OLEH:
SAMPUL
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Serangga Hama ...................................................................... 3
2.2 Kerusakan yang Disebabkan Oleh Serangga Hama ................................ 3
2.3 Deskripsi Bauhinia purpurea dan Gmelina arborea Roxb...................... 6
2.4 Karakteristik Kerusakan Batang dan Daun Akibat Serangga Hama ....... 8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 15
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 15
3.3 Prosedur Praktikum ............................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ....................................................................................................... 16
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 18
5.2 Saran ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebagai pengaplikasian teori yang didapatkan di dalam kelas. Pengamatan yang
dilakukan di laboratorium dalam rangka sebuah praktikum, akan membantu kita
untuk mengetahui dan mengenal karaktristik kerusakan phon akibat serangga hama.
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
merupakan hama utama bagi banyak jenis tanaman yang dibudidayakan manusia.
Selain sebagai hama tanaman beberapa kelompok dan jenis serangga dapat menjadi
pembawa atau vektor penyakit tanaman yang berupa virus atau jamur. Serangga
memiliki peran negatif disebabkan memakan tumbuhan (fitopag), sebagai vektor
penyakit virus pada tanaman dan sebagai sumber penyakit pada manusia (Meilin &
Nasamsir, 2016).
Hama merusak tanaman dengan cara makan, bertelur, berkepompong,
berlindung, atau bersarang. Tergantung speciesnya. Hama melukai tanaman,
menyebabkan kerusakan, mengurangi hasil panen, mengurangi pendapatan petani,
dan akhimya mengurangi kesejahteraan masyarakat. Kerusakan tanaman akibat
serangan langsung oleh hama, dan kerusakan ini akan lebih parah jika hama tersebut
sebagai faktor penyakit tanaman. Masalah hama terletak pada populasinya.
Populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang berada di suatu tempat dalam
kurun waktu tertentu. Rama menjadi masalah ketika populasinya melebihi ambang
ekonomi atau ambang toleransi. Peningkatan populasi hama menjadi karena laju
angka kelahiran dan laju imigrasi jauh lebih tinggi dari pada laju angka moralitas
dan emigrasi (Kuswardani & Maimumah, 2013).
Serangga hutan memanfaatkan bagian-bagian pohon sebagai sumber makanan,
tempat meletakkan telur, tempat berlindung dan tempat tinggal. Dari cara
memanfaatkan pohon tersebut mengakibatkan pelukaan dan kerusakan sampai
intensitas tinggi dan populasi tidak terkendali sehingga mencapai status hama.
Semua bagian dari pohon yaitu dari akar, batang, daun sampai buah dan bijinya
dapat diserang hama. Semua tingkat umur pohon/tegakan dari mulai biji disemai,
kecambah, tanaman persemaian sampal pohon sudah tua atau masak tebang selalu
ada kemungkinan untuk dapat dirusak oleh hama (Nuraeni, 2019).
Bentuk kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh serangga fitofag pada pohon
atau tegakan hutan dapat dibagi sebagai berikut: (Nuraeni,2019).
1. Kerusakan langsung
a. Mematikan pohon
Beberapa serangga pemakan daun yang dapat menghabiskan daun atau hama
daun persemaian yang dapat mematikan anakan. Demikian pula serangga-
4
serangga yang memakan titik tumbuh pada pucuk-pucuk pohon, titik tumbuh
pada perakaran yang dapat mengakibatkan pohon tersebut mati.
b. Merusak Sebagian dari pohon
Aktivitas makan atau meletakkan telur pada bagian daun, bunga, buah, biji,
dahan, batang atau akar dapat merusak secara langsung dari pohon.
c. Menurunkan kualitas hasil-hasil hutan
Produk hutan produksi adalah kayu dari batang pohon yang sehat. Batang
pohon yang terserang oleh serangga penggerek batang atau kulit batang
membentuk terowongan bercabang-cabang yang dapat mengakibatkan
kualitas kayu yang rendah. Ada beberapa serangsta penggerek batang yang
berasosiasi dengan jamur yang menyebabkan perubahan warna kayu
yang dihasilkan.
d. Menurunkan pertumbuhan pohon/tegakan
Serangan hama yang memakan daun, pucuk atau daun-daun muda baik pada
hutan alam ataupun hutan tanaman dapat menurmkan pertumbuhan pohon.
Daun merupakan organ penting untuk proses fotosintesis sehingga jika
semakin banyak daun yang hilang maka berpengaruh terhadap
pertumbuhan pohon.
e. Menghambat regenarasi pohon
Bagian buah dan biji merupakan organ reproduktif dari tumbuhan. Jika terjadi
epidemi hama biji yang dapat mengakibatkan terbentuknya anakan yang
sedikit atau bahkan terhambatnya regenerasi pohon jika tergantung pada biji.
2. Kerusakan tak langsung
a. Merubah suksesi atau komposisi tegakan
Serangan hama yang selalu muncul secara periodik dengan intensitas
serangan tinggi dan atau didukung oleh faktor lingkungan merupakan hama
utama. Jika kejadiannya pada hutan sekunder maka akan dapat
memperlambat ke fase klimaks suatu hutan alam atau menghambat daur fisik
atau siklus tebang. Jika kejadiannya pada hutan tanaman maka jenis pohon
yang biasa ditanam selaiknya dilakukan pergiliran tanam atau mengganti
jenis pohonnya. Terlebih lagi jika secara geografis hama utama tersebut
merupakan daerah penyebarannya.
5
b. Menurunkan umur tegakan
Pengelolaan hutan dengan daur menengah (10-30 tahun) atau daur panjang
(lebih dari 30 tahun) dapat merubah daurnya lebih cepat karena adanya
outbreaks (ledakan) hama. Meskipun kasus demikian sangat jarang terjadi.
Berbeda pada hutan tanaman terutama hutan tanaman peruntukan kayu
pertukangan biasanya masa tebangnya lebih lama dibandingkan dengan
peruntukan pulp atau kayu bakar. Serangan hama batang yang menurunkan
kualitas kayu yang peruntukan kayu pertukangan sebaiknya secepatnya
dipanen bila telah mencapai daur fisik atau peruntukannya dialihkan ke yang
lain (pulp atau kayu bakar).
c. Menimbulkan kebakaran
Kebanyakan pohon yang mati akibat serangan hama maka akan menjadi
bahan bakar yang mudah terbakar terutama pada musim kemarau. Pada
kondisi terik matahari, dahan kering bergesekan dan di sekitarnya banyak
ilalang kering akan sangat mudah memicu percikan api dan memungkinkan
terjadinya kebakaran hutan.
d. Mengurangi nilai keindahan (estesis)
Daun-daun yang mengering, dahan dan ranting yang kehilangan daun-
daunnya, atau bahkan beberapa pohon yang mati akan mengurangi keindahan
dan kesejukan hutan. Kondisi demikian dapat pula disebabkan karena
serangga hama
Bauhinia purpurea memilki habitus perdu. Tinggi dari tanaman ini bisa
mencapai hingga 5 meter. Kulit batangnya berwarna cokelat keabu-abuan. Daunnya
berkuran 10 – 20 m, berwarna hijau, dan bentuknya menyerupai sayap kupu-kupu.
Tamanan ini memiliki bunga berwarna merah muda dan terdiri atas lima kelopak
(Putri dkk, 2021).
Tanaman ini mempunyai nilai estetika yang baik dan mempunyai fungsi
sebagai peneduh sehingga banyak ditemukan pada hutan kota. Selain itu, tanaman
ini mampu menyerap polusi, meredam kebisingan, dan penahan erosi. Tanaman ini
6
mempunyai kandungan anti-bakteri, anti-diabetes, analgesic, anti-inflammatory,
anti-diare, anti-kanker, nephroprotective, dan aktivitas regulasi hormon tiroid.
Selain itu dapat digunakan untuk mengobati nyeri, rematik, pembengkakan paha,
kejang, dan diare (Putri dkk, 2021).
Klasifikasi Bauhinia Purpurea
Regnum : Plantae
Subregnum : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Bauhinia
Spesies : Bauhinia purpurea L.
7
Tumbuhan ini umumnya ditemukan pada wilayah dengan ketinggian 0-
2100 mdpl dengan curah hujan 1000-3000 mm/tahun. Tumbuhan ini dapat tumbuh
subur pada daerah yang sangat kering hingga basah di daerah tropis dan subtropis.
Tumbuhan ini tergolong ke dalam tanaman intoleran yang tumbuh pada tanah laterit
masam hingga lempung berkapur, tanah berpasir, pasir berbatu serta daerah dengan
kelerengan yang tinggi. Di Indonesia tanaman ini tersebar di daerah Kalimantan,
Sumatera, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, serta wilayah lainnya (Wali &
Ningkeula, 2019).
Klasifikasi Gmelina arborea Roxb
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Gmelina
Spesies: : Gmelina arborea Roxb.
Beberapa serangga ada yang meletakkan telurnya di dahan atau cabang dan
ranting pohon. Meletakkan telur pada retakan atau menggerek membuat lubang
lubang yang biasanya dilakukan oleh tonggerek, belalang pohon, lalat gergaji atau
beberapa kumbang penggerek. Serangga penggerek batang, dahan atau cabang
pohon memakan jaringan mulai kulit kayu, floem, sapwood sampai hati kayu dari
pohon. Serangga penggerek batang biasanya dari larva Coleoptera seperti kumbang
permata (Buprestidae), kumbang antena panjang (Cerambycidae), dari Lepidoptera
(Hepialidae dan Cossidae) dan Hymenoptera (Nuraeni, 2020).
8
Gambar 1. Gejala gerekan serangga penggerek kulit pohon, A: Scolytus
scolytus. B: Leperesinus varius. C: Ips typographus. D:Pityophthorus
pityographus. E: Cryphalus piceae
Adapun contoh hama pada batang, yakni:
1. Nasutitermes merupakan rayap tanah (ground-dweller) yang bersifat
arboreal karena sarangnya banyak ditemukan pada ranting maupun batang
pohon. Jenis sarang rayap ini berupa sarang carton (carton-nest) yang
terbentuk dari campuran tanah, serasah kayu, saliva dan cairan feses. Sifat
konstruksi sarang seperti kertas, rapuh dan mudah patah. Lorong – lorong
kembara dibuat dari sarang melintas bagian pohon yang lain, menuju arah
bawah atau masuk ke dalam pohon. Lorong-lorong kembara ini berfungsi
sebagai penghubung serang dengan sumber makanan di berbagai tempat.
Selain pada jati rayap ini juga ditemukan pada pohon akasia, sengon, damar,
melinjo, jengkol, jambu bol, mangga, kelapa sawit dan palem kipas (Wali &
Ningkeula, 2019).
9
dengan lapisan kapur. Kerusakan-kerusakan ini terdapat pada hutan-hutan jati
di seluruh Jawa dan tanda kerusakan tersebut dapat dilihat pada kayu-kayu di
TPK. Panjang ngengat 4-8 cm, bentangan sayap 8 16 cm, berwarna kecoklatan.
Panjang larva 8 cm, lebar 1,5 cm. Telur-telur diletakkan pada celah-celah kulit.
Pohon-pohon muda yang terserang kadang-kadang menimbulkan gejala-gejala
pembengkakan pada batang. Pada phon tua, tanda-tanda serangan sukar
diamati karena serangga ini tidak mengeluarkan eksremen di luar batang.
Adanya lubang-lubang gerek ini sangat menentukan kualitas batang (Nuraeni,
2020).
3. Neotermes tectonae, (Fam. Kalotermitidae, ordo Isoptera). Hama ini dikenal
dengan nama inger-inger rangas jati. Tanda seranggannya ialah adanya
bengkak-bengkak (gembol) pada batang. Gembol-gembol ini dapat terbentuk
pada ketinggian 2-20 m dari tanah, merupakan sarang rangas (rayap) jati. Di
dalam sarang tersebut terdapat lubang-lubang yang bentuknya tidak teratur
pada umumnya memanjang batang (longitudinal). Pembengkakan batang
terjadi sebagai reaksi kambium, karena rangsangan yang disebabkan oleh
serangan. Dapat pula disebabkan sebagai akibat gangguan aliran air dan garam-
garam dari akar ke atas. Akibat gangguan dari pada serangan inger-inger
pertumbuhan pohon menjadi kerdil dan dalam keadaan serangan hebat
mengakibatkan kematian pucuk. Sulung/laron (rayap jantan) panjangnya 8-10
mm dan berwarna coklat 52 hitam. Rayap pekerja berwarna putih dan tak
bersayap. Rayap prajurit panjangnya berukuran 10-12 mm dengan kepala
berwarna coklat tua dengan rahang-rahang yang kuat. Infeksi pertama terjadi
pada bekas-bekas patahan cabang, dan luka-luka pada batang. Pencegahan
serangan: menghindari arah jatuh atau rebahan pohon telah diserang
(bergembol) mengenai pohon yang sehat pada waktu penjarangan/menebang
(Nuraeni, 2020).
4. Xylaborus destruens (Fam. Scolitidae, ordo Coleoptera), Serangga ini
merupakan penggerek batang jati. Kumbang-kumbang kecil (bubuk)
menyebabkan lubang-lubang kecil (pih holes) selebar 1-2 mm. Hama ini juga
disebut kumbang-kumbang “ambrosia” karena mereka membawa spora-spora
jamur ambrosia untuk dipelihara sebagai makanannya. Jamur-jamur ambrosia
10
yang hidup dalam liang gerek. Xylaborus merupakan makanan larva-larvanya.
Serangan Xylaborus biasanya berhubungan dengan pemeliharaan tegakan.
Apabila terdapat banyak tumbuhan liar, penjarangan yang terlambat dan lain-
lain, hal yang menyebabkan gangguan tumbuh maka serangan Xylaborus
sangat mudah terjadi. Zeuzera indica, merupakan penggerek (Fam. Cossidae)
yang menyerang kayu-kayu pasang (Quercus sp) (Nuraeni, 2020).
5. Platypus solidus, (Fam. Platypodidae, Ordo Coleoptera) Serangga ini sejenis
kumbang ambrosia, menggerek batang Acasia decurrens (Nuraeni, 2020).
6. Xystrocera festiva (Fam. Cerambycidae, ordo Coleoptera), Hama penggerek
yang menyerang tanaman Falcataria moluccana. Larva menggerek ke atas
dalam batang, panjang larva mencapai 5 cm. Tanda-tanda serangan terlihat
pada batang oleh jatuhnya bagian-bagian dari kulit, lubang-lubang gerek yang
berbentuk oval. Pada permulaan serangan terdapat bagian-bagian yang
berwarna hitam pada kulit dan serbuk-serbuk gerek yang dikeluarkan melalui
lubang lubang kecil (Nuraeni, 2020).
Kerusakan yang diakibatkan oleh serangga pemakan daun dapat lebih jelas
terlihat dibandingkan serangga penghisap daun. Kehilangan sejumlah jaringan daun
lebih banyak oleh serangga pemakan daun dibandingkan penggerek jaringan,
penghisap atau pembuat puru daun. Herbivora merupakan yang paling tinggi
merusak pohon hutan dan tanaman lainnya dan telah ada metode untuk mengukur
kerugiannya. Kehilangan daun pada hutan temperate berkisar 3 – 17%, hutan hujan
dan mangrove 3 – 15% akibat serangga pemakan daun. Contoh kerusakan daun
akibat hama dari jenis-jenis ulat kantong yang menyerang pertanaman sengon
(Paraserianthes falcataria (L)) Nielsen nama lainnya Falcataria moluccana yang
sebelumnya disebut juga (Albizzia sp) di berbagai lokasi di Pulau Jawa ada 4 jenis
yaitu, Pteroma sp., Clania sp., Cryptothelea sp. dan Amatissa sp. (Nuraeni, 2020).
11
Gambar 3. Hama ulat kantong Amatissa sp. pada pohon alpukat Persea
americanada
Tipe kerusakan daun oleh serangga pemakan daun dibedakan atas: (Nuraeni, 2020).
1. Kehilangan lamina daun tidak beraturan.
Serangga makan daun sebagian atau seluruh lamina daun kecuali
pertulangan daun. Beberapa larva Lepidoptera seperti ulat grayak
(Spodoptera litura) atau belalang pemakan daun.
2. Daun berlubang-lubang
Serangga makan lamina daun sampai membentuk pola berlubang-lubang
melalui semua lapisan epidermis daun. Beberapa kumbang dewasa yang
makan daun dengan cara seperti ini.
12
Gambar 6. Gejala kerusakan karena aktivitas makan serangga
membentuk skeletonisasi pada daun bitti (Vitex cofassus) (kiri) dan
daun jati (Tectona grandis) (kanan)
Serangga yang memakan daun dan membuat tempat tinggal/berlindung
pada daun atau menganyam beberapa daun. Pohon akan tumbuh abnormal bila
banyak ditemukan serangga shelter feeding. Bentuk perlindungan dari daun
beragam bentuknya, yaitu: (Nuraeni, 2020).
1. Mengayam dedaunan
Shelter ini terbuat dari beberapa dedaunan yang dianyam bersama
menjadikannya tempat bersarang atau berlindung bagi telur dan nimfanya.
13
Gambar 8. Jejaring serat-serat sutera yang dibuat oleh larva Lepidoptera
14
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum pengenalan ordo serangga
yaitu:
1. Buku gambar A4, digunakan sebagai tempat menggambar hasil morfologi daun
dan batang pohon Bauhinia purpurea.
2. Pensil warna, digunakan sebagai alat untuk mewarnai gambar.
3. Pensil dan penghapus, digunakan sebagai alat menggambar dan penghapus.
4. Penggaris, digunakan sebagai alat membuat garis dan margin.
5. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan spesimen.
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum pengenalan ordo serangga yaitu:
1. Pohon Gmelina arborea Roxb sebagai bahan pengamatan.
2. Daun Bauhinia purpurea sebagai bahan pengamatan
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
16
Kerusakan pada Daun Nama Tanaman: Bunga Kupu-
kupu (Bahunia pupurea)
Hama: Kutu Daun (Hemiptera)
Gejala: Pada gambar di samping
terlihat daun yang memiliki
gejala kerusakan akibat serangga
dengan mulut mengunyah
biasanya muncul pada daun atau
batang seperti tepi, compang
camping dan berlubang
Keterangan:
1. Daun
2. Penyakit (Klorosis)
4.2 Pembahasan
17
Dapat kita lihat bahwa kerusakan yang terjadi pada bagian batang pohon yaitu
luka terbuka yang disebabkan beberapa faktor, dimana di antaranya disebabkan
oleh serangga hama. Serangga hama tersebut tumbuh dan berkembang pada bagian
batang pohon dan menjadikan daun sebagai makanannya. Pada batang ditemukan
hasil seperti kayunya lapuk akibat serangga hama yang melakukannya adapun
selain pada batang dan daun kami menemukan juga beberapa kerusakan pada pohon
seperti pada batang kami menemukan ada bercak putih-putih dan juga hal yang
sama juga ada pada daun yang kami temukan selama praktikum ada seperti bercak
putih-putih dan juga ada semacam jalur pada batang yang kami temukan, semua ini
diakibatkan oleh serangga hama (Husaeni, 2019).
Pada daun, hama serangga kutu daun berwarna putih sehingga terkadang
dianggap debu karena ukuran serangga ini sangat berskala kecil. Serangga
berbentuk oval bertubuh lunak ini tampak seperti serpihan kecil serat pengering
berwarna putih. Kutu putih suka menyedot kehidupan dari tanaman dan memakan
sarinya. kutu putih dalam koloni kecil di sisi bawah daun, di sekitar pertumbuhan
baru, dan di celah kecil antara daun (Mokodompit dkk., 2018)
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Saran untuk Laboratorium tetap sama, agar kebersihan dan kerapihan lab tetap
dijaga dengan baik.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Untuk kakak asisten semoga tetap baik dan ramah dalam membimbing
praktikan kelompok 2, dan tetap sabar dengan kelompok kami
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
22
23
24