Anda di halaman 1dari 12

Nama : Linda Wati Kurniawan

NRP : 1130048

TERAPI NUTRISI

A. Pengertian
Terapi nutrisi adalah penggunaan layanan nutrisi khusus untuk mengobati
penyakit, luka, atau kondisi lainnya dan mencakup dua hal utama yaitu
penilaian status gizi penderita dan penatalaksanaan yang mencakup terapi
nutrisi, penyuluhan dan penggunaan supplement nutrisi.

B. Jenis terapi
a. Oral feeding
b. Enteral nutrition
c. Parenteral nutrition
1) Pemberian TPN

Strategi dalam menentukan jenis terapi


Pasien

Fungsi saluran
pencernaan

baik Terganggu Terganggu


sebagian seluruhnya

Nutrisi Nutrisi
enteral parenteral

a. Oral Feeding
Pemberian makan melalui oral adalah memasukann nutrisi melalui
mulut. Pasien perlu didorong untuk makan, bukan hanya untuk mendapatkan
nutrisi secara optimal, namun pasien juga mendapatka manfaat kepuasan fisik
dan psikologis yang dihubungkan dengan makan.Perawat harus membiarkan
klien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan, berusaha
menyelaraskan kecepatan pemberian makan dengan kesiapan mereka dan
seringkali menanyakan apakah terlalu cepat atau lambat. Perawat juga harus
memperbolehkan klien untuk menunjukkan perintah tentang makanan pilihan
klien yang ingin dimakan, dan percakapan dengan topik selain makanan harus
menjadi bagian integral dalam proses. Perawat yang mempunyai tugas untuk
memberi makan pada beberapa klien harus mendelegasikan tanggung jawab
pemberian makan ke orang lain sehingga semua klien dapat diberi makan tepat
waktu dan terencana dengan baik.

1) Tujuan
a) Memperoleh nutrisi yang optimal.
b) Memberikan kepuasan fisik dan psikologis yang dihubungkan
dengan makan.
c) Meningkatkan berat badan.
d) Meningkatkan control diri dengan mampu melakukan aktivitas
harian secara mandiri.
2) Indikasi
a) Pasien yang dapat makan melalui oral.
b) Pasien dengan ketidakmampuan yang membutuhkan bantuan
sebagian atau total untuk makan.

C. Enteral Nutrition (EN)


Enteral Nutrition (EN) adalah pada nutrien yang diberikan melalui
saluran gastrointestinal.Hal ini termasuk makanan keseluruhan, campuran
semua makanan, suplemen oral, dan formula selang pemberian makan.Nutrisi
enteral adalah metode yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika
saluran gastrointestinal klien berfungsi dengan menyediakan dukungan
psikologi, keamanan, dan nutrisi yang ekonomis.Pada klien yang mengalami
kesulitan makan, maka dapat diberikan nutrisi enteral dengan selang
nasogastrik, jejunum, atau lambung. Nutrisi enteral dan infuse dengan mudah
diberikan dalam lingkungan perawatan rumah oleh perawat atau keluarga.
Penelitian telah menunjukkan efek yang menguntungkan dari pemberian
makan enteral bila dibandingkan dengan nutrisi parenteral, yang mengandung
zat gizi pada mukosa gastrointestinal. Pemberian makan dengan rute enteral
dapat mengurangi sepsis, menumpulkan respons hipermetabolik pada trauma,
dan memelihara struktur dari fungsi intestinal(Mainous, Block, dan Dietch,
1994)
EN telah digunakan dengan berhasil selama 24 hingga 48 jam setelah
operasi atau trauma untuk menyediakan cairan, elektrolit, dan nutrisi. Gastric
ileus dapat mencegah pemberian makan nasogastrik dalam kasus selang
nasointestinal atau jejunum memungkinkan pemberian makan postpilorik
yang berhasil (Kudsk, 1994)
Nutrisi Enteral
1. Definisi
Nutrisi enteral adalah semua makanan cair yang dimasukkan
kedalam tubuh lewat saluran cerna, baik melalui mulut ataupun oral,
selang nasogastrik, maupun selang melalui lubang stomagaster atau lubang
stoma jejunum.
Tujuan atau indikasi pemberian nutrisi enteral adalah untuk suplementasi,
untuk pasien yang masih dapat makan dan minum tetapi tidak dapat
mencukupi kebutuhan energy dan protein, untuk pengobatan, dan
digunakan untuk mencukupi seluruh kebutuhan zat gizi bila pasien tidak
dapat makan sama sekali.

2. Jenis Makanan / Nutrisi Enteral


a. Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized) : Makanan
ini dibuat dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat
sendiri dengan menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan
zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan
dapat terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde
yang agak besar, harganya relatif murah.
Contoh :
1) Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu
rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
2) Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,
maizena)
3) Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)
4) Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah
purin untuk penyakit gout, diet diabetes)
b. Makanan / nutrisi enteral formula komersial : Formula komersial ini
berupa bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat
segera diberikan. Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan
osmolaritasnya tetap, dan tidak mudah terkontaminasi.
Contoh :
1) Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi
saluran gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral,
fresubin)
2) Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu
elementar yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung
diserap usus untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran
gastrointestinal (pepti 2000)
3) Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin),
diabetes (diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein
(peptisol)
4) Diet enteral tinggi serat (indovita)

3. Sistem Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya


Nutrisi enteral dapat diberikan langsung melalui mulut (oral) atau
melalui selang makanan bila pasien tak dapat makan atau tidak boleh per
oral. Selang makanan yang ada yaitu :
a. Selang nasogastrik
1) Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan
polietilen. Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung
kebutuhan. Selang ini hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.
2) Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran
7 french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi
pneumonia makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan
atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14
hari.
3) Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini
bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6
minggu.
4) Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini
berukuran 7 french dan dapat dipakai selama 6 bulan.
b. Selang Nasoduodenal / nasojejunal.
Ukuran selang ini bermacam-macam namun lebih panjang dari pada
selang nasogastrik.
c. Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin
dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat
obstruksi esophagus / gaster.

4. Nutrisi Enteral Pada Beberapa Penyakit


a. Nutrisi Enteral pada penyakit saluran cerna.
Bila usus berfungsi baik, lebih baik diberikan nutrisi enteral
dibandingkan parenteral. Nutrisi enteral per oral diberikan bila
makanan masih dapat melalui mulut dan esophagus. Nutrisi enteral per
selang makanan diberikan bila makanan tak dapat diberikan melalui
mulut dan esofagus atau melalui gastrostomi esofagus atau melalui
jejunostomi. Nutrisi enteral sangat penting untuk saluran cerna karena
dapat mencegah atrofivili usus serta tetap menjaga kelangsungan
fungsi usus enterosit, dan kolonosit.
Pada penyakit saluran cerna direkomendasikan masukan enteral
dengan sumber energy asam amino atau peptida, sumber karbohidrat
glukosa polimer, sumber lemak trigliseril.
b. Nutrisi Enteral pada Pasien Kanker
Penggunaan saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian
nutrisi merupakan pilihan pertama pada pemberian nutrisi pasien
kanker. Pasien kanker yang akan mendapat suplementasi enteral dapat
diberikan melalui salah satu dari 3 jalur pemberian yang umum, yaitu
oral nasoenterik atau enterik.
c. Nutrisi Enteral pada Pasien Geriatri
Pasien geriatric (berusia 60 tahun atau lebih) lebih sering
mengalami malnutrisi, karena itu nutrisi merupakan hal yang penting
diperhatikan dalam pengobatan pasien tersebut. Kebutuhan kalori
energy disesuaikan dengan berat badan ideal dengan rumus yang ada.
d. Nutrisi Enteral pada Penyakit Ginjal
Pada pasien penyakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein
atau rendah protein, mengandung energy kalori atau gula.
Pada pasien penyakit ginjal kronik tidak terkomplikasi, untuk
mencegah uremia, protein yang diberikan dalam bentuk protein nilai
biologi tinggi (asam amino esensial) 20g per hari.
Pada pasien gagal ginjal kronik tidak terkomplikasi (termasuk yang
menjalani dialisis) kebutuhan energi tidak berbeda dengan orang
dewasa normal. Keseimbangan nitrogen netral dicapai dengan
pemasukan nutrisi yang mengandung asam amino esensisal 0,55-0,60
gram / kg BB/hari dan kalori energi 35 kkal/Kg BB/ hari.
Pada pasien gagal ginjal kronik dan katabolic berat kebutuhan
kalori energi dan nitrogen lebih tinggi, tidak berbeda dengan pasien
yang tidak menderita gagal ginjal. Pada pasien gagal ginjal dengan
hiperkalemia atau hipofosfatemia dilakukan pembatasan kalium atau
diberikan fosfor. Pada pasien gagal ginjal dengan hipomagnesemia
perlu diberikan magnesium dan pada kalsemia diberikan kalsium.

D. Parenteral Nutrition (PN)


NP adalah bentuk dukungan nutrisi yang khusus yaitu pemberian nutrisi
melalui rute intravena.Walaupun NP dapat mencegah malnutrisi secara efektif
pada klien yang tidak dapat diberikan makanan melalui rute enteral, NP dapat
menyebabkan komplikasi dan membutuhkan kemampuan manajemen
keperawatan yang terampil.Pemberian pengobatan yang aman dari bentuk
nutrisi ini bergantung pada pengkajian kebutuhan nutrisi yang tepat,
manajemen kateter vena sentral yang cermat dan pemantauan yang hati-hati
untuk mencegah atau menangani komplikasi metabolic.Nutrisi parenteral
diberikan dalam lingkungan yang bervariasi, termasuk di rumah klien. Tanpa
memperhatikan lingkungan, perawat mengikuti prinsip asepsis yang sama dan
manajemen pemompaan untuk memastikan keamanan dan dukungan nutrisi
yang tepat.
A. Perenteral nutrition ( PN )
1. Pengertian
Pada saat terjadi gangguan intestinal secara partial ataupun total
dan dukungan nutrisis melalui oral maupun enteral tube feeding
(ETF)tidak dapat dilaksanakan, PN dapat menjadi alternatif akhir bagi
pemenuhan nutrisi pasien (Stratton & smith).Parenteral nutrition
merupakan metode pemberian nutrisi secara intra vena dan dapat dipilih
bila status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau
fungsi dari saluran GI tidak dapat menerima pemberian makanan secara
interal ( Doenges, 2003 ).
Pada umumnya PN hanya digunakan selama beberapa hari atau
minggu. Namun pada kondisi tertentu, penggunaan PN dalam jangka
waktu lama juga dapat dilakukan.
PN adalah bentuk dukungan nutrisi yang khusus yaitu pemberian
nutrient melalui rute intravena.
Tujuannya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energy basal
dan pemeliharaan kerja organ, tetapi jg menambah nutrisi untuk kondisi
tertentu, seperti keadaan stress ( sakit berat , troma ), untuk perkembangan
dan pertumbuhan. Terapi nutrisi parenteral di bagi menjadi 2 kategori :
a. Terapi nutrisi parenteral parsial ( supportive atau suplemen ) di
berikan bila :
1) dalam waktu 5 sampai 7 hari, pasien diharapkan mampu
menerima nutrisi enteral kembali.
2) masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasien. PN
parsial ini diberikan dengan indikasi relative
b. terapi nutrisi parenteral total , diberikan jika batasan jumlah kalori
ataupun batasan waktu tidak terpenuhi. PN total ini diberikan atas
indikasi absolut.

2. Indikasi
Secara umum PN di indikasikan pada pasien yang mengalami
kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.Tanpa
bantuan nutrisi, tubuh memenuhi kebutuhan energy basal rata rata 25
kkal /kg BB / hari. Jika cadangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya
dipenuhi melalui proses gluconeogenesis, antara lain dengan lipolysis dan
proteolysis 125-150 g/hari. Puasa lebih dari 24 jam menghabiskan glukosa
darah (20 g), cadangan glikogen di hati (70 g) dan otot (400 g). sedangkan
cadangan energy lainnya, lemak (12.000 g) dan protein (6.000 g) habis
dalam waktu kira-kira 60 hari.
Keadaan yang memerlukan PN adalah sebagai berikut:
1. pasien tidak dapat makan ( obstruksi saluran pencernaan seperti
stiktur atau keganasan esophagus, atau gangguan absorbsi
makanan)
2. pasien tidak boleh makan ( seperti fistula intestinal dan
pangkreatitis)
3. pasien tidak mau makan (akibat pemberian kemoterapi)

meskipun terdapat 3 hal tersebut, PN tidak langsung diberikan pada


keadaan :
1. pasien 24 jam paska bedah yang masih dalam Ebb phase, masa dimana
kadar hormone stress masih tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan
kadar gula darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan cairan elektrolit
dan dextosa 5%. Jika keadaan sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan,
dan gagal nafas sudah dapat di atasi, krisis metabolism sudah lewat, maka
PN dapat diberikan dengan lancar dan bermanfaat. Makin berat kondisi
pasien, makin lambat dosis PN total (dosis penuh) dapat dimulai. Sebelum
keadaan tenang tercapai, PN total hanya menambahkan stress bagi tubuh
pasien. Fase tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar kortisol,
katekolamin, dan glucagon.
2. Pasien gagal napas (pO2 < 80 dan pCO2 > 50) kecuali dengan respirator.
Pada pemberian PN penuh, metabolism karbohidrat akan meningkatkan
produksi CO2 dan berakibat memperberat gagal napasnya.
3. Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstraseluler.
4. Pasien penyakit terminal, dengan pertimbangan cost-benefit

Kondisi kondisi berikut yang sering diberikan TPN :


a) disfungsional GI , misalnya penyakit peradangan usus, sindroma
usus pendek, pangkreatitis, colitis, fistula, enteritis radiasi, ileus,
diare berkepanjangan, obstruksi usus, atau karsinoma lambung.
b) Gagal hepatic
c) Keadaan hipermetabolik, misalnya sepsis, luka bakar yang berat,
fraktur tulang panjang, peritonitis.
d) Anoreksia sekunder terhadap kondisi medis pasien, misalnya gagal
ginjal.
e) Hyperemesis berat selama kehamilan
f) Candida GI berat pada pasien AIDS
g) Trauma multisystem

E. Pemberian TPN
Apabila asupan nutrisi pasien kurang secar bermakna dibanding yang
diperlukan oleh tubuh untuk memenuhi penggunaan energy, maka akan
mengakibatkan status keseimbangan nitrogen negative. Ini berarti bahwa lebih
banyak protein digunakan daripada yang dapat dibuat.TPN adalah metode
pemberian nutrisi pada tubuh dengan rute intravena.Nutrient ini mencakup
kestrosa, asam amino, elektrolit, vitamin, mineral, dan emulsi lemak. Sasaran
TPN adalah untuk mendapatkan status nutrisi yang baik, penambahan berat
badan dan mencapai proses penyembuhan.
TPN diindikasikan untuk pasien:
a. Yang asupannya kurang untuk mempertahankan status anabolis (mis.,
pasien dengan luka bakar berat, malnutrisi, sindrom usus pendek, AIDS,
sepsis, kanker)
b. Pasien yang tidak mampu mencerna makanan secara oral atau dengan
selang (mis., pasien dengan ileus paralitik, penyakit Crohn dengan
obstruksi, enteritis pascaradiasi, hiperemesis, gravidarum berat pada
kehamilan)
c. Pasien yang menolak untuk mencerna nutrisi secara adekuat. (mis., pasien
dengan anoreksia nervosa, pasien lansia pascaoperatif)
d. Pasien yang tidak boleh makan per oral atau dengan selang (mis., pasien
dengan pancreatitis akut atau fistula enterokutan tinggi)
e. Pasien yang memerlukan dukungan nutrisi praoperatif dan pascaoperatif
secara terus-menerus (mis., setelah pembedahan usus)

1. Nutrisi parenteral total (TPN)


Nutrisi parenteral total adalah suatu terapi kompleks yang dilakukan untuk
memenuhi keperluan nutrisi pasien melalui rute intraven. Larutan yang
digunakan dalam terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi
tinggi). Pemberian teraoi nutrisi parenteral total yang bertujuan untuk
memberikan kalori yang cukup besar yang terdiri dari protein, lipid,
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Keberhasilan terapi ini bergantung pada
jenis makanan yang diresepkan , penanganan kateter intravena, perawatan
luka insisi, penanganan komplikasi akibat terapi. Terapi ini hanya
digunakan apabila asupan makanan secara enteral tidak memadai atau
merupakan kontrakindikasi. TPN tidak diberikan pada pasien yang
pencernaan dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien yang masih dapat
mencerna makanan dengan baik, dan pada pasien yang mengalami stres
atau trauma. (Mubarak&Chahyati,66,2007).
Indikasi TPN untuk paien :
a. Yang aasupan kuran untuk mempertahankan status anabolis
misalnya pasien dengan luka bakarv berat, malnutrisi, sindrom
usus pendek, AIDS, sepsis, kanker.
b. Pasien yang tidak mampu mencerna makanan secara oral atau
dengan selang misalnya pasien dengan ileus paraklitik, penyakit
chohn dengan obtruksi.
c. Pasien yang menolak mencerna makanan nutrient secara adekuat
misalnya pada pasien anoreksia nervosa, lansia pascaoperatif.
d. Pasien yang tidak boleh makanan peroral atau dengan selang
misalnya pada lasia dengan pankreatitits akut.
e. Pasien yang memerlukan dukungan nutrisi praoperatif dan
pascaoperatif secara terus menerus misalnya pada pasien disertai
pembedahan usus.

Kreteria yang digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan pasien terhadap


nutrisi parental ototal mencakup berat badan kurang dari 10% tidak
mampu makan oral atau minum dalam 7 hari oascaoperatif dan situasi
hipermetabilik seperti pada infeksi berat disertai demam.
Penatalaksaan
Larutan TPN diberikan dengan perlahan dan secara bertahap ditingkatkan
setiap hari dengan kecepatan yang diingikan dan sesuai toleransi cairan
dan glukosa pasien. Respon pasien terhadap terapi TPN dan nilai
laboratarium dipantau terus menurus oleh tim pendukung nutrisi. Standing
order dilakukan untukj penimbngan berat badan pasien, mendapatkan
jumlah darah lengkap, jumlah trombosit, masa protrombin, elektrolit,
magnesium dan glokosa ujung jari.
Metode pemberian
Berbagai metode dan rute digunakan untuk memberikan larutan NPT pada
praktuk klinis :perifer,sentral,dan atrial.Metode ini tergantung pada kondisi
pasien dan lamanya antisipasi terapi.
1. Perifer
Larutan NPT digunakan sebagai masukan suplemen per oral bila larutan yang
digunakan kurang hipertonik dibanding larutan yang digunakan untuk
NPT.Konsentrasi dekstrosa diatas 10% tidak boleh diberikan melalui vena
perifer karena dapat mengiritasi intma vena kecil(dinding paling
dalam ).lamanya terapi NPP kurang dari 2 minggu.
2. Sentral
Karena larutan NPT mempunyai lima atau enam kali konsentrasi darah dan
melebihi tekanan osmotic kira-kira 2000 mOsm/1 .maka larutan ini
berbahaya untuk intima perifer. Kerenanya untuk mencegah flebitis dan
komplikasi vena lainnya larutan ini diberikan ke dalam system sirkulasi
melalui kateter yang di masukan ke dalam pembuluh darah besar beraliran
tinggi ( sering vena subklavia). Larutan pekat kemudia diencerkan dengan
sangat cepat sampai ke tingkat isotonic oleh darah didalam pembuluh ini.
3. Atrial
Dua alat yang digunakan untuk terapi IV jangka panjang di rumah adalah :
a. Kateter atrial kanan eksternal ini dipasang melalui pembedahan.
Kateter ini dijahit di bawah kulit pada vena subklavia
b. Lubang subkutan ujung kateter dilekatkan pada serambi kecil yang
ditempatkan di kantung subkutan baik di dinding dada anterior atau
pada lengan.

Penatalaksanaan
Perawat pendukung nutrisi, ahli nutrisi, atau dokter menentukan kebutuhan
pasien akan TPN dengan evaluasi criteria tertentu: derajat penurunan berat
badan, keseimbangan nitrogen, jumlah kehilangan otot dan total massa tubuh
kurus, sera ketidakmampuan pasien untuk mentoleransi pencernaan makanan
melalui saluran GI. Idealnya, perawat pendukung nutrisi, ahli farmasi, ahli
nutrisi, dan dokter berkolaborasi untuk menentukan formula khusus yang
diperlukan.
Larutan TPN diberikan dengan perlahan dan secara bertahap ditingkatkan
setiap hari dengan kecepatan yang diinginkan dan sesuai toleransi cairan dan
glukosa pasien. Respons pasien terhadap terapi TPN dan nilai laboratorium
dipantau terus menerus oleh tim pendukung nutrisi.Standing order dilakukan
untuk penimbangan berat badan pasien, mendapatkan jumlah darah lengkap,
jumlah trombosit, masa protrombin, elektrolit, magnesium, dan glukosa ujung
jari.Pada kebanyakan rumah sakit, larutan TPN diresepkan oleh dokter dalam
bentuk pesanan nutrisi parenteral harian.Formulasi larutan TPN harus dihitung
dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan pasien secara lengkap.

Anda mungkin juga menyukai