Anda di halaman 1dari 24

PHYLUM COELENTERATA

( Makalah Zoologi Avertebrata)

Disusun Oleh:

Nurul Hidayah 1304617022


Aldo Suhendi 1304617031
Felia Nurjihan 1304617061

Program Studi Pendidikan Biologi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dari mata kuliah Zoologi Avertebrata yaitu membuat makalah yang berjudul
“Coelenterata” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah yang berjudul “ Coelenterata” berisi tentang definisi, karakteristik secara umum
maupun khusus, klasifikasi, aspek-aspek biologi yang ditinjau dari sistem pencernaan, sistem
respirasi, system reproduksi, pergerakan, dsb. Tidak hanya itu, di dalam makalah ini juga
dijelaskan manfaat Coelenterata bagi kehidupan. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar
mahasiswa lebih mudah mempelajari dan memahami tentang Coelenterata khususnya dalam mata
kuliah Zoologi Avertebrata.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya Ibu Dr. Ratna
Komala, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Zoologi Avertebrata yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang setulus-tulusnya.

Jakarta, 24 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI............................................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................. 5
1.3 TUJUAN .......................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................................
2.1 Pengertian Colenterata ................................................................................................................... 6
2.2 Karakteristik Umum dan Khusus Coelenterata .......................................................................... 6
2.3 Klasifikasi Coelenterata ................................................................................................................. 8
A. Hydrozoa........................................................................................................................................ 9
Hydra (definisi, klasifikasi,karakteristik,aspek-aspek biologi) ............................................... 10
B. Scyphozoa .................................................................................................................................... 15
Aurelia aurita (definisi, klasifikasi,karakteristik,aspek-aspek biologi) ................................. 15
C.Anthozoa ...................................................................................................................................... 19
Metridium marginatum (definisi, klasifikasi,karakteristik,aspek-aspek biologi).................. 20
2.4 Manfaat Coelenterata bagi Kehidupan....................................................................................... 22
BAB III.....................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Avertebrata merupakan golongan hewan yang termasuk ke dalam kelompok yang tidak
mempunyai tulang belakang atau penyokong tubuh. Salah satu golongan avertebrata yang akan
dibahas dimakalah ini adalah Filum Coelenterata. Istilah coelenterata diambil dari bahasa Yunani
(Greek);coilos= rongga, enteron=usus. Namun gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai
hewan yang ususnya berongga, melainkan cukup disebut hewan berongga. Coelenterata adalah
hewan yang memiliki rongga di dalam tubuhnya yang berfungsi sebagai organ pencernaan
sekaligus sebagai pengedar sari makanan. Coelenterata disebut juga Cnidaria berasal dari bahasa
Yunani ; cnidos=jarum penyengat. Disebut demikian karena memiliki knidosit atau sel-sel
penyengat yang ada pada epidermisnya.

Filum Coelenterata tersebut terdiri dari tiga kelas yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan
Anthozoa. Hydrozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu hydro yang berarti air dan zoa yang berarti
hewan. Scyphozoa berasal dari bahasa Yunani, scypho = mangkuk dan zoa = hewan. Anthozoa
berasal dari bahasa Yunani, anthos berarti bunga, dan zoon berarti hewan.

Tubuh hewan-hewan dari filum ini tersusun oleh dua lapis jaringan dan satu lapisan non
seluler. Bagian luar berupa lapisan jaringa epidermis dan dalam lapisan jaringan endodermis atau
gastrodermis, sedangkan di antara kedua lapisan ada lapisan non seluler yang disebut mesoglea.
Bentuk tubuhnya memiliki dua tipe yaitu sebagai polip yang sesil dan sebagai medusa yang dapat
bergerak bebas.

Coelenterata dapat berkembangbiak secara seksual maupun aseksual. Dalam makalah ini
juga membahas aspek-aspek biologi Hydra, Aurelia aurita, Metridium marginatum dilihat dari
sistem reproduksi, respirasi, pergerakan, dsb.

4
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah seperti:

1. Apakah pengertian dari Coelenterata?


2. Bagaimana karakteristik umum maupun khusus dari Coelenterata?
3. Bagaimana klasifikasi dari Filum Coelenterata?
4. Bagaimana aspek-aspek biologi seperti sistem pencernaan, reproduksi, respirasi,
pergerakan dari Coelenterata?
5. Apa saja manfaat Coelenterata bagi kehidupan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, yaitu:

1. Dapat mengetahui pengertian dari Coelenterata.


2. Untuk mengetahui karakteristik umum maupun khusus dari Coelenterata.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari filum Coelenterata.
4. Dapat mengetahui bagaimana aspek-aspek biologi dari Coelenterata seperti sistem
pencernaan, reproduksi, pergerakan, respirasi, dll.
5. Untuk mengetahui apa saja manfaat Coelenterata bagi kehidupan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Coelenterata


Istilah coelenterata diambil dari bahasa Yunani (Greek);coilos= rongga, enteron=usus.
Namun gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, melainkan
cukup disebut hewan berongga. Istilah tersebut juga menandakan bahwa hewan coelenterata tidak
memiliki rongga tubuh sebenarnya, melainkan hanya berupa rongga sentral yang disebut
coelenteron. Fungsi dari rongga tersebut sebagai rongga pencernaan dan sekaligus sebagai
pengedar sari makanan. Oleh karena itu rongga tersebut disebut juga rongga gastovaskular . Filum
Coelenterata disebut juga Cnidaria berasal dari bahasa Yunani ; cnidos=jarum penyengat. Disebut
demikian karena memiliki knidosit atau sel-sel penyengat yang ada pada epidermisnya.

Contoh hewan-hewan dari filum ini meliputi golongan Hydra, ubur-ubur, anemon laut, dan
koral atau hewan karang. Hewan-hewan yang termasuk dalam anggota filum coelenterata berupa
hewan akuatik, hidup bebas atau melekat dan memiliki tubuh yang bagian tengahnya berongga
(coleom) sehingga disebut hewan berongga. Dinding tubuhnya terdiri atas tiga lapisan yaitu
ektoderm, endoderm, dan mesoglea. Tubuh hewan ini berstruktur radial dengan sejumlah sekat
yang berupa jari-jari berjumlah empat pada jenis yang kecil atau kelipatannya pada hewan yang
besar. Dikalangan coelenterata terdapat dua tipe berdasarkan strukturnya yaitu polyp dan medusa.
Kedua bentuk ini banyak modifikasinya, dan kedua bentuk tersebut ada pada siklus hidup
kebanyakan spesies. Coelenterata dibagi atas tiga kelas yakni Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa.

2.2 Karakteristik Umum dan Khusus Filum Coelenterata


Tubuh hewan-hewan Coelenterata tersusun oleh dua lapis jaringan dan satu lapisan non
seluler. Bagian luar berupa lapisan jaringa epidermis dan dalam lapisan jaringan endodermis atau
gastrodermis, sedangkan di antara kedua lapisan ada lapisan non seluler yang disebut mesoglea.
Mesoglea merupakan lapisan non seluler yang berbentuk bubur atau lender atau “pasta” yang
disekresikan oleh sel-sel epidermis dan gastrodermis. Zat-zat tersebut mengisi ruangan antara
lapisan epidermis dan gastrodermis. Kadang-kadang di dalam lapisan mesoglea terdapat sel-sel
amoboid. Jadi sebenarnya tubuh Coelenterata tersusun oleh dua lapis germinal, yaitu ektoderm
dan endoderm.

Bentuk tubuh Coelenterata mempunyai dua tipe sebagai polip yang sesil atau menempel dan
sebagai medusa yang dapat berenang bebas. Tipe polip memiliki bentuk seperti tabung atau
silinder, sedangkan medusa berbentuk seperti sebuah lonceng/bel atau seperti payung.

6
POLIP
 Umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk koloni.
 Melekat pada dasar perairan, tidak dapat bergerak bebas, sehingga menyerupai tumbuhan
yang tertambat
 Tubuh atas membesar
 Di dalam tubuh polip ini terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya sebagai usus.
 Di bagian atas terdapat mulut dan tentakel untuk berperan untuk menangkap mangsa dan
dapat bergerak memanjang atau mengkerut.
 Polip merupakan fase vegetatif pada coelenterata, karena bisa melakukan fragmentasi
pemutusun bagian dari tubuhnya itu untuk membentuk individu baru
MEDUSA
 Fase medusa merupakan fase generatif (seksual), dimana pada fase ini menghasilkan sel
telur dan sel sperma.
 Medusa dapat melepaskan diri dari induk dan berenang bebas di perairan.
 Bentuknya seperti payung dan punya tentakel yang melambai-lambai.
 Kita biasa menamakannya dengan ubur-ubur.

Gambar 1 Struktur Tubuh Coelenterata

Coelenterata juga memiliki ciri-ciri khusus diantaranya:

 Hewan karnivora, menggunakan knidosit yang berada di permukaan tentakel dengan


melepaskan nematokist untuk menyerang dan menangkap mangsa.
 Tubuh radial simetris (silindris, globular, atau spherical).

7
 Tubuh tidak beranus, hanya dilengkapi dengan mulut yang dilengkapi dengan tentakel
 Sistem pencernaan makanan tidak komplit, hanya berupa rongga gastrovaskuler
 Belum memiliki alat pernapasan, sirkulasi, maupun ekskresi yang khusus, secara difusi
 Jaringan reproduksi biasanya terletak di mesoglea polip atau di rongga perut medusa.

Seluruh hewan yang termasuk dalam filum Coelenterat hidup di air, baik itu air laut ataupun air
tawar. Sebagian besar hidup berkoloni atau soliter (Darmayanti, 2013)

Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di air.
Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan ke dalam mulut
(Masdar, 2009).

2.3 Klasifikasi Coelenterata


Coelenterata dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:

1. Kelas Hydrozoa
Klasifikasi berdasarkan:

a. Ada tidaknya metagenesis


b. Sifat eksoskleton
c. Susuna zoophyte dan medusa (medusa hydrozoa)
Ordo 1. Hydroidea
Sub ordo 1: Anthomedusa (Athecata), contohnya Bouganinvillea ramose
Sub ordo 2: Leptomedusa (Thecata), contohnya Obelia geniculate
Ordo 2. Hydrocorallina
Sub ordo : Millepotina
Ordo 3. Tracchylina, contohnya Petasus sp.
Ordo 4. Siphonopora, contohnya Physalia pelagica

2. Kelas Scyphozoa
Klasifikasi berdasarkan:

a. Bentuk Umbrella
b. Ada tidaknya, letak dan jumlah tentaculocyt.
Ordo 1. Stauromedusae (Lacernariida), contohnya Lacernarida sp.

8
Ordo 2. Cubomedusae (Carydeida), contohnya Tamoya sp.
Ordo 3. Decomedusae
Sub ordo 1: Simaeostomae, contohnya Aurelia aurita (ubur-ubur)
Sub ordo 2: Rhizostomae, contohnya Pillema pulmo

3. Kelas Anthozoa
Klasifikasi berdasarkan:
a. Jumlah dan sifat tentakel
b. Jumlah mesentrium dan siphonoglypha
c. Ada tidaknya dan sifat skeleton dan ada tidaknya koloni
Sub Kelas 1: Hexacorallia
Ordo 1. Actinaria (Anemon laut), contohnya Metridium marginatum
Ordo 2. Madreporaria (batu karang), contohnya Madrepora aspera
Ordo 3. Zoantharia, contohnya Zoanthus sociatus
Ordo 4. Antipatharia (Karang hitam), contohnya Antipathes ternatensis (akar bahar untuk
gelang)
Sub Kelas 2: Octocorallia
Ordo Stolonifera contoh : Tubipora musica, Clavularia, (karang sling)
Ordo Pennatulacea contoh : Pennidula Sulcata, Pennatula, Renilla (bulu laut)
Ordo Gorgonace contoh : Corallium rubrom, Gorgonia, (karang merjan)
Ordo Telestacea contoh : Telesto
Ordo Alcyonacea contoh : Xenia, Alcyoni

A. Kelas Hydrozoa
Hydrozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu hydro yang berarti air dan zoa yang berarti hewan.

Hewan dari kelas Hydrozoa mempunyai 6 atau 7 tentakel disekitar mulutnya, panjang
tubuhnya 1-20 mm. Sebagian besar Hydrozoa memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam
siklus hidupnya.Hydrozoa dapat hidup soliter, hidup di dalam air tawar. Siklus hidupnya terdiri
dari fase polip dan fase medusa. Tipe polip memiliki bentuk seperti tabung atau silinder, sedangkan
medusa berbentuk seperti sebuah lonceng/bel atau seperti payung. Ujung tempat letaknya mulut
disebut ujung Oral, sedangkan yang melekat pada dasar disebut ujung Aboral. Polip menetap dan

9
menempel pada substrat, seperti batu, dibagian aboral (berlawanan dengan mulut) pada tubuhnya,
oleh karenanya, polip bersifat pasif dalam mencari makanan dan menggunakan tentakel untuk
menangkap mangsa.. Pada bagian atas terdapat mulut dan anus yang menjadi satu sebagai tempat
makan dan pengeluaran limbah. Organ ini dikelilingi oleh tentakel. Tentakel ini menghadap ke
atas dan ke luar. Sedangkan medusa, berbentuk hampir sama dengan polip hanya letak mulut /
anus berada di bawah. Berbeda dengan polip, medusa dapat bergerak bebas di air karena terbawa
air atau proses kontraksi tubuhnya yang berbentuk seperti lonceng. Beberapa contoh spesies dari
kelas Hydrozoa adalah Hydra.

Hydra

 Klasifikasi
Phylum: Coelenterata
Classis: Hydrozoa
Ordo: Hydroidea
Sub ordo: Anthomedusae
Famili: Hydroidae
Genus: Hydra
Species: Hydra viridisima
Gambar 2 Struktur Tubuh Hydra

10
Hydra adalah hewan bersel banyak yang hidup di kolam atau di sungai/empang yang airnya
mengalir, memiliki bentuk seperti silinder yang dapat dipanjang pendekkan. Kemampuan untuk
dapat menjulur dan memendek karena tubuh Hydra memiliki fibril-fibril khusus pada beberapa
sel. Panjang tubuhnya selitar 2-20 mm, dengan diameter tidak lebih dari 1 mm. Hidupnya soliter,
setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi semacam juluran pita yang merentang panjang yang disebut
tangan mulut. Hydra memiliki 6 atau 7 tantakel di sekitar mulutnya, berbentuk polip dan tidak
memiliki bentuk medusa sehingga hidupnya sessil. (Jasin, 1992)

Hydra termasuk hewan yang bersifat diplobastik, karena jaringan dinding tubuhnya terdiri
dari dua lapisan, yaitu lapisan epidermis (di bagian luar) dan gastrodermis (di bagian dalam) yang
tersusun dari jaringan epitel. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat suatu lapisan non selular
yang disebut mesoglea. Lapisan epidermis merupakan lapisan tipis yang sel-selnya berbentuk
kubus, berfungsi sebagai pelindung tubuh dan alat penerima rangsang dari luar.Sedangkan lapisan
gastrodermis merupakan lapisan yang membatasi rongga gastrovaskular. Lapisan gastrodermis
nampak lebih tebal dibandingkan lapisan epidemis dan tersusun atas sel-sel yang berbentuk balok
panjang-panjang. Lapisan ini, khususnya sel-sel berflagel, berfungsi sebagai alat pencerna
makanan, penyerap sari-sari makanan, dan sebagai pengedar sari-sari makanan keseluruh bagian
tubuhnya. Lapisan mesoglea merupakan lapisan nonseluler yang bentuknya seperti gudir atau
bubur, bersifat elastik dan berfungsi sebagai alat penunjang tubuh. Mesoglea sering disebut juga
dengan lapisan mesolamella karena lapisan ini terletak di tengah-tengah antara lapisan epidermis
dengan lapisan gastrodermis .

Aspek-Aspek Biologi
 Cara Gerak

Tangkai tubuh dan tentakel Hydra dapat digerakkan karena adanya kontraksi dari fibril-
fibril otot yang memanjang pada bentalan epidermis. Gerak pada Hydra dapat terjadi karena

11
adanya rangsangan dari lingkungan. Ada 8 macam gerak pada Hydra:
a.Gerak Spontan

Dilakukan bila Hydra sedang beristirahat dengan melekatkan diri pada suatu subjek pada kaki
cakramnya secara berkala 5-10 menit sekali secara spontan dengan memanjang-mendekkan
tubuhnya. Jika berkali-kali gerak, Hydra akan beritirahat dan melakukan gerak spontan dengan
arah lain.
b.Gerak seperti Ulat Kilan

Mula-mula dilakukan dengan membungkukkan tubuhnya. Dalam posisi ini, tentakel yang
memiliki nematokist glutinant akan berpegang pada suatu objek dan pada bagian pangkal tubuh
akan bergeser mendekati posisi bagian tentakel yang telah melekat pada objek. Begitu seterusnya
sehingga tampak adanya gerak seperti gerak ulat kilan.
c.Gerak Merayap

Mula-mula tubuhnya dibungkukkan dengan tentakel berpegang pada suatu objek dengan posisi
cakram basal di atas, sehingga yang bersangkutan berdiri dengan bagian tubuh di bawah, Hydra
bergerak merayap dengan menggunakan tentakelnya.
d.Gerak Salto
Gerak ini hampir sama dengan gerak seperti ulat kilan. Bedanya yaitu pada Hydra-nya
mengadakan gerak jungkir balik akrobatik. Mula-mula tubuhnya dibungkukkan kemudian hewan
berdiri dengan posisi mulut di bawah dan cakram basal di atas, setelah itu tubuhnya dibungkukkan
lagi sehingga untuk berdiri dengan posisi bagian cakram basal di bawah dan mulut di atas, begitu
seterusnya seperti gerak orang yang melakukan salto.
d. Gerak Memanjat

Dengan menggunakan tentakelnya, Hydra dapat berpindah tempat dengan bergelantungan pada
suatu objek yang satu ke objek yang lain.
f. Gerak Mengapung

Dalam gerak ini tubuhnya diapungkan di permukaan air dan akan dibawa oleh air. Terkadang
Hydra tersebut menggunakan sehelai daun sebagai alat pengapungnya.
g. Gerak Melayang

Gerak yang dimaksud ialah gerak melayang dekat permukaan air. Prinsipnya sama dengan gerak
mengapung tetapi dalam hal ini menggunakan gelembung-gelembung gas sebagai alat layangnya.
Gelembung-gelembung gas tersebut merupakan produksi dari sel kelenjar yang terletak di daerah
cakram basal.
h. Gerak Meluncur

12
Dengan menggunakan zat lendir yang dihasikan oleh sel-sel kelenjar yang berada di daerah cakram
basal, Hydra bergerak meluncur seperti halnya orang bermain ski.
 Cara Makan dan Pencernaan Hydra

Makanan Hydra berupa hewan-hewan yang berukura kecil seperti microcrustacea


(copepod ; Cyclops), Annelida atau larva-larva insekta yang hidup di dalam air. Kadang-kadang
Hydra menelan mangsanya yang ukurannya lebih besar dari pada ukuran tubuhnya sendiri. Saat
sedang kelaparan, Hydra mempunyai kebiasaan berdiri tegak diatas cakram basalnya dengan
tentakel-tentakel yang digapai-gapai seolah-olah akan meraih tubuh mangsanya. Ketika salah satu
tentakelnya telah menyentuh tubuh mangsanya, maka nematokist-nematokist segera bekerja.
Nemetokist tipe penetrant akan menembakkan panah beracunnya yang mengandung hipnotoksin
paralisis, sedangkan nematokist tipe volvent bekerja dengan benang lassonya untuk menjerat kaki-
kaki atau apendiks tubuh mangsanya, dan nematokist tipe glutinannya membantu mempercepat
proses penggulungan mangsanya untuk ditarik ke dekat tubuhnya. Tubuh mangsa yang telah
tertangkap tersebut segera dimasukkan ke dalam tubuhnya (hipostome), kemudian ditelan masuk
kedalam enteron. Kelancaran proses penelanan makanan dibantu oleh sekreta yang dihasilkan oleh
sel-sel kelenjar. Setelah tubuh mangsanya tiba di liang enteron, maka segera dicerna oleh enzim-
enzim yang dihasilkan oleh sel-sel sekretoris dari lapisan gestrodermis. Karena sel endothelio-
muskular, maka proses pengadukan partikel makanan di enzim-enzim pencernaan. Partikel-
partikel makanan yang telah mengalami proses pencernaan sarinya akan segera diserap oleh sel-
sel nutritive.

Proses pencernaan dalam tubuh Hydra berlangsung secara ekstraselular dan dilanjutkan
secara intraselular oleh sel-sel berflagel. Sari-sari makanan akan diedarkan keseluruh bagian tubuh
oleh dinding gastrodermis, dengan demikian sistem enteronnya memiliki dua tugas yaitu sebagai
alat pencerna dan alat transportasi sehingga dikatakan bahwa sistemnya bersifat sebagai sistem
gatrovaskular. Partikel-partikel makanan yang tidak tercerna akan dikeluarkan dari tubuh dengan
cara dimuntahkan kembali lewat mulut. Hydra menyimpan cadangan makanan pada tubuhnya
dalam bentuk glikogen, di dalam sel-sel nutritive dan lapisan gastrodermis. Ketika cadangan
makanan akan digunakan, maka simpanan glikogen tersebut akan diubah kembali menjadi bentuk
gula terlarut (glukosa) kemudian secara difusi dan osmosis akan diedarkan ke seluruh tubuh.
 Respirasi dan Ekskresi
Pertukaran gas terjadi secara langsung pada permukaan tubuhnya karena tidak mempunyai
organ khusus untuk pernapasan, pembuangan hasil ekskresi, dan tidak mempunyai darah dan
sistem peredaran darah. Dinding tubuh Hydra merupakan dinding tipis, karenanya pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida maupun zat-zat sampah dari bahan nitrogen tidak menjadi persoalan
bagi tubuh Hydra. Pertukaran zat tersebut berlangsung secara langsung secara difusi osmosis
melalui membran dari masing-masing sel. Bisa dikatakan proses pernafasan ataupun pembuangan
sisa metabolisme dilakukan secara mandiri oleh masing-masing sel yang bersangkutan.

13
 Sistem Reproduksi

Hydra mempunyai cara-cara reproduksi, baik secara aseksual maupun secara seksual.
 Reproduksi secara Aseksual

Hydra melakukan reproduksi atau perkembangbiakan secara aseksual dengan: membentuk


kuncup dan dengan membelah diri.
a) Membentuk kuncup

Saat tubuh Hydra siap untuk bereproduksi, maka di bagian tengah-tengah batang tubuhnya
(zona pembentukannya kuncup), sel-sel interstisial akan membelah diri secara cepat dan
membentuk tojolan. Tojolan tersebut semakin lama tumbuh menjadi semakin besar, yang
kemudian membentuk kuncup. Kuncup tersebut akan terbentuk mulut dan tentakel-tentakel
kuncup. Bila kuncup telah terbentuk secara sempurna maka akan memisahkan diri dari tubuh
induk untuk berkembang menjadi Hydra baru.
b.Membelah Diri

Hydra juga mampu berkembangbiak dengan cara membelah diri, baik membelah secara
transversal maupun longitudinal . perkembangbiakan seperti ini biasanya dilakukan saat-ssat
tertentu saja, misalnya pada kejadian regenerasi yang berlangsung secara abnormal.
 Reproduksi secara Seksual
Di dalam perkembangbiakan secara seksual atau gneratif, pada umumnya Hydra bersifat
hermaprodit, tetapi ada juga yang tidak. Pembentukan gonad hanya terjadi pada musim tertentu

14
saja. Satu organisme menghasilkan sel telur dan sperma sekaligus, yang dilepaskan di air. Setelah
di luar spermatozoa-spermatozoa tersebut akan berenang-renang menuju ke tempat ovarium untuk
menemui ovum. Setelah di luar tubuh Hydra spermatozoa-spermatozoa tersebut hanya sampai
kira-kira 3 hari. Saat sel telur dan sperma bertemu maka akan mengalami fertilisasi (peleburan).
Hasil peleburan membentuk zigot yang akan berkembang sampai stadium gastrula. Kemudian
embrio ini akan berkembang membentuk kista dengan dinding dari zat tanduk atau larva bersilia
yang disebut planula. Kista ini dapat berenang meninggalkan induknya dengan tujuan agar tidak
terjadi perebutan makanan. Di tempat yang sesuai akan melekat pada objek di dasar perairan,
kemudian setelah 10 atau 70 hari, dari dalam kista tersebut akan menetaslah (muncullah) seekor
Hydra muda yang lengkap dengan tentakelnya yang pendek. Berarti dalam hal ini proses
pertumbuhan Hydra tidak melaui fase larva.

B. Kelas Scyphozoa
Scyphozoa adalah salah satu dari tiga kelas Phylum Coelenterata. Scyphozoa berasal dari bahasa
Yunani, scypho = mangkuk dan zoa = hewan.

Jadi Scyphozoa adalah hewan yang memiliki bentuk tubuh seperti mangkuk. Sama halnya
dengan Hydrozoa, Scyphozoa memiliki siklus hidup yang terdiri dari fase polip dan fase medusa,
namun fase medusa lebih dominan, sedangkan fase polipnya sukar dijumpai. Medusa Scyphozoa
dikenal dengan ubur-ubur. Medusa Scyphozoa umumnya memiliki ukuran 2-40 cm. Scyphozoa
hidup melayang-layang di air biasanya berenang dipermukaan laut. Tiap tentakelnya ditutupi
dengan sel-sel penyengat (knidosit) yang mampu membunuh hewan lain. Namun ada juga
Scyphozoa yang tidak memiliki tentakel, contohnya Lacernarida sp. Scyphozoa dapat
berkembangbiak secara seksual maupun aseksual. Contoh anggota dari Kelas Scyphozoa adalah
Aurelia aurita atau ubur-ubur.

Aurelia aurita
Klasifikasi:
Phylum: Coelenterata
Classis: Scyphozoa
Ordo: Decomedusae
Sub ordo: Simaeostomae
Famili: Auriidae
Genus: Aurelia

15
Species: Aurelia aurita

Struktur tubuh Aurelia aurita

Aurelia aurita atau ubur-ubur adalah salah satu spesies dari filum coelenterata, yang
memiliki tentakel pinggiran tepi,tekstur tubuh lunak dan kenyal serta mempunyai ciri-ciri
melewati fase polip dan medusa, polip bersifat sesil atau menempel pada substrat, sedangkan
medusa dapat bergerak bebas. Pada masa hidupnya, bentuk tubuh medusa lebih dominan
dibandingkan dengan bentuk polip. Bentuk polip hanya dijumpai pada waktu larva. Polip aurelia
berukuran kurang lebih 5 mm, terikat pada suatu objek didasar laut. Diameter tubuh biasanya
berkisar antara 7,5 cm hingga 30 cm tapi ada juga yang mencapai 60 cm. Saluran pencernaan
makanan pada ubur-ubur berupa gastrovaskular. Di tengah permukaan tubuh sebelah bawah
muncullah semacam kerongkongan pendek menggantung ke bawah. Bentuknya simetri radial,
larva planula, memiliki cnidia, dan memiliki tentakel di sekeliling mulutnya. Bentuk tubuh
scyphozoa seperti mangkuk, transparan, dan melayang-layang di laut. Hewan ini memiliki lapisan
mesoglea yang tebal sebagai sumber nutrisi. Pada siklus hidupnya, bentuk tubuh medusa
merupakan fase dominanaurelia Aurelia aurita diklasifikasikan masuk dalam class schypozoa,
sering ditemukan dalam bentuk medusa. Aurelia aurita memiliki lapisan tubuh diploblastik
(Dawson and martin, 2001).

Aspek-aspek Biologi
 Cara makan dan Pencernaan Aurelia aurita
Aurelia aurita dan spesies Aurelia lainnya memakan plankton yang mencakup organisme
seperti moluska, crustacea, larva uurochordata, rotifera, polychaeta muda, protozoa, diatom, telur,

16
telur ikan, dan organisme kecil lainnya. Sesekali, mereka juga terlihat memakan zooplankton
menggudir seperti hydromedusae dan ctenophora. Baik medusa dewasa dan larva Aurelia aurita
memiliki nematosista untuk menangkap mangsa dan juga untuk melindungi diri dari
predator.Aurelia aurita berperan sebagai tactile predator, yakni organisme yang memangsa dengan
menggunakan nematosit untuk merasakan keberadaan mangsanya ketika disentuh (Albert, 2011)

Cara mendapatkan makanannya adalah menggunakan tentakel biasanya dengan nematosista


tentakelnya, diikat dengan lender. Setelah para korban atau mangsa masuk ke dalam mulut,
kemudian melalui lorong manubrium selanjutnya ditampung dalam rongga gastrovaskular. Di
rongga tersebut mangsa yang belum sempat mati akan digarap oleh nematokist-nematokist yang
terdapat di dalam filament gastric untuk diparaliskan. Di dalam rongga gastrovaskular makanan
tersebut dicampur dengan enzim serosa yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar. Enzim tersebut
sanggup mencernakan zat makanan yang berupa protein, karbohidrat, lemak, bahkan zat kitin
sekalipun. Proses pencernaan yang terjadi di dalam rongga gastrovaskular semacam ini disebut
proses pencernaan ekstraselular (Roenedi, 2009).

Partikel-partikel makana yang telah tercerna akan disalurkan keseluruh cabang saluran system
gastrovaskular. Selanjutnya sari-sari makanan akan diserap oleh sel-sel nutritive dari lapisan
gastrodermis. Sari-sari makanan tersebut akan ditampung dan diedarkan ke segala bagian tubuh
oleh sel-sel pengembara atau sel-sel amoeboid. Di dalam sel pengembara, khususnya di dalam
vakuola makanan, sari-sari makanan yang masih belum menjadi sederhana susunan molekul-
molekulnya akan dicernakan lebih lanjut. Proses pencernaan yang terjadi di dalam vakuola
makanan semacam ini dinamakan proses pencernaan intra-selular. Ubur-ubur biasanya
menyimpan zat cadangan makanan berupa tetes glikogen yang disimpan di dalam sel-sel
gastrodermal (Kastawi, 2005)
Pencernaan dilakukan secara ekstraseluler dengan mensekresi enzim semacam tripsin untuk
mencerna protein oleh sel kelenjar enzim pada gastrodermis. Makanan akan hancur menjadi
partikel-partikel kecil seperti bubur dan dengan gerakan flagela diaduk secara merata. Sel otot
pencerna mempunyai pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikel makanan, dan
pencernaan dilanjutkan secara intraseluler. Hasil pencernaan didistribusikan ke seluruh tubuh
secara difusi. Cadangan makanan berupa lemak dan glikogen
 Respirasi dan Ekskresi
Spesies ini bernapas dengan difusi oksigen dari air melalui membran tipis yang menutupi
tubuhnya. Dalam rongga gastrovaskular, air beroksigen rendah dapat dikeluarkan dan air
beroksigen tinggi dapat datang dengan tindakan silia, sehingga meningkatkan difusi oksigen
melalui sel. Gas-gas O2 yang terlarut di dalam air akan masuk secara difusi masuk ke dalam
lapisan epidermis maupun gastrodermis tubuh ubur-ubur. Sebaliknya gas-gas CO2 yang dihasilkan
dari proses respirasi akan dikeluarkan dari tubuhnya secara difusi. Demikian halnya dengan zat-
zat nitrogen sebagai sisa-sisa metabolisme, akan dibuang secara langsung oleh sel-sel epidermis
maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh.

17
Besar luas permukaan membran terhadap volume membantu Aurelia untuk meningkatkan
difusi oksigen dan nutrisi ke dalam sel. Respirasi dilakukan secara difusi melalui seluruh
permukaan tubuh, memiliki satu lubang bukaan sebagai mulut dan sebagai tempat ekskresi dan
melalui lubang ini, hasil ekskresi dikeluarkan (Jasin, 1992).
 Sistem Reproduksi

Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan
ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina. Hasil pembuahan adalah zigot
yang akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula akan berenang dan
menempel pada tempat yang sesuai. Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh
menjadi polip muda disebut scifistoma, kemudian membentuk tunas-tunas lateral sehingga tampak
seperti tumpukan piring atau strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri menjadi
medusa disebut Efira, selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa (Barnes, 1980).
Aurelia aurita memiliki cara-cara reproduksi baik secara aseksual maupun secara seksual.
 Reproduksi secara aseksual

Aurelia aurita bereproduksi melalui fase aseksual dengan cara melibatkan satu induk saja.
Dengan reproduksi ini dilakukan dengan cara membentuk kuncup yang semakin lama semakin
besar lalu membentuk tentakel. Untuk beberapa waktu, anak ubur-ubur tersebut akan melekat pada
induknya sampai sang induk membentuk kuncup lain yang sehingga tercipta koloni. Setelah
beberapa lama, anak akan memisahkan diri dan menjadi ubur-ubur muda atau yang disebut dengan
efira.
 Reproduksi secara seksual
Untuk fase ubur-ubur yang berbentuk medusa umumnya melakukan metagenesis secara
seksual yang melaibatkan ubur-ubur jantan dan betina. Ubur-ubur jantan dan betina tersebut

18
membentuk sel gamet yang kemudian menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan berkembang
menjadi planula dan melekat pada dasar lautan supaya dapat tumbuh menjadi individu yang baru.
Adapun siklus hidup Aurelia aurita sebagai berikut:

 Medusa dewasa jantan dan betina diploid (2n) rnenghasilkan segamet (sperma atau sel
telur) yang haploid (n)
 Sel telur (n) dibuahi oleh sperma (n), akan menghasilkan zigot (2n). Fertilisasi terjadi
secara eksternal di dalam air
 Zigot akan mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi blastula, gastrula,
kemudian menjadi larva bersilia planula yang berenang bebas beberapa waktu.
 Planula kemudian menempel pada suatu substrat dan tumbuh menjadi larva polip
berukuran kecil yang bertentakel, disebut skifistoma. Polip skifistoma dapat membentuk
tunas-tunas.
 Pada bulan-bulan tertentu, skifistoma melakukan strobilasi, yaitu melakukan pembelahan
secara melintang pada ujung oral untuk menghasilkan setumpuk bakal medusa atau efira.
Efira akan terlepas satu persatu. Setelah efira terlepas semua, skifistoma akan hidup
sebagai polip kembali. Skifistoma dapat hidup satu hingga beberapa tahun. Efira akan
tumbuh menjadi ubur-ubur dewasa (Sridianti, 2015).

C. Kelas Anthozoa
Anthozoa adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam
filum Cnidaria. Anthozoa berasal dari bahasa Yunani, anthos berarti bunga, dan zoon berarti
hewan. Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau hewan bunga, yang meliputi
anemon laut serta hewan-hewan karang. Anthozoa hidup sebagai polip.

Anthozoa merupakan salah satu dari tiga kelas dalam Filum Coelenterata. Anthozoa
berasal dari bahasa Yunani (anthus = bungan dan zoa = hewan). Jadi Anthozoa itu hewan yang
bentuknya seperti bunga. Anthozoa memiliki banyak tentakel yang berwarna warni. Anthozoa
tidak memiliki bentuk medusa, ia hanya berbentuk polip. Polip anthozoa itu lebih besar dari
hydrozoa maupun scyphozoa. Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan
fragmentasi serta reproduksi seksual dengan menghasilkan gamet.

Tubuh Anthozoa berbentuk silinder pendek. Pada salah satu ujungnya terdapat mulut
berupa celah yang dikelilingi oleh tentakel yang mengandung nematosista. Ujung yang lain berupa
lempeng untuk melekatkan diri pada suatu dasar. Di bawah mulut terdapat kerongkongan yang
disebut stomodeum. Sepanjang stomodeum, pada satu sisi atau pada kedua sisi terdapat saluran
sempit yang bersilia dan disebut sifonoglifa yang merupakan alat pernapasan yang paling
sederhana. Di bawah stomodeum terdapat rongga gastrovaskuler yang terbagi menjadi ruang-
ruang kecil oleh sekat-sekat yang berasal dari dinding kerongkongan. Pada sekat ini terdapat
nematosista yang mengeluarkan racun untuk melumpuhkan mangsanya. Makanannya berupa

19
udang-udangan kecil dan invertebrata lain (Oktavian, 2014). Contoh anggota dari kelas Anthozoa
adalah Metridium marginatum.

Metridium marginatum (Anemon laut)


Klasifikasi
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa (Actinozoa)
Sub Kelas : Hexacorallia (Zoantharia)
Ordo : Actinaria
Familia : Sagartiidae
Genus : Metridium
Spesies : Metridium marginatum
Struktur tubuh Metridium marginatum

Tubuh Metridium berbentuk silindris dengan bagian oral agak melebar seperti corong yang
dihiasi dengan rangkaian tentakel-tentakel yang membentuk seperti mahkota bunga. Panjang
tubuhnya sekitar 5-7 cm, tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1m. Tubuhnya radial
simetris dengan warna yang bervariasi, tetapi biasanya warnanya kecoklat-coklatan atau kekuning-
kuningan.

Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu; bagian diskus pedal atau bagian kaki,
bagian kolumna atau skapus atau bagian batang tubuh, dan bagian diskus oral atau kopitulus.
Antara bagian diskus pedal dengan bagian skapus dihubungkan oleh apa yang disebut limbus,
sedangkan antara bagian skapus dengan bagian diskus oral dihubungkan oleh apa yang disebut
kollar atau parapet.[8]

20
Sistem gastrovaskular dimulai dengan mulut, mulut dihubungkan dengan coelenteron oleh
suatu saluran yang berbentuk suatu tabung yang disebut stomodeum atau gullet. Saluran
stomodeum tersebut di sepanjang sisinya dilengkapi alur cincin yang bersilia disebut sifonoglifa
(“siphonoglyph”). Alur ini merupakan jalan masuknya aliran air ke dalam coelenteron. Rongga
coelenteron dibagi menjadi bersekat-sekat oleh 6 buah septa atau mesentris sehingga terbentuklah
6 buah kompartemen (ruang), yang berposisi radial. Air dapat mengalir dari kompartemen satu
kelainnya melalui celah yang disebut ostia. Ke 6 buah septa tersebut dinamakan septa primer.
Disamping septa primer, masih ada lagi septa yang lain yaitu septa sekunder yang merupakan septa
kecil yang menonjol dari dinding tubuh ke dalam rongga (liang) enteron. Septa ini tidak sampai
mencapai stomodeum. Di antara septa primer dengan septa sekunder masih ditemukan septa lagi
yang disebut septa tersier. Bagian tepi bebas (ujung distal) dari septa dalam coelenteron di bagian
bawah stomodeum berkembang menjadi bentuk yang tebal yang disebut filament digestial, yang
di dalamnya mengandung sel-sel kelenjar penghasil getah pencerna yang mengandung enzim.
Dekat bagian dasar dari filament digestif ditemukan benang-benang akonsia (acontia), yang di
dalamnya dilengkapi dengan sel-sel kelenjar dan nematokist. Salah satu fungsi dari akonsia adalah
untuk mengusir musuh dengan cara akonsia tersebut dijulurkan lebih dahulu melalui pori-pori
yang ada pada dinding tubuh hewan yang bersangkutan.

Aspek-aspek Biologi
 Cara Makan dan Pencernaan Metridium marginatum

Metridium marginatum seperti halnya anemon laut lainnya bersifat karnivora. Makanannya
berupa hewan invertebrata kecil-kecil lainnya, dan juga ika-ikan kecil. Untuk jenis ikan tertentu
tidak di mangsa bahkan malah bersimbiosis, jenis ikan tersebut masuk dalam genus Amphiprion.
Mangsa terlebih dahulu dilumpuhkan dengan racun yang di hasilkan oleh nemakosit, baru
kemudian ditarik ke dalam mulutnya menggunakan tentakel-tentakelnya. Makanan kemudian
ditelan melalui stomodeum, dan akhirnya sampai pada rongga gastrovaskuler. Di dalam rongga
makanan tersebut dicernakan aleh enzim yang terkandung di dalam getah pencernaan (Roenedi,
2009).
Selanjutnya, sari-sari makanan akan diserap oleh dinding gastrodermis, sedangkan bagian atau
partikel yang tak tercernakan akan dimuntahkan kembali melalui mulutmya. Proses pencernaan
berlangsung baik secara interselular maupun ekstraselular. Getah pencernaan dihasilkan oleh sel-
sel kelenjar yang ditemukan di bagian filament disgetif, maupun di dalam akonsia. Getah pencerna
yang mengandung enzim proteolitik sanggup mencernakan zat makanan yang berupa protein dan
juga zat lemak maupun karbohidrat(Kastawi,2005).
Respirasi dan Ekskresi

Metridium marginatum tidak mempunyai alat khusus untuk pernafasan maupun pembuangan
hasil ekskresi. Dalam hal pernafasan baik pengambilan yang terlarut di dalam air laut, maupun
pengeluaran gas karbondioksida berlangsung secara difusi osmosis secara langsung melalui semua

21
permukaan tubuhnya. Yang dimaksud permukaan adalah permukaan epidermis maupun
permukaan gastrodermis. Dalam hal ini, aliran air yang timbul di dalam saluran gastrovaskuler
disebabkan oleh gerak sapu dari rambut-rambut getar yang berjajar di bagian dinding stomodeum
maupun dinding gastrovaskular. Gerakan rambut getar pada kedua macam dinding menyebabkan
air keluar dan masuk. Kedua mekanisme ini sangat membntu dalam hal pertukaran gas maupun
sisa-sisa metabolisme lainnya (Kastawi, 2005).
 Sistem Reproduksi
Metridium marginatum bereproduksi secara aseksual maupun secara seksual.

 Reproduksi aseksual
Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan kuncup maupun secara fragmentasi.
Fragmentasi dilakukan dengan cara memutuskan tubuhnya dibagian diskus pedal. Bagian yang
membawa diskus pedal akan membentuk bagian diskus oral baru, dan yang membawa diskus pedal
akan membentuk bagian diskus pedal baru. Tetapi fragmentasi tersebut bisa terjadi dengan arah
membujur, yang biasa dikenal dengan istilah pembelahan biner. Perkembangbiakan secara
aseksual dengan cara pembentukan kuncup bermula dengan timbulnya semacam tonjolan pada
kolumna atau skapus.Tonjolan terus berkembang hingga terbentuk Metridium baru.Bila sudah
saatnya anakan tersebut akan melepaskan diri dari tubuh induknya dan hidup secara mandiri
(Kastawi, 2005).

 Reproduksi seksual
Metridium marginatum ada jenis yang bersifat hermaprodit ada yang berkelamin terpisah. Pada
jenis yang hermaprodit, perkembangan antara sel telur dengan spermatozoid tidak bersamaan
masaknya. Dengan demikian perkawinan sel telur dengan spermatozoid terjadi secara perkawinan
silang. Baik ovum maupun spermatozoid yang telah masak akan akan dikeluarkan melalui
mulutnya dan perkawinannya berlangsung di alam bebas.dari hasil fertilisasi terbentuk zigot yang
akan berkembang menjadi coeloblastula. Coeloblastula tersebut selanjutnya dengan proses
gastrulasi akhirnya membentuk larva yang berambut getar atau planula. Denga rambut getar
tersebut planula akan bebas berenang-renang untuk mencari tempat hidup baru. Bila sudah
menemukan tempat yang sesuai, maka planula akan melekatkan diri pada suatu obyek dan tumbuh
menjadi polip Metridium baru(Anonim b,2009).

2.4 Manfaat Coelenterata bagi Kehidupan


Bidang Ekonomi:

Dari kelas Scyphozoa, yaitu ubur ubur. Hewan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan
di daerah Jepang. Selain dikonsumsi secara langsung, ubur-ubur ini dapat diolah menjadi tepung
oleh masyarakat sekitar.

22
Dari kelas anthozoa, Beberapa peneliti sedang mengembangkan obat kanker dari ekstrak hewan
hewan kelas ini. Jika penelitian ini berhasil, maka akan memberi dampak yang besar dalam dunia
kedokteran.
Bidang Ekologi:

Dari kelas anthozoa yang diwakilkan oleh karang. Karang merupakan habitat penting bagi
sejumlah spesies ikan dan ganggang di laut yang merupakan komponen utama pembentuk
ekosistem terumbu karang. Karang memiliki manfaat dang fungsi yang besar dalam
keberlangsungan kehidupan di laut. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak
untuk mencengah pengikisan pantai.

23
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Engeman, J.G. dan Hegner, R.W. 1981. Invertebrate Zoology. New York: Macmillan Publishing
Co.,Inc.

Maskoeri J. 1984. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Penerbit Sinar
Wijaya.
Meglitsch, P.A. 1972. Invertebrate Zoology. New York: Oxford University Press, Inc.

Nawangsari S. 1989. Bahan Pengajaran Zoologi Avertebrata II. Depdikbud-Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi-PAU, IPB.
Sugeng P.1982. Invertebrata: Sistematika Hewan Rendah I. Surabaya: FKIE IKIP Surabaya.

24

Anda mungkin juga menyukai