Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. dengan karunia dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga
senantiasa terlimpah-curahkan kepada seorang reformis sejati, pembawa risalah suci yakni
Nabi Muhammad saw. yang telah membawa umat manusia keluar dari kubangan lumpur
jahiliyah menuju jalan yang diridhai oleh Allah swt.
Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan literatur-literatur yang telah
tersedia serta masukan dari teman-teman sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami sendiri khususnya, serta bagi setiap pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 9 April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………... 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………......... 1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………... 2
A. Kelas Phaeophyceae …………………………………………………………... 2
1. Ciri-Ciri Umum Phaophyceae …………………………………………….. 2
2. Habitat Phaophyceae ……………………………………………………… 2
3. Sistem Reproduksi Phaeophyceae ……………………………………….... 3
4. Klasifikasi Phaeophyceae ……………………………………………......... 3
5. Peranan Phaeophyceae Dalam Kehidupan Sehari-hari ………………........ 6
B. Kelas Rhodophyceae ………………………………………………………….. 7
1. Ciri-Ciri Umum Rhodophyceae …………………………………………… 7
2. Habitat Rhodophyceae ……………………………………………………. 7
3. Sistem Reproduksi Rhodophyceae ……………………………………….. 7
4. Klasifikasi Rhodophyceae ………………………………………………… 8
5. Peranan Rhodophyceae Dalam Kehidupan Sehari-hari …………………… 10
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………… 11
A. Kesimpulan ………………………………………………………………......... 11
B. Saran …………………………………………………………………………... 11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………......... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thallophyta meliputi tumbuh-tumbuhan yang memiliki ciri utama tubuh berupa
“thallus”, artinya struktur luar dan dalam tubuhnya belum dapat dibedakan antara akar,
batang dan daun. Satu inti atau lebih nyata dalam protoplasmanya. Plastida dengan
bentuk yang beraneka ragam. Reproduksi aseksual dengan spora. Baik gametangium
maupun sporangiumnya hanya terdiri satu sel. Cara hidupnya bisa autrotof, heterotrof,
dan bersimbiosis.
Berdasarkan cara hidupnya, dibagi menjadi 3 subdivisio (anak divisi), yaitu:
Ganggang (Algae), hidupnya autrotof, cendawan atau jamur (fungi), hidupnya heterotrof,
Lumut kerak (lichenes), hidupnya bersimbiosis mutualisme. Algae dikelompokkan ke
dalam 7 kelas diantaranya yaitu : Phaeophyceae (ganggang coklat) dan Rhodophyceae
(ganggang merah). Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat
warna atau pigmentasinya sedangkan ganggang merah adalah ganggang yang
mengandung kloroplas berisi fikoeritrin lebih banyak dibandingkan klorofil.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ciri-ciri dari phaeophyceae (alga cokelat) dan rhodophyceae (alga merah)?
2. Bagaimanakah habitat dari phaeophyceae (alga cokelat) dan rhodophyceae (alga
merah)?
3. Bagimanakah sistem reproduksi dari phaeophyceae (alga cokelat) dan rhodophyceae
(alga merah)?
4. Bagaimanakah pembagian kelas dan anak kelas dari phaeophyceae (alga cokelat) dan
rhodophyceae (alga merah)?
5. Apakah peranan phaeophyceae (alga cokelat) dan rhodophyceae (alga merah) dalam
kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri dari phaeophyceae (alga cokelat) dan rhodophyceae (alga
merah)
2. Untuk mengetahui habitat dari phaeophyceae (alga cokelat) dan rhodophyceae (alga
merah)
3. Untuk mengetahui sistem reproduksi dari phaeophyceae (alga cokelat) dan
rhodophyceae (alga merah)
4. Untuk mengetahui pembagian kelas dan anak kelas dari phaeophyceae (alga cokelat)
dan rhodophyceae (alga merah)
5. Untuk mengetahui peranan phaeophyceae (alga cokelat) dan rhodophyceae (alga
merah) dalam kehidupan sehari-hari

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelas Phaeophyceae
Phaeophyceae adalah ganggang berwarna cokelat (pirang). Kebanyakan
Phaeophyceae hidup di air laut, sedikit yang di air tawar. Pada umumnya, alga cokelat
ditemukan hidup di laut, terutama yang beriklim dingin, hanya beberapa saja yang hidup
dalam air tawar. Ada juga yang ditemukan di daerah pantai melekat pada batu karang.
Alga ini termasuk bentos, melekat pada batu-batu, kayu, sering juga sebagai epifit pada
talus lain alga, bahkan ada yang hidup sebagai endofit. Hidup melekat pada dasar perairan
(melalui semacam akar), sedangkan bagian tubuh yang lainnya mengapung di air karena
memiliki gelembung udara.
1. Ciri-Ciri Umum Phaeophyceae
a) Berwarna pirang atau cokelat yang di dalam kromatofornya terkandung klorofil-a,
karotin, dan santofil serta fikosantin yang menutupi warna lainnya dan
menyebabkan ganggang atau alga ini berwarna pirang atau cokelat
b) Dinding selnya juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, sebelah luar
berupa pektin/gumi, dan dibawah pektin ada algin (senyawa yang menyerupai
gelatin, yaitu garam Ca dari asam alginat). Inti selnya berinti tunggal yang mana
pada pangkal berinti banyak. Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak
dan berkembang bebas, layaknya sel hewan.
c) Dinding sel tersusun dari tiga macam polimer yaitu selulosa, asam alginat, fukan
dan fukoidin. Algin dari fukoidin lebih kompleks dari selulose dan fukoidin lebih
kompleks dari selulose dan gabungan dan keduanya membentuk fukokoloid.
d) Hasil asimilasi berupa laminarin, manit, minyak dan zat-zat lain.
e) Reproduksi aseksual dengan zoospora, sedang seksual dengan anisogami.
f) Bentuk tubuhnya tampak menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena ada bagian
yang menyerupai akar, batang, dan daun, dengan tinggi dapat mencapai 50-100 m.
g) Memiliki pigmen fikosantin yang dominan.
h) Memiliki gelembung udara (air bladder).
Adapun ciri-ciri dari alat gerak phaeophyta, yaitu :
a) Berupa flagel, terletak pada sel-sel perkembangbiakan dan letaknya lateral.
b) Berjumlah 2 yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang
berbentuk pir atau sekoci.
c) Pada waktu bergerak ada yang panjang, mempunyai rambut-rambut menghadap
ke muka dan yang pendek menghadap ke belakang.
d) Dekat dengan keluarnya flagel terdapat bintik mata yang berwarna kemerah-
merahan,

2. Habitat Phaeophyceae
Phaeophyta habitatnya hampir semua laut dan sepanjang pantai melekat pada
batu-batuan, dengan kedalaman 1,5 sampai dengan 5 meter hanya beberapa jenis saja
yang hidup dalam air tawar. Dilaut dan samudera di daerah iklim sedang dan dingin,
talusnya dapat mencapai ukuran yang amat besar dan sangat berbeda-beda bentuknya.
Ganggang ini termasuk bentos, melekat pada batu-batu, kayu, sering juga sebagai
epifit pada talus lain ganggang, bahkan ada yang hidup sebagai endofit. Sampai saat
ini terdapat sekitar 1500-2000 spesies ganggang coklat yang telah diidentifikasi di
seluruh dunia.

2
3. Sistem Reproduksi Phaeophyceae
Perkembangbiakan pada alga coklat ini dilakukan secara aseksual (vegetatif)
dan seksual (generatif). Reproduksi aseksual alga cokelat dilakukan dengan
fragmentasi dan pembentukan spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang
dihasilkan memiliki flagel yang tidak sama panjang dan terletak di bagian lateral (sisi
atau pinggir).
Sedangkan perkembangbiakan seksual dilakukan dengan isogami, anisogami,
atau oogami. Fucus vesiculosis adalah salah satu contoh alga cokelat yang
berkembang biak secara oogami. Ada cara reproduksi generatif/seksual ganggang
cokelat yang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi, yaitu ujung-ujung lembaran
talusnya yang fertil membentuk suatu badan yang mengandung alat pembiak
disebut reseptakel.
Di dalam reseptakel ini terdapat konseptakel yang mengandung anteridium
yang menghasilkan sel kelamin jantan berupa spermatozoid dan oogonium yang
menghasilkan sel telur (ovum) dan benang-benang mandul yang disebut parafisis.
Anteridium berupa sel-sel berbentuk corong yang muncul dari dasar dan tepi
konseptakel, oogonium berupa badan yang duduk di atas tangkai.
Jika spermatozoid dapat membuahi sel telur akan terbentuklah zigot. Zigot
lalu membentuk dinding selulosa dan pektin yang tebal, kemudian melekat pada suatu
substrat seperti bebatuan, selanjutnya tumbuh menjadi individu baru yang kromosom
tubuhnya diploid.

4. Klasifikasi Phaeophyceae
Berdasarkan tipe pergiliran keturunan, terbagi atas :
a) Golongan Isogeneratae, yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran
keturuan isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang
sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda. Contoh: Ectocarpus
b) Golongan Heterogenerate, yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran
keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi
maupun sitologinya. Contoh: Laminaria
c) Golongan Cyelosporae, yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran
keturunan. Contoh: Fucus
Phaeophyceae terbagi atas 4 bangsa, yaitu bangsa phaeosporales, bangsa
laminarales, bangsa dictyotales, dan bangsa fucales.
a) Bangsa Phaeosporales (Ectophorales)
 Ciri-ciri umum phaeosporales yaitu:
- Suku/familia Ectoporaceae memiliki gametofit sama dengan sporofitnya,
sedangkan Cutheriaceae gametofit lebih besar dari spoofitnya.
- Gametofit bertalus tegak, bercabang-cabang menggarpu, dan berbentuk
pita. Sedangkan sporofitnya berupa talus pipih dan kecil seperti cakram,
dinamakan aglazonia.
- Jenis yang termasuk Ectocarpus dan Pleurocladia ada yang berupa epifit
pada ganggang yang lain, sporofit dan gametofit.
- Terdapat pergiliran keturunan antara generasi sporofit dan gametofit.
- Reproduksi aseksual dengan zoospora, yang terbentuk dari pembelahan
reduksi sporangium. Dari zoozpora tumbuh gametofit haploid yang
berwarna dan berkotak-kotak.
- Reproduksi seksual dengan isogami atau anisogami. Pada yang tinggi
tingkatannya, gamet betina lebih besar dari gamet jantan. (Cutleriaceae).

3
- Gametangium bersel banyak dan berkotak-kotak. Tiap kotak
mengeluarkan satu isogamet. Kopulasi isogamet menghasilkan zigot yang
langsung berkecambah membentuk tumbuhan diploid dengan sporangium
beruang satu.
- Contoh : Ectocarpus lacustris, Cutleria multifida, Heterochordia abietina.
Daur hidup dan pergiliran keturunan pada Cutleria multifida

b) Bangsa Laminariales
 Ciri-ciri umum laminariales yaitu:
- Familia : Laminariaceae, Genus : Macrocystis, Sargassum, Turbinaria,
Fucus dan Laminaria.
- Menghasilkan asam alginat (algin) yang berfungsi sebagai bahan
pengental, stabilisator es krim, prosuk susu.
- Na-alginat dapat dijadikan permen agar, stabilisator bir, produk makanan
untuk pelangsing, atau digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik,
tekstil (suspensi, sabun, krim, shampo dan tablet).
- Contoh spesies :
 Macrocystis pyrifera
- Hidup di kutub selatan. Talusnya sangat besar (panjang 60, berat
100 kg).
- Talus melekat dengan struktur seperti kuku, bercabang berbentuk
lembaran dengan panjang 3 m, dapat mengapung di permukaan
laut.
 Laminaria cloustoni, L. byperborea, L. digitata, L .japonica.
- Terdapat banyak di Laut Utara, panjang mencapai 5 m.
- Talus bagian pangkal dapat setebal lengan, sedangkan bagian
atas menyerupai daun atau berbentuk lembaran menjari.
- Terdapat pergiliran keturunan yang beraturan.
- Sporofit besar, diploid. Gametofit anisogamet, bentuk dan ukuran
berbeda.
- Gametofit jantan bercabang banyak dengan anteridium di bagian
ujung, terdiri atas 1 sel, mengeluarkan spermatozoid berflagel 2.
- Gametofit betina terdiri atas 1 sel bentuk pipa, menghasilkan
oogonium berisi 1 sel telur.
- Zigot tumbuh menjadi sporofit, dipermukaannya terdapat sel bulat
mandul dan sel gada (sporangiumnya)

4
Daur hidup dan pegiliran keturunan pada Laminaria cloustoni

 Nerecystis luetkeana
- Talus seperti lembaran, memiliki bagian seperti batang dengan
panjang 70 m, dan di bagian ujung talus ada gelembung pengapung
 Sargassum filipundula, S. longifolium, Hormophysa ryquetra
- Terdapat di perairan Indonesia, terdapat di laut yang berombak
besar dan terlindung.
c) Bangsa Dictyotales
 Ciri-ciri umum
- Familia : Dictyotaceae, contoh : Dictyota dichotoma, Dicttopteris
polypoides, Padina pavonia.
- Spora tidak berflagel, sporangium beruang 1 dan mengeluarkan 4
tetraspora.
- Pembiakan seksual dengan oogami. Anteridium dan oogonium terdapat
pada tumbuhan yang berlainan. Tiap ooginium punya 1 sel telur, sperma
berflagel 1.
- Sporofit dan gametofit sama-sama berupa talus berbentuk pipa bercabang
menggarpu.
d) Bangsa Fucales
Thallus dari jenis-jenis ganggang yang termasuk bangsa ini bersifat diploid,
pembelahan reduksi (meiosis) terjadi pada saat gametognesis. Alat kelamin
terdapat di dalam konseptakel. Dalam daur hidupnya, ganggang ini tidak
menunjukkan adanay pergantian keturunan.
 Ciri-ciri umumnya:
- Familia : Fucaceae, contoh : Fucus serratus, F. vesiculosus,
Turbinaria deccurens
- Penyusun utama lautan di daerah dingin, bersama-sama dengan
Laminariales.
- Talus berbentuk pipa bercabang menggarpu, melekat pada batu dengan
cakram pelekat
- Ujung cabang talus membesar dan mempunyai lekukan-lekukan yang
disebut konseptakel, di dalamnya terdapat oogonium, anteridium dan
parafisis (benang-benang mandul)

5
- Tidak memiliki reproduksi aseksual, hanya seksual dengan oogami.
- Anteridium berupa sel berbentuk jorong, duduk rapat pada benang-
benang pendek dengan 64 spermatozoid. Satu spermatozoid terdiri dari 1
inti, 1 bintik mata.
- Oogonium duduk di atas tangki, terdiri dari 1 sel saja dengan 8 sel telur.
- Zigot membentuk dinding selulosa dan pektin, melekat pada substrat,
menjadi individu diploid.
Gambar daur hidup dan pergiliran keturunan pada Fucus serratus

5. Peranan Phaeophyceae Dalam Kehidupan Sehari-Hari


 Pembuatan es krim/ pengental, stabilisator es krim, prosuk susu.
 Pembuatan cat.
 Berfungsi dalam industri untuk penyamakan kertas/menghaluskan kertas, pernis,
obat-obatan, dan pasta gigi.
 Produk susu.
 Permen agar, stabilisator bir, produk makanan untuk pelangsing, atau digunakan
dalam industri farmasi dan kosmetik, tekstil (suspensi, sabun, krim, shampo dan
tablet).
 Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahan-bahan mineral
seperti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin yang dapat
meningkatkan daya tumbuh tanaman untuk tumbuh, berbunga dan berbuah.

6
B. Kelas Rhodophyceae/Ganggang Merah
Rhodophyceae berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung
atau pirang kemerahmerahan. Kromatofor mengandung klorofil-a dan karotenoid, tetapi
warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengandung fluoresensi, yaitu fikoeretin.
Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga
merupakan hasil polimerisasi glukosa berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali
berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium berwarna kemerahmerahan.Rhodophyceae selalu
bersifat autotrof dan heterotrik, hidup dalam air laut, hidupnya sebagai bentos, melekat
pada suatu substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat.

1. Ciri-Ciri Umum Rhodophyceae


a) Mengandung kloroplas berisi fikoeretrin lebih banyak dibandingkan klorofil, ada
karotenoid, sedikit fikosianin.
b) Kebanyakan hidup di air laut, yaitu laut dalam yang hanya dapat dicapai oleh
cahaya bergelombang pendek. Hidup sebagai bentos, melekat pada substrat
dengan benang/cakram pelekat.
c) Bersifat autotrof, tetapi ada yang heterotrof. Yang heterotrof tidak berkromatofora
dan hidup sebagai parasit pada ganggang lain.
d) Hasil asimilasi berupa tepung floridae (mirip glikogen) dan floridosida (senyawa
gliserin dan galaktosa) serta tetes minyak. Kadang terdapat pirenoid.
e) Dinding sel ganggang merah terdiri atas selulosa (sebelah dalam) dan pektin
berlendir (sebelah luar).
f) Bentuk talus beranekaragam dengan jaringan tubuh yang belum bersifat parenkim
tetapi hanya berupa plektenkim.
g) Reproduksi aseksual dengan spora, dan seksual dengan cara oogami. Spora atau
gamet tidak berflagel, jadi tidak dapat bergerak aktif.

2. Habitat Rhodophyceae
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika.
Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak
oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak
ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum
menyukai laut dangkal.
3. Sistem Reproduksi Rhodophyceae
a) Reproduksi seksual terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung
cabangtalus. Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium.
Gametangium betina disebut karpogonium yang terdapat pada ujung cabang
lain.Karpogonium terdiri dari satu sel panjang. Bagian karpogonium bawah
membesar seperti botol, sedangkan bagian atasnya membentuk gada atau benang
dan dinamakan trikogen. Inti sel telur terdapat di bagian bawah yang membesar
seperti botol. Spermatium mencapai trikogen karena terbawa air (pergerakan
secara pasif). Spermatium kemudian melekat pada trikogen. Setelah dinding
perlekatan terlarut, seluruh protoplasma spermatium masuk dalam karpogonium.
Setelah terjadi pembuahan, terbentuklah sumbat di bagian bawah. karpogonium.
Sumbat itumemisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot hasil pembuahan akan
membentuk benang-benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang sporogen
itu, terbentuk spora yang masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida;
spora tersebutdinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel
ujung benang sporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk.

7
Karpospora ini mula-mula berkecambah menjadi protalium yang akhirnya tumbuh
menjadi individu baru lengkap dengan alat-alat generatifnya.
b) Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk tetraspora. Tetrasporaakan
menjadi gametangium jantan dan gametangium betina. Gametangium jantan dan
betina akan bersatu membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian
menghasilkan tetraspora. Contoh anggota-anggota Rhodophyta antara lain:
Corrallina, Palmaira, Batrachospermum moniliforme, Gelidium, Gracilaria,
Eucheuma, dan Scicania furcellata.

4. Klasifikasi Rhodophyceae
Rhodophyceae dibagi menjadi dua anak kelas, yaitu:
a) Anak kelas Bangieae (Protofloridae)
- Bentuk talus berupa benang, pita atau cakram tidak bercabang
- Reproduksi aseksual dengan monospora yang bergerak amoeboid
- Reproduksi seksual dengan oogami
- Oogonium sama bentuknya dengan sel-sel talus, kadang ada yang
memiliki trikogen/ alat tambahan
- Anteridium menghasilkan spermatium (sperma yang tidak bergerak).
- Zigot dapat langsung menghasilkan spora atau setelah membelah terlebih
dahulu.
- Familia Bangiaceae, contoh : Porphyridium cruentum, Bangia artropurpurea.
b) Anak kelas Floridae
- Talus beragam bentuknya, berupa benang atau lembaran yang bercabang
menyirip atau menggarpu
- Reproduksi seksual, contohnya pada Batrachospermum moniliforme dengan
cara-cara sebagai berikut:
 Anteridium dibentuk pada sel-sel ujung cabang yang menonjol, terdiri dari
1 sel spermatium.
 Gamet betina disebut karpogonium yang terdapat pada ujung cabang yang
lain, terdiri atas 1 sel panjang (bagian bawah berbentuk botol, bagian atas
berbentuk gada atau benang, disebut trikogen). Ovum terdapat pada bagian
bawah.
 Spermatium melekat pada trikogin, protoplasnya masuk ke karpogonium,
setelah itu terjadilah pembuahan
 Zigot membelah reduksi membentuk sel-sel penyusun benang sporogen
berisi karpospora (terdiri dari 1 inti dan 1 pastida)
 Karpospora keluar dari sel-sel terminal benang sporogen, berkecambah
menjadi protalium yang kemudian menjadi individu baru

8
Gambar daur hidup dan pergiliran keturunan pada Batrachospermum
moniliforme

- Pada warga Floridae yang lain terdapat pergiliran antar 3 keturunan dalam
daur hidupnya. Contohnya pada : Callithammion corymbosum dengan cara-
cara sebagai berikut :
 Gambetofit haploid dengan anteridium dan karpogonium
 Karposporofit yang diploid, mengeluarkan karpospora diploid yang
tumbuh menjadi tetrasporofit.
 Tetrasporofit habitus serupa gametofit tapi tidak punya alat kelamin.
Punya sporangium yang masing-masing mengeluarkan 1 spora (tetraspora
haploid yang dapat tumbuh menjadi gambetofit haploid juga.

- Pada Bonnemaisonia gametofit dan tetrasporofit anisomorf.


- Anggota Floridae mencakup sejumlah bangsa, diantaranya adalah
Gigartinales, Nemalionales dan Gelidiales.
 Bangsa Gigartinales, Familia Gigartinaceae
- Kebanyakan terdiri atas ganggang laut.
- Chondrus cripus dan Gigartina mammilosa menghasilkan karagen atau
lumut Islandia yang berguna sebagai bahan obat.
- Euchema spinosum. Talus lebih lebar percabangannya, merupakan
penghasil karagen
- Hypnea chorides. Talus lunak seperti gel, tegak, percabangan beragam
dan berwarna merah coklat. Hidup menempel pada batuan/karang,
pasir atau pada tumbuhan tingkat tinggi laut.
 Bangsa Nemalionales (Familia: Nemalionales, Genus: Nemalion,
Batrashorpermun, Bonnemaisonia)
- Famila 1: Gelideaceae. Spesies : Gelidium rigidium, G. latifolium, G
erinale
 Gelidium di Indonesia banyak dijumpai di laut berbatu dan terbuka.
Variasi strukturnya tergantung substrat, salinitas, ombak, dan arus
pasang surut.
- Familia 2 : Gracilariaceae, Spesies : Gracilaria lichenoides, G.
taenoides ditemui berlimpah pada wilayah Indonesia bagian Timur.

9
5. Peranan Rhodophyceae Dalam Kehidupan Sehari-Hari
 Menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang
hidup di laut.
 Sebagai bahan makanan bagi manusia
 Menghasilkan karagen yang dapat dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan
pembuat krem, dan obat pencuci rambut.
 Dapat dibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal
sebagai agar-agar.

10
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Divisi Thallophyta meliputi tumbuh-tumbuhan yang memiliki sebagai ciri
utama tumbuhan yang berbentuk talus. Yang disebut talus ialah tubuh tumbuhan yang
belum dapat dibedakan dalam 3 bagian utamanya, yang disebut akar, batang dan
daun.
Ganggang pirang adalah ganggang yang berwarna pirang (kecokelatan).
Dalam kromotoforanya terkandung klorofil-1, karotein dan santofil, tetapi terutama
fikosantin yang menutupi warna lainnya dan menyebabkan ganggang itu kelihatan
berwarna pirang.
Ganggang merah adalah ganggang yang berwarna merah. Warna merah pada
ganggang ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan
dengan pigmen klorofil, karoten dam xantofil.

B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan pada kesempatan ini yaitu agar para
pembaca dapat memahami materi Phaeophyceae dan Rhodophyceae dengan membaca
makalah ini, juga dapat mencari refrensi tambahan yang dapat menambah wawasan
tentang materi Phaeophyceae dan Rhodophyceae ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hasnunidah, Neni. 2007. Botani Tumbuhan Rendah. Lampung: Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Kimball, John W. 1992. BIOLOGI Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

12

Anda mungkin juga menyukai