Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MIKROBIOLOGI PETERNAKAN

CENDAWAN

Dosen pengampu : Lezita Malianti, S.Pt.M.Ling

Disusun oleh :

Muhammad Nurrohim (2254231014)

Sintia Mirta Yahza (2254231008)

Opit Suryani (2254231010)

Nur Habbi Pratama (2254231006)

Leo Rizki Rahman (2254231032)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “CENDAWAN”.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memsperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini tentang


“CENDAWAN” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3

2.1 Pengertian Cendawan............................................................................... 3


2.2 Klasifikasi Cendawan............................................................................... 5
2.3 Sifat-sifat Cendawan................................................................................ 6
2.4 Struktur Cendawan................................................................................... 7
2.5 Reproduksi Cendawan ............................................................................ 11
2.5.1 Reproduksi Secara Vegetatif.......................................................... 11
2.5.2 Reproduksi Secara Generatif.......................................................... 12
2.6 Peranan Cendawan................................................................................... 13
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan dan Saran.............................................................................. 16
Daftar Pustaka

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam hidup ini, kita selalu dikelilingi dengan spesies-spesies makhluk hidup yang
beranekaragam salah satunya fungi. Penampilan fungi atau cendawan bukanlah hal yang
asing lagi bagi kita semua. Kita telah melihat pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada
buah jeruk, dan keju; pertumbuhan berwarna putih seperti bulu padaroti, dan selai basi;
jamur dilapangan dan hutan. Kesemua ini merupakan tubuh berbagai cendawan/ fungi.
Fungi ada yang bersifat menguntungkan dan ada pulayang bersifat merugikan. Kita telah
mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya.
Hal itu disebabkan karena jamur hanyatumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu
yang mendukung, dan lamahidupnya terbatas. Misalnya jamur banyak muncul pada
musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini
segera mati setelah musim kemarau tiba.
Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang benang
yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut
miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara
generatif. Selain memiliki berbagai macam cara untuk berkembangbiak, jamur juga terdiri
dari aneka macam jenis baik yang bermanfaat maupun yang berbahaya/beracun.
Saat ini sebagian besar jamur yang dibudidayakan masyarakat adalah jamur yang
bermanfaat, khususnya jamur konsumsi yang bisa dimakan atau dimanfaatkan sebagai
obat. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif,
atau saprofit. Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur
yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga
menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur
dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman
kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan
dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat,
beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang
hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit.

1
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa Pengertian cendawan ?
b) Apa saja sifat-sifat dari cendawan ?
c) Bagimanakan struktur cendawan ?
d) Bagaimanakah klasifikasi cendawan ?
e) Bagaimanakah reproduksi cendawan?
f) Apa saja peran cendawan bagi manusia ?

1.3 Tujuan penulisan

a) Mengetahui serta memahami definisi dari cendawan


b) Mengetahui cara hidupmya cendawan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cendawan

Cendawan adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat
tinggi karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, tetapi
tidak mempunyai klorofil. Cendawan tidak mempunyai batang, daun, akar dan sistem
pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Umumnya cendawan berbentuk benang,
bersel banyak dan semua bagian cendawan tersebut memiliki potensi untuk tumbuh.
Tubuhnya dinamakan miselium dan benangnya disebut hifa yang tebalnya antara 0,5-100
mikron atau lebih. Cendawan tidak dapat berfotosintesis karena tidak memiliki klorofil.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, cendawan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari
mahluk hidup lain, baik yang masih hidup maupun yang telah mati, maka itu cendawan
bersifat heterotrof.

Dari cara hidupnya cendawan dapat dipisahkan kedalam empat golongan besar yaitu
parasit, saprob, komensal dan simbion. Cendawan bersifat parasit mempunyai hifa yang
ektofitik dan endofitik. Miselium ektofitik berada pada permukaan tanaman inang, biasanya
berwarna keputih-putihan, halus, menyerupai sarang laba-laba atau benang tersebut berwarna
hitam atau coklat membentuk jalinan tidak teratur. Golongan cendawan saprob mengambil
zat organik dari organisme mati. Kemudian yang tergolong sebagai komensal adalah
cendawan yang memerlukan organisme lain untuk menumpang. Cendawan yang hidup secara
simbion adalah golongan cendawan yang mengadakan simbiosis dengan organisme lain.

Perkembangan miselium terjadi secara radral menuju kesegala arah. Misalnya


bercak-bercak pada daun atau buah yang diakibatkan cendawan tampak berbentuk bulat,
sedang pada kulit kayu biasanya sedikit memanjang atau elips karena pertumbuhan cendawan
secara membujur biasanya lebih cepat dari pada pertumbuhan melintang.

Cendawan merugikan tanaman karena menghambat pengangkutan zat cair dan garam
mineral, mengganggu proses fotosintesis dan pengangkutan hasilnya. Cendawaan dapat
merusak akar, batang, daun, bunga sejak dipertanaman sampai ditempat penyimpanan.
Cendawan mempunyai peranan yang penting pula dalam pembentukan tanah karena berbagai
cendawan dapat melapukkan atau mempunyi daya lapuk terhadap sisa tanaman yang
mengandung bahan karbohidrat yang tidak mampu dilapukkan oleh bakteri. Bagi berbagai

3
cendawan walaupun secara lambat bahan-bahan seperti sellulosa atau lignin akan dapat
dilapukkan dan dimanfaatkannya. Apabila cendawan itu telah sampai pada siklus hidupnya
yang terakhir maka bahan-bahan yang dikandungnya akan sangat bermanfaat dalam
memperkaya tanah dan bahan-bahan organik.

2.2 Klasifikasi Cendawan

Berdasarkan pengelompokkannya cendawan yaitu :

1. Khamir
Khamir adalah fungi uniseluler yang menepati habitat air dan lembab. Khamir
berreproduksi secara aseksual, dengan cara pembelahan sel sederhana atau dengan cara
pelepasan sel tunas dari sel induk. Beberapa fungi dapat tumbuh sebagai sel tunggal atau
sebagai miselium filament, tergantung pada ketersediaan zat-zat hara yang ada.
Khamir termasuk tetapi beda dengan kapang karena bentuknya yang bersifat uniseluler.
Reproduksi khamir terutama dengan cara pertunasan. Sebagai sel tunggal khamir tumbuh
dan berkembang biak lebih cepat jika dibandingkan dengan kapang karena mempunyai
perbandingan luas permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir pada umumnya
diklasifikasikan berdasarkan fisiologinya dan tidak atas perbedaan morfologinya seperti
kapang dapat dibedakan atas dua kelompok berdasarkan sifat metabolismenya yaitu bersifat
fermentative dan oksidatif. Jenis fermentative dapat melakukan fermentasi alcohol yaitu
memecah gula (glukosa) menjadi alcohol dan gas contohnya pada produk roti. Sedangkan
oksidatif (respirasi) maka akan menghasilkan CO2 dan H2O. keduanya dipergunakan untuk
energi walaupun energi yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dari yang melalui
fermentasi (Natsir, 2003).
2. Kapang
Kapang (Mold) adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya
pada substrat mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk
berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Ali, 2005).
Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang yang
disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk suatu jalinan yang disebut miselium. Setiap
hifa memiliki lebar 5-10 µm (Pelczar dan Chan, 1986).
Kapang dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa
tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat. Septat akan membagi hifa

4
menjadi bagian-bagian, dimana setiap bagian tersebut memiliki inti (nukleus) satu atau lebih.
Kapang yang tidak memiliki septat maka inti sel tersebar di sepanjang hifa. Dinding
penyekat pada kapang disebut dengan septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma
masih dapat bebas bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya. Kapang yang bersekat antara
lain kelas Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Sedangkan kapan yang tidak
bersekat yaitu kelas Phycomycetes (Zygomycetes dan Oomycetes) (Dwidjsoeputro, 1987)
Anggota Cendawan

 Cendawan Semu

Kelas Oomycetes dicirikan oleh tallus berbentuk filamen dengan hifa koenositik,
bereproduksi secara aseksual dengan zoospora bergerak yang terdapat dalam zoosporangium
dan bereproduksi secara seksual dengan antheridia dan oogania dengan membentuk oospora
sesudah fertilisasi. Contohnya cendawan genus Phythium (salah satu patogen yang
menyerang banyak jenis tanaman) dan Phytophtora (patogen akar pada banyak jenis
tanaman)

 Cendawan Sejati
a) Kelas Zygomycetes dicirikan oleh tallus berbentuk filamen dengan hifa koenositik,
bereproduksi aseksual dengan sporangiospora tidak bergerak dalam sporangium,
bereproduksi seksual dengan gametangia yang tidak terbedakan kedalam organ jantan
dan betina dan sebagai hasilnya terbentuk zygosporangia. Contohnya adalah genus
Rhizopus yang spesies-spesiesnya dapat berdampak menguntungkan maupun
merugikan bagi manusia.
b) Kelas Ascomycetes memiliki miselium bersepta, bereproduksi aseksual dengan
membentuk konidia, bereproduksi seksual dengan membentuk konidia, bereproduksi
seksual dengan membentuk askuspora berjumlah delapan atau kelipatan empat dalam
kantung spora yang disebut askus, dan askus terbentuk dalam tubuh buah yang
disebut askokarp. Contohnya adalah Saccharomycetes (ragi = yeast). Tergolong
dalam klas ini teleomorf dari anamorf beberapa cendawan penting dari klas
Deuteromycetes seperti Aspergillus, Penicilium, Fusarium, dan Trichoderma.
c) Kelas Basidiomycetes miseliumnya bersepta dan pada septanya terdapat sambungan
apit (clamp connection) membentuk spora yang disebut basidiospora pada sel khusus
yang kemudian menyangganya yang disebut basidium. Terdapat empat spora dalam
setiap basidium. Cendawan pembentuk mikoriza banyak yang tergolong dalam kelas

5
ini. Terdapat pula cendawan patogenik, seperti Puccinia (cendawan karat), Fomes,
Armillaria dan Ganoderma, ketiganya merupakan patogen akar.
d) Kelas Deutermycetes memuat cendawan-cendawan yang belum diketahui
teleomorfnya. Terdiri dari cendawan uniseluler atau berbentuk filamen dengan hifa
bersepta. Bereproduksi aseksual dengan membentuk konidia. Contohnya adalah
cendawan-cendawan dari genus Fusarium, Penicillium, Trichoderma,Aspergillus, dan
Gibberella.
 Cendawan Protoctista
MYXOMYCOTINA/Myxomycetes (Jamur lendir)
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun
ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara bebas.
Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan suatu massa
ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga
diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium
bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung
banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan
ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan,
8 atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering atau tidak ada
makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi
tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur
lendir adalah jenis Dyctystelum discridium.

2.3 Sifat-sifat Cendawan

Cendawan memiliki sifat-sifat antara lain :


 Tubuh tersusun atas banyak sel (multiseluler), tetapi ada pula yang tersusun atas satu
sel (uniseluler), contoh saccharomyces.
 Selnya berbentuk memanjang, tipe eukariotik, dinding sel umumnya dari zat kitin dan
hanya sebagian kecil memiliki dinding sel dari selulosa, serta tidak berklorofil.
 Bentuk tubuh yang bersel banyak (multiseluler) berupa benang/hifa. Hifa yang
bercabang-cabang disebut miselium. Hifa tersebut ada yang bersekat dan ada yang
tidak bersekat.

6
 Reproduksi dapat terjadi secara vegetatif (aseksual) dan secara generatif (seksual).
Pada pembiakan vegetatif (aseksual), misal dengan :
a) Pembentukan spora aseksual
b) Pembelahan tubuh atau bertunas
c) Fragmentasi hifa (pemisahan dari hifa)
Pada pembiakan generatif (seksual), yaitu dengan persatuan dua buah gamet.
a) Memiliki daur keturunan diploid (2n) yang singkat
b) Cara hidup sebagai heterotrof (hidup tergantung pada makhluk lain atau
makanan yang diserap dari lingkungan berupa zat organik).
 Berdasarkan keadaan makhluk yang diperlukan sebagai sumber zat organik, dapat
dikelompokkan menjadi :
a) Parasit, bila makhluknya masih hidup
b) Saprofitik, bila makhluknya sudah mati.
c) Habitat, yakni di tempat yang berair, lembab, gelap, redup
2.6 Struktur Cendawan
 Hifa
Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung yang
dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak berseptat dan
bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di dalam sitoplasmanya.
Fungi seperti ini disebut dengan fungi coenocytic, sedangkan fungi yang berseptat disebut
monocytic (Madigan et al., 2012).

Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang disebut
miselium. Hifa dapat berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang menegak
menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada umumnya memiliki
pori yang sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus dapat mengalir dari
satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat, bertambah satu kilometer
setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak, akan tetapi miselium mengatasi
ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan ujung-ujung hifanya denagan cepat ke
tempat yang baru (Campbell et al., 2010).

Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia. Konidia
tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia yang menempel
pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke tanah dengan bantuan angin. Beberapa

7
fungi yang makroskopis memiliki struktur yang disebut tubuh buah dan mengandung spora.
Spora tersebut juga dapat menyebar dengan bantuan angin, hewan, dan air (Madigan et al.,
2012).

Kavanagh (2011) melaporkan bahwa sebagian besar hifa pada yeast berbentuk lembaran,
seperti pada Cythridomycetes dan Sacharomyces cerreviceae. Hifa mengandung struktur akar
seperti rhizoid yang berguna sebagai sumber daya nutrisi.

Gambar 5. Struktur Dasar Hifa.

Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi ada yang
memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota merupakan jenis
fungi yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang tersebar di sitoplasma. Berbeda
dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan Basidiomycota berasosiasi aseksual dengan
hifa berseptat yang memiliki satu atau dua nuklei pada masing-masing segmen (Webster dan
Weber, 2007).

Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang sehingga
sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah ke daerah lainnya
dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan fungsinya. Hifa vegetatif (miselia), bertanggungjawab terhadap jumlah
pertumbuhan yang terlihat di permukaan substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan
menyerap nutrisi. Selama perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi
reproduktif atau hifa fertil yang merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang
bertanggungjawab terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu spora (Campbell et al.,
2010).

8
Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol dan
organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma. Filamen dari
hifa menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas terhadap volume sitoplasma, yang
memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien. (Willey et al., 2009).

 Dinding Sel

Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan polimer glukosa
derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding sel dalam bentuk ikatan
mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal dinding sel. Beberapa polisakarida
lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun selulosa dapat menggantikan khitin pada
dinding sel fungi. Selain khitin, penyusun dinding sel fungi juga terdiri dari 80-90%
polisakarida, protein, lemak, polifosfat, dan ion anorganik yang dapat mempererat ikatan
antar matriks pada dinding sel (Madigan et al., 2012) .
Dinding sel fungi berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-organel dari
lingkungan eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat memberikan bentuk, kekuatan
seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain khitin, dinding sel fungi juga tersusun
oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular. Lapisan tersebut berfungsi sebagai
tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya senyawa metabolit sel, dan sebagai penghalang
selektif pada proses translokasi. Komponen lain yang menyusun dinding sel fungi adalah
antigenik glikoprotein dan aglutinan, senyawa melanins berwarna coklat berfungsi sebagai
pigmen hitam. Pigmen tersebut bersifat resisten terhadap enzim lisis, memberikan kekuatan
mekanik dan melindungi sel dari sinar UV, radiasi matahari dan pengeringan) (Kavanagh,
2011).

9
Gambar 6. Struktur dinding sel Fungi,dan tabel perbedaan komponen dinding sel pada setiap kelas Fungi.

 Nukleus

Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di dalamnya
terdapat 3 – 40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama pembelahan Nuclear
associated organelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti, berfungsi sebagai pusat-pusat
pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan meiosis. Nucleus pada fungi juga
mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan sentriol.
 Organel-organel Sel Lainnya

Fungi memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista mitokondria.
Badan golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal.Pada struktur sel fungi juga
memiliki ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan lipid, glikogen partikel
penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel.

10
Gambar 7. Struktur sel fungi.

2.5 Reproduksi Cendawan

Reproduksi jamur dapat terjadi secara vegetatif (vegetatif) maupun generatif


(generatif). Pada umumnya, reproduksi secara generatif merupakan reproduksi darurat yang
hanya terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan. Reproduksi secara generatif dapat
menghasilkan keturunan dengan variasi genetik yang lebih tinggi dibanding dengan
reproduksi secara vegetatif. Adanya variasi genetik ini memungkinkan dihasilkannya
keturunan yang lebih adaptif bila terjadi perubahan kondisi lingkungan.

2.5.1 Reproduksi Secara Vegetatif

Reproduksi secara vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan dengan cara pembentukan tunas
yang akan tumbuh menjadi individu baru. Sementara reproduksi secara vegetatif pada jamur
multiseluler dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a) Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan tumbuh menjadi
jamur baru.
b) Pembentukan spora vegetatif. Spora vegetatif dapat berupa sporangiospora atau
konidiospora.

11
Jamur jenis tertentu yang sudah dewasa menghasilkan sporangiofor (tangkai kotak spora).
Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak spora). Di dalam kotak spora terjadi
pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan banyak sporangiospora dengan kromosom
yang haploid (n). Jamur jenis lainnya yang sudah dewasa dapat menghasilkan konidiofor
(tangkai konidium). Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak konidiospora). Di dalam
konidium terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan banyak konidiospora
dengan kromosom yang haploid (n). Baik sporangiospora maupun konidiospora, bila jatuh di
tempat yang cocok, akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).

2.5.2 Reproduksi Secara Generatif

Reproduksi pada jamur secara generatif (generatif) dilakukan dengan pembentukan


spora generatif melalui peleburan antara hifa yang berbeda jenis. Mekanismenya dapat
diuraikan sebagai berikut.

1. Hifa (+) dan hifa (-), masing-masing berkromosom haploid (n), berdekatan
membentuk gametangium. Gametangium merupakan perluasan hifa.
2. Gametangium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma) membentuk
zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan pasangan nukleus haploid yang
belum bersatu. Zigosporangium memiliki lapisan dinding sel yang tebal dan kasar
untuk bertahan pada kondisi buruk atau kering.
3. Bila kondisi lingkungan membaik akan terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga
zigosporangium memiliki inti yang diploid (2n).
4. Inti diploid zigosporangium segera mengalami pembelahan secara meiosis
menghasilkan zigospora haploid (n) di dalam zigosporangium.

Kebanyakan jamur bereproduksi secara generatif dan vegetatif. Reproduksi vegetatif


terjadi ketika sel-sel hifa berpisah dari jamur dan mulai tumbuh sendiri. Beberapa jamur juga
menghasilkan spora. Reproduksi generatif pada jamur biasanya melibatkan dua perkawinan
yang berbeda jenis. Bukan jantan dan betina, tetapi (+) dan (-) karena kedua jenis mempunyai
ukuran yang sama. Ketika dua jenis kawin ini bertemu, mereka melebur dan setelah masa
pertumbuhan dan perkembangan, mereka membentuk zigot diploid yang memasuki meiosis.
Hal ini menghasilkan spora haploid yang mampu tumbuh, dengan putaran berulang mitosis,
menjadi organsims baru.

12
5. Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium bertangkai pendek
dengan kromosom haploid (n).

6. Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora spora yang haploid (n). Spora-spora
ini memiliki keanekaragaman genetik.

7. Bila spora-spora haploid (n) jatuh di tempat yang cocok, maka akan berkecambah
(germinasi) menjadi hifa jamur yang haploid (n). Hifa akan tumbuh membentuk jaringan
miselium yang semuanya haploid (n).

2.6 Peranan Cendawan

1. Peranan Jamur yang Menguntungkan

Jamur mempunyai peran sebagai dekomposer, yaitu menguraikan sisa – sisa


organisme yang telah mati sehingga bisa dimanfaatkan oleh organisme lain. Hal ini sangat
penting dalam keberlanjutan ekosistem di bumi, karena yang menjadi kunci keberlangsungan
ekosistem adalah adanya keseimbangan antara produksi biomasa oleh organisme fotosintetik
dan perombakan – perombakan atau daur ulang nutrien yang dikandungnya. Dalam proses
daur ulang senyawa organik ini, jamur memiliki peran yang menonjol di semua ekosistem
utama.

Disamping itu, jamur juga bisa bersimbiosis dengan organisme lain. Dengan akar
tumbuhan tertentu jamur bersimbiosis membentuk mikoriza. Mikoriza merupakan struktur
yang berperan penting dalam suplai unsur hara. Bentuk simbiosis lain dari jamur adalah
lumut kerak. Lumut kerak merupakan oganisme yang mampu hidup pada kondisi lingkungan
yang ekstrem dan sangat sensitif terhadap pencemaran udara. Sehingga lumutkerak ini biasa
digunakan sebagai bioindikator kualitas udara.

Jamur juga berperan sangat penting dalam fermentasi makanan dan obat – obatan.
Sebagai contoh, jamur yang termasuk kelompok Zygomycota, misalnya Rhizopus dapat
digunakan secara komersial pada pembuatan tempe.

Beberapa jenis lain juga dimanfaatkan dalam industri alkohol dan untuk
mengempukkan daging. Ada pula jenis lain yang mampu memproduksi pigmen kuning yang
digunakan untuk memberi warna pada margarin.

13
Berikut jenis jamur dan peranannya yang menguntungkan bagi manusia :

 Rhizopus stolonifer, Untuk membuat tempe.

 Rhizopus nigricans, Menghasilkan asam fumarat.

 Saccharomyces cerevisiae, Untuk membuat tape, roti, minuman sake, dan bir.

 Aspergillus oryzae, Mengempukkan adonan roti.

 Aspergillus wentii, Untuk membuat sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan
asam formiat.

 Aspergillus niger, Untuk menghasilkan O2 dari sari buah, dan menjernihkan sari
buah.

 Penicillium notatum dan P. chrysogenum , Menghasilkan penicillin (antibiotik).

 Ganoderma lucidum, Sebagai bahan obat.

 Penicillium roqueforti dan P. camemberti, Untuk meningkatkan kualitas (aroma) keju.

 Trichoderma sp., menghasilkan enzim selulase.

 Neurospora crassa, Untuk membuat oncom.

 Volvariella volvacea (jamur merang), Auricularia polytricha (Jamur kuping)


dan Pleutus sp. (jamur tiram) , sebagai Jamur konsumsi.

2. Peranan Jamur yang Merugikan

Beberapa jenis jamur ada juga yang merugikan karena menyebabkan penyakit pada
tumbuhan, hewan dan manusia. Misalnya beberapa jamur mikroskopis menghasilkan rancun,
seperti aflatoksin yang dihasilkan oleh sejenis kapang. Selain itu, jamur juga dapat bersifat
parasit pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Berikut jenis jamur yang merugikan :

 Aspergillus flavus : Menghasilkan aflatoksi, menyebabkan kanker pada manusia.

 Aspergillus fumigatus : Kanker pada paru – paru burung.

 Amanita phalloides : Mengandung balin yang menyebabkan kemaian bagi yang


memakannya.

14
 Ustilago maydis : Parasit pada tanaman jagung dan tembakau.

 Epidermophyton floccosum : Menyebabkan penyakit kaki atlet.

 Microsporum sp. dan Trichophyton sp. : Menyebabkan kurap atau panu.

 Helminthospium oryzae : Parasit dan merusak kecambah dan tubuh buah serta
menimbulkan noda – noda berwarna hitam pada hospes (inangnya).

 Candinda albicans : Infeksi pada vagina.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

Cendawan berperanan dalam kehidupan manusia secara langsung dan tidak langsung
membantu manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga perlulah dipelajari agar dapat
memanfaatkannya dengan baik. Bila kita memiliki pengetahuan tentang itu maka dapat
mengatasi dan mengendalikan kerugian yang ditimbulkan oleh cendawan.

16
Daftar Pustaka

Ali, A., 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I. State University of Makassar Press. Makassar.
Dwidjoseputro, D .1989. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.

Ir. Rahmat Rukmana dan UU Sugandi Saputra B.Sc, 1997. Penyakit Tanaman dan Teknik

Pengendaliannya. Kanisius. Jakarta.

Ir. Mul Mulyani Sutedjo dan Ir. A.Q.Kartasapoetra, 1991. Pengantar ILmu Tanah. PT

Rineka Cipta. Jakarta.

Natsir .2003. Mikrobiologi Farmasi Dasar . Makassar : Universitas Hasaudin.


Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan., 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I. Diterjemahkan oleh
Hadioetomo, dkk. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Campbell, N.A.,J.B.Reece., 2010. Biology 8th Edition. Pearson Education,Inc. San Fransisco.

Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Mikologi. Alumni, Bandung.

Kavanagh, K. 2011. FUNGI: Biology and Application, Wiley Press., USA.

Madigan, M.T., J.M. Martinko, D.A. Stahl, and D.P. Clark. 2012. Brock Biology of
Microorganisms. Pearson Education, Inc., San Francisco.

Webster, J. and R. Weber. 2007. Introduction to Fungi. Cambridge University Press, New
York.

Willey J.M., L.M. Sherwood, C.J. Woolverton. 2009. Prescott’s Principles of Microbiology.
2009. McGraw-Hill International Edition.

http://www.sridianti.com/reproduksi-jamur-vegetatif-dan-generatif.html

17

Anda mungkin juga menyukai