Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“KONSEP DASAR TAKSONOMI TUMBUHAN”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Cryptogamae

Dosen pengampuh :

Dr. Sukmarayu P. Gedoan, SP, MP.

Disusun oleh :

Nathasya Kumayas (18507027)

Vivi Paparo (18507010)

Winda Pobela (19507031)

Reagen Tanauma (19507043)

Deiby Tumbel (19507051)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat serta
penyertaannya yang selalu nyata dalam kehidupan kita sehingga kita boleh ada sebagaimana
kita ada dan atas berkat serta pertolongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Adapun juga judul makalah ini yaitu,” Konsep Dasar Taksonomi Tumbuhan“.
Penulis berharap tugas ini dapat membantu dalam menambah wawasan kita serta
menjadi bermanfaat bagi yang membacanya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima
kasih dan mohon maaf karena makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan harapan kami pembaca dapat mengembangkan
makalah ini hingga menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Tondano, 12 September 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A.Latar Belakang...............................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah..........................................................................................................................1
C.Tujuan penulisan............................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A.KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN......................................................................................3
B. PENGERTIAN TAKSONOMI, SISTEMATIK, BIOSISTEMATIK, DAN KLASIFIKASI 9
C.TUJUAN TAKSONOMI TUMBUHAN...................................................................................11
D. TAHAPAN KLASIFIKASI TUMBUHAN.............................................................................11
E.SEJARAH KLASIFIKASI TUMBUHAN................................................................................19
F.PRINSIP-PRINSIP TAKSONOMI TUMBUHAN..................................................................23
G.HUBUNGAN TAKSONOMI DENGAN CABANG-CABANG ILMU LAINNYA..............26
BAB III................................................................................................................................................29
PENUTUP...........................................................................................................................................29
A.Kesimpulan......................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................30

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Taksonomi merupakan kelompok ilmu dasar yang berarti ilmu kajian dasar dari ilmu
biologi dengan tidak membatasi hanya satu atau objek tertentu saja. Taksonomi berasal dari 2
kata. Yaitu Taxis (susunan) dan nomos(hukum atau aturan). Taksonomi tumbuhan tidak
hanya mempelajari tentang pencirian, klasifikasi, pendeskripsian (pertelaan), dan penamaan
saja. Tetapi juga mempelajari fungsi-fungsi ekologisnya di alam. Taksonomi merupakan
bagian dari sistematika. Sistematika cakupannya lebih luas yaitu meliputi taksonomi, studi
evolusi dan filogeni.

Pencirian tumbuhan ditulis dalam bentuk uraian objek agar memberikan keyakinan
akan kepastian gambaran suatu objek yang bersifat pasti. Kita tentunya pernah
mengelompokkan suatu hal berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri. Kegiatan tersebut
bersifat naluri yang mempermudah kegiatan dan pencapaian kebutuhan manusia. Sebagai
contoh, manusia membutuhkan nutrisi yang akan digunakan saat metabolisme berlangsung.
Dan makanan memiliki kandungan beberapa nutrisi yang dibutuhkan. Sehingga makanan
akan menyuplai kebutuhan tubuh manusia. Sebelumnya kita terlebih dahulu
mengelompokkan makanan kedalam kelompok makanan yang menguntungkan atau
kelompok makanan yang mengandung racun (merugikan). Klasifikasi sendiri merupakan
kegiatan mengelompokkan. Dari hasil pengelompokkan tersebut diperoleh hasil
pengelompokkan beberapa kelompok kecil yang terbentuk. Selanjutnya kelompok-kelompok
hasil yang diperoleh dari klasifikasi disebut takson.

Dengan adanya taksonomi tumbuhan, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya


dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah dan berimbang. Karena manusia dapat
memperoleh spesimen tumbuhan lain yang semarga dan memiliki keunggulan khas serta
dapat melestarikan keberadaan tumbuhan yang mulai mengalami kepunahan gen-gen yang
berpotensi.

B.Rumusan Masalah
1. Apa saja keanekaragaman tumbuhan ?
2. Apa yang dimaksud dengan taksonomi,sistematik,biosistematik dan klasifikasi ?

1
3. Apa tujuan taksonomi tumbuhan ?
4. Bagaimana tahapan pengklasifikasian tumbuhan ?
5. Bagaimana sejarah taksonomi tumbuhan ?
6. Apa saja prinsip-prinsip taksonomi tumbuhan ?
7. Bagaimana hubungan taksonomi dengan cabang-cabang ilmu lainya ?

C.Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan
2. Untuk mengetahui definisi dari taksonomi,sistematik,biosistematik dan klasifikasi
3. Untuk mengetahui tujuan taksonomi tumbuhan
4. Untuk mengetahui tahapan pengklasifikasian tumbuhan
5. Untuk mengetahui sejarah taksonomi tumbuhan
6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip taksonomi tumbuhan
7. Untuk mengetahui hubungan taksonomi dengan cabang-cabang ilmu lainya

2
BAB II

PEMBAHASAN
A.KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
Salah satu karakter pembeda dalam keanekaragaman tumbuhan adalah jaringan
pembuluhnya. Tumbuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu tumbuhan yang
tidak berpembuluh (nonvascular plant) dan tumbuhan yang berpembuluh (vascular plant).
Tumbuhan tidak berpembuluh lebih dikenal dengan lumut, yang terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk. Sedangkan tumbuhan
berpembuluh yang mencakup 93% dari keanekaragaman tumbuhan terbagi menjadi dua
kelompok besar berdasarkan ada atau tidaknya biji sebagai alat perkembangbiakan.

1. Tumbuhan Tak Berpembuluh (nonvascular plants)


Tumbuhan tak berpembuluh yang merupakan tumbuhan lumut terdiri dari tiga divisi,
yaitu Hepatophyta (lumut hati), Bryophyta (lumut daun), dan Anthocerophyta (lumut
tanduk).
Berbeda dengan tumbuhan berpembuluh, semua jenis lumut memiliki fase gametofit yang
dominan dan berumur lebih panjang dibandingkan fase sporofit dalam siklus hidupnya.
Fase gametofit tersebut merupakan fase yang sering kita lihat dan kita kenal sebagai lumut itu
sendiri. Gametofit akan menghasilkan gamet jantan dan betina. Gamet jantan akan
memproduksi banyak sperma, sedangkan gamet betina menghasilkan satu telur. Biasanya
sperma akan membutuhkan air untuk berenang menuju telur sehingga akan terjadi fertilisasi.
Oleh karena itu lumut biasanya tumbuh di tempat-tempat yang lembab.
Pada umumnya lumut merupakan tumbuhan yang kecil, dan tumbuh menutupi permukaan
substrat. Lumut tidak memungkinkan untuk tumbuh tinggi karena tubuhnya yang tipis, dan
juga tidak mempunyai jaringan pembuluh sehingga tidak akan mampu untuk
mentransportasikan air dan nutrisi untuk jarak yang cukup jauh.

a) Hepatophyta (Lumut Hati)


Divisi lumut ini diberi nama demikian karena bentuk gametofitnya yang menyerupai
bentuk hati (dari Bahasa Latin hepaticus, hati). Contoh dari lumut hati adalah Marchantia
polymorpha

3
Pada Marchantia, gametophore muncul dari
talus, menjulang ke atas menyerupai miniatur pohon. Gametophore terdiri dari dua jenis,
yaitu archegoniophore dan antheridiophore (Gambar 52). Di bagian atas archegoniophore
diproduksi sel-sel telur, sedangkan pada antheridiophore diproduksi sel-sel sperma. Jika
terjadi pembuahan maka sporofit akan tumbuh menggantung di bagian atas archegoniophore.

b) Anthocerophyta
Divisi lumut ini mempunyai penampakan seperti lumut hati, namun tidak memiliki struktur
gametophore yang berbentuk miniatur pohon seperti pada lumut hati, dan kapsul sporofitnya
tumbuh memanjang ke atas tanpa seta, membentuk seperti tanduk. Oleh karena itu divisi
lumut ini dinamakan lumut tanduk.

c) Bryophyta (Lumut Daun)


Divisi ini biasa disebut sebagai lumut sejati, dan jumlah jenisnya paling banyak diantara
kedua divisi lumut yang lain. Seperti kelompok lumut yang lain, lumut daun mudah
ditemukan di permukaan-permukaan substrat yang lembab seperti permukaan tanah, tembok,
batu, atau kulit kayu. Biasanya lumut daun tumbuh sangat rapat menyelimuti permukaan

4
substrat, dan mempunyai sifat seperti busa sehingga mampu menyerap dan menyimpan air.
Contoh lumut daun adalah Mnium hornum yang sering kita temukan di permukaan tanah,
batu, bahkan tembok yang lembab.

2. Tumbuhan Berpembuluh (Vascular plants)


Tumbuhan berpembuluh dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan ada atau tidaknya
biji sebagai alat perkembangbiakannya. Dua kelompok tersebut yaitu tumbuhan tidak berbiji
dan tumbuhan berbiji.

a) Tumbuhan Tidak Berbiji


Kelompok tumbuhan yang sudah mempunyai jaringan pembuluh namun tidak
memiliki biji merupakan kelompok tumbuhan paku-pakuan yang terdiri dari divisi yaitu
Lycophyta dan Pterophyta. Pada golongan tumbuhan ini fungsi biji digantikan dengan
adanya spora. Siklus hidup dari kelompok tumbuhan ini berbeda dengan siklus hidup pada
lumut. Fase gametofit menjadi fase yang tidak dominan, ukurannya relatif lebih kecil, dan
umurnya lebih pendek. Sedangkan fase sorofit menjadi fase yang dominan. Tumbuhan paku-
pakuan yang biasa kita lihat merupakan fase sporofitnya.
 Lycophyta
Pada umumnya divisi ini tumbuh sebagai tumbuhan epifit, dan yang lainnya tumbuh di
lantai hutan. Terdapat sekitar 1.200 jenis yang terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu
Lycopodiaceae, Selaginellaceae, dan Isoetaceae. Contoh dari Lycopodiaceae adalah paku
kawat (Lycopodium cernuum). Kelompok Selaginellaceae dan Isoetaceae, masing-masing
hanya mempunyai satu genus, yaitu Selaginella dan Isoetes

 Pterophyta
Divisi Pterophyta merupakan kelompok tumbuhan tak berbiji, sudah mempunyai
jaringan pembuluh, dan sudah mempunyai batang, daun (frond), dan akar yang sederhana.

5
Seperti pada kelompok tumbuhan sebelumnya, Pterophyta menghasilkan spora untuk
memperbanyak diri. Divisi Pterophyta dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu paku sejati (fern),
paku ekor kuda (horsetail), dan whisk fern.

Kelompok paku sejati biasanya memiliki batang yang tegak, sehingga mampu
menopang “daun” (frond) yang berukuran relatif besar dibandingkan dengan kedua kelompok
yang lain. Biasanya daun yang masih muda akan menggulung, disebut dengan istilah ental.
Contoh paku sejati adalah paku tiang, Cyathea contaminans

Paku ekor kuda biasa disebut juga dengan nama anthrophyte yang berarti tumbuhan
berbuku, karena jenis paku ini memiliki “batang” yang berbuku- buku. Spora diproduksi pada
struktur yang disebut dengan strobilus yang tumbuh di ujung batang. Contohnya adalah
Equisetum debile, Gambar 57, yang biasa dijaikan sebagai tanaman hias dan tumbuh di tanah
yang berair. Karena berbuku-buku seperti bambu, biasanya pedagang tanaman hias menyebut
paku ini dengan nama “bambu air”.

Kelompok terakhir yaitu whisk fern mempunyai sporofit


yang tumbuh menggarpu (dikotom), dan tidak
mempunyai akar. Sporangia terletak di ujung
percabangan berbentuk kenop yang merupakan gabungan
dari tiga sporangia. Contohnya adalah Psilotum sp.

6
b) Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)
Tumbuhan berbiji dikelompokan menjadi dua yaitu tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Jika kita perhatikan, pada
tumbuhan lumut, fase gametofit merupakan fase yang dominan, tumbuh pada substrat, ukuran
lebih besar daripada sporofitnya. Kemudian pada tumbuhan paku fase gametofit menjadi fase
yang tidak dominan, berukuran kecil dibandingkan dengan sporofitnya, tumbuh tersendiri
pada substrat. Pada kelompok tumbuhan berbiji fase gametofit semakin tereduksi bahkan
menjadi mikroskopis, dan tumbuh pada individu sporofit. Sehingga gametofit menjadi lebih
terlindungi dari stres lingkungan, dan dijamin nutrisinya oleh sporofit.

7
 Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka)
Kelompok tumbuhan ini disebut berbiji terbuka karena mempunyai biji yang tidak
terlindung dalam ovarium. Biji tersebut terdedah keluar pada lembaran sporofil yang
termodifikasi membe ntuk strobilus. Gymnospermae terbagi ke dalam empat divisi yaitu
Cycadophyta, Ginkgophyta, Gnetophyta, dan Coniferophyta.

 Angiospermae (Tumbuhan Berbiji Tertutup)


Angiospermae berbeda dengan kelompok Gymnospermae karena biji yang dihasilkan
terlindungi oleh buah (ovarium). Karakteristik khas angiospermae yaitu memiliki bunga dan
buah.
Bunga merupakan modifikasi dari daun yang biasanya menjadi empat struktur yang
terspesialiasi, yaitu kelopak, mahkota, stamen, dan karpel. Karena memiliki struktur bunga,
maka kelompok tumbuhan ini yang hanya terdiri dari satu divisi saja diberi nama
Anthophyta (tumbuhan berbunga).
Buah merupakan hasil perkembangan lanjutan dari ovarium dan atau bagian bunga
yang lain setelah terjadi fertilisasi. Biji selanjutnya berkembang dari ovule yang berada di
dalam ovarium. Oleh karena itu pada angiospermae biji terlindung di dalam buah. Buah dari
berbagai jenis tumbuhan sangat bervariasi dan biasanya strukturnya termodifikasi untuk
proses penyebaran biji tersebut. Misalnya buah dari Mahoni (Swietenia mahagoni) memiliki
struktur sayap sehingga dapat terbang seperti baling-baling dan tersebar terbawa angin. Buah
dari Pacar Air (Impatiens balsamina) memiliki buah yang dapat meledak karena faktor
tekanan turgor, sehingga biji di dalamnya dapat terlempar jauh. Contoh lain adalah biji dari
Dandelion (Taraxacum officinale) yang dapat melayang jauh terbawa angin karena memiliki
struktur pappus yang berbentuk rambut-rambut halus.

8
Seiring dengan kemajuan teknologi, kajian klasifikasi tumbuhan angiospermae terus
berkembang, sehingga saat ini cukup banyak perubahan-perubahan dalam penamaan atau
pengelompokan dari suatu takson.
Sebelum tahun 1990, Angiospermae dikelompokan ke dalam dua kelas yaitu Monokotil dan
Dikotil, berdasarkan karakter kotiledonnya, yaitu yang memiliki satu kotiledon
(Monocotyledonae) dan yang memiliki dua kotiledon (Dicotyledonae), dan karakter-karakter
pembeda lainnya.
Sistem klasifikasi Angiospermae yang saat ini digunakan adalah APG III
(Angiosperm Phylogeny Group), yang membagi lebih dari 250.000 jenis ke dalam empat klad
(kelompok). Kelompok-kelompok tersebut yaitu Basal Angiosperm, Magnoliid, Monocot,
dan Eudicot (APG III, 2009) Kelas Dikotil yang sebelumnya kita kenal ternyata bersifat
polifiletik, yang saat ini dipisahkan menjadi Eudicot (dikotil sejati), Basal Angiosperm, dan
Magnoliid.

B. PENGERTIAN TAKSONOMI, SISTEMATIK, BIOSISTEMATIK, DAN


KLASIFIKASI
1.Pengertian Taksonomi

Secara etimologi taksonomi berasal dari bahasa yunani : takson artinya unit atau
keompok dan nomos artinya hukum. Jadi, taksonomi adalah hukum atau aturan yang
digunakan untuk menempatkan makhluk hidup pada takson tertentu.

Taksonomi diartikan sebagai ilmu tentang teori klasifikasi, pencirian dan penamaan.
Taksonomi adalah suatu ilmu yang dinamis dan merupakan pekerjaan yang tidak ada

9
habisnya. Tumbuhan perlu dipelajari, dipertelakan, direvisi, sistem klasifikasi perlu
dievaluasi ulang, dicari kekerabatannya dan memerlukan data-data dari banyak disiplin ilmu.
Selama dunia tumbuhan ada, selalu ada yang dipelajari tentang tumbuhan. Taksonomi
sebagai ilmu terus akan berkembang sejalan dengan besarnya hasrat untuk mencari berbagai
metode dan pendekatan baru guna menjelaskan evolusi dan sistematika dunia tumbuhan.

2. Pengertian Sistematik

Sistematika tumbuhan adalah ilmu yang berkaitan sangat erat dengan taksonomi
tumbuhan. Namun, sistematika tumbuhan lebih banyak mempelajari hubungan tumbuhan
dengan proses evolusinya.

Sistematika tumbuhan juga adalah ilmu yang mempelajari tentang deskripsi,


identifikasi, tata nama tumbuhan, klasifikasi serta penentuan hubungan kekerabatan.

3. Pengertian Biosistematik

Biosistematik dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari keanekaragaman


makhluk hidup serta hubungan antar sesamanya. Hubungan yang dimaksud bisa berhubungan
yang bersifat kemiripan (fenetik) atau hubungan kekerabatan dari leluhurnya (filogenetik).

Biosistematika berbeda dengan taksonomi disebabkan karena taksonomi dapat


dipahami sebagai ilmu yang mempelajari teori klasifikasi yang mencakup dasar, prinsip serta
aturan klasifikasi sedangkan biosistematika merupakan ilmu yang mecakup keanekaragaman,
penamaan, klasifikasi dan evolusi.

4. Pengertian Klasifikasi

Menurut wikipedia klasifikasi adalah proses pengelompokkan benda berdasarkan ciri-


ciri persamaan dan perbedaan.klasifikasi adalah pengelompokkan makhluk hidup
berdasarkan persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, morfologi,
anatomi dan ciri biokimia

Klasifikasi tumbuhan adalah penggolongan atau pengaturan tumbuhan dalam suatu


tingkatan kesatuan yang setiap unit pengelompokannya disebut sebagai takson.

10
C.TUJUAN TAKSONOMI TUMBUHAN
Tujuan utama taksonomi tumbuhan adalah mengenal, menjelaskan ciri, variasi suatu
tumbuhan, baik yang sekarang masih ada maupun yang dahulu pernah ada dalam suatu sistem
yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.

1. Untuk penemuan flora-flora di dunia


2. Memberikan sebuah metode identifikasi dan komunikasi yang tepat
3. Menghasilkan sistem klasifikasi yang terkait dan menyeluruh
4. Memberikan nama ilmiah yang benar pada setiap takson tumbuhan sesuai dengan
aturan tata nama tumbuhan.
5. Membuat keteraturan dan keharmonian ilmu pengetahuan mengenai organisme
sehingga tercipta suatu sistim yang sederhana dan dapat digunakan orang lain.
6. Menghasilkan sistem klasifikasi yang terkait dan menyeluruh
Ahli taksonomi tumbuhan mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam membantu
usaha konservasi jenis, membuat cagar alam dan mencegah punahnya jenis-jenis tumbuhan
tertentu. Taksonomi tumbuhan juga mempunyai peranan dalam program-progam
pembangunan menuju ke swasembada pangan mencakup:

 Intensifikasi; yaitu dengan memberikan saran dalam memilih tumbuhan antar varietas
atau antar jenis yang hendak disilangkan untuk memperoleh bibit unggul.
 Diversifikasi (pembudidayaan berbagai jenis tanaman); taksonomi tumbuhan dapat
membantu memilih jenis-jenis tumbuhan yang cocok untuk tujuan tersebut.
 Ekstensifikasi (perluasan areal); taksonomi dapat memilih jenis tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai indikator tanah. Di samping itu taksonomi juga berperan dalam
pengembangan obat-obat tradisional. Dalam industri tempe misalnya, taksonomi
dapat berperan dalam memilih jenis-jenis lain yang semarga dengan kedelai (bahan
baku tempe) yang mempunyai kadar lemak dan protein yang lebih tinggi, sehingga
secara teoritis dapat juga dipakai sebagai bahan baku tempe di samping kedele yang
sudah umum dikenal (Rideng, 1989).
D. TAHAPAN KLASIFIKASI TUMBUHAN
Tumbuhan di permukaan bumi selain berjumlah sangat besar juga menunjukkan
keanekaragaman yang sangat tinggi. Jumlah dan keaneka- ragaman yang sangat tinggi
mendorong manusia yang berkecimpung dalam studi tumbuhan melakukan penyederhanaan
obyek tumbuhan itu melalui klasifikasi (pengelompokan) dan pemberian nama yang tepat

11
untuk setiap kelompok yang terbentuk. Dua kegiatan inilah yang merupakan tugas utama
ilmu sistematik atau taksonomi tumbuhan.

Klasifikasi tumbuhan adalah penggolongan atau pengaturan tumbuhan dalam suatu


tingkatan kesatuan yang setiap unit pengelompokannya disebut sebagai takson. Pengetahuan
tentang sifat-sifat, ciri, nama-nama tumbuhan selanjutnya disusun dalam suatu sistem yang
dikenal sebagai ilmu tumbuh- tumbuhan, dan terkadang disebut juga sistematika tumbuhan
atau botani sistematika.

 Tahapan taksonomi tumbuhan ada empat yaitu :


A. Penamaan
Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau tatanama. Cara pemberian
nama itu melibatkan asas-asas yang diatur oleh peraturan-peraturan yang dibuat dan
disahkan kongres botani sedunia. Peraturan-peraturan tersebut secara formal dimuat pada
kode internasional tatanama tumbuhan. Kode tatanama ini betujuan untuk menyediakan
cara yang tepat dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi dan menjauhi
atau menolak pemakaian nama-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-
raguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu.

B. Pencirian
Sampai saat ini dalam praktiknya taksonomi masih seringkali menghadapi kenyataan
bahwa buku-buku taksonomi yang tersedia cenderung berisi materi yang menjelaskan
sifat-sifat morfologi, keterangan tentang penyebaran geografi, dan beberapa data
lapangan lainnya. Meskipun ilmu tentang biologi molekuler, fitokimia, anatomi,
palinologi, embriologi, sitologi, dan juga tentang kekerabatan tumbuhan berkembang
dengan pesat.

Pencirian adalah uraian sifat-sifat serta ciri-ciri obyek yang diberikan dalam bentuk
pertelaan. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dicontohkan, seorang penjual tanaman
buah-buahan harus mengenal betul pohon buah yang dijualnya, apakah itu mangga
manalagi, harum manis, golek, atau gedong. Dalam hal buah durian, perbedaan antara
durian sunan, petruk, atau monthong harus dikenal dengan baik. Ia perlu mengenal dan
mengetahui secara pasti jenis-jenisnya. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya ia
tentu akan mengenal setiap jenis tanaman yang dijualnya. Seorang ibu rumah tangga yang
berbelanja sayur mayur dan rempah rempah untuk membuat suatu masakan harus
mengenal jenis, macam sayuran, dan rempah-rempah untuk masakannya, demikian pula

12
seorang penjual jamu gendong yang harus dapat mengenal dan membedakan bahan-bahan
untuk jamunya misalnya kencur, kunyit, temulawak, jahe, sambiloto, dan sebagainya.

C. Pertelaan Ciri Atau Deskripsi


Pertelaan merupakan bagian yang sangat penting, sebab pertelaan merupakan
pengetahuan tentang takson. Pertelaan atau deskripsi adalah pelukisan atau penggambaran
dengan kata-kata tentang batasan, ruang lingkup, dan sifat-sifat suatu takson itu. Pertelaan
merupakan kesimpulan dan perwujudan dari pencirian takson. Bahan baku pencirian itu
pada umumnya berupa sifat dan ciri yang dirinci, dianalisis atau disintesis, serta disajikan
sebagai bukti taksonomi. Sifat dan ciri inilah yang memungkinkan orang menggambarkan
konsep dan mengenal suatu takson. Hampir semua kegiatan taksonomi tumbuhan itu
melibatkan sifat dan ciri tumbuhan beserta variasinya. Pertelaan umumnya berisi sifat dan
ciri, yang sebagian besar bersumber pada sifat-sifat morfologi tumbuhan.

Penguasaan morfologi dan terminologi tumbuhan mutlak diperlukan untuk dapat


membuat suatu pertelaan yang baik. Khususnya dalam pengenalan atau identifikasi, baik
identifikasi pertama kali untuk diterbitkan, maupun identifikasi ulangan, yaitu identifikasi
tumbuhan yang belum kita kenal, tetapi telah dikenal oleh ahli-ahli tumbuhan, telah diberi
nama dan pertelaannya, dan telah dipublikasikan dalam bentuk karya ilmiah.

Jumlah jenis tumbuhan yang dikenal seseorang umumnya cukup banyak walaupun
pengenalannya hanya terbatas pada kesan visual dan terbatas pada daya tampung ingatan
saja. Untuk jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh di sekitar lingkungan barangkali belum
banyak yang dikenal dan bahkan para ahli taksonomipun tidak akan mampu mengenal
semua jenis tumbuhan yang ada di muka bumi kita. Indonesia yang wilayahnya di sekitar
katulistiwa dikenal sebagai “mega diversity”, sangat kaya akan macam ragam jenis
tumbuhann yang ditaksir mencapai 10% dari kekayaan tumbuhan dunia.

Tumbuhan yang sudah dikenal oleh para ahli termuat dalam karya-karya ilmiah berupa
flora atau monografi. Flora adalah suatu buku yang memuat berbagai informasi mengenai
semua jenis tumbuhan yang ada di wilayah itu, sedangkan monografi merupakan suatu
karya ilmiah yang memuat berbagai informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan yang
termasuk dalam suatu unit takson tertentu. Baik buku flora maupun monograf seringkali
disertai dengan suatu sarana yang berupa kunci atau tabel untuk mengenali jenis-jenis
tumbuhan yang nama dan berbagai informasi lainnya dimuat di dalam buku itu. Kunci
atau tabel itu memuat serentetan pertanyaan-pertanyaan, yang bila sudah terjawab akan

13
memberitahukan nama jenis tumbuhan yang ditanyakan. Oleh karena itu kunci atau tabel
tersebut disebut kunci determinasi atau kunci identifikasi. Pertanyaan-pertanyaan itu
merupakan pertanyaan yang sebagian besar mengenai sifat morfologi tumbuhan, sebagian
kecil saja mengenai hal-hal lainnya, misalnya mengenai habitat, dan sebagainya.
Tumbuhan yang belum kita kenal, tetapi telah dikenal oleh para ahli taksonomi dan telah
dimuat di suatu flora atau monograf dapat kita kenali dengan menggunakan kunci
identifikasi yang ada dalam karya-karya itu. Untuk dapat menggunakan kunci identifikasi
tersebut mutlak diperlukan penguasaan istilah morfologi dan terminologi tumbuhan,
disamping ketajaman observasi dan ketelitian kerja.

Menyusun pertelaan, deskripsi atau diagnosis suatu tumbuhan harus menggunakan


suatu cara, sehingga hasilnya tertata dan sistematis, bentuknya singkat, ringkas, dan padat
seperti kalau orang menuliskan telegram, serta yang penting adalah memudahkan para
pemakainya.

Secara garis besar urutan yang umum diikuti dalam mempertelakan suatu takson
tumbuhan tinggi adalah:

1. Perawakan tumbuhan dan daur hidup

Apakah perawakan tumbuhan berupa pohon, semak, herba, atau terna. Kemudian
mengenai panjang umurnya: setahun, dua tahun, atau menahun. Selanjutnya apakah ada
bagian-bagian lain di luar akar yang ada di dalam tanah misalnya: umbi, akar, rimpang,
dan sebagainya.

2. Ekologi

Tempat tumbuhnya diuraikan secara singkat misalnya di atas permukaan tanah berkapur,
di sepanjang pantai, di pinggir sungai, rawa, dan sebagainya. Ketinggian tempat di atas
permukaan laut, iklim yang sesuai untuk pertumbuhan optimal, dan data-data lain yang
perlu diketahui.

3. Akar

Berakar tunggang atau serabut dan kalau ada ciri-ciri lain perlu ditambahkan.

4. Batang

Ada tidaknya cabang pokok, jauh atau dekatnya mulai ada percabangan, adanya akar
banir, arah tumbuh, tegak, merayap, memanjat, membelit, dan sebagainya. Adanya alat-

14
alat tambahan, duri, bulu, rambut, bergetah atau tidak, dan sebagainya. Demikian pula
untuk dahan dan cabang diuraikan seperti batang.

5. Daun

Susunan daun, tunggal atau majemuk. Kalau majemuk yang bagaimana. Letaknya apakah
berseling, berhadapan, berkarang atau tersebar. Apakah ada alat-alat tambahan misalnya
daun penumpu dan ligula. Kemudian bagian- bagian detil daun: pelepah daun, tangkai
daun, dan helaian daun. Untuk daun majemuk, setelah disebutkan susunannya, kemudian
uraian tentang ibu tangkai daun, cabang tangkai, dan anak daun.

6. Alat-alat lainnya

Apabila belum disebutkan pada waktu mempertelakan batang atau cabang, misalnya:
kuncup, alat pembelit, duri, metamorfosis alat yang mempunyai fungsi khusus misalnya
gelembung penangkap serangga, alat untuk mengapung di air, dan sebagainya.

7. Bunga

Susunan bunga dan tempatnya: bunga tunggal atau majemuk. Untuk bunga tunggal, ada
tidaknya daun pelindung, uraian tentang tangkai bunga, kelopak bunga, kelopak
tambahan; daun mahkota atau tajuk, jumlah benang sari dan bagian-bagiannya, jumlah
putik dan bagian-bagiannya, bakal buah atau karpel. Untuk bunga majemuk, terbatas atau
tidak terbatas. Bentuk bunga majemuknya apakah, bulir, tandan, malai, payung, atau
bentuk lainnya, tempat, ukuran, dan sebagainya. Untuk masing-masing bunga diuraikan
seperti pada bunga tunggal.

8. Buah dan Biji

Macam buah, jumlah dan bentuk ukurannya, warna dan sifat-sifat lainnya. Nama khusus
buah kalau ada, warna waktu masih muda dan setelah masak, dapat dimakan atau tidak.
Jumlah biji dalam buah, bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat lainnya. Inti biji: bentuk
lembaga, ada tidaknya putih lembaga, sifat putih lembaga, dan sebagainya.

D. Penggolongan
Suatu proses pengaturan tumbuhan dalam suatu tingkat-tingkat kesatuan. Ini dapat
dicapai dengan menyatukan golongan-golongan yang berbeda. Hasil dari proses
pengaturan ini ialah suatu sistem klasifikasi, yang sengaja diciptakan untuk menyatakan
hubungan kekerabatan jenis-jenis makhluk hidup satu sama lain. Pemakaian dan

15
pengertian klasifikasi dalam praktik sehari-hari sering simpang siur dan seringkali dipakai
baik untuk proses pengaturannya maupun untuk sistem yang dihasilkannya.

Penggolongan itu tidak hanya menyangkut soal penamaan dan pencirian saja, akan
tetapi juga berkaitan dengan masalah pencarian dan penentuan hubungan kekerabatan
atau kekeluargaan antara tumbuhan satu dengan lainnya.

Setiap individu tumbuhan itu sekaligus dianggap termasuk dalam sejumlah takson yang
jenjang tingkatnya berurutan. Dengan demikian suatu kesatuan terbagi atas kesatuan-
kesatuan berikutnya yang lebih rendah tingkatnya dan seterusnya. Setiap individu
tumbuhan itu tergolong dalam kesatuan-kesatuan taksonomi yang masing-masing
mempunyai kedudukan tertentu dalam sistem yang terjelma. Takson atau kesatuan
taksonomi yang terjelma dalam penggolongan tumbuhan adalah forma, varitas (varietas),
jenis (species), marga (genus), bangsa (ordo), dan seterusnya.

Suatu takson yang merupakan suatu populasi terdiri atas individu- individu dengan
sifat yang sama, sifat-sifat itu mirip dengan sifat semua keturunannya dan menempati
suatu daerah distribusi tertentu pada saat bersamaan disebut suatu jenis (species).

Individu-individu suatu populasi akan berkembang biak, saling kawin dan bertukar gen,
mati atau pindah, terpecah belah atau menggabung dengan populasi lainnya, namun ciri
dasar populasi itu secara keseluruhan tetap tidak berubah.

Takson yang disebut dengan istilah jenis dianggap sebagai unit dasar, demikian
mendasar, sehingga sadar atau tidak, jika kita berbicara tentang “tumbuhan” yang kita
maksud sebenarnya adalah “jenis tumbuhan”. Apabila seseorang bertanya tumbuhan
apakah gerangan ini, sebenarnya yang ia maksud adalah tergolong dalam jenis dengan
nama apakah tumbuhan yang ditanyakan itu.

Banyak faktor dan kriteria yang bisa dijadikan dasar untuk mendefinisikan jenis,
sehingga menyebabkan banyak munculnya pendapat tentang batasan atau definisi jenis
itu.

Salah satu kriteria jenis berdasarkan morfologi geografi. Konsep ini telah lama
dipakai dan merupakan konsep paling umum hingga sekarang. Menurut konsep ini jenis
merupakan populasi yang terdiri atas individu-individu dengan ciri-ciri morfologi yang
sama dan dapat dipisahkan dari jenis-jenis lain oleh adanya ketaksinambungan ciri-ciri
morfologi yang berkorelasi.

16
Beberapa jenis dengan persamaan sifat-sifat tertentu membentuk suatu takson yang
menurut hirarki diberi kedudukan dan jenjang yang lebih tinggi yang disebut dengan
istilah marga (genus). Setiap marga diberi nama seperti halnya setiap jenis. Demikian
selanjutnya berturut-turut sejumlah marga dijadikan satu suku (familia), yang masing-
masing diberi nama yang berbeda-beda pula. Beberapa suku dijadikan satu bangsa (ordo),
beberapa bangsa menjadi kelas (classis) dan divisi (divisio).

Biotipe adalah suatu populasi yang individu-individunya mempunyai susunan


genotipe yang sama. Dalam suatu populasi jenis secara sporadik adakalanya terdapat satu
atau beberapa biotipe tanpa pola penyebaran tertentu tapi menunjukkan variasi bentuk
yang jelas berbeda dengan anggota populasi lainnya. Inilah yang seringkali terjadi secara
kebetulan, faktor-faktor gen resesif terkumpul sehingga timbulnya dalam populasi itu
sporadik dan terbatas tapi dengan ciri-ciri yang mantap.

Forma merupakan tingkat terendah yang diberi pengakuan taksonomi, dengan nama
ilmiah sebab umumnya mudah dikenal, misalnya karena perbedaan warna bunga, bentuk
dan ukuran daun, dan lain-lain. Takson di bawah tingkat jenis yang banyak dipakai adalah
varietas. Dalam lingkungan pertanian istilah varietas umum dipakai untuk mengacu
segala bentuk variasi jenis tanaman, untuk ini istilah yang paling tepat adalah kultivar
(“cultivated variety”, varietas yang dibudidayakan atau dijinakkan).

 Klasifikasi makhluk hidup dilakukan para ahli yaitu :


1. Aristoteles, mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 2 yaitu dunia tumbuhan
(kingdom Plantae) dan dunia hewan (kingdom Animalia).

2. Carolus Linnaeus, mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 2 yaitu Plantae


(tumbuhan) dan Animalia (hewan). Perbedaannya dengan Aristoteles adalah Linnaeus
dapat mengklasifikasikan makhluk hidup kemudian memberikan mana ilmiah dengan
system tatanama Binominal Nomenklatur,dan Carolus Linnaeus adalah orang yang
pertama kali meletakkan dasar klasifikasi , sehingga Carolus Linnaeus disebut sebagai
Bapak Taksonomi. Sehingga Ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi
(pengelompokan / penggolongan) disebut Taksonomi. Sebelum adanya klasifikasi
menurut Linnaeus, banyak cara yang mula – mula dilakukan oleh orang – orang untuk
melakukan klasifikasi. Misalnya klasifikasi pada tumbuhan berdasarkan hal – hal sebagai
berikut :

17
1) Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tanaman digolongkan menjadi tanaman
perdu, pohon, semak, dan rerumputan.
2) Berdasarkan manfaatnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman pangan, obat –
obatan, sandang dan hias.
3) Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman
kering (xerofit), tanaman air (hidrofit), dan tanaman lembab (higrofit).
4) Berdasarkan cara hidupnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman saprofit,
parasit, epifit.
Penggolongan seperti diatas ternyata sangat sulit sehingga sekarang lebih sering orang
– orang menggunakan cara klasifikasi makhluk hidup seperti yang telah dibuat oleh
Carolus Linnaeus.Carolus Linnaeus meletakan dasar / kriteria klasifikasi makhluk hidup
yaitu:

1) Jumlah sel penyusun tubuh: uniseluler / multiseluler


2) Organ perkembangbiakan
3) Habitus (kenampakan) tumbuhan waktu hidupnya: tegak, merambat, menjalar.
4) Ada tidaknya biji, bunga, dan buah.
5) Dari morfologi (struktur tubuh luar) dan anatomi (struktur tubuh dalam).
Makhluk hidup yang mempunyai ciri dan sifat yang sama di kelompokkan ke dalam
satu golongan. Makin banyak persamaan ciri dan sifat yang ada pada makhluk hidup,
makin dekat kekerabatannya. Berdasarkan persamaan ciri dan sifat makhluk hidup maka
dapat dibentuk kelompok – kelompok. Kelompok – kelompok yang terbentuk diatur
dalam urutan dan tingkat tertentu. Carolus Linnaeus membuat urutan klasifikasi dari
tingkat yang terkecil hingga tingkat yang terbesar yaitu sebagai berikut :

1) Unit dasar terkecil dalam klasifikasi adalah jenis – jenis (spesies).


2) Jenis – jenis yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut marga (Genus).
3) Beberapa marga yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut suku (familia).
4) Beberapa suku yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut bangsa (ordo).
5) Beberapa bangsa yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut kelas (classis).

18
6) Beberapa kelas yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut phylum (division).
7) Beberapa divisio yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut kerajaan (kingdom).
E.SEJARAH KLASIFIKASI TUMBUHAN
Kita ketahui bahwa Klasifikasi bertujuan untuk mempermudah mengenal objek yang
beranekaragam dengan cara mencari persamaan dan perbedaan ciri serta sifat pada objek
tersebut. Klasifikasi berguna untuk menunjukan hubungan kekerabatan diantara makhluk
hidup. Keuntungan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah mempermudah dalam mencari
keterangan tentang makhluk hidup yang akan kita pelajari. Selain itu klasifikasi juga
memudahkan dalam memberi nama ilmiah kepada individu atau populasi individu.Perbedaan
dasar yang digunakan dalam mengadakan klasifikasi tumbuhan tentu saja memberikan hasil
klasifikasi yang berbeda-beda pula, yang dari masa ke masa menyebabkan lahirnya Sistem
Klasifikasi yang berlainan. Namun pada prinsipnya, kesamaan-kesamaan atau keseragaman
itulah yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi, misalnya klasifikasi berdasarkan
lingkungan hidupnya, seperti tumbuhan air, tumbuhan darat, tumbuhan dataran tinggi,
tumbuhan dataran rendah, atau berdasarkan kegunaannya seperti tumbuhan sandang, obat-
obatan, hias, dan sebagainya. Sejarah Perkembangan Sistem Klasifikasi Tumbuhan secara
garis besar dan perkembangan sistem klasifikasi dari masa ke masa adalah sebagai berikut :

1 Periode Tertua .

Sejarah Awalnya dimulai dari Periode tertua yang dimana terjadi pada masa
Prasejarah hingga Abad ke-4 SM. Sejak awal kehidupan manusia bergantung pada
bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan, manusia sejak dahulu telah melakukan
kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam lingkup taksonomi, seperti mengenali dan
memilah-milah tumbuhan mana yang berguna baginya dan yang mana yang tidak,
termasuk pemberian nama, sehingga apa yang ditemukan dapat dikomunikasikan
kapada pihak lain. Dalam zaman prasejarah orang telah mengenal tumbuh-tumbuhan
penghasil bahan pangan yang penting seperti yang kita kenal sampai saat ini. Jenis-
jenis tumbuhan ini diperkirakan telah diperkenal sejak 7 sampai 10 ribu tahun yang
telah lalu, telah dibudidayakan oleh bangsa Mesir yang mendiami lembah Sungai Nil
bagian hilir di Afrika, bangsa Inca di Asia Timur, bangsa Asiria di lembah Sungai
Efrat dan Tigris di Timur Tengah, dan bangsa-bangsa Indian di Amerika Utara dan
Amerika Selatan. Sejak beberapa ribu tahun yang lalu telah dikenal berbagai jenis

19
tumbuhan yang merupakan penghasil bahan pangan, sandang, dan bahan obat yang
berarti bahwa sebenarnya mereka pun telah menerapkan suatu sistem klasifikasi,
dalam hal ini suatu system klasifikasi yang didasarkan atas manfaat tumbuhan,
sehingga tidak dapat dianggap sebagai sistem buatan yang tertua. Jelaslah bahwa
sejak berpuluh-puluh abad yang lalu orang telah terjun dalam kegiatan-kegiatan
taksonomi tumbuhan, walaupun pengetahuan yang telah mereka kumpulkan belum
begitu berarti, juga belum ditata, belum menunjukan hubungan sebab dan akibat,
sehingga belum dapat disebut sebagai ilmu pangetahuan menurut ukuran sekarang

2 Periode Sistem Habitus. 


Selanjutnya adalah Periode Sistem Habitus yang terjadi kira-kira pada abad
ke-4 sebelum masehi sampai abad ke-17. Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu
pengetahuan baru di anggap pada abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang
Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes ( 370-285 SM) murid seorang filsuf
Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri adalah murid filsuf Yunani yaitu
Plato. Sistem klasifikasi yang diusulkan bangsa Yunani dengan Theophrastes sebagai
pelopornya juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus
dipakai sampai selama lebih 10 abad. Pengklasifikaan tumbuhan terutama didasarkan
atas perawakan (habitus) yang golongan-golongan utamanya disebut dengan nama
pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna. Theophrastes sendiri yang
dianggap sebagai bapaknya ilmu tumbuhan, dalam karyanya yang berjudul Historia
Plantarum telah memperkenalkandan memberikan deskripsinya untuk sekitar 480
jenis tumbuhan. Theophrastes sebagai bapak Ilmu Tumbuhan juga mengelompokkan
tumbuhan menurut umur yaitu: tumbuhan berumah pendek (anual), tumbuhan
berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur panjang (perenial). Selain
Theophrastes, adapula beberapa tokoh yang berperan besar dalam perkembangan
taksonomi, antara lain :
 Dioscroides, menyatakan pentingnya pemberian deskripsi pada setiap
tumbuhan disamping pemberian namanya. 
 Linius, membedakan pohon-pohonan, bangsa gandum, sayuran, tanaman obat,
rerumputan, dan sebagainya.
 A . Magnus, berhasil membedakan tumbuhan monokotil dan dikotil atas dasar
sifat-sifat batangnya. 

20
 J. Ray, telah membedakan tumbuhan berkayu, tumbuhan berbatang basah, dan
membedakan antara tumbuhan biji tunggal dan tumbuhan biji yang berbelah. 
3 Periode Sistem Numerik. 
Periode ini terjadi pada permulaan abad ke 18, yang ditandai dengan sifat
sistem yang murni artifisial, yang sengaja dibuat sebagai sarana pembantu dalam
identifikas tumbuhan. Tidak seperti pada periode sebelumnya dimana tumbuhan di
klasifikasikan berdasarkan bentuk dan strukturnya, pada periode ini pengklasifikasian
tumbuhan berdasarkan hubungan kekerabatan antara tumbuhan. Sistem ini tidak
menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan sebagai dasar utama pengklasifikasian,
tetapi pengambilan kesimpulan mengenai kekerabatan antara tumbuhan atau
Klasifikasi didasarkan pada jumlah dari suatu organ atau bagian tumbuhan.Dalam
periode ini tokoh yang paling menonjol adalah Karl Linne (Carolus Linneaus) pada
tahun 1707 – 1228 M. Dia menciptakan klasifikasi tumbuhan berdasarkan sistem
seksual yaitu berdasarkan kesamaan jumlah alat-alat kelamin, antara lain jumlah
benang sari seperti Monandria (berbenang sari tunggal), Diandria (berbenang sari
dua) Triandria (berbenang sari tiga) dan seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi
tumbuhan ciptaan Linnaeus ini dikenal pula sebagai Sistem Numerik. Linnaeus juga
dianggap sebagai pencipta sistem tata nama ganda dalam bukunya Species Plantarum
walaupun sebenarnya sistem tata nama ganda tersebut sudah rintis oleh Casper
Bauhin dalam bukunya Pinax Theatri Botanici. Tetapi karena mungkin Linnaeus-lah
yang pertama seara konsisten menggunakan nama ganda itu untuk jenis tumbuhan
dalam bukunya Species Plantarum tadi, nama Bauhin menjadi tersisihkan.

4 Periode Sistem Alam. 


Selanjutnya adalah Periode Sistem Alam yang terjadi kurang lebih pada akhir
abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Menjelang berakhirnya abad ke-18
mulailah terjadi perubahan-perubahan yang revolusioner dalam pengklasifikasian
tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru ini disebut “sistem alam” dalam arti bahwa
golongan-golongan yang terbentuk merupakan unit-unit yang wajar (natural) bila
terdiri atas anggota-anggota itu, dan dengan demikian dapat tercermin pengertian
manusia mengenai yang disebut apa yang dikehendaki oleh alam. Secara harfiah
istilah “sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi ini sebenarnya tidak begitu
tepat, mengingat sistem yang manapun dengan menerapkan dasar apapun, tetap
merupakan ciptaan orang, sehingga pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah

21
sistem buatan. Beberapa tokoh yang berperan pada periode ini antara lain J.B. de
Lamarck (1744-1829 M), orang yang menulis buku Flora Francoise yang ditulis
berupa kunci untuk mengidentifikasi tumbuh-tumbuhan di Perancis. Lamarck juga
dianggap sebagai salah satu perintis lahirnya teori evolusi. Teorinya yang dikenal
dengan nama “Lamarckisme”, yang menyatakan bahwa perubahan lingkungan dapat
mengubah struktur organisme.Lamarck berhasil membuat kunci untuk
pengidentifikasian tumbuh-tumbuhan dan merupakan perintis lahirnya teori evolusi.
De Jussieu membagi tumbuhan berdasarkan ada tidaknya kotiledon atau biji
berkeping yang dibagi menjadi 3 yaitu Acotyledoneae, Monocolyledoneae, dan
Dicotyledoneae.

5 Periode Sitem Filogenetik. 


Periode sistem filogenetik terjadi bekisar pertengahan abad ke-19 hingga
sekarang. Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk mengadakan
penggolongan tumbuhan yang sekaligus juga menerminkan urutan-urutan golongan
itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan dengan demikian juga
menunjukkan jauh dekatnya hubungan kekarabatan antara golongan yang satu dengan
yang lain. Jadi dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni” dan dari
sini lahirlah nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem
klasifikasi yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan interpretasi para ahli
biologi mengenai yang disebut filogeni itu masih berbeda-beda.Tokoh yang tekenal
pada saat periode ini antara lain : 
 August Wilhelm Eichler, mengklasifikasikan tumbuhan menjadi dua
kelompok yaitu Cryptogamae dan P hanerogamae 
 Adolph Engler, membagi alam tumbuhan ke dalam sejumlah afdeling. Engler
juga berpendapat bahwa Monocotyledonae lebih primitif daripata
Dycotyledonae, dan bangsa anggrek jauh lebih maju daripada rumput. 
6 Periode Sistem Klasifikasi Kontemporer. 
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dalam abad ke-20 telah
berpengaruh terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan. Kecenderungan
untuk mengkuantitatifkan data penelitian dan penerapan matematika dalam
pengolahan data yang diperoleh telah menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu social yang
semula tak pernah atau belum memanfaatkan matematika serta belum
mempertimbangkan pula kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dengan

22
penerapan pendekatan kuantitatif matematik. Sekarang ada kecenderungan untuk
menganggap bahwa penerapan metode kuantitatif sajalah yang dapat menjamin hasil
penelitian yang cermat dan dapat diperaya. Perkembangan teknologi, khususnya di
bidang elektronika, yang dalam abad nuklear maju dengan pesat ini, telah pula
menjamah bidang taksonomi tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan
ini juga sudah menerapkan metode penelitian kuantitatif yang pengolahan datanya
menggunakan komputer. Dari sinilah melahirkan bidang baru dalam taksonomi
tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi numerik, taksometri, atau taksonometri.
Pengolahan data secara elektronik juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur
dalam penelitian taksonomi. Taksonomi numerik (dalam arti bukan yang diteorikan
oleh Linnaeus) didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan
atau kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan golongan-golongan itu
melalui suatu analisis yang dikenal sebagai ”analisis kelompok” ke dalam kategori
takson yang lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tadi. Peranan komputer
adalah untuk mengerjakan perbandingan kuantitatif antara organisme mengenai
sejumlah besar ciri-ciri secara simultan. Jadi komputer itu mengambil alih tugas kita
dalam melakukan hitungan-hitungan dengan sangat cepat dan tanpa prasangka.
Taksonomi numerik didasarkan atas bukti-bukti fenetik, artinya didasarkan atas
kemiripan yang diperlihatkan obyek studi yang diamati dan dicatat, dan bukan atas
dasar kemungkinan-kemungkinan perkembangan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan
dalam taksonomi numerik bersifat empirik operasional, dan data serta kesimpulannya
selalu dapat diuji kembali melalui observasi dan eksperimen.

F.PRINSIP-PRINSIP TAKSONOMI TUMBUHAN


1. Tatanama Tumbuhan

 Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan
(identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.

 Peraturan tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan
pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia tentang apa yang dimaksud.

 Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan
sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya.

23
 Setiap individu tumbuhan termasuk dalam sejumlah taksa yang jenjang tingkatnya
berurutan.

 Tingkat jenis (species) merupakan dasar dari seluruh takson yang ada.

 Nama-nama takson di atas tingkat suku (familia) diambil dari ciri khas yang berlaku
untuk semua warga dengan akhiran yang berbeda menurut tingkatnya.

 Nama suku (familia) merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda
berbentuk jamak. Nama tersebut diambil dari nama salah satu marga yang termasuk
dalam suku tadi ditambah dengan akhiran -aceae.

 Nama marga merupakan kata benda berbentuk mufrad atau suatu kata yang
diperlakukan demikian. Kata ini dapat diambil dari sumber mana pun, dan dapat
disusun dalam cara sembarang.

 Nama ilmiah untuk jenis harus bersifat ganda, artinya terdiri atas dua suku kata yang
berbentuk mufrad yang diperlakukan sebagai bahasa Latin.

 Nama takson tingkat suku ke bawah diikuti nama orang yang memberikan nama
ilmiah dalam bentuk singkatan.

2. Klasifikasi

 Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh


tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur
mengikuti suatu hierarki.

 Sifat-sifat yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi berbeda-beda


tergantung orang yang mengadakan klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai dengan
pengklasifikasian itu.

 Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) yang lebih rendah mempunyai
kesamaan sifat lebih banyak daripada takson yang terdapat pada tingkat takson
(kategori) di atasnya.

 Perbedaan antara istilah takson dengan kategori yaitu istilah takson yang ditekankan
adalah pengertian unit atau kelompok yang mana pun, sedangkan istilah kategori yang
ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam suatu hierarki tertentu.

24
 Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu nama
takson sekaligus menunjukkan pula tingkat takson (kategori).

 Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifikasi buatan,
sistem klasifikasi alam, dan sistem klasifikasi filogenetik.

 Berdasarkan sejarah perkembangannya ketiga sistem klasifikasi tersebut dibagi


menjadi empat periode yaitu periode sistem habitus, periode sistem numerik, periode
sistem alam, dan periode sistem filogenetik.

 Sistem klasifikasi yang tinjauannya didasarkan modifikasi dari sistem yang telah ada
dengan penambahan data yang baru, disebut sistem kontemporer.

 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh pula terhadap


perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan.

 Perubahan klasifikasi organisme hidup yang semula dua dunia kemudian menjadi
empat dunia, atau dari empat dunia menjadi lima dunia, telah mengakibatkan
sekelompok atau sebagian kelompok organisme yang semula termasuk dalam dunia
tumbuhan dipindahkan ke dalam dunia (regnum) baru atau regnum yang lain.

3. Identifikasi

 Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang
tepat dalam sistem klasifikasi.

 Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan.

 Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan
yang ada dalam KITT.

 Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia
ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi KITT.

 Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,
memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku flora
dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis.

25
 Flora adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis
tumbuhan yang ditemukan dalam suatu wilayah tertentu.

 Monografi adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis
tumbuhan yang tergolong dalam kategori tertentu. baik yang terbatas pada suatu
wilayah tertentu saja maupun yang terdapat di seluruh dunia.

 Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus


ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi.

 Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi ditemukan jawabnya,


berarti nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi tumbuhan yang akan
diidentifikasi dapat diketahui.

 Lembar Identifikasi Jenis adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai
dengan nama klasifikasi jenis yang bersangkutan

G.HUBUNGAN TAKSONOMI DENGAN CABANG-CABANG ILMU LAINNYA


1. Morfologi

Morfologi tumbuhan merupakan ilmu penting bagi botani sistematika sebab banyak
peristilahan dan ciri tumbuhan yang dipelajari dalam morfologi tumbuhan digunakan untuk
mempertelakan suatu jenis tumbuhan. Tanpa morfologi tidak mungkin taksonomi tumbuhan
dapat berkembang dengan baik. Semua peristilahan yag digunakan dalam Botani sistematika
selalu menggunakan peristilahan morfologi, misalnya foetida (sangat berbau), edulis (dapat
dimakan), caulifolia (bunga dapat tumbuh di di batang), grandifolia (daun besar) dan lain
sebagainya.

Ciri-ciri morfologi mempunyai faedah yang besar, bahkan pada pengamatan-


paengamatan spesimen herbarium,ciri-ciri ini menunjukkn tingkat keberhasilan yang tinggi
untuk menyusun klasifikasi. Ciri-ciri morfologi dapat dilihat dengan mudah untuk
menentukan variabilitasnya daripada bila menggunakan ciri-ciri lainnya.

2. Paleobotani

Paleobotani atau palaebotani (dari bahasa Yunani paleon berati tua dan botany yang
berarti ilmu tentang tumbuhan) adalah cabang dari paleontologi yang khusus mempelajari
tentang tumbuhan pada masa lampau.

26
Dasar pengetahuan sistematik tumbuhan sangat diperlukan dalam menentukan hubungan
kekerabatan antara fosil tumbuhan dengan tumbuhan yang masih hidup di masa kini dan
dalam upaya rekonstruksi sejarah evolusi dunia tumbuhan.

3. Anatomi

Hubungan taksonomi dengan anatomi adalah pengelompokkan makhluk hidup


berdasarkan sifat-sifat anatomi dari tumbuhan tersebut. Sifat-sifat anatomi batang, daun,
bunga sangat berguna dan mempunyai nilai taksonomi penting pada golongan-golongan
tertentu.

Anatomi juga mempunyai peran di dalam taksonomi, filogeni dan ontogeni. Pada dunia
tumbuhan sering kali ada dua tumbuhan yang persis sama secara morfologi, sehingga
memiliki nama ilmiah yang sama.

4. Embriologi

Individu dalam marga dan suku dapat dicirikan dengan tipe embrionya, tanda ini dapat
dipakai untuk menentukan pembatasan takson serta kekerabatan alami. Data-data embriologis
yang digabungkan dengan ciri-ciri anatomis dan morfologis dapat digunakan dalam membuat
klasifikasi yang lebih baik.

5. Palinologi

Palinologi adalah studi tentang serbuk sari dan spora. Serbuk sari menjadi sumber
taksonomi yang penting. Variasi yang diperlihatkan serbuk sari antara lain adalah jumlah dan
letak alur dan lubang di permukaannya, bentuk ukiran eksin (lapisan luar serbuk sari) serta
bentuk umum dan ukurannya. Serbuk sari bisa khas untuk jenis, marga atau suku

6. Mikrobiologi

Dari segi mikrobiologi, dunia mikroba dikelompokkan menjadi dua kelompok besar
berdasarkan ada tidaknya inti, baik yang sudah terdiferensiasi ataupun yang belum.

7. Sitologi

Hubungan taksonomi dengan ilmu ini adalah pengelompokkan sel berdasarkan


penyusunnya. Semua individu dalam suatu jenis biasanya mempunyai jumlah kromosom
yang sama, walaupun ada kekecualian. Jika ada dua tumbuhan yang mempunyai persamaan
secara morfolgi dan anatomi, sedangkan ada ada semacam penelitian yang menyatakan

27
bahwa keduanya merupakan jenis yang berbeda, maka secara sitologi dapat diperiksa
bagaimana struktur dan jumlah kromosom keduanya. Jika ternyata berbeda, maka peluang
untuk memisahkan keduanya pun cukup terbuka.

8. Fitokimia

Dengan mengetahui kandungan kimia dari suatu jenis tumbuhan, maka manfaat jenis tersebut
dalam kehidupan dapat dimaksimalkan, sehingga upaya dalam pembudidayaan juga
dilakukan secara maksimal.

Ciri-ciri kimia dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok yaitu :

a. Secara langsung dapat dilihat seperti butiran pati dan rafid.

b. Berupa hasil tumbuhan seperti alkaloid,flavonoid, dan terpenoid.

c. Serologi dan elektroforesis protein.

9. Fisiologi

Tumbuhan yang tergolong dalam satu jenis dianggapa menunjukkan sifat fisiologis yang
sama. Tumbuhan yang menunjukkan sifat morfologi yang sama memungkinkan sifat
fisiologinya berbeda.

28
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Salah satu karakter pembeda dalam keanekaragaman tumbuhan adalah jaringan
pembuluhnya. Tumbuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu tumbuhan yang
tidak berpembuluh (nonvascular plant) dan tumbuhan yang berpembuluh (vascular plant).
Tumbuhan tidak berpembuluh lebih dikenal dengan lumut, yang terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk. Sedangkan tumbuhan
berpembuluh yang mencakup 93% dari keanekaragaman tumbuhan terbagi menjadi dua
kelompok besar berdasarkan ada atau tidaknya biji sebagai alat perkembangbiakan.
Tujuan utama taksonomi tumbuhan adalah mengenal, menjelaskan ciri, variasi suatu
tumbuhan, baik yang sekarang masih ada maupun yang dahulu pernah ada dalam suatu sistem
yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.

Tahapan taksonomi tumbuhan ada empat yaitu penamaan, pencirian, Pertelaan Ciri Atau
Deskripsi dan penggolongan
Sejarah klasifikasi tumbuhan dimulai dari Periode Tertua, Periode Sistem Habitus,
Periode Sistem Numerik, Periode Sistem Alam, Periode Sitem Filogenetik, Periode Sistem
Klasifikasi Kontemporer.
Prinsip-prinsip taksonomi tumbuhan dapat dilihat dari tata nama tumbuhan, klasifikasi
dan identifikasi.

29
DAFTAR PUSTAKA
Rideng, I.M., 1989, Taksonomi Tumbuhan Biji, Universitas Udayana, DIKTI, Jakarta.

Campbell, N.A., L.G. Mitchell & J.B. Reece. (1999). Biology concept and connection. Third
edition. Benyamin Cummings, an Impril of Addison Wisley Longman Inc.

Davis, P.H. & V.H. Heywood. (1963). Principles of Angiosperm Taxonomy.

Edinburg & London: Oliver & Boyd.

Judd, W.S. Campbell, E.A. Kellog, P.F. Stevens & M.J. Donoghue. (2002). Plant
Systematics: A Phylogenetic Approach. Second edition. Sinauer Associates, Inc.
Sunderland, Ma 01375-04070

Lawrence, G.H.M. (1951). Taxonomy of vascular plants. New York: Macmillan.

Pujoarinto, A. (2001). Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas


Terbuka.

Soerjani, M. G. Tjitrosoepomo & A.J.H.H. Kostermans (ed.). (1987). Weeds of rice in


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rifai, M.A. (1976). Sendi-sendi Botani Sistematika. Bogor: Herbarium Bogoriense.

Aththorick, T.A dan siregar, E.S.2006.Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan. Medan FMIPA
Universitas Sumatra utara.
Hasairin ashar.2010. Taksonomi Tumbuhan Berbiji.Bandung. Citapustaka Media Perintis.
Tjitrosoepomo,gembong.2001.Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada

30

Anda mungkin juga menyukai