Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL RBL

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E, MINYAK IKAN DAN MINYAK


ZAITUN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus
musculus) YANG TERPAPAR 2-ME

DISUSUN OLEH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

MUHAMMAD
MUHAMMAD SANDI
DEVI OKTAFIANI
VIRID GIBSON
LENNY RISTY W.
MARLINDA IKA S.
YUNITA C. NISA

(081014102)
(081114002)
(081114022)
(081114023)
(081114028)
(081114088)
(081114047)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infertilitas merupakan masalah yang memiliki angka kejadian yang
cukupbesar di Indonesia. Penyebab infertilitas pria dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya adalah hormon, infeksi, radiasi, obat dan bahan kimia baik
alami maupun sintetik, yang dapat berinteraksi dengan sistem endokrin
(Pasqualloto et al., 2004). Salah satu bahan kimia yang bersifat toksik tersebut
adalah 2-methoxyethanol (2-ME). Di dalam tubuh, 2-ME dioksidasi oleh alkohol
dehidrogenase

menjadi 2-Methoxyacetalehide (MALD) yang kemudian

dimetabolisme lebih lanjut menjadi 2-Methoxyacetic acid (MAA) yang bersifat


toksik oleh aldehyde dehidrogenase (Moslen et al., 1995; Kim dan Smialowicz,
1997). Senyawa 2-ME akan tersebar luas dan masuk ke dalam sirkulasi darah
kemudian menuju organ yang sensitif terhadap zat tersebut yaitu testis, limpa dan
timus (Miller et al., 1983). Senyawa 2-ME juga dapat menyebabkan penurunan
motilitas dan morfologi spermatozoa (Hayati et al., 2005). Senyawa 2-ME yang
diberikan pada mencit jantan dengan dosis 200 mg/kg berat badan dapat
menyebabkan kerusakan tubulus seminiferus, yaitu adanya penurunan jumlah
spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit oval dan ukuran diameter serta
tebal epitel tubulus seminiferus (Hayati et al., 2004).
MAA merupakan oksidan kuat yang dapat menyebabkan stress oksidasi
pada spermatozoa. Oleh karena itu, untuk mengatasi efek dari reaksi oksidasi dari
2-ME diperlukan zat yang bersifat antioksidan yang dapat menangkal radikal
bebas. Antioksidan merupakan

scavenger

dan menekan efek dari ROS dan

peroksidasi lipid (Vernet et al, 2004). Sumber antioksidan antara lain berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Di Indonesia, memakan biji kuaci bunga matahari dipercaya
dapat menambah suplai vitamin E dalam tubuh. Sebagai antioksidan, vitamin E
berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang mampu mengubah radikal peroksil
menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak
rantai asam lemak(Wardlaw dan Jeffrey, 2007).

Vitamin E sebagai antioksidan dilaporkan

juga mampu melindungi

spermatozoa terhadap kerusakan peroksidatif dan penurunan jumlah serta


motilitas spermatozoa. Pemberian vitamin E 100-300 milligram/hari secara oral
pada pasien astenospermia (infertil) dilaporkan mampu meningkatkan jumlah,
motilitas, viabilitas

spermatozoa

dan

spermatozoa secara signifikan (Subratha,

mengurangikerusakan morfologi
1998).

Selanjutnya penambahan

vitamin E dalam pakan dosis 100 mg/kg pakan dapat meningkatkan kualitas
spermatozoa mencit secara sangat bermakna (Astuti dkk., 2008).
EVER-E merupakan suplemen yang banyak mengandung vitamin E untuk
peremajaan kulit dan meningkatkan kesuburan manusia. EVER-E mengandung
vitamin E 250 IU dalam satu soft capsule 678 mg dikonsumsi sehari 1 kali.
Berdasarkan hal ini, dilakukan penelitian untuk

mengetahui efektivitas

pemberian vitamin E alamiah dari biji bunga matahari dan suplementasi EVER-E
terhadap kualitas spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-ME.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh pemberian vitamin E terhadap kualitas spermatozoa

mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me ?


2. Apakah ada pengaruh pemberian minyak ikan terhadap kualitas
spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me ?
3. Apakah ada pengaruh pemberian minyak zaitun terhadap kualitas

spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me ?


1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap kualitas spermatozoa
mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
2. Mengetahui pengaruh pemberian minyak

ikan

terhadap

kualitas

spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.


3. Mengetahui pengaruh pemberian minyak zaitun terhadap kualitas
spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
1.4 Manfaat

1. Mengetahui manfaat pemberian vitamin E komersial terhadap kualitas sel


spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
2. Mengetahui manfaat pemberian minyak ikan terhadap kualitas sel
spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
3. Mengetahui manfaat pemberian minyak zaitun terhadap kualitas sel
spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
1.5 Hipotesis
1.

H0: Tidak ada pengaruh pemberian vitamin E komersial terhadap kualitas


sel spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.

H1 : Ada pengaruh pemberian vitamin E komersial terhadap kualitas sel


spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
2. H0 : Tidak ada pengaruh pemberian minyak ikan terhadap kualitas sel
spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
H1 : Ada pengaruh pemberian minyak ikan terhadap kualitas sel
spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
3. H0: Tidak ada pemberian minyak zaitun terhadap kualitas sel spermatozoa
mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
H1 : Ada pengaruh pemberian minyak zaitun terhadap kualitas sel
spermatozoa mencit (Mus musculus) yang terpapar 2-Me.
1.6 Asumsi Penelitian
Vitamin E dapat meningkatkan kualitas sel spermatozoa

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin E (Ever-E)

Vitamin E adalah nama umum untuk dua kelas molekul


(tocopherol dan tocotrienol) yang memiliki aktivitas vitamin E dalam
nutrisi (Youngson, 2005). Vitamin E terdapat dalam delapan jenis isomer
yaitu alfa, beta, gama, serta delta tokoferol dan alfa, beta, gama, serta
delta tokotrienol (Milczarek, 2005).
Tokoferol yang terbesar aktivitasnya adalah tokoferol alfa. Pada produk
komersial seperti Ever-E komposisi nya merupakan --tokoferol.
Struktur Vitamin E
Strktur kima tokoferol alfa diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia -tokoferol


Sifat-sifat vitamin E
Stabilitas kimia vitamin E mudah berubah akibat pengaruh berbagai zat
alami. Minyak tak jenuh, seperti minyak hati ikan cod, minyak jagung,
minyak

kacang kedele, minyak biji bunga matahari, semuanya

mempertinggi kebutuhan vitamin E. Hal ini terjadi jika minyak-minyak


tersebut mengalami ketengikan oksidatif dalam makanan. Bila minyakminyak tersebut tengik sebelum makanan dimakan, maka berarti telah
terjadi kerusakan vitamin E dalam minyak dan dalam makanan yang
mengandung minyak tersebut. Garam-garam besi, seperti feriklorida,
kalium ferrisianida bersifat mengoksidasi tokoferol. Nitrogen klorida dan
klor dioksida pada konsentrasi yang biasa digunakan untuk memutihkan
tepung akan merusak sebagian besar tokoferol yang terdapat dalam tepung.
Pembuatan tepung menjadi roti akan merusak 47% tokoferol yang terdapat
dalam tepung.
Manfaat Vitamin E

Fungsi metabolik vitamin E dalam tubuh antara lain (1) sebagai


antioksidan; (2) dalam pernapasan jaringan normal, berperan membantu
fungsi sistem sitokrom oksidase atau untuk melindungi susunan lipida di
dalam mitokondria dari kerusakan oksidasi; (3) dalam reaksi fosforilasi
normal, terutama ikatan energi fosfat, seperti kreatin fosfat dan adenosin
fosfat; (4) dalam metabolisme asam nukleat; (50 dalam sintesis vitamin C,
dan (6) dalam metabolisme asam amino bersulfur.
Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan
alami yang mambuang radikal bebas dan molekul oksigen. Secara
partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran
asam lemak tak jenuh. Vitamin E dan C berhubungan dengan efektifitas
antioksidan masing-masing. Alfa-tokoferol yang aktif dapat diregenerasi
dengan adanya interaksi dengan vitamin C yang menghambat oksidasi
radikal bebas peroksi. Alternatif lain, alfa tokoferol dapat membuang dua
radikal bebas peroksi dan mengkonjugasinya menjadi glukuronat ketika
ekskresi di ginjal.
Vitamin E adalah vitamin yang larut dengan baik dalam lemak dan
melindungi tubuh dari radikal bebas. Vitamin E juga berfungsi mencegah
penyakit hati, mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan
karena vitamin E berperan dalam suplai oksigen ke darah sampai dengan
ke seluruh organ tubuh. Vitamin E juga menguatkan dinding pembuluh
kapiler darah dan mencegah kerusakan sel darah merah akibat racun.
Vitamin E membantu mencegah sterilitas dan destrofi otot.
Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi melindungi senyawasenyawa yang mudah teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA
(Unsaturated Fatty Acid), DNA dan RNA dan ikatan atau gugus SH
(sulfhidril) pada protein. Apabila senyawa-senyawa tersebut teroksidasi,
maka akan terbentuk radikal bebas, yang merupakan hasil proses
peroksidasi. Radikal bebas yang terjadi akan mengoksidasi senyawasenyawa protein, DNA, RNA dan UFA. Vitamin E akan bertindak sebagai
reduktor dan menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E dalam hal ini

berperan sebagai scavenger. Scavenger yang lain selain vitamin E adalah


vitamin C, enzim glutation reduktase, desmutase dan perosidase, yang
bersifat larut dalam air. Scavenger yang larut dalam lemak adalah vitamin
E dan -karoten.
Metabolisme Vitamin E
Vitamin E lebih mudah diserap usus, apabila terdapat lemak dan
dalam kondisi tubuh yang mempermudah penyerapan lemak. Tokoferol
dari makanan diserap oleh usus digabungkan dengan kilomikron dan
ditransportasikan ke hati melalui sistim limfatik dan saluran darah. Di hati,
tokoferol disebarkan ke sel-sel jaringan tubuh melalui saluran darah. Di
dalam plasma darah, tokoferol bergabung dengan lipoprotein, terutama
VLDL ( Very Low Density Lipoprotein).
Kira-kira 40 60% tokoferol dari makanan yang dikonsumsi dapat diserap
oleh usus. Peningkatan jumlah yang dikonsumsi akan menurunkan
persentase yang diserap. Vitamin E disimpan terutama dalam jaringan
adiposa, otot dan hati. Pada orang yang sehat, jumlah vitamin C cadangan
cukup digunakan dalam beberapa bulan. Secara normal, kadar vitamin E
dalam plasma darah adalah antara 0,5 1,2 mg/ml.
Asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA/ Poly Unsaturated Fatty Acid),
dapat menurunkan penyerapan dan penggunaan vitamin E. Hal ini
berkaitan kemungkinan dengan kecenderungan vitamin E bersifat mudah
teroksidasi. Oleh karena itu kebutuhan vitamin E akan bertambah seiring
dengan semakin bertambahnya konsumsi PUFA. Dengan demikian,
peningkatan konsumsi PUFA yang tidak diikuti dengan prningkatan
asupan vitamin E akan menimbulkan penurunan secara gradual -tokoferol
dalam plasma.
Di dalam hati, -tokoferol diikat oleh -TPP (-tokoferol transfer protein).
Setelah menjalankan fungsinya sebagai antioksidan, tokoferol dapat
teroksidasi menjadi tokoferil (tokoferol bentuk radikal) bentuk radikal ini

dapat direduksi kembali menjadi tokoferol oleh kerja sinergi dari


antioksidan yang lain, misalnya vitamin C dan glutation.
2.2 2-Methoxyethanol
2-Methoxyethanol, atau metil cellosolve, merupakan senyawa organik
dengan rumus C3H 8O2 yang digunakan umumnya sebagai pelarut merupakan
cairan jernih yang tidak berwarna dengan Bau seperti eter. Pada golongan
pelarut dikenal sebagai eter glikol yang sangat baik kemampuannya untuk
menghilangkan berbagai jenis senyawa kimia dan memiliki kemampuan untuk
larut dengan air dan pelarut lainnya. Senyawa ini dibentuk oleh serangan
nukleofilik metanol pada oksiran terprotonasi diikuti oleh transfer proton.
C2H 5O + + CH3OH C3H8O2 + H +
2-Methoxyethanol digunakan sebagai pelarut untuk berbagai tujuan
yang berbeda: seperti pernis, pewarna, dan resin. Senyawa ini juga digunakan
sebagai aditif sebagai pelarut deicing pesawat. Dalam organologam kimia
senyawa ini umumnya digunakan untuk sintesis kompleks dan yang
berhubungan senyawa Vaska: seperti ruthenium hydridechlorocarbonyl
tristriphenylphosphine. Reaksi-reaksi ini berlangsung selama sisi alkohol
bertindak sebagai sumber hidrida dan karbon monoksida.
2-Methoxyethanol merupakan racun bagi sumsum tulang dan testis.
Pekerja yang terpapar tingkat tinggi beresiko untuk granulocytopenia, anemia
makrositik, oligospermia, dan azoospermia. Metoksietanol diubah oleh alkohol
dehidrogenase menjadi metoksiasetat, substansi yang menyebabkan efek
berbahaya. Kedua etanol dan asetat memiliki efek melindungi. Methoxyacetate
dapat memasuki siklus Krebs di mana ia membentuk methoxycitrate (Welsch,
2005).
2.3 Minyak zaitun
Minyak zaitun terdiri dari zat-zat minyak yang dinamakan glesiredat
(ester) dengan persentase 97% dan zat-zat minyak lainnya. Minyak zaitun juga
mengandung berbagai vitamin (seperti vitamin A, B, C, D, dan vitamin E), zat-

zat pewarna (seperti klorofil, xanthophyll), serta berbagai zat aromatic yang
menimulkan aroma dan rasa yang khas. Terakhir minyak zaitun mengandung
sejumlah kecil mineral (besi, magnesium, dan kalsium), koloid, resin, dan
air.Secara umum, asam-asam lemak dalam minyak zaitun dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
a. Asam lemak tak jenuh dengan kadar 70-80%. Asam jenis ini memiliki
keistimewaan yakni menjadi cair pada suhu normal. Asam lemak ini dibagi
menjadi asam oleat dan asam linoleat.
b. Asam lemak jenuh dengan kadar 8-10%. Asam jenis ini memiliki kelebihan
memadat pada suhu normal. Asam lemak ini dibagi menjadi asam palmitat dan
asam stearat.Lemak tak jenuh tunggal yang terkandung dalam minyak
zaitun hampir sebagian besar dalam bentuk asam oleat.
2.4 Analisis kulaitas spermatozoa
Memiliki kualitas sperma yang baik dapat dijadikan alat ukur untuk
menilai tingkat kesuburan dan kesehatan yang dimillikinya. Tak hanya kualitas
dan jumlah sperma saja yang menjadi ukuran bahwa memiliki tingkat
kesuburan yang baik. Pergerakan atau motilitas sperma pun menjadi ukuran
penting. Namun untuk mendapatkan kualitas, jumlah dan gerak sperma yang
baik diperlukan suatu upaya untuk mendapatkan dan mempertahankan kualitas
sperma tetap baik.
Analisis sperma meliputi motilitas, integritas membran, konsentrasi,
viabilitas, dan morfologi. Volume sperma yang normal pada sekali ejakulasi
saja minimal adalah 2 ml. Jika kurang dari jumlah tersebut, maka disebut
aspermia yang berarti tidak ada semen. Konsentrasi sperma pada ejakulat yang
normal paling sedikit adalah 20 juta/ml. Bila kurang, disebut oligozoospermia.
Atau jika sperma tidak ditemukan sama sekali pada cairan ejakulat, disebut
azoospermia. Motilitas sel sperma yang normal, baik yang lemah dan yang
cepat adalah lebih dari 50%, atau >25% sel sperma yang bergerak cepat, jika
kurang, disebut asthenozoospermia.

Pada morfologi yang normal tidak didapatkan kelainan bentuk. Namun


jika

bentuk

normal

dijumpai

kurang

dari

15%,

maka

termasuk

teratozoospermia. Uji-uji lain selain analisis sperma adalah Uji MAR yaitu
untuk menguji adanya penyakit autoimun dimana didapatkan antibodi
antisperma. Uji lain adalah uji viabilitas sperma, penghitungan leukosit, kultur
bakteri, uji Chlamidya PCR, dan interaksi sperma dengan lendir serviks
Sperma yang kurang baik tidak akan mampu membuahi sel telur yang
letaknya cukup jauh dari vagina. Ejakulasi yang kuat saja tidak cukup, sebab
kemampuan membuahi tergantung pada kualitas dan kuantitas sperma.
Berdasarkan hasil analisa sperma dapat diketahui kelainan kelainan
pada sperma seperti:

Oligospermia

normalnya jumlah sperma adalah lebih dari 40 juta/ ejakulasi


Asthenozoospermia : motilitas sperma kurang dari normal,

: jumlah sperma lebih kecil dari normal,

motilitas sperma yang normal menurut World Health Orgaization

(WHO) adalah lebih dari 50%


Teratozoozpermia
: sperma normal kurang dari 14%

Pergerakan sperma atau sperm motility mempelajari jumlah sperma


yang bergerak dan terlihat dalam spesimen ejakulat. Motilitas sperma adalah
salah satu fungsi sperma yang tergantung pada suhu, sehingga setiap perlakuan
yang dilakukan dalam analisis kualitas sperma sangat penting untuk
diperhatikan. Sehingga sangat disarankan untuk melakukan analisis sesegera
mungkin setelah sperma dikeluarkan atau proses pengeluaran dilakukan di
dalam laboratorium dimana dapat diatur kondisinya. Sperma diketahui tidak
akan dapat hidup dalam jangka waktu yang lama dalam semen, dan di luar
semen, sperma akan secara cepat meninggalkan semen untuk memasuki mukus
serviks. Motilitas normal sperma yaitu sebesar 60% atau lebih. Namun ada
pula yang menganggap bahwa nilai motilitas sperma sebesar 40% masih
dianggap normal. Beberapa kelainan yang berkaitan dengan motilitas sperma
antara lain asthenozoospermia dan necrozoospermia. Asthenozoospermia
adalah penurunan motilitas sperma. Jika ditemukan, maka dapat diakibatkan

oleh adanya kondisi laboratorium yang tidak mendukung, adanya abnormalitas


spermatogenesis,

masalah

dalam

maturasi

sperma

dalam

epididimis,

abnormalitas transport, dan adanya varicocele., sedangkan necrozoospermia


adalah tidak adanya gerakan sperma sama sekali. Namun, pada dasarnya
sperma yang mengalami necrozoospermia termasuk sperma yang normal dalam
hal materi genetiknya.
Sampai saat ini, parameter spermatozoa masih merupakan salah satu
alat terpenting untuk evaluasi kesuburan. Beberapa ciri khas spermatozoa yang
sering dipakai diantaranya konsentrasi,warna, viabilitas, motilitas, kecepatan
gerak dan spermatozoa imatur (Hafez, 1987). Hormontestosteron merupakan
unsur

penting

dalam

spermatogenesis.

Studi

terbaru

menunjukkanspermiogenesis dari spermatid dapat gagal jika dilakukan


penarikan testosteron dari testis(O'Donnel et al., 1996). Apabila biosintesis
testosteron terganggu maka proses spermatogenesisjuga terganggu. Selain
berperan dalam spermatogenesis, testosteron juga mempengaruhi cirikelamin
skunder, pemasakan spermatozoa dalam saluran epididimis, hasrat dan perilaku
seksual,pemeliharaan dan pengaktifan organ-organ kelamin dan kelenjar
kelamin tambahan (Partodihardjo, 1980).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Hewan Coba, Ruang
Praktikum Biologi, dan Laboratorium Genetika Molekuler Departemen Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Waktu penelitian


dilaksanakan selama 2 minggu
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mencit jantan BALB/C

yang

diperoleh dari Pusat Veterinaria Farma Surabaya. Sampel yang digunakan yaitu
mencit jantan sebanyak 8 ekor dengan berat badan berkisar antara 25-30 gr.
Sampel dikelompokkan secara acak menjadi 4 kelompok, yaitu 2 kelompok
kontrol dan 2 kelompok perlakuan dengan tiap kelompok terdiri dari 2 ekor.
3.3 Bahan dan Alat Penelitian
3.3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak ikan, mencit,
vitamin E komersial, 2-ME dan minyak zaitun.
3.3.2 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mikroskop cahaya, bak,
penutup bak, tempat minum, dissecting set, dll.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Pemeliharaan Hewan Coba
Hewan dipelihara dalam kandang plastik bertutup, dialas dengan sekam
dan masing-masing kandang ditempatkan 2 ekor mencit jantan. Makanan
berupa pellet dan minuman berupa air aquadest diberikan secara ad libitum.
Kandang ditempatkan dalam ruangan yang memiliki ventilasi dan masuk
cahaya secara tidak langsung. Kandang, tempat makan dan minum dibersihkan
dan alas sekam diganti sedikitnya dua kali dalam seminggu. (Smith, 1988).
3.4.2

Pemberian vitamin E komersil (Ever E) dan minyak ikan secara


oral serta induksi 2-metoksi etanol pada hewan percobaan (Mus

musculus) jantan.
Sampel dibagi dalam 4 kelompok sebagai berikut:
I : sebagai kontrol, diberi akuades 0,1 mL minyak zaitun selama 19 hari.
II : sebagai kontrol, diberi 2-Metoksietanol 6mg/30 gr BB mencit selama 5 hari
secara intraperitoneal.

III : sebagai perlakuan I diberi 2-Metoksietanol 6mg/30 gr BB + Ever E 12


mg/30 gr BB selama 14 hari.
IV : sebagai perlakuan II diberi 2-Metoksietanol 6 mg/30 gr BB + minyak ikan
12 mg/30 gr BB selama 14 hari.
Vitamin E (Ever-E dan minyak ikan) dilarutkan dalam minyak zaitun (olive
oil), sedangkan 2-Metoksietanol dilarutkan dalam akuades.
3.5
Pemeriksaan Kualitas Spermatozoa
3.5.1 Penghitungan Motilitas Spermatozoa
Mengambil suspensi spermatozoa dari media MEM pada gelas obyek
cekung. Memeriksa slide dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 400x.
Motilitas spermatozoa dihitung dengan menggunakan kriteria A-D (panduan
dari WHO) sebanyak 100 spermatozoa untuk persentase dan diulangi sebanyak
10x.
3.5.2

Penghitungan Morfologi Spermatozoa


Setetes suspensi spermatozoa diteteskan di atas gelas obyek selanjutnya

ditambahkan satu tetes zat warna Eosin 1% dan Nigrosin 10%. Honogenkan
secara perlahan menggunakan gelas obyek yang lainnya, selanjutnya buatlah
smear atau apusan sampel dengan cara menggeser campuran suspensi tersebut
menggunakan gelas obyek yang lainnya secara perlahan, sehingga suspensi
merata di seluruh permukaan gelas obyek. Keringkan pada suhu kamar, lalu
amati pada perbesaran 400x. Selanjutnya perhatikanlah 100 spermatozoa,
hitung satu persatu berapa persen yang bentuk normal (tidak menunjukkan
cacat kepala atau bagian lain). Pengamatan diulangi 10x.
3.5.3Pengamatan integritas membran spermatozoa
Suspensi 10 l diletakkan ke dalam 1 ml larutan hipo-osmotik (larutan
pembengkak). Inkubasi pada botol vakum yang berisi NaHCO 3 atau lilin.
Segera setelah inkubasi, 1 tetes suspensi tersebut dan 1 tetes zat warna Eosin-Y
ditempatkan pada slide kaca ditutup dengan gelas penutup dan diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Setidaknya 100 spermatozoa

diamati per slide dan presentase spermatozoa ekor bengkak dihitung dengan
pengulangan 10x.
3.5.4 Penghitungan Viabilitas Spermatozoa
Suspensi spermatozoa terlebih dahulu diencerkan dalam media MEM.
Dengan pewarnaan Eosin-Nigrosin dapat dibedakan spermatozoa yang mati
dan yang masih hidup. Spermatozoa yang mati berwarna merah dan yang
masih hidup tidak berwarna (tidak menyerap zat warna). Persentase viabilitas
dihitung dengan pengulangan 10x.
3.5.5 Penghitungan Konsentrasi atau Jumlah Spermatozoa
Meletakkan 10 l suspensi spermatozoa yang telah diencerkan dengan 2
ml (2x103 l) larutan garam fisiologis ke dalam kamar hitung (hemositometer).
Spermatozoa yang dihitung adalah spermatozoa yang terletak di bagian tengah
dan tepi bilik (sebelah atas dan kiri bilik). Rata-rata jumlah spermatozoa
diperoleh dari total penjumlahan spermatozoa yang ada di setiap bilik dibagi 4.
Jumlah spermatozoa dihitung dengan rumus jumlah sel/ml = jumlah
spermatozoa (n) x 104 x faktor pengenceran. Pengulangan sebanyak 10x.
3.6 Variabel penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas : dosis minyak ikan dan Ever E.
2. Variabel terikat : kualitas spermatozoa yaitu motilitas, morfologi,
viabilitas, integritas membran dan konsentrasi atau jumlah spermatozoa.
3. Variabel kendali : jenis mice BALB/C, umur mice BALB/C, berat badan
mice BALB/C, jenis kelamin mice BALB/C dan jenis makanan.
3.7 Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada dua kelompok perlakuan
dengan dua kali pengulangan.
3.8 Analisis data

Data dianalisis dengan uji One Way ANOVA ( = 0,05), sebelumnya data
diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data berdistribusi
normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, kemudian data diuji dengan
uji

Levene untuk mengetahui varians data homogen atau tidak. Jika data

berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji One Way
ANOVA ( = 0,05) dan uji Duncan untuk menentukan beda antar kelompok
perlakuan. Jika data berdistribusi normal dan tidak homogen maka dilanjutkan
dengan

uji Brown Forsythe ( = 0,05) untuk menentukan beda antar

kelompok perlakuan digunakan Games Howell. Jika data tidak berdistribusi


normal, maka data diuji menggunakan uji parametrik yaitu Kruskal Wallis(
= 0,05) untuk menentukan beda antar kelompok perlakuan digunakan uji
Mann-Whitney
3.9 Kerangka penelitian

8 ekor mencit

Kelompok
kontrol 1

Induksi
minyak
zaitun 0,1 ml
selama 19
hari

Kelompok
kontrol 2

Induksi 6
mg 2-Me /
30 g BB
mencit
selama 5
hari

Kelompok
perlakuan 1

Induksi (2Me+Ever E
12 mg/30
BB mencit)
selama 14
hari

Pengamatan kualitas spermatozoa

Kelompok
perlakuan 2

Induksi (2Me+minyak
ikan 12 mg/30
BB mencit)
selama 14 hari

BAB IV
HASIL

HASIL PENGAMATAN
1.

Kelompok Kontrol Olive Oil

a.

Morfologi
Mencit I
Normal
Abnormal
87
13
88
12
86
14
85
15
88
12
84
16
90
10
80
20
85
15
83
17
86
14

Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Mencit II
Normal
Abnormal
47
53
68
32
89
11
79
21
80
20
85
15
88
12
82
18
83
17
78
22
78
12

b. Motilitas
Mencit I
Pengulangan
1

Jarak
(m)
7
6
5
5
6
7
7
8
7
9

Konversi
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

Mencit II
Kecepatan
(m/s)
70
60
50
50
60
70
70
80
70
90

Jarak
(m)
8
5
6
7
9
6
7
7
8
8

Konversi
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

Kecepatan
(m/s)
80
50
60
70
90
60
70
70
80
80

Rata-rata
2

Rata-rata
3

Rata-rata
4

Rata-rata
5

Rata-rata
6

7
9
9
7
6
7
8
7
8
8
7
8
6
7
7
8
6
9
8
7
7
9
7
6
6
6
7
8
9
7
6
8
7
7
6
6
7
6
7
6
7
8
8
7
7
8

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

70
90
90
70
60
70
80
70
80
80
70
80
60
70
70
80
60
90
80
70
70
90
70
60
60
60
70
80
90
70
60
80
70
70
60
60
70
60
70
60
70
80
80
70
70
80

7
6
7
5
5
9
6
8
8
6
7
7
7
6
5
5
6
7
7
8
7
9
7
7
8
7
7
7
6
7
6
9
9
7
6
7
8
8
9
9
7
6
8
7
8
9

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

70
60
70
50
50
90
60
80
80
60
70
70
70
60
50
50
60
70
70
80
70
90
70
70
80
70
70
70
60
70
60
90
90
70
60
70
80
80
90
90
70
60
80
70
80
90

Rata-rata
7

Rata-rata
8

Rata-rata
9

Rata-rata
10

7
6
6
7
8
9
9
9
6
8
7
7
7
8
7
6
9
9
8
7
8
6
7
8
8
9
9
7
6
8
7
8
6
8
8
9
7
8
6
7
6
8
7
9
8
6

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

70
60
60
70
80
90
90
90
60
80
70
70
70
80
70
60
90
90
80
70
80
60
70
80
80
90
90
70
60
80
70
80
60
80
80
90
70
80
60
70
60
80
70
90
80
60

9
7
6
7
8
7
8
8
7
8
6
6
6
7
8
9
7
6
8
7
7
7
7
7
8
7
6
6
6
8
9
7
9
9
9
7
8
8
7
6
9
7
8
8
7
7

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

90
70
60
70
80
70
80
80
70
80
60
60
60
70
80
90
70
60
80
70
70
70
70
70
80
70
60
60
60
80
90
70
90
90
90
70
80
80
70
60
90
70
80
80
70
70

8
6
6
6
6
7
6
7

Rata-rata

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

80
60
60
60
60
70
60
70

7
8
9
9
7
6
6
7

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10x

70
80
90
90
70
60
60
70

c. Viabilitas
Mencit I
Hidup
Mati
85
15
87
13
82
18
87
13
85
15
87
13
85
15
83
17
86
14
83
17
85
15

Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Mencit II
Hidup
Mati
96
4
97
3
98
2
97
3
98
2
88
12
87
13
84
16
85
15
90
10
92
8

d. Integritas Membran
Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Mencit I
Bengkok
Lurus
73
27
69
31
76
24
65
35
79
21
81
19
79
21
85
15
84
16
80
20
77
23

Mencit II
Bengkok
Lurus
77
23
88
12
71
29
66
34
83
17
80
20
79
21
75
25
85
15
78
22
78
22

e. Konsentrasi
Mencit Pengulangan
I

1
2
3

Rata-rata
spermatozoa
271
215
202

x 104
x 104
x 104
x 104

Faktor
Konsentrasi
pengenceran
4
1084 x 104
4
862x 104
4
809x 104

4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
2.
a.

301
206
310
256
234
236
245
248
417
467
332
258
270
320
290
368
312
260
329

x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104

4
4
4
4
4
4
4

x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1204x 104
827x 104
1240 x 104
1024 x 104
936 x 104
944 x 104
980 x 104
992 x 104
1668 x 104
1868x 104
1328x 104
1032x 104
1080 x 104
1280 x 104
1160 x 104
1472 x 104
1248 x 104
1040 x 104
1316 x 104

Perlakuan K2 (2-ME) selama 5 hari


Morfologi
Mencit I
Normal
Abnormal
72
28
68
32
60
40
67
33
61
39
60
40
56
44
61
39
54
46
65
35
62
38

Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
b.

Mencit II
Normal
Abnormal
69
31
67
33
74
26
67
33
69
31
56
44
66
34
60
40
54
46
52
48
63
37

Motilitas
Mencit I

Pengulangan
1

Jarak (m)

Konversi

10
2
5

10 x
10 x
10 x

Mencit II
Kecepatan
(m/s)
100
20
50

Jarak (m)

Konversi

3
5
3

10 x
10 x
10 x

Kecepatan
(m/s)
30
50
30

Rata-rata
2

Rata-rata
3

Rata-rata
4

Rata-rata
5

5
3
6
2
5
5
5
5
3
4
6
3
3
4
6
7
2
3
4
3
3
2
3
2
2
3
4
3
4
3
3
2
2
2
2
3
4
3
3
2
3
2
5
4
4
3

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

50
30
60
20
50
50
50
50
30
40
60
30
30
40
60
70
20
30
40
30
30
20
30
20
20
30
40
30
40
30
30
20
20
20
20
30
40
30
20
20
30

20
50
40
40
30

7
4
6
7
4
3
6
5
5
4
4
5
3
4
4
4
6
7
5
5
4
4
5
3
4
4
4
6
7
5
2
5
4
3
3
4
3
2
2
3
3
2
5
5
3
6

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

70
40
60
70
40
30
60
50
50
40
40
50
30
40
40
40
60
70
50
50
40
40
50
30
40
40
40
60
70
50
20
50
40
30
30
40
30
20
20
30
30
20
50
50
30
60

Rata-rata
6

Rata-rata
7

Rata-rata
8

Rata-rata
9

4
3
4
2
5
4
2
4
3
3
5
4
2
3
2
4
3
2
2
4
3
2
3
4
5
4
3
3
3
3
2
2
3
4
2
2
2
3
3
4
5
2
2
2
2
3

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

40
30
40
20
50
40
20
40
30
30
50
40
20
30
20
40
30
20
20
40
30
20
30
40
50
40
30
30
30
30
20
20
30
40
20
20
20
30
30
40
50
20
20
20
20
30

2
5
5
5
3
4
3
5
5
6
5
5
4
3
3
2
4
2
5
4
4
3
4
3
4
2
5
4
2
5
4
4
3
4
3
4
2
5
4
2
2
2
3
3
2
3

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

20
50
50
50
30
40
30
50
50
60
50
50
40
30
20
20
40

20
50
40
40
30
40
30
40
20
50
40
20
50
40
40
30
40
30
40
20
50
40
20
20
20
30
30
20
30

3
2
3
3
2
3
2
3
3
2
3
2
2
3
3

Rata-rata
10

Rata-rata
c.

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

30
20
30
30
20
30
20
30
30
20
30
20
20
30
30

2
5
4
3
2
5
4
2
6
4
3
4
5
2
4

Viabilitas

Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
d.

10 x
10 x
10 x

Mencit I
Hidup
Mati
52
48
56
44
63
37
56
44
65
35
50
50
48
52
42
58
54
46
50
50
54
46

Mencit II
Hidup
Mati
68
32
35
65
64
36
53
47
33
67
49
51
52
48
46
54
50
50
48
52
50
50

Integritas Membran

Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Mencit I
Bengkok
Lurus
43
57
47
53
43
57
29
71
42
58
38
62
40
60
30
70
42
58
36
64

Mencit II
Bengkok
Lurus
38
62
23
72
41
59
54
46
65
35
41
59
28
72
52
48
54
46
38
62

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

20
50
40
30
20
50
40
20
60
40
30
40
50
20
40

Rata-rata
e.

39

43

57

Konsentrasi

Mencit Pengulangan
I

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ratarata
II

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ratarata
3.
a.

61

Rata-rata
spermatozoa
21
30
27
48
40
42
32
42
38
41

x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104

Faktor
Konsentrasi
pengenceran
4
84 x 104
4
120 x 104
4
108 x 104
4
192 x 104
4
160 x 104
4
168x 104
4
128 x 104
4
168 x 104
4
152x 104
4
176 x 104

36

x 104

144 x 104

40
29
29
44
32
40
38
42
30
40

x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

160 x 104
116 x 104
116 x 104
176 x 104
128 x 104
160 x 104
152 x 104
168 x 104
120 x 104
160 x 104

36

x 104

144 x 104

Kelompok Perlakuan Ever-E+2-ME


Morfologi

Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Mencit I
Normal
Abnormal
67
33
77
23
79
21
63
37
70
30
60
40
59
41
70
30
69
31
68
32

Mencit II
Normal
Abnormal
76
24
80
20
84
16
82
18
60
40
55
45
64
36
65
35
34
66
50
50

Rata-rata

68

32

65

35

b. Motilitas
Mencit I
Pengulangan
1

Rata-rata
2

Rata-rata
3

Rata-rata
4

Jarak
(m)
5
5
6
4
4
6
6
5
4
4
5
6
6
7
5
5
5
4
6
6
7
6
6
5
7
5
6
6
5
6
7
6
6
6
6
6
5

Konversi
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

Mencit II
Kecepatan
(m/s)
50
50
60
40
40
60
60
50
40
40
50
60
60
70
50
50
50
40
60
60
70
60
60
50
70
50
60
60
50
60
70
60
60
60
60
60
50

Jarak
(m)
4
5
4
4
6
5
5
6
6
6
5
6
6
6
7
6
6
5
4
6
7
6
6
5
4
5
6
6
6
7
6
4
6
6
7
4
4

Konversi
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

Kecepatan
(m/s)
40
50
40
40
60
50
50
60
60
60
50
60
60
60
70
60
60
50
40
60
70
60
60
50
40
50
60
60
60
70
60
40
60
60
70
40
40

Rata-rata
5

Rata-rata
6

Rata-rata
7

Rata-rata
8

5
5
5
6
4
4
5
6
6
7
6
7
6
7
5
4
5
6
4
6
6
6
7
5
4
4
4
6
5
7
5
7
4
7
6
5
5
4
7
6
6
7
4
4
5
5

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

50
50
50
60
40
40
50
60
60
70
60
70
60
70
50
40
50
60
40
60
60
60
70
50
40
40
40
60
50
70
50
70
40
70
60
50
50
40
70
60
60
70
40
40
50
50

5
5
6
6
7
7
6
7
5
7
4
7
6
5
5
4
7
6
5
5
6
4
4
6
6
5
4
4
5
6
6
7
5
5
5
4
6
6
7
6
6
5
7
5
6
6

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

50
50
60
60
70
70
60
70
50
70
40
70
60
50
50
40
70
60
50
50
60
40
40
60
60
50
40
40
50
60
60
70
50
50
50
40
60
60
70
60
60
50
70
50
60
60

6
6
7
7
6
6
5
4
5
6
6
6
7
6
4
6
5
5
6
6
6
6
6
6
7
6
6

Rata-rata
9

Rata-rata
10

Rata-rata
c.

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

60
60
70
70
60
60
50
40
50
60
60
60
70
60
40
60
50
50
60
60
60
60
60
60
70
60
60

5
6
7
6
6
6
6
6
5
5
5
5
6
4
4

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

50
60
70
60
60
60
60
60
50
50
50
50
60
40
40

6
6
7
6
7
6
7
5
4
5
6

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

60
60
70
60
70
60
70
50
40
50
60

Viabilitas

Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Mencit I
Hidup
Mati
97
3
96
4
90
10
93
7
79
21
78
22
86
14
90
10
78
22
84
16
87
13

d. Integritas

Mencit II
Hidup
Mati
95
5
84
16
94
6
95
5
90
10
84
16
86
14
78
22
92
8
88
12
89
11

Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
e.

Mencit I
Bengkok
Lurus
56
44
70
30
45
55
36
64
35
65
66
34
50
50
48
52
64
36
52
48
52
48

Konsentrasi

Mencit Pengulangan
I

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ratarata
II

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ratarata
4.
a.

Mencit II
Bengkok
Lurus
55
45
55
45
45
55
54
46
34
66
60
40
64
36
58
42
64
36
56
44
55
45

Rata-rata
spermatozoa
182
178
163
187
192
178
186
177
168
170

x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104

Faktor
Konsentrasi
pengenceran
4
728 x 104
4
712 x 104
4
652x 104
4
764 x 104
4
768 x 104
4
712 x 104
4
744 x 104
4
708 x 104
4
672 x 104
4
680 x 104

178

x 104

712x 104

168
172
188
170
175
168
171
166
180
168

x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

672 x 104
688x 104
752x 104
680x 104
700x 104
672 x 104
684 x 104
664 x 104
720 x 104
672 x 104

173

x 104

692 x 104

Kelompok Perlakuan Minyak Ikan+2-ME


Morfologi

Pengulangan

Mencit I

Mencit II

Normal
69
60
59
70
69
68
69
72
71
64
67

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
b.

Abnormal
31
40
41
30
31
32
31
28
29
36
33

Normal
64
68
65
73
79
77
78
70
73
73
72

Abnormal
36
32
35
27
21
23
22
30
27
27
28

Motilitas
Mencit I

Pengulangan
1

Rata-rata
2

Rata-rata
3

Jarak
(m)
2
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
3
2
2
4
3
2
3
2
5
3

Konversi
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

Mencit II
Kecepatan
(m/s)
20
20
30
30
30
20
30
20
20
30
30
20
20
20
20
20
30
30
20
30
20
20
40
30
20
30
20
50
30

Jarak
(m)
2
3
6
3
3
2
2
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
2
5
4
2
3
2
3
3
3
2
2
2

Konversi
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

Kecepatan
(m/s)
20
30
60
30
30
20
20
20
20
30
30
20
20
30
30
20
30
20
50
40
20
30
20
30
30
30
20
20
20

Rata-rata
4

Rata-rata
5

Rata-rata
6

Rata-rata
7

2
3
6
3
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
5
4
2
4
3
6
3
3
3
4
2
4
5
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
2
4
4
5
5

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

20
30
60
30
30
20
30
30
30
20
30
20
20
30
30
30
50
40
20
40
30
60
30
30
30
40
20
40
50
30
20
30
20
30
30
20
30
20
30
30
30
20
40
40
50
50

2
5
3
3
3
3
6
3
2
2
3
3
5
4
3
2
4
5
3
4
5
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
4
2
4
4
5
3
6
5
4

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

20
50
30
30
30
30
60
30
20
20
30
30
50
40
30
20
40
50
30
40
50
30
20
20
30
30
20
20
30
30
30
20
30
20
20
30
30
40
20
40
40
50
30
60
50
40

Rata-rata
8

Rata-rata
9

Rata-rata
10

Rata-rata
c.

4
4
2
4
3
6
5
4
5
3
6
5
4
4
4
3
6
5
4
4
5
3
5
4
4
2
5
5
5
3
4
6
3
3
4

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x

40
40
20
40
30
60
50
40
50
30
60
50
40
40
40
30
60
50
40
40
50
30
50
40
40
20
50
50
50
30
40
60
30
30
40

5
4
3
4
5
3
5
4
2
5
4
5
4
2
5
3
4
3
6
2
4
3
6
4
2
7
4
3
6
5
4
4
5
3
4

10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10 x
10x

Viabilitas

Pengulangan
1
2
3
4
5
6

Mencit I
Hidup
Mati
41
59
60
40
59
41
70
30
69
31
55
45

Mencit II
Hidup
Mati
79
21
87
13
75
25
80
20
91
9
67
33

50
40
30
40
50
30
50
40
20
50
40
50
40
20
50
30
40
30
60
20
40
30
60
40
20
70
40
30
60
50
40
40
50
30
40

7
8
9
10
Rata-rata
d.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Mencit I
Bengkok
Lurus
66
34
59
41
65
35
51
49
55
45
67
33
61
39
60
40
56
44
61
39
60
40

Ratarata
II

77
79
63
70
77

23
21
37
30
23

Mencit II
Bengkok
Lurus
61
29
63
37
52
48
58
42
73
27
56
44
63
37
56
44
65
35
50
50
60
40

Konsentrasi

Mencit Pengulangan
I

36
35
66
50
43

Integritas

Pengulangan

e.

64
65
34
50
57

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

spermatozoa

x 104

78
79
85
86
82
86
82
70
72
90

x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104

Faktor
Konsentrasi
pengenceran
4
312 x 104
4
316x 104
4
340x 104
4
344x 104
4
328x 104
4
344x 104
4
328x 104
4
280 x 104
4
288 x 104
4
360x 104
324x104

81
1
2
3
4
5
6
7
8

70
72
72
90
61
70
72
90

x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104
x 104

4
4
4
4
4
4
4
4

280 x 104
288 x 104
288x 104
360x 104
244x 104
280 x 104
288 x 104
360x 104

9
10

85
86

Ratarata
1.

x 104
x 104

340x 104
344x 104

4
4

308 x104

77

Morfologi Normal Spermatozoa

ANOVA
Morfologi
Morfologi
Duncana

Sum
Squares
N

of

perlakuan
Between Groups 1753.475

df
Mean=Square
Subset
for alpha
0.05 F
13.443
13
2584.492 3

Within
kontrol Groups
2ME
Total
ever e+2ME

36
43.481
62.8000
39
67.0000
67.0000

1565.300
10
3318.775
10

minyak ikan+2ME 10
kontrol
zaitun

.000

69.8000

minyak 10

Sig.

Sig.

80.7000
.163

.349

1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10,000.

Berdasarkan
hasil uji ANOVA dan Duncan ( = 0.05) menunjukkan pada kelompok kontrol 2Me memiliki nilai beda makna dengan kelompok perlakuan minyak ikan+2Me
dan kontrol minyak zaitun. kelompok perlakuan Ever E+2Me memiliki nilai beda
makna dengan kontrol minyak zaitun. Kelompok kontrol 2Me tidak menunjukkan
nilai beda makna dengan ever E+2Me. Kelompok perlakuan Ever E+2Me tidak
menunjukkan nilai beda makna dengan kelompok perlakuan minyak ikan+2Me.

2.

Motilitas Normal Spermatozoa

ANOVA
Motilitas
Sum
Squares

of
Df

Mean Square F

Between Groups 11382.500

3794.167

Within Groups

1055.000

36

29.306

Total

12437.500

39

Sig.

129.469 .000

Motilitas
Duncana
Subset for alpha = 0.05
perlakuan

minyak ikan+2ME 10

34.0000

kontrol 2ME

10

37.5000

ever e+2Me

10

kontrol
zaitun

57.5000

minyak 10

Sig.

76.0000
.157

1.000

1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10,000.
Berdasarkan hasil uji ANOVA dan Duncan ( = 0.05) menunjukkan pada
kelompok perlakuan minyak ikan+2-Me dan kontrol 2-Me memiliki nilai beda
makna dengan perlakuan Ever E+2-Me dan kontrol minyak zaitun. kelompok
perlakuan Ever E+2-Me memiliki nilai beda makna dengan kontrol minyak
zaitun. kelompok perlakuan minyak ikan+2-Me dengan kontrol 2-Me tidak
menunjukkan nilai beda makna.
3. Viabilitas
ANOVA
Viabilitas
Sum
Squares

of
df

Mean Square F

Sig.

Between Groups 9510.075

3170.025

.000

Within Groups

1414.300

36

39.286

Total

10924.375

39

80.691

Viabilitas
Duncana
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan

kontrol 2-ME

10

51.9000

MINYAK
IKAN+2me

10

ever e+2ME

10

87.9000

minyak 10

88.8000

kontrol
zaitun
Sig.

66.9000

1.000

1.000

.750

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10,000.
Berdasarkan hasil uji ANOVA dan Duncan ( = 0.05) menunjukkan pada kontrol
2-Me memiliki nilai beda makna dengan kelompok perlakuan minyak ikan+2-Me.
kelompok perlakuan minyak ikan+2-Me memiliki beda makna dengan kelompok
perlakuan Ever E+2-Me dan kontrol minyak zaitun. kelompok perlakuan EverE+2-Me tidak menunjukkan nilai beda makna dengan kontrol minyak zaitun.
4.

Integritas membran

ANOVA
Integritas
Sum
Squares

of
df

Mean Square F

Sig.

Between Groups 6956.600

2318.867

.000

Within Groups

1443.800

36

40.106

Total

8400.400

39

57.819

Integritas
Duncana
Subset for alpha = 0.05
perlakuan

kontrol 2-Me

10

41.4000

ever E+2-Me

10

53.5000

minyak ikan +2-Me 10


kontrol
zaitun

60.0000

minyak 10

Sig.

77.9000
1.000

1.000

1.000

1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10,000.

Berdasarkan hasil uji ANOVA dan Duncan ( = 0.05) menunjukkan kelompok


kontrol 2-Me memiliki nilai beda makna dengan kelompok perlakuan Ever-E+2Me, minyak ikan+2-Me dan kontrol minyak zaitun. kelompok perlakuan EverE+2-Me memiliki nilai beda makna dengan kelompok minyak ikan+2-Me dan
kontrol minyak zaitun. kelompok perlakuan minyak ikan+2-Me memiliki nilai
beda makna dengan kontrol minyak zaitun.
5.

Konsentrasi

ANOVA
Konsentrasi
Sum
Squares

of
df

Mean Square F

Between Groups 5.405E14

1.802E14

Within Groups

3.668E13

36

1.019E12

Total

5.772E14

39

Sig.

176.818 .000

Konsentrasi
Duncana
Subset for alpha = 0.05
perlakuan

kontrol 2-Me

10

1.4560E6

minyak ikan+2-Me 10
ever-E+2-Me
kontrol
zaitun
Sig.

3.1560E6

10

7.0220E6

minyak 10

1.0975E7
1.000

1.000

1.000

1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10,000.
Berdasarkan hasil uji ANOVA dan Duncan ( = 0.05) menunjukkan kelompok
kontrol 2-Me memiliki nilai beda makna dengan kelompok perlakuan Ever-E+2Me, minyak ikan+2-Me dan kontrol minyak zaitun. kelompok perlakuan EverE+2-Me memiliki nilai beda makna dengan kelompok minyak ikan+2-Me dan
kontrol minyak zaitun. kelompok perlakuan minyak ikan+2-Me memiliki nilai
beda makna dengan kontrol minyak zaitun.

BAB V
PEMBAHASAN

A. Morfologi
Berdasarkan hasil uji ANOVA dan Duncan ( = 0.05) menunjukkan pada
kelompok kontrol 2-Me memiliki nilai beda makna dengan kelompok
perlakuan minyak ikan+2Me dan kontrol minyak zaitun. hal ini menunjukkan
bahwa pemberian minyak ikandan minyak zaitun pada mencit yang
sebelumnya diinjeksi dengan 2-ME tidak merubah morfologi spermatozoa
dibandingkan dengan pemberian minyak ikan dan minyak zaitun pada mencit
yang terinjeksi 2-Me. Kelompok perlakuan Ever E+2Me memiliki nilai beda
makna dengan kontrol minyak zaitun. hal ini mengindikasikan bahwa
pemberian minyak zaitun pada mencit yang sebelumnya diinjeksi dengan 2-Me
tidak merubah morfologi spermatozoa dibandingkan dengan pemberian Ever
E+2-Me.
Kelompok kontrol 2Me tidak menunjukkan nilai beda makna dengan ever
E+2Me. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Ever E+2-Me tidak merubah
morfologi spermatozoa dibandingkan dengan pemberian 2-Me saja. Kelompok
perlakuan Ever E+2Me tidak menunjukkan nilai beda makna dengan kelompok
perlakuan minyak ikan+2Me. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada
pengaruh pemberian minyak ikan pada mencit yang terinjeksi 2-Me
dibandingkan dengan Ever E+2-Me.
Minyak zaitun terdiri dari zat-zat minyak yang dinamakan glesiredat
(ester) dengan persentase 97% dan zat-zat minyak lainnya. Minyak zaitun juga
mengandung berbagai vitamin (seperti vitamin A, B, C, D, dan vitamin E).
Minyak zaitun kaya akan vitamin E yang merupakan anti penuaan
dini.Senyawa 2-metoksietanol (2-ME) merupakan bahan toksik dan teratogenik
(Moslen et al., 1995). 2-ME ini sebagai radikal bebas, adanya radikal bebas
memicu stress oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan infertilitas melalui efek
negatifnya

ke

spermatozoa

seperti

peningkatan

hilangnya

motilitas,

peningkatan kerusakan membran, penurunan morfologi, viabilitas dan


kemampuan spermatozoa (Twigg et al., 1998). Untuk melawan radikal bebas
dibutuhkan antioksidan.

B. Motilitas spermatozoa
Berdasarkan hasil uji ANOVA dan Duncan ( = 0.05) menunjukkan pada
kelompok perlakuan minyak ikan+2-Me memiliki nilai beda makna dengan
perlakuan Ever E+2-Me hal ini menunjukkan bahwa pemberian Ever-E pada
mencit yang sebelumnya diinjeksi dengan 2-ME dapat meningkatkan motilitas
spermatozoa dibandingkan dengan pemberian minyak ikan pada mencit yang
terinjeksi 2-Me. Kelompok perlakuan minyak ikan +2-Me tidal memiliki nilai
beda makna dengan kontrol 2-Me. hHl ini mengindikasikan bahwa tidak
pengaruh pemberian minyak ikan pada mencit yang terinjeksi 2-Me. Kelompok
perlakuan Ever-E memiliki beda makna dengan kontrol 2-Me. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemberian Ever-E pada mencit yang terinjeksi 2-Me
dapat meningkatkan motilitas spermatozoa. Kelompok perlakuan minyak
ikan+2-Me, Ever-E+2-Me dan kontrol 2-Me memiliki nilai beda makna dengan
kontrol minyak zaitun. dibandingkan dengan semua perlakuan motilitas
spermatozoa, kelompok kontrol minyak zaitun memiliki rata-rata motilitas
spermatozoa yang paling baik.
Minyak zaitun terdiri dari zat-zat minyak yang dinamakan glesiredat
(ester) dengan persentase 97% dan zat-zat minyak lainnya. Minyak zaitun juga
mengandung berbagai vitamin (seperti vitamin A, B, C, D, dan vitamin E).
Minyak zaitun kaya akan vitamin E yang merupakan anti penuaan
dini.Senyawa 2-metoksietanol (2-ME) merupakan bahan toksik dan teratogenik
(Moslen et al., 1995). 2-ME ini sebagai radikal bebas, adanya radikal bebas
memicu stress oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan infertilitas melalui efek
negatifnya

ke

spermatozoa

seperti

peningkatan

hilangnya

motilitas,

peningkatan kerusakan membran, penurunan morfologi, viabilitas dan


kemampuan spermatozoa (Twigg et al., 1998). Untuk melawan radikal bebas
dibutuhkan antioksidan.

Motilitas spermatozoa yang turun disebabkan oleh kerusakan membran


spermatozoa yang kaya lemak tak jenuh oleh ROS. ROS yang berasal dari 2ME meningkatkan jumlah lipid peroksidase yang akan menyebabkan hilangnya
ATP intraseluler. Hilangnya ATP ini mengakibatkan kerusakan aksonema
(tubulus sentral tidak ada, mikrotubulus luar berkurang atau tidak ada sama
sekali), menurunkan viabilitas, dan meningkatkan defek morfologi mid piece
spermatozoa

sehingga

menurunkan

kapasitasi,

reaksi

akrosom,

dan

menghamba tmotilitas (Lamirande et al., 1992).


Antioksidan sebagai senyawa yang secara nyata dapat memperlambat
oksidasi. Beberapa antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD), katalase,
dan glutathion peroksidase (GPX), vitamin C, vitamin E, piruvat, glutathion,
dan karnitin (agarwal et al., 2002).
Vitamin E dalam penelitian ini yaitu Ever-E digunakan sebagai
antioksidan. Dari uji ANOVA dan Duncan menunjukkan bahwa pemberian
Ever-E dapat memperbaiki motilitas spermatozoa. Vitamin E telah lama
dikenal sebagai senyawa antioksidan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
vitamin E bisa membantu mencegah tersumbatnya arteri koronaria, kanker,
mempercepat konduksi saraf, mencegah katarak, menurunkan risiko arthritis,
diabetes, infertilitas pria dan wanita (Combs, 1992). Vitamin E terutama
tokoferol bekerja sebagai antioksidan pemutus rantai (chain-breakingantioxidants) yang mencegah terjadinya tahap propagasi pada aktivitas radikal
dengan cara kelompok hidroksil pada cincin kromanol bereaksi dengan radikal
peroksil yang membentuk hidroperoksid dan tokoferoksil (Suryohudoyo,
2000).
Minyak ikan banyak mengandung vitamin A dan Omega 3. Kandungan ini
bukan merupakan antioksidan sehingga pemberian minyak ikan pada mencit
yang terinjeksi 2-ME tidak dapat mempertahankan motilitas spermatozoa
dibandingkan dengan kelompok kontrol minyak zaitun. berdasarkan uji
ANOVA dan Duncan menunjukkan bahwa tidak ada beda makna perlakuan
kontrol 2-ME dengan pemberian minyak ikan pada mencit terinjeksi 2-ME.

C. Viabilitas spermatozoa
Berdasarkan hasil pengamatan pada kelompok kontrol Olive Oil
didapatkan hasil viabilitas pada mencit 1 sebesar 85 % dan pada mencit 2
sebesar 92 %. Kelompok kontrol merupakan kelompok dengan pemberian
olive oil saja, olive oil ini merupakan pelarut dari vitamin E yang digunakan
dalam penelitian ini karena vitamin hanya dapat larut pada pelarut minyak
sehigga olive oil ini merupakan pelarut yang ideal digunakan serta mudah
untuk

didapatkan.

Naumun

kelompok

perlakuan

Ever-E+2-Me

tidak

menunjukkan nilai beda makna dengan kontrol minyak zaitun.Hasil


perhitungan didapatkan berbeda pada pada perlakuan K2 (2-ME) selama 5 hari
dimana didapatkan hasil viabilitas mencit 1 sebesar 54 % sedangkan pada
mencit 2 sebesar 50 %. Hasil ini tentu saja lebih rendah daripada perlakuan
kontrol dengan pemberian olive oil karena 2-ME dapat merusak kondisi dari
sel spermatogenik sehingga persentasi viabilitas spermatozoa menjadi rendah.
Pada kelompok perlakuan Ever-E+2-ME didapatkan hasil viabilitas pada
mencit 1 sebesar 87 % dan pada mencit 2 sebesar 89 %. Pada perlakuan telah
diberikan vitamin E sintetis dengan merek dagang Ever E, diharapkan setelah
pemberian vitamin E pada kelompok perlakuan dapat memperbaiki kondisi
dari spermatozoa yang telah rusak akibat pemberian 2-ME. Pada kelompok
perlakuan Minyak Ikan+2-ME didapatkan hasil sebesar 57 % pada mencit 1
dan pada mencit 2 sebesar 77 %. Pada perlakuan pemberian minyak ikan
diharapkan akan dapat memperbaiki kondisi dari spermatozoa yang telah rusak
akibat pemberian 2-ME, hal ini dapat terlihat pada persentasi viabilitas
spermatozoa yang lebih tinggi daripada kelompok mencit dengan pemberian 2ME saja. Hal ini dapat dibuktikian pula pada hasil uji ANOVA dan Duncan (
= 0.05) menunjukkan pada kontrol 2-Me memiliki nilai beda makna dengan
kelompok perlakuan minyak ikan+2-Me. Namun pemberian minyak ikan
memiliki persentasi viabilitas yang lebih rendah daripada kelompok pemberian
olive oil dan kelompok pemberian Ever-E, hal ini dimungkinkan karena
kandungan asam lemak dari olive oil serta Ever-E lebih tinggi daripada minyak
ikan.

Hal

demikian

dapat

dibuktikan

pada

uji

ANOVA sehingga

kelompokperlakuan minyak ikan+2-Me memiliki beda makna dengan

kelompok perlakuan Ever E+2-Me dan kontrol minyak zaitun. Minyak ikan
yang digunakan dalam peneletian memiliki banyak campuran sehingga
konsentrasi dari asam lemak yang terdapat pada minyak ikan cukup rendah.
Asam lemak dapat memacu proses sintesis dari testosteron sehingga dengan
makin tingginya konsentrasi asam lemak yang diberikan akan meningkatkan
testosteron pula. Hormon testosteon ini berperan dalam proses menjaga
keberlangsungan hidup dari spermatozoa.

D. Integritas membran

Hasil pengamatan integritas membran dengan menggunakan metode


hypoosmotik

swelling

test

dan pewarnaan eosin negrosin yang diamati

dengan mikroskop. Spermatozoa yang memiliki integritas membran plasma


utuh dan hidup ditandai dengan adanya ekor berputar. Spermatozoa yang
memiliki membran plasma rusak ditandai dengan ekor yang lurus. Dari
grafik 1 terlihat bahwa persentase integritas membran spermatozoa pada
ketiga kelompok perlakuan penambahan vitamin E (ever-E), dan minyak
ikan lebih tinggi dibandingkan dengan spermatozoa kelompok kontrol 2-ME.
Rata-rata persentase integritasmembran spermatozoa yang baik ditemukan
pada kelompok K1, K2, P1 dan P2 secara berturut turut adalah 77,5%, 41%,
53,5% dan 60% (Grafik 1).

Grafik 1 : Persentase integritas membran baik pada berbagai kelompok


perlakuan.
Kelompok kontrol 2ME berbeda nyata (p<0,05) dengan kelompok
perlakuan minyak ikan. Minyak ikan mengandung omega-3 yang merupakan
asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk integritas membran sel, sehingga
terdapat beda secara nyata pada kelompok perlakuan minyak ikan (P2).
Hasil

analisis

statistik

terhadap persentase integritas membran

spermatozoa yang baik menunjukan ada perbedaan yang nyata (p<0,05)antara


kelompok kontrol 2-ME dengan kelompok kontrol minyak zaitun, kelompok
perlakuan vitamin E. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan penambahan
vitamin E dalam mampu menghambat kerusakan integritas
spermatozoa. Hasil penelitian

ini

sejalan

dengan

membran

pernyataan yang

diungkapkan oleh Hayati (2006) bahwa 2-ME dapat mengoksidasi lipid pada
membran spermatozoa menghasilkan senyawa malondialdehyde (MDA), yang
bersifat

toksik

padasel

sehingga

menyebabkan

kerusakan

membran

spermatozoa.Persentase integritas membran spermatozoa yang baik pada


kelompok K2 lebih tinggi

secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan

kelompok P1. Integrias membran spermatozoa pada kelompokperlakuan


menambahan vitamin E berhubungan dengan kemampuan vitamin E dalam
menghambat terjadinya peroksidasi lipid pada membran spermatozoa akibat
meningkatnya senyawa oksigen reaktif dalam medium. Kejadian peroksidasi
lipid dapat menyebabkan rusaknya membran plasma spermatozoa secara
permanen sebagai akibat

rantai-rantai asam lemak membran. Dengan

menambahkan vitamin

di

dalam

medium

pencucian

pada proses

sentrifugasi di harapkan dapat mempertahankan dan melindungi membran sel


dari serangan senyawa oksigen reaktif. Hasil sejalan dengan hasil penelitian
yang dilaporkan Halliwell dan Gutterige (1999) bahwa vitamin E bekerja di
membran sel dan di dalam sel untuk mencegah peroksidasi lipid. Vitamin E
juga berfungsi sebagai anti oksidan intra seluler yang paling kuat, dalam
mengurangi atau mencegah peroksidasi asam lemak tak jenuh di dalam dan di
dinding sel (Suryohudoyo, 2000). Namun secara biologis penambahan vitamin

E dalam pengencer glukosa fosfat terhadap kebutuhan membran plasma pada


dosis 1 g/ml sampai 10 g/ml mengalami peningkatan. Peningkatan ini
berhubungan dengan fungsi vitamin E sebagai antioksidan. Tomaszewska dkk.,
(1993), vitamin E berperan di dalam proses mempertahankan integritas biomembran. Kegiatan ini barangkali berhubungan dengan fungsi vitamin E
sebagai antioksidan yang dapat mencegah proses peroksidasi asam lemak tidak
jenuh pada membran sel. Rusaknya permeabilitas atau keutuhan membran
plasma menyebabkan cairan intraseluler keluar dan sebagian kepala sperma
cenderung mengalami aglutinasi sehingga sperma tidak mampu melakukan
pergerakan (White, 1969). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keutuhan
membran plasma sangat penting bagi sperma, karena membran plasma yang
rusak tidak dapat diperbaiki (Den Daas, 1992).
Stres oksidasi pada spermatozoa merupakan penyebab utama disfungsi
spermatozoa dengan menghambat proses oksidasi fosforilasi. Oksidasi
fosforilasi yang terganggu menyebabkan peningkatan reactive oxygen species
(ROS) spermatozoa. Kadar ROS yang tinggi dalam sel dapat mengoksidasi
lipid, protein, dan DNA. Lipid membran plasma spermatozoa memiliki
fosfolipid dengan kadar yang tinggi sehingga menyebabkan spermatozoa
sangat rentan terhadap ROS. Hal ini menunjukkan bahwa membran
spermatozoa adalah target utama ROS dan lipid merupakan sasaran yang
potensial (Lamarande et al., 1997). Oksidasi lipid (lipid peroksidase) pada
membran spermatozoa menghasilkan senyawa alondialdehyde (MDA), yang
bersifat toksik pada sel sehingga menyebabkan kerusakan membran
spermatozoa. Membran spermatozoa yang rusak akan menyebabkan penurunan
integritas membran spermatozoa, sehingga pada akhirnyamenyebabkan
penurunan kualitas sperma.
E. Konsentrasi Spermatozoa
Konsentrasi Spermatozoa menunjukkan jumlah spermatozoa tiap unit
volume semen. Sedangkan jumlah total spermatozoa dalam keseluruhan
ejakulat dengan cara mengkalikan konsentrasi spermatozoa dengan volume
semen. (WHO, 2010).

Pada manusia, volume dan jumlah spermatozoa tergantung lama waktu


antara ejakulasi. Rata-rata volume ejakulat adalah 2,75 mL (antara 2 sampai 6
mL). Rata-rata ejakulat manusia mengandung spermatozoa 180 juta (66
juta/mL). Baik volume maupun jumlah spermatozoa sangat berpengaruh
terhadap fertilisasi (Hayati, 2011). Batas minimal konsentrasi spermatozoa
normal adalah 15 X 106 spermatozoa per ml, sedangkan batas minimal jumlah
total spermatozoa adalah 39 x 106 spermatozoa per ejakulat (WHO, 2010).
Berdasarkan hasil uji ANOVA dan Duncan ( = 0.05), pada penelitian ini
menunjukkan Kelompok Kontrol 2-ME memiliki hasil yang berbeda dengan
kelompok perlakuan Ever-E+2-ME, Minyak ikan+2-Me dan kontrol minyak
zaitun. Sedangkan Kelompok perlakuan Ever-E+2-Me juga memiliki hasil
berbeda dengan kelompok minyak ikan+2-Me dan kontrol minyak zaitun.
Kelompok perlakuan minyak ikan+2-Me memiliki hasil yang berbeda dengan
kontrol minyak zaitun.
Pada kelompok kontrol minyak zaitun jumlah spermatozoa yang
dihasilkan 11,5 juta sel/ml, sedangkan pada kontrol 2-ME yang diberikan
selama 5 hari rata-rata jumlah sperma yang dihasilkan hanya 1,44 juta sel/ml.
Pada kelompok perlakuan 2-ME yang diobati dengan Ever-E terdapat jumlah
sel spermatozoa 14,06 juta/ml, sedangkan pada perlakuan 2-ME yang diobati
dengan minyak ikan terdapat jumlah sel spermatozoa 3,16 juta/ml. Hal ini
dapat dikatakan bahwa potensi minyak ikan sebagai antioksidan pada
spermatozoa yang terpapar 2-ME masih rendah yaitu dibandingkan dengan
tablet EVER-E komersial yang telah ada di pasaran.

BAB V
KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN
1. Pemberian vitamin E komersial berpengaruh terhadap Morfologi, Motilitas,
Viailitas, Integritas, dan Konsentrasi sel spermatozoa mencit (Mus
musculus) yang setelah terpapar 2-Me
2. Pemberian minyak ikan berpengaruh terhadap Morfologi, Motilitas,
Viabilitas, Integritas, dan Konsentrasi sel spermatozoa mencit (Mus
musculus) yang setelah terpapar 2-Me
3. Pemberian minyak zaitun berpengaruh terhadap Morfologi, Motilitas,
Viabilitas, Integritas, dan Konsentrasi sel spermatozoa mencit (Mus
musculus) yang setelah terpapar 2-Me

Daftar Pustaka
AgarwalA,PrabakaranSA.2005.
Oxidativestressandantioksidantsinmaleinfertility:adifficult

balance.

Iranian Journal of Reproductive Medicine;3:1.


Anonim, 2013, "North American Olive Oil Association: "About Olive Oil Consumption"".
Bagigo, G. "Olive-oil-enriched diet: effect on serum lipoprotein levels and biliary
cholesterol saturation.". Am J Clin Nutr. Retrieved 28 February 2013.
CombsGF. 1992. The vitamins : Fundamental aspects in nutrition and
health.SanDiego:Academic Press.
Drummond, Linda, Sunday Telegraph (Australia), 2010 Features; p. 10.
E. Tripoli, M. Giammanco, G. Tabacchi, D. Di Majo, S. Giammanco, and
Maurizio La Guardia. , The phenolic compounds of olive oil: structure,
biological activity and beneficial effects on human health. 2005. Nutrition
Research Reviews18, 98112
Ferrara, LA; Raimondi, AS; d'Episcopo, L; Guida, L; Dello Russo, A; Marotta, T
(27 March 2000). "Olive oil and reduced need for antihypertensive medications".
Archives of Internal Medicine160 (6): 837842. doi:10.1001/archinte.160.6.837.
PMID 10737284
Hardjosubroto, W. and J. M. Astuti. 1993. Buku Pintar Peternakan. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.Hafez, E. S. E. 1987. Reproduction in
Farm Animal. 7th ed. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Harper, H.A., V.W. Rodwel and P.A. Mayes. 1977. Biokimia. Edisi 17. Alih
bahasa: M.Muliawan. Universitas Inonesia, Jakarta.
Hayati,

A., Mangkoewidjojo, S., Hinting A dan Moeljopawiro, S., 2006,


Hubungan Kadar MDA Sperma dengan Integritas Membran
Spermatozoa Tikus (Rattus norvegicus) Setelah Pemaparan 2Methoxyethanol. Berkala Penelitian Hayati, 11(1): 151-154.

"How Extra Virgin Olive Oil Protects Against Alzheimer's Disease". Medical
News Today. 22 Mar 2013.Monti, M. C.; Margarucci, L.; Tosco, A.;
Riccio, R.; Casapullo, A. (2011). "New insights on the interaction
mechanism between tau protein and oleocanthal, an extra-virgin olive-oil
bioactive component". Food & Function2 (7): 423428.
Lamirande,GagnonC.
Reactiveoxygenspeciesandhumanspermatozoa.J.Androl;13.

1992.

Linder, M. C. 1985. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara


Klinis. UIPress, Jakarta
Major phenolic compounds in olive oil: metabolism and health effects. Kellie L
Tuck and Peter J Hayball, The Journal of Nutritional Biochemistry,
November 2002, Volume 13, Issue 11 , Pages 636644
Morris, Claudia R, and Agin, Marilyn C. Syndrome of Allergy, Apraxia, and
Malabsorption: Characterization of a Neurodevelopmental Phenotype
that

Responds

to

Omega

and

Vitamin

Supplementation. Alternative Therapies in Health and Medicine 2009;


Vol. 15, No. 4: 32-41.
Muryanti, Y. 2005. Kadar Testosteron Serum Darah dan Kualitas Spermatozoa
Mencit (Mus musculus L.) setelah diberi Ekstrak Biji Saga (Abrus
precatorius L.). Tesis. FakultasPascasarjana, Yogyakarta.
Nalbandov. A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Alih
Bahasa : SunaryoKeman. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
O'Donnel, L., R.I. McLachlan, N.G. Wreford, D.N. de Kretser and D.M.
Robertson. 1996. Testosterone Withdrawal Promotes Stage-Specific
Detachment of Round Spermatids from the Rat Seminiferous Epithelium,
J.Bio.Reprod. (55) 895-901.
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta. Hal
25-41.
Richardson AJ, Montgomery P. The Oxford-Durham study: a randomized,
controlled trial of dietary supplementation with fatty acids in children
with developmental coordination disorder. Pediatrics. May 2005;
115(5); 1360-1366.
R.W Owen, A Giacosa, W.E Hull, R Haubner, B Spiegelhalder and H Bartsch, The
antioxidant/anticancer potential of phenolic compounds isolated from
olive oil. European Journal of Cancer, June 2000, Volume 36, Issue 10,
12351247
Suryohudoyo, P. 1995. Oksidan, anti oksidan dan radikal bebas dalam
Simposium dampak negatif radikal bebas pada organ tubuh dan
manfaatnyaantioksidan. Fakultas Kedokteran Unair, Surabaya.
Suryohudoyo,

P. 2000.

Ilmu

Kedokteran Molekuler.

Jakarta; CV. Sagung Seto. Hal 31 47.

Cetakan

Pertama,

Tomaszewska, M.W., Mastika, I.M., Djajanegara, A. Gardiner, S dan Wiradarya,


T.R. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret
Univesity Press, Surakarta.
White, I.F. 1969. Mammalian Semen. Dalam E.S.E. Hafez (ed). Reproduction in
Animals. Lea and Febiger. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai