Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“REPRODUKSI PADA TUMBUHAN PAKU PERAK (Pityrogramma


calomelanos)”

Mata Kuliah : Reproduksi dan Embriologi Tumbuhan

Dosen Pengampu : Khairuna, M. Pd

Oleh:

Kelompok 3

1. Lidia Purnama Sari (0310173093)


2. Fatimah Shiddiq (0310171034)
3. Wina Ulfa Aulia (0310173111)
4. Na’imatul Asrovia (0310172045)
5. Friska Wardani (1310173108)
6. Siti Muthia Rahma Wardani (0310172075)
7. Dana Pratiwi (0310173135)
8. Deni Veronika Sihombing (0310173133)

PRODI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “Reproduksi Pada Tumbuhan Paku
Perak / Pityrogramma calomelanos” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Reproduksi dan Embriologi
Tumbuhan. Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Ibu Khairuna, M. Pd sebagai dosen pembimbing mata kuliah.


2. Orang tua yang telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan moral maupan
material.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu penulisan review jurnal, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, Penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan
penulisan dan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
terkait.

Medan, Oktober 2019

Pemakalah

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Masalah 5

BAB II PEMBAHASAN 6

2.1 Pengertian Dan Ciri-ciri Tumbuhan Paku Perak 6

2.2 Struktur dan Fungsi Tumbuhan Paku Perak 10

2.3 Reproduksi Tumbuhan Paku Perak 11

2.4 Fakta Unik Tumbuhan Paku Perak 13

2.5 Integrasi Al-Qur’an Tumbuhan Paku Perak 14

BAB III PENUTUP 18

3.1 Kesimpulan 18

3.2 Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1. Latar Belakang

Tumbuhan paku adalah merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang tertua yang
masih dapat di jumpai di daratan, di duga tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus
tertua yang menghuni daratan bumi. Tumbuhan berkormus adalah tumbuhan yang memiliki
akar, batang, daun yang sebenarnya. Artinya batang akar dan daun nya sudah memiliki
pembuluh angkut xilem dan floem. Didalam kehidupannya, tumbuhan paku pengaturan oleh
faktor lingkungan. Setiap jenis tumbuhan paku meminta kondisi lingkungan abiotik untuk
bisa hidup. Tumbuhan ini hidup subur bandan banyak di jumpai pada lingkungan yang
lembab dan beriklim tropis.

Tumbuhann paku termasuk tumbuhan tertua di dunia karena ditemukan sebagai fosil
dalam batu berusia 420 juta tahun. Fosil tumbuhan paku dari zaman Karbon, sekitar 360-268
juta tahun lalu, merupakan penyusun sebagian besar batu bara. Tumbuhan paku merupakan
tumbuhan darat yang telah memilki akar, batang, dan daun sesungguhnya. Oleh karena itu,
tumbuhan paku termasuk kelompok Cormophyta berspora. Tumbuhan paku (Pteridophyta)
digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki
kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat
perkembangbiakan yang utama adalah spora.

Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab
sudah ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar
sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor. Tumbuhan paku (Pteridophyta)
adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati,
serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita
berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi
aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh
(Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.

Tumbuhan paku memiliki 4 struktur penting, yaitu lapisan pelindung sel (jaket steril)
yang terdapat disekeliling organ reproduksi, embrio multiseluler yang terdapat dalam
arkegonium , kutikula pada bagian luar , dan yang paling penting adalah sistem transport
internal yang mengangkut air dan zat makanan dari dalam tanah. Sistem transport ini sama
baiknya seperti pengorganisasian transport air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Reproduksi pada tumbuhan paku?
2. Bagaimana struktur marfologi dan anatomi pada tumbuhan paku?
3. Bagaimana peran tumbuhan paku pada kehidupan?

1.3 Tujuan Masalah

4
1. Untuk mengetahui Reproduksi tumbuhan paku
2. Untuk mengetahui marfologi dan anatomi pada tumbuhan paku
3. Untuk mengetahui peran tumbuhan paku pada kehidupan

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bryophyta
5
Bryophyta berasal dari dua kata “bryon” dan “phyta”. Bryon berarti lumut
dan phyta berarti tumbuhan. Jadi bryophyte dapat diartikan sebagai tumbuhan lumut.
Tumbuhan lumut merupakan divisi tumbuhan yang hidup didarat , tidak berpembuluh,
umumnya berukuran kecil (dapat berukuran mikroskopik atau tidak terlihat jika tanpa
bantuan mikroskop) dan berwarna hijau. Divisi bryophyta ini termasuk kedalam
anggota kingdom plantae (tumbuhan). Lumut mempunyai sel-sel plastid yang
menghasilkan klorofil a dan b sehingga dapat melakukan melakukan fotosintesis.
Oleh karena itu, lumut bersifat autrotrof karena dapat membuat makanan sendiri.
Lumut merupakan peralihan anatara tumbuhan bertalus (belum memiliki akar, batang
dan daun sejati) dengan tumbuhan berkormus (sudah memiliki akar, batang dan daun
sejati). Lumut tudak berpembuluh dan tidak berakar, namun memiliki rizoid (bulu-
bulu akar) sebagai pengganti akar. Melalui rizoid lumut dapat menempel dan
menyerap air dan mineral. Setelah air masuk ketubuh lumut kemudian didistribusikan
keseluruh bagian tubuh dengan cara difusi, dengan daya kapilaritas maupun aliran
sitoplasma. Hal inilah yang menyebabkan lumut hanya dapat hidup ditempat yang
teduh dan dirawa. Lumut tidak dapat tumbuh tinggi dan besar seperti tumbuhan lain,
pada umumnya ukurannya tidak lebih 20 cm1.
Semua tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi dari
pada Thallophyta (Tumbuhan Talus) pada umumnya mempunyai wararna yang benar-
benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil a
dan b. Kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya mempunyai diding yang terdiri atas
selulosa. Pada Bryophyta alat-alat kelamin yang berupa Anteridium dan arkegonium.
Demikian pula Sporangiumnya, selalu terdiri atas banyak sel. Pada semua tumbuhan
yang tergolong dalam Bryophyta terdapat bentung dan susunan gametangiumnya
(baik Mikrogametangium = Anteridium, maupun Makro gametangium =
Arkegonium)2.

Pengertian lumut Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau


tumbuhan non vaskuler. Lumut dapat dibedakan dari yang serupa liverworts
( Marchantiophyta atau Hepaticae) dengan multisellular mereka rhizoid. Lain
perbedaan bukanlah universal untuk semua lumut dan semua liverworts, yang
membedakan batang dan daun-daun, ketiadaan daun-daun yang terbagi-bagi atau
1
Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Yogyakarta : UMG Press. 2009. Hal 179
2
Ibid
6
berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur dalam tiga golongan, semua menunjuk
tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut
mempunyai gametophyte-dominant siklus hidup, yaitu.sel haploid untuk kebanyakan
siklus hidupnya. Sporophytes (diploid) berumur pendek dan dependen pada atas
gametophyte. Adapun ciri ciri dari lumut ialah sebagai berikut : a) Lumut mempunyai
klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup
pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifit
maka hutan demikian disebut hutan lumut. b) Akar dan batang pada lumut tidak
mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem). Pada tumbuhan lumut terdapat
Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu: Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang
menghasilkan Spermatozoid. Alat kelamin betina disebut Arkegonium yang
menghasilkan Ovum c) Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut
berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua
(Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis,
karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur. d)
Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian - bagian :Vaginula (kaki),
Seta (tangkai), Apofisis (ujung seta yang melebar), Kotak Spora : Kaliptra (tudung)
dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora
lumut bersifat haploid. e) Lumut mengalami keturunan (metagenesis). Dalam daur
hidupnya, lumut mengalami duafase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan
fase sporofit3.

Alat perkembangbiakan jantan berupa antheridium dan alat perkembangbiakan


betina berupa arkegonium Siklus Hidup Lumut Lumut (dan Bryophyta lain) memiliki
satu set kromosom (haploid, beebrapa kromosom hidup dalam sebuah salinan sel yang
unik). Periode siklus hidup lumut secara lengkap, merusak kromosom, tetapi hal ini
hanya pada sporofit. Lumut hidup diawali dari sebuah spora haploid, yang bertunas
untuk memproduksi sebuah protonema, yang menumpuk filamen atau thalloid (flat
dan seperti thallus ).Ini merupakan tingkatan sementara dalam hidup lumut. Dari
protonema tumbuh gametophore yang dideferensiasi menjadi tangkai dan akar/ leaves
(mikrofil).dari tangkai atau cabang berkembang organ sex lumut.organ betina disebut
archegonia (archegonium) dan terlindungi oleh kumpulan tangkai yang termodifikasi

3
Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Yogyakarta : UMG Press. 2009. Hal : 190
7
yang disebut perichaetum (plural, perichaeta). Archegonia memiliki leher disebut
venter dimana sperma jantan turun. Organ jantan disebut antheridia (singular
antheredium) dan tertutup oleh modifikasi tangkai disebut perigonium (plural,
perigonia).lumut bisa menjadi dioicous atau monoicous.pada lumut dioicous, kedua
organ sex, jantan dan betina terlahir pada gametofit tanaman. Pada monoicous (juga
disebut autoicous) lumut, mereka terlahir pada tanaman yang sama. Pada pengairan,
sperma dari antheridia berjalan ke archegonia dan terjadi fertilisasi, mengawali
produksi sporofit diploid. Sperma lumut adalah biflagellate, mereka memiliki dua
flagella yang membantu sebagai daya pendorong.tanpa air, fertilisasi tidak dapat
terjadi. Setelah fertilisasi, sporofit mandul didorong keluar dari archegonial venter. Ini
membutuhkan kira-kira seperempat sampai setengah tahun untuk sporofit untuk
matang. Badan sporofit terdiri dari gagang panjang, disebut seta, dan capsule disebut
operculum. Kapsul dan operculum terlapisi oleh kaliptra yang merupakan sisa
archegonial venter. Kaliptra biasanya mengecil/berkurang ketika kapsul matang. Di
dalam kapsul, sel-sel pereproduksi spora mengalami meiosis untuk membentuk spora
haploid, dimana siklus dapat berjalan lagi. Mulut capsule biasanya dikelilingi oleh set
gigi disebut peristome. Ini mungkin tidak terjadi pada beberapa lumut.pada beberapa
lumut, struktur vegetatif hijau disebut gemmae yang diproduksi pada tangkai atau
cabang, yang bisa merusak dan membentuk kembali tanaman tanpa perlu melalui
fertilisasi.ini disebut dengan reproduksi asexual4.

Pengertian Paku Perak

Pytirogramma calomelanos L merupakan salah satu suku anggota tumbuhan


paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar
(Polypodiales). Suku ini juga merupakan salah satu suku dengan anggota terbesar.
Berdasarkan revisi dari Smith et al. (2006), sejumlah suku lain yang biasanya
terpisah, ternyata berkerabat dekat dan layak dimasukkan dalam satu suku. Suku-suku
yang sekarang digabungkan dengan Pteridaceae adalah Acrostichaceae (paku laut),
Actiniopteridaceae, Adiantaceae (suplir), Anopteraceae,
Antrophyaceae,Ceratopteridaceae, Cheilanthaceae, Cryptogrammaceae (paku perak,
paku emas), Hemionitidaceae, Negripteridaceae, Parkeriaceae, Platyzomataceae,
Sinopteridaceae, Taenitidaceae, dan Vittariaceae. Paku pakis epifit ini mudah dijumpai
di atas pohon – pohon yang besar dan tua . Batangnya mempunyai rizom yang halus
4
Campbell, Neil A. Biologi edisi kedelapan jilid 2. Jakarta : Erlangga. 2008
8
menjalar dan dilitupi oleh sisik – sisik kecil Sporangiumnya terkumpul dalam sorus
yang mengelilingi hampir keseluruhan tepi daun fertil . Sesetengah petani
terutamanya di Melaka mempercayai air tumbukan daripada paku- pakis ini apabila
dicampurkan dengan buah kundur dapat membunuh dan mengusir pianggang yaitu
sejenis serangga yang merusakkan padi yang baru mula berbuah .

Hemionitidoid; di tanah, epipetrik atau epifitik di tempat lembab atau agak kering;
daun sederhana, menyirip atau majemuk; sporangia terletak pada bagian bukan tepi
daun, tidak tertutup indusium

Ciri-ciri Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku termasuk tumbuhan kormus berspora, artinya dapat dibedakan


antara akar, batang dan daun. Tumbuhan ini disebut Pteridophyta yang berasaldari
bahasa Yunani. Pteridophyta diambil dari kata pteron yang berarti sayap, bulu dan
phyta yang berarti tumbuhan. Di Indonesiatumbuhan ini lebih dikenal sebagai
tumbuhan paku. Sesuai dengan artinya, pteridophyta mempunyai susunan daunyang
umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk terdapat bulu-
bulu daun mudanya membentukgulungan atau melingkar. Tumbuhan paku
memperlihatkan pergiliran keturunan
yang jelas dan menghasilkan spora seperti halnya pada filum bryophyta. Namun pada
pteridophyta fase gametofitnya sangat kecil dan masih berbentuk Thallus yang disebut
protalium (berupa lembaran kecil) sehingga tidak terlihat jelas. Sifat prothallium pada
tumbuhan paku tergantung pada sifat sporanya. Selain itu padatumbuhan paku, fase
gametofitnya lebih singkat daripada fase sporofitnya. Adapun fasesporofitnya terlihat
jelas. Fase inilah yang sering kita lihat dan kita kenal sebagai tumbuhan paku5.

Ciri-Ciri Tumbuhan Perak

Termasuk family Pteridaceae paku ini lebih umum dikenal dengan nama paku
perak (Sunda), pakis perak (Jawa) dan silver fern (Inggris). Pada tumbuhan masih
muda seluruh entalnya ditutupi oleh sejenis tepung berwarna perak atau putih
kekuning, dan pada saat ental telah dewasa, tepung berwarna putih tersebut hanya
ditemukan di bawah permukaan daun saja. Karena adanya spora yang menyerupai

5
Adi Yudianto, M.Pd, Drs. Suroso.2007.Petunjuk Praktikum BotaniCryptogamae.Bandung.Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA Universitas PendidikanIndonesia.
9
tepung dibawah permukaan daun tersebut maka orang-orang menyebtnya dengan
nama paku perak.

Ciri-ciri khusus :Ciri yang khusus pada paku perak ini adalah rumpunnyai
daun yang kecil tetapi mempunyai ental yang banyak yang panjangnya berkisar antara
50-100 m. warna dari tangkai entalnya yaitu berwarna hitam, bersisik pada
pangkalnya dan tidak bersisik mengkilat.

2.2 Struktur Tubuh Tumbuhan Paku Perak dan Fungsinya

Seperti tumbuhan pada umumnya, pada tubuh tumbuhan paku juga dapat dibedakan
antara lain seperti : akar, batang, daun. Dan bagian ini nampak sangat terlihat jelas pada
tumbuhan paku yang berbatang tinggi. Adapun struktur tubuh dari tumbuhan paku
merupakan :

Akar Tumbuhan Paku

Fase gametofit tumbuhan paku memiliki akar semu yang disebut rhizoid, akar semu
ini seperti yang terdapat pada tumbuhan lumut. Rhizoid berfungsi dalam menyerap airdan
mineral didalam tanah. Sedangkan pada fase sporofitnya memiliki akar sejati dengan akar
serabut. Akar serabut adalah tipe akar yang tidak memiliki akar pokok, seperti yang dimiliki
oleh tumbuhan monokotil (jagung, padi, dll). Fungsi tumbuhan paku anatar lain untuk
menyerp air, dan zat hara dari tanah atau dari kulit pohon inang yang ditumpangi.

Batang Tumbuhan Paku

Batang tumbuhan paku pada masa gametofit disebut protalium. Batang ini memiliki
bentuk seperti lembaran kecil yang berfungsi untuk tempat fotosintesis. Sedangkan pada fase
sporofit tumbuhan paku telah memiliki batang sejati dengan jaringan pembuluh angkut xilem
dan floem. Batang berfungsi sebagai tempat tumbuhnya akar dan munculnya tangkai daun,
juga berfungsi sebagai organ untuk menyimpan cadangan makanan.

Daun Tumbuhan Paku

Daun tumbuhan paku dapat dibedakan atas bentuk dan fungsinya. Berdasarkan
bentuknya daun paku dapat dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Mikrofil merupakan
daun berukuran kecil yang terdapat disekitar batang dan tulang daun paku. Mikrofil
merupakan daun yang belum terdiferensiasi, artinya daun tersebut masih memiliki jenis
jaringan yang sama. Sedangkan makrofil merupakan daun yang sejati yang digunakan untuk
10
melakukan fotosintesis. Berdasarkan fungsinya daun tumbuha paku perak dapat dibedakan
menjadi tropofil dan sporofil. Yang mana tropofil merupakan daun yang digunakan untuk
melakukan fotosintesis. Dan sporofil adalah daun yang selain melakukan fotosintesis juga
dapat menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan pada paku perak.

Sorus Tumbuhan Paku

sorus pada tumbuhan paku biasanya terdapat dibagian belakang helai daun. Sorus
berfungsi sebagai tempat berkumpulnya sporangium.

2.3 REPROUKSI TUMBUHAN PAKU PERAK (Pytirogramma calomelanos L)

Paku perak mrupakan Paku homospora yang menghasilkan satu jenis spora yang tumbuh
menjadi protalium dan dalam satu protalium itu dihasilkan sperma dan ovum. Pada paku
homospora, sperma dan ovum dihasilkan pada satu protalium yang sama.
Pytirogramma bereproduksi dengan cara seksual, dan aseksual yaitu dengan pembelahan
atau pemisahan. Seperti semua pakis-pakis, reproduksi seksual yaitu dengan cara
pembentukan spora, spora yang dihasilkan memiliki dua macam gamet yaitu gamet jantan
dan betina.. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi
gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit
merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya. Generasi gametofit dihasilkan oleh
reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang
terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak
di daun atau di batang. Spora haploid (n) yaitu protalium, sedangkan sporofitnya adalah
generasi diploid yaitu tumbuhan paku. Proses pergiliran keturunan tumbuhan paku adalah
sebagai berikut :
Bila spora jatuh di tempat yang sesuai maka akan menghasilkan alat kelamin jantan
(anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium). Masing – masing alat kelamin akan
menghasilkan spermatozoid dan ovum. Bila terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoid
maka akan dihasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi embrio dan akhirnya
menjadi tanaman paku. Setelah dewasa, sporofil dari sporofit akan menghasilkan spora yang
terdapat di dalam kotak spora. Kotak spora ini akan berkumpul di dalam sorus.

11
Gambar 1 Daur Hidup Tumbuhan Paku

Metagenesis pada sikius hidup tumbuhan paku homospora adalah sebagai berikut.

1. Spora berkromosom haploid (n) bila jatuh di habitat yang cocok akan berkecambah,
sel-selnya membelah secara mitosis dan tumbuh menjadi protalium (gametofit) yang
haploid (n).
2. Protalium membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan betina (arkegonium) yang
haploid (n).
3. Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagel (n) dan arkegonium menghasilkan
ovum (n).
4. Spermatozoid (n) membuahi ovum (n) di dalam arkegonium dan menghasilkan zigot
yang diploid (2n).
5. Zigot (2n) mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi tumbuhan
paku (sporofit) yang diploid (2n). Tumbuhan paku tersebut tumbuh keluar dan
arkegonium induknya.
6. Sporofit (tumbuhan paku) dewasa menghasilkan sporofil (2n) atau daun penghasil
spora.
7. Sporofil (2n) memiliki sporangium (2n). Di dalam sporangium terdapat sel induk
spora berkromosom diploid (2n). Sel induk spora (2n) mengalami pembelahan
meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n).

2.4 KEUNIKAN SERTA PERAN PAKU PERAK


12
Pityrogramma calomelanos var. calomelanosmemiliki rimpang pendek, berdiameter
sekitar 8 mm, memakai timbangan linier dengan panjang lebih dari 4 mm, utuh, berwarna
jernih. Daun-daunnya disusun berjumbai, tegak melengkung. Bilah daun memiliki tekstur
herba hingga sedikit coriaceous. Panjang tangkai daun adalah 15 hingga 20 cm (terkadang
lebih dari 33 cm). Warnanya hitam, berkilau matang, tersalur, ditutupi beberapa sisik di
pangkalan. Bilah daun berbentuk bujur-lanset, panjang 25-37 cm dan lebar 10-14 cm,
bipinnate hingga 3-pinnatifid. Terdiri dari sekitar 15 pasang pinnae lateral alternatif,
membuat sudut 45 ° dengan rachis, diuntit. Pinnae bagian bawah sedikit berkurang, yang
tengah mencapai panjang 10 hingga 12 cm dan lebar 2,2 cm, dengan puncak meruncing
panjang, menyirip di pangkal, sangat pinnatipartite hingga rachis. Pinnae adalah sessile,
subopposite, panjang sekitar 0,5 cm, lanset, auriculate dasar, seluruh, atau lobed, akut pada
apeks. Mereka mengenakan lapisan putih bubuk di permukaan bawah lamina. Pityrogramma
calomelanos biasanya tumbuh di bebatuan dan tepi jalan, baik di hutan maupun di lingkungan
yang lebih terbuka.

P. calomelanos menghasilkan zat berlilin putih yang mencolok pada permukaan daun
bagian bawah, seperti halnya sejumlah spesies lain di Pteridaceae . Komponen utama dari
lilin ini adalah flavonoid (chalcones, dihydrochalcones, flavanon, dihydroflavonols, flavones,
flavonols), beberapa di antaranya dengan pola substitusi yang kompleks, termasuk ester,
turunan C-metil, dan biflavonoid. Diterpenoid dan triterpenoid terkadang juga ada. Lilin P.
calomelanosmengandung flavonoid kompleks seperti calomelanol A (8-[3-(4-
methoxyphenylpropionyl)] - 5,7-dihydroxydihydroneoflavone), calomelanol B (8- [3- (4-
hydroxyphenylpropionyl)] - 5,7-dihydroxydihydroneoflavone), calomelan C (8-(3-
phenylpropionyl) -5,7,4'-trihydroxydihydroneoflavone), 8-(3-phenylpropionyl) -5,7-
dihydroxyneoflavanone, 8- (2-carboxy-1-phenylethyl) -5,7- dihydroxyflavone δ-lactone dan
tujuh lainnya disebut calomelanol D-J. Lilin juga mengandung komponen sitotoksik (2'6'-
dihydroxy-4'4-dimethoxy dihydrochalcone). Daun P. calomelanos mengandung sesquiterpen
pterosin Z dan calomelanolactone. Di Filipina, tes histokimia pada P. calomelanos
mengungkapkan adanya alkaloid, amygdalin, saponin, asam oksalat, arbutin, tannin, asam
format dan asam tartarat.

PERANAN

 Daunnya digunakan secara eksternal untuk menyembuhkan luka dan menghentikan


pendarahan

13
 Infus seluruh tanaman digunakan untuk 'memperkuat punggung pria', yaitu untuk
meningkatkan stamina seksual pria, dan untuk mengobati perdarahan wanita. Ekstrak
air diminum atau diaplikasikan secara lokal untuk mengobati penyakit kelamin di
Guyana. Ini juga digunakan untuk asma, batuk, pilek, radang paru-paru, TBC, dan
batuk rejan
 Akar adalah bechic. Infus digunakan untuk mengobati kondisi paru.
 Infus daun digunakan dalam pengobatan bronkitis, pilek dan sakit perut. Daunnya
dihancurkan dan digunakan sebagai tapal untuk mempromosikan penyembuhan
borok, luka dan luka . Mereka (atau jus daun) juga ditempatkan pada luka untuk
menghentikan pendarahan
 Tumbuhan mengandung sesquiterpene lactones pterosin (yang dilaporkan antibiotik)
dan calomelanolactone

2.5 INTERGRASI AL-QU’RAN

Keanekaragaman Tumbuhan Paku

Keanekaragaman hayati terbesar ditemukan di daerah tropik. Walaupun daerah

tropik hanya mencakup 7% dari luas bumi, tapi lebih dari separuh spesies dunia dapat

ditemukan di sini. Hampir pada semua kelompok organisme, keanekaragaman spesies

meningkat jika mendekati daerah tropik (Primack, 1998). Pada prinsipnya, Allah SWT

menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya untuk memberikan rangsangan

kepada manusia agar ia menggunakan akalnya; berpikir dan merenungkan apa yang

telah ada di bumi ini (Yusuf, 2006). Hal tersebut dapat dicermati dalam ayat al-Qur’an

surat al-Imran (3: 190-191) berikut ini:

14
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang- orang
yang mengingat Allah SWT sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Q. S. ali-Imran: 190- 191).
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya umat manusia dianjurkan agar aktif

dan efektif dalam penggunaan akal pikirannya, karena apa yang diciptakan Allah SWT

mempunyai tujuan dan berdaya manfaat bagi kehidupan manusia (Yusuf, 2006).

Karakteristik Tumbuhan Paku

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
15
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan”(Q.S. al-An’aam: 141)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan tumbuhan yang

digolongkan menjadi dua yaitu tumbuhan berjunjung dan tak berjunjung. Tumbuhan

paku ini termasuk ke dalam golongan tumbuhan tak berjunjung, karena tumbuhan

paku mempunyai rimpang yang sejajar dengan permukaan tanah dan tumbuhan paku

bereproduksi tidak dengan biji, melainkan dengan spora.

Manfaat Tumbuhan Paku

Tumbuh‐tumbuhan banyak mengandung sejumlah zat‐zat penting yang

dibutuhkan tubuh untuk melakukan akttivitas secara alami, bahkan tumbuh‐tumbuhan

juga dapat membantu menyembuhkan beberapa penyakit. Penggunaan tumbuh‐

tumbuhan itu memiliki banyak nilai positif selain sebagai

obat‐obatan tradisional. Tumbuh‐tumbuhan juga memiliki kepekaan terhadap

penolakan penyerapan zat‐zat yang dihasilkan oleh obat-obatan biasa (kimia) (Sayyid,

2006). Allah SWT berfirman bahwa:

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun


anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-
tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah SWT) bagi kaum yang berfikir”
(ar-Ra’d: 4).

Ayat di atas telah menjelaskan kepada kita, bahwa setiap apa yang diciptakan
16
di dunia ini mengandung sebuah kelebihan dan kemanfaatan, sehingga sebagai umat

Islam kita harus senantiasa menjaganya dan melestarikan tumbuh‐tumbuhan tersebut

agar tidak punah. Diantara bentuk perlakuan yang baik terhadap lingkungan beserta

komponen‐komponennya adalah dengan memperlakukan tumbuh‐tumbuhan dan

pepohonan secara baik pula. Hal ini didasari satu konsepsi bahwa manusia merupakan

pengemban amanah Ilahi di atas bumi ini. Dan amanah kekhilafahan tersebut

menuntut manusia sebagai pengemban agar menjaga keberlangsungan serta

kelestariannya. Semua itu baru bisa tercapai jika telah dipenuhi kebutuhannya,

diperbaiki kondisinya, serta dengan cara menjauhi bentuk‐bentak perusakan maupun

pencemaran terhadapnya (Qardawi, 2001).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pytirogramma calomelanos L merupakan salah satu suku anggota tumbuhan


paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales).
Ciri-ciri khusus :Ciri yang khusus pada paku perak ini adalah rumpunnyai daun yang kecil
tetapi mempunyai ental yang banyak yang panjangnya berkisar antara 50-100 m. warna dari
tangkai entalnya yaitu berwarna hitam, bersisik pada pangkalnya dan tidak bersisik
mengkilat. Seperti tumbuhan pada umumnya, pada tubuh tumbuhan paku juga dapat
dibedakan antara lain seperti : akar, batang, daun. Dan bagian ini nampak sangat terlihat jelas
pada tumbuhan paku yang berbatang tinggi.

17
Pytirogramma bereproduksi dengan cara seksual, dan aseksual yaitu dengan
pembelahan atau pemisahan. Pityrogramma calomelanos var. calomelanosmemiliki rimpang
pendek, berdiameter sekitar 8 mm, memakai timbangan linier dengan panjang lebih dari 4
mm, utuh, berwarna jernih. Daun-daunnya disusun berjumbai, tegak melengkung.
Keanekaragaman hayati (ayat al-Qur’an surat al-Imran (3: 190-191), karakteristik Tumbuhan
Paku (”(Q.S. al-An’aam: 141), manfaat tumbuhan paku (ar-Ra’d: 4).

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari bapak atau ibu dosen serta teman-teman sekalian yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Yudianto, M.Pd, Drs. Suroso. 2007. Petunjuk Praktikum Botani Cryptogamae.
Bandung. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.

Campbell, Neil A. Biologi edisi kedelapan jilid 2. Jakarta : Erlangga. 2008

Oka, Anak Agung. Botani Tumbuhan Rendah.. Metro : UMM

Saktiyono. 1989. Biologi I Program Inti. Jakarta : Intan Pariwara

Sembiring, L. dkk. 2005. Biologi Jilid I. Jakarta : Sunan Kelapa Pustaka

18
Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Yogyakarta : UMG Press. 2009

Abotsi K, Radji A, Rouhan G, Dubuisson J, Kokou K. 2015. Diversity of the Pteridaceae


family in Togo. Journal of Biodiversity Data 3: e5078. doi: 10.3897 / BDJ.3.e5078

Fern, Ken. 2014. Pityrogramma calomelanos. http://tropical.theferns.info/viewtropical.php?


id=Pityrogramma+calomelanos. Diakses pada 29 Oktober 2019

Darnaedi, Dedy dan Titien Ngatinem Praptosuwiryo. 2016. Pityrogramma calomelanos


(PORSEA).https://uses.plantnet-project.org/en/Pityrogramma_calomelanos_(PROSEA).
Diakses pada 29 Oktober 2019

19

Anda mungkin juga menyukai