PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tauhid
Tauhid menurut bahasa adalah meng-ESA kan.Sedangkan menurut
istilah adalah meyakini ke-ESA an Allah. Adapun yang disebut ilmu
tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang akidah atau kepercayaan
kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar agar manusia
dapat meng-ESA kan Allah .
2.2 Macam-macam Tauhid
1. Tauhid Rububiyah.
2. Tauhid Uluhiyah.
2
3. Tauhid Asma’Wa Sifat
Tauhid Asma Wa’Sifat yaitu beriman kepada nama-nama allah dan sifat-sifat-nya
sebagaimana yang diterangkan dalam al-quran dan sunah Rasul-Nya
َظ ْلم أُو َٰلَئِكَ لَ ُه ُم ْاْل َ ْمنُ َوهُم ُّم ْهتَدُون ُ ِذِينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلب
ُ ِسوا إِي َما َن ُهم ب
Di antara permohonan kita yang paling banyak adalah memohon agar ditunjuki
jalan yang lurus:
3
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka.” [Al-Faatihah: 6-7]
Yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
ۚ َصا ِل ِحين
َّ اء َوال ُّ الص ِدِّيقِينَ َوال
ِ َش َهد َّ سو َل فَأُو َٰلَئِكَ َم َع الَّذِينَ أ َ ْن َع َم
ِّ ِ َّللاُ َعلَ ْي ِهم ِ ِّمنَ النَّ ِب ِيِّينَ َو ُ الر َّ َِو َمن ي ُِطع
َّ َّللاَ َو
َو َحسُنَ أُو َٰ َلئِكَ َر ِفي ًقا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), maka mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu)
para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baik-nya.” [An-Nisaa’: 69]
Kita juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar terhindar dari jalan
orang-orang yang dimurkai Allah dan jalan orang-orang yang sesat, yaitu jalannya
kaum Yahudi dan Nasrani.
3. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dihilangkan kesulitan
dan kesedihannya di dunia dan akhirat.
Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah kalau dia tidak bertauhid.
Orang yang bertauhid dan bertakwa akan diberikan jalan keluar dari berbagai
masalah hidupnya.[3]
4
4. Orang yang mentauhidkan Allah, maka Allah akan menjadikan dalam hatinya
rasa cinta kepada iman dan Allah akan menghiasi hatinya dengannya serta Dia
menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan
kedurhakaan.
“…Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman
itu) indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan
dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”
[Al-Hujurat: 7]
َ َم ْن َماتَ َوه َُو َي ْعلَ ُم أَنَّهُ َلَ ِإلَهَ ِإَلَّ للاُ دَ َخ َل ْال َجنَّة.
“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” [4]
5
7. Orang yang bertauhid akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [Muhammad: 7]
ف الَّ ِذينَ ِمن قَ ْب ِل ِه ْم َولَيُ َم ِ ِّكن ََّن ِ ت لَ َي ْست َْخ ِلفَنَّ ُه ْم فِي ْاْل َ ْر
َ َض َك َما ا ْست َْخل َّ َّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِمن ُك ْم َو َع ِملُوا ال
ِ صا ِل َحا َّ ََو َعد
َض َٰى لَ ُه ْم َولَيُ َب ِدِّلَنَّ ُهم ِ ِّمن َب ْع ِد خ َْو ِف ِه ْم أ َ ْمنًا ۚ َي ْعبُد ُو َن ِني ََل يُ ْش ِر ُكونَ ِبي َش ْيئًا ۚ َو َمن َكفَ َر َب ْعد ْ لَ ُه ْم دِينَ ُه ُم الَّذِي
َ َ ارت
ََٰذَلِكَ فَأُو َٰلَئِكَ ُه ُم ْالفَا ِسقُون
“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu
apapun. Tetapi barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik.” [An-Nuur: 55]
8. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diberi kehidupan
yang baik di dunia dan akhirat.
س ِن َما َكانُوا َ ً صا ِل ًحا ِ ِّمن ذَكَر أ َ ْو أُنث َ َٰى َوه َُو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُحْ يِ َينَّهُ َحيَاة
َ ْطيِِّبَةً ۖ َولَنَجْ ِز َينَّ ُه ْم أَجْ َرهُم بِأَح َ َم ْن َع ِم َل
َيَ ْع َملُون
6
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]
أ َ ْخ ِر ُج ْوا َم ْن َكانَ فِي قَ ْلبِ ِه ِمثْقَا ُل َحبَّة ِم ْن خ َْردَل: ث ُ َّم يَقُ ْو ُل للاُ تَعَالَى،ار ِ َّ َوأ َ ْه ُل الن،َيَدْ ُخ ُل أ َ ْه ُل ْال َجنَّ ِة ْال َجنَّة
َ َّار الن
ُ فَ َي ْنبُت ُ ْونَ َك َما ت َ ْنبُت- ٌ شَكَّ َما ِلك،ِأ َ ِو ْال َحيَاة- اء
ِ َ فَي ُْخ َر ُج ْونَ ِم ْن َها قَد ِاس َْودُّوا فَي ُْلقَ ْونَ فِي نَ ْه ِر ْال َحي،ِم ْن إِ ْي َمان
ص ْف َرا َء ُم ْلت َ ِويَةً؟
َ أَلَ ْم ت ََر أَنَّ َها ت َْخ ُر ُج،س ْي ِل ِ ِْال َحبَّةُ فِي َجان
َّ ب ال
10. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, maka amal
yang sedikit itu akan menjadi banyak.
ُ ُيز ْالغَف
ور ُ سنُ َع َم ًًل ۚ َوه َُو ْال َع ِز
َ ْالَّذِي َخلَقَ ْال َم ْوتَ َو ْال َحيَاة َ ِليَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَح
“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
[Al-Mulk: 2]
Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah Azza wa Jalla menyebutkan dengan “amal
yang baik”, tidak dengan “amal yang banyak”. Amal dikatakan baik atau shalih
7
bila memenuhi 2 syarat, yaitu: (1) Ikhlas, dan (2) Ittiba’ (mengikuti contoh) Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits
bahwa kalimat ُ َلَ إِلَهَ إَِلَّ للاpada hari Kiamat lebih berat dibandingkan langit dan
bumi dengan sebab ikhlas.
11. Mendapat rasa aman. Orang yang tidak bertauhid, selalu was-was, dalam
ketakutan, tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau punya anak lebih dari
dua, takut tentang masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.
12. Tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal kita. Sempurna
dan tidaknya amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang yang beramal tapi
tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, niscaya amalnya akan
menjadi bumerang baginya, bukan mendatangkan kebahagiaan baik itu berupa
shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya. Syirik (besar) akan menghapus
seluruh amal.
13. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diringankan dari
perbuatan yang tidak ia sukai dan dari penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu,
jika seorang hamba menyempurnakan tauhid dan keimanannya, niscaya
kesusahan dan kesulitan dihadapinya dengan lapang dada, sabar, jiwa tenang,
pasrah dan ridha kepada takdir-Nya.
Para ulama banyak menjelaskan bahwasanya orang sakit dan mendapati musibah
itu harus meyakini bahwa:
a. Penyakit yang diderita itu adalah suatu ketetapan dari Allah Azza wa Jalla. Dan
penyakit adalah sebagai cobaan dari Allah.
b. Hal itu disebabkan oleh perbuatan dosa dan maksiyat yang ia kerjakan.
8
14. Tauhid akan memerdekakan seorang hamba dari penghambaan kepada
makhluk-Nya, agar menghamba hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja yang
menciptakan semua makhluk.
15. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dimudahkan untuk
melaksanakan amal-amal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran, serta dapat
menghibur seseorang dari musibah yang dialaminya.
“Ya Allah…, dan aku minta kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap ketetapan
(qadha) yang telah Engkau tetapkan bagiku merupakan suatu kebaikan.”[7]
Salah satu rukun iman adalah iman kepada qadha’ dan qadar, yang baik dan yang
buruk. Dengan mengimani hal ini niscaya setiap apa yang terjadi pada diri kita
akan ringan dan mendapat ganjaran dari Allah apabila kita sabar dan ridha.
16. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas dan benar akan dilapangkan
dadanya.
17. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas, jujur dan tawakkal kepada
Allah dengan sempurna, maka akan masuk Surga tanpa hisab dan adzab.
9
2.4 Faedah Tauhid
1. Memerdekakan Manusia Dari Perbudakan Serta Tunduk Kepada Selain
Allah, Baik Benda-Benda Atau Makhluk Lainnya.
Semua makhluk adalah ciptaan Allah. Mereka tidak kuasa untuk menciptakan,
bahkan keberadaan mereka karena diciptakan. Mereka tidak bisa memberi
manfaat atau bahaya kepada dirinya sendiri. Tidak mampu mematikan,
menghidupkan atau membangkitkan.
10
membuatNya ridha, sehingga hatinya tenteram. Adapun orang musyrik, ia
menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkannya ke kanan,
sedang tuhan lainnya menginginkannya ke kiri. Ia terombang-ambing di antara
tuhan-tuhan itu, tidak memiliki prinsip dan keteapan.
Sebab tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan.
Tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah
kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin,
kematian dan lainnya menjadi sirna. Seorang mukmin yang mengesakan Allah
hanya takut kepada satu, yaitu Allah. Karena itu, ia merasa aman ketika manusia
ketakutan, serta merasa tenang ketika mereka kalut.
Keamaan ini bersumber dari dalam jiwa, bukan oleh penjaga-penjaga polisi atau
pihak keamanan lainnya. Dan keamanan yang dimaksud adalah keamanan dunia.
Adapun keamanan akhirat maka lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan.
Yang demikian itu mereka peroleh, sebab mereka mengesakan Allah,
mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dan tidak mencampuradukkan tauhid
mereka dengan syirik, karena mereka mengetahui, syirik adalah kazhaliman yang
besar.
11
5. Tauhid Dasar Persaudaraan Dan Persamaan
12
Berikut ciri-ciri golongan selamat :
َ ي ْال َح ْو
ض َولَ ْن يَتَفَ هرقَا َحتهى يَ ِردَا َعلَ ه، س هنتِي َاب ه
ُ َّللاِ َو َ ِكت:َضلُّوا بَ ْعدَ ُه َما
ِ ش ْيئَي ِْن لَ ْن ت
َ ت ََر ْكتُ فِي ُك ْم
“Aku tinggalkan padamu dua perkara, kalian tidak akan tersesat apabila
(berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan
bercerai-berai sehingga keduanya menghantarkanku ke telaga (Surga).” (HR. al-
Hakim dishahihkan al-Albani dalam kitab Shahihul Jami).
>> Senantiasa Merujuk Kepada Firman Allah Dan Sabda Rasul-Nya Terutama
Tatkala Terjadi Perselisihan Dan Pertentangan Di Antara Mereka.
13
>> Tidak Mendahulukan Perkataan Seseorang Atas Firman Allah Dan Sabda
Rasul-Nya.
Oleh karena itu mereka menjadi orang asing di tengah kaumnya, sebagaimana
disabdakan oleh Nabi,
“Sesungguhnya Islam pada permulaannya asing dan akan kembali menjadi asing
seperti pada permulaannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR.
Muslim).
>> Tidak Fanatik Kepada Manusia Kecuali Kepada Firman Allah Dan Sabda
Rasulullah Yang Ma’shum (Terjaga Dari Dosa), Yang Berbicara Tidak
Berdasarkan Hawa Nafsu. Adapun Manusia Selainnya, Betapapun Tinggi
Derajatnya, Terkadang Ia Melakukan Kesalahan, Sebagaimana Sabda Nabi,
14
“Setiap manusia (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang
melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (HR. Ahmad).
ِ ى أَ ْم ُر ه ْ َ طائِفَةٌ ِم ْن أ ُ همتِى
ِ ِّ ظاه ِِرينَ َعلَى ْال َح
َّللا َ ِق الَ َيض ُُّر ُه ْم َم ْن َخذَلَ ُه ْم َحتهى َيأت َ الَ ت َزَ ا ُل
>> Menghormati Para Imam Mujtahidin, Tidak Fanatik Terhadap Salah Seorang
Di Antara Mereka. Golongan Yang Selamat Mengambil Fikih (Pemahaman
Hukum-Hukum Islam) Dari Al-Qur’an, Hadits-Hadits Yang Shahih Dan
Pendapat-Pendapat Imam Mujtahidin Yang Sejalan Dengan Hadits Shahih.
Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya
mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan
dengannya.
>> Golongan Yang Selamat Mengajak Seluruh Umat Islam Agar Berpegang
Teguh Kepada Sunnah Rasulullah Dan Para Sahabatnya.
15
Rasulullah bersabda,
“Keuntungan besar bagi orang-orang yang asing,” lalu ada yang bertanya,
‘Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?’ Rasulullah bersabda, “Yaitu
orang-orang shalih di lingkungan orang banyak yang berperangai buruk, orang
yang mendurhakainya lebih banyak daripada orang yang menaatinya.” (HR.
Ahmad).
Allah pun memuji mereka dengan firman-Nya, artinya, “Dan sedikit sekali dari
hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
>> Mereka Banyak Dimusuhi Oleh Manusia, Difitnah Dan Dilecehkan Dengan
Gelar Dan Sebutan Yang Buruk.
Keadaan mereka seperti keadaan para nabi yang dijelaskan dalam firman
Allah, artinya, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh,
yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka
membisikan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah
untuk menipu (manusia).” (Qs. al-An’am: 112).
16