Anda di halaman 1dari 15

“Literatur Penting dalam Botani Sistematika ”

Dosen Pengampu : Wina Dyah Puspita Sari, M.Si

Disusun Oleh

Anggota Kelompok 2 :

Putri Windah Sinaga (4211220004)


Roza Tasha Nabila (4213220017)
Mariance Naibaho (4211220021)
Pebrian Sihaloho (4213520021)
Chindy C Manalu (4213220023)

Kelas : PSB 21 A

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Taksonomi Spermatophyta. Dalam penyusunan Makalah ini
tidak lepas dari dukungan, masukan, dan dorongan dari orang - orang yang berada di
sekeliling penulis .
Adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi penyelesain tugas mata kuliah
Taksonomi Spermatophya. Kami berterimah kasih kepada Ibu Wina Dyah Puspita Sari,M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Taksonomi Spermatophya atas pengajaran yang
diberikan kepada kami sehingga tugas ini dapat kami selesaikan dengan baik. Kami
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam
penyusunan Makalah ini . Oleh karena itu , kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat kami
harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan Makalah selanjutnya . Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Akhir kata kami mengucapkan
terimakasih.

Medan, 12 Mei 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 6
BAB III................................................................................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................. 9
BAB IV ................................................................................................................................................. 14
PENUTUP............................................................................................................................................ 14
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik Komponen biotik (makhluk hidup)
jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut, dataran rendah, sampai
di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam.
Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam
mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan
mempelajari makhluk hidup maka kita perlu cara. Cara untuk mempermudah kita dalam
mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi
(penggolongan/pengelompokan).

Salah satu sapek yang diperlukan dalam mempelajari botani adalah pengetahuan tentang
nama botani (ilmiah/latin) jenis-jenis tumbuhan. Sebab seseorang yang bekerja dengan suatu
jenis tumbuhan harus yakin bahwa materi yang ditanganinya benar-benar sesuai dengan nama
manurut standar taksonomi tumbuhan. Sekali ia mempublikasikan hasil pekerjaannya dan
menyebarluasakannya, seluruh dunia akan siap menyerap informasi tentang jenis tumbuhan
yang dipublikasikan tersebut dengan berpegang kepada nama botani yang dikenakan. Nama
ilmiah suatu tumbuhan merupakan sebuah kunci mukjizat untuk membuka khazanah yang
berisi semua pengetahuan tentang jenis tumbuhan tersebuDalam makalah ini sayaakan
membahas secara lebih mengkhusus pada tata nama makhluk hidup (Binomial nomenklatur).

Tatanama tubmbuhan merupakan bagian dari kegiatan taksonomi yang bertujuan untuk
mendeterminasi nama yang benar dari suatu takson atau kesatuan taksonomi. Menurut Kode
Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT), pemberian nama ilmiah tumbuh didasarkan pada
bahasa Latin atau yang diperlakukan sebagai bahasa Latin, schingga diharapkan dapat
dipergunakan secara universal oleh para ahli botani.

Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai begitu banyak nama tumbuhan yang diberikan
dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa induk yang digunakan oleh dacrah masing-masing,
yang sering disebut nama biasa. Oleh karena nama biasa itu terbatas pengertiannya pada
orang-orang sebahasa saja, maka pemakaian nama ilmiah sekarang sudah menjadi kebiasaan
umum yang diterapkan di seluruh dunia.
 1.2 Rumusan Masalah
 Apa saja ketentuan nama-nama takson spesies dalam nomenklatur serta contohnya?
 Bagaimana system penamaan takson pada mahluk hidup?
 Bagaimana cara menentukan nama biasa dan nama ilmiah pada mahkluk hidup?
 Bagaimana menentukan isi dari kode internasional tatanama mahkluk hidup ?

 1.3 Tujuan
 1.Mengetahui ketentuan nama nama takson spesies dalam nomenklatur serta
contohnya
 2.Mengetahui sistem tata nama takson
 3.Mengetahui nama biasa dan nama ilmiah pada mahluk hidup
 4.mengetahui isi dari kode internasional tatanama mahluk hidup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mengkaji tentang proses
penemuan, deskripsi, klasifikasi dan memberikan nama terhadap suatu organisme. Taksonomi d
idefinisikan sebagai ilmu untuk menggolong-golongkan makhluk hidup
juga kajian teoritik tentang penggolongan, termasuk dasar-dasar, prinsip, cara kerja dan aturan-
aturan yang berlaku. Taksonomi meliputi tiga hal, yaitu: (1) melakukan identifikasi atau tingkat
analisis, yang merupakan kegiatan mengelompokkan jasad kedalam berbagai kelompok yang
mudah dikenal, untuk menetapkan ciri ciri penting dari kelompok dan untuk senantiasa
mencari perbedaan yang tetap antara kelompok itu, serta memberikan nama ilmiahnya demi
mendapatkan pengakuan dari ahli lain di seluruh dunia; (2) klasifikasi atau tingkat sintesis,
merupakan kegiatan mengenali dan mendeskripsikan species atau mengidentifikasi jasad,
sehingga mampu memutuskan bahwa dua jasad yang memiliki morfologi yang sama,
disebabkan permasalahan morfologi atau karena hubungan filogenetis yang dekat; serta (3)
mempelajari pembentukan species dan faktor evolusi, yang merupakan tugas taksonom untuk
merunut asal usul species dengan dukungan berbagai cabang ilmu biologi dan ilmu lainnya,
sepertisitologi, biogeografi, ekologi, anatomi perbandingan dan palaentologi.

Ketiga tugas taksonomi, seringkali tidak dapat dilakukan secara bersamaan, karena
kajian evolusi hanya dapat dilakukan apabila telah tersedia Klasifikasi yang memuaskan.
Sementara itu, klasifikasi hanya dapat disusun jika telah tersedia identifikasi dan deskripsi
dari species. Oleh karena itu, taksonomi dari suatu kelompok tertentu diwujudkan melalui tiga
tahap yaitu taksonomi alfa, beta dan gama.

Taksonomi alfa, merupakan tahapan untuk menetapkan ciri-ciri dari species berserta nama ilmiahnya;
taksonomi beta yaitu menggolongkan species kedalam kategori yang lebih tinggi, sedangkan
taksonomi gama yaitu tahapan menganalisis variasi intraspesifik dan mempelajari evolusi.
Mekanisme penerapan dan pemanfaatan spesies harus dikembalikan kepada empat
asas taksonomi, yaitu: 1) spesies adalah unit dasar dalam taksonomi, 2) spesies tidak statis,
tetapi dinamis dan plastis, 3) spesies mempunyai keanekaragaman di dalamnya; serta 4)
terdapat diskontinuum dan kontinuum di dalam spesies (Adisoemarto, 2006). Oleh karena itu
untuk menerapkan dan memanfaatkan taksonomi dalam pendayagunaan fauna, atribut spesies
harus diketahui sebagai dasar melakukan klasifikasi.
Persyaratan informal Untuk mempublikasikan spesies baru, maka author dari publikasi harus mampu
meyakinkan pembaca (khususnya editor dan reviewer) dengan cara menyatakan bahwa:
1. Spesies tersebut adalah benar belum dideskripsikan.
2. Spesies tersebut dideskripsikan pada Genus yang sesuai, dan jika memiliki data molekuler,
maka Genus dan spesies baru tersebut monofiletik.

3.Spesies tersebut dideskripsikan, diilustrasikan atau dikarakterisasi sehingga dapat


diobservasi lagi oleh ilmuwan atau peneliti selanjutnya.
4. Jumlah specimen atau kultur biakan murni yang diobservasi harus sesuai. Sangat penting
untuk diketahui bahwa specimen tipe dan ex-type cultures tersedia bagi semua
taksonom untuk diteliti dan dibandingkan dengan material lainnya. ICN merekomendasikan,
tapi tidak memaksa, bahwa specimen tipe dan ex-type cultures disimpan di institusi public
dengan kebijakan memperbolehkan penelitilainnya untuk meminjam dan mengobservasi
material tersebut.

Menurut ( Hidayat, 2019) Aturan menentukan nama spesies jamur yang sah (legitimate)
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama dalam menentukan nama spesies
jamur yang sah (legitimate) termasuk yaitu :

1. Prioritas Nama yang paling dahulu muncul untuk suatu takson dari tingkatan klasifikasi
tertentu harus digunakan. Author pertama yang mendeskripsikan suatu takson dapat disitasi
setelah nama spesies yang dipublikasikan oleh author tersebut. Apabila author lainnya
menempatkan spesies tersebut ke dalam Genus yang berbeda (atau pada tingkat klasifikasi
yang lainnya), nama yang spesifik (epitet) dipertahankan, dan author yang pertama kali
mendeskripsikan dan mempublikasikan takson tersebut disitasi di dalam tanda kurung.
Aturan prioritas ini valid hanya pada tingkatan yang sama, contohnya, Genus dengan Genus,
spesies dengan spesies, dan seterusnya.

2. Sinonim dan homonym;


Namanama yang berbeda untuk satu takson disebut sinonim. Pada saat nama-nama
tersebut berdasarkan tipe yang sama (karena perbedaan pendapat mengenai posisi
taksonomi), sinonim tersebut menjadi obligate (homotypic). Nama-nama spesies yang
mengacu berdasarkan tipe-tipe yang berbeda, tetapi termasuk ke dalam takson yang sama
berdasarkan penilaian/keputusan ahli taksonom mikologi, disebut facultative (heterotypic)
synonym. Apabila taksa yang berbeda memiliki nama yang sama, mereka disebut homonym
(saat ini homonym disebut illegitimate). Bahkan pada saat menggunakan nama-nama yang
sudah ada (Saccardo, Petrak’s List, Index of Fungi, Index Fungorum Online, Index Nominum
Genericolum Online, Mycobank, dsb.), kemungkinan perubahan nama tidak bias dihindarkan,
karena beberapa nama Genera yang tercantum di dalam publikasi-publikasi tersebut
diabaikan, sehingga perubahan nama menjadi kebutuhan yang terus menerus harus dilakukan
sesuai dengan perkembangan informasi dan teknologi identifikasi.

3. Titik Awal (starting point)

Supaya tidak terlalu membebani literature dengan banyaknya nama-nama jamur yang
lama dengan deskripsi yang tidak jelas dan kurang memadai persyaratan taksonomi, titik
awal telah ditetapkan. Titik awal yang umum digunakan untuk nama-nama spesies dalam
mikologi adalah Linnaeus 1753, denganvpersyaratan bahwa nama-nama tersebut diadopsi
dari E.M. Fries “Systema Mycologicum” 1821-1832 (jamur secara umum)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses klasifikasi makhluk hidup atau taksonomi dimulai dengan mengelompokkan beberapa
individu yang memiliki persamaan ciri ke dalam satu kelompok. Kelompok-kelompok yang
terbentuk dari hasil pengklasifikasian makhluk hidup tersebut disebut takson. Takson pada
tingkat yang lebih rendah memiliki persamaan sifat dan ciri yang lebih banyak, sedangkan
takson pada tingkat yang lebih tinggi memiliki persamaan sifat dan ciri yang lebih sedikit

Pada sistem taksonomi, mahluk hidup dibagi dalam tingkatan-tingkatan tertentu mulai dari
tingkatan tertinggi yaitu kingdom sampai pada level yang paling detail yaitu spesies. Agar
memudahkan dalam pengelompokan Makhluk hidup yang sangat banyak serta beragam,
maka dari itu di susunlah suatu aturan pengelompokan.

 BAPAK KALSIFIKASI DAN TAKSINOMI : LINNEUS CAROLUS

Linnaeus (1707-1778) adalah seorang ahli botani berkebangsaan Swedia, la menciptakan atau
mem- perkenalkan cara pemberian nama dan pengklasifika sian makhluk hidup yang dikenal
dengan sistem tata nama ganda (binomial nomenklatur).
Nama aslinya yaitu Carl von Linne yang dilatinkan menjadi Carolus Linnaeus la telah
mengumpulkan aneka jenis tumbuhan dan hewan sejak kecil, sebelum ia belajar hingga
meraih gelar Doktor pada Universitas Uppsala.

 SISTEM TATA NAMA TAKSON

Tata nama binomial (binomial: dua nama) merupakan aturan penamaan baku bagi semua
organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi) dengan
mengambil nama genus dan nama spesies Nama yang dipakai adalah nama baku yang
diberikan dalam bahasa Latin.

Nama berfungsi untuk:

1. menunjukkan suatu benda/mencandra suatu nama.

2. menyampaikan suatu informasi,

3. mempertahankan hidup.

Nama dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.

1. Nama Daerah/Lokal (Local Common Names/Vernacular Common Names)

Nama yang biasanya muncul di setiap daerah dan mudah untuk dimengerti oleh penduduk
setempat atau kaum awam dan juga tidak memiliki hukum tata nama tertentu.

2. Nama Umum (Common Names)

Biasanya, setiap negara mempunyai nama umum tersendiri untuk tumbuhan atau hewan.
Pada umumnya, nama tersebut juga sering berlaku untuk seluruh dunia, terutama nama umum
tumbuhan atau hewan yang menggunakan bahasa Inggris.

3. Nama Ilmiah/Latin (Scientific Names/Valid Scientific Names)

Nama yang diperlakukan sebagai bahasa Latin atau yang dilatinkan tanpa memandang dari
mana bahasa atau nama tersebut berasal.
 KETENTUAN PENULISAN NAMA ILMIAH

Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam penulisan nama ilmiah/latin pada


makhluk hidup.

1. Setiap tumbuhan atau hewan mempunyai nama ilmiah tertentu.

2. Nama ilmiah hewan atau tumbuhan digunakan bahasa Latin atau yang dilatinkan.
Sebenarnya, bahasa Latin merupakan bahasa penting dalam taksonomi tumbuhan dan hewan,
bahkan merupakan satu bagian dari asas-asas tata nama tumbuhan dan hewan. Bahasa Latin
adalah bahasa dari suku Latin yang kini sudah punah.

3. Tidak ada dua makhluk hidup yang memiliki nama spesies yang sama.

4. Nama jenis hewan atau tumbuhan terdiri atas dua kata mufrad (tunggal) dan yang sudah
dilatinkan.

5. Kata pertama merupakan nama Marga (Genus), sedangkan kata kedua merupakan jenisnya
(spesies).

6. Nama genus diawali dengan huruf besar (kapital/uppercase), sedangkan nama penunjuk
spesies ditulis dengan huruf biasa (kecil/lowercase).

7. Kedua kata tersebut harus ditulis berbeda dengan huruf lain. Apabila nama ditulis dengan
cetak tegak, maka harus digarisbawahi (under lined) secara terpisah setiap kata, sedangkan
jika ditulis dengan cetak miring (kursifitalic), maka tidak digarisbawahi.

Contoh: Oryza sativa atau Oryza sativa (Padi)

1 2
Elephas indicus atau Elephas indicus (Gajah)
1 2
Keterangan: 1 = genus, 2 = penunjuk spesies (Epitethon spesipium)
1+2=Nama spesies

8. Perlu diketahui jika nama spesies tumbuhan lebih dari 2 kata, maka pada kata kedua dan
seterusnya harus disatukan atau ditulis dengan tanda penghubung

Contoh: Hibiscus rosa sinensis (Bunga kembang sepatu)


Menjadi: Hibiscus rosasinensis atau Hibiscus rosa-sinensis.
9. Jika dicetak miring, nama yang dimiringkan hanya nama ilmiah, sedang- kan nama
author tidak dicetak miring. Demikian juga, jika digarisbawahi, nama yang
digarisbawahi adalah nama ilmiah, sedangkan nama author tidak digarisbawahi.
10. Penggunaan tanda titik harus diperhatikan karena titik dalam nama ilmiah
mempunyai arti yang sangat diperhitungkan. Misalnya pinang mawar (Actinorhytis
calapparia (BI) Wend. et Drude ex Scheffer.)
11.Jika menemukan nama ilmiah yang terdiri dari tiga kata (Trinomen/trino mial name)
untuk hewan, maka nama tersebut bukan nama spesies atau jenis, tetapi nama takson di
bawah tingkat spesies yaitu nama anak spesies(sub spesies)
Contoh :
Lactuca sativa var. crispa (Selada keriting)
1 2 3 4
Hibiscus sabdariffa var, alba (Rosela varietas putih)
1 2 3 4
Keterangan:
1+2 = nama spesies
3= nama istilah anak jenis singkatan dari varietas, var diletakkan setelah nama penunjuk
spesies dan tidak digarisbawahi ataupundimiringkan
4=nama penunjuk anak spesies atau varietas

 SISTEM BINOMIAL DAN POLINOMIAL

Nama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan. Nama mewakili sejumlah ciri dan
sifat yang dimiliki tumbuhan. Nama dapat berbentuk nama lokal Local name, Vascular
name atau Comman name. Nama ilmiah yang kita gunakan sekarang ini telah melalui
berbagai seleksi pemberian nama yang cukup panjang. Zaman dahulu nama ilmiah disusun
dalam kata-kata yang cukup panjang dengan menguraikan beberapa ciri penting yang dimiliki
tumbuhan. Nama yang demikian dikenal dengan nama polunomial,misalnya Sambucus caule
arborea ramosa floribus umbellatus nigro artinya buka kurung pohon sembukus yang
batangnya berkayu bercabang-cabang dengan bunga berbentuk payung dan warna hitam.
 PEMBENTUKAN NAMA JENIS

Setiap nama jenis tumbuhan hanya mempunyai satu nama ilmiah yang benar menurut sistem
Binomial.Nama ilmiah mengandung nama umum dan nama khusus,contoh Solanum nigrum
(leunca) adalah nama binomial untuk jenis tumbuhan herba yang berbuat hitam mengandung
zat solanin.Jadi solanum adalah nama umum dan nigrum adalah nama khususnya

Kata nikrum berasal dari kata latin yang artinya hitam. Bila dikombinasikan dengan Solanum
nigrum, maka Solanum berbuah hitam. Sedang Piper nigrum untuk penamaan jenis sirih-
sirihan berbuah hitam ( lada hitam).

 SPESIES SEBAGAI DASAR DALAM BOTANI

Spesies sebagai satuan terkecil dalam kategori takson yang merupakan dasar dalam
membahas dunia tumbuhan. Dalam hal ini spesies merupakan dasar bergerak pada setiap
penelitian yang berkaitan dengan botani sistematika. Dalam tata nama budidaya maka
kategori spesies ke bawah merupakan landasan bergerak yang sering digunakan. Biasanya
berkaitan dengan kultivar yaitu varietas yang dibudidayakan=cultivar=cultivated variaetis,
misalnya klon,galur,type,biotype,nomor dan lainnya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok


besar. Kelompok besar tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Selanjutnya, kelompok kecil itu dibagi menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil
lagi. Demikian seterusnya hingga terbentuk kelompok-kelompok kecil yang
mempunyai anggota hanya satu jenis makhluk hidup.
 Tiap tingkatan kelompok dalam sistem klasifikasi inilah yang disebut takson. Taksa
telah distandardisasi di seluruh dunia berdasarkan International Code of Botanical
Nomenclature dan International Committee on Zoological Nomenclature.
 Urutan tingkatan takson dari yang paling tinggi ke yang paling rendah adalah
kingdom, filum/ divisi, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies.
DAFTAR PUSTAKA

Desiani.A.dkk. (2016). A Reasoning Technique for Taxonomy Expert System of Living


Organisms,2(1)),272-276.
Hasairin, A. (2010). TAKSONOMI TUMBUHAN BERBIJI .Medan :Media Perintis
Zapino, T & Chairi. F. (2022). Kamus Nomenklatur Flora & Faun : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai