Anda di halaman 1dari 36

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HIPOTIROID

OLEH KELOMPOK

KELAS 2C

1. Vita Herlindasari (2016040)

2. Odivia Mega Varlinda (2016040)

3. Novia Puspa Andini (201604062)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Hipotiroid” . Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas reproduksi.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan tugas ini tidak terlepas dari


bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih atas bimbingan, saran, bantuan, dan dukungan baik moral maupun
spiritual.

1. Enny Virda S. Kep. Ners M. Kes selaku dosen pembimbing yang mengajar
materi ini.
2. Orang tua yang selalu memberi dorongan moral dan materi.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan do’a.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.
Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi
peningkatan kualitas penulisan di masa mendatang dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Mojokerto, 15 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB 1 : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan............................................................................................. 2

BAB 2 : Pembahasan

2.1 Proses Laktasi ................................................................................. 3

2.1.1 Anatomi Payudara ........................................................ 3

2.1.2 Definisi Laktasi.............................................................. 7

2.1.3 Fisiologi Laktasi ............................................................ 7

2.1.4 Proses Laktogenesis ..................................................... 11

ii
2.1.5 Reflek Laktasi/Mekanisme Menyusui .......................... 12

2.2 IMD dan ASI Eksklusif ..................................................................... 14

2.2.1 IMD ............................................................................... 14

2.2.2 ASI Eksklusif .................................................................. 18

2.3 Manajemen Laktasi ........................................................................ 23

2.3.1 Persiapan Menyusui Yang Optimal .............................. 23

2.3.2 Cara Menyusui Yang Baik dan Benar ........................... 33

2.3.3 Posisi Menyusui ............................................................ 36

2.3.4 Lama dan Frekuensi Menyusui .................................... 39

2.3.5 Pengeluaran ASI Dengan Cara Memerah ..................... 40

2.3.6 Penyimpanan ASI ......................................................... 44

2.4 Masalah Menyusui Pada Ibu ......................................................... 46

2.5 Masalah Menyusui Pada Bayi ........................................................ 57

BAB 3 : Penutup

3.1. Kesimpulan .................................................................................... 64

Daftar Pustaka ................................................................................................. 65

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelenjar tiroid mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar

optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi

oksigen pada sebagaian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak

dan karbohidrat,dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. Kelenjar

tiroid tidak essensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan

perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada

anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang

berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardi, tremor, dan

kelebihan pembentukan panas. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid

(Thyroid stimulating hormon = TSH) dari hipofisis anterior.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa Definisi Hipotiroid?

1.2.2 Apa Etiologi Hipotiroid?

1.2.3 Apa Manifestasi Klinik Hipotiroid?

1.2.4 Apa Patofisiologi Hopotiroid?

1.2.5 Bagaimana Penatalaksanaan Hipotiroid?

1.2.6 Seperti Apa Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipotiroid?

1.3 TUJUAN MASALAH

1.2.1 Untuk Mengetahui Definisi Hipotiroid

1.2.2 Untuk Mengetahui Etiologi Hipotiroid

1.2.3 Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik Hipotiroid

1
1.2.4 Untuk Mengatahui Patofisiologi Hipotiroid

1.2.5 Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Hipotiroid

1.2.6 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Hipotiroid

2
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 PENGERTIAN HIPORTIROID

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi

hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur.

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif

dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroidisme dapat terjadi

akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan

oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar hormon tiroid yang rendah akan

disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik

negatif oleh hormon tiroid pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila

hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar hormon tiroid yang

rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi

karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun hormon tiroid.

Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus menyebabkan

rendahnya kadar hormon tiroid, TSH, dan TRH.

2.2 ETIOLOGI

Etiologi dari tiroiditisme dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Hipotiroid Primer

Mungkin disebabkan oleh congenital tyroid (kretinism), sintesis hormone yang

kurang baik, defisiensi iodine (prenatal san postnatal), obat anti tiroid,

3
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi

kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.

2. Hipotiroid Sekunder

Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak meman\dai

dari kelenjar tyroid normal, konsekuensinya jumlah tiroid stimulating hormone

(TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari pituitary atau

hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone.

3. Hipotiroid Tersier

Hipotiroid tersier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi

tyroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pitiutary

untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi

destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana

yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi,

defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area

geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.

Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan

oleh:

- kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah.

- ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang

menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik, bayam,

kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik

glikosida.

- ingesti dari obat goitogen seperti thioureas (Propylthiracil) thocarbomen,

(Aminothiazole, tolbutamid)

4
2.3 MANIFESTASI KLINIS

1. Kulit dan Rambut

- Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal

- Pembengkakan, tangan, mata dan wajah

- Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk

- Tidak tahan dingin

- Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal

2. Musculoskeletal

- Volume otot bertambah, glossomegali

- Kejang otot, kaku, paramitoni

- Artralgia dan efusi sinovial

- Osteoporosis

- Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda

- Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis

- Kadar fosfatse alkali menurun

3. Neurologik

- Letargi dan mental menjadi lambat

- Aliran darah otak menurun

5
- Kejang, koma, dementia, psikosos (gangguan memori, perhatian kurang,

penurunan reflek tendodn)

- Ataksia (serebelum terkena)

- Gangguan saraf (carfal tunnel)

- Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu

4. Kardiorespiratorik

- Bradikardi, disritmia, hipotensi

- Curah jantung menurun, gagal jantung

- Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)

- Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang

mendatar/inverse

- Penyakit jantung iskemic

- Hipotensilasi

- Efusi Pleural

- Dispnea

5. Gastrointestinal

- Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen

- Obstruksi usus oleh efusi peritoneal

- Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa

6
6. Renalis

- Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun

- Retensi air ( volume plasma berkurang)

- Hipokalsemia

7. Hematologi

- Anemia normokrom normositik

- Anemia mikrositik/makrositik

- Gangguan koagulasi ringan

8. Sistem Endokrin

- Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/masa

menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan

hiperprolaktemi

- Gangguan fertilitas

- Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin

akibat hipoklikemi

- Gangguan sistesis kortison, kliren kortison menurun

- Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun

7
2.4 PATOFISIOLOGI

Hipotalamus gagal
membuat TRH

Gangguan rangsangan Kerusakan kelenjar tiroid


hipofisis anterior (operasi, radiasi, tiroiditis
auroimun, karsinoma.

Tidak terjadi sinteasis Konsumsi obat OAT/


kelenjar TSH tionamid berlebihan

Gangguan sintesis
hormon tiroid

Produksi ATP dan HIPOTIROID Penurunan fungsi


ADP menurun gastrointestinal

Energi tubuh G3 metabolisme


Peristaltik usus
berkurang
menurun

Produksi kalor
Merasa lemah, menurun
capek, letih, Absorbsi cairan di
usus meningkat

Penurunan suhu
Fatigue
tubuh
konstipasi

Tidak bisa beraktivitas Kulit terasa dingin


secara noermal

Hipotermia

Intoleransi aktivitas

8
2.5 KOMPLIKASI

Hormon tiroid mempengaruhi hampir semua sistem organ di dalam

tubuh, maka komplikasi hipotiroid dapat bermacam-macam tergantung

organ yang terlibat dan durasi serta keparahan kondisi.

a. Komplikasi kardivaskular meliputi hiperkolesterolemia yang

berhubungan dengan arteriosklerosis dan ischemic heart disease.

Kurangnya sirkulasi perifer, pembesaran jantung, gagal jantung, dan

efusi pleural dan perikardial juga dapat terjadi.

Dalam keadaan normal, hormon tiroid akan menginduksi peningkatan

jumlah reseptor LDL yang mengarah pada ekskresi LDL dari plasma.

Sedangkan apabila terjadi defisiensi hormon tiroid, dapat meningkatkan

jumlah kolesterol dalam darah karena terganggunya metabolism lemak

dan kolesterol, serta berkurangnya ekskresi kolesterol oleh hati ke

dalam empedu. Hal ini akan menyebabkan pengendapan lemak secara

berlebihan. Sangat meningkatnya jumlah lipid dalam sirkulasi darah

pada pasien hipotiroid berasosiasi dengan timbulnya aterosklerosis.

b. Komplikasi gastrointestinal

Dalam keadaan normal, hormon tiroid dapat meningkatkan baik

kecepatan sekresi getah pencernaan dan motilitas saluran cerna.

Apabila terjadi defisiensi hormon tiroid, dapat menurunkan sekresi

getah pencernaan dan mengurangi motilitas saluran cerna, sehingga

memicu terjadinya konstipasi.

c. Gangguan reproduksi

9
Pada wanita, kekurangan hormon tiroid menyebabkan timbulnya

menoragia (darah menstruasi berlebihan) dan polimenore (frekuensi

menstruasi lebih sering). Hal ini yang dapat menyebabkan terjadinya

anemia defisiensi besi. Namun, pada beberapa kasus, kekurangan

hormon tiroid juga dapat menimbulkan periode menstruasi tidak teratur

bahkan timbul amenore. Hal ini yang menyebabkan terjadinya

infertilitas. Pada wanita dan pria hipotiroid akan cenderung mengalami

penurunan libido yang sangat besar.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan T3 dan T4 serum

Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.

· T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)

· T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)

· TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)

2. Pemeriksaan TSH

Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid

untuk membuat dan mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar

hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan

TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang

direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan

mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien

hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal

10
dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer. Kadar TSH meningkat

sehingga terjadi hipotiroid.

3. Pemeriksaan USG dan scan tiroid

Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi)

Dapat menentukan apakah lesi tersebut kistik ataukah padat.

Kebanyakan karsinoma adalah padat, kebanyakan lesi yang kistik atau

campuran adalah jinak. Teknik ultasonografi digunakan untuk

menentukan apakah nodul tiroid, baik yang teraba pada palpasi maupun

yang tidak, merupakan nodul tunggal atau multiple padat atau kistik.

Pemeriksaan ultasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan

kemungkinan keganasan tapi hanya dapat mendeteksi nodul yang

berpenampang lebih dari setengah centimeter.

Kelainan- kelainan yang dapat didiagnosis secar USG ialah:

 Kista; kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen,

dindingnya tipis.

 Adenoma/ nodul padat; iso atau hiperekoik, kadang-kadang disertai

hal yaitu suatu lingkaran hipoekoik disekelilingnya.

 Kemungkinan karsinoma; nodul padat, biasanya tanpa halo.

 Tiroditis; hipoekoik, difus, meliputi seluruh kelenjar.

USG bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk:

 Dapat menentukan jumlah nodul.

 Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik.

11
 Dapat mengukur volume dari nodul tiroid.

 Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak

menangkap iodium, yang tidak terlihat dengan sidik tiroid.

 Pada kehamilan di mana pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat

dilakukan, pemeriksaan USG sangat membantu mengetahui adanya

pembesaran tiroid.

 Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan

dilakukan biopsi terarah.

 Dapat dipakai sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan.

4. Pemeriksaan sidik tiroid.

Hasil pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan

ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian

tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Na peroral dan setelah 24

jam secara foto grafik ditentukan konsentrasi yadium radioaktif yang

ditangkap oleh tiroid.

Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu :

1. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang

dibandingkan sekitarnya.Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.

2. Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada

sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.

3. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini

berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang

12
lain.Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu

ganas atau jinak.

2.7 PENATALAKSANAAN

A. Terapi Non-Farmakologis

Pada penderita hipotiroid, sangat penting diketahui bahwa diperlukan diet

yang dapat membantu mengurangi gejala dan mengontrol berat badan, yang

umumnya terjadi pada kasus hipotiroid. Beberapa hal yang dapat dilakukan

terkait dengan pengaturan pola dan jenis konsumsi makanan, yaitu:

 Diet sehat untuk penderita hipotiroid meliputi biji-bijian, makanan

alami, banyak buah dan sayuran, serta asupan yang baik dari makanan

laut dan protein lainnya. Yang harus dikurangi adalah daging yang

berlemak.

 Mineral yang penting bagi penderita hipotiroid adalah Selenium.

Mineral ini merupakan antioksidan dan penting dalam mengkonversi

hormon tiroid yang diproduksi oleh tubuh, yaitu T4, menjadi bentuk

aktifnya, yaitu T3. Makanan yang banyak mengandung selenium yaitu

kacang-kacangan dan daging tidak berlemak.

 Mengkonsumsi nutrisi yang mengandung banyak serat. Serat dapat

menyebabkan rasa kenyang dan dapat membantu dalam penurunan

berat badan serta membantu pada kejadian konstipasi pada pasien

hipotiroid. Serat dapat diperoleh dalam bentuk sediaan obat, tetapi lebih

13
baik serat yang berasal dari makanan, seperti kacang, beras, biji-bijian,

serta gandum.

 Diet pada penderita hipotiroid disarankan untuk lebih baik makan

dalam porsi kecil tetapi frekuensinya sering (5-6 kali), daripada makan

dalam porsi besar tetapi frekuensinya hanya 3 kali. Apabila makan

dalam porsi kecil dengan frekuensi sering, akan membantu

menyeimbangkan metabolisme yang lambat yang terjadi pada tubuh

penderita hipotiroid.

B. Terapi Farmakologis

1. Pengganti Hormon Tiroid

 Levo-thyroxin

Dalam pengobatan hipotiroidisme, senyawa tiroksin dan

triiodotironin yang dipakai adalah isomer L (Levo). Isomer ini digunakan

karena memiliki aktivitas yang jauh lebih tinggi daripada isomer dextro.

Dosis permulaan 1 kali sehari 25 mcg, 0.5-1 jam sebelum makan,

setiap 2 minggu dinaikkan dengan 25 mcg. Untuk dosis pemeliharaan, 1

kali sehari 100-125 mcg sebelum makan. Untuk lansia dan pasien jantung

dengan dosis awal 1 kali sehari 12.5 mcg.

Preparat pilihan untuk pengganti hormone tiroid adalah

levotiroksin. Levotiroksin memiliki waktu paruh yang panjang (7 hari),

lebih stabil, tidak menimbulkan alergi, murah, dan konsentrasinya dalam

plasma mudah diukur.

14
 Liotironin (T3)

Liotironin (T3) memiliki efek yang lebih poten daripada

levotiroksin. Namun liotironin jarang dipakai karena waktu paruhnya

yang singkat (24 jam), lebih mahal, dan sulit untuk memonitor kadarnya

dalam plasma.

Efek samping liotironin lebih berbahaya, khususnya pasien dengan

infark jantung, maka kurang layak untuk terapi jangka panjang. Terapi

ini digunakan bila dibutuhkan kerja cepat dan kuat, misalnya pada

mixudema.

Pada hipotiroid berat digunakan dosis awal 25 mcg/hari, kemudian

berangsur-angsur dinaikkan sampai 75 mcg. Pada mixudema dan struma,

1 kali sehari, 2.5-5 mcg.

2. Pengobatan komplikasi dan gejala serta hipotiroidisme kasus khusus.

Pada pasien yang mengalami miksedema dan penyakit jantung

coroner, pemberian hormone tiroid dapat berbahaya karena meningkatkan

aktifitas jantung. Pada kasus ini harus menyembuhkan penyakit jantung

coroner lebih dahulu baru mengobati miksedema. Kasus gawat darurat

hipotirodisme adalah koma miksedema. Faktor predisposisinya adalah

infeksi paru, penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung kongestif. Pada

kasus ini diberikan levotiroksin melalui intravena sebanyak 300-400

mikrogram, yang dilanjutkan dengan dosis 50-100 mikrogram per hari.

15
3. Pembedahan/operasi

Operasi pengangkatan tiroid atau tiroidektomi tepat untuk pasien

hipotiroidisme yang menolak pengobatan yodium radioaktif dan tidak dapat

diterapi dengan obat-obatan anti tiroid. Tiroidektomi umumnya dilakukan

pada (a) penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi

medikamentosa/ yang kambuh. (b) tumor jinak dan ganas tiroid, (c) gejala

penekanan akibat tonjolan tiroid, (d) tonjolan tiroid yang mengganggu

penampilan seseorang, dan (e) tonjolan tiroid yang menimbulkan

kecemasan penderita.

16
2.8 Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Pengkajian identitas klien meliputi:

a. nama;

b. umur : kebanyakan terjadi pada usia tua yaitu antara umur 30-60 tahun

dan pada bayi pada hipotiroidisme kongenital;

c. jenis kelamin : Hipotiroidisme lima kali lebih banyak diderita oleh

perempuan daripada laki-laki namun tidak menutup kemungkinan

dapat diderita oleh laki-laki;

d. pendidikan;

e. alamat;

f. pekerjaan;

g. agama;

h. suku bangsa;

i. tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.

2. Keluhan utama klien

Keluhan utama klien mencakup gangguan pada berbagai sistem

tubuh;

a. Sistem pernapasan : dispneu atau merasa sesak saat beraktivitas,

sleep apneu

b. Sistem pencernaan : Pasien biasanya akan merasa tidak nafsu makan

atau anoreksia dan kesulitan untuk buang air besar (konstipasi)

17
c. Sistem kardiovaskuler :terjadi bradikardi

d. Sistem musculoskeletal : pasien akan merasakan nyeri otot,

kesemutan, dan gerak otot lambat

e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat,

berbicara lambat dan terbata – bata dan gangguan memori

f. Metabolik : penurunan metabolism basal yang menyebabkan

penurunan suhu tubuh dan intoleransi terhadap dingin

3. Riwayat penyakit saat ini

Mengkaji dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai

serangan, sembuh, atau bertambah buruk.

4. Riwayat penyakit dahulu

Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan

adanya hubungan atau menjadi predisposisi.

5. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.

Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota

keluarga yang menderita penyakit yang sama

6. Pemeriksaan fisik mencakup:

a. Penampilan secara umum: amati wajah klien terhadap adanya edema

sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman

wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat

lambat. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.

b. Aktivitas atau istirahat : pasien lebih banyak tidur, gerakan

melambat, berkurangnya reflek, kelemahan otot proksimal

18
c. Sirkulasi : bradikardia, gangguan kontraktilitas, penurunan curah

jantung, dan kardiomegali ( paling banyak disebabkan oleh efusi

perikard), anemia

d. Eliminasi :Penurunan kemampuan ekskresi kelebihan cairan cairan

dan hiponatremia, Penurunan peristaltik usus yang menyebabkan

konstipasi

e. Makanan / Cairan: Anoreksia, Peningkatan berat badan akibat

penurunan metabolisme

f. Neurosensori: lebih sering mengantuk, penurunan reflek otot,

kesemutan, dan gangguan memori, pusing

g. Pernapasan: sesak dengan aktivitas, gangguan respon ventilasi

terhadap hiperkapnia dan hipoksia, hipoventilasi, sleep apnea, dapat

ditemukan efusi pleura

h. Seksualitas: perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido

(Subekti dan Purnamasari: 2007)

7. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial

dengan lingkungannya, mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat

malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. dapat dikaji bagaimana

konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri

8. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum;

pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi

peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH

dapat menurun atau normal).

19
2. Diagnosa

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan fungsi

pernafasan.

2.Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipometabolisme, sekresi

hormon tiroid menurun.

3.Hipotermia berhubungan dengan hipometabolisme tubuh.

4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan metabolisme.

5.Gangguan eliminasi: defekasi berhubungan dengan penurunan motilitas

usus.

6.Resiko cedera berhubungan dengan penurunan tonus otot.

20
4.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji dan pantau kecepatan, irama, kedalaman,

berhubungan dengan pasien menunjukkan keefektifan pola dan upaya pernapasan

penurunan fungsi napas dengan kriteria hasil: Rasional: Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar

pernafasan yang ditandai untuk memantau perubahan selanjutnya dan


1.Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah
dengan: mengevaluasi efektifitas intervensi.
tidak sesak lagi
2. Atur posisi pasien: Semifowler
DS:
2. Pasien tampak menunjukkan kepatenan
Rasional: untuk mengoptimalkan pernapasan
Pasien merasa sesak saat jalan napas

beraktivitas
3. RR 20x/menit
3. Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama
DO:
1.
periode gawat napas
1. Pasien tampak sesak

21
2. Takipneu atau Bradipneu Rasional:
2. Untuk
P mengatur pernapasan sehingga

3. RR > 20x/menit pasien dapata bernapas tetap optimal selama sesak

napas. s

e
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait
n
pemberian obat bronkhodilator
m
Rasional: Sebagai terapi pengobatan untuk
e
membantu memperluas jalan napas pasien sehingga
n
pasien dapat bernapas dengan optimal
g

2 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya

berhubungan dengan pasien menunjukkan sianosis, status pernapasan dan status mental

hipometabolisme, sekresi Rasional: Untuk mengidentifikasi data dasar untuk


dengan kriteria hasil:
menentukan tindakan intervensi selanjutnya

22
hormon tiroid menurun, 1. TD dalam batas normal

yang ditandai dengan:


2. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan

DS: memperhatikan adanya awitan napas pendek,

palpitasi, dan limbung


1. Pasien mengeluh lelah
Rasional: Penurunan curah jantung dapat
DO:
dimanifestasikan dengan adanya penurunan
1. Bradikardi
toleransi aktivitas
2. dispneu

3. Kulit dingin

4. Tekanan Darah:
3. Anjurkan pasien untuk membatasi aktivitas
5. Edema
Rasional: Pembatasan aktivitas dimaksudkan untuk

memaksimalkan kerja jantung sehingga jantung

dapat meningkatkan curah jantung dan mencukupi

kebutuhan sirkulasi dan metabolisme

23
4. Kolaborasi dengan tim medis terkait pemberian

dan penghentian obat tekanan darah

Rasional: pemberian obat tekanan darah digunakan

untuk membantu meningkatkan curah jantung

pasien

3 Hipotermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji gejala hipotermia, seperti perubahan warna

dengan hipometabolisme pasien menunjukkan termoregulasi yang kulit, kelelahan, kelemahan,

tubuh yang ditandai dengan normal dengan kriteria hasil: Rasional: Mengetahui adanya hipotermian pada

pasien untuk menentukan intervensi selanjutnya


DS: 1. Pasien merasa sudah tidak kedinginan

dan tidak menggigil


1.Pasien merasa kedinginan
2. Kaji tanda-tanda vital
2. pasien tampak tidak menggigil
dan menggigil
3. kulit hangat

24
DO: 4. Warna kulit normal Rasional: Perubahan termoregulasi dimanifestasi

5. Suhu tubuh 36 C kliniskan dengan adanya perubahan tanda-tanda


1.Pasien tampak menggigil
vital terutama suhu tubuh
2. Kulit dingin

3. Tampak pucat
3. Untuk pasien lansia: Kaji secara seksama untuk
4. Suhu tubuh <36 C
adanya konfusi dan penurunan tingkat kesadaran

Rasional: Pasien lansia mungkin tidak menggigil

atau mengeluh merasa kedinginan

4. Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut

penghangat, alat-alat pemanas mekanis, suhu

ruangan yang disesuaikan, berendam di air

hangat, dan minum air hangat sesuai toleransi

25
Rasional: untuk membantu mempertahankan dan

meningkatkan termoregulasi pasien

4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas

berhubungan dengan pasien menunjukkan toleransi aktivitas Rasional: Untuk mengidentifikasi pemenuhan

gangguan metabolism, yang dengan kriteria hasil: kebutuhan aktivitas pasien

ditandai dengan:
1. Pasien memiliki kemampuan untuk
2. Pantau respon kardiorespiratori terhadap ativitas
DS menyelesaikan aktivitas
Rasional:Untuk memantau kemampuan
2. pasien merasa tidak sesak saat
1. Pasien mengeluh sesak
kardiorespiratori pasien dalam melakukan aktivitas
aktivitas
saat beraktivitas
3. TD normal
2. pasien merasa lelah
3. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan

setelah aktivitas
DO:

26
1. Tekanan darah: Rasional: Mengidentifikasi adanya perubahan yang

2. Bradikardi signifikan tanda-tanda vital pasien saat beraktivitas

4. Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien

memiliki energi paling banyak

Rasional: Untuk membantu mengoptimalkan

aktivitas pasien

5 Perubahan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji mengenai program defekasi, aktivitas,

defekasi:konstipasi pasien menunjukkan pola defekasi yang pengobatan, dan pola kebiasaan pasien

berhubungan dengan normal, dengan kriteria hasil: Rasional: untuk mengetahui data dasar mengenai

penurunan motilitas usus pola defekasi dari pasien untuk menentukan


1. Pasien BAB 1x sehari
yang ditandai dengan: interensi selanjutnya
2. Feses lunak dan berbentuk

DS:

27
1. Pasien mengeluh tidak 3. pasien melaporkan keluarnya feses 2. Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang

bisa BAB dan pola defekasi yang normal eliminasi defekasi pasien

2. Pasien mengeluh tidak Rasional:Untuk membantu peningkatan peristaltik

nafsu makan usus

DO:

1. Anoreksia
3. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait diet
2. Penurunan peristaltik
pemberian makanan berserat tinggi dan cairan
usus
Rasional: Membantu menentukan program diet
3. Perubahan pola defekasi
yang tepat untuk mengatasi konstipasi

4. Ajarkan kepada pasien tentang efek diet pada

eliminasi

28
Rasional: memberikan pengetahuan pada pasien

mengenai pengaruh program diet yang

diberikan terhadap defekasi

6 Resiko cedera berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi

dengan penurunan tonus resiko cedera akan menurun, dengan kebutuhan keamanan akan cedera

otot. kriteria hasil: Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan

intervensi yang tepat untuk mengatasi resiko


1. Keamanan pasien terjaga
cedera pasien
2. Lingkungan sekitar pasien aman

3. Pasien menunjukkan pengendalian

resiko cedera
2. Identifikasi faktor lingkungan yang

memungkinkan resiko jatuh

Rasional: keamanan lingkungan akan

menunjangpenurunan resiko cedera pada pasien

29
3. Bantu ambulasi pasien jika perlu

Rasional: Membantu aktivitas pasien sehingga

resiko cedera dapt terhindari

4. Lakukan pendidikan kesehatan mengenai

strategi dan tindakan untuk mencegah cedera

Rasional: memberikan pengetahuan mengenai

strategi dan tindakan untuk mencegah cedera

sehingga diharapkan pasien memiliki

kemandirian dalam pencegahan cedera

30
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem hormonal yang berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi


metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan reaksi kimia di dalam sel
atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi. Hormon tersebut
dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem
endokrin.
Hipotiroidisme merupakan keaadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat yang diikuti oleh gejala-gejala
kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada
dibawah nilai optimal.

31
32

Anda mungkin juga menyukai