Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Evolusi Tumbuhan & Peranannya Terhadap Kehidupan Di Bumi ”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


EVOLUSI

Disusun oleh :
Pratiwi P. Poluan 17 507 035

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan hidayah, ilmu
pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang taat pada ajaran agama-Nya, yang telah rela berkorban
untuk mengeluarkan umat manusia dari zaman jahiliah menuju zaman islamiyah yang penuh dengan
IPTEK serta diridhoi oleh Allah SWT. Yaitu dengan agama Islam.

Dalam pembuatan laporan tentang pengaruh cahaya terhadap perkecambahan ini kami banyak sekali
mengalami hambatan karena terbatasnya pemahaman tentang isi laporan ini. kami juga menyadari
bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah kami ini.

Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan
bagi para pembaca pada umumnya.

Silian, 26 Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ……………………………………………………………................................

Rumusan Masalah ........................................................................................

Tujuan ........... .............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

Peranan Evolusi Tumbuhan Terhadap Kehidupan Di Bumi .......................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di bumi yang semakin dewasa ini, banyak sekali ilmuan yang melakukan studi tentang tumbuhan.
Selama ini kita hanya sebatas mengetahui bahwa tumbuhan adalah yang berbatang dan memiliki
helaian berwarna hijau yang disebut dengan daun, yang dimana dapat berbunga dan berbuah. Seiring
kemajuan teknologi dari tahun ketahun maka semakin berkembang pula ilmu pengetahuan di bumi ini.
Para ilmuan mengaitkan ilmu evolusi dengan asal muasal tumbuhan, ini adalah ilmu trobosan yang
sangat luar biasa untuk kita pelajari dan pahami. Selama ini kita hanya mengetahui bahwa ilmu evolusi
adalah ilmu yang membahas bahwa nenek moyang manusia adalah kera atau monyet, akan tetapi
evolusi tidak hanya membahas tentang monyet sebagai nenek monyang manuasi saja, banyak hal yang
dibahas pada ilmu evolusi salah satunya adalah evolusi perkembangan tumbuhan. Kajian evolusi
perkembangan tumbuhan dilakukan berdasarkan bukti- bukti dari fosil-fosil tumbuhan berjuta-juta
tahun yang lalu. Berdasarkan penemuan fosil-fosil inilah para ilmuan dapat mepelajari bagaiman evolusi
tumbuhan dapat terjadi. Oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang evolusi perkembangan
tumbuhan dan perananya terhadap kehidupan di bumi.

Rumusan Masalah

Apa peranan evolusi tumbuhan terhadap kehidupan di bumi?

Tujuan

Untuk mengetahui apa peranan evolusi tumbuhan terhadap kehidupan di bumi?


BAB II

PEMBAHASAN

Evolusi Tumbuhan & Peranannya Terhadap Kehidupan Di Bumi

A. Tumbuhan Darat Berevolusi dari Alga Hijau

Para peneliti telah mengidentifikasi alga hijau yang disebut Charophyta sebagai kerabat terdekat
tumbuhan darat. Adapun bukti atau ciri khas yang mendukung pendapat bahwa alga hijau merupakan
kerabat dekat tumbuhan yaitu :

Ø Kompleks penyintesis selulosa yang berbentuk roset. Sel-sel tumbuhan darat maupun charophtya
memiliki susunan protein yang melingkar dan berbentuk petal pada membran plasma. Susunan protein
ini menyintesis mikrofibril selulosa pada dinding sel. Sebaliknya, alga noncharophyta memiliki susunan
protein linier yang menyintesis selulosa.

Ø Enzim-enzim peroksisom. Peroksisom tumbuhan darat maupun charophyta mengandung enzim-


enzim yang membantu meminimalkan kehilangan produk-produk organik sebagai akibat dari
fotorespirasi. Peroksisom dari alga-alga lain tidak memiliki enzim-enzim ini.

Ø Struktur sperma berflagela. Pada spesies-spesies tumbuhan darat yang memiliki sperma berflagella,
struktur sperma sangat mirip dengan sperma charophyta.

Ø Pembentukan fragmoplas. Detail-detail tertentu dari pembelahan sel hanya terjadi pada tumbuhan
darat dan charophyta tertentu, termasuk genus Chara dan Coleochaete.

Bukti genetic juga mendukung kesimpulan yang ditarik dari keempat ciri morfologis dan biokimiawi ini.
Analisis gen-gen nukleus dan koroplas dari berbagai macam tumbuhan dan alga mengindikasikan bahwa
charophyta (terutama Chara dan Coleochaete) adalah kerabat terdekat tumbuhan darat yang masih ada.

Banyak adaptasi yang tampaknya muncul setelah tumbuhan darat yang berdivergensi dari alga
kerabatnya memfasilitasi kesintasan dan reproduksi pada daratan yang kering. Adapun sifat-sifat
turunan tumbuhan yang menggambarkan empat ciri kunci yang muncul di hampir semua tumbuhan
darat namun tidak muncul di alga charophyta. Keempat ciri tumbuhan darat ini adalah :

1. Pergiliran generasi dan embrio multiselular yang dependen

Siklus hidup semua tumbuhan darat mengalami pergiliran di antara dua generasi organisme multiselular
yaitu gametofit dan sporofit. Tipe siklus reproduksi ini dievolusikan pada berbagai kelompok alga namun
tidak terjadi pada charophyta, alga yang paling berkerabat dekat dengan tumbuhan darat. Sebagai
bagian dari siklus hidup dengan pergiliran generasi, embrio tumbuhan multiseluler berkembangdari
zigot yang tetap berada di dalam jaringan induk betina (gametofit). Embrio tumbuhan darat yang
multiseluler dan dependen merupakan cirri turunan yang sedemikian penting hingga tumbuhan darat
juga dikenal sebagai embryophyta.

2. Spora berdinding yang dihasilkan di dalam sporangium

Spora tumbuhan adalah sel-sel reproduktif haploid yang dapat tumbuh menjadi gametofit haploid
multiseluler melalui mitosis. Sporangium mutiseluler yang menghasilkan spora dengan dinding
diperkaya sporopolenin adalah adaptasi terrestrial kunci dari tumbuhan darat. Walaupun charophyta
juga menghasilkan spora, alga-alga ini tidak memiliki sporangium multiseluler, dan spora-sporanya
berflagela dan tersebar oleh air tidak memiliki sporopolenin.

3. Multicelular gametangia

Ciri yang membedakan tumbuhann darat awal dengan alga nenek moyangnya aalah produksi gamet di
dalam organ multiseluler yang disebut gametangium.

4. Meristem apikal

Meristem apikal adalah wilayah pembelahan sel yang terlokalisasi pada ujung-ujung tunas dan akar. Sel-
sel yang di hasilkan oleh meristem apika berdiferensiasi menjadi epidermis luar, yang melindungi tubuh,
dan berbagai macam jaringan internal. Dengan demikian, tubuh tumbuha yang kompleks memiliki
organ-organ yang terspesialisasi di bawah dan di atas tanah.

B. Asal Usul dan Diversifikasi Tumbuhan

Salah satu cara membedakan tumbuhan adalah dengan melihat apakah tumbuhan mempunyai sistem
jaringan vaskuler yang ekstensif yaitu sel-sel yang bergabung membentuk tube dan berfungsi dalam
transport air dan nutrisi ke seluruh bagian tumbuhan. Sebagian besar tumbuhan memiliki sistem
jaringan vaskuler yang kompleks sehingga disebut sebagai tumbuhan vaskuler. Tumbuhan yang tidak
memiliki sistem transport yang ekstensif disebut tumbuhan nonvaskuler (liverwort – Filum Hepatophyta,
hornwort – Filum Anthocerophyta, lumut – Filum Bryophyta)

Tumbuhan vaskuler, yang membentuk klade tersusun atas kurang lebih 93% dari seluruh spesies
tumbuhan, dan dapat dikategorikan lebih lanjut ke dalam klade yang lebih kecil. Dua diantaranya adalah
lycophyta (lumut gada dan kerabatnya) dan pterophyta (paku-pakuan dan kerabatnya). Tumbuh-
tumbuhan dalam masing-masing klade ini tidak memiliki biji sehingga disebut tumbuhan vaskuler tanpa
biji.

Clade ketiga dari tumbuhan vaskuler adalah tumbuhan berbiji. Tumbuhan berbiji dapat dipisahkan ke
dalam dua kelompok yaitu gymnosperma dan angiosperma berdasarkan ada dan tidaknya ruang
tertutup tempat biji masak. Gymnosperma adalah kelompok tumbuhan berbiji terbuka karena bijinya
tidak berada dalam ruang tertutup. Angiosperma merupakan clade besar yang terdidi atas tumbuhan
berbunga. Biji angiosperma berkembang di dalam ruang yang disebut ovari.
1. Evolusi Tumbuhan Nonvaskuler

Tumbuhan nonvaskuler seringkali disebut secara informal sebagai briofit. Istilah briofit umum digunakan
untuk merujuk semua tumbuhan nonvaskuler. Briofita merupakan tumbuhan darat pertama. Evolusi
briofita merupakan evolusi yang relative dini dalam sejarah tumbuhan. Karena sebagian besar briofita
tidak memiliki jaringan pembuluh maka briofita disebut sebagai tumbuhan nonvaskuler atau tumbuhan
tidak berpembuluh.

Briofita menunjukkan adaptasi penting yang pertama kali membuat perpindahan ke daratan menjadi
mungkin. Karakteristik yang dimiliki briofita di mana gamet berkembang dalam gametangia,
pembuahan sel telur dan embrio yang berkembang dalam organ betina. Dengan kondisi ini, briofita tidak
sepenuhnya terbebaskan dari habitat perairan nenek moyangnya. Oleh karena, briofita memerlukan air
untuk bereproduksi (sperma memiliki flagel untuk berenang ke sel telur). Sebagian besar briofita tidak
memiliki jaringan pembuluh angkut, sehingga terjadi proses imbibisi dalam mengambil air dan proses
difusi dalam penyebaran air ke seluruh tubuhnya lambat. Briofita tidak memiliki jaringan yang diperkuat
oleh lignin yang menyokong tumbuhan tinggi di daratan. Meskipun dapat merentang secara horizontal
di atas permukaan tanah, briofita selalu menempati profil yang rendah. Sebagian besar tingginya hanya
1-2 cm, dan yang paling besarpun kurang dari 20 cm. Terdapat tiga filum pada briofita yaitu :

- Filum Lumut Daun (filum Bryophyta)

Lumut daun merupakan bryofita yang sangat dikenal, tumbuhan lumut ini hidup berkelompok seperti
hamparan yang lunak yang bersifat menyerap air. Masing-masing tumbuhan memiliki rhizoid (rhiza=
akar;-oid= mirip) sebagai alat untuk melekat pada substrat. Lumut daun mempunyai bagian yang mirip
akar, mirip daun dan mirip batang. Bagian “akar”, “batang”, dan “daun” ini memang berbeda
strukturnya dengan akar, batang, dan daun sejati pada tumbuhan tinggi. Namun bagian “daun” –nya
dapat menyelenggarakan fotosintesis. Lumut daun berukuran kecil (pendek), meski demikian, hamparan
Sphagnum (lumut gambut) yang sangat tebal dapat menutupi kira-kira 3 % permukaan bumi kita.
Sphagnum yang mati di tanah yang basah menyimpan karbon organik yang tak mudah diuraikan oleh
mikroba.

- Filum Lumut hati ( Hepatophyta)

Lumut hati banyak tumbuh di hutan tropika yang sarat dengan keanekaragaman Disebut lumut hati
karena tubuhnya terdiri dari beberapa lobus yang mengingatkan kita pada lobus hati. Siklus hidupnya
mirip dengan lumut daun yaitu memiliki fase seksual dan aseksual. Secara aseksual dengan membentuk
Gemmae yang terdapat di dalam”mangkuk” dan kemudian akan terpental ke luar dari mangkuk oleh
tetesan air hujan.

- Filum Lumut tanduk (Anthocerophyta)


Lumut ini disebut lumut tanduk karena sporofitnya membentuk kapsul yang memanjang mirip tanduk.
Sporofit biasanya tumbuh setinggi 5cm. Sporofit lumut tanduk tidak memiliki seta dan hanya terdiri atas
sporangium. Sporangium melepaskan spora matang ketika pecah terbuka, dimulai dari ujung tanduk.
Gametofit biasanya berdiameter 1-2 cm, biasanya tumbuh secara horizontal. Berdasarkan penelitian
asam nukleat diperoleh bukti bahwa lumut tanduk merupakan kelompok bryofita yang paling dekat
kekerabatannya dengan tumbuhan vaskuler. Ketiga divisi bryofita tersebut telah berhasil hidup di darat
dan beradaptasi selama lebih dari 450 juta tahun. Bahkan diyakini bahwa pada 50 juta tahun pertama
sejak lahirnya komunitas darat, lumut merupakan satu-satunya tumbuhan yang mendominasi daratan.

2. Evolusi Tumbuhan Vaskuler

- Tumbuhan vaskuler tak berbiji

Tumbuhan vaskuler atau tumbuhan berpembuluh terdiri atas tumbuhan vaskuler tak berbiji dan
tumbuhan vaskuler berbiji. Tumbuhan vaskuler tak berbiji dimulai sejak 360 juta tahun lalu yaitu pada
masa karbon. Baik pada Cooksonia maupun tumbuhan vaskuler tak berbiji, siklus hidupnya didominasi
oleh generasi sporofit. Generasi gametofitnya sangat kecil dan terdapat di permukaan tanah.
Berkurangnya dominasi generasi gametofit dalam evolusi tumbuhan merupakan bentuk kecenderungan
tumbuhan untuk beradaptasi dengan kehidupan darat. Pada jenis paku-pakuan, ada dua macam
tumbuhan sporofit, yaitu paku homspora dan paku heterospora.

Pada gambar diatas, paku homospora menghasilkan spora yang sama bentuk dan ukurannya, sementara
paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yaitu megaspora dan mikrospora. Megaspora
meghasilkan gametofit betina (arkegonium) sedangkan mikrospora menghasilkan gametofit jantan
(anteridium).

Tumbuhan vaskuler tak berbiji terdiri atas tiga filum yaitu :

a. Filum Lycophyta (likofita)

Paku likofita berevolusi selama masa devon dan mendominasi daratan selama masa karbon. Pada masa
itu, divisi Lycophyta berevolusi menjadi 2 kelompok yaitu : kelompok yang berevolusi menjadi pohon
berkayu dengan diameter batang 2 meter dan tinggi lebih dari 40 meter, dan kelompok yang tetap
berukuran kecil berbentuk herba (tak berkayu), contohnya Lycopodium (paku lumut, paku kawat, pinus
tanah).

Spesies lycophyta raksasa mendominasi rawa karboniferous selama jutaan tahun, kemudian punah
ketika terjadi perubahan suhu di bumi dan rawa-rawa mengering pada akhir periode karbon. Spesies
Lycophyta yang berukuran kecil hidup dekat permukaan tanah di dasar hutan atau hidup sebagai epifit
pada pohon lain. Penyebarannya mulai dari hutan beriklim sedang hingga hutan tropika.

b. Filum Sphenophyta (paku ekor kuda)

Kelompok sphenophyta dikenal sebagai paku ekor kuda, contohnya Equisetum. Tumbuhan paku ini
termasuk kelompok tumbuhan vaskuler primitive yang telah menghuni daratan sejak masa devon. Hidup
dibumi belahan utara hingga daerah tropika ditepian aliran sungai, termasuk paku homospora.

c. Filum Pterophyta

Divisi ini sangat beraneka ragam, dikenal sebagai pakis dengan jumlah spesies lebih dari 12.000 spesies
yang hidup hingga masa kini. Jumlah spesies terbanyak terdapat di daerah tropika , dan beberapa yang
hidup di daerah beriklim sedang. Daun pakis berukuran besar, berbeda dengan daun lycophyta. Diduga
bentuk daun mengalami evolusi, setiap daun pakis yang disebut megafil kemungkinan berasal dari
beberapa daun-daun kecil yang berdekatan. Daun pakis merupakan daun majemuk. Contohnya adalah
pakis haji.

Tumbuhan vaskuler tak berbiji sangat dominan pada masa karboniferous sekitar 290-360 juta tahun
silam, dan pada masa kini meninggalkan spesies yang masih hidup dan juga bahan bakar fosil dalam
bentuk batu bara.

- Tumbuhan vaskuler berbiji

Dibandingkan dengan bryofita dan paku-pakuan, maka gametofit tumbuhan vaskuler berbiji semakin
kecil, terlindungi di dalam jaringan reproduktif yang lembab pada generasi sporofit. Pergeseran dari
haploid kearah diploid pada tumbuhan darat diduga merupakan dampak radiasi ionisasi cahaya
matahari (sinar UV) yang menimbulkan mutasi. Bentuk sporofit yang diploid diduga dapat lebih baik
mengatasi radiasi yang bersifat mutagenik tersebut.

Secara umum gametofit masih diperlukan oleh tumbuhan berbiji sebagai tempat berlindungnya embrio
sporofit sampaikeadaan tertentu pada jaringan gametofit maternal. Apabila tumbuhan lumut dan paku,
spora memegang peranan penting alam penyebaran, maka pada tumbuhan berbiji peran spora
digantikan oleh biji. Spora berukuran mikroskopis dan bersel tunggal berbeda dengan struktur biji yang
multiseluler dan makroskopis. Di dalam biji terdapat embrio sporofil yang terbungkus oleh cadangan
makanan didalam suatu jaringan pelindung.

Semua tumbuhan biji adalah heterospora, yang menghasilkan megasporangia dan mikrosporangia.
Megasporangia menghasilkan megaspora (gametofit betina) yang mengandung sel telur.
Mikrosporangia menghasilkan mikrospora (gametofit jantan) yang mengandung sperma. Evolusi biji
terjadi pada megasporangium yang berbeda dengan megasporangium pada paku air. Mengasporangium
merupakan struktur berdaging padat yang disebut nuselus, dan mempunyai lapisan tambahan yang
disebut integumen yang membungkus megasporangium.

Keseluruhan struktur ini disebut bakal biji (ovul). Di dalam bakal biji terdapat gametofit betina yang
mengandung satu sel telur, yang berkembang di dalam dinding megaspora dan diberi makan
olehnuselus. Jika sel telur dibuahi oleh sperma makan akan menjadi zigot, dan zigot akan berkembang
menjadi embrio sporofit. Bakal biji berkembang menjadi biji. Biji dapat doman selama beberapa waktu
lamanya, bila kondisinya sesuai akaew biji akan berkecambah, embrio sporofit akan muncul dari lapisan
biji sebagai benih atau kecambah.

Mikrospora berkembang menjadi butir-butir serbuk sari. Bila sudah matang, maka serbuk sari akan
menjadi gametofit jantan. Serbuk sari di lindungi oleh lapisan keras yang mengandung sporopolenin,
yang setelah dilepaskan oleh mikrosporangium dapat terbawa angina atau hewan. Apabila butir serbuk
sari jatuh di sekitar bakal biji akan membentuk buluh serbuk sari, yang akan melepasakan satu atau lebih
sperma ke dalam gametofit betina di dalam bakal biji tersebut. Pada tumbuha biji, keberadaan serbuk
sari yang tersebar di udara dan berdaya tahan tinggi merupakan adaptasi terhadap lingkungan darat.

a. Gymnospermae

Berdasarkan catatan fosil, gimnosperma telah lebih dulu menghuni bumi dibandingkan angiospema.
Gimnosperma diduga berasal dari nenek moyang dari kelompok tumbuhan yang hidup dimasa devon,
yaitu Progimnosperma, yang awalnya merupakan tumbuhan tak berbiji. Evolusi menjadi gimnosperma
yang berbiji terjadi secara radiasi adaptif pada masa karbon. Masa Permian merupakan masa perubahan
iklim di bumi. Pada tumbuhan juga terjadi perubahan, jenis paku-pakuan yang semula mendominasi
rawa-rawa di masa karbon, menjadi berkurang dan digantikan oleh kelompok gimnospema.

Secara geologi, akhir masa Permian kira-kira 245 juta tahun lalu merupakan batas antara zaman
paleozoikum dan mesozikum. Zaman paleozoikum didominassi leh kehidupan di lautan, sedangkan
zaman mesozoikum merupakan masa yang ditandai oleh reptilian raksasa. Keberadaan reptilian
didahului oleh kemunculan vegetasi di darat yang didominasi oleh sikas yang mirip palem dan conifer.
Keduanya adalah dua divisi gimnosperma.
Gimnosperma yang masih hidup hingga saat ini terjadi atas 4 divisi yaitu ;

1) Divisi Cycadophyta : mirip palem, namun bukan palem sejati, karena merupakan tumbuhan biji
terbuka. Biji terdapat di dalam sporofit, yaitu daun yang berfungsi untuk reproduksi.

2) Divisi Ginkgophyta : memiliki daun yang berbentuk kipas, yang warnanya berubah keemasan dan
rontok di musim gugur. Umumnya gimnosperma tidak menggugurkan daunnya pada musim gugur.
Spesies yang masih hidup adalah Ginkgo.

3) Divisi Gnetophyta : terdiri dari 3 genus yaitu genus Weltwitschia, genus Gnetum yang hidup di
daerah tropika, dan genus Ephedra yang berupa semak.

4) Divisi Coniferophyta : divisi ini memiliki bunga yang berupa konus; yang merupakan kumpulan
sporofil yang mirip sisik. Conifer yang masih hidup hingga saat ini adalah pinus, cemara, juniper, cear,
sipres, dan redwood (kayu merah). Semua coifer merupakan tumbuhan evergreen,yang tidak
menggugurkan daunnya di musim dingin. Selama musim dingin, fotosintesis terjadi hanya pada hari-hari
cerah. Daun berbentuk jarum, merupakan adaptasi terhadap kondisi kering, daun dilapisi kutikula yang
tebal, stomata di bagian bawah. Semua conifer merupakan tumbuhan yang besar. Ada yang tingginya
lebih dari 110 meter.

b. Angiosperma

Dibandingkan dengan gimnosperma, angiosperma merupakan tumbuhan yang penyebarannya sangat


luas, hampir diseluruh dunia dengan jumlah spesies sekitar 250.000 (dibandingkan dengan gimnosperma
sekitar 720 spesies). Angiosperma digolongkan sebagai divisi tunggal anthophyta. Divisi antophyta
dibagimenjadi dua kelas yaitu, monokotiledon (berkeping satu) dan dikotiledon (berkeping dua).

Sebagai tumbuhan yang beradaptasi dengan kehidupan darat, maka angiosperma mengalami evolusi
pada sel-sel xylem, bunga, buah dan siklus hidup. Struktur sel xylem lebih sesuai untuk pengangkutan air
dari akar ke bagian tumbuhan di atasnya. Xylem pada angiosperma berevolusi menjadi pembuluh, yang
merupakan perkembangan dari trakeid pada gimnosperma, sehingga lebih terspesialisasi sebagai
pengangkut air. Xylem angiosperma juga diperkuat oleh serat yang berkembang ari trakeid, dindingnya
tebal dan mengandung lignin. Pada gimnosperma, unsur serat juga berkembang namun unsure
pembuluh tidak berkembang. Fungsi serat ini adalah untuk membantu proses mekanis.

Di samping evolusi pembuluh, angiosperma juga mengalami evolusi bunga. Bunga merupakan organ
reproduksi yang memiliki empat lingkaran daun yaitu kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan
putik.

Buah pada angiosperma mengalami modifikasi yang membantu penyebaran biji. Ada biji yang sangat
ringan, berbentuk baling-baling yang disebarkan oleh angin, ada buah yang bermodifikasi menjadi duri
yang dapat menempel pada tubuh hewan atau pakaian manusia untuk membantu penyebaran. Ada pula
yang buahnya dapat dimakan oleh hewan namun bijinya tidak tercerna, sehingga lolos bersama dengan
kotorannya. Penyebaran semacam ini dapat terjadi pada tempat yang sangat jauh dari induknya.

Siklus hidup angiosperma juga lebih maju dibandingkan dengan gimnosperma. Semua angiosperma
addalah heterospora. Bunga sporofit menghasilkan megaspora yang embentuk gaetofit betina dan
mikrospora yang menghasilkan gametofit jantan.

c. Evolusi Angiosperma

Fosil tertua angiosperma diperkirakan hidup sekitar 130 juta tahun yang lalu. Fosilnya ditemukan
dilapisan batuan kreta. Pada akhir masa kreta sekitar 65 juta tahun lalu, angiosperma mulai
mendominasi daratan di bumi hingga saat ini.

Evolusi angiosperma juga mempengaruhi evolusi hewan, karena beberapa hewan yang menghuni
daratan menyesuaikan kebutuhan makanannya dengan tumbuhan bunga yang mendominasi hutan
masa itu mulai dari dasar hutan hingga bagian tudungnya dimana terdapat tumbuhan epifita. Hewan
pemakan tumbuhan menjadi terspesialisasi untuk memakan jenis tumbuhan tertentu. Serangga yang
mencari madu bunga, kemudian berkembang menjadi hewan penyerbuk. Hewan penyerbuk ini keudian
menjadi faktor yang meningkatkan keanekaragaman tanaman bunga, hewan ini menjadi ko-evolusi bagi
angiosperma.

Pada saat ini angiospermae merupakan tumpuan harapan bagi ketersediaan sumber makanan di bumi,
karena sebagian besar tanaman pertanian merupakan angiosperma. Mulai dari tumbuhan penghasil
karbohidrat seperti padi, jangung, ketela, kentang, tumbuhan penghasil buah-buahan seperti apel, jeruk,
tomat, durian dan lain-lain, hingga tumbuhan penghasil komoditas lainnya. Semuanya tidak terlepas dari
adanya campur tangan manusia dalam penyebaran benih dan membudidayakan tumbuhan. Manusia
berperan sangat besar dalam evolusi tumbuhan angiosperma melalui proses pemuliaan, seleksi alam,
dan hibridisasi untuk memperbaiki mutu tanaman pertanian dan budidaya.

Tumbuhan juga berperan dalam mempengaruhi iklim di bumi, karena menurunkan jumlah CO2 di
atmosfer bumi sehingga iklim di bumi menjadi lebih sejuk. Karbondioksida diatmosfer menyebabkan
terjadinya pemanasan di permukaan bumi, sehingga efek rumah kaca dan gas CO2 disebut gas rumah
kaca. Peranan tumbuhan terhadap iklim global diduga telah terjadi sejak zaman paleozoikum karena :

1. Tumbuhan menggunakan karbondioksida (CO2) sebagai sumber karbon untuk proses fotosintesis

2. Tumbuhan mengembalikan sebagian karbondioksida hasil respirasinya ke udara, dan juga hasil
respirasi dari organisme heterotrof yang hidup di masa itu.

Sebagian besar karbon yang digunakan untuk asimilasi tersimpan di dalam tanah sebagai cadangan
makanan yang terbenam dalam waktu yang relative lama dalam bentuk sporopolenin, lignin dan lilin
setelah tumbuhan tersebut mati. Berdasarkan postulat Berne, pengaruh tumbuhan terhadap kadar
karbondioksida di atmosfer terjadi melalui kegiatan tumbuhan vaskuler di dalam tanah, karena akar
tumbuhan vaskuler dapat menyebar hingga ke tempat yang jauh yang berbatu-batu. Akar ini mampu
memecah bebatuan dan mengeluarkan senyawa asam yang membebaskan mineral dan partikel tanah.
Apabila terjadi pembasuhan maka CO2 akan bereaksi dengan mineral terutama setelah mengalir ke laut,
sehingga reaksi ini akan menurunkan kadar karbondioksida di atmosfer.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tumbuhan pada awalnya evolusi dari alga hijau, yang memiliki ciri-ciri seperti tumbuhan, lalu berevolusi
menjadi tumbuhan briofita yang mulai beradaptasi dengan hidupan daratan, mulai membentuk sistem
tubuh yang mendukung menjadi tumbuhan vaskuler tak berbiji yang kita kenal sekarang dengan
tanaman paku-pakuan. Perkembangan tanaman lebih kompleks dengan adaptasi menjdi tumbuhan
vaskuler berbiji (gimnosperma), dan selanjutnya evolusi tumbuhan sampai ketahap tanaman modern
yaitu angiosperma. Dengan adanya evolusi tumbuhan maka kehidupan di bumi dapat terjadi dan
beranekaragam jenisnya, evolusi tumbuhan mendukung evolusi yang terjadi pada hewan. Yang lebih
penting evolusi tumbuhan dapat mengurangi karbondioksida pada atmosfer melalui fotosintesis
menjadikan bumi lebih sejuk, sehingga dapat dihuni oleh makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Cambell.Biologi Edisi Kedelapan Jilid II. Jakarta: Erlangga.2003.

Hasssan, Munif Said, Dkk. Pengantar Biologi Evolusi. Jakarta: Erlangga. 2014.

Kimbal, John W. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. 1983

Martuti, Nana Kariada Tri. Peranan Tanaman Terhadap Pencemaran Udara Di Jalan Protokol Kota
Semarang. Semarang : UNES. Vol 5 . NO 1. 2013

Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press 2000

Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2009

Anda mungkin juga menyukai