilkan inti-inti
haploid (n). Selanjutnya zigospora mengalami dormansi (fase istirahat). Zigospora
mengalami penebalan dinding sel sehingga dapat bertahan pada kondisi kering selama
berbulan-bulan.

4.        Jika kondisi lingkungan menguntungkan, zigospora akan tumbuh dan membentuk


sporangium. Inti-inti haploid di dalam sporangium membelah secara mitosis membentuk inti-
inti spora.

5.        Jika sporangium masak, dindingnya akan robek sehingga spora tersebar.

6.        Spora yang jatuh di tempat yang sesuai berkembang menjadi hifa. Hifa berkembang menjadi
jamur baru.

d.        Peran Zygomicota

Jamur kelompok zygomicota yang sudah teridentifikasi diperkirakan 600 spesies.


Beberapa jenis digunakan dalam proses pembuatan makanan. Misalnya Rhizopus
oryzae untuk pembuatan tempe dan Mucor javanicus untuk pembuatan tape. Jenis lainnya
misalnya Rhizopus stolonifer, Rhizopus nigricans, Mucos mucedo, dan Pilobolus merupakan
pengurai saproba sisa organisme atau bahan yang terbuat dari produk organisme seperti
makanan.

Rhizopus stolonifer tumbuh pada roti basi. Hifanya yang disebut juga stolon tumbuh di
permukaan roti dengan cepat. Sebagian hifa ada yang membentuk struktur seperti akar yang
disebut rizoid. Rizoid berfungsi untuk melekat apada substrat dan juga menyerap makanan.
Roti yang ditumbuhi jamur tersebut tampak berwarna hitam. Sedangkan Rhizopus
nigricans tumbuh pada tomat dan Mucor mucedo serta Pilobolus menguraikan kotoran
hewan.

Beberapa jenis dari kelompok zygomycota yang hidup di tanah mangadakan simbiosis
saling menguntungkan dengan akar tumbuhan tingkat tinggi membentuk Mikoriza. Jamur
memperoleh bahan organik dari tumbuhan tingkat tinggi tersebut, sedangkan tanaman akan
dibantu dalam meningkatkan penyerapan air dan mineral dari tanah.

2.         Ascomycota

Oncom dan roti merupakan makanan yang diproses dengan jenis jamur dari kelompok
ascomycota.

a.        Struktur Tubuh Ascomycota


Ascomycota sebagian besar multiseluler. Ascomycota yang uniseluler
misalnya Saccharomyces cereviceae (khamir). Ascomycota yang multiseluler memiliki hifa
bersekat. Ascomycota ada yang tifak membentuk tubuh buah, contohnya Neurospora crassa.
Beberapa jenis lainnya membentuk tubuh buah, contohnya Xylaria comosa, Nectria
cinnabarina, Tuber menanosporum dan morchella esculenta. Bentuk tubuh buah ascomycota
beragam, antara lain seperti mangkuk, bulat, dan bulat panjang. Alat reproduksi aseksualnya
adalah hifa yang berdiferensiasi menjadi konidiofor. Pada ujung konidiofor terbentuk
konidiospora atau konidia (tunggal: konidium). Konidiospora tersusun dalam bentuk rantai
seperti kuas atau bergerombol bulat.

Alat reproduksi seksualnya adalah askus (jamak: aski). Askus meruoakan struktur seperti
kantung. Pada ascomycota yang memiliki tubuh buah, askus terdapat pada buah yang disebut
askokarp. Pada askokarp terdapat banyak askus. Setiap askus akan menghasilkan askospora.

b.        Habitat Ascomycota

Ascomycota umumnya hidup saprofit pada tanah dan sisa-sisa organisme. Sebagian
ascomycota lainnya merupakan parasit pada tumbuhan dan hewan. Jamur ascomycota ada
yang hidup di laut dan merupakan salah satu saproba utama. Khamir hidup di lingkungan
yang mengandung gula, misalnya pada bunga dan buah. Jenis ascomycota yang hidup di
tanah misalnya jamur Tuber Melanosporum dan morel (Morchella esculenta)membentuk
mikoriza yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan tinggi. Diperkirakan separuh dari 60.000
spesies ascomycota yang teridentifikasi hidup bersimbiosis dengan ganggang membentuk
lumut kerak (lichen).

c.         Reproduksi Ascomycota

Ascomycota melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual


pada ascomycota uniseluler dilakukan dengan membentuk kuncup atau tunas. Kuncup
terbentuk pada sel induk yang kemudian lepas. Kadang-kadang kuncup tetap melekat pada
induk selnya membentuk rantai sel yang disebut dengan hifa semu (pseudohifa).

Reproduksi seksual terjadi dengan menyatukan dua sel haploid (n) berbeda jenis yang
berfungsi sebagai gamet (sel kelamin). Penyatuan tersebut menghasilkan zigot yang diploid
(2n). Zigot kemudian membesar menjadi askus. Di dalam askus terjadi pembelahan meiosis
sehingga terbentuk empat askospora haploid (n). Askospora merupakan spora aseksual (spora
vegetatif).

Pada ascomycota multiseluler, reproduksi aseksual dilakukan dengan fermentasi


miselium dan pembentukan konidia (konidiospora/spora konidia). Konidia adalah sopra
aseksual yang terbentuk pada ujung konidiofor. Reproduksi seksual dilakukan dengan
perkawinan antara hifa haploid (n) berbeda jenis yang kemudian membentuk askus. Askus
adalah sttruktur seperti kantung yang mengandung spora (askospora). Karena askospora
dihasilkan dari reproduksi seksual maka disebut juga spora seksual atau spora generatif.
Tahap reproduksi seksual ascomycota multiseluler berlangsung sebagai berikut :

1.      Hifa yang berbeda jenis berdekatan.

2.      Salah satu hifa yang dianggap hifa “betina” membentuk askogonium dan hifa jenis lainnya
yang di anggap hifa “jantan” membentuk anteridium. Askogonium dan anteridium masing-
masing memiliki sejumlah inti haploid (n).

3.      Dari askogonium tumbuh trikogin, yaitu struktur penghubung askogonium dengan


anteridium.

4.      Melalui trikogin terjadi perpindahan plasma dan inti anteridium ke askogonium sehingga
pasa askogonium terjadi penyatuan plasma (plasmogami) dan terbentuk dua inti haploid (n).
Yang berpasangan (dikariotik).

5.      Ascomycota tumbuh menjadi sejumlah hifa askogonium yang dikarion. Pertumbuhan terjadi
karena pembelahan mitosis. Inti-inti membelah secara mitosis tetapi tetap berpasangan.

6.      Pada ascomycota yang memiliki badan buah, kumpulan hifa askogonium yang dikariotik ini
membentuk jalinan kompak yang disebut badan buah berupa askokarp. Ujung-ujung hifa
pada askokarp membentuk askus dengan dua inti haploid dikariotik.

7.      Dalam askus kemudian terjadi kariogami menghasilkan inti diploid (2n). Fase diploid ini
singkat karena kemudia inti tersebut membelah secara meiosis menghasilkan empat inti
haploid (n). Setiap inti haploid membelah lagi secara mitosis sehingga setiap askus
mengandung delapan inti haploid (n)

8.      Dinding sel kemudian terbentuk di sekitar delapan inti dan membentuk askospora.

9.      Askospora yang telah masak akan tersebar dari askus yang pecah.

10.  Askospora yang jatuh di tempat yang sesuai akan berkecambah menghasilkan hifa haploid
yang baru.

d.        Peran Ascomycota

Ascomycota adalah kelompok jamur yang paling beragam, ascomycota yang sudah
teridentifikasi diperkirakan berjumlah lebih dari 60.000 spesies. Contoh jamur ascomycota
yang berperan menguntungkan bagi manusia adalah sebagai berikut :
1.      Saccharomyces cereviceae, untuk pembuatan roti dan minuman beralkohol. Dalam proses
fermentasinya, Saccharomyces cereviceae mengubah gula menjadi alkohol dan karbon
dioksida. Karbon dioksida inilah yang menyebabkan adonan kue mengembang.

2.      Saccharomyces ellipsoideus, untuk pembuatan wine dari buah anggur.

3.      Saccharomyces tuac, untuk pembuatan tuak dari air nira (legen).

4.      Neurospora crassa, untuk pembuatan oncom.

5.      Morchella esculenta dan Sarcoscypha coccinea, yang tubuh buahnya dapat dimakan.

Contoh jamur ascomycota yang merugikan karena bersifat parasit adalah sebagai berikut:

1.      Venturia ineaqualis, yaitu jamur jenis ascomycota yang menyebabkan penyakit dan merusak
buah apel.

2.      Claviceps purpurea, yaitu penyebab penyakit ergot pada tanaman gandum. Tanaman gandum
yang berpenyakit ergot jika dimakan oleh hewan ternak atau manusia akan menyebabkan
penyakit yang disebut ergotisma. Gejala ergotisma adalah kejang otot dan kelumpuhan.

3.         Basidiomycota

Jenis jamur basidiomycota adalah jenis jamur yang sering dijasikan sebagai bahan
makanan seperti jamur yang digunakan dalam campuran bakmi, pizza, atau sebagai
pelengkap sayur sup. Jamur tersebut adalah jamur merang jenis basidiomycota.

a.        Struktur Tubuh Basidiomycota


Basidiomycota adalah jamur multiseluler yang hifanya bersekat. Hifa vegetatif
basidiomycota terdapat dalam substratnya (tempat hidupnya), misalnya pada kulit kayu,
tanah, atau serasah daun. Jalinan hifa generatif jamur ini ada yang membentuk tubuh buah
dan ada yang tifak membentuk tubuh buah. Tubuh buah pada basidiomycota disebut
basidiokarp.
Basidiomycota berukuran mikroskopik sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang.
Bentuk basidiokarp bermacam-macam, misalnya seperti payuung, kuping, atau setengah
lingkaran. Basidiokarp ada yang memiliki batang dan ada yang tidak. Pada bagian bawah
tudung basidiokarp terdapat lembaran-lembaran (bilah). Pada lembaran ini terbentuk banyak
basidium yang akan menghasilkan spora basidium (basidiospora). Basidiospora merupakan
spora generatif.

b.        Habitat Basidiomycota
Jamur basidiomycota umumnya hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup,
misalnya serasah daun di tanah, merang padi, atau batang pohon yang mati. Jamur yang
parasit hidup pada organisme inangnya, misalnya tumbuhan dan manusia. Jenis lainnya ada
yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan yang membentuk mikoriza.

c.         Reproduksi Basidiomycota
Reproduksi basidiomycota terjadi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi
aseksualnya adalah dengan membentuk spora konidia. Seperti Zygomycota dan Ascomycota,
reproduksi seksual basidiomycota terjadi melalui perkawinan antara hifa yang berbeda jenis
menghasilkan spora seksual (spora generatif), yaitu sopra basidium (basidiospora). Tahap
reproduksi seksual sehingga terbentuk spora basidium adalah sebagai berikut :
1.      Hifa (+) dan hifa (-) yang berinti haploid (n) berkecambah dari basidiospora. Kedua hifa ini
saling bersinggungan.
2.      Plasmogami terjadi antara hifa (+) dan (-) sehingga inti salah satu hifa pindah ke hifa yang
lainnya membentuk hifa dengan dua inti haploid (n) yang berpasangan (dikariotik)
3.      Hifa haploid dikariotik akan tumbuh menjadi miselium haploid yang dikariotik.
4.      Miselium dikariotik tumbuh dan membentuk badan buah yang disebut basidiokarp.
5.      Pada ujung-ujung hifa basidiokarp terjadi kariogami sehingga membentuk basidium yang
berinti diploid (2n).
6.      Inti diploid dalam basidium akan membelah secara meiosis menjadi empat inti yang haploid
(n).
7.      Basidium membentuk empat tonjolan yang disebut sterigma pada uujungnya.
8.      Satu inti haploid pada basidium kemudian masuk ke dalam salah satu sterigma dan
berkembang menjadi basidiospora.
9.      Jika basidiospora terlepas dari basidium dan jatuh pada tempat yang sesuai, akan tumbuh
menjadi hifa yang haploid.

d.        Peran Basidiomycota
Jamur basidiomycota adalah kelompok jamur dengan jumlah sekitar 25.000 spesies yang
sudah diidentifikasi. Beberapa jenis jamur basidiomycota yang menguntungkan adalah
sebagai berikut :
1.      Sebagai bahan makanan, seperti jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur merang
(Volvariella volvacea), dan jamur shitake (Lentinulla adodes) dapat dimakan tubuh buahnya.
2.      Jamur kayu (Ganoderma) sebagai obat atau makanan suplemen.
Sebaliknya, jamur basidiomycota yang merugikan adalah sebagai berikut :
1.      Jamur karat (Puccinia graminis) merupakan parasit pada daun tanaman pertanian dari
famili Gramineae, misalnya jagung dan gandum.
2.      Puccinia arachidis, merupakan jamur jenis basidiomycota parasit yang menyerang tanaman
kacang tanah.
3.      Ustilago maydis, merupakan jamur dari jenis basidiomycota parasit yang menyerang jagung.
4.      Amanita ocreata dan Amanita phalloides, yaitu jamur parasit yang beracun dan mematikan
jika dimakan.
5.      Amanita muscaria, yaitu jamur yang dapat menyebabkan halusinasi jika dimakan. Jamur ini
memiliki tubuh buah yang sulit dibedakan antara yang beracun dan tidak beracun sehingga
lebih baik untuk tidak memakan jamur yang belum diketahui dapat dimakan atau tidak.

4.         Deuteromyces

Deuteromyces bukan kelompom jamur yang sebenarnya dalam klasifikasi jamur. Setiap
jenis jamur yang sudah diidentifikasi tetapi belum diketahui reproduksi seksualny
dikelompokkan dalam deuteromyces atau disebut juga jamur tidak sempurna.

Jika cara reproduksi suatu jenis jamur deuteromyces diketahui, jamur tersebut
dikelompokkan ulang menjadi anggota salah satu divisi jamur Zygomycota, Ascomycota,
atau Basidiomycota sesuai dengan cara reproduksinya. Perubahan pengelompokkan jamur
tersebut akan mengubah nama spesiesnya. Contohnya, jamur oncom sebelumnya
dikelompokkan dalam deuteromyces. Nama Monilia sitophila diubah menjadi Neurospora
crassa dalam kelompok ascomycota. Perubahan ini dilakukan setelah ditemukan bahwa
jamur oncom tersebut melakukan reproduksi seksual dengan menghasilkan askospora.
Beberapa jamur deuteromyces lainnya yang diklasifikasi ulang menjadi ascomycota antara
lain jamur dari genus Aspergillus, Candida, dan Penicillum. Oleh ahli mikologi, nama
genus AspergillusmenjadiEurotium, Candida menjadi Pichia,
dan Penicillum menjadi Talaromyces.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Jamur termasuk ke dalam kingdom fungi yang merupakan organisme eukariot berdinding
sel tetapi tidak memiliki klorofil.

Jamur sebagian besar multiseluler yang berukuran mikroskopik ataupun makroskopik


berbentuk oval pada yang uniseluler dan berbentuk filamen atau membentuk badan buah pada
yang multiseluler dengan dinding sel yang ttersusun dari kitin.

Jamur memperoleh nutrisi berupa zar organik secara heterotrof dengan menyerap sisa-
sisa organisme (pada jamur yang bersifat saprofit) atau dari organisme lain (pada jamur yang
bersifat parasit dan mutual)

Jamur hidup diberbagai tempat, terutama di darat pada lingkungan yang lembab.

Jamur bereproduksi secara seksual dan aseksual. Secara asekdual dengana pembentukan
kuncup pada jamur uniseluler, serta fragmentasi miselium dan pembentukan spora aseksual
pada jamur multiseluler. Reproduksi seksual jamur aalah dengan pembentukan spora seksual.

Jamur diklasifikasikan berdasarkan cara reproduksi seksualnya menjadi empat divisi


yaitu zygomycota, ascomycota, basidiomycota, dan deuteromycetes.

B.       Saran

Akhirnya terselesaikanlah makalah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah


ini yang membahas tentang Fungi masih jauh dari kesempurnaan baik dari tata cara penulisan
dan bahasa yang dipergunakan.
Untuk itu kritik dan saran dari dosen yang bersifat kousteuktif dan bersifat komulatif
sangat  diharapkan supaya dalam penugasan makalah yang akan datang lebih baik dan lebih
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

http://kmnharahap.blogspot.com/2016/10/makalah-fungi.html

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/17/200200823/kingdom-fungi--ciri-ciri-dan-
jenisnya?page=all

https://www.gramedia.com/literasi/kingdom-fungi/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6003316/kenali-4-klasifikasi-manfaat-ciri-ciri-
jamur-dan-penjelasannya

Anda mungkin juga menyukai