Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum

Perlindungan dan Pengamanan Hutan

PENGENALAN KERUSAKAN POHON AKIBAT


SERANGGA HAMA

OLEH:

NAMA : A. JIHAN NAFIAH CANTIK BURHANUDDIN


NIM : M011221067
KELAS : PPH A
KELOMPOK :2A
ASISTEN : 1. ANDI AMINA TIWI
2. ALDI

LABORATORIUM PERLINDUNGAN DAN SERANGGA HUTAN


PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Serangga Hama ...................................................................... 3
2.2 Kerusakan yang Disebabkan Oleh Serangga Hama ................................ 3
2.3 Deskripsi Bauhinia purpurea dan Gmelina arborea Roxb...................... 6
2.4 Karakteristik Kerusakan Batang dan Daun Akibat Serangga Hama ....... 8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 15
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 15
3.3 Prosedur Praktikum ............................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ....................................................................................................... 16
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 18
5.2 Saran ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gejala gerekan serangga penggerek kulit pohon, A:Scolytus scolytus.


B: Leperesinus varius. C: Ips typographus. D:Pityophthorus
pityographus. E: Cryphalus piceae ………………………..………… 9
Gambar 2. A. Contoh batang jati yang terserang rayap N. javanicus, B. Pohon jati
yang mati akibat serangan rayap N. Javanic…………………….…... 9
Gambar 3. Hama ulat kantong Amatissa sp. pada pohon alpukat Persea
americanada……………………...……………………………….…. 12
Gambar 4. Kerusakan daun Eboni (Diyospirus celebica) karena belalang yang
memakan daun dari arah luar lamina daun………………...…….…. 12
Gambar 5. Kerusakan daun Terong (Solanum melongena L) oleh serangga
pemakan daun dari Coleoptera…………………………………...…. 12
Gambar 6. Gejala kerusakan karena aktivitas makan serangga membentuk
skeletonisasi pada daun bitti (Vitex cofassus) (kiri) dan daun jati
(Tectona grandis) (kanan)………………………………….…. 13
Gambar 7. Sarang semut (Oecophylla smaragdina) sebagai tempat perlindungan
shelter pada pohon Mangga ( Mangifera indica) yang menyebabkan
daun mengering dikenal dengan nama kroto …………………….…. 13
Gambar 8. Jejaring serat-serat sutera yang dibuat oleh larva Lepidoptera ……. 14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kerusakan pada Batang dan Daun…………………………………… 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serangga adalah hewan berkonstruksi khusus yang memiliki rangka di luar


tubuh, serangga bernafas melalui lubang kecil pada dinding tubuh dan memiliki
organ sensori di bagian sungut bahkan ada beberapa jenis serangga memiliki organ
sensor pada bagian kaki dan pada bagian perut. Diantara serangga, ada yang secara
langsung merusak hutan dan hasil hutan, tetapi ada juga yang hanya bersifat
predator dan parasit terhadap serangga perusak. Di samping itu ada pula jenis
serangga yang tidak termasuk parasit dan predator tetapi mempunyai peranan yang
sangat penting di dalam hutan. Sebagai contoh yakni adanya jenis-jenis serangga
yang hidup pada pohon atau di bawah hutan yang sangat membantu proses
pelapukan sisa-sisa kayu yang ada dalam hutan (Latumahina, 2021).
Serangga menyebabkan berbagai macam kerusakan pada pohon dalam hutan
terutama sebagai akibat aktivitas makan serangga. Serangga menyebabkan
kerusakan tanaman akibat dari interaksi serangga dengan mikroorganisme
sehingga menimbulkan penyakit dan serangga mempunyai racun atau toksin yang
diinjeksikan ke pohon sehingga pohon mengalami ketidakseimbangan fisiologis.
Serangga jenis ini biasa disebut sebagai serangga hama (Latumahina, 2020)
Tidak jarang serangga hama menyerang pohon-pohon pada tingkat sapling yang
menyebabkan terjadinya kerusakan pada daun, akibat serangga perusak daun,
penggerek batang, dan penghisap cairan. Penggerek kulit dan serangga perusak
daun biasanya berkembang cepat pada pohon-pohon yang sudah melewati umur
masak tebang. Demikian banyaknya jenis-jenis serangga yang merusak pohon-
pohon dan hasil hutan lainnya, sehingga sulit bagi seorang pengelola hutan untuk
dapat menghindari problema serangga ini (Latumahina, 2021).
Oleh karena itu, kita perlu memiliki pengetahuan tentang serangga hama dan
hutan. Untuk hal tersebut, maka diperlukan praktik atau sebuah praktikum yang
dapat membantu kita dalam mengetahui kerusakan pohon akibat serangga hama.
Kegiatan praktikum merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa

1
sebagai pengaplikasian teori yang didapatkan di dalam kelas. Pengamatan yang
dilakukan di laboratorium dalam rangka sebuah praktikum, akan membantu kita
untuk mengetahui dan mengenal karaktristik kerusakan phon akibat serangga hama.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini antara lain :


1. Menjelaskan karakteristik kerusakan batang akibat serangga.
2. Menjelaskan karakteristik kerusakan daun akibat serangga.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Serangga Hama

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan


jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000
spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga
di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama. Sebagian bersifat sebagai
predator, parasitoid, atau musuh alami. Kebanyakan spesies serangga bermanfaat
bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal,
lebih dari 7.000 spesies baru ditemukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini
membuat serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya
pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan
memakan jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari
musuhnya (Meilin & Nasamsir, 2016).
Serangga hama adalah serangga yang dapat menyebabkan kerugian atau
gangguan ekonomi pada tanaman, hewan ternak, atau manusia. Serangga hama ini
dapat merusak tanaman dengan mengonsumsi daun, buah, bunga, atau bagian lain
dari tanaman. Beberapa serangga hama juga dapat menyebabkan penyebaran
penyakit pada tanaman atau hewan. Serangga dianggap sebagai hama ketika
keberadaannya merugikan kesejahteraan manusia, estetika suatu produk, atau
kehilangan hasil panen. Apabila pengertian hama itu hewan yang merugikan, maka
serangga hama didefinisikan sebagai serangga yang mengganggu dan atau merusak
tanaman haik secara ekonomis atau estetis. Definisi hama itu tidak harus
dihubungkan dengan pengendaliannya. Pada populasi serangga yang rendah
sehingga kerugian yang diderita tanaman kecil, tetap serangga itu dikatakan
serangga hama tetapi bukan memerlukan strategi pengendalian (Meilin &
Nasamsir, 2016).

2.2 Kerusakan yang Disebabkan Oleh Serangga Hama

Peran permasalahan serangga di bidang pertanian tidak terlepas dari peran


serangga sebagai hama. Serangga merupakan salah satu kelompok binatang yang

3
merupakan hama utama bagi banyak jenis tanaman yang dibudidayakan manusia.
Selain sebagai hama tanaman beberapa kelompok dan jenis serangga dapat menjadi
pembawa atau vektor penyakit tanaman yang berupa virus atau jamur. Serangga
memiliki peran negatif disebabkan memakan tumbuhan (fitopag), sebagai vektor
penyakit virus pada tanaman dan sebagai sumber penyakit pada manusia (Meilin &
Nasamsir, 2016).
Hama merusak tanaman dengan cara makan, bertelur, berkepompong,
berlindung, atau bersarang. Tergantung speciesnya. Hama melukai tanaman,
menyebabkan kerusakan, mengurangi hasil panen, mengurangi pendapatan petani,
dan akhimya mengurangi kesejahteraan masyarakat. Kerusakan tanaman akibat
serangan langsung oleh hama, dan kerusakan ini akan lebih parah jika hama tersebut
sebagai faktor penyakit tanaman. Masalah hama terletak pada populasinya.
Populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang berada di suatu tempat dalam
kurun waktu tertentu. Rama menjadi masalah ketika populasinya melebihi ambang
ekonomi atau ambang toleransi. Peningkatan populasi hama menjadi karena laju
angka kelahiran dan laju imigrasi jauh lebih tinggi dari pada laju angka moralitas
dan emigrasi (Kuswardani & Maimumah, 2013).
Serangga hutan memanfaatkan bagian-bagian pohon sebagai sumber makanan,
tempat meletakkan telur, tempat berlindung dan tempat tinggal. Dari cara
memanfaatkan pohon tersebut mengakibatkan pelukaan dan kerusakan sampai
intensitas tinggi dan populasi tidak terkendali sehingga mencapai status hama.
Semua bagian dari pohon yaitu dari akar, batang, daun sampai buah dan bijinya
dapat diserang hama. Semua tingkat umur pohon/tegakan dari mulai biji disemai,
kecambah, tanaman persemaian sampal pohon sudah tua atau masak tebang selalu
ada kemungkinan untuk dapat dirusak oleh hama (Nuraeni, 2019).
Bentuk kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh serangga fitofag pada pohon
atau tegakan hutan dapat dibagi sebagai berikut: (Nuraeni,2019).
1. Kerusakan langsung
a. Mematikan pohon
Beberapa serangga pemakan daun yang dapat menghabiskan daun atau hama
daun persemaian yang dapat mematikan anakan. Demikian pula serangga-

4
serangga yang memakan titik tumbuh pada pucuk-pucuk pohon, titik tumbuh
pada perakaran yang dapat mengakibatkan pohon tersebut mati.
b. Merusak Sebagian dari pohon
Aktivitas makan atau meletakkan telur pada bagian daun, bunga, buah, biji,
dahan, batang atau akar dapat merusak secara langsung dari pohon.
c. Menurunkan kualitas hasil-hasil hutan
Produk hutan produksi adalah kayu dari batang pohon yang sehat. Batang
pohon yang terserang oleh serangga penggerek batang atau kulit batang
membentuk terowongan bercabang-cabang yang dapat mengakibatkan
kualitas kayu yang rendah. Ada beberapa serangsta penggerek batang yang
berasosiasi dengan jamur yang menyebabkan perubahan warna kayu
yang dihasilkan.
d. Menurunkan pertumbuhan pohon/tegakan
Serangan hama yang memakan daun, pucuk atau daun-daun muda baik pada
hutan alam ataupun hutan tanaman dapat menurmkan pertumbuhan pohon.
Daun merupakan organ penting untuk proses fotosintesis sehingga jika
semakin banyak daun yang hilang maka berpengaruh terhadap
pertumbuhan pohon.
e. Menghambat regenarasi pohon
Bagian buah dan biji merupakan organ reproduktif dari tumbuhan. Jika terjadi
epidemi hama biji yang dapat mengakibatkan terbentuknya anakan yang
sedikit atau bahkan terhambatnya regenerasi pohon jika tergantung pada biji.
2. Kerusakan tak langsung
a. Merubah suksesi atau komposisi tegakan
Serangan hama yang selalu muncul secara periodik dengan intensitas
serangan tinggi dan atau didukung oleh faktor lingkungan merupakan hama
utama. Jika kejadiannya pada hutan sekunder maka akan dapat
memperlambat ke fase klimaks suatu hutan alam atau menghambat daur fisik
atau siklus tebang. Jika kejadiannya pada hutan tanaman maka jenis pohon
yang biasa ditanam selaiknya dilakukan pergiliran tanam atau mengganti
jenis pohonnya. Terlebih lagi jika secara geografis hama utama tersebut
merupakan daerah penyebarannya.

5
b. Menurunkan umur tegakan
Pengelolaan hutan dengan daur menengah (10-30 tahun) atau daur panjang
(lebih dari 30 tahun) dapat merubah daurnya lebih cepat karena adanya
outbreaks (ledakan) hama. Meskipun kasus demikian sangat jarang terjadi.
Berbeda pada hutan tanaman terutama hutan tanaman peruntukan kayu
pertukangan biasanya masa tebangnya lebih lama dibandingkan dengan
peruntukan pulp atau kayu bakar. Serangan hama batang yang menurunkan
kualitas kayu yang peruntukan kayu pertukangan sebaiknya secepatnya
dipanen bila telah mencapai daur fisik atau peruntukannya dialihkan ke yang
lain (pulp atau kayu bakar).
c. Menimbulkan kebakaran
Kebanyakan pohon yang mati akibat serangan hama maka akan menjadi
bahan bakar yang mudah terbakar terutama pada musim kemarau. Pada
kondisi terik matahari, dahan kering bergesekan dan di sekitarnya banyak
ilalang kering akan sangat mudah memicu percikan api dan memungkinkan
terjadinya kebakaran hutan.
d. Mengurangi nilai keindahan (estesis)
Daun-daun yang mengering, dahan dan ranting yang kehilangan daun-
daunnya, atau bahkan beberapa pohon yang mati akan mengurangi keindahan
dan kesejukan hutan. Kondisi demikian dapat pula disebabkan karena
serangga hama

2.3 Deskripsi Bauhinia purpurea dan Gmelina arborea Roxb

2.3.1 Deskripsi Bauhinia purpurea

Bauhinia purpurea memilki habitus perdu. Tinggi dari tanaman ini bisa
mencapai hingga 5 meter. Kulit batangnya berwarna cokelat keabu-abuan. Daunnya
berkuran 10 – 20 m, berwarna hijau, dan bentuknya menyerupai sayap kupu-kupu.
Tamanan ini memiliki bunga berwarna merah muda dan terdiri atas lima kelopak
(Putri dkk, 2021).
Tanaman ini mempunyai nilai estetika yang baik dan mempunyai fungsi
sebagai peneduh sehingga banyak ditemukan pada hutan kota. Selain itu, tanaman
ini mampu menyerap polusi, meredam kebisingan, dan penahan erosi. Tanaman ini

6
mempunyai kandungan anti-bakteri, anti-diabetes, analgesic, anti-inflammatory,
anti-diare, anti-kanker, nephroprotective, dan aktivitas regulasi hormon tiroid.
Selain itu dapat digunakan untuk mengobati nyeri, rematik, pembengkakan paha,
kejang, dan diare (Putri dkk, 2021).
Klasifikasi Bauhinia Purpurea
Regnum : Plantae
Subregnum : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Bauhinia
Spesies : Bauhinia purpurea L.

2.3.2 Deskripsi Gmelina arborea Roxb

Gmelina/Jati putih merupakan tumbuhan yang memiliki perawakan pohon


dengan ketinggian mencapai lebih dari 40 m dan diameter batang setinggi dada
mencapai lebih dari 200 cm. Batang tumbuhan ini berbentuk silindris dan tegak
lurus berwarna putih kekuningan, krem dan merah muda mengkilap. Kulit kayu
berwarna abu-abu berserat halus dan bersisik dengan tekstur halus. Tata daun
gmelina, yakni opposite (berhadapan) dengan komposisi daun berupa majemuk
menyirip. Bentuk daun tumbuhan ini bervariasi meliputi cordatus (seperti jantung)
dan obobatus (bulat telur) dengan pertulangan daun yakni penninervis (bertulang
menyirip). Daun tumbuhan ini berwarna hijau kekuningan hingga hijau cerah pada
permukaan depan dan lebih pucat pada permukaan bawah dengan panjang ± 10-20
cm berdiameter ± 8-15 cm. bunga pada pohon gmelina terletak pada ujung batang
berwarna coklat kekuningan dan kemerahan. Buah gmelina tergolong buah buni
berwarna hijau, kuning, coklat, hingga menghitam dengan panjang 2-4 cm
berdiameter 2-3 cm (Wali & Ningkeula, 2019).

7
Tumbuhan ini umumnya ditemukan pada wilayah dengan ketinggian 0-
2100 mdpl dengan curah hujan 1000-3000 mm/tahun. Tumbuhan ini dapat tumbuh
subur pada daerah yang sangat kering hingga basah di daerah tropis dan subtropis.
Tumbuhan ini tergolong ke dalam tanaman intoleran yang tumbuh pada tanah laterit
masam hingga lempung berkapur, tanah berpasir, pasir berbatu serta daerah dengan
kelerengan yang tinggi. Di Indonesia tanaman ini tersebar di daerah Kalimantan,
Sumatera, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, serta wilayah lainnya (Wali &
Ningkeula, 2019).
Klasifikasi Gmelina arborea Roxb
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Gmelina
Spesies: : Gmelina arborea Roxb.

2.4 Karakteristik Kerusakan Batang dan Daun Akibat Serangga Hama


2.4.1 Karakteristik Kerusakan Batang Akibat Serangga Hama

Beberapa serangga ada yang meletakkan telurnya di dahan atau cabang dan
ranting pohon. Meletakkan telur pada retakan atau menggerek membuat lubang
lubang yang biasanya dilakukan oleh tonggerek, belalang pohon, lalat gergaji atau
beberapa kumbang penggerek. Serangga penggerek batang, dahan atau cabang
pohon memakan jaringan mulai kulit kayu, floem, sapwood sampai hati kayu dari
pohon. Serangga penggerek batang biasanya dari larva Coleoptera seperti kumbang
permata (Buprestidae), kumbang antena panjang (Cerambycidae), dari Lepidoptera
(Hepialidae dan Cossidae) dan Hymenoptera (Nuraeni, 2020).

8
Gambar 1. Gejala gerekan serangga penggerek kulit pohon, A: Scolytus
scolytus. B: Leperesinus varius. C: Ips typographus. D:Pityophthorus
pityographus. E: Cryphalus piceae
Adapun contoh hama pada batang, yakni:
1. Nasutitermes merupakan rayap tanah (ground-dweller) yang bersifat
arboreal karena sarangnya banyak ditemukan pada ranting maupun batang
pohon. Jenis sarang rayap ini berupa sarang carton (carton-nest) yang
terbentuk dari campuran tanah, serasah kayu, saliva dan cairan feses. Sifat
konstruksi sarang seperti kertas, rapuh dan mudah patah. Lorong – lorong
kembara dibuat dari sarang melintas bagian pohon yang lain, menuju arah
bawah atau masuk ke dalam pohon. Lorong-lorong kembara ini berfungsi
sebagai penghubung serang dengan sumber makanan di berbagai tempat.
Selain pada jati rayap ini juga ditemukan pada pohon akasia, sengon, damar,
melinjo, jengkol, jambu bol, mangga, kelapa sawit dan palem kipas (Wali &
Ningkeula, 2019).

Gambar 2. A. Contoh batang jati yang terserang rayap N. javanicus, B. Pohon


jati yang mati akibat serangan rayap N. Javanicus
2. Duemnitus ceramicus (Fam. Cissidae, ordo Lepidoptera) Hama ini disebut
oleng-oleng menyebabkan lubang-lubang gerek selebar 1 1½cm. Panjangnya
20-30 cm, melengkung, dinding lubang berwarna hitam, kadang-kadang

9
dengan lapisan kapur. Kerusakan-kerusakan ini terdapat pada hutan-hutan jati
di seluruh Jawa dan tanda kerusakan tersebut dapat dilihat pada kayu-kayu di
TPK. Panjang ngengat 4-8 cm, bentangan sayap 8 16 cm, berwarna kecoklatan.
Panjang larva 8 cm, lebar 1,5 cm. Telur-telur diletakkan pada celah-celah kulit.
Pohon-pohon muda yang terserang kadang-kadang menimbulkan gejala-gejala
pembengkakan pada batang. Pada phon tua, tanda-tanda serangan sukar
diamati karena serangga ini tidak mengeluarkan eksremen di luar batang.
Adanya lubang-lubang gerek ini sangat menentukan kualitas batang (Nuraeni,
2020).
3. Neotermes tectonae, (Fam. Kalotermitidae, ordo Isoptera). Hama ini dikenal
dengan nama inger-inger rangas jati. Tanda seranggannya ialah adanya
bengkak-bengkak (gembol) pada batang. Gembol-gembol ini dapat terbentuk
pada ketinggian 2-20 m dari tanah, merupakan sarang rangas (rayap) jati. Di
dalam sarang tersebut terdapat lubang-lubang yang bentuknya tidak teratur
pada umumnya memanjang batang (longitudinal). Pembengkakan batang
terjadi sebagai reaksi kambium, karena rangsangan yang disebabkan oleh
serangan. Dapat pula disebabkan sebagai akibat gangguan aliran air dan garam-
garam dari akar ke atas. Akibat gangguan dari pada serangan inger-inger
pertumbuhan pohon menjadi kerdil dan dalam keadaan serangan hebat
mengakibatkan kematian pucuk. Sulung/laron (rayap jantan) panjangnya 8-10
mm dan berwarna coklat 52 hitam. Rayap pekerja berwarna putih dan tak
bersayap. Rayap prajurit panjangnya berukuran 10-12 mm dengan kepala
berwarna coklat tua dengan rahang-rahang yang kuat. Infeksi pertama terjadi
pada bekas-bekas patahan cabang, dan luka-luka pada batang. Pencegahan
serangan: menghindari arah jatuh atau rebahan pohon telah diserang
(bergembol) mengenai pohon yang sehat pada waktu penjarangan/menebang
(Nuraeni, 2020).
4. Xylaborus destruens (Fam. Scolitidae, ordo Coleoptera), Serangga ini
merupakan penggerek batang jati. Kumbang-kumbang kecil (bubuk)
menyebabkan lubang-lubang kecil (pih holes) selebar 1-2 mm. Hama ini juga
disebut kumbang-kumbang “ambrosia” karena mereka membawa spora-spora
jamur ambrosia untuk dipelihara sebagai makanannya. Jamur-jamur ambrosia

10
yang hidup dalam liang gerek. Xylaborus merupakan makanan larva-larvanya.
Serangan Xylaborus biasanya berhubungan dengan pemeliharaan tegakan.
Apabila terdapat banyak tumbuhan liar, penjarangan yang terlambat dan lain-
lain, hal yang menyebabkan gangguan tumbuh maka serangan Xylaborus
sangat mudah terjadi. Zeuzera indica, merupakan penggerek (Fam. Cossidae)
yang menyerang kayu-kayu pasang (Quercus sp) (Nuraeni, 2020).
5. Platypus solidus, (Fam. Platypodidae, Ordo Coleoptera) Serangga ini sejenis
kumbang ambrosia, menggerek batang Acasia decurrens (Nuraeni, 2020).
6. Xystrocera festiva (Fam. Cerambycidae, ordo Coleoptera), Hama penggerek
yang menyerang tanaman Falcataria moluccana. Larva menggerek ke atas
dalam batang, panjang larva mencapai 5 cm. Tanda-tanda serangan terlihat
pada batang oleh jatuhnya bagian-bagian dari kulit, lubang-lubang gerek yang
berbentuk oval. Pada permulaan serangan terdapat bagian-bagian yang
berwarna hitam pada kulit dan serbuk-serbuk gerek yang dikeluarkan melalui
lubang lubang kecil (Nuraeni, 2020).

2.4.2 Karakteristik Kerusakan Daun Akibat Serangga Hama

Kerusakan yang diakibatkan oleh serangga pemakan daun dapat lebih jelas
terlihat dibandingkan serangga penghisap daun. Kehilangan sejumlah jaringan daun
lebih banyak oleh serangga pemakan daun dibandingkan penggerek jaringan,
penghisap atau pembuat puru daun. Herbivora merupakan yang paling tinggi
merusak pohon hutan dan tanaman lainnya dan telah ada metode untuk mengukur
kerugiannya. Kehilangan daun pada hutan temperate berkisar 3 – 17%, hutan hujan
dan mangrove 3 – 15% akibat serangga pemakan daun. Contoh kerusakan daun
akibat hama dari jenis-jenis ulat kantong yang menyerang pertanaman sengon
(Paraserianthes falcataria (L)) Nielsen nama lainnya Falcataria moluccana yang
sebelumnya disebut juga (Albizzia sp) di berbagai lokasi di Pulau Jawa ada 4 jenis
yaitu, Pteroma sp., Clania sp., Cryptothelea sp. dan Amatissa sp. (Nuraeni, 2020).

11
Gambar 3. Hama ulat kantong Amatissa sp. pada pohon alpukat Persea
americanada

Tipe kerusakan daun oleh serangga pemakan daun dibedakan atas: (Nuraeni, 2020).
1. Kehilangan lamina daun tidak beraturan.
Serangga makan daun sebagian atau seluruh lamina daun kecuali
pertulangan daun. Beberapa larva Lepidoptera seperti ulat grayak
(Spodoptera litura) atau belalang pemakan daun.

Gambar 4. Kerusakan daun Eboni (Diyospirus celebica) karena


belalang yang memakan daun dari arah luar lamina daun.

2. Daun berlubang-lubang
Serangga makan lamina daun sampai membentuk pola berlubang-lubang
melalui semua lapisan epidermis daun. Beberapa kumbang dewasa yang
makan daun dengan cara seperti ini.

Gambar 5. Kerusakan daun Terong (Solanum melongena L) oleh


serangga pemakan daun dari Coleoptera.
3. Skeletonisasi
Serangga makan hanya bagian yang lunak dari lamina daun dan menyisakan
pembuluh pertulangan daun termasuk yang lebih halus seperti skeleton.

12
Gambar 6. Gejala kerusakan karena aktivitas makan serangga
membentuk skeletonisasi pada daun bitti (Vitex cofassus) (kiri) dan
daun jati (Tectona grandis) (kanan)
Serangga yang memakan daun dan membuat tempat tinggal/berlindung
pada daun atau menganyam beberapa daun. Pohon akan tumbuh abnormal bila
banyak ditemukan serangga shelter feeding. Bentuk perlindungan dari daun
beragam bentuknya, yaitu: (Nuraeni, 2020).
1. Mengayam dedaunan
Shelter ini terbuat dari beberapa dedaunan yang dianyam bersama
menjadikannya tempat bersarang atau berlindung bagi telur dan nimfanya.

Gambar 7. Sarang semut (Oecophylla smaragdina) sebagai tempat


perlindungan shelter pada pohon Mangga ( Mangifera indica) yang
menyebabkan daun mengering dikenal dengan nama kroto
2. Membuat jaringan selubung dari beberapa daun
Shelter dibuat oleh seekor larva atau beberapa larva. Jika mengikat atau
menjahit selembar daun adalah yang umumnya yang hidup soliter. Bila
dibuat oleh beberapa larva secara bersama menjahit bersama kemudian
makan membentuk jendela skletonisasi. Jejaring serat-serat sutera dapat pula
dibuat oleh beberapa ekor larva Lepidoptera setelah menghabiskan beberapa
lembar daun.

13
Gambar 8. Jejaring serat-serat sutera yang dibuat oleh larva Lepidoptera

14
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Praktikum Perlindungan dan Pengamanan Hutan tentang


Pengenalan Kerusakan Pohon Akibat Searangga Hama dilaksanakan pada hari
Jumat, 29 September 2023, pukul 09.50 – 11.30 WITA, bertempat di Laboratorium
Perlindungan dan Serangga Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum pengenalan ordo serangga
yaitu:
1. Buku gambar A4, digunakan sebagai tempat menggambar hasil morfologi daun
dan batang pohon Bauhinia purpurea.
2. Pensil warna, digunakan sebagai alat untuk mewarnai gambar.
3. Pensil dan penghapus, digunakan sebagai alat menggambar dan penghapus.
4. Penggaris, digunakan sebagai alat membuat garis dan margin.
5. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan spesimen.
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum pengenalan ordo serangga yaitu:
1. Pohon Gmelina arborea Roxb sebagai bahan pengamatan.
2. Daun Bauhinia purpurea sebagai bahan pengamatan

3.3 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum pengenalan morfologi serangga yaitu:


1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
2. Kemudian, mencari spesimen pohon yang terkena serangga hama
3. Mengamati batang dan daun yang terkena serangga hama
4. Lalu menggambar bagian-bagian:
a. Keruskan batang akibat serangga
b. Kerusakan daun akibat serangga
5. Setelah menggambar bagian-bagian batang dan daun, selanjutnya mewarnai
gambar tersebut

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum pengenalan kerusakan pohon


akibat serangga hama yaitu:
Tabel 4.1 Kerusakan pada Batang dan Daun
GAMBAR KETERANGAN
Kerusakan pada Batang Nama Tanaman: Jati Putih
(Gmelina Arborea Roxb)
Hama: Rayap (Isoptera)
Gejala: Pada gambar di samping
terlihat batang pohon yang telah
digali rayap membentuk
terowongan di dalam kayu pohon
jati putih. Gejala awalnya
mungkin berupa permukaan kayu
yang tergores atau berlubang
yang dapat menghambat
pertumbuhan pohon jati putih.
Keterangan:
1. Batang
2. Hama

16
Kerusakan pada Daun Nama Tanaman: Bunga Kupu-
kupu (Bahunia pupurea)
Hama: Kutu Daun (Hemiptera)
Gejala: Pada gambar di samping
terlihat daun yang memiliki
gejala kerusakan akibat serangga
dengan mulut mengunyah
biasanya muncul pada daun atau
batang seperti tepi, compang
camping dan berlubang
Keterangan:
1. Daun
2. Penyakit (Klorosis)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan kegiatan praktikum pengenalan kerusakan pohon akibat serangga


hama ini, didapatkan pengamatan atau hasil dari kegiatan tersebut berupa
pemahaman mengenai materi kerusakan pohon akibat serangga itu sendiri dan
pengetahuan tentang proses kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur kerja yang
ada pada buku penuntun. Mulai dari penyiapan alat dan bahan sampai dengan
pengambilan sampel berupa daun dan ranting, serta batang yang dilihat untuk
kemudian selanjutnya diamati dan di dokumentasikan untuk dijadikan lampiran
pada laporan praktikum kali ini. Terkait dengan hal kerusakan pohon akibat
serangga hama sesuai dengan judul praktikum kali ini. Dimana pada saat praktikum
telah dijelaskan perbedaan kerusakan pohon atau kerusakan bagian pohon seperti
daun, batang, dan ranting akibat serangan hama dan serangan patogen. Maka telah
diketahui bahwa ada beberapa serangga yang termasuk hama yang dapat merusak
bagian pohon, di antaranya yaitu rayap dan kutu daun. Adapun jenis kerusakan yang
ditimbulkan yaitu berupa daun yang berlubang akibat serangan kutu daun dan
batang yang mengalami kerusakan berupa kulit batang terkelupas.

17
Dapat kita lihat bahwa kerusakan yang terjadi pada bagian batang pohon yaitu
luka terbuka yang disebabkan beberapa faktor, dimana di antaranya disebabkan
oleh serangga hama. Serangga hama tersebut tumbuh dan berkembang pada bagian
batang pohon dan menjadikan daun sebagai makanannya. Pada batang ditemukan
hasil seperti kayunya lapuk akibat serangga hama yang melakukannya adapun
selain pada batang dan daun kami menemukan juga beberapa kerusakan pada pohon
seperti pada batang kami menemukan ada bercak putih-putih dan juga hal yang
sama juga ada pada daun yang kami temukan selama praktikum ada seperti bercak
putih-putih dan juga ada semacam jalur pada batang yang kami temukan, semua ini
diakibatkan oleh serangga hama (Husaeni, 2019).
Pada daun, hama serangga kutu daun berwarna putih sehingga terkadang
dianggap debu karena ukuran serangga ini sangat berskala kecil. Serangga
berbentuk oval bertubuh lunak ini tampak seperti serpihan kecil serat pengering
berwarna putih. Kutu putih suka menyedot kehidupan dari tanaman dan memakan
sarinya. kutu putih dalam koloni kecil di sisi bawah daun, di sekitar pertumbuhan
baru, dan di celah kecil antara daun (Mokodompit dkk., 2018)

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:


1. Karakteristik batang yang mengalami kerusakan yakni bagian kulit batang
pohon yang terkelupas dan adanya gerekan-gerekan pada batang pohon,
sehingga lapisan luar kayu pada pohon juga ikut mengering. Adapun
beberapa jenis serangga yang tumbuh dan berkembang biak pada batang
seperti, rayap dan serangga penggerek.
2. Karakteristik daun yang mengalami kerusakan yakni ditandai dengan
adanya gejala nekrotik yang berupa bercak-bercak pada daun, daun
mengalamin perubahan warna dari hijau menjadi kuning. Serta mengalami
kerusakan daun karena aktivitas makan serangga pada lamina daun.
Adapaun beberapa jenis serangga yang hinggap pada daun dan
menjadikannya sebagai makanan atau menyerap sari daun seperti kutu putih
dan kutu daun.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk Laboratorium tetap sama, agar kebersihan dan kerapihan lab tetap
dijaga dengan baik.
5.2.2 Saran untuk Asisten

Untuk kakak asisten semoga tetap baik dan ramah dalam membimbing
praktikan kelompok 2, dan tetap sabar dengan kelompok kami

19
DAFTAR PUSTAKA

Husaeni, E. A. (2019). Xystrocera Festiva Thoms. (Cerambycidae, Coleoptera):


Biologi dan Pengendaliannya pada Hutan Tanaman Sengon. Bogor: IPB
Press
Kuswardani, R. A., dan M. (2013). Hama Tanaman Pertanian. Medan: Medan Area
Univesity Press.
Meilin, A., dan N. (2016). Serangga Dan Peranannya Dalam Bidang Pertanian Dan
Kehidupan. Jurnal Media Pertanian. 1(1), 18-28.
Mokondompit, H. S., H. N., dan M. T. (2018). Identifikasi Jenis Serangga Hama
dan Tingkat Kerusakan pada Diospyros Celebica Bakh. Eugenia. 24 (2), 64-
74.
Nuraeni, S. (2019). Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Makassar: Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Putri F.A., Rachmawati N., Naemah D., 2021. Identifikasi kerusakan pada
Tanaman Balangeran (Shorea balengaran) di Kawasan Hutan dengan
Tujuan Khusus (KHDTK) Tumbang Nusa. Jurnal Sylva Scienteae, 4 (1),
28-35.
Latumahina, F. S. (2021). Modul Pembelajaran Ilmu Perlindungan Hutan :
Penyebaran Hama Hutan. Jawa Barat: CV. Adanu Abimata.
Latumahina, F. S. (2020). Pengelolaan Hutan untuk Kemakmuran Masyarakat
Pulau-Pulau Kecil di Maluku. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Wali M., dan Ningkeula S.E., 2019. Tingkat Keusakan Batang Akibat Serangan
Rayap pada Tegakan Jati. Jurnal Ilmiah Agribsisnis dan Periknan, 12(2),
272 – 278

20
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Kerusakan pada Batang dan Daun

Lampiran 2. Sampul Buku/Jurnal

21
22
23
24

Anda mungkin juga menyukai