penyampaian sinyal di dalam tubuh. Hormon meneruskan sinyal dari sel ke sel lain melalui
pembuluh darah sedangkan second messenger akan meneruskan sinyal dari hormon itu ke
dalam sel yang kemudian menghasilkan beragam respon dari sel yang dituju. Adapun untuk
hormon yang dapat menembus membran sel, pesan tersebut dapat langsung disampaikan
tanpa melalui perantara second messenger.
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik. Pengikatan dari hormon ke reseptor ini
pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian pada reseptor sedemikian rupa sehingga
menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain dari sel. Reseptor ini terletak pada permukaan sel
atau intraselular. Interaksi permukaan hormon reseptor memberikan sinyal pembentukan dari
“mesenger kedua” . Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen
Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal pembentukan senyawa yang
disebut sebagai second messenger (hormon sendiri dianggap sebagai first messenger). Jika hormon
sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-sel target, maka peristiwa-peristiwa komunikasi
intraseluler dimulai. Hal ini dapat melibatkan reaksi modifikasi seperti fosforilasi dan dapat mempunyai
pengaruh pada ekspresi gen dan kadar ion.
Kelompok hormon ini terdiri dari hormone-hormon yang bersifat larut dalam air dan terikat pada
membran plasma sel sasaran. Hormone-hormon ini akan berkomunikasi dengan proses metabolisme
intraseluler melalui senyawa yang disebut sebagai second messenger. Konsep second messenger timbul
dari pengamatan Earl Sutherland dan rekan-rekan, bahwa Epineprin terikat pada membran plasma
eritrosit burung merpati dan meningkatkan cAMP. Diikuti oleh berbagai macam percobaan ditemukan
bahwa cAMP ternyata mengantarai efek metabolic banyak hormon. Senyawa second messenger yang
diaktivasi oleh pengikatan antara hormon dengan reseptor spesifiknya di membran plasma.
Hormon yang berikatan dengan reseptor dalam membran plasma tidak dapat secara langsung
mempengaruhi aktivitas di dalam sel target. Misalnya, tidak dapat memulai untuk membangun protein
atau mengkatalisasi reaksi tertentu. Oleh karena itu, hormon menggunakan perantara intraseluler untuk
menghasilkan efeknya. Hormon, atau first messenger, mempengaruhi munculnya second messenger
dalam sitoplasma. Second messenger dapat bertindak sebagai aktivator enzim, inhibitor, atau kofaktor.
Hasil akhirnya adalah perubahan dalam laju berbagai reaksi metabolisme. Dua second messenger yang
paling penting adalah cyclic AMP (cAMP) dan ion kalsium.
First messenger mengikat reseptor membran dan mengaktifkan protein G. Protein G adalah kompleks
enzim yang digabungkan ke reseptor membran yang berfungsi sebagai penghubung antara first
messenger dan second messenger. Beberapa protein G yang telah aktif mengerahkan efeknya dengan
mengubah konsentrasi cAMP, yang bertindak sebagai second messenger dalam sel.
Jika kadar cAMP meningkat, enzim dapat diaktifkan atau saluran ion dapat dibuka, mempercepat
aktivitas metabolisme sel. Contoh first messenger dalam hal ini adalah epinefrin dan norepinefrin
(reseptor ß), kalsitonin, hormon paratiroid, serta beberapa hormon lainnya seperti ADH, ACTH, FSH, LH,
dan TSH. Dalam beberapa kasus, aktivasi protein G menghasilkan penurunan tingkat cAMP di
sitoplasma. Penurunan ini memiliki efek penghambatan pada sel. Contoh first messenger pada hal ini,
yaitu epinefrin dan norepinefrin (reseptor ɑ2). Selain cAMP, second messenger lainnya yaitu ion kalsium.
Beberapa protein G menggunakan ion kalsium sebagai second messenger. Contoh first messenger dalam
hal ini, yaitu epinefrin dan norepinefrin (reseptor ɑ1), oksitosin, dan hormon pengatur hipotalamus.