Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana yang kami harapkan.Tugas makalah yang
berjudul “Deskripsi Tentang Cyanobacteria dan Lichens” ini terbentuk atas kerja sama kelompok
kami untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Mikrobiologi.
Kemudian dengan terselesiakannya makalah ini, kami menghaturkan rasa terimakasih
kami kepada Dosen Mikrobiologi kami yang telah membimbing dalam mengajarkan langkah-
langkah pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat tersusun meski banyak
kekurangan di dalamnya. Harapan kami semoga makalah yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca kami harapkan agar kedepannya
makalah ini bisa jauh lebih baik lagi. Terima Kasih.
1.1 LatarBelakang
Cyanobacteria atau ganggang-hijau biru adalah filum (devisi) bakteri yang mendapat
energi dari fotosintesis. Ganggang hijau-biru dapat ditemukan di hampir semua habitat,
dari samudera air tawar bahkan sampai batu dan tanah. Cyanobacteria bersifat
kosmopolit, tidak hanya ditemukan di habitat akuatik melainkan juga ditemukan di habitat
terestial. Cyanobacteria ada yang hidup sebagai plankton dan ada yang hidup sebagai
bentos.
Ciri ganggang hijau-biru antara lain tidak memiliki membran sel, tidak memiliki
mitokondria, dan juga tidak memiliki plastida. Karena itu lah umumnya klorofil yang
dimiliki berjumlah banyak namun tersebar pada seluruh sitoplasma. Cyanobacteria dapat
berbentuk sel, filamen ataupun koloni. Diameternya antara 1-60µm. Secara umum,
cyanobacteria memiliki bentuk dasar yang khas yang dapat mencirikan antara satu genus
dengan yang lain, atau bahkan antara spesies. Struktur sel penyusun tubuh Cyanobacteria
mirip dengan sel bakteri Gram negatif, dengan ciri utama memiliki dinding sel yang
mengandung lapisan peptidoglikan yang tipis. Sel Cyanobacteria terdiri atas bagian-
bagian, yaitu lapisan lendir, dinding sel, membran plasma, membran fotosintetik,
mesosom, sitoplasma, ribosom, granula penyimpanan, vakuola gas, protein padat, dan
nukleoplasma (DNA).
Cyanobacteria diklasifikasikan menjadi tiga ordo yaitu Ordo Chroococcales, Ordo
Chamaesiphonales dan Ordo Hormogenesis. Cara perkembang biakan dari cyanobacteria
yang diketahui ada 3 cara yang ketiga-tiganya termasuk perkembangbiakan secara
vegetatif dan aseksual yaitu pembelahan sel, fragmentasi dan spora vegetatif.. Sedangkan
perkembangbiakan secara generativ (seksual) belum diketahui. Dalam kehidupan sehari-
hari cyanobacteria berperan dalam pengikat nitrogen bebas, vegetasi perintis, menambah
materi-materi organik ke dalam tanah dan mampu menghasilkan senyawa karbohidrat
yang lumayan dan senyawa organic lain sangat tinggi yang diperlukan oleh manusia
sebagai sumber pangan yang mengandung banyak sekali protein di dalamnya.
Lichens adalah organisme serupa tumbuhan yang menutupi sekitar 8% permukaan
bumi. Lichens adalah organisme yang sebenarnya berasal dari dua organisme berbeda
yang saling bersimbiosis. Organisme tersebut yaitu fungi dan organisme fotosintetik (alga
atau cyanobacteria). Jamur merupakan organisme yang menyediakan struktur dan masa,
perlindungan, sedangkan organisme fotosintetik bertanggung jawab atas ketersediaan
karbohidrat. Mereka secara bersama-sama mampu saling bersinergi sehingga mampu
bertahan dan menempati habitat yang sangat luas di muka bumi. Lichen merupakan
tumbuhan yang mampu hidup di daerah ekstrem di permukaan bumi. Mereka dapat
tumbuh di permukaan tanah, bebatuan, pepohonan, bahkan permukaan-permukaan benda
buatan manusia. Mereka ada di tempat yang jarang ada organisme yang mampu hidup di
sana seperti puncak gunung, padang pasir, dan daerah kutub.
Tubuh Lichen dinamakan dengan thallus, ini sangat penting untuk identifikasi. Pada
umumnya lichen yang menempel pada pohon berwarna hijau keabu-abuan, kuning, hijau
biru, oranye, kuning cerah, coklat dan bahkan hitam. Menurut klasifikasi morfologi,
Lichen umumnya ditemukan terbagi menjadi beberapa tipe yaitu berbentuk foliose,
fruticose, dan crustose serta squamulose. Sedangkan berdasarkan habitatnya lichen
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu Saxicolous, Corticulous, Terriculous dan
Musicolous.
Secara anatomi jaringan thallus tersusun atas beberapa lapisan diantaranya : lapisan
paling atas yang disebut hifa, lapisan alga, medula, dan korteks bawah. Lumut kerak
diklasifikasikan menurut cendawan yang menyusunnya dan dibedakan menjadi tiga kelas
yaitu Ascolichenes, Basidiolichenes (Hymenolichenes), dan Deuterolichenes (Lichenes
Imperfecti).
Reproduksi Lichen sangat berbeda dengan reproduksi alga dan jamur. Reproduksi
Lichen terjadi dalam dua cara cara yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual terjadi
ketika lichen membentuk suatu badan yang disebut dengan soredia atau isidia (bagian
yang lebih tipis) pada permukaan kulit pohon atau benda buatan lainnya. Rekan fungi
pada lichen melakukan reproduksi seksual. Reproduksi seksual ini memungkinkan adanya
variasi pada populasi, sehingga inilah alasan mengapa jamur yang memiliki
keanekaragaman tinggi melakukan reproduksi seksual. Untuk melakukan reproduksi
seksual tersebut dibutuhkan dua tipe gen yang inti haploid (n+n), atau sebuah diploid (2n).
Siklus hidup lichen terdiri dari dua fase yaitu fase seksual dan aseksual. Bagian fungi pada
lichen menyebabkan terjadinya siklus seksual secara normal. Ini akan membawa pada
proses pembentukan tubuh buah seperti aphotecia, perithecia, pycnidia yang menghasilkan
spora. Spora ini akan berkecambah dan menghasilkan mycelium baru, jika berkombinasi
dengan alga yang cocok akan menghasilkan thallus lichen yang baru. Alga lichen
melakukan proses reproduksi melalui pembelahan sel . kebanyakan lichen bereproduksi
secara aseksual.
Fase aseksual (perbanyakan secara vegetatif ) dengan bantuan propagula khusus
lichen. Mereka menghasilkan propagula vegetatif seperti soredia, isidia, lobula dan
fragmen-fragmen. Setelah tumbuh, badan ini meninggalkan tubuh lichen dan berkembang
menjadi thallus baru.
Penggunaan Lichen sebagai bioindikator telah dipergunakan sejak lama dengan cara
membuat peta penyebaran lumut kerak. Sistem skala polusi lumut kerak menggunakan
ada/tidak adanya spesies sensitif tertentu untuk mengetahui konsentrasi SO2dalam udara.
Begitu juga dibuat skala untuk zat-zat pencemar udara yang lain. Beberapa sifat lichen
yang ideal sebagai bioindikator yaitu secara geografis penyebaranya luas, morfologinya
tetap meskipun terjadi perubahan musim, tidak memiliki kutikula sehingga mempermudah
air, larutan dan logam serta mineral diserap oleh lumut kerak, nutrisinya tergantung dari
bahan-bahan yang diendapkan dari udara dan mampu menimbun pencemar secara
bertahun-tahun
Gambar 1. Cyanobacteria
Gambar 4. Chroccus
b. Gleocapsa
Gleocapsa berbentuk bulat memanjang dan dikelilingi oleh membran dengan
beberapa generasi sel yang terdapat didalamnya. Membran kadang-kadang ada
yang berpigmen. Gleocapsa terdapat pada batuan yang lembab atau pada air.
Gambar 5. Gleocapsa
2. Ordo Chamaesiphonales
Algae bersel tunggal atau merupakan koloni berbentuk benang yang
mempunyai spora. Benang-benang itu dapat terputus-putus yang
dinamakan hormoginium yang dapat merayap dan merupakan koloni baru
prosesnya disebut fragmentasi.
3. Ordo Hormogenesis
Sel-selnya merupakan koloni berbentuk beneng-benang itu melekat pada
subtratnya, tidak bercabang, jarang mempunyai percabangan sejati, lebih sering
mempunyai percabangan semu. Benang-benang itu selalu dapat membentuk
hormoginium. Contohnya: Oscillatoria, Nostoc comune, Anabaena, Spirulina, dan
Rivulia.
Gambar 8. Anabaena sp
3. Spora Vegetatif
Spora vegetatif yang dimaksud disini adalah heteroksit. Pada keadaan yang tidak
menguntungkan heteroksit tetap mampu bertahan karena dinding selnya tebal dan banyak
mengandung bahan makanan. Setelah lingkungan kembali menguntungkan hetroksit
dapat membentuk filamen baru. Contohnya: Chamaesiphon comfervicolus.
Gambar 11. Spora Vegetatif
2.2 Lichen
2.2.1. Pengertian Lichen
Lichens adalah organisme serupa tumbuhan yang menutupi sekitar 8% permukaan
bumi. Lichens adalah organisme yang sebenarnya berasal dari dua organisme berbeda yang
saling bersimbiosis. Organisme tersebut yaitu fungi dan organisme fotosintetik (alga atau
cyanobacteria). Jamur merupakan organisme yang menyediakan struktur dan masa,
perlindungan, sedangkan organisme fotosintetik bertanggung jawab atas ketersediaan
karbohidrat. Mereka secara bersama-sama mampu saling bersinergi sehingga mampu bertahan
dan menempati habitat yang sangat luas di muka bumi (Anonimus. 2012)
Lichens sekilas setipe dengan tumbuhan lumut. Tapi jika diperhatikan dengan seksama
maka lichen merupakan suatu bentuk life form yang unik (khas). Lichen merupakan suatu
organisme hasil asosiasi simbiosis antara jamur dan algae dalam bentuk simbiosis mutualistik
dan helotisme yang dapat membentuk kesatuan morfologi yang berbeda dengan spesies lain
pada komponen-komponennya. Algae memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis
sedangkan fungi mengambil air dan mineral lainnya dari lingkungan. Sedangkan helotisme
maksudnya pada awalnya menguntungkan tapi selanjutnya fungi bersifat parasit pada algae
karena hanya fungi yang memiliki alat perkembangbiakan berupa badan buah / thallus
(Muzayyinah.2005).
b. Lichen fruticose berciri tumbuh seperti semak yang tumbuh ke atas, dan bercabang-
cabang atau bergantungan dari cabang-cabang pohon. Contohnya : Usnea comosa.
Gambar 16. Usnea comosa
c. Lichen crustose memiliki tubuh seperti crust (seperti lapisan kulit) yang menempel
pada kulit pohon, atau batu. Thallus memiliki lobus yang kecil memusat disebut
crustaceous. Crustaceous berupa kerak, terdiri atas lapisan tipis pada bebatuan, batu,
atau bahan lain tempat tumbuhnya. Contohnya : Rhizocarpon geographicum dan
Lecamura muralis.
3. Terriculous, merupakan lichen yang hidup pada tanah. Contoh : P.didactila, Cladonia
ciliata, dan C. Squamosa.
3.2 Saran
Sebagai warga Negara yang baik dan cerdas ikut sertadalam melestarikan lingkungan
yang ada agar hewan dan tumbuhan tidak terjadi kepunahan.
Daftar Pustaka
Anonimus. 2012. The British Lichen Society - Promoting the Study, Enjoyment and
Conservation of Lichens. London: The British Lichen Society .
Beaching, S. Q., & Hill, R. (2007). Guide to Twelve Common & Conspicuous Lichens of
Georgia’s Piedmont. Georgia: University of Georgia Atlanta (UGA).
Bhat, S. P., Dudani, S. N., & Chandran, M. S. (1998). Lichens : General Characteristics .
Bungalore, India: Indian Institute of Science .
B.R.Vashishta, 1999. Botany for degree students: algae, 8 th ed., S. Chad & Company Ltd.,
New Delhi.
H.C. Bold, M.J. Wynne. 1985, Introduction to the algae structure and reproduction, 2nd ed.,
Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs,
Muzzayinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. Surakarta: UNS Press
Nimis.2000. Epiphytic Lichens as Bioindicators of Air Pollution in the Area of Belgrade. IAL
3 (pp. 331- 334). Belgrade: Verlag Alexander Just .
Pratiwi, M. E. 2006. Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara – Studi Kasus.
Surabaya : UNAIR
R.L. Oliver, C.G. Ganf, 2000. Freshwater bloom. in: Whitton, A. & M. Potts (Eds.), The
ecology of Cyanobacteria. Kluwer Academic Publisher, Hingham.
Salma, dkk. 2005. Keanekaragaman Bakteri Filosfer dari Beberapa Tanaman Asal
Kalimantan Timur. Forum Pascasarjana 28 (1) : 1-10
Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan - Schizophyta, Thallophyta, Bryophya,
Pterydophyta. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Vaishanrpayan, A., Sinha, R.P., Hader, D.P, Dey, T., Gupta, A.K., Bhan, U. and Rao,A.L.
2001.Cyanobacterial biofertilizers in rice agiculture. Botical Review 67:453-516.