Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana yang kami harapkan.Tugas makalah yang
berjudul “Deskripsi Tentang Cyanobacteria dan Lichens” ini terbentuk atas kerja sama kelompok
kami untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Mikrobiologi.
Kemudian dengan terselesiakannya makalah ini, kami menghaturkan rasa terimakasih
kami kepada Dosen Mikrobiologi kami yang telah membimbing dalam mengajarkan langkah-
langkah pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat tersusun meski banyak
kekurangan di dalamnya. Harapan kami semoga makalah yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca kami harapkan agar kedepannya
makalah ini bisa jauh lebih baik lagi. Terima Kasih.

Malang, 17 Maret 2018


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Cyanobacteria
2.1.1 Pengertian Cyanobacteria.......................................................
2.1.2 Habitat Cyanobacteria............................................................
2.1.3 Struktur Morfologi dan Anatomi Tubuh Cyanobacteria........
2.1.4 Klasifikasi Cyanobacteria....................................................
2.1.5 Reproduksi Cyanobacteria....................................................
2.1.6 Peranan Cyanobacteria Dalam Kehidupan Sehari-Hari........
2.2 Lichen
2.2.1 Pengertian Lichen................................................................
2.2.2 Habitat Lichen.....................................................................
2.2.3 Struktur Morfologi dan Anatomi Tubuh Lichen...................
2.2.4 Klasifikasi Lichen.................................................................
2.2.5 Reproduksi dan Mekanisme Penggandaan Diri Lichen.......
2.2.6 Siklus Hidup Lichen.............................................................
2.2.7 Peranan Lichen Sebagai Bioindikator Kualitas Udara......
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................
BAB I
PEDUHULUAN

1.1 LatarBelakang
Cyanobacteria atau ganggang-hijau biru adalah filum (devisi) bakteri yang mendapat
energi dari fotosintesis. Ganggang hijau-biru dapat ditemukan di hampir semua habitat,
dari samudera air tawar bahkan sampai batu dan tanah. Cyanobacteria bersifat
kosmopolit, tidak hanya ditemukan di habitat akuatik melainkan juga ditemukan di habitat
terestial. Cyanobacteria ada yang hidup sebagai plankton dan ada yang hidup sebagai
bentos.
Ciri ganggang hijau-biru antara lain tidak memiliki membran sel, tidak memiliki
mitokondria, dan juga tidak memiliki plastida. Karena itu lah umumnya klorofil yang
dimiliki berjumlah banyak namun tersebar pada seluruh sitoplasma. Cyanobacteria dapat
berbentuk sel, filamen ataupun koloni. Diameternya antara 1-60µm. Secara umum,
cyanobacteria memiliki bentuk dasar yang khas yang dapat mencirikan antara satu genus
dengan yang lain, atau bahkan antara spesies. Struktur sel penyusun tubuh Cyanobacteria
mirip dengan sel bakteri Gram negatif, dengan ciri utama memiliki dinding sel yang
mengandung lapisan peptidoglikan yang tipis. Sel Cyanobacteria terdiri atas bagian-
bagian, yaitu lapisan lendir, dinding sel, membran plasma, membran fotosintetik,
mesosom, sitoplasma, ribosom, granula penyimpanan, vakuola gas, protein padat, dan
nukleoplasma (DNA).
Cyanobacteria diklasifikasikan menjadi tiga ordo yaitu Ordo Chroococcales, Ordo
Chamaesiphonales dan Ordo Hormogenesis. Cara perkembang biakan dari cyanobacteria
yang diketahui ada 3 cara yang ketiga-tiganya termasuk perkembangbiakan secara
vegetatif dan aseksual yaitu pembelahan sel, fragmentasi dan spora vegetatif.. Sedangkan
perkembangbiakan secara generativ (seksual) belum diketahui. Dalam kehidupan sehari-
hari cyanobacteria berperan dalam pengikat nitrogen bebas, vegetasi perintis, menambah
materi-materi organik ke dalam tanah dan mampu menghasilkan senyawa karbohidrat
yang lumayan dan senyawa organic lain sangat tinggi yang diperlukan oleh manusia
sebagai sumber pangan yang mengandung banyak sekali protein di dalamnya.
Lichens adalah organisme serupa tumbuhan yang menutupi sekitar 8% permukaan
bumi. Lichens adalah organisme yang sebenarnya berasal dari dua organisme berbeda
yang saling bersimbiosis. Organisme tersebut yaitu fungi dan organisme fotosintetik (alga
atau cyanobacteria). Jamur merupakan organisme yang menyediakan struktur dan masa,
perlindungan, sedangkan organisme fotosintetik bertanggung jawab atas ketersediaan
karbohidrat. Mereka secara bersama-sama mampu saling bersinergi sehingga mampu
bertahan dan menempati habitat yang sangat luas di muka bumi. Lichen merupakan
tumbuhan yang mampu hidup di daerah ekstrem di permukaan bumi. Mereka dapat
tumbuh di permukaan tanah, bebatuan, pepohonan, bahkan permukaan-permukaan benda
buatan manusia. Mereka ada di tempat yang jarang ada organisme yang mampu hidup di
sana seperti puncak gunung, padang pasir, dan daerah kutub.
Tubuh Lichen dinamakan dengan thallus, ini sangat penting untuk identifikasi. Pada
umumnya lichen yang menempel pada pohon berwarna hijau keabu-abuan, kuning, hijau
biru, oranye, kuning cerah, coklat dan bahkan hitam. Menurut klasifikasi morfologi,
Lichen umumnya ditemukan terbagi menjadi beberapa tipe yaitu berbentuk foliose,
fruticose, dan crustose serta squamulose. Sedangkan berdasarkan habitatnya lichen
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu Saxicolous, Corticulous, Terriculous dan
Musicolous.
Secara anatomi jaringan thallus tersusun atas beberapa lapisan diantaranya : lapisan
paling atas yang disebut hifa, lapisan alga, medula, dan korteks bawah. Lumut kerak
diklasifikasikan menurut cendawan yang menyusunnya dan dibedakan menjadi tiga kelas
yaitu Ascolichenes, Basidiolichenes (Hymenolichenes), dan Deuterolichenes (Lichenes
Imperfecti).
Reproduksi Lichen sangat berbeda dengan reproduksi alga dan jamur. Reproduksi
Lichen terjadi dalam dua cara cara yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual terjadi
ketika lichen membentuk suatu badan yang disebut dengan soredia atau isidia (bagian
yang lebih tipis) pada permukaan kulit pohon atau benda buatan lainnya. Rekan fungi
pada lichen melakukan reproduksi seksual. Reproduksi seksual ini memungkinkan adanya
variasi pada populasi, sehingga inilah alasan mengapa jamur yang memiliki
keanekaragaman tinggi melakukan reproduksi seksual. Untuk melakukan reproduksi
seksual tersebut dibutuhkan dua tipe gen yang inti haploid (n+n), atau sebuah diploid (2n).
Siklus hidup lichen terdiri dari dua fase yaitu fase seksual dan aseksual. Bagian fungi pada
lichen menyebabkan terjadinya siklus seksual secara normal. Ini akan membawa pada
proses pembentukan tubuh buah seperti aphotecia, perithecia, pycnidia yang menghasilkan
spora. Spora ini akan berkecambah dan menghasilkan mycelium baru, jika berkombinasi
dengan alga yang cocok akan menghasilkan thallus lichen yang baru. Alga lichen
melakukan proses reproduksi melalui pembelahan sel . kebanyakan lichen bereproduksi
secara aseksual.
Fase aseksual (perbanyakan secara vegetatif ) dengan bantuan propagula khusus
lichen. Mereka menghasilkan propagula vegetatif seperti soredia, isidia, lobula dan
fragmen-fragmen. Setelah tumbuh, badan ini meninggalkan tubuh lichen dan berkembang
menjadi thallus baru.
Penggunaan Lichen sebagai bioindikator telah dipergunakan sejak lama dengan cara
membuat peta penyebaran lumut kerak. Sistem skala polusi lumut kerak menggunakan
ada/tidak adanya spesies sensitif tertentu untuk mengetahui konsentrasi SO2dalam udara.
Begitu juga dibuat skala untuk zat-zat pencemar udara yang lain. Beberapa sifat lichen
yang ideal sebagai bioindikator yaitu secara geografis penyebaranya luas, morfologinya
tetap meskipun terjadi perubahan musim, tidak memiliki kutikula sehingga mempermudah
air, larutan dan logam serta mineral diserap oleh lumut kerak, nutrisinya tergantung dari
bahan-bahan yang diendapkan dari udara dan mampu menimbun pencemar secara
bertahun-tahun

1.2. Rumusan Masalah


a) Bagaimanakah pengertian Cyanobacteria?
b) Bagaimanakah habitat Cyanobacteria?
c) Bagaimanakah struktur morfologi dan anatomi tubuh Cyanobacteria?
d) Bagaimanakah klasifikasi Cyanobacteria?
e) Bagaimanakah reproduksi Cyanobacteria?
f) Bagaimanakah peranan Cyanobacteria dalam kehidupan sehari-hari?
g) Bagaimanakah pengertian Lichen?
h) Bagaimanakah habitat Lichen?
i) Bagaimanakah struktur morfologi dan anatomi tubuh Lichen?
j) Bagaimanakah klasifikasi Lichen?
k) Bagaimanakah reproduksi dan mekanisme penggandaan diri Lichen?
l) Bagaimanakah siklus hidup Lichen?
m) Bagaimanakah peranan Lichen sebagai bioindikator kualitas udara?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian Cyanobacteria.
b) Untuk mengetahui habitat Cyanobacteria.
c) Untuk mengetahui struktur morfologi dan anatomi tubuh Cyanobacteria.
d) Untuk mengetahui klasifikasi Cyanobacteria.
e) Untuk mengetahui reproduksi Cyanobacteria.
f) Untuk mengetahui peranan Cyanobacteria dalam kehidupan sehari-hari.
g) Untuk mengetahui pengertian Lichen.
h) Untuk mengetahui habitat Lichen.
i) Untuk mengetahui struktur morfologi dan anatomi tubuh Lichen.
j) Untuk mengetahui klasifikasi Lichen.
k) Untuk mengetahui reproduksi dan mekanisme penggandaan diri Lichen.
l) Untuk mengetahui siklus hidup Lichen.
m) Bagaimanakah peranan Lichen sebagai bioindikator kualitas udara?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cyanobacteria
2.1.1 Pengertian Cyanobacteria
Cyanobacteria atau ganggang-hijau biru adalah filum (devisi) bakteri yang mendapat
energi dari fotosintesis. Cyanobacteria merupakan kelompok mikroorganisme yang termasuk
ke dalam kingdom Eubakteria. Cyanobacteria termasuk dalam mikroalga. Mikroalga adalah
mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel yang bervariasi, baik uniseluler maupun
multiseluler (membentuk koloni kecil). Sebagian besar mikroalga tumbuh secara fototropik,
meskipun tidak sedikit jenis yang mampu tumbuh secara heterotrofik (B.R.Vashishta, 1999)

Gambar 1. Cyanobacteria

2.1.2 Habitat Cyanobacteria


Ganggang hijau-biru dapat ditemukan di hampir semua habitat, dari samudera air tawar
bahkan sampai batu dan tanah. Kebanyakan ganggang hijau-biru ditemukan di air tawar,
sedangkan beberapa spesies ditemukan tinggal di lautan , terdapat di tanah lembab, atau
kadang-kadang melembabkan batuan di gurun. Beberapa ganggang hijau biru bersimbiosis
dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, dan menyediakan energi bagi
inangnya (Salma, dkk. 2005)
Cyanobacteria bersifat kosmopolit, tidak hanya ditemukan di habitat akuatik melainkan
juga ditemukan di habitat terestial. Cyanobacteria ada yang hidup sebagai plankton dan ada
yang hidup sebagai bentos. Spesies-spesies yang bersifat planktonik umumnya merupakan
spesies-spesies yang mengakibatkan terjadinya ledakan populasi (blooming) akibat
eutrofikasi. Eutrofikasi biasanya disebabkan oleh proses alamiah atau akibat pencemaran.
Keadaan perairan yang kaya nutrisi tersebut menyebabkan pertumbuhan Cyanobacteria yang
sangat cepat. Cyanobacteria juga diketahui mampu tumbuh di padang gurun, padang salju,
dan sumber air panas (Salma, dkk. 2005)
Gambar 2. Kelimpahan Cyanobacteria di alam
2.1.3 Morfologi dan Anatomi Cyanobacteria
Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal dan lentur, serta bersifat gram
negatif. Ganggang hijau biru tidak memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur
sepanjang permukaan (Vaishanrpayan, A., Sinha, R.P., Hader, D.P, Dey, T., Gupta, A.K.,
Bhan, U. and Rao,A.L. 2001)
Ciri ganggang hijau-biru antara lain tidak memiliki membran sel, tidak memiliki mitokondria,
dan juga tidak memiliki plastida. Karena itu lah umumnya klorofil yang dimiliki berjumlah
banyak namun tersebar pada seluruh sitoplasma. Cyanobacteria dapat berbentuk sel, filamen
ataupun koloni. Diameternya antara 1-60µm. Secara umum, cyanobacteria memiliki bentuk
dasar yang khas yang dapat mencirikan antara satu genus dengan yang lain, atau bahkan
antara spesies (R.L. Oliver, C.G. Ganf, 2000)
Cyanobacteria yang termasuk dalam genus Chroococcales memiliki bentuk uniselular dan
isopolar. Ganggang hijau-biru dari ordo Pleurocapsales memiliki bentuk khas yaitu
pseudoparenkim. Ganggang hijau biru dari ordo Chamaesiphonales umumnya uniselular dan
hiperpolar. ganggang hijau biru dengan bentuk multiseluler, trikal dan belum memiliki
heterokista termasuk dalam ordo Oscillatoriales. Ganggang hijau biru dari ordo
Stigonematales berbentuk multiseluler, trikal, dan memiliki heterokista serta tumbuh
membentuk cabang-cabang. Ordo Nostocales memiliki ciri khas membentuk heterokista,
multiseluler, trikal, dan tumbuh membentuk garis lurus (R.L. Oliver, C.G. Ganf, 2000)
Ganggang hijau biru uniselular yang diklasifikasikan ke dalam genus Synechococcus
(Thermosynechoccus) adalah genus yang paling memiliki ketahanan terhadap suhu tinggi.
Ganggang hijau biru berbentuk benang seperti Phormedium sp lebih bersifat thermotoleran
dan dapat tumbuh pada suhu 55-62̊C (R.L. Oliver, C.G. Ganf, 2000)
Struktur sel penyusun tubuh Cyanobacteria mirip dengan sel bakteri Gram negatif, dengan
ciri utama memiliki dinding sel yang mengandung lapisan peptidoglikan yang tipis. Sel
Cyanobacteria terdiri atas bagian-bagian, yaitu lapisan lendir, dinding sel, membran plasma,
membran fotosintetik, mesosom, sitoplasma, ribosom, granula penyimpanan, vakuola gas,
protein padat, dan nukleoplasma (DNA) (Muzzayinah. 2005)

Gambar 3. Struktur tubuh Cyanobacteria


1. Lapisan lendir, menyelimuti dinding sel. Lendir berfungsi membantu pergerakan
meluncur (lokomosi) pada Cyanobacteria uniseluler, serta gerak bergetar atau maju
mundur (osilasi) pada Cyanobacteria yang berbentuk benang (filamen).
Contohnya Oscillatoria sp.
2. Dinding Sel, mengandung lapisan peptidoglikan yang tipis dan berfungsi untuk
memberikan bentuk tetap pada ganggang dan melindungi isi sel.
3. Membran sel (membran plasma), bersifat selektif permeabel dan berfungsi
membungkus sitoplasma dan mengatur pertukaran zat.
4. Membran fotosintetik (membran tilakoid), merupakan pelipatan membran plasma ke
arah dalam sitoplasma yang berfungsi untuk berfotosintesis. Membran fotosintetik
mengandung klorofil (hijau), karoten, dan pigmen fotosintetik lainnya, antara lain
fikoeritrin (merah) dan fikosianin (biru). Perpaduan antara pigmen-pigmen tersebut
menyebabkan warna Cyanobacteria berbeda-beda, antara lain kekuningan, kemerahan,
kecokelatan, violet, hijau cerah, hijau kebiruan, bahkan kehitaman.
5. Mesosom, merupakan penonjolan membran ke dalam sitoplasma dan berfungsi untuk
menghasilkan energi.
6. Sitoplasma, merupakan larutan koloid yang tersusun dari air, protein, lemak, gula,
mineral, dan enzim. Di dalam sitoplasma terdapat ribosom, granula penyimpanan,
vakuola gas, protein padat, dan nukleoplasma (DNA).
7. Ribosom, merupakan organel kecil yang berfungsi untuk sintesis protein.
8. Granula penyimpanan, berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan.
9. Vakuola gas, berisi udara yang menyebabkan tubuh Cyanobacteria bisa mengapung di
permukaan air, sehingga mendapatkan cahaya matahari untuk berfotosintesis.
10. Nukleoid, merupakan materi genetik yang tersusun dari DNA dan tidak dikelilingi
membran. Nukleoid terdapat di lokasi tertentu.

2.1.4 Klasifikasi Cyanobacteria


1. Ordo Chroococcales
Anggota kelompok ini, berbentuk tunggal atau tanpa spora, warna biru kehijau-hijauan.
Umumnya algae ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang basah.
Setelah pembelahan sel-sel tetap bergandengan dengan perantaraan lendir dengan
demikian terbentuk kelompok-kelompok atau koloni. Contoh spesialis dari ordo
Chroococcales adalah Choroccus dan Gleocapsa (Salma, dkk. 2005)
a. Chroccus
Organisme uniseluler atau berkelompok dalam bentuk agregat dari 2 atau 4 sel.
Hasil pembelahan sel dari Chroccus berbentuk setengah bola.

Gambar 4. Chroccus

b. Gleocapsa
Gleocapsa berbentuk bulat memanjang dan dikelilingi oleh membran dengan
beberapa generasi sel yang terdapat didalamnya. Membran kadang-kadang ada
yang berpigmen. Gleocapsa terdapat pada batuan yang lembab atau pada air.

Gambar 5. Gleocapsa
2. Ordo Chamaesiphonales
Algae bersel tunggal atau merupakan koloni berbentuk benang yang
mempunyai spora. Benang-benang itu dapat terputus-putus yang
dinamakan hormoginium yang dapat merayap dan merupakan koloni baru
prosesnya disebut fragmentasi.
3. Ordo Hormogenesis
Sel-selnya merupakan koloni berbentuk beneng-benang itu melekat pada
subtratnya, tidak bercabang, jarang mempunyai percabangan sejati, lebih sering
mempunyai percabangan semu. Benang-benang itu selalu dapat membentuk
hormoginium. Contohnya: Oscillatoria, Nostoc comune, Anabaena, Spirulina, dan
Rivulia.

Gambar 6. Oscillatoria Gambar 7. Nostoc comune

Gambar 8. Anabaena sp

2.1.5 Reproduksi Cyanobacteria


Adapun cara perkembang biakan dari cyanophyta yang diketahui ada 3 cara yang
ketiga-tiganya termasuk perkembangbiakan secara vegetatif dan aseksual. Sedangkan
perkembangbiakan secara generativ (seksual) belum diketahui (B.R.Vashishta, 1999). Ketiga
cara tersebut adalah:
1. Pembelahan Sel
Sel membelah dua bagian yang membentuk sel baru. Sel-sel yang terpisah bisa tetap
bergabung membentuk koloni. Contohnya Gleocapsa.

Gambar 9. pembelahan sel pada Gleocapsa


2. Fragmentasi
Fragmentasi adalah pemutusan sebagian anggota tubuh yang dapat membentuk
individu baru. Terjadi pada ganggang yang berbentuk filamen (benang). Contohnya:
Oscillatoria.

Gambar 10. Fragmentasi Oscillatoria

3. Spora Vegetatif
Spora vegetatif yang dimaksud disini adalah heteroksit. Pada keadaan yang tidak
menguntungkan heteroksit tetap mampu bertahan karena dinding selnya tebal dan banyak
mengandung bahan makanan. Setelah lingkungan kembali menguntungkan hetroksit
dapat membentuk filamen baru. Contohnya: Chamaesiphon comfervicolus.
Gambar 11. Spora Vegetatif

2.1.6 Peran Cyanobacteria


Peranan cyanobacteria dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
1. Cyanobacteria yaitu sebagai pengikat nitrogen bebas artinya peran Cyanobacteria
yaitu mengikat nitrogen yang utama di alam, nitrogen sendiri sangat diperlukan oleh
tanaman sehingga cyanobacteria menguntungkan untuk tanaman contohnya adalah :
Nostoc Commune,Anabaena cadae dan Anabaena.
2. Sebagai vegetasi peintis, yaitu dengan cara membentuk lapisan pada permukaan tanah
gundul sehingga mampu hidup pada lingkungan yang kurang menguntungkan dimana
tumbuhan lain tidak dapat hidup di daerah itu.
3. Cyanobacteria juga berperan sangat penting untuk menambah materi-materi organik
ke dalam tanah.
4. Spiriluna mampu menghasilkan senyawa karbohidrat yang lumayan dan senyawa
organic lain sangat tinggi yang diperlukan oleh manusia sebagai sumber pangan yang
mengandung banyak sekali protein di dalamnya. Oleh karena itu Spiriluna bisa
digunakan untuk dikembangkannya sumber pangan di masa datang karena Spiriluna
ini dalam bentuk pil (R.L. Oliver, C.G. Ganf, 2000)

2.2 Lichen
2.2.1. Pengertian Lichen
Lichens adalah organisme serupa tumbuhan yang menutupi sekitar 8% permukaan
bumi. Lichens adalah organisme yang sebenarnya berasal dari dua organisme berbeda yang
saling bersimbiosis. Organisme tersebut yaitu fungi dan organisme fotosintetik (alga atau
cyanobacteria). Jamur merupakan organisme yang menyediakan struktur dan masa,
perlindungan, sedangkan organisme fotosintetik bertanggung jawab atas ketersediaan
karbohidrat. Mereka secara bersama-sama mampu saling bersinergi sehingga mampu bertahan
dan menempati habitat yang sangat luas di muka bumi (Anonimus. 2012)
Lichens sekilas setipe dengan tumbuhan lumut. Tapi jika diperhatikan dengan seksama
maka lichen merupakan suatu bentuk life form yang unik (khas). Lichen merupakan suatu
organisme hasil asosiasi simbiosis antara jamur dan algae dalam bentuk simbiosis mutualistik
dan helotisme yang dapat membentuk kesatuan morfologi yang berbeda dengan spesies lain
pada komponen-komponennya. Algae memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis
sedangkan fungi mengambil air dan mineral lainnya dari lingkungan. Sedangkan helotisme
maksudnya pada awalnya menguntungkan tapi selanjutnya fungi bersifat parasit pada algae
karena hanya fungi yang memiliki alat perkembangbiakan berupa badan buah / thallus
(Muzayyinah.2005).

Gambar 12. Lichen

2.2.2 Habitat Lichen


Lichen merupakan tumbuhan yang mampu hidup di daerah ekstrem di permukaan
bumi. Mereka dapat tumbuh di permukaan tanah, bebatuan, pepohonan, bahkan permukaan-
permukaan benda buatan manusia. Mereka ada di tempat yang jarang ada organisme yang
mampu hidup di sana seperti puncak gunung, padang pasir, dan daerah kutub. Di samping itu,
lichen seringkali tumbuh di pohon dan semak-semak sebagai epifit, mereka tidak mengambil
makanan dari organisme yang ditempelinya akan tetapi mengambil makanan dari atmosfer.
Lokasi tumbuhnya Lichen tidak dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan laut.
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah.
Tempat tumbuh lichen tidak terikat tempat, bisa saja di bebatuan atau pada cadas di bebatuan
di atas permukaan laut, atau di gunung-gunung yang tinggi. Dengan karakter inilah, lichen
dikatakan memiliki sifat endolitik (Tjitrosoepomo.1998)
Lichen tidak membutuhkan syarat-syarat hidup yang tinggi, tahan terhadap kondisi
kekurangan air dalam jangka waktu yang lama, tahan terhadap panas terik. Jika cuaca panas,
lichen akan berubah warna seperti kekeringan, tetapi tidak mati. Jika disirami air, maka lichen
akan hidup kembali. (Tjitrosoepomo.1998)
Gambar 13. Kelimpahan Lichen di alam
2.2.3. Morfologi Lichen
Tubuh Lichen dinamakan dengan thallus, ini sangat penting untuk identifikasi. Pada
umumnya lichen yang menempel pada pohon berwarna hijau keabu-abuan, kuning, hijau biru,
oranye, kuning cerah, coklat dan bahkan hitam (Beaching dan Hill.2007).
Menurut klasifikasi morfologi, Lichen umumnya ditemukan terbagi menjadi beberapa
tipe yaitu berbentuk foliose, fruticose, dan crustose serta squamulose (Muzayyinah.2005)
a. Lichen foliose memiliki karakteristik daunnya seperti lobus. Dapat melebur dengan
lichen lainnya, menutupi substrat yang mereka tinggali. Folioseus berupa lembaran,
kurang lebih tubuhnya merayap, pipih, dengan lekuk-lekuk seperti daun. Contohnya :
Parmelia psysodes dan Peltigera polydactyla.

Gambar 14. Peltigera polydactyla Gambar 15. Parmelia psysodes

b. Lichen fruticose berciri tumbuh seperti semak yang tumbuh ke atas, dan bercabang-
cabang atau bergantungan dari cabang-cabang pohon. Contohnya : Usnea comosa.
Gambar 16. Usnea comosa
c. Lichen crustose memiliki tubuh seperti crust (seperti lapisan kulit) yang menempel
pada kulit pohon, atau batu. Thallus memiliki lobus yang kecil memusat disebut
crustaceous. Crustaceous berupa kerak, terdiri atas lapisan tipis pada bebatuan, batu,
atau bahan lain tempat tumbuhnya. Contohnya : Rhizocarpon geographicum dan
Lecamura muralis.

Gambar 17. Rhizocarpon geographicum Gambar 18. Lecamura muralis.


d. Lichen squamulose memiliki thallus yang tipis mendatar pada kulit pohon atau batu.
Contoh : Cladonia pyxidata

Gambar 19. Cladonia pyxidata


Sedangkan menurut Muzayyinah (2005), berdasarkan habitatnya lichen dibedakan
menjadi tiga kategori :
1. Saxicolous, merupakan lichen yang hidup di batu/cadas pada suhu dingin. Contohnya
: Acarospora ceruina, A.Fuscata, Aspicillia corcota.

Gambar 20. Acarospora ceruina


2. Corticulous, merupakan lichen yang hidup di pohon yang berperan sebagai epifit,
kebanyakan di daerah tropis, dan subtropit dengan kelembapan tinggi. Contoh : Usnea
articulata, Usnea hirta dan Artania radiata.

Gambar 21. Usnea hirta

3. Terriculous, merupakan lichen yang hidup pada tanah. Contoh : P.didactila, Cladonia
ciliata, dan C. Squamosa.

Gambar 22. Cladonia ciliata


4. Musicolous, merupakan lichen yang tumbuh dengan lumut.Contoh : Cladonia dan
Peltigera.

Gambar 23. Peltigera


2.2.4. Anatomi Lichen
Secara anatomi menurut Pratiwi (2006), jaringan thallus tersusun atas beberapa lapisan
diantaranya :
1. Lapisan paling atas yang disebut hifa. Lapisan ini tidak memiliki ruang antar sel jika
ada biasanya diisi dengan gelatin. Pada beberapa jenis lumut kerak yang bergelatin,
kulit atas juga kekurangan satu atau beberapa sel tipis.
2. Lapisan alga. Lapisan ini berada di bawah lapisan korteks atas yang terdiri atas lapisan
gonidial. Lapisan ini merupakan jalinan hifa fungi yang bercampur dengan alga.
3. Medula, merupakan lapisan yang terdiri atas hifa longgar. Lapisan ini akan
memberikan kekuatan dan penghubung antara lain lapisan bawah dan atas atau bagian
luar dan dalam thallus. Lapisan ini menyerupai parenkim bunga karang seperti daun.
Pembagian atau pemisahan antara lapisan alga dan lapisan mdulla tidak selalu
sempurna. Pada lapisan ini hanya sedikit terdapat sel-sel alga, pada umumnya lapisan
ini relatif tebal dan tidak berwarna atau transparan.
4. Korteks bawah, lapisan korteks bawah ini menyerupai korteks atas. Di lapisan ini
terbentuk rhizoid yang berkembang masuk ke substrat. Jika tidak ada rhizoid, maka
fungsinya akan digantikan dengan hifa-hifa fungi yang merupakan perpanjangan hifa
dari lapisan medulla.
Alga yang menyusun tubuh lichen disebut ginidium, bisa berbentuk uniseluler dan
multiseluler. Kebanyakna gonidium biasanya berupa ganggang biru (Cyanophyceae) antara
lain Chroococcus dan Nostoc, atau bahkan kadang-kadang ganggang hijau (Chloropyceae)
misal Cystococcus dan Trentepohlia. Komponen jamur penyusun lichens yang terbanyak
adalah dari kelompok Ascomycetes (96%), selanjutnya diikuti oleh Basidiomycetes, dan
Deuteromycetes (Aptroot, dkk. 2014)
Gambar 24. Anatomi Lichens

2.2.5. Klasifikasi Lichen


Menurut Tjitrosoepomo (1998), lumut kerak diklasifikasikan menurut cendawan yang
menyusunnya dan dibedakan menjadi dua kelas yaitu :
1. Ascolichenes
Kelompok Ascolichenes ini terbagi dalam dua kelompok : a) Pyrenomycetales
yang menghasilkan tubuh buah berupa peritesium , yang berumur pendek, dan dapat
hidup bebas, misalnya Dermatocarpun dan Verrucaria. b) Discomycetales yang
membentuk tubuh buah berupa apotesium. Apotesium pada lumut kerak ini berumur
panjang, bersifat seperti tulang rawan dan mempunyai askus yang berdinding tebal.
Dalam golongan ini termasuk Usnea (rasuk angin) yeng berbentuk semak kecil dan
banyak terdapat pada pohon-pohonan dalam hutan, lebih-lebih di daerah pegunungan.

Gambar 25. Contoh darikelompok Ascolichenes


2. Basidiolichenes (Hymenolichenes)
Kebanyakan lumut kerak ini mempunyai thallus yang berbentuk lembaran-
lembaran. Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium,
yang sangat menyerupai Hymenomycetales, contohnya adalah Corapavonia.
Gambar 26. Contoh darikelompok Basidiolichenes (Hymenolichenes)
3. Deuterolichenes (Lichenes Imperfecti)
Golongan ini tidak membentuk spora fungi dan talus tersusun dari hifa atau massa
padat yang seringkali terlihat menyerupai serbuk atau bubuk pada substrat yang
ditumbuhinya.

Gambar 27. Contoh dari kelompok Deuterolichenes (Lichenes Imperfecti)


Secara umum taksonomi lichen adalah sebagai berikut :
Kelas : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Famili : Lichinaceae, Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae,
Perltigeraceae, Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae,
Gyalectaceae, Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae,
Lecanoraceceae, Parmeliaceae, Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.
Ordo : Sphariales
Famili : Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae
Ordo : Caliciales
Famili : Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae
Ordo : Myrangiales
Famili : Arthoniaceae, Myrangiaceae
Ordo : Pleosporales
Famili : Arthopyreniaceae
Ordo : Hysteriales
Famili : Lecanactidaceae, Opegraphaceae, Rocellaceae
Kelas : Basidiolichens
Famili : Herphothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae, Thelolomataceae
Kelas : Licheness Imperfect
Genus : Cystocoleus, Lepraria, Lichenesothrix, Racodium

2.2.6. Reproduksi dan Mekanisme Penggandaan Diri Lichen


Menurut Bhat, dkk (1998), kebanyakan reproduksi lichen tergolong ke dalam
askospora yang menghasilkan spora di dalam kantong yang disebut askus. Askus dibentuk
dalam struktur yang disebut badan buah (askokarpus) yang berbentuk seperti apothecia,
perithecia atau pseudothecia yang sama dengan lichen non fungi. Ini dicirikan dengan
ascocarp (ascomata) yang mengandung lapisan hymenium spora yang mengandung askus dan
badan seperti parafisis.
Apothecia merupakan suatu badan yang berbentuk seperti cawan. Hymenium terdiri
dari apikal tanpa parafisis dan askus membentuk lapisan tipis yang terbentang di bagian dalam
permukaan lempengan. Lempengan ini kebanyakan adalah tipe crusttose dengan diameter 0,5-
3 mm. Pada foliose lichen yang berukuran besar ukuran diameter mencapai 10-20 mm.
Akus merupakan kantung yang di dalamnya tempat terbentuk ascospora. Askus terdiri
dari dua lapisan dinding, di bagian luar bersifat inextensible sedangkan di bagian dalamnya
bersifat ektensible. Askal bagian luar (exotunica). Beberapa jenis spora dalam lichen yaitu :
1. Spora sederhana
Lichen yang bersifat uniseluler dan tidak memiliki septat, spora berukuran
kecil dengan dinding sel yang sangat tipis pada Lecanora, Parmelia, dan Usnea.
Kadang-kadang Pertusaria yang berukuran lebih besar dan dinding yang tebal.
2. Spora septat transversal
Berukuran panjang dan multiseluler mengandung sekitar 1-40 dinding sel
transversal yang melintang. Misal terdapat pada Graphis, Pyrenula, dan Bacidia.
3. Spora muriformis
Spora ini bersifat multiseluler dengan dinding-dinding transversal dan
longitudinal, berukuran lebih besar, misal pada Phaeographina, Umbilicaria, dan
Lapodium.
4. Spora polarilocular
Memiliki septa yang tebal dan mampu melakukan penetrasi melalui saluran kecil
(pada Caloplaca, dan Xanthoria). Sejumlah spora biasa 8 tapi dapat pula bervariasi
dari spesies Mycoblastus hingga ke dalam ribuan Acarospora.
Reproduksi Lichen sangat berbeda dengan reproduksi alga dan jamur. Reproduksi
Lichen terjadi dalam dua cara cara yaitu aseksual dan seksual.
1. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual terjadi ketika lichen membentuk suatu badan yang disebut
dengan soredia atau isidia (bagian yang lebih tipis) pada permukaan kulit pohon atau
benda buatan lainnya. Soredium mengandung massa sel-sel yang membentuk hifa yang
terdapat pada permukaan thallus. Isidia seperti jari yang tumbuh ke bagian luar korteks
mengandung sel-sel dan jaringan alga dan fungi. Bagian ini mudah pecah dan
menghasilkan badan seragam di bagian permukaan lichens. Lobulus merupakan
pertumbuhan lanjut dari thallus yang berada di bagian tepi lobus. Kebanyakan reproduksi
vegetatif lichen pada tipe fruticose lichen seperti Cladonia dan Bryoria adalah dengan
fragmentasi thallus.
Soredia (propagula simbiotik) mengandung hifa dan sel-sel fotobion, soredia
berkembang dari medulla yang membentuk padatan, butiran-butiran granul, dengan
diameter 20-50 µm. Jika berbentuk secara beraturan disebut soralia.
Isdia merupakan bagian yang sederhana dari suatu badan thallus, merupakan badan
yang mudah pecah dan didistribusikan sebagai fragmen-fragmen dengan alga maupun
fungi. Beberapa jenis mampu berdegerasi menjadi soredia isidioid.

Gambar 28. Reproduksi vegetatif pada pada lichen


2. Reproduksi Seksual
Rekan fungi pada lichen melakukan reproduksi seksual. Reproduksi seksual ini
memungkinkan adanya variasi pada populasi, sehingga inilah alasan mengapa jamur yang
memiliki keanekaragaman tinggi melakukan reproduksi seksual. Untuk melakukan
reproduksi seksual tersebut dibutuhkan dua tipe gen yang inti haploid (n+n), atau sebuah
diploid (2n). Pada kasus dua inti haploid mereka harus bergabung terlebih dahulu untuk
membentuk inti diploid, melalui mekanisme pembelahan sel meiosis, yang didalamnya
terjadi proses pembelahan inti sel yang berpotensi membawa variasi dalam progenitas.
Proses ini diikuti dengan pembentukan spora (ascospore), yang pada banyak kasus
memiliki kemampuan bertahan yang tinggi dalam kondisi segala kondisi. Thallus lichen
direkontruksi melalui penggabungan germinasi askospora dan alga.
Beberapa lichen menghasilkan tubuh jamur yang disebut dengan apotheca dan
peritheca, badan inti yang melaksanakan reproduksi seksual. Pycnidia terjadi di dalam
seluruh kelompok lichen. Memiliki struktur ramping yang menempel pada thallus lichen
yang menghasilkan ratusan hifa jamur yang disebut conidia. Conidia dapat berperan
sebagai sperma jantan yang berfusi dengan inti betina dalam askus.

2.2.7 Siklus Hidup Lichen


Siklus hidup lichen terdiri dari dua fase yaitu fase seksual dan aseksual. Bagian fungi pada
lichen menyebabkan terjadinya siklus seksual secara normal. Ini akan membawa pada proses
pembentukan tubuh buah seperti aphotecia, perithecia, pycnidia yang menghasilkan spora.
Spora ini akan berkecambah dan menghasilkan mycelium baru, jika berkombinasi dengan
alga yang cocok akan menghasilkan thallus lichen yang baru. Alga lichen melakukan proses
reproduksi melalui pembelahan sel . kebanyakan lichen bereproduksi secara aseksual.
Fase aseksual (perbanyakan secara vegetatif ) dengan bantuan propagula khusus lichen.
Mereka menghasilkan propagula vegetatif seperti soredia, isidia, lobula dan fragmen-fragmen.
Setelah tumbuh, badan ini meninggalkan tubuh lichen dan berkembang menjadi thallus baru.

2.2.8 Lichen Sebagai Bioindikator Kualitas Udara


Penggunaan Lichen sebagai bioindikator telah dipergunakan sejak lama dengan cara
membuat peta penyebaran lumut kerak. Sistem skala polusi lumut kerak menggunakan
ada/tidak adanya spesies sensitif tertentu untuk mengetahui konsentrasi SO2dalam udara.
Begitu juga dibuat skala untuk zat-zat pencemar udara yang lain (Nimis, 2000)
Keunikan morfologi dan fisiologis talus Lichen memungkinkan untuk digunakan sebagai
indikator biologis. Lichen mempunyai akumulasi klorofil yang rendah, tidak mempunyai
kutikula, mengabsopsi air dan nutrien secara langsung dari udara dan dapat mengakumulasi
berbagai material tanpa seleksi serta bahan yang terakumulasi tidak akan terekskresikan lagi
dan akan terjadi perunahan warna talus, akibat adanya bahan pencemar.
Perlunya pertimbangan dalam perbedaan morfologi dan sifat pertukaran ion antara spesies
Lichen yang berbeda ketika memilih spesies untuk memantau logam berat atmosfer. Berikut
ini adalah tabel jenis-jenis tumbuhan lumut kerak dan tempat tumbuhnya di lingkungan :
Tabel 1 Jenis-Jenis Tumbuhan Lumut Kerak Dan Tempat Tumbuhnya Di Lingkungan
Tempat Tumbuh Jenis-Jenis Lumut Kerak
Tercemar Berat Desmococcus viridis, Cladonia coniocraea,
C.macilenta, L disepersa, L.expallens, dll
Tercemar Sedang Platismatia glauca, P. Sulcata, P.saxatalis,
P. Glabratula, Foraminella ambigua, dll.
Tercemar Ringan Opegrapha varia, G.scripta, G.elegans,
Physia aipolia, dll
Daerah Bersih Usnea rubicunda, U.florida, U.articulata,
R.fraxinea, dll
Ada beberapa sifat lichen yang ideal sebagai bioindikator antara lain :
1. Secara geografis penyebaranya luas
2. Morfologinya tetap meskipun terjadi perubahan musim
3. Tidak memiliki kutikula sehingga mempermudah air, larutan dan logam serta mineral
diserap oleh lumut kerak
4. Nutrisinya tergantung dari bahan-bahan yang diendapkan dari udara
5. Mampu menimbun pencemar secara bertahun-tahun
Terdapat beberapa parameter yang dapat dipergunakan dalam penelitian Lichen untuk
mengukur adanya pencemaran udara yaitu :
1. Keanekaan : jumlah jenis yang terdapat di substrat yang diamati. Pada daerah dimana
pencemaran telah terjadi, jumlah jenis yang ada sedikit dan jenis-jenis yang peka
sekali akan hilang.
2. Pertumbuhan : diamati dengan melihat keadaan morfologi dan warna talusnya. Lumut
kerak di daerah yang tercemar pertumbuhannya kurang baik, warnanya pucat atau
berubah.
3. Kesuburan : dilihat ada tidaknya lat berkembangbiak yaitu soredia, isidia, lobulus,
chypellae, dan chepaloidea. pada daerah tercemar, lumut kerak yang ada kurang subur,
dan alat berkembangbiak tidak ada.
4. Frekuensi : penyebaran dan pengelompokkan lumut kerak pada setiap substrat yang
diamati, sedangkan frekuensi adalah kehadiran lumut kerak pada setiap pohon contoh
di masing-masing setiap pengamatan.
5. Persentase penutupan (density) : diukur dengan menghitung luas penutupan lumut
kerak pada substrat dan habitat yang diamati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a) Cyanobacteria atau ganggang-hijau biru adalah filum (devisi) bakteri yang mendapat
energi dari fotosintesis
b) Ganggang hijau-biru dapat ditemukan di hampir semua habitat, dari samudera air tawar
bahkan sampai batu dan tanah. Cyanobacteria bersifat kosmopolit, tidak hanya
ditemukan di habitat akuatik melainkan juga ditemukan di habitat terestial.
Cyanobacteria ada yang hidup sebagai plankton dan ada yang hidup sebagai bentos.
c) Ciri ganggang hijau-biru antara lain tidak memiliki membran sel, tidak memiliki
mitokondria, dan juga tidak memiliki plastida. Karena itu lah umumnya klorofil yang
dimiliki berjumlah banyak namun tersebar pada seluruh sitoplasma. Cyanobacteria
dapat berbentuk sel, filamen ataupun koloni. Diameternya antara 1-60µm. Secara
umum, cyanobacteria memiliki bentuk dasar yang khas yang dapat mencirikan antara
satu genus dengan yang lain, atau bahkan antara spesies. Struktur sel penyusun tubuh
Cyanobacteria mirip dengan sel bakteri Gram negatif, dengan ciri utama memiliki
dinding sel yang mengandung lapisan peptidoglikan yang tipis. Sel Cyanobacteria
terdiri atas bagian-bagian, yaitu lapisan lendir, dinding sel, membran plasma, membran
fotosintetik, mesosom, sitoplasma, ribosom, granula penyimpanan, vakuola gas, protein
padat, dan nukleoplasma (DNA).
d) Cyanobacteria diklasifikasikan menjadi tiga ordo yaitu Ordo Chroococcales, Ordo
Chamaesiphonales dan Ordo Hormogenesis.
e) Cara perkembang biakan dari cyanophyta yang diketahui ada 3 cara yang ketiga-tiganya
termasuk perkembangbiakan secara vegetatif dan aseksual yaitu pembelahan sel,
fragmentasi dan spora vegetatif. Sedangkan perkembangbiakan secara generativ
(seksual) belum diketahui
f) Dalam kehidupan sehari-hari cyanobacteria berperan dalam pengikat nitrogen bebas,
vegetasi perintis, menambah materi-materi organik ke dalam tanah dan mampu
menghasilkan senyawa karbohidrat yang lumayan dan senyawa organic lain sangat
tinggi yang diperlukan oleh manusia sebagai sumber pangan yang mengandung banyak
sekali protein di dalamnya.
g) Lichens adalah organisme serupa tumbuhan yang menutupi sekitar 8% permukaan
bumi. Lichens adalah organisme yang sebenarnya berasal dari dua organisme berbeda
yang saling bersimbiosis. Organisme tersebut yaitu fungi dan organisme fotosintetik
(alga atau cyanobacteria). Jamur merupakan organisme yang menyediakan struktur dan
masa, perlindungan, sedangkan organisme fotosintetik bertanggung jawab atas
ketersediaan karbohidrat.
h) Lichen merupakan tumbuhan yang mampu hidup di daerah ekstrem di permukaan bumi.
Mereka dapat tumbuh di permukaan tanah, bebatuan, pepohonan, bahkan permukaan-
permukaan benda buatan manusia. Mereka ada di tempat yang jarang ada organisme
yang mampu hidup di sana seperti puncak gunung, padang pasir, dan daerah kutub.
i) Tubuh Lichen dinamakan dengan thallus, ini sangat penting untuk identifikasi. Pada
umumnya lichen yang menempel pada pohon berwarna hijau keabu-abuan, kuning,
hijau biru, oranye, kuning cerah, coklat dan bahkan hitam. Menurut klasifikasi
morfologi, Lichen umumnya ditemukan terbagi menjadi beberapa tipe yaitu berbentuk
foliose, fruticose, dan crustose serta squamulose. Sedangkan berdasarkan habitatnya
lichen dibedakan menjadi tiga kategori yaitu Saxicolous, Corticulous, Terriculous dan
Musicolous. Secara anatomi jaringan thallus tersusun atas beberapa lapisan diantaranya
: lapisan paling atas yang disebut hifa, lapisan alga, medula, dan korteks bawah.
j) Lumut kerak diklasifikasikan menurut cendawan yang menyusunnya dan dibedakan
menjadi dua kelas yaitu Ascolichenes, Basidiolichenes (Hymenolichenes), dan
Deuterolichenes (Lichenes Imperfecti).
k) Reproduksi Lichen sangat berbeda dengan reproduksi alga dan jamur. Reproduksi
Lichen terjadi dalam dua cara cara yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual
terjadi ketika lichen membentuk suatu badan yang disebut dengan soredia atau isidia
(bagian yang lebih tipis) pada permukaan kulit pohon atau benda buatan lainnya. Rekan
fungi pada lichen melakukan reproduksi seksual. Reproduksi seksual ini memungkinkan
adanya variasi pada populasi, sehingga inilah alasan mengapa jamur yang memiliki
keanekaragaman tinggi melakukan reproduksi seksual. Untuk melakukan reproduksi
seksual tersebut dibutuhkan dua tipe gen yang inti haploid (n+n), atau sebuah diploid
(2n).
l) Siklus hidup lichen terdiri dari dua fase yaitu fase seksual dan aseksual. Bagian fungi
pada lichen menyebabkan terjadinya siklus seksual secara normal. Ini akan membawa
pada proses pembentukan tubuh buah seperti aphotecia, perithecia, pycnidia yang
menghasilkan spora. Spora ini akan berkecambah dan menghasilkan mycelium baru,
jika berkombinasi dengan alga yang cocok akan menghasilkan thallus lichen yang baru.
Alga lichen melakukan proses reproduksi melalui pembelahan sel. Kebanyakan lichen
bereproduksi secara aseksual. Fase aseksual (perbanyakan secara vegetatif ) dengan
bantuan propagula khusus lichen. Mereka menghasilkan propagula vegetatif seperti
soredia, isidia, lobula dan fragmen-fragmen. Setelah tumbuh, badan ini meninggalkan
tubuh lichen dan berkembang menjadi thallus baru.
m) Penggunaan Lichen sebagai bioindikator telah dipergunakan sejak lama dengan cara
membuat peta penyebaran lumut kerak. Sistem skala polusi lumut kerak menggunakan
ada/tidak adanya spesies sensitif tertentu untuk mengetahui konsentrasi SO2dalam
udara. Begitu juga dibuat skala untuk zat-zat pencemar udara yang lain. Beberapa sifat
lichen yang ideal sebagai bioindikator yaitu secara geografis penyebaranya luas,
morfologinya tetap meskipun terjadi perubahan musim, tidak memiliki kutikula
sehingga mempermudah air, larutan dan logam serta mineral diserap oleh lumut kerak,
nutrisinya tergantung dari bahan-bahan yang diendapkan dari udara dan mampu
menimbun pencemar secara bertahun-tahun

3.2 Saran
Sebagai warga Negara yang baik dan cerdas ikut sertadalam melestarikan lingkungan
yang ada agar hewan dan tumbuhan tidak terjadi kepunahan.

Daftar Pustaka
Anonimus. 2012. The British Lichen Society - Promoting the Study, Enjoyment and
Conservation of Lichens. London: The British Lichen Society .
Beaching, S. Q., & Hill, R. (2007). Guide to Twelve Common & Conspicuous Lichens of
Georgia’s Piedmont. Georgia: University of Georgia Atlanta (UGA).
Bhat, S. P., Dudani, S. N., & Chandran, M. S. (1998). Lichens : General Characteristics .
Bungalore, India: Indian Institute of Science .
B.R.Vashishta, 1999. Botany for degree students: algae, 8 th ed., S. Chad & Company Ltd.,
New Delhi.
H.C. Bold, M.J. Wynne. 1985, Introduction to the algae structure and reproduction, 2nd ed.,
Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs,
Muzzayinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. Surakarta: UNS Press
Nimis.2000. Epiphytic Lichens as Bioindicators of Air Pollution in the Area of Belgrade. IAL
3 (pp. 331- 334). Belgrade: Verlag Alexander Just .
Pratiwi, M. E. 2006. Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara – Studi Kasus.
Surabaya : UNAIR
R.L. Oliver, C.G. Ganf, 2000. Freshwater bloom. in: Whitton, A. & M. Potts (Eds.), The
ecology of Cyanobacteria. Kluwer Academic Publisher, Hingham.
Salma, dkk. 2005. Keanekaragaman Bakteri Filosfer dari Beberapa Tanaman Asal
Kalimantan Timur. Forum Pascasarjana 28 (1) : 1-10
Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan - Schizophyta, Thallophyta, Bryophya,
Pterydophyta. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Vaishanrpayan, A., Sinha, R.P., Hader, D.P, Dey, T., Gupta, A.K., Bhan, U. and Rao,A.L.
2001.Cyanobacterial biofertilizers in rice agiculture. Botical Review 67:453-516.

Anda mungkin juga menyukai