Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TUMBUHAN AIR

RHODOPHYCEAE

Dosen Pengampu : Prof. Ir. Yenny Risjani, DEA., Ph.D

Disusun Oleh:

1. Anita Zur’ain (195080101111005)


2. Adinda Prameiswari S (195080101111026)
3. Ahmad Muktafi (195080101111027)
4. Adella Ayu Eryka (195080101111030)
5. Alifya Nurul Wardani (195080101111037)
6. Andhika Putra Yulianto (195080107111007)
7. Alvin Wisnu Pradama (195080107111009)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Rhodophyceae” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Tumbuhan Air. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Rhodophyceae bagi para pembaca
dan juga bagi kami, selaku penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Ir. Yenny Risjani, DEA.,


Ph.D selaku dosen mata kuliah Tumbuhan Air yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan..............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Taksonomi Rhodophyceae.....................................................................................6
2.1.1 Klasifikasi Rhodophyta...................................................................................6
2.1.2 Kelas Rhodophyta...........................................................................................6
2.2 Karakteristik Umum Rhodopyceae......................................................................9
2.3 Habitat Rhodophyceae.........................................................................................11
2.4 Reproduksi Rhodophyceae..................................................................................12
2.5 Siklus Hidup Rhodophyceae................................................................................13
2.6 Manfaat Rhodophyceae.......................................................................................14
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga
berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang ini hidup di laut dan
kira-kira 50 jenis di air tawar, bentuk tubuh seperti rumput sehingga
disebut dengan rumput laut. Tubuh bersel banyak bentuk seperti lembaran,
talusnya mikroskopik dan multiseluler. Warna merah karena mengandung
pigmen fikoeritrin
Walaupun sebagian besar ganggang merah yang hidup di laut banyak
terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin
dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di
air payau. Ganggang merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah
Gelidium dan Gracilaria, sedang Eucheuma spinosum ditemukan di laut
dangkal.
Alga Merah (Rhodophyta) berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga
yang lembayung atau kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram
atau lembaran dan mengandung klorofil a, klorofil b, serta karotenoid.
Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoeritrin sebagai
pigmen utama yang mengadakan fluoresensi.
Adapun secara lengkap mengenai laga merah ini akan di bahas dalam
pembahasan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat kami rumuskan masalah
sebagai berikut:

1. Apa ciri-ciri dari Rhodopyceae?


2. Bagaimana habitat Rhodophyceae?
3. Bagaimana sistem reproduksi Rhodophyceae?
4. Apa peranan dari Rhodophyceae di dalam kehidupan?

4
1.3 Tujuan Pembahasan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan


dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami ciri-ciri dari Rhodophyceae.


2. Mengetahui habitat hidup dari Rhodophyceae.
3. Memahami sistem reproduksi Rhodophyceae.
4. Mengetahui peranan dari Rhodophyceae.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi Rhodophyceae


Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu divisi alga berdasarkan zat
warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen
fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan
xantofil.  Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis.
Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai
pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga
merah sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi
kesehatan usus (Tjitrosoepomo, 2005).

2.1.1 Klasifikasi Rhodophyta


Klasifikasi dari alga merah ini sebagai berikut:

Divisio  : Rhodophycophyta
Classsis  : Rhodophyceae
Ordo  : Gigartinales
Familia : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Species : Gracilaria sp.

2.1.2 Kelas Rhodophyta


Rhodophyta di bagi dalam 2 anak kelas (Subclass) yaitu: Bangieae dan Florideae.

1. Subclass Bangieae (Protofloridae)

Tallus berbentuk benang, cakram atau pita dengan tidak ada percabangan yang
teratur. Pembiakan vegetative dengan monospora yang dapat memperlihatkan
gerakan amuboid. Pembiakan seksual dengan oogami. Oogonium berupa sel yang

6
sedikit saja bedanya dengan sel-sel talus, kadang-kadang mempunyai alat
tambahan seperti trikogen. Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut
spermatium. Dalam golongan ini termasuk suku Bangiaceae, yang membawahi
antara lain ganggang tanah “Porphyiridium crentum” d an ganggang laut “Bugia
atropurpurea”.

2. Sublass Florideae

Talus ada yang masih sederhana, tapi umumnya hampir selalu bercabang-cabang
dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk, seperti benang,
lembaran-lembaran. percabangannnya menyirip atau menggarpu. Percabangan
menyirip pada Florideae lainnya terdapat pergiliran antara 3 keturunan dalam daur
hidupnya yaitu :

a. Gametofit yang haploid, yang mempunyai anteridium dan karpogonium.


b. karposporofit yang diploid, mengeluarkan karposporadiploid.
c. tetrasporofit yang habitusnya menyerupai gametofit.

Florideae dibagi menjadi beberapa bangsa diantaranya adalah :


a. Bangsa Nemalionales,
Di dalamnya termasuk suku Helminthocladiaceae yang antara lain mencakup
Batrachospermum moniliforme, Bonnemaisonia hamifera.

b. Bangsa Gelidiales,
Di dalamnya termasuk suku Gelidiaceae, misalnya Gelidium cartilagineum dan
Gelidium lichenoides, terkenal sebagai penghasil agar-agar.

7
c. Bangsa Gigartinales,
Kebanyakan terdiri atas ganggang laut. Yang terpenting ialah suku Gigartinaceae
dengan dua marganya yang menghasilkan bahan yang berguna, ialah Chondrus
crispus dan Gigartina mamillosa (penghasil karagen atau lumut Islandia yang
berguna sebagai bahan obat).

d. Bangsa Nemastomales,
Dari bangsa ini perlu disebut suku Rhodophyllidaceae yang salah satu warganya
terkenal sebagai penghasil agar-agar, yaitu Eucheuma spinosum. suku
Sphaerococcaceae, juga mempunyai anggota-anggota yang merupakan penghasil
agar-agar pula, diantaranya Gracilaria lichenoides dan berbagai jenis yang
termasuk marga Sphaerococcus.

e. Bangsa

Ceramiales,
Dalam bangsa ini termasuk antara lain suku Ceramiaceae di dalamnya. Contoh
jenis ganggang yang tergolong dalam suku ini ialah Callithamnion corymbosum.

8
2.2 Karakteristik Umum Rhodopyceae
Karakteristik Ganggang Merah (Rhodophyta) Ganggang merah memiliki
struktur tubuh berupa talus. Struktur talus bervariasi pada ukuran dan
kompleksitas. Anggota Bangiophycidae memiliki talus uniseluler, koloni, filamen
terbuka, atau agregasi filamen. Sedangkan Florideophycidae memiliki talus
berbentuk filamen tunggal atau penyatuan filamen membentuk struktur
menyerupai jaringan parenkim dengan berbagai variasi ketebalan, lebar, susunan,
dan percabangan

1. Struktur Sel
a. Dinding Sel
Dinding sel Rhodophyta mengandung selulosa, pektin dan terkadang kalsium
karbonat seperti pada genus Corallina. Beberapa Rhodophyta memiliki dinding sel
yang dilapisi oleh karaginan yaitu suatu polisakarida yang digunakan dalam
pembuatan kosmetik dan kapsul gelatin. Hasil fotosintesis disimpan dalam bentuk
tepung floridean. Dinding sel bagian dalam disusun oleh selulosa dan dinding sel
luar disusun oleh mukopolisakarida, seperti agar, carrageenan, porphyron, dan
sebagainya.
b. Kloroplas
Pada kloroplas terdapat pirenoid, hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Hasil
asimilasi beberapa amilum, penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkat
tinggi yaitu amilose dan amilopektin. Beberap axanthofil jumlahnya melimpah
ketika organisme tersebu masih muda dan sehat, xanthofil lainnya akan tampak
dengan bertambahnya umur. Pigmen selalu berada dalam plastid ini disebut
kloroplas. Dinding sel lapisan luar terbentuk dari bahan pektin sedangkan lapisan
dalam dari selulosa.
Antara organel seluler yang ditemukan dalam sel mereka, kita dapat menyebutkan
kloroplas, yang dalam kasus ganggang merah memiliki membran ganda dan yang
tilakoidnya tidak dikelompokkan, seperti pada semua tanaman tempat mereka
tumbuh. struktur pembentuk kelompok dikenal sebagai granas.

9
2. Pigmen
Rhodophyta atau alga merah merupakan kelompok alga yang memiliki dominansi
warna merah yang disebabkan oleh pigmen fikobilin berupa allofikosianin,
fikoeritrin, dan fikosianin yang menutupi karakter warna dari klorofil.
Seperti diketahui, pigmen yang berbeda terletak di dalam kloroplas, klorofil yang
paling dikenal. Dalam kloroplas yang memiliki sel-sel ganggang jenis ini dapat
jenis klorofil a, selain karotenoid dan pigmen aksesori lainnya seperti
xanthophylls, phycoerythrin dan phycocyanin.
Warna kemerahan khas ganggang ini adalah karena klorofil hijau ditutupi oleh
phycoerythrin dan phycocyanin, karena pigmen ini menyerap cahaya biru, yang
memiliki penetrasi lebih besar ke dalam air.

3. Mobilitas
Rhodophyta tidak mempunyai sel yang memiliki alat gerak. Sel gamet jantan
terbawa gerakan air menuju sel gamet betina. Rhodophyta. juga merupakan
organisme sessile dan tidak bergerak. Mereka tidak menunjukkan flagela dalam
fase siklus hidup mereka.

2.3 Habitat Rhodophyceae


Alga merah (Rhodophyta) ditemukan di intertidal dan di subtidal hingga
kedalaman hingga 40, atau kadang-kadang, 250 m. Alga merah ditemukan di
seluruh dunia, dari perairan kutub hingga daerah tropis, yang mendominasi
sepanjang pesisir dan daerah landas kontinen di daerah tropis, beriklim sedang
dan air dingin,daerah bebatuan,rhodophyta yang hidup di air laut dalam berwarna
merah kehitaman,rhodophyta yang hidup di laut dengan kedalaman sedang
berwarna merah cerah,rhodophyta yang hidup di laut dangkal berwarna merah
kehijauan karena fikotrin yang menutupi berjumlah lebih sedikit,rhodophyta yang
hidup di laut dangkal bersuhu hangat di laut tropis

1. Nutrisi

10
Anggota filum Rodhophyta adalah autotrof. Ini berarti mereka mampu
mensintesis nutrisi mereka sendiri, khususnya melalui proses fotosintesis.Alga
merah melakukan fotosintesis oksigenik, di mana air adalah donor elektron utama,
sehingga melepaskan oksigen sebagai produk sampingan. Fotosintesis jenis ini
terdiri dari dua tahap yang terdiferensiasi dengan baik: fotokimia dan biosintesis.

2. Fotokimia

Substrat yang diperlukan untuk melakukan fase ini adalah air, ADP (adenosin
difosfat) dan NADP (Nicotinamin difosfat). Selama tahap ini hal pertama yang
terjadi adalah penyerapan sinar matahari oleh molekul klorofil.Produk dari energi
yang dilepaskan di sana, molekul air dipisahkan, oksigen dilepaskan. Donasikan
juga 2 e- bahwa setelah melintasi rantai transpor elektron menghasilkan NADPH +
H.+.

3. Biosintetik

Substrat yang diperlukan untuk tahap ini terjadi adalah: karbon dioksida (CO2),
ATP dan NADPH. Ini juga dikenal sebagai Siklus Calvim atau Siklus Pentose.Ini
adalah proses siklik yang memasuki CO2, serta ATP dan NADP yang diperoleh
dari tahap fosothintetik. Dalam siklus ini, melalui serangkaian reaksi, zat
cadangan ganggang merah, pati kemerahan, NADP, dihasilkan.+ dan ADP.

2.4 Reproduksi Rhodophyceae

Rhodophyceae atau Alga merah berkembang biak dengan cara sebagai berikut :

1. Berkembang biak secara aseksual,

yaitu dengan fragmentasi talus atau membentuk beberapa macam spora yang tidak
berflagel yaitu karpospota, spora netral, monospora, bispora, atau polispora.
Perkembangbiakan aseksual alga merah berlangsung dengan pembentukan spora
haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora
ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya
haploid.

11
2. Berkembang biak secara seksual (oogami),

Reproduksi secara seksual dilakukan dengan peleburan antara gamet jantan yang
tidak memiliki alat gerak (spermatium) dan ovum. Gamet jantan tersebut dibentuk
dalam spermatogonium, sedangkan gamet betina dibentuk dalam karpogonium.
Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid.
Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan
aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi
ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan
antara sporofit dan gametofit.

2.5 Siklus Hidup Rhodophyceae


Alga merah multiseluler (Rhodophyta) memiliki beberapa siklus hidup
paling kompleks yang diketahui dari organisme hidup yaitu siklus trigenetik.
memiliki siklus hidup triphasic (gametophyte, carposporophyte, dan
tetrasporophyte). Dalam jenis siklus ini ada tiga generasi: karposporofit,
tetraspora, dan gametofit.

Siklus hidup trigenetik di mana tetraspora meiotik uniseluler haploid


berkecambah untuk menghasilkan gameto-phyte thalli multiseluler jantan dan
betina. Pembuahan terjadi ketika spermatium membuahi karpogonium pada
gameto-phyte betina. Karpogonium yang telah dibuahi berkembang menjadi
struktur yang disebut cystocarp (diploid), zigot dihasilkan yang diploid, yang
dikenal sebagai karposporofit. Struktur ini menghasilkan spora yang dikenal
sebagai karpospora diploid mitosis. Karposporofit membentuk karpospora, yang
dilepaskan ke lingkungan tempat mereka berkembang menjadi tetrasporofit.
Setelah pembelahan reduksi atau meiosis, tetrasporofit menghasilkan tetraspora
yang berkecambah untuk menghasilkan gametofit sekali lagi.

12
2.6 Manfaat Rhodophyceae
Alga merah telah digunakan selama ratusan tahun oleh manusia, karena
banyak manfaat dan kegunaan yang mereka miliki seperti :

1. Sumber Agar-agar
Agar adalah zat tekstur agar-agar yang digunakan di berbagai bidang.
Dalam mikrobiologi digunakan sebagai media kultur, di daerah gastronomi
sebagai agen pembentuk gel dan dalam biologi molekuler digunakan dalam proses
elektroforesis gel agarosa dan dalam kromatografi permeasi gel. Alga merah
mengandung banyak lendir. Ini adalah dasar untuk produksi agar. Proses untuk
mendapatkan agar cukup sederhana. Pertama, alga merah harus dijemur.
Selanjutnya direndam dalam air panas dengan beberapa larutan alkali. Kemudian
alga merah dicuci dengan sangat baik dengan air dingin dan ditambahkan asam
sulfat sehingga mereka kehilangan alkalinitas dan natrium hipoklorit untuk
memutihkan alga, lalu melalui pemasakan selama dua jam, pada akhirnya produk
tersebut diekstraksi. Ini mengalami proses penyaringan. Setelah penyaringan
diperoleh, proses pembentuk gel dilakukan, mendinginkannya pada suhu yang
berbeda. Kemudian ditekan dan dikeringkan dengan udara panas. Akhirnya
ditumbuk dan diayak untuk dikemas.

2. Manfaatnya bagi Kesehatan


Alga merah adalah sumber berbagai senyawa yang sangat berguna dalam industri
farmasi. Pertama, mereka adalah sumber yodium yang dikenal. Ini adalah elemen
yang telah digunakan selama bertahun-tahun untuk pengobatan kondisi kelenjar
tiroid seperti gondok. Demikian pula, ganggang merah telah membuktikan efek
antioksidan dan antivirus. Pertama, mereka mampu mengurangi efek negatif dari
radikal bebas pada sel, di samping merangsang produksi interferon untuk
melawan agen virus yang masuk ke dalam tubuh. Studi terbaru menunjukkan
bahwa alga merah memiliki tingkat partisipasi tertentu dalam blokade enzim yang
mengintervensi proses hipertensi arteri, sehingga dapat mengendalikan patologi
ini. Demikian juga, alga merah kaya akan kalsium dan vitamin K. Kalsium adalah
suplemen penting dalam pencegahan patologi yang mempengaruhi lebih banyak

13
orang setiap hari: osteoporosis. Vitamin K memiliki sifat-sifat penting yang
berkaitan dengan proses pembekuan darah sehingga mencegah pendarahan.

3. Industri Kosmetik
Alga merah banyak digunakan dalam industri kosmetik karena
komponennya dan potensi manfaatnya. Misalnya, ganggang spesies Chondrus
crispus. Banyak digunakan dalam produksi produk pelembab, pelindung, dan
emolien. Demikian juga dengan spesies lain, yaitu Gracilaria verrucosa Ini sangat
kaya akan agar, yang digunakan dalam pengembangan berbagai produk
kecantikan. Dengan cara yang sama, Asparagopsis armata, spesies lain dari
rumput laut merah, banyak digunakan dalam produksi produk pelembab dan
regenerasi, serta dalam produk untuk kulit sensitif dan produk untuk anak-anak.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu divisi alga berdasarkan
zat warna atau pigmentasinya yang pada umumnya banyak sel
(multiseluler) dan makroskopis serta panjangnya antara 10 cm sampai
1 meter yang berbentuk berkas atau lembaran.
2. Rhodophyta memiliki banyak manfaat diantaranya, pada bidang
kesehatan, bidang industri kosmetik dan sebagai bahan sumber agar-
agar. Selain itu masih banyak lagi manfaat dari Rhodophyta.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan yaitu Indonesia merupakan negara
yang sebagian besar wilayahnya berupa perairan, di luar sana masih banyak
organisme ataupun alga yang belum ditemukan dan teridentifikasi jenisnya,
jadi alangkah baiknya untuk lebih memperbanyak peneliatan dan
mengexplore laut kita untuk lebih memajukan bidang perikanan dan kelautan
di Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Freshwater, D. Wilson. 2000. Rhodophyta. Red Algae. Version 24 March 2000


(under construction). http://tolweb.org/Rhodophyta/2381/2000.03.24
Freshwater, W. 2009. Rhodophyta. Jaringan ganggang. Diperoleh dari:
tolweb.org/Rhodophyta.
Garcia-Jimenez, Pilar and Rafael R. Robaina. 2015. On reproduction in red algae:
further research needed at the morecular level. Frontiers in Plant Science.
6(Article 93): 1-6.
Ghazali, M., H. Husna dan Sukiman. 2018. Diversitas dan karakteristik Alga
Merah (Rhodophyta) pada akar mangrove di Teluk Serewe Kabupaten
Lombok Timur. Jurnal Biologi Tropis. 18(1) : 80 – 90.
Hermawan., R. 2013. Mikroalga Porphyridium cruentum. Retrieved from
http://rizkyhermawan7.blogspot.com/2013/08/mikroalga-porphyridium-
cruentum.html. Diakses pada tanggal 25 September 2020.
Jito. 2011. Biologi Area. Diperoleh dari : http://biology-
area.blogspot.com/2011/03/rhodophyta-alga-merah.html. (Diakses pada
tanggal 25 September 2020)
Kurniawati., A.F. 2012. Alga Merah (Rhodophyta). Retrieved from
https://anesfk.wordpress.com/category/kenekaragaman-klasifikasi-
tumbuhan-i/alga-merah-rhodophyta/. Diakses pada tanggal 25 September
2020.
Oktafiani., W. 2014. Makalah Alga Merah (Rhodophyta).
http://wiwioktafiani.blogspot.com/2014/05/makalah-alga-merah-
rhodophyta.html. Diakses pada tanggal 25 September 2020.
Oktarina, E. 2017. Alga : Potensinya pada Kosmetik dan Biomekanismenya.
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi). 9(2): 1-10.
Oryza, D., S. Mahanal dan M. S. Sari. 2017. Identifikasi rodhophyta sebagai
bahan ajar di perguruan tinggi. Jurnal Pendidik. 2(3) : 309 -314.
Praptinah, Muzayyinah, & Harlita. 2004. Keanekaragaman Rhodophyceae Di
Pantai Sundak Sebagai Sumber Belajar Biologi Algae. Bioedukasi. 1(1) :
13-19

16
Pujiyanto, S. (2008). Menjelajah Dunia Biologi 1. Solo: Platinum PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Quitral, V., Morales, C., Sepúlveda, M. dan Shwartz M. 2012. Sifat nutrisi dan
sehat dari ganggang laut dan potensinya sebagai bahan fungsional.
Majalah nutrisi Chili. 39 (4). 196-202.
Subagyo dan M. S. H. Kasim. 2019. Identifikasi rumput laut (seaweed) di
Perairan Pantai Cemara, Jerowaru Lombok Timur sebagai bahan
informasi keanekaragaman hayati bagi masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial
dan Pendidikan. 3(1) : 308 – 321.
Tjitrosoepomo., Gembong. 2005. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Yogyakarta:
UGM Press

17

Anda mungkin juga menyukai