Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama Penguji/Analisis/Materi : Survei dan Identifikasi Tikus


Mata Kuliah : Rodentologi Kesehatan
Semester : V (Lima)
PJMK/ Dosen Praktikum : Dr. Ir. Martini, M.Kes
Asisten Praktikum : Erni Widayanti

Oleh :
Nama : Adji Bayu Massaid NIM : 25010116130190

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Survei dan Identifikasi Tikus


2. Materi : a. Survei Tikus
b. Identifikasi Tikus
3. Penyusun : Nama : Adji Bayu Massaid
NIM : 250101116130190
4. Lokasi Kegiatan : Jalan Tanjung Sari III Kelurahan Sumurboto,
Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang dan
Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan
Masyarakat,Universitas Diponegoro

Semarang, 14 Oktober 2018


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Erni Widayanti Adji Bayu Massaid


25010115120118 25010116130190

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4
A. Identifikasi Tikus ..................................................................................... 4
B. Klasifikasi Tikus ...................................................................................... 4
C. Morfologi Tikus ....................................................................................... 5
D. Siklus Hidup tikus ................................................................................... 7
E. Perilaku Tikus ......................................................................................... 7
F. Pengendalian Vektor ............................................................................... 9
G. Survei Kepadatan Tikus .......................................................................... 11
BAB III METODE ................................................................................................. 12
A. Waktu ...................................................................................................... 12
B. Tempat ................................................................................................... 12
C. Alat .......................................................................................................... 12
D. Bahan...................................................................................................... 13
E. Langkah Kerja ......................................................................................... 14
BAB IV HASIL ...................................................................................................... 16
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................... 17
BAB VI PENUTUP ............................................................................................... 21
A. Kesimpulan ............................................................................................. 21
B. Saran ...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alat survei tikus .................................................................................... 12


Tabel 3.2 Alat identifikasi tikus ............................................................................ 12
Tabel 3.3 Bahan survei tikus ................................................................................ 13
Tabel 3.4 Bahan identifiasi tikus ........................................................................... 14
Tabel 4.1 Hasil identifikasi tikus yang tertangkap ................................................. 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Langkah kerja survei tikus ................................................................ 14


Gambar 3.1 Langkah kerja identifikasi tikus ........................................................ 15

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan Survei Tikus............................................................. 24


Lampiran 2. Alat dan Bahan Identifikasi Tikus ..................................................... 24
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan...................................................................... 25

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tikus dan mencit adalah hewan mengerat (rodensia) yang lebih dikenal
sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang, dan hewan
pengganggu yang menjijikkan di perumahan. Tikus merupakan hama
penting di Asia Tenggara yang dapat menyebabkan kehilangan ekonomi dan
dapat menularkan penyakit pada manusia.(1)
Tikus merupakan binatang cosmopolitan yang berarti dapat hidup di
semua tempatseperti di dataran tinggi, dataran rendah, sawah, hutan,
pantai, dan pemukiman. Tikus dengan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan, sehingga dapat bertahan hidup di lingkungan yang selalu
berubah.(2)
Aktivitas harian tikus berkaitan dengan kebutuhan untuk mencari pakan
dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor pendukung utama dalam
proses perkembangbiakkan tikus dengan cepat. Populasi tikus akan
meningkat bila jumlah makanan tersedia dan sebaliknya. Tikus merupakan
hewan poliesterus yang dapat melahirkan sepanjang tahun tanpa mengenal
musim. Jumlah keturunan yang dilahirkan 3 sampai 12 ekor per kelahiran.
Untuk Pakan yang cukup tikus mampu melahirkan 16-18 ekor.(3)
Pengendalian tikus penting dilakukan untuk mengurangi kepadatan
tikus. Pengendalian dapat dilakukan dengan memberikan intervensi
terhadap berbagai aspek, yaitu sumber infeksi (host reservoir maupun hos
karier). Salah satu metode pengendalian tikus yaitu menggunakan
perangkap, jenis perangkap yang dapat digunakan terdapat beberapa model
seperti perangkap hidup (live trap), perangkap mati (snap trap, break-back
trap), atau perangkap berperekat (sticky-board trap).(4)
Berdasarkan latar belakang di atas, praktikan memiliki tujuan
dilakukannya survei dan identifikasi tikus di wilayah Kelurahan Sumurboto,
Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui persebaran dan jenis tikus di pemukiman sekitar Jalan
Tanjung Sari III Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui habitat tikus.
b. Mengidentifikasi jenis tikus yang tertangkap.
c. Mengukur trap succes.

C. Manfaat
Manfaat yang didapat untuk mahasiswa:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam teknik survei
tikus.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam teknik
identifikasi tikus.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang keberadaan
tikus berdasarkan habitat dan bionomik tikus.
4. Bahan informasi kepada masyarakat terkait dengan potensi tikus dalam
menyebarkan penyakit

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi Tikus
Tikus dan mencit merupakan hewan pengerat (rodensia) yang lebih
dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang
ataupun property rumah dan hewan pengganggu yang menjijikkan di
lingkungan perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa
kelompok hewan ini dapat membawa, menyebarkan, dan menularkan
berbagai penyakit kepada manusia, ternak, dan hewan peliharaan. Rodensia
komensal yaitu rodensia yang hidup di dekat tempat hidup atau kegiatan
manusia dan perlu diperhatikan dalam penularan penyakit. (5)
Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agent
penyakit dari kelompok virus, rickettsia, bakteri, protozoa, dan cacing.
Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung dengan
ludah, urin, dan fesesnya atau melalui ektoparasit di tubuhnya. Selain
sebagai hama dan hewan pengganggu, tikus dikenal sebagai sumber
sekaligus penyebar penyakit zoonosis seperti pes, leptospirosis,
salmonellosis, radang otak, radang paru, diare darah, dan gastitris akibat
parasit.(6)
B. Klasifikasi Tikus
Tikus dan mencit termasuk familia Muridae dari kelompok mamalia
(hewan menyusui). Para ahli zoologi (ilmu hewan) sepakat untuk
menggolongkannya ke dalam ordo Rodensia (hewan yang mengerat), sub
ordo Myomorpha, family Muridae, dan sub famili Murinae. Untuk lebih
jelasnya klasifikasi tikus dapat digolongkan sebagai berikut:(7)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vetebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub Famili : Murinae

3
Genus : Bandicota, Rattus, Mus
Spesies : Rattus tanezumi, Rattus norvegicus,
Rattus exulans, Rattus tiomanicus,
Rattus argiventer, Rattus niniventer,
Bandicota indica, Mus musculus
C. Morfologi Tikus
Anggota Muridae sangat dominan di sebagian kawasan, wilayah
maupun dunia. Potensi reproduksi tikus dan mencit sangatlah tinggi
sehingga ciri khusus dari hewan ini sangat mudah dikenali. Morfologi tikus
secara umum dibagi menjadi dua yaitu morfologi kuantitatif atau berdasarkan
ukuran dan morfologi kualitatif atau berdasar ciri luar atau pandang tikus.
Morfologi secara umum dari tikus adalah gigi serinya yang terus tumbuh dan
beradaptasi dengan lingkungan sehingga membuat tikus selalu mengerat
untuk menkontontrol pertumbuhan giginya dengan mengerat benda-benda
keras.(8)
Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, gigi seri ini secara
cepat akan tumbuh memanjang sehingga merupakan alat potong yang
sangat efektif. Ciri tikus sangat mudah di kenali dengan melihat ukuran
badan, warna badan, tekstur rambut dan habitat spesies tikus tersebut.
Selain hal di atas, ciri umum dari tikus memiliki diastema, terdapat 3 buah
gigi geraham pada rahang atas dan rahang bawah, telinga tidak berambut,
ekor bersisik, jari kaki depan berjumlah 4 dan jari kaki belakang berjumlah 5.
Karakteristik lainnya adalah cara berjalannya dan perilaku hidupnya. Semua
rodensia komensal berjalan dengan telapak kakinya. Beberapa jenis
Rodensia secara umum di temukan adalah Rattus norvegicus, Rattus rattus
diardii, Mus musculus, dan Rattus tanzumi.
1. Rattus tanezumi
Rattus tanezumi sebagian besar ditemukan di dalam rumah,
karena spesies ini merupakan commensal rodent yang berarti tikus yang
mempunyai habitat di pemukiman, dan sudah beradaptasi dengan baik
melalui aktivitas kehidupan manusia. Morfologi kuantitatif panjang total
(PT) 220-460 mm, panjang ekor (T) 120-250 mm, panjang telapak kaki
belakang (HF) 30-37 mm, lebar daun telinga (E) 19-23 mm, dan berat
tubuh (W) 60-300 gram.

4
Morfologi kualitatif dari R. tanezumi, tekstur rambut agak kasar,
bentuk hidung kerucut, bentuk badan silindris, warna badan bagian
punggung coklat hitam kelabu, warna badan bagian perut cokelat hitam
kelabu, warna ekor bagian atas cokelat hitam, warna ekor bagian bawah
cokelat hitam, dan habitat spesies ini di rumah dan gudang.(9)
2. Rattus rattus diardii
Rattus rattus diardii merupakan nama ilmiah dari tikus rumah.
Secara umum tikus ini sering di jumpai di dalam rumah, ciri khusus dari
tikus ini adalah keahliannya dalam memanjat dan dapat berenang.
Morfologi kualitatif atau ciri umum dari segi fisiologis tikus ini bertelinga
lebar, bermata besar, bentuk hidung runcing, ekor lebih panjang dari
panjang kepala dan badan, bentuk tubuhnya kurus dan memanjang.
Habitat dari tikus ini bersarang di semak-semak, pohon kelapa, tanaman
hias di sekitar halaman rumah.(10)
3. Rattus norvegicus
Rattus norvegicus sebagian besar dijumpai di saluran air/riul/got di
daerah pemukiman kota dan pasar. Morfologi kuantitatif dari tikus riul ini
memiliki panjang total (PT) 310-460 mm, panjang ekor (T) 160-210 mm,
panjang telapak kaki belakang (HF) 40-47 mm, lebar daun telinga (E)
18-24 mm, dan berat tubuh (W) 140-500 gram.
Morfologi kualitatif dari R. tanezumi, tekstur rambut kasar dan agak
panjang, bentuk moncong tumpul, bentuk badan silindris dan membesar
ke belakang, warna badan bagian punggung coklat hitam kelabu, warna
badan bagian perut cokelat kelabu (pucat), warna ekor bagian atas
cokelat hitam, warna ekor bagian bawah cokelat kelabu (pucat), dan
bersarang di bawah tanah, dekat tempat kotor atau tempat sampah.(11)
4. Mus musculus
Mus musculus atau mencit secara umum tikus ini sering di jumpai
di dalam rumah, tikus ini memiliki morfologi hampir sama dengan tikus
rumah yang memiliki ciri khusus sama dengan tikus yaitu keahliannya
dalam memanjat dan dapat berenang. Morfologi kualitatif atau ciri umum
dari segi fisiologis tikus ini bertelinga lebar, bermata besar, bentuk
hidung runcing, ekor lebih panjang dari panjang kepala dan badan,
bentuk tubuhnya pendek dan kecil. Pembeda dengan tikus rumah,

5
mencit memiliki kepala dan kaki lebih kecil yang sering bersarang di
dekat sumber makanan di dalam ruangan atau di dalam rumah.(12)

D. Siklus Hidup Tikus


Tikus merupakan mamalia yang tergolong dalam hama yang sulit untuk
diberantas. Tikus merupakan hama yang sering menimbulkan kerugian bagi
kehidupan manusia di lingkungan industri maupun kesehatan. Permasalahan
utama dalam pemberantasan tikus adalah jumlah populasi tikus,
perkembang biakan tikus sangatlah cepat, sekitar umur 1,5 hingga 5 bulan
telah dapat berkembangbiak, setelah hamil selama 21 hari, setiap ekor dapat
menghasilkan 6-8 ekor anak, 21 hari kemudian berpisah dengan induknya
dan mencari pasangan baru lagi untuk berkembangbiak lagi, siklus seperti ini
disebut juga esterus atau keinginan tikus betina untuk di kawin setelah 48
jam melahirkan.(13)

Gambar 2.1 Siklus Berkembangbiak Tikus, (PT Harmoni Global Lestari)

E. Perilaku Tikus
1. Kemampuan Fisik
a. Menggali
R. norvegicus adalah binatang penggali lubang. Lubang digali
untuk tempat perlindungan dan sarangnya. Kemampuan menggali
dapat mencapai 2-3 meter tanpa kesulitan.

6
b. Memanjat
R. komensal adalah pemanjat yang ulung. Tikus atap atau tikus
rumah yang bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih
beradaptasi untuk memanjat dibandingkan dengan tikus riul/got.
Namun demikian kedua spesies tersebut dapat memanjat kayu dan
bangunan yang permukaannya kasar. Tikus riul/got dap memanjat
pipa baik di dalam maupun di luar.
c. Meloncat dan Melompat
R.norvegicus dewasa dapat meloncat 77 cm lebih (vertikal). Dari
keadaan berhenti tikus got dapat melompat sejauh 1,2 meter.
M.musculus meloncat arah vertikal setinggi 25 cm.
d. Menggrogoti
Secara umum sifat kebiasaan tikus secara umum adalah
menggerogoti bahan bangunan/kayu, lembaran almunium maupun
campuran pasir, kapur dan semen yang mutunya rendah.
e. Berenang dan Menyelam
R. norvegicus, R. rattus dan M. musculus adalah perenang yang
baik. Tikus yang dusebut pertama adalah perenang dan penyelam
yang ulung, perilaku yang semi akuatik, hidup disaluran air bawah
tanah, sungai dan areal lain yang basah.
2. Tanda Keberadaan Tikus
Infestasi rodensia di suatu tempat dapat diketahui secara awal
dengan mengamati adanya kotoran, jejak, bekas gigitan, dan bau yang
khas. Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan
mencegah bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah
sebagai berikut:
a. Dropping
Droping yaitu adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat
atau ruangan yang diperiksa. Tinja tikus mudah dikenali dari bentuk
dan warna yang khas tanpa disertai bau yang mencolok, tinja yang
masih baru lebih terang, mengkilap, serta lebih lembut. Semakin lama
tinja akan semakin keras.

7
b. Run ways
Run ways yaitu jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu
di suatu tempat. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang
sama, bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka jalan yang
dilaluinya lambat laun akan menjadi hitam atau sering disebut semir
tikus.
c. Grawing
Grawing adalah bekas gigitan yang dapat ditemukan. Tikus dalam
aktivitasnya akan melakukan gigitan untuk makan maupun membuat
jalan, misalnya lubang dinding.
d. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus
seperti dinding, lantai, perabotan, dan lain-lain.
e. Bau
Bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau urinnya. Tempat
ditemukannya tikus hidup yang berkeliaran di suatu tempat atau
tempat ditemukanya bangkai tikus baru atau lama juga dapat menjadi
pertanda keberadaan tikus.

F. Pengendalian Vektor
1. Pengendalian Kimia
Pengendalian secara kimiawi atau peracunan (poisioning) dilakukan
setelah pertimbangan bahwa pengendalian secara mekanis tidak
memberikan hasil yang optimal atau tidak memberikan hasil yang sesuai
atau memuaskan dan atau untuk aplikasi di luar bangunan.
Pengendalian secara kimiawi tidak digunakan pada lokasi yang terdapat
aktifitas pengolahan/produksi makanan / farmasi/ area sensitif lainnya.
Penempatan racun pada industri makanan hanya dilakukan di luar
ruangan yang tidak berhubungan dengan produksi dan dilakukan untuk
jangka waktu terbatas dan dibawah pengawasan yang ketat.
Pengendalian dengan cara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
umpan yang mengandung rodentisida (racun tikus). Alat yang digunakan:
a. Tamper resistant
b. Racun minum

8
c. Penanganan bangkai
d. Peralatan APD
2. Pengendalian Lingkungan
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi
faktor penarik tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi
tempat sarang tikus, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalisasi gangguan tikus:
a. Minimalisasi tempat bersarang/harborages antara lain : eliminasi
rumput/semak belukar
b. Meletakkan sampah dalam garbage/tempat sampah yang memiliki
konstruksi yang rapat, kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup
rapi dan terpelihara dengan baik.
c. Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi
ditempat yang kedap tikus.
d. Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari.
3. Pengendalian Biologis
Menyediakan atau memlihara hewan pemakan tikus (predator)
seperti kucing.
4. Pengendalian Fisik dan Mekanik
a. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah
yang memungkinkan tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang
pembuangan air, atau dari bawah saluran air, mengeliminasi sarang
atau tempat persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon
yang menjulur kebagunan, tidak membuat taman terlalu dekat
dengan struktur bangunan, contohnya dengan memasang plat besi
pada pohon. Pengendalian lainnya juga dapat dilakukan dengan
menggunakan perangkap, antara lain perangkap lem (sticky trap),
perangkap jepit (snap trap), perangkap massal (multiple live trap) dan
perangkap hidup (single live trap).
b. Treatment Tikus (Rodent Control)
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap
untuk jangka panjang menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia
terhadap trap. Penggunaan trap hanya untuk tempat-tempat yang

9
sangat khusus dengan populasi tikus yang rendah. Penempatan
Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan menarik tikus
dari dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak sensitive, seperti
area parkir/garden, setelah itu baru difokuskan untuk tikus yang
aktifitasnya dengan radius pendek yakni tikus nyingnying (mice/Mus
musculus), umpan ditempatkan di dalam.
G. Survei Kepadatan Tikus
Tikus merupakan binatang pengganggu yang merupakan vertebrata
utama sebagai reservoir beberapa penyakit. Program surveilans
memberikan gambaran tentang peningkatan risiko penularan penyakit
bersumber tikus ke manusia. Pendugaan kepadatan absolut tikus dapat
menggunakan teknik tangkap-tanda-tangkap (T3) kurang efisien untuk
dilaksanakan. Cara paling mudah untuk mengetahui kepadatan populasi
tikus di lingkungan rumah adalah dengan menduga kepadatan relatif sebagai
persentase keberhasilan penangkapan. Keberhasilan penangkapan tikus
dilihat dari hasil trap success yang dilakukan di dalam dan di luar rumah
yang dinyatakan dengan rumus:
1. Trap success di dalam rumah

∑𝑇𝑖𝑘𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ


𝑇𝑟𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 = 𝑥100%
∑𝑃𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑥 ∑ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

2. Trap success di luar rumah

∑𝑇𝑖𝑘𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ


𝑇𝑟𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 = 𝑥100%
∑𝑃𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑥 ∑ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

Hasil trap success tikus di suatu wilayah dikatakan memiliki kepadatan tinggi
apabila: (14)

1. Trap success di habitat rumah ≥ 7%.


2. Trap success di habitat luar rumah ≥ 2%.

10
BAB III
METODE

A. Waktu
Kegiatan survei tikus dilaksanakan mulai hari Sabtu tanggal 6 Oktober
2018 pukul 15.30 dengan pemasangan perangkap tikus, dan dilanjutkan
pada hari Minggu tanggal 7 Oktober 2018 pukul 06.00 WIB untuk
pengambilan perangkap tikus serta dilanjutkan mengidentifikasi tikus sampai
pukul 12.30 WIB.
B. Tempat
Tempat survei tikus dilaksanakan di Jalan Tanjung Sari III Sumurboto,
Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, dan dilanjutkan di Laboratorium
Terpadu Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Diponegoro untuk
identifikasi tikus.
C. Alat
1. Alat survei tikus
Tabel 3.1 Alat survei tikus
No Alat Fungsi
1 Trap tikus Untuk menangkap tikus
2 Karung Untuk membawa tikus setelah
dikeluarkan dari perangkap.
3 Pulpen Untuk menulis data survei
4 Formulir suvei Tempat untuk pencatatan data hasil
survei

2. Alat identifikasi tikus


Tabel 3.2 Alat identifikasi tikus
No Alat Fungsi
1 Baskom/ nampan Meletakkan tikus
2 Timbangan Untuk menimbang tikus
3 Trashbag Tempat membuang sampah
4 Formulir identifikasi Tempat untuk pencatatan data hasil
identifikasi

11
No Alat Fungsi
5 Jangka Sorong Untuk menngukur panjang kaki dan
telinga.
6 Penggaris Untuk mengukur panjang badan dan
ekor

D. Bahan
1. Bahan survei tikus
Tabel 3.3 Bahan survei tikus
No Bahan Fungsi
1 Masker Untuk menghindari paparan langsung
ektoparasit
2 Handscoon Untuk melindungi tangan dari kontak
langsung bahan kimia/ bakteri.
3 Bakso Umpan tikus
4 Ikan asin Umpan tikus
5 Mendoan Umpan tikus
6 Kelapa bakar Umpan tikus
7 Chlorofom Untuk membius tikus

2. Bahan praktikum survei larva nyamuk


Tabel 3.4 Alat praktikum survei larva nyamuk
No Bahan Fungsi
1 Masker Untuk menghindari paparan langsung
ektoparasit
2 Handscoon Untuk melindungi tangan dari kontak
langsung bahan kimia/ bakteri.
3 Kertas HVS putih Untuk mencatat hasil identifikasi tikus
4 Nurse cap Menghindari parasit yang berpindah dari
tikus ke kepala
5 Kapas Dasar untuk menuangkan chlorofom
6 Chlorofom Untuk membius tikus
7 Tikus Sebagai hewan uji

12
E. Langkah Kerja
1. Langkah kerja survei tikus

Mempersiapkan alat dan bahan untuk trapping tikus.

Mencuci trap tikus terlebih dahulu menggunakan air bekas cucian


beras.

1. Memasang umpan pada jebakan tikus berupa bakso,


ikan asin,
Memasang umpan padamendoan,
jebakan dan
tikuskelapa
berupabakar.
bakso, ikan asin,
2. Menempatkan
mendoan,perangkap
dan kelapapada tempat-tempat yang
bakar.
sering dilaluioleh tikus.
3. Menempatkan perangkap pada tempat-tempat yang
sering dilaluioleh tikus.
Menempatkan perangkap pada tempat-tempat yang sering dilalui
oleh tikus.

Mengambil tikus dari perangkap

1. Menyiapkan karung untuk memasukkan tikus dari


perangkap
Menyiapkan karung untuk memasukkan tikus dari perangkap
2. Membuka kait pengunci pada perangkap .
6.
3. Membuka
Menggiringkait pengunci
tikus pada perangkap
dari perangkap masuk ke. dalam
7. Menggiring
karung. tikus dari perangkap masuk ke dalam
Masukkan mulut trapping ke dalam mulut karung
4. karung.
Memegang ujung karung yang sudah ada tikus
10.
8. Menggiring
Memegang tikus dari perangkap masuk ketikus
dalam
dengan agakujung karung
renggang. yang sudah ada
karung. agak renggang.
5. dengan
Buka mulut Mngikat
trappingkarung
dengansupaya tikus
perlahan dantidak lepas
giring tikus sampai
11. Memegang
9. Mngikatmasuk ujung
karung karung yang sudah ada tikus
kesupaya tikus tidak lepas
dalam karung.
dengan agak renggang.
13.
12. Memegang ujung
Mngikat karung karungtikus
supaya yang sudah
tidak ada tikus
lepas
dengan agak renggang.
14. Mngikat karung supaya tikus tidak lepas

13
Buka mulut trapping dengan perlahan dan giring tikus sampai
masuk ke dalam karung.

15. Gambar 3.1 ujung


Memegang Langkah kerjayang
karung survei tikusada tikus
sudah

2. dengan agak
Langkah kerja identifikasi tikusrenggang.
16. Mngikat karung supaya tikus tidak lepas
Matikan tikus dengan memasukkan kapas yang sudah diberi
chlorofom ke dalam karung yang berisi tikus hasil traping (5-10
menit)

Timbang berat tikus dengan timbangan massa

Ukur panjang tubuh dan panjang ekor tikus dengan penggaris

Ukur panjang gigi, telapak kaki belakang, dan lebar tikus dengan
jangka sorong

Perhatikan jenis kelamin dan hitung kelenjar mamae pada tikus

Identifikasi tikus dengan kunci identifikasi tikus menggunakan data


kuantitaif sebelumnya

Gambar 3.2 Langkah kerja identifikasi tikus

14
BAB IV
HASIL

A. Survei Tikus
Trapping atau penjebakan tikus yang dilakukan di Jalan Tanjung Sari III
Kelurahan Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, pada
tanggal 6 – 7 Oktober 2018 menggunakan perangkap jenis single live trap.
Perangkap dipasang di dalam dan di luar rumah warga sebanyak 25 rumah
dengan jumlah total 50 perangkap. Umpan yang di gunakan adalah bakso,
ikan asin, mendoan, dan kelapa bakar. Pemasangan perangkap pada
tanggal 6 Oktober 2018 jam 15.30 WIB di rumah warga secara random, dan
pengambilan perangkap dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2018 jam 06.00
WIB.
Dari 50 perangkap yang dipasang selama 1 hari, didapatkan 7 tikus.
Tikus yang didapatkan terdiri dari 5 spesies yaitu Rattus exulans, Suncus
murinus, Rattus norvegicus, Mus musculus, dan Rattus tanezumi. Sehingga
keberhasilan penangkapan tikus dapat dihitung sebagai berikut:
1. Trap success di dalam rumah
∑𝑇𝑖𝑘𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ
𝑇𝑟𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 = 𝑥100%
∑𝑃𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑥 ∑ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

3
= 50 𝑥 1 x 100%

= 6%

2. Trap success di luar rumah


∑𝑇𝑖𝑘𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ
𝑇𝑟𝑎𝑝 𝑠𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 = 𝑥100%
∑𝑃𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑥 ∑ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

1
= 50 𝑥 1 x 100%

= 2%

Trap success total yang dilakukan di Jalan Tanjung Sari III Kelurahan
Sumurboto adalah 8% didapati dari 2% + 6% = 8%.

15
B. Identifikasi Tikus
Berdasarkan hasil identifikasi dari 4 ekor tikus dan 3 ekor cecurut, dapat
diketahui jenis spesies tikus dan cecurut yang tertangkap. Pembagian
identifikasi perkelompok mendapatkan 2 tikus untuk diidentifikasi, dibagi
menjadi 4 kelompok, namun kelompok 1 hanya mengidentifikasi 1 tikus.
Hasil yang didapatkan berdasarkan identifikasi terdiri 5 spesies yaitu Rattus
exulans, Suncus murinus, Rattus norvegicus, Mus musculus, dan Rattus
tanezumi. Hasil identifikasi kuantitatif 4 ekor tikus dan 3 ekor cecurut
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Identifikasi tikus yang tertangkap

D/L Pengukuran
No Ekto
Spesies dan W HB T TL E HF I
. MF parasit
Umpan (gr) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 Rattus D5 85 140 145 285 19 27 2 Jantan Caplak


exulans

2 Suncus D3 60 120 65 185 10 20 6 Betina -


murinus

3 Rattus D5 260 220 190 410 17,5 42 11 Betina Pinjal


norvegicus

4 Suncus D5 25 130 7,7 207,7 12 22 8 Jantan -


murinus

5 Suncus D2 20 130 65 195 11 62 11 Jantan -


murinus

6 Mus D3 30 102 142 243 55 12 1 Betina -


musculus

7 Rattus L3 30 155 150 305 20 32 3 Jantan -


tanezumi

Keterangan :
TL (Total Length) : panjang keseluruhan
T (Tail) : panjang ekor
HF (Hind Foot) : panjang telapak kaki belakang
E (Ear) : panjang telinga
M (Mamae) : jumlah putting susu
W (Weight) : berat badan tikus

16
BAB V
PEMBAHASAN

A. Survei Tikus
Survei dan penangkapan tikus dilakukan dalam 1 hari, dimulai dari hari
sabtu tanggal 6 Oktober 2018 pukul 15.30 WIB sampai dengan hari minggu
tanggal 7 Oktober 2018 pukul 06.00 WIB menggunakan 50 perangkap hidup
(single live trap) yang membuahkan hasil 4 ekor tikus dan 3 ekor cecurut
dengan total 7 ekor yang terdiri 5 jenis yang berbeda. Berdasarkan hasil
praktikum, umpan dalam perangkap yang paling banyak termakan adalah
kelapa bakar dan bakso. Tikus adalah rodensia yang memiliki penciuman
yang cukup kuat, sehingga dengan aroma umpan yang kuat seperti kelapa
bakar dan bakso dapat menarik perhatian dari tikus, hal tersebut sebanding
dengan hasil penelitian yang menyatakan “dengan umpan yang memiliki
aroma kuat, hal tersebut membuat daya tarik pakan pada tikus meningkat
sehingga pemasangan perangkap bisa lebih efektif”(Ade Nendi, 2017).(15)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan trap success di Jalan
Tanjung Sari III Sumurboto Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang
sebasar 8%. Trap success digunakan sebagai estimasi kepadatan relatif di
suatu daerah. Keberhasilan penangkapan tikus di Jalan Tanjung Sari III
Sumurboto > 7%, berarti kepadatan tikus di lokasi tersebut termasuk tinggi.
Tingginya trap success di Jalan Tanjung Sari III Sumurboto berkaitan
dengan kondisi lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya. Struktur
bangunan tempat tinggal penduduk yang tidak rapat tikus, adanya vegetasi
atau rumput-rumut di areal kebun yang tidak terawat, sanitasi yang kurang
terawat, adanya got atau serta sungai yang menjadi tempat pembuangan
sampah menjadi faktor yang mendukung kehidupan tikus untuk bersarang
dan berkembang biak.(16)
Pemasangan single live trap dilakukan di dalam rumah. Keberhasilan
penangkapan di habitat rumah biasanya lebih tinggi daripada di habitat luar
rumah seperti kebun, sawah, atau rawa-rawa yang trap success-nya
masing-masing bernilai 6% dan 2%. Selain itu, tingkat keberhasilan
penangkapan tikus dapat menggambarkan keefektifan umpan dan teknik
pemasangan perangkap tikus. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti

17
aktifitas tikus, jenis umpan, peletakan perangkap, waktu pemasangan
perangkap, dan jera umpan.(17)

B. Identifikasi Tikus
Spesies tikus yang ditemukan di Jalan Tanjung Sari III Sumurboto
Kecamatan Banyumanik terdiri dari 5 spesies yaitu Rattus exulans, Suncus
murinus, Rattus norvegicus, Mus musculus, dan Rattus tanezumi. Untuk
menentukkan jenis tikus dalam identifikasi dapat dengan metode kuantitatif
(mengukur beberapa bagian tubuh pada tikus) yang meliputi TL (Total
Length) panjang keseluruhan, T (Tail) panjang ekor, HF (Hind Foot)
panjang telapak kaki belakang, E (Ear) panjang telinga, M (Mamae) jumlah
putting susu, W (Weight) berat badan tikus, dan metode kualitatif (melihat
ciri tubuh dari tikus) yang meliputi warna rambut, tekstur rambut, bentuk
mata, bentuk moncong, warna ekor, bentuk kaki, ukuran tubuh dan
habitatnya.
Proses identifikasi sangat penting dilakukan untuk Identifikasi tikus
diawali dengan taksonomi yaitu ilmu yang menyangkut teori klasifikasi
meliputi dasar, prinsip dan prosedur/aturannya serta analisis variasinya.
Secara lebih sederhana lagi, taksonomi dapat dianggap sebagai ilmu
tentang penamaan suatu organisme.(18)
1. Rattus tanezumi
Rattus tanezumi sebagian besar ditemukan di dalam rumah, karena
spesies ini merupakan commensal rodent yang berarti tikus yang
mempunyai habitat di pemukiman, dan sudah beradaptasi dengan baik
melalui aktivitas kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penelitian, hasil
sudah sesuai dengan penelitian yang menyatakan morfologi kuantitatif
panjang total (PT) 220-460 mm, panjang ekor (T) 120-250 mm, panjang
telapak kaki belakang (HF) 30-37 mm, lebar daun telinga (E) 19-23 mm,
dan berat tubuh (W) 60-300 gram.
Morfologi kualitatif dari R. tanezumi, tekstur rambut agak kasar,
bentuk hidung kerucut, bentuk badan silindris, warna badan bagian
punggung coklat hitam kelabu, warna badan bagian perut cokelat hitam
kelabu, warna ekor bagian atas cokelat hitam, warna ekor bagian bawah
cokelat hitam, dan habitat spesies ini di rumah dan gudang.(9)

18
2. Rattus norvegicus
Rattus norvegicus sebagian besar dijumpai di saluran air/riul/got di
daerah pemukiman kota dan pasar. Berdasarkan hasil penelitian, hasil
sudah sesuai dengan penelitian yang menyatakan morfologi kuantitatif
dari tikus riul ini memiliki panjang total (PT) 310-460 mm, panjang ekor
(T) 160-210 mm, panjang telapak kaki belakang (HF) 40-47 mm, lebar
daun telinga (E) 18-24 mm, dan berat tubuh (W) 140-500 gram.
Morfologi kualitatif dari R. tanezumi, tekstur rambut kasar dan agak
panjang, bentuk moncong tumpul, bentuk badan silindris dan membesar
ke belakang, warna badan bagian punggung coklat hitam kelabu, warna
badan bagian perut cokelat kelabu (pucat), warna ekor bagian atas
cokelat hitam, warna ekor bagian bawah cokelat kelabu (pucat), dan
bersarang di bawah tanah, dekat tempat kotor atau tempat sampah.(11)
3. Mus musculus
Mus musculus atau mencit secara umum tikus ini sering di jumpai di
dalam rumah dan di pepohonan, tikus ini memiliki morfologi hampir
sama dengan tikus rumah yang memiliki ciri khusus sama dengan tikus
yaitu keahliannya dalam memanjat dan dapat berenang. Morfologi
kualitatif atau ciri umum dari segi fisiologis tikus ini bertelinga lebar,
bermata besar, bentuk hidung runcing, ekor lebih panjang dari panjang
kepala dan badan, bentuk tubuhnya pendek dan kecil. Pembeda dengan
tikus rumah, mencit memiliki kepala dan kaki lebih kecil yang sering
bersarang di dekat sumber makanan di dalam ruangan atau di dalam
rumah.(12)
4. Suncus murinus
Spesies dari cecurut rumah (house shrew) adalah Suncus murinus,
Famili Soricidae dengan penyebaran geografis yang cukup luas
mencakup Benua Eropa, Afrika, Asia, sampai Amerika Utara. Habitat
cecurut adalah sekitar rumah sehingga hewan ini sudah mampu
beradaptasi dengan pakan selain serangga, yaitu sisa makanan
manusia sebagai hewan omnivora (pemakan segalanya). Beberapa
perbedaan antara cecurut dengan tikus adalah bentuk moncong, jumlah
dan susunan gigi, ukuran ekor, kecepatan berjalan, kotoran (feses), dan
bau yang ditimbulkannya. Cecurut mempunyai bentuk moncong yang

19
sangat runcing, ekor yang sangat pendek, berjalan relatif lambat,
kotoran basah, dan mengeluarkan bau saat melintas yang berasal dari
kelenjar dekat lubang anusnya (kelenjar anal). Ekor cecurut yang sangat
pendek mencirikan bahwa cecurut adalah hewan yang tidak pandai
memanjat, meskipun juga tidak pandai menggali tanah. Kotoran yang
basah menandakan bahwa pakan utama dari kepadatan tikus dan
cecurut adalah serangga (protein hewani).
Hasil identifikasi spesies S. murinus yang diambil dari morfologi
kuantitatif tertinggi dan terendah adalah panjang total (PT) 180-205
mm, panjang ekor (T) 64-78 mm, panjang telapak kaki belakang (HF)
17-21 mm, lebar daun telinga (E) 4-14 mm, dan berat tubuh (W) 30-60
gram.(19)

20
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari survei dan identifikasi tikus yang telah dilakukan di Jalan Tanjung
Sari III Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa:
1. Habitat tikus di setiap spesies berbeda Rattus exulans habitatnya
hutan hujan, padang rumput, dan perkebunan kelapa, Suncus
murinus habitatnya sekitar rumah, Rattus norvegicus habitatnya
saluran air/riul/got, sekitar tempat sampah ataupun tempat yang
kotor, Mus musculus habitatnya di pepohonan dan di dalam rumah,
dan Rattus tanezumi habitatnya di dalam rumah.
2. Dari 50 perangkap yang dipasang selama 1 hari, didapatkan 7 tikus.
Tikus yang didapatkan terdiri dari 5 spesies yaitu Rattus exulans,
Suncus murinus, Rattus norvegicus, Mus musculus, dan Rattus
tanezumi.
3. Keberhasilan penangkapan tikus (trap success) sebesar 8%

B. Saran
Data yang didapatkan dalam kegiatan survei ini diharapkan dapat
disebarluaskan kepada masyarakat atau pihak yang berkepentingan agar
menjadi informasi yang dapat memberikan suatu perubahan dalam upaya
pengendalian tikus yang tepat.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Hendri Anggi W, Setiana S. Identifikasi tikus dan cecurut di kleurahan


argasoka dan kutabanjarnegara. BALABA. 2014; 10 (1): 27-30.
2. Tri Isnaini. Perilaku masyarakat pada pengendalian tikus di daerah
beresiko penularan leptospirosis di kabupaten kulon progo. Jurnal Ekologi
Kesehatan. 2016; 15 (2): 107-114.
3. Lydia Maria I. Pengendalian tikus sawah menggunakan pengujian tiga
jenis repelen. Jurnal Agrilan. 2014; 2 (1).
4. Jumiati Irawati, dkk. Efektivitas pemasangan berbagai model perangkap
tikus terhadap keberhasilan penangkapan tikus di kelurahan bangetayu.
UJPH. 2014; 3 :67-75.
5. Komariah, Pratia S, Malaka T. Pengendalian Vektor. Jurnal Kesehatan
Bina Husada. 2010; 6 (1): 34-43
6. Suyanto A. Rodent di Jawa. Bogor: LIPI; 2006
7. Zahra Katrina A, Siska Diana S, Fadhilah Habib H, dkk. Pengendalian
Vektor Tikus. Universitas Andalas: Padang; 2015
8. Priyambodo S. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar
Swadaya; 2009
9. Lydia M Ivakdalam. Populasi dan Habitat Tikus Rumah (Rattus rattus
diardii). Universitas Kristen Indonesia Maluku. Jurnal Agroforestri. 2016;
11 (1)
10. Dian Indra Dewi. Tikus Riul (Rattus novegicus Berkenhout, 1769).
BALABA. 2010; 6 (2): 22-23
11. Sopian. Bioekologi Tikus Hama dan Pengendaliannya. Undip: Materi
Rodentologi; 2018
12. Admin. Siklus Hidup Tikus. PT Harmoni Global Lestari; 2018. Diakses
pada 14 Oktober 2018 dari http://harmonigl.com/siklus-hidup-tikus/
13. Tika Noorlita Dewi. Gambaran Kepadatan Tikus Di Kelurahan Randusari
Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Skripsi: Unnes; 2015
14. Dian Indra Dewi. Tikus Riul (Rattus novegicus Berkenhout, 1769).
BALABA. 2010; 6 (2): 22-23
15. Ade Nendi M. Keberhasilan pemerangkapan tikus dengan tiga jenis
umpan pada habitat luar rumah di dramaga, bogor. IPB; 2017.

22
16. Melani S. Analisis Spasiotemporal Kasus Leptospirosis di Kota Semarang
Tahun 2009.UNDIP; 2010.
17. Jumiati Irawati, dkk. Efektivitas pemasangan berbagai model perangkap
tikus terhadap keberhasilan penangkapan tikus di kelurahan bangetayu.
UJPH. 2014; 3 :67-75.
18. Ismanto H, Marbawati D. Identifkasi tikus (Hasik Pelatihan di
Laboratorium Mamalia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta).
BALABA.2011;7(2):46-8.
19. Swastiko P. Jenis-jenis hama tikus. Diakses pada 14 Oktober 2018 dari
http://swastiko.staff.ipb.ac.id/2010/05/25/jenis_jenis-tikus-ham.

23
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alat dan Bahan Survei Tikus

Gambar 1.Trap tikus Gambar 2. Karung

Gambar 3. Masker Gambar 4. handscoon

Lampiran 2 : Alat dan Bahan Identifikasi Tikus

Gambar 1. Timbangan Gambar 2. Jangka sorong

24
Gambar 3. Nampan/ baskom Gambar 4. Masker

Gambar 5. Handscoon Gambar 6. Nurse cap

Lampiran 3 : Dokumentasi kegiatan

Gambar 1. Pengukuran telapak Gambar 2. Pengukuran panjang


kaki belakang ekor

Gambar 3. Pengukuran gigi seri

25

Anda mungkin juga menyukai