MIKOLOGI
Oleh:
PRODI D3 KEPERAWATAN
MOJOKERTO
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini walau
masih sangat sederhana dan banyak kekurangan.
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa Penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
balasan dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Cover..........................................................................................................................
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.5.1 Ascomycota...............................................................................................7
2.5.2 Zygomycota............................................................................................12
2.5.3 Deuteromycota........................................................................................14
ii
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 RumusanMasalah
1
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Struktur Tubuh Fungi/Jamur.
Berikut beberapa tipe struktur hifa pada jamur yaitu sebagai berikut:
1. Hifa bersekat berinti banyak (hifa septat multinukleus), yaitu hifa dengan
sel berinti banyak. Sekat membagi hifa menjadi ruang2 dengan sel berinti
banyak.
2. Hifa bersekat inti tunggal (hifa septat uninukleus), yaitu hifa dengan sel
yang berinti tunggal. Sekat membagi hifa menjadi ruang2 dengan setiap
ruang memiliki satu inti.
3. Hifa yang tidak bersekat (hifa aseptat), yaitu hifa yang tidak memiliki
sekat sehingga antara inti satu & yang lain tidak dilapisi sekat maupun
membran. Hifa sejenis itu disebut soenositik.
4
2.4 Karakteristik Reproduksi Jamur
a. Spora
b. Pembentukan Tunas
5
Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk semacam sel
berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan ukuran
sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru.
Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan
fragmentasi dan spora aseksual. Fragmentasi adalah pemotongan bagian-
bagian hifa dan setiap potongan tersebut dapat tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi jamur secara fragmentasi diawali dengan terjadinya pemisahan
hifa dari sebuah miselium. Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan
sendirinya menjadi miselium baru.
6
2.5 Klasifikasi Jamur
2.5.1 Ascomycota
7
Reproduksi generatif (seksual) pada Ascomycota dilakukan dengan
membentuk askus, yang merupakan struktur unik dari jamur Ascomycota.
Proses reproduksi seksualnya adalah:
1. Ketika dua tipe hifa (haploid) yang berbeda jenis kelamin (+) dan (-)
berdekatan. Ujung hifa-hifa tersebut akan berkembang menjadi
gametangia. Gametangium (+) atau betina disebut askogonium, dan
gametangium (-) atau jantan disebut anteridium.
8
3. Tidak seperti tumbuhan dan hewan, plasmogami pada Ascomycota tidak
langsung diikuti dengan kariogami (peleburan inti), sehingga terbentuklah
fasedikariotik (n+n) pada hifa fertil (askogen). Fase dikariotik ini membuat
Ascomycota tergolong subkingdom Dikarya.
9
Lumut kerak (lichen) | Photo by Norbert Nagel, Mrfelden-Walldorf,
2.5.2 Zygomycota
11
Zygomycetes sebagian besar ada di habitat darat, tinggal di tanah
atau pada tumbuhan dan hewan yang membusuk. Beberapa diantaranya
merupakan parasit pada tumbuhan, serangga, dan hewan kecil, sementara
yang lain membentuk hubungan simbiosis dengan tumbuhan. Hifa Jamur
Zygomycota dapat tidak bersekat yang memiliki banyak inti (senositik),
atau membentuk septa hanya ketika gamet terbentuk atau untuk memberi
batas pada hifa yang mati. [2] Beberapa dari jamur ini adalah cendawan
yang biasa kita jumpai pada roti (Rhizopus stolonifer).
Ketika dua tipe hifa (haploid) yang berbeda jenis kelamin (+)
dan (-) berdekatan. Ujung hifa-hifa tersebut akan tumbuh dan bersentuhan,
lalu berkembang menjadi gametangia. Gametangia ini akan mulai bersatu,
sitoplasma akan menyatu (plasmogami) dan inti haploid akan melebur
12
menjadi inti diploid (kariogami), dan terbentuklah struktur dorman
zigosporangium. Di dalam zigosporangium inilah terdapat spora
seksual bernama zigospora yang memiliki satu atau lebih inti diploid.
2.5.3 Deuteromycota
13
diamati atau belum diketahui. Sebagian besar dari organisme ini sepertinya
berhubungan dengan Ascomycota, akan tetapi beberapa memiliki
kedekatan dengan filum yang lain.
14
a. Contoh dan Kegunaan Jamur Tidak Sempurna (Deuteromycota)
15
Penicillium | Photo by Dr. Sahay is licensed under CC-BY-SA-3.0
16
2.5.4 Jamur Gada (Basidiomycota)
17
Proses reproduksi seksualnya adalah:
Reproduksi seksual Basidiomycota | Photo by Tentorku (source: M. Piepenbring) is licensed under CC-BY-SA-3.0
18
(miselium) yang dikariotik ini akan tumbuh lebih cepat dari hifa
induknya yang monokariotik dan membentuk basidiokarp.
b. Contoh-Contoh Basidiomycota
19
BASIDIOMYCOTA YANG MERUGIKAN
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, R. (2015). Fungi. In I. Pariwara, Biologi (p. 75). Klaten: PT. Mancanan Jaya
Cemerlang.
22