Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

KLASIFIKASI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH DAN


TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

Disusun Oleh:
Mutiara Fadilah Rahmadhani (23231015)

Rafa Verda Gani (23231023)

Adilah Wazna (23231038)

Azizah Dayuni (23231045)

Dosen Pengampu :

Dr. Skunda Diliarosta, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

TAHUN 2024
KATA PENGHANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah keanekaragaman makhluk hidup yang berjudul “Tumbuhan Tingkat Rendah dan
Tumbuhan Tingkat Tinggi” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah keanekaragaman makhluk hidup ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan
menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah keanekaragaman
makhluk hidup ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan
pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah keanekaragaman makhluk hidup ini dapat bermanfaat
bagi kita semuanya.

Padang, 8 Februari 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................3
C. TUJUAN DAN MANFAAT.........................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................................4
A. TUMBUHAN TINGKAT RENDAH...........................................................................................4
1. TUMBUHAN BELAH (Schizophyta)..............................................................................4
2. TUMBUHAN TALUS (Thallophyta)........................................................................................5
3. TUMBUHAN LUMUT (Bryophyta).........................................................................................5
4. TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta)........................................................................................6
B. TUMBUHAN TINGKAT TINGGI..............................................................................................7
1. TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA.........................................................................................7
2. TUMBUHAN BERBIJI TERTUTUP.......................................................................................9
3. PERBEDAAN TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA DAN BERBIJI TERTUTUP.................12
C. KASUS .........................................................................................................................................12
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................16
B. SARAN.........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu mahkluk hidup yang terdapat di alam semesta. Selain itu
tumbuhan adalah mahkluk hidup yang memiliki daun, batang, dan akar sehingga mampu
menghasilkan makanan sendiri dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses
fotosintesis.

Taksonomi adalah ilmu yang memperlajari identifikasi, tatanama dan klasifikasi suatu objek.
Taksonomi tumbuhan merupakan salah satu bidang ilmu yang telah dipelajari sejak lama oleh
manusia. Dulunya manusia telah mengelompokkan tumbuhan disekitar mereka berdasarkan
kegunaannya seperti tumbuhan sumber makanan, tumbuhan untuk obat-obatan, tumbuhan
penghasil serat dan lain-lain. Pengelompokkan sederhana tersebut merupakan cikal bagi
pengelompokkan tumbuhan saat ini. Ilmu terus berkembang dan mengikuti segala macam
perkembangan ilmu yang ada diluar mereka dan dijadikan sarana dalam mencari bukti-bukti baru
untuk menyajikan nama dan pengelompokkan yang tepat bagi tumbuhan. Perkembangan ilmu
terus diikuti karena para ahli taksonomi mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat dan
ilmu-ilmu lainnya untuk dapat menyajikan klasifikasi dan nama yang benar atas tumbuhan yang
dibutuhkan

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tumbuhan tingkat rendah?
2. Apa saja contoh tumbuhan tingkat rendah?
3. Apa yang dimaksud dengan tumbuhan tingkat tinggi?
4. Apa saja pembagian tumbuhan berbiji?
5. Apa perbedaan tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil?
6. Apa perbedaan tumbuhan berbiji terbuka dan tumbuhan berbiji tertutup?
C. Tujuan dan Manfaat

3
Tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah keanekaragaman makhluk hidup ini adalah
agar para pembaca lebih mengenal tentang tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi
ini serta untuk memenuhi tugas mata kuliah keanekaragaman makhluk hidup.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tumbuhan Tingkat Rendah

Tumbuhan tingkat rendah merupakan kelompok tumbuhan yang berstruktur tubuh dan
perkembangan organ tubuhnya masih sangat sederhana. Meskipun sebagian ada yang memiliki
organ seperti batang, akar, dan daun namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan yang tidak
memiliki bunga dan jaringan pembuluh bukan termasuk organ sejati. Tumbuhan tersebut tidak
memiliki bunga dan jaringan pembuluh angkut sehingga penyaluran materi di dalam tubuh
dilakukan dengan cara difusi. Termasuk kelompok tumbuhan tingkat rendah diantaranya ciri-ciri
tumbuhan tingkat rendah memiliki ciri khas tumbuhan tingkat rendah yaitu tumbuhan belah
(schizophyta), tumbuhan talus (thallophyta), tumbuhan lumut (bryophta), serta tumbuhan paku
(pteridophyta).

Sesuai dengan tumbuhan belah merupakan tumbuhan yang berkembang biak dengan cara
membelah diri dan merupakan tumbuhan bersel satu. Tumbuhan paku disebut juga pterydophyta.
Tumbuhan paku memiliki tingkatan lebih tinggi dari lumut karena memiliki akar, daun, dan
batang sejati sehingga disebut kormofita. Tumbuhan paku memiliki habitat utama ditempat yang
lembab, namun tumbuhan paku juga dapat hidup diberbagai tempat seperti di air, permukaan
batu, tanah, serta dapat juga menempel (epifit) pada pohon. Tumbuhan paku merupakan
organisme multiseluler dan eukariotik.

1. Tumbuhan Belah (Schizophyta)

Schizophyta atau tumbuhan belah merupakan kelompok yang mempunyai ciri khusus yaitu
berkembang biak dengan membelah diri. Schizophyta berasal dari bahasa Yunani scizein artinya
membelah dan phyton adalah tumbuhan. Tumbuhan belah dianggap sebagai kelompok tumbuhan
dengan tingkat perkembangan filogenetik yang paling rendah sehingga dari segi evolusi
merupakan kelompok tumbuhan yang paling tua dan paling primitif.

4
Ciri umum dari kelompok ini adalah :

 Berkembang biak dengan cara membelah diri,


 Tubuh terdiri dari satu sel
 Protoplas belum terdeferensiasi dengan jelas sehingga inti sel dan plastidanya belum jelas

2. Tumbuhan Talus (Thallophyta)

Thallophyta merupan kelompok tumbuhan yang mempunyai ciri utama yaitu tubuh berbentuk
talus. Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang struktur tubuhnya masih belum bisa dibedakan
antara akar, batang dan daun.Sedangkan tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar,
batang dan daun disebut dengan tumbuhan kormus.

Ciri - ciri dari tumbuhan talus ini adalah tersusun oleh satu sel yang berbentuk bulat hingga
banyak sel yang kadang-kadang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi (sudah mengalami
diferensiasi). Perkembangbiakan pada umumnya secara vegetatif (aseksual) dan generatif
(seksual) dengan spora sebagai alat perkembangbiakannya. Perkembangbiakan secara generatif
terjadi melalui peleburan gamet yang terbentuk didalam organ yang disebut gametangium. Cara
hidup pada tumbuhan talus ada tiga cara yaitu : autotrof (asimilasi dengan fotosintesis),
heterotrof dan simbiosis.

3. Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan
klorofil a dan b. Lumut bersifat autotrof. Lumut merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan
lumut berkormus dan bertalus. Lumut dapat beradaptasi untuk tumbuh di tanah, belum
mempunyai jaringan pengangkut, sudah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.

Ciri-ciri tumbuhan lumut adalah :

1. Memiliki sel banyak dan bentuk tubuh yang pipih, melekat pada substrat dengan
ketinggian 1-2 sentimeterhingga 20 sentimeter.
2. Dinding selnya terbentuk dari selulosa dan tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh
lignin seperti jaringan penguat pada tumbuhan tingkat tinggi.
3. Memiliki rhizoid dan daun, tetapi belum memiliki akar, batang, dan daun yang sejati.

5
4. Tumbuhan lumut tidak memiliki pembuluh angkut sehingga proses pengangkutan di
dalam tubuh menggunakan sel parenkim.
5. Habitatnya di tempat lembab dan basah, kecuali Sphagnum yang dapat hidup di dalam
air.
6. Penyebaaran lumut bersifat kosmopolit (di mana saja, mulai daerah tropis hingga kutub).

Rhizoid pada lumut berfungsi untuk melekatkan pada substrat dan menyerap zat-zat makanan
dan air.

Lumut dapat juga bereproduksi secara vegetatif dengan menghasilkan kuncup eram, umbi, tunas,
dan bagian tubuh yang dipotong. Reproduksi generatif pada tumbuhan lumut dengan
menghasikan anteridium (penghasil sprematogium) dan arkegonium (penghasil ovum). Sperma
bergerak ke ovum secara kemotaksis karena pengaruh gula dan protein yang dihasilkan
arkegonium.

4. Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah
kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya
tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan
ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas. Merupakan kelompok tumbuhan
yang berklorofil, hidup sebagai saprofit dan ada yang epifit. Tumbuhan paku menyukai tempat
yang lembab (higrofit) yaitu dari daerah pantai hingga sekitar kawah.

Ciri-ciri tumbuhan Paku yaitu :

1. Jaringan pengangkut yang teratur


Pada batang tumbuhan paku, terdapat jaringan pengangkut xilem dan floem yang
tersusun secara teratur dan bertipe kolateral. Jaringan ini berfungsi untuk mengangkut air,
nutrisi, dan zat organik ke seluruh bagian tumbuhan.
2. Habitat kosmopolit
Tumbuhan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah dan habitat di seluruh dunia. Mereka
memiliki penyebaran yang luas dan mampu tumbuh di berbagai kondisi lingkungan.
3. Berbagai cara hidup

6
Dapat hidup secara saprofit (bergantung pada bahan organik mati), epifit (hidup
menempel pada permukaan tumbuhan lain), dan hidup di atas tanah atau di air. Mereka
memiliki fleksibilitas adaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan.
4. Metagenesis dalam reproduksi
Seperti tumbuhan lumut, tumbuhan paku juga mengalami siklus hidup dengan
metagenesis, di mana turunan gametofit dan sporofit bergantian. Sporofit merupakan fase
yang menghasilkan spora dan memiliki umur yang relatif panjang, sedangkan gametofit
berupa protalium yang umurnya lebih pendek.
5. Ciri morfologis
Beberapa ciri morfologis tumbuhan ini adalah ujung daun yang masih muda menggulung
(circinate vernation), daun dapat dibedakan berdasarkan ukuran menjadi makrofil (besar)
dan mikrofil (kecil), serta dibedakan berdasarkan fungsi menjadi tropofil (berperan dalam
fotosintesis) dan sporofil (menghasilkan spora). Spora yang dihasilkan oleh tumbuhan
paku berkumpul dalam satu wadah yang disebut sporangium. Kumpulan sporangium
yang berada di sepanjang tepi daun sporofil disebut sorus (jamak sori) yang dilindungi
oleh indusium.Selain itu, sel-sel tumbuhan paku juga memiliki dinding sel yang tebal,
memberikan kekuatan dan perlindungan pada tumbuhan tersebut.

B. Tumbuhan Tingkat Tinggi

Tumbuhan yang tergolong tumbuhan tinggi adalah tumbuhan berbiji, karena tumbuhan tersebut
memiliki akar, batang, dan daun sejati serta organ tambahan seperti bunga dan buah. Didalam
buah itu terdapat biji. Tumbuhan biji disebut juga tumbuhan berbunga. Bunga itu sebagai alat
reproduksi atau perkawinan atau perkembangbiakan tumbuhan biji.

Tumbuhan berbiji digolongkan menjadi dua, yaitu : tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae /
Pinophyta) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae/Magnoliophyta).

1. Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae/Pinophyta)

Gymnospermae berasal dari kata gymno berarti telanjang dan sperma berarti biji. Kelompok
tumbuhan ini disebut berbiji terbuka atau telanjang, karena bijinya tidak dilindungi oleh daun
buah.

7
1. Ciri umum tumbuhan berbiji terbuka

 Tumbuhan biji terbuka pada umumnya berupa pohon besar dan berakar tunggang.
 Daunnya umumnya berupa daun jarum atau sisik, seperti pada pohon pinus dan cemara,
dan ada beberapa yang berdaun lebar seperti pada melinjo (tangkil).
 Beberapa jenis tumbuhan Gymnospermae mempunyai alat kelamin jantan dan betina
pada satu pohon, tetapi kedua alat tersebut letaknya terpisah. Pada jenis lain alat kelamin
jantan dan betina tidak berada dalam satu pohon, melainkan pada pohon yang berbeda
bahkan ada yang berjauhan. Jadi ada pohon jantan yang mempunyai alat kelamin jantan
dan pohon betina yang hanya mempunyai alat kelamin betina.

2. Klasifikasi tumbuhan biji terbuka

Terdiri dari empat kelas, yaitu Cycadopsida, Coniferopsida, Gnetopsida, dan Ginkgopsida.
Adapun contoh dari suku terpilih adalah sbb:

1. Cycadaceae, contohnya pakis haji (Cycas rumphii)

2. Gnetaceae, contohnya alah melinjo (Gnetum gnemon)

3. Pinaceae, contohnya pinus (Pinus merkusii).

4. Araucariaceae, contohnya Damar putih (Agathis alba)

5. Cupressaceae, contohnya Cemara (Cupressus sp)

6. Podocarpaceae, contohnya Podocarpus imbricatus

7. Zamiaceae, contohnya Zamia sp

 Diantara ketujuh tersebut, kelompok Pinaceae dan Cupressaceae merupakan kelompok


tumbuhan biji terbuka yang paling banyak jenisnya dan paling besar manfaatnya bagi
manusia. Tumbuhan tersebut tidak menghasilkan bunga seperti pada tumbuhan mawar
atau tumbuhan kembang sepatu. Alat perkembangbiakannya terdaapt dalam suatu bagian
yang dsiebut rujung (strobilus). Ada dua macam rujung yaitu rujung jantan dan rujung
betina. Keduanya mempunyai sisik yang memrupakan tempat pembentukan sel kelamin
jantan dan betina. Ketika rujung jantan telah matang, serbuksarinya terlepas dan

8
diterbangkan angin, hingga jatuh pda rujung betina. Maka terjadilah proses pembuahan
dan terbentuklah biji. Biji tersebut melekat pada sisik rujung betina.
 Banyak kayu dari tumbuhan biji terbuka ini dimanfaatkan sebagai bahan pembuat rumah
serta industri, seperti dalam pembuatan kertas, serta beberapa diambil getahnya untuk
dibuatkan minyak campuran cat. Ada pula yang dipakai sebagai bahan makanan dan
sayuran (seperti buah dan daun melinjo).

2. Tumbuhan Berbiji Tertutup (Angiospermae/Magnoliophyta)

 Kelompok tumbuhan ini adalah yang paling banyak jumlahnya jenisnya dari semua
tumbuhan tinggi, meliputi lebih kurang 300.000 spesies.
 Dikatakan tumbuhan biji tertutup, karena bakal biji berada dalam bakal buah yang
dilindungi oleh daun buah. Tumbuhan biji tertutup sangat penting bagi kehidupan
mansuia maupun hewan, karena tumbuhan inilah yang menyediakan hampir semua bahan
makanan yang berasal dari tumbuhan.

1. Ciri umum tumbuhan berbiji tertutup

 Tumbuhan berbiji tertutup menghasikan biji di dalam bakal buah,


 akar serabut dan tunggang,
 batang bercabang dan beruas,
 alat perkembangbiakan berupa bunga,
 daun bertulang dan berhelai dan organ-organ tubuh dapat dibedakan dengan jelas.

2. Klasifikasi tumbuhan berbiji tertutup

 Ciri utama yang dipakai untuk mengelompokkan tumbuhan biji tertutup ialah sifat dan
keadaan bijinya. Biji pada kelompok tumbuhan ini memiliki cadangan makanan yang
dsiebut keeping biji (kotiledon). Keping biji ini sesungguhnya daun pemula sebagai
pertumbuhan awal jika biji tumbuh.
 Berdasarkan jumlah keping biji. Ada tumbuhan yang memilki satu keping biji
dikelompokkan sebagai tumbuhan monokotil, dan ada yang memilki dua keping biji yang
dikelompokkan menajdi tumbuhan dikotil (tumbuhan belah).

9
 Ciri-ciri lain untuk dapat membedakan tumbuhan monokotil dan dikotil diantarnya dapat
dilihat dari bagian-bagian tubuh tumbuhan tersebut, seperti bagian akar, batang, daun dan
bunga.

Ciri Pembeda Tumbuhan Monokotil Tumbuhan Dikotil


Akar Tersusun atas akar serabut Berupa akar tunggang
Batang Tidak berkambium Berkambium dan bercabang-cabang
Daun Daun berbentuk pita dan panjang Daun lebar-lebar, dengan bentuk
Bertulang daun sejajar atau beraneka ragan.
melengkung Bertulang daun menyirip atau menjari
Bunga Umumnya bagian-bagian bunga Umumnya bagian bunga berjumlah
berjumlah 3 atau kelipatanya 2,4 dan 5 atau kelipatanya
Berkas Pembuluh kayu dan pembuluh tapis Pembuluh kayu dan pembuluh tapis
pengangkut pada letaknya tersebar pada batang letaknya teratur.
batang Pembuluh kayu sebelah dalam dari
pembuluh tapis.
Beberapa suku dari tumbuhan dikotil dan monokotil

Tumbuhan dikotil:

1) Euphorbiaceae (getah-getahan): contohnya karet, ubi kayu, nangka, cempedak, puring,


kemiri dan sebagainya.
2) Papilionaceae (kacang-kacangan): macam-macam kacang seperti kacang tanah, kacang
panjang, buncis, kacang hijau, dadap, turi, orok-orok dan sebagainya.
3) Solanaceae (terung-terungan): kerntang, terung, tomat, cabei, tembakau, dan sebagainya.
4) Rutaceae (jeruk): macam-macam jeruk
5) Malvaceae (Kapas-kapasan): kapas, waru, kembang sepatu, sidaguri dan sebagainya.
6) Rubiaceae (kelompok kopi): macam-mcam kopi, bunga Nusa endah, bunga kaca piring
dan sebagainya.

Tumbuhan Monokotil:

1) Graminae atau Poaceae (rumput-rumputan): macam-macam rumput, padi, jagung, tebu,


alang-alang dans ebagainya.

10
2) Palmae atau arecaceae (palem-paleman): pinang, kelapa sawit, sagu, enau, salak dan
sebagainya.
3) Orchidaceae (kelompok angrek): Macam-macam jenis angrek
4) Musaceae (pisang-pisangan): macam-macam pisang
5) Pandanaceae (pandan): Macam-macam pandan
6) Zingiberaceae (jahe-jahean): jahe, lengkuas, kunyit, dan sebagainya.

Beberapa suku yang mewakili tumbuhan dikotil dan monokotil

Suku kacang-kacangan (papilionaceae)

 Ciri utama tumbuhan yang termasuk suku kacang-kacangan diantaranya adalah


bunganya tampak berbentuk kupu-kupu, sehingga disebut juga sebagai tumbuhan bunga
kupu-kupu. Perhiasan bunga (mahkota) terdiri dari satu lembar yang besar disebut
bendera, dua helai dikiri kananya disebut sayap dan dua helai berukuran lebih kecil dan
saling melekat membentuk bagian yang disebut lunas.
 Benang sari berjumlah sepuluh dan terbagi ke dalam 2 bagian sembilan helai saling
melekat membentuk satu berkas yang sehelai lagi terpisah. Putik terletak di atas dasar
bunga.
 Buah yang dihasilkan berupa buah polong yang akan terpecah bila keadaan kering.
 Disamping itu akar tumbuhan suku ini mempunyai bintil akar tempat hidup bakteri yang
bersimbiosis dengan akar tanaman tersebut untuk mengikat nitrogen bebas dari udara.
 Tumbuhan kacang-kacangan banyak dimanfaatkan sebagai mahan makanan: sebagai
sumber protein nabati untuk membuat tempe, tahu dan makanan lainnya;sebagai pupuk
hijau jenis tanaman orok-orok dapat dimanfaatkan sebahgai pupuk hijau yang
menyuburkan lahan pertanian, Karen adanya bakteri pngikat nitrogen jenis Rhizobium.

Suku rumput-rumputan (Graminae)

 Suku rumput-rumputan termasuk kelompok tumbuhan monokotil. Suku ini meliputi jenis
tumbuhan liar dan tumbuhan yang sudah dibudidayakan, seperti: padi, jagung, tebu,
bambo, rumput gajah, serai dan sebaginya. Padi gandum dan jagung merupakan bahan
utama penghasil bahan pangan yang penting.

11
 Ciri utama kelompok suku ini adalah batnagnya berongga, dan berbuku-buku, daunnya
berbentuk pita dengan pertulangan daun sejajar. Duduk aun berseling pada batang.
Bunga ada yang berkelamin satu dan ada yang berkelamin dua letaknya di ketiak daun.

3. Perbedaan tumbuhan biji tertutup (Angisopermae) dengan tumbuhan biji terbuka


(Gymnospermae)

Angisopermae menghasikan biji di dalam bakal buah. Inilah perbedaan utama antara
kedua kelompok tumbuhan tersebut. Perbedaan lain tampak pada bentuk batang dan daunnya.
Kalau Gymnospermae umumnya pohon besar dan berdaun sisik atau jarum dengan batang lurus
sedikit percabangan atau berupa perdu dengan banyak percabangan. Sedangkan pada tumbuhan
Angiospermae batangnya bervariasi ada yang banyak mengandung zat kayu (lignin) berupa
pohon dan ada yang sedikit berupa herba atau rerumputan. Daun angisopermae umunya lebar-
lebar dengan bentuk yang beraneka ragam.

C. KASUS

Penemuan Spesies Unik saat Pandemi

Dua kali sudah, yaitu pada 2020 dan 2021, kita memperingati Hari Bumi ketika pandemi
Covid-19 sedang merebak. Restore Our Earth atau Pulihkan Bumi Kita menjadi tema besar Hari
Bumi di 2021 dan berfokus pada proses alam, teknologi hijau yang sedang berkembang, dan
pemikiran inovatif yang dapat memulihkan ekosistem dunia.

Sebagai warga Bumi, kita sudah sepantasnya menjaga kelestarian alam dengan segenap
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Demikian halnya dengan keanekaragaman hayati
yang terdapat di Indonesia, masih banyak kekayaan hayati yang belum dapat diungkap oleh ilmu
pengetahuan manusia. Pengungkapan berbagai temuan baru dari berbagai spesies flora dan fauna
sebagai komponen keanekaragaman hayati akan membuat kita lebih tahu bagaimana menjaga
agar tetap lestari dan tercapai kelestarian alam yang makin utuh.

Seperti yang dilakukan para peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun
Raya (PPKTKR) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) belum lama ini. Destario
Metusala dan Wisnu Handoyo, meski dalam masa pagebluk, tetap menunjukkan dedikasi dengan
berkontribusi pada penelitian flora di Indonesia.

12
Keduanya berhasil mengungkap adanya temuan baru dari delapan jenis tumbuhan unik dari
hutan belantara Indonesia. Spesies-spesies baru tumbuhan unik itu diterbitkan pada jurnal ilmiah
nasional maupun internasional di sepanjang 2020.

Keduanya menyadari, masa pandemi telah membuat banyak orang harus membatasi
berbagai aktivitas, termasuk penelitian dari rumah saja. Mereka pun berkolaborasi dengan
banyak pihak mulai dari akademisi, sesama peneliti di dalam dan luar negeri, para filantropis
lingkungan sampai meneliti bersama hasil-hasil temuan Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kolaborasi bersama banyak pihak menjadi kunci penting untuk tetap produktif meneliti
selama pandemi. Hasilnya, Destario mampu menungkap empat penemuan tumbuhan baru
Indonesia seperti Bulbophyllum acehense, Dendrobium rubrostriatum, Nepenthes putaiguneung,
dan Dendrobium sagin. Sedangkan Wisnu Handoyo mempublikasikan empat spesies baru
lainnya, yaitu Begonia enoplocampa, Begonia tjiasmantoi, Begonia sidolensis, dan Etlingera
tjiasmantoi.

Menurut Destario, tujuh dari delapan spesies baru tersebut berpotensi terancam punah
karena hanya tersebar di area yang relatif sempit. "Sehingga diduga lebih rentan terhadap
ancaman kepunahan seandainya terjadi degradasi habitat maupun over collecting (dikoleksi
secara berlebihan)," kata Destario seperti dikutip dari Antara.

1. Bulbophyllum acehense

Bulbophyllum acehense merupakan anggrek epifit yang tumbuh alami di pegunungan hutan
Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Anggrek ini memiliki perbungaan tunggal yang bermunculan dari
bagian ruas-ruas rhizome-nya. Bunganya berwarna kuning cerah mengkilap, berlilin dengan
corak halus garis garis kuning yang lebih pekat.

Walaupun ukuran bunganya berkisar 1,7-2 sentimeter (cm), bentuknya unik. Bagian lateral
sepalnya terpilin kuat ke belakang. Spesies anggrek baru ini juga memiliki keunikan pada bagian
bibir bunganya yang menekuk tajam ke bawah seperti pengait.

13
Spesies ini menggunakan nama Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai petunjuk, karena
kawasan Serambi Mekah ini memiliki keunikan diversitas anggrek yang tinggi. Penelitian ini
telah diterbitkan di jurnal nasional Biologi Tropis.

2. Dendrobium rubrostriatum

Tumbuhan ini juga merupakan anggrek epifit yang tumbuh menempel di kulit batang
pepohonan. Susunan daunnya telah berevolusi secara unik dengan membentuk seperti gergaji
pipih dan mempunyai total panjang hingga 43 cm. Perbungaannya muncul dari batang semu
pipih pada ujungnya.

Meski ukuran bunga ini tergolong kecil, lebarnya berkisar 0,65-0,75 cm, akan tetapi
kombinasi warnanya cukup mencolok. Helai kelopak bunga atau sepal dan dasar kelopak bunga
atau petal berwarna dasar krem dengan garis-garis memanjang merah keunguan. Spesies baru ini,
ditemukan di hutan dataran rendah Kalimantan Barat pada ketinggian 200-300 meter di atas
permukaan laut.

Meski demikian, observasi lanjutan menemukan petunjuk bahwa sebaran spesies baru ini
mencapai kawasan Sarawak dan Sabah, Malaysia. Penelitian ini memerlukan waktu panjang
hingga enam tahun lamanya untuk memperoleh data-data spesies pembanding yang lebih akurat.
Penelitian anggrek Dendrobium rubrostriatum diterbitkan di jurnal internasional Phytotaxa.

3. Nepenthes putaiguneung

Flora satu ini adalah spesies tumbuhan karnivora yang populer dengan nama kantung semar
atau periuk monyet. Indonesia merupakan gudang keanekaragaman Nepenthes di dunia. Terdapat
sekitar 75 spesies dari seluruh kepulauan Nusantara yang sebagian besar berada di Pulau
Sumatra.

Penelitian Nepenthes spesies baru ini adalah hasil kolaborasi Dee Dee Al Farishy yang saat
itu merupakan mahasiswa biologi Universitas Indonesia dengan Destario sebagai salah satu
pembimbingnya. Penelitian berlangsung enam tahun, sejak 2014, untuk memastikan
perbandingan data morfologi dilakukan secara cermat dan akurat.

14
Nepenthes putaiguneung memiliki kantung bawah berukuran 12-13 cm, lebar 1,5-2,3 cm
dengan bibir peristome merah mengkilap serta berusuk pendek, 0,3-0,5 mm. Sedangkan kantung
bagian atas lebih ramping, berukuran 8,5-15 cm dan lebar 1,4-2 cm, serta berbibir kehijauan
dengan rusuk yang sangat pendek, kurang dari 0,3 mm, sehingga tidak nampak jelas.

Nama epithet putaiguneung berasal dari bahasa lokal Kerinci, yaitu putai (puteri) dan
guneung atau gunung yang merujuk keanggunan spesies dataran tinggi ini, menyerupai putri
gunung. Spesies baru ini diduga endemik Pulau Sumatra dan memerlukan perlindungan khusus
dari perubahan habitat serta ancaman pengkoleksian tak terkendali. Penelitian ini berkolaborasi
dengan peneliti dari Inggris dan diterbitkan di Phytotaxa.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumbuhan tingkat rendah, seperti lumut dan alga, memiliki struktur tubuh yang sederhana
tanpa pembuluh angkut yang kompleks. Reproduksi cenderung melibatkan spora atau
pembelahan sel, dan adaptasinya memungkinkan mereka hidup di berbagai habitat. Di sisi lain,
tumbuhan tingkat tinggi, seperti tumbuhan berbunga dan pohon, menunjukkan kompleksitas
struktural dengan adanya akar, batang, dan daun yang berfungsi untuk penyerapan, dukungan,
dan fotosintesis. Sistem pembuluh mereka yang efisien membantu mengangkut air, nutrisi, dan
zat organik, sementara reproduksi melibatkan organ khusus seperti bunga dan buah. Tumbuhan
tingkat tinggi memiliki kemampuan adaptasi yang lebih canggih terhadap lingkungan darat
kering dan kondisi ekstrem lainnya.

B. SARAN
Untuk pemahaman lebih baik tentang tumbuhan tingkat rendah dan tinggi, disarankan untuk
membaca buku atau artikel biologi tumbuhan, mengikuti kursus online, dan melakukan
eksplorasi langsung di alam atau melalui laboratorium. Diskusi dengan ahli biologi tumbuhan
dan kunjungan ke taman botani juga dapat meningkatkan pemahaman secara praktis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, G. (1989). Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,


Pteriophyta). Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada
Indah, N. (2009). Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jurusan Biologi. Institut Keguruan
Ilmu Pendidikan PGRI.
Hartono, A., Et All. (2020). Identifikasi Tumbuhan Tingkat Tinggi (Phanerogamae) Di
Kampus Ii Uinsu. Jurnal Biolokus: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi Dan
Biologi, 3(2). 305- 312.
Ulfa, Syarifah Widya. (2019). Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Tingkat Tinggi Di
Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Biology
Education Science And Technology, 2(1), 15- 20.

17

Anda mungkin juga menyukai