HIPOTIROID
OLEH KELOMPOK
KELAS 2C
MOJOKERTO
2018
KATA PENGANTAR
1. Enny Virda S. Kep. Ners M. Kes selaku dosen pembimbing yang mengajar
materi ini.
2. Orang tua yang selalu memberi dorongan moral dan materi.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan do’a.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB 1 : Pendahuluan
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
BAB 2 : Pembahasan
ii
2.1.5 Reflek Laktasi/Mekanisme Menyusui .......................... 12
BAB 3 : Penutup
iii
BAB I
PENDAHULUAN
oksigen pada sebagaian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak
perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada
anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang
kelebihan pembentukan panas. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid
1
1.2.4 Untuk Mengatahui Patofisiologi Hipotiroid
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar hormon tiroid yang rendah akan
disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik
negatif oleh hormon tiroid pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila
hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar hormon tiroid yang
rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi
karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun hormon tiroid.
2.2 ETIOLOGI
1. Hipotiroid Primer
kurang baik, defisiensi iodine (prenatal san postnatal), obat anti tiroid,
3
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi
2. Hipotiroid Sekunder
(TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari pituitary atau
hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone.
3. Hipotiroid Tersier
tyroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pitiutary
untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi
destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana
yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi,
defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area
oleh:
- ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik, bayam,
glikosida.
(Aminothiazole, tolbutamid)
4
2.3 MANIFESTASI KLINIS
2. Musculoskeletal
- Osteoporosis
3. Neurologik
5
- Kejang, koma, dementia, psikosos (gangguan memori, perhatian kurang,
4. Kardiorespiratorik
mendatar/inverse
- Hipotensilasi
- Efusi Pleural
- Dispnea
5. Gastrointestinal
6
6. Renalis
- Hipokalsemia
7. Hematologi
- Anemia mikrositik/makrositik
8. Sistem Endokrin
hiperprolaktemi
- Gangguan fertilitas
akibat hipoklikemi
7
2.4 PATOFISIOLOGI
Hipotalamus gagal
membuat TRH
Gangguan sintesis
hormon tiroid
Produksi kalor
Merasa lemah, menurun
capek, letih, Absorbsi cairan di
usus meningkat
Penurunan suhu
Fatigue
tubuh
konstipasi
Hipotermia
Intoleransi aktivitas
8
2.5 KOMPLIKASI
jumlah reseptor LDL yang mengarah pada ekskresi LDL dari plasma.
b. Komplikasi gastrointestinal
c. Gangguan reproduksi
9
Pada wanita, kekurangan hormon tiroid menyebabkan timbulnya
2. Pemeriksaan TSH
10
dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer. Kadar TSH meningkat
menentukan apakah nodul tiroid, baik yang teraba pada palpasi maupun
yang tidak, merupakan nodul tunggal atau multiple padat atau kistik.
dindingnya tipis.
11
Dapat mengukur volume dari nodul tiroid.
pembesaran tiroid.
12
lain.Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu
2.7 PENATALAKSANAAN
A. Terapi Non-Farmakologis
yang dapat membantu mengurangi gejala dan mengontrol berat badan, yang
umumnya terjadi pada kasus hipotiroid. Beberapa hal yang dapat dilakukan
alami, banyak buah dan sayuran, serta asupan yang baik dari makanan
laut dan protein lainnya. Yang harus dikurangi adalah daging yang
berlemak.
hormon tiroid yang diproduksi oleh tubuh, yaitu T4, menjadi bentuk
hipotiroid. Serat dapat diperoleh dalam bentuk sediaan obat, tetapi lebih
13
baik serat yang berasal dari makanan, seperti kacang, beras, biji-bijian,
serta gandum.
dalam porsi kecil tetapi frekuensinya sering (5-6 kali), daripada makan
penderita hipotiroid.
B. Terapi Farmakologis
Levo-thyroxin
karena memiliki aktivitas yang jauh lebih tinggi daripada isomer dextro.
kali sehari 100-125 mcg sebelum makan. Untuk lansia dan pasien jantung
14
Liotironin (T3)
yang singkat (24 jam), lebih mahal, dan sulit untuk memonitor kadarnya
dalam plasma.
infark jantung, maka kurang layak untuk terapi jangka panjang. Terapi
ini digunakan bila dibutuhkan kerja cepat dan kuat, misalnya pada
mixudema.
15
3. Pembedahan/operasi
pada (a) penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi
medikamentosa/ yang kambuh. (b) tumor jinak dan ganas tiroid, (c) gejala
kecemasan penderita.
16
2.8 Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme
A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. nama;
b. umur : kebanyakan terjadi pada usia tua yaitu antara umur 30-60 tahun
d. pendidikan;
e. alamat;
f. pekerjaan;
g. agama;
h. suku bangsa;
tubuh;
sleep apneu
17
c. Sistem kardiovaskuler :terjadi bradikardi
Mengkaji dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman
18
c. Sirkulasi : bradikardia, gangguan kontraktilitas, penurunan curah
perikard), anemia
konstipasi
penurunan metabolisme
malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. dapat dikaji bagaimana
19
2. Diagnosa
pernafasan.
usus.
20
4.3 Intervensi Keperawatan
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji dan pantau kecepatan, irama, kedalaman,
penurunan fungsi napas dengan kriteria hasil: Rasional: Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar
beraktivitas
3. RR 20x/menit
3. Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama
DO:
1.
periode gawat napas
1. Pasien tampak sesak
21
2. Takipneu atau Bradipneu Rasional:
2. Untuk
P mengatur pernapasan sehingga
napas. s
e
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait
n
pemberian obat bronkhodilator
m
Rasional: Sebagai terapi pengobatan untuk
e
membantu memperluas jalan napas pasien sehingga
n
pasien dapat bernapas dengan optimal
g
2 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya
berhubungan dengan pasien menunjukkan sianosis, status pernapasan dan status mental
22
hormon tiroid menurun, 1. TD dalam batas normal
3. Kulit dingin
4. Tekanan Darah:
3. Anjurkan pasien untuk membatasi aktivitas
5. Edema
Rasional: Pembatasan aktivitas dimaksudkan untuk
23
4. Kolaborasi dengan tim medis terkait pemberian
pasien
3 Hipotermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji gejala hipotermia, seperti perubahan warna
tubuh yang ditandai dengan normal dengan kriteria hasil: Rasional: Mengetahui adanya hipotermian pada
24
DO: 4. Warna kulit normal Rasional: Perubahan termoregulasi dimanifestasi
3. Tampak pucat
3. Untuk pasien lansia: Kaji secara seksama untuk
4. Suhu tubuh <36 C
adanya konfusi dan penurunan tingkat kesadaran
25
Rasional: untuk membantu mempertahankan dan
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas
berhubungan dengan pasien menunjukkan toleransi aktivitas Rasional: Untuk mengidentifikasi pemenuhan
ditandai dengan:
1. Pasien memiliki kemampuan untuk
2. Pantau respon kardiorespiratori terhadap ativitas
DS menyelesaikan aktivitas
Rasional:Untuk memantau kemampuan
2. pasien merasa tidak sesak saat
1. Pasien mengeluh sesak
kardiorespiratori pasien dalam melakukan aktivitas
aktivitas
saat beraktivitas
3. TD normal
2. pasien merasa lelah
3. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
DO:
26
1. Tekanan darah: Rasional: Mengidentifikasi adanya perubahan yang
aktivitas pasien
5 Perubahan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji mengenai program defekasi, aktivitas,
defekasi:konstipasi pasien menunjukkan pola defekasi yang pengobatan, dan pola kebiasaan pasien
berhubungan dengan normal, dengan kriteria hasil: Rasional: untuk mengetahui data dasar mengenai
DS:
27
1. Pasien mengeluh tidak 3. pasien melaporkan keluarnya feses 2. Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang
bisa BAB dan pola defekasi yang normal eliminasi defekasi pasien
DO:
1. Anoreksia
3. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait diet
2. Penurunan peristaltik
pemberian makanan berserat tinggi dan cairan
usus
Rasional: Membantu menentukan program diet
3. Perubahan pola defekasi
yang tepat untuk mengatasi konstipasi
eliminasi
28
Rasional: memberikan pengetahuan pada pasien
6 Resiko cedera berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
dengan penurunan tonus resiko cedera akan menurun, dengan kebutuhan keamanan akan cedera
resiko cedera
2. Identifikasi faktor lingkungan yang
29
3. Bantu ambulasi pasien jika perlu
30
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
31
32