MIKROBIOLOGI FARMASI
Analisis Kontaminasi Clostridium botulinum pada Sampel
Makanan Kaleng
C-4
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Dasar Teori........................................................................................................1
BAB II METODE KERJA .......................................................................................6
2.1 Alat dan Bahan ..................................................................................................6
2.1 Alat dan Bahan ..................................................................................................6
2.2 Skema Kerja .....................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN .........................................................................................10
3.1 Pembahasan.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Pangan kalengan merupakan pangan yang dipanaskan untuk mematikan
mikroorganisme, tetapi efek perlakuan panas terhadap mikroorganisme tergantung
pada pH pangan. Pangan yang mempunyai pH 4,6 dan dipanaskan dapat mematikan
spora bakteri patogen. Namun spora beberapa bakteri yang mempunyai daya tahan
panas lebih tinggi dari Clostridium botulinum dapat bertahan hidup jika pemanasan
tidak tepat. Pangan kalengan disebut steril secara komersial karena bebas dari
organisme hidup. Spora yang bertahan hidup pada perlakuan panas tinggi dapat
bergerminasi pada suhu 43oC atau lebih tinggi. Walau pun pH rendah dapat
menghambat germinasi spora dan pertumbuhan C.botulinum, spora bakteri asidurik
termofilik dapat bergerminasi dan tumbuh ketika produk disimpan pada suhu yang
hangat.
Produksi hidrogen, CO2, pencoklatan enzimatis, korosi kaleng karena reaksi
kimia, serta liquifikasi, gelasi, dan perubahan warna, karena reaksi enzimatis
merupakan beberapa contoh kerusakan non mikroba pada pangan kalengan.
Terdapat 3 kerusakan pangan kalengan oleh mikroba yaitu:
1. Pendinginan yang tidak cukup baik setelah pemanasan atau penyimpana suhu
tinggi menyebabkan germinasi dan pertumbuhan spora bakteri termofilik.
2. Pemanasan tidak cukup baik sehingga mikroorganisme mesofilik, baik dalam
bentuk vegetatif maupun spora dapat bertahan hidup dan tumbuh.
3. Kebocoran kaleng pengemas yang menyebabkan mikroba kontaminan masuk
kedalam pangan setelah pemanasan dan melakukan pertumbuhan.
Bakteri termofilik pembentuk spora dapat menyebabkan 3 jenis kerusakan
pangan kalengan yang mempunyai pH tinggi, seperti jagung dan kacang yang
dikalengkan ketika kaleng disimpan pada suhu 43oC atau lebih tinggi, yaitu rasa
asam pada pangan kalengan akibat bakteri termofilik, dan kerusakan pangan
kalengan karena sulfida.
BAB II
METODE KERJA
2.3 Skema Kerja
Uji pendahuluan
Deteksi Clostridium botulinum
Uji Pengkayaan
Kultur
Ose steril
inokulasi setiap 10
koloni terseleksi
Uji penegasan
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah itu dilakukan pengkayaan bakteri dengan ditanam pada 2 medium yang
berbeda yaitu cooked meat broth dan TPGY yang sudah dipanaskan selama 10-15
menit. Lalu di inkubasi selama 5 hari pada suhu 35C untuk media cooked meat
broth dan 26C untuk media TPGY. Setelah itu dilakukan uji turbidimetri, adanya
gas dan bau busuk.
Setelah pengkayaan dalam medium seperti cooked meat broth pada suhu 35 C
selama 5 hari, lalu kultur ditanam dengan metode streak plate pada media egg yolk
dan diinkubasi secara anaerob selama 2 hari pada suhu 35C. Egg yolk membantu
mendeteksi aktivitas lecitinase, lipase dan proteolitik. Lecitinase mendegradasi
adanya lecitin pada egg yolk yang menghasilkan endapan keruh, tidak larut ketika
terjadi pertumbuhan bakteri. Lipase memecah lemak bebas yang ada pada egg yolk
menyebabkan terbentuknya lapisan minyak pada air yang terdapat pada permukaan
koloni. Akan terbentuk koloni halus dengan karakteristik diameter 2-3 mm dengan
tepi yang tidak teratur dan menunjukkan aktifitas lipolitik pada kuning telur agar
yang ditransfer ke dalam medium cooked meat broth untuk memeriksa produksi
toksin. Pada media egg yolk koloni biasanya menunjukan permukaan yang berwarna-
warni saat diuji dengan lampu. Daerah ini biasa dikenal dengan lapisan bermutiara
yang meluas dan mengikuti bentuk garis dari koloni yang tidak beraturan tadi. Selain
daerah seperti mutiara, koloni tipe C, D, dan E biasanya dikelilingi daerah endapan
berwarna kuning selebar 2 mm 4 mm, sedangkan koloni tipe A dan B umumnya
menujukan daerah endapan yang lebih pendek. Tidak semua tipe koloni
menghasilkan toksin, beberapa keluarga genus jenis Clostridium botulinum
mempunyai sifat bentuk yang khas tetapi tidak menghasilkan toksin.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.R. 2006. Food Microbiology, Second edition. UK. Athenaeum Press. Page
207-208
Sopandi Tatang, Wardah 2014. Mikrobiologi Pangan Teori dan Praktik. Jogjakarta.
Penerbit Andi. Hal 372-373
www.fda.gov/Food/FoodScienceResearch/LaboratoryMethods/ucm070879.htm