Oleh:
Kelompok 3
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “Reproduksi Pada Tumbuhan Paku
Perak / Pityrogramma calomelanos” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Reproduksi dan Embriologi
Tumbuhan. Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, Penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan
penulisan dan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
terkait.
Pemakalah
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 6
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1. Latar Belakang
Tumbuhan paku adalah merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang tertua yang
masih dapat di jumpai di daratan, di duga tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus
tertua yang menghuni daratan bumi. Tumbuhan berkormus adalah tumbuhan yang memiliki
akar, batang, daun yang sebenarnya. Artinya batang akar dan daun nya sudah memiliki
pembuluh angkut xilem dan floem. Didalam kehidupannya, tumbuhan paku pengaturan oleh
faktor lingkungan. Setiap jenis tumbuhan paku meminta kondisi lingkungan abiotik untuk
bisa hidup. Tumbuhan ini hidup subur bandan banyak di jumpai pada lingkungan yang
lembab dan beriklim tropis.
Tumbuhann paku termasuk tumbuhan tertua di dunia karena ditemukan sebagai fosil
dalam batu berusia 420 juta tahun. Fosil tumbuhan paku dari zaman Karbon, sekitar 360-268
juta tahun lalu, merupakan penyusun sebagian besar batu bara. Tumbuhan paku merupakan
tumbuhan darat yang telah memilki akar, batang, dan daun sesungguhnya. Oleh karena itu,
tumbuhan paku termasuk kelompok Cormophyta berspora. Tumbuhan paku (Pteridophyta)
digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki
kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat
perkembangbiakan yang utama adalah spora.
Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab
sudah ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar
sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor. Tumbuhan paku (Pteridophyta)
adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati,
serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita
berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi
aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh
(Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.
Tumbuhan paku memiliki 4 struktur penting, yaitu lapisan pelindung sel (jaket steril)
yang terdapat disekeliling organ reproduksi, embrio multiseluler yang terdapat dalam
arkegonium , kutikula pada bagian luar , dan yang paling penting adalah sistem transport
internal yang mengangkut air dan zat makanan dari dalam tanah. Sistem transport ini sama
baiknya seperti pengorganisasian transport air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.
4
1. Untuk mengetahui Reproduksi tumbuhan paku
2. Untuk mengetahui marfologi dan anatomi pada tumbuhan paku
3. Untuk mengetahui peran tumbuhan paku pada kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bryophyta
5
Bryophyta berasal dari dua kata “bryon” dan “phyta”. Bryon berarti lumut
dan phyta berarti tumbuhan. Jadi bryophyte dapat diartikan sebagai tumbuhan lumut.
Tumbuhan lumut merupakan divisi tumbuhan yang hidup didarat , tidak berpembuluh,
umumnya berukuran kecil (dapat berukuran mikroskopik atau tidak terlihat jika tanpa
bantuan mikroskop) dan berwarna hijau. Divisi bryophyta ini termasuk kedalam
anggota kingdom plantae (tumbuhan). Lumut mempunyai sel-sel plastid yang
menghasilkan klorofil a dan b sehingga dapat melakukan melakukan fotosintesis.
Oleh karena itu, lumut bersifat autrotrof karena dapat membuat makanan sendiri.
Lumut merupakan peralihan anatara tumbuhan bertalus (belum memiliki akar, batang
dan daun sejati) dengan tumbuhan berkormus (sudah memiliki akar, batang dan daun
sejati). Lumut tudak berpembuluh dan tidak berakar, namun memiliki rizoid (bulu-
bulu akar) sebagai pengganti akar. Melalui rizoid lumut dapat menempel dan
menyerap air dan mineral. Setelah air masuk ketubuh lumut kemudian didistribusikan
keseluruh bagian tubuh dengan cara difusi, dengan daya kapilaritas maupun aliran
sitoplasma. Hal inilah yang menyebabkan lumut hanya dapat hidup ditempat yang
teduh dan dirawa. Lumut tidak dapat tumbuh tinggi dan besar seperti tumbuhan lain,
pada umumnya ukurannya tidak lebih 20 cm1.
Semua tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi dari
pada Thallophyta (Tumbuhan Talus) pada umumnya mempunyai wararna yang benar-
benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil a
dan b. Kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya mempunyai diding yang terdiri atas
selulosa. Pada Bryophyta alat-alat kelamin yang berupa Anteridium dan arkegonium.
Demikian pula Sporangiumnya, selalu terdiri atas banyak sel. Pada semua tumbuhan
yang tergolong dalam Bryophyta terdapat bentung dan susunan gametangiumnya
(baik Mikrogametangium = Anteridium, maupun Makro gametangium =
Arkegonium)2.
3
Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Yogyakarta : UMG Press. 2009. Hal : 190
7
yang disebut perichaetum (plural, perichaeta). Archegonia memiliki leher disebut
venter dimana sperma jantan turun. Organ jantan disebut antheridia (singular
antheredium) dan tertutup oleh modifikasi tangkai disebut perigonium (plural,
perigonia).lumut bisa menjadi dioicous atau monoicous.pada lumut dioicous, kedua
organ sex, jantan dan betina terlahir pada gametofit tanaman. Pada monoicous (juga
disebut autoicous) lumut, mereka terlahir pada tanaman yang sama. Pada pengairan,
sperma dari antheridia berjalan ke archegonia dan terjadi fertilisasi, mengawali
produksi sporofit diploid. Sperma lumut adalah biflagellate, mereka memiliki dua
flagella yang membantu sebagai daya pendorong.tanpa air, fertilisasi tidak dapat
terjadi. Setelah fertilisasi, sporofit mandul didorong keluar dari archegonial venter. Ini
membutuhkan kira-kira seperempat sampai setengah tahun untuk sporofit untuk
matang. Badan sporofit terdiri dari gagang panjang, disebut seta, dan capsule disebut
operculum. Kapsul dan operculum terlapisi oleh kaliptra yang merupakan sisa
archegonial venter. Kaliptra biasanya mengecil/berkurang ketika kapsul matang. Di
dalam kapsul, sel-sel pereproduksi spora mengalami meiosis untuk membentuk spora
haploid, dimana siklus dapat berjalan lagi. Mulut capsule biasanya dikelilingi oleh set
gigi disebut peristome. Ini mungkin tidak terjadi pada beberapa lumut.pada beberapa
lumut, struktur vegetatif hijau disebut gemmae yang diproduksi pada tangkai atau
cabang, yang bisa merusak dan membentuk kembali tanaman tanpa perlu melalui
fertilisasi.ini disebut dengan reproduksi asexual4.
Hemionitidoid; di tanah, epipetrik atau epifitik di tempat lembab atau agak kering;
daun sederhana, menyirip atau majemuk; sporangia terletak pada bagian bukan tepi
daun, tidak tertutup indusium
Termasuk family Pteridaceae paku ini lebih umum dikenal dengan nama paku
perak (Sunda), pakis perak (Jawa) dan silver fern (Inggris). Pada tumbuhan masih
muda seluruh entalnya ditutupi oleh sejenis tepung berwarna perak atau putih
kekuning, dan pada saat ental telah dewasa, tepung berwarna putih tersebut hanya
ditemukan di bawah permukaan daun saja. Karena adanya spora yang menyerupai
5
Adi Yudianto, M.Pd, Drs. Suroso.2007.Petunjuk Praktikum BotaniCryptogamae.Bandung.Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA Universitas PendidikanIndonesia.
9
tepung dibawah permukaan daun tersebut maka orang-orang menyebtnya dengan
nama paku perak.
Ciri-ciri khusus :Ciri yang khusus pada paku perak ini adalah rumpunnyai
daun yang kecil tetapi mempunyai ental yang banyak yang panjangnya berkisar antara
50-100 m. warna dari tangkai entalnya yaitu berwarna hitam, bersisik pada
pangkalnya dan tidak bersisik mengkilat.
Seperti tumbuhan pada umumnya, pada tubuh tumbuhan paku juga dapat dibedakan
antara lain seperti : akar, batang, daun. Dan bagian ini nampak sangat terlihat jelas pada
tumbuhan paku yang berbatang tinggi. Adapun struktur tubuh dari tumbuhan paku
merupakan :
Fase gametofit tumbuhan paku memiliki akar semu yang disebut rhizoid, akar semu
ini seperti yang terdapat pada tumbuhan lumut. Rhizoid berfungsi dalam menyerap airdan
mineral didalam tanah. Sedangkan pada fase sporofitnya memiliki akar sejati dengan akar
serabut. Akar serabut adalah tipe akar yang tidak memiliki akar pokok, seperti yang dimiliki
oleh tumbuhan monokotil (jagung, padi, dll). Fungsi tumbuhan paku anatar lain untuk
menyerp air, dan zat hara dari tanah atau dari kulit pohon inang yang ditumpangi.
Batang tumbuhan paku pada masa gametofit disebut protalium. Batang ini memiliki
bentuk seperti lembaran kecil yang berfungsi untuk tempat fotosintesis. Sedangkan pada fase
sporofit tumbuhan paku telah memiliki batang sejati dengan jaringan pembuluh angkut xilem
dan floem. Batang berfungsi sebagai tempat tumbuhnya akar dan munculnya tangkai daun,
juga berfungsi sebagai organ untuk menyimpan cadangan makanan.
Daun tumbuhan paku dapat dibedakan atas bentuk dan fungsinya. Berdasarkan
bentuknya daun paku dapat dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Mikrofil merupakan
daun berukuran kecil yang terdapat disekitar batang dan tulang daun paku. Mikrofil
merupakan daun yang belum terdiferensiasi, artinya daun tersebut masih memiliki jenis
jaringan yang sama. Sedangkan makrofil merupakan daun yang sejati yang digunakan untuk
10
melakukan fotosintesis. Berdasarkan fungsinya daun tumbuha paku perak dapat dibedakan
menjadi tropofil dan sporofil. Yang mana tropofil merupakan daun yang digunakan untuk
melakukan fotosintesis. Dan sporofil adalah daun yang selain melakukan fotosintesis juga
dapat menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan pada paku perak.
sorus pada tumbuhan paku biasanya terdapat dibagian belakang helai daun. Sorus
berfungsi sebagai tempat berkumpulnya sporangium.
Paku perak mrupakan Paku homospora yang menghasilkan satu jenis spora yang tumbuh
menjadi protalium dan dalam satu protalium itu dihasilkan sperma dan ovum. Pada paku
homospora, sperma dan ovum dihasilkan pada satu protalium yang sama.
Pytirogramma bereproduksi dengan cara seksual, dan aseksual yaitu dengan pembelahan
atau pemisahan. Seperti semua pakis-pakis, reproduksi seksual yaitu dengan cara
pembentukan spora, spora yang dihasilkan memiliki dua macam gamet yaitu gamet jantan
dan betina.. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi
gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit
merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya. Generasi gametofit dihasilkan oleh
reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang
terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak
di daun atau di batang. Spora haploid (n) yaitu protalium, sedangkan sporofitnya adalah
generasi diploid yaitu tumbuhan paku. Proses pergiliran keturunan tumbuhan paku adalah
sebagai berikut :
Bila spora jatuh di tempat yang sesuai maka akan menghasilkan alat kelamin jantan
(anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium). Masing – masing alat kelamin akan
menghasilkan spermatozoid dan ovum. Bila terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoid
maka akan dihasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi embrio dan akhirnya
menjadi tanaman paku. Setelah dewasa, sporofil dari sporofit akan menghasilkan spora yang
terdapat di dalam kotak spora. Kotak spora ini akan berkumpul di dalam sorus.
11
Gambar 1 Daur Hidup Tumbuhan Paku
Metagenesis pada sikius hidup tumbuhan paku homospora adalah sebagai berikut.
1. Spora berkromosom haploid (n) bila jatuh di habitat yang cocok akan berkecambah,
sel-selnya membelah secara mitosis dan tumbuh menjadi protalium (gametofit) yang
haploid (n).
2. Protalium membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan betina (arkegonium) yang
haploid (n).
3. Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagel (n) dan arkegonium menghasilkan
ovum (n).
4. Spermatozoid (n) membuahi ovum (n) di dalam arkegonium dan menghasilkan zigot
yang diploid (2n).
5. Zigot (2n) mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi tumbuhan
paku (sporofit) yang diploid (2n). Tumbuhan paku tersebut tumbuh keluar dan
arkegonium induknya.
6. Sporofit (tumbuhan paku) dewasa menghasilkan sporofil (2n) atau daun penghasil
spora.
7. Sporofil (2n) memiliki sporangium (2n). Di dalam sporangium terdapat sel induk
spora berkromosom diploid (2n). Sel induk spora (2n) mengalami pembelahan
meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n).
P. calomelanos menghasilkan zat berlilin putih yang mencolok pada permukaan daun
bagian bawah, seperti halnya sejumlah spesies lain di Pteridaceae . Komponen utama dari
lilin ini adalah flavonoid (chalcones, dihydrochalcones, flavanon, dihydroflavonols, flavones,
flavonols), beberapa di antaranya dengan pola substitusi yang kompleks, termasuk ester,
turunan C-metil, dan biflavonoid. Diterpenoid dan triterpenoid terkadang juga ada. Lilin P.
calomelanosmengandung flavonoid kompleks seperti calomelanol A (8-[3-(4-
methoxyphenylpropionyl)] - 5,7-dihydroxydihydroneoflavone), calomelanol B (8- [3- (4-
hydroxyphenylpropionyl)] - 5,7-dihydroxydihydroneoflavone), calomelan C (8-(3-
phenylpropionyl) -5,7,4'-trihydroxydihydroneoflavone), 8-(3-phenylpropionyl) -5,7-
dihydroxyneoflavanone, 8- (2-carboxy-1-phenylethyl) -5,7- dihydroxyflavone δ-lactone dan
tujuh lainnya disebut calomelanol D-J. Lilin juga mengandung komponen sitotoksik (2'6'-
dihydroxy-4'4-dimethoxy dihydrochalcone). Daun P. calomelanos mengandung sesquiterpen
pterosin Z dan calomelanolactone. Di Filipina, tes histokimia pada P. calomelanos
mengungkapkan adanya alkaloid, amygdalin, saponin, asam oksalat, arbutin, tannin, asam
format dan asam tartarat.
PERANAN
13
Infus seluruh tanaman digunakan untuk 'memperkuat punggung pria', yaitu untuk
meningkatkan stamina seksual pria, dan untuk mengobati perdarahan wanita. Ekstrak
air diminum atau diaplikasikan secara lokal untuk mengobati penyakit kelamin di
Guyana. Ini juga digunakan untuk asma, batuk, pilek, radang paru-paru, TBC, dan
batuk rejan
Akar adalah bechic. Infus digunakan untuk mengobati kondisi paru.
Infus daun digunakan dalam pengobatan bronkitis, pilek dan sakit perut. Daunnya
dihancurkan dan digunakan sebagai tapal untuk mempromosikan penyembuhan
borok, luka dan luka . Mereka (atau jus daun) juga ditempatkan pada luka untuk
menghentikan pendarahan
Tumbuhan mengandung sesquiterpene lactones pterosin (yang dilaporkan antibiotik)
dan calomelanolactone
tropik hanya mencakup 7% dari luas bumi, tapi lebih dari separuh spesies dunia dapat
meningkat jika mendekati daerah tropik (Primack, 1998). Pada prinsipnya, Allah SWT
kepada manusia agar ia menggunakan akalnya; berpikir dan merenungkan apa yang
telah ada di bumi ini (Yusuf, 2006). Hal tersebut dapat dicermati dalam ayat al-Qur’an
14
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang- orang
yang mengingat Allah SWT sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Q. S. ali-Imran: 190- 191).
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya umat manusia dianjurkan agar aktif
dan efektif dalam penggunaan akal pikirannya, karena apa yang diciptakan Allah SWT
mempunyai tujuan dan berdaya manfaat bagi kehidupan manusia (Yusuf, 2006).
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
15
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan”(Q.S. al-An’aam: 141)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan tumbuhan yang
digolongkan menjadi dua yaitu tumbuhan berjunjung dan tak berjunjung. Tumbuhan
paku ini termasuk ke dalam golongan tumbuhan tak berjunjung, karena tumbuhan
paku mempunyai rimpang yang sejajar dengan permukaan tanah dan tumbuhan paku
penolakan penyerapan zat‐zat yang dihasilkan oleh obat-obatan biasa (kimia) (Sayyid,
Ayat di atas telah menjelaskan kepada kita, bahwa setiap apa yang diciptakan
16
di dunia ini mengandung sebuah kelebihan dan kemanfaatan, sehingga sebagai umat
agar tidak punah. Diantara bentuk perlakuan yang baik terhadap lingkungan beserta
pepohonan secara baik pula. Hal ini didasari satu konsepsi bahwa manusia merupakan
pengemban amanah Ilahi di atas bumi ini. Dan amanah kekhilafahan tersebut
kelestariannya. Semua itu baru bisa tercapai jika telah dipenuhi kebutuhannya,
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
Pytirogramma bereproduksi dengan cara seksual, dan aseksual yaitu dengan
pembelahan atau pemisahan. Pityrogramma calomelanos var. calomelanosmemiliki rimpang
pendek, berdiameter sekitar 8 mm, memakai timbangan linier dengan panjang lebih dari 4
mm, utuh, berwarna jernih. Daun-daunnya disusun berjumbai, tegak melengkung.
Keanekaragaman hayati (ayat al-Qur’an surat al-Imran (3: 190-191), karakteristik Tumbuhan
Paku (”(Q.S. al-An’aam: 141), manfaat tumbuhan paku (ar-Ra’d: 4).
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari bapak atau ibu dosen serta teman-teman sekalian yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Yudianto, M.Pd, Drs. Suroso. 2007. Petunjuk Praktikum Botani Cryptogamae.
Bandung. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.
18
Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Yogyakarta : UMG Press. 2009
19