Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

Perlindungan dan Pengamanan Hutan

FOREST HEALTH MONITORING

NAMA : ARIE RIDHO PRATAMA


NIM : M031221003
KELAS : PPH C
KELOMPOK :5
ASISTEN : 1. NUR AZMI, S.Hut
2. MUTIARA ANANDA PRAJA

LABORATORIUM PERLINDUNGAN DAN SERANGGA HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI..........................................................................................................i
DAFTAR TABEL.................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Tujuan......................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. .......................................................................4
2.1 Forest Health Monitoring (FHM)............................................................4
2.2 Kesehatan Pohon.....................................................................................6
2.3 Kondisi Kerusakan Pohon.......................................................................7
BAB III. METODE PRAKTIKUM....................................................................9
3.1 Tempat dan Waktu..................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................10
3.3 Prosedur Praktikum...............................................................................10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.......................................................................................................12
4.2 Pembahasan...........................................................................................12
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................18
5.2 Kesan dan pesan....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAAN

1.1 Latar Belakang


Perlindungan dan Pengamanan Hutan membahas tentang landasan hukum,
identifikasi faktor abiotik dan biotik penyebab kerusakan hutan, penelusuran dan
mengkonstruksi faktor sosial penyebab kerusakan hutan dan teknik-teknik
penanggulangan atau pencegahannya setiap faktor. Perlindungan dan Pengamanan
Hutan juga mengenalkan tipe-tipe kerusakan pohon atau tegakan karena perilaku
hama terutama serangga hama fitofag. Perilaku hama saat makan, bertelur,
berlindung dan bertempat tinggal pada bagian pohon. Serta status hama karena
faktor jenis tegakan, faktor lingkungan dan fluktuasi populasi serangga itu sendiri.
(Nuraeni, 2019).
Penilaian kesehatan pohon merupakan suatu proses pengamatan berdasarkan
gejala dan tanda secara alami yang disebabkan oleh penyebab apapun dalam
hubungannya dengan perkembangan kesehatan hutan. Kerusakan yang diamati
timbul akibat terganggunya proses fisiologis pohon baik akibat penyakit, serangga
dan penyebab abiotik lainnya. (Handoko, 2020).
Sekurang-kurangnya terdapat lima faktor sosial yang merusak hutan, yaitu
perambahan hutan, pencurian kayu, perusakan lingkungan, tata batas kawasan
atau akses, dan alih fungsi kawasan hutan. Khusus perambahan hutan dan
pencurian kayu, masing-masing 26% untuk perambahan hutan dan 23% untuk
pencurian kayu. Pada masa peralihan tersebut hingga memasuki awal era
reformasi, kebakaran hutand dan perambahan hutan sering terjadi di berbagai
tempat (Kamilia, 2015).
Oleh karena itu, pada praktikum kali ini akan membahas mengenai faktor
biotik yang berpotensi merusak hutan serta faktor sosial yang merusak hutan
seperti yang diketahui manusia tidak terlepas dari kegiatan yang sangat
disayangkan untuk terjadi seperti penyebab kerusakan hutan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu :
1. Mengetahui penilaian kesehatan pohon oleh faktor biotik
2. Mengetahui faktor sosial yang merusak hutan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerusakan Hutan


Penyebab terbesar kerusakan hutan Indonesia adalah kegiatan manusia,
mulai asal ekspansi area pertanian yang tidak terjadwal, perluasan areal
perkebunan, kebakaran hutan, danmaraknya perambahan hutan serta pembalakan
liar. Pembalakan hutan marak terjadi pada masa peralihan dari pemerintahan Orde
Baru ke masa Reformasi. pada kisaran Januari tahun 1997 hingga Juni 2003
berdasarkan pantauan di media tercatat 359 peristiwa pertarungan yang berkaitan
menggunakan kehutanan. Jumlah permasalahan semakin tinggi hampir empat kali
lipat di tahun 1999. Jika dibandingkan dengan catatan perseteruan kehutanan yang
terjadi di tahun 1997, yakni 52 kejadian pada tahun 1999 dan 14 insiden di tahun
1997. Berasal pantauan media pula diketahui bahwa pertarungan kehutanan
terbesar terjadi pada tahun 2000 menggunakan 153 perseteruan kehutanan
(Kamilia, 2015).
Gejala yang tampak sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan di dalam
sel-sel bagian tanaman yang bersangkutan. Oleh karena itu gejala yang
ditunjukkan oleh tanaman yang sakit juga dapat dibedakan berdasarkan
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel atau pada sekumpulan sel yang
bersangkutan, yaitu sebagai berikut (Latumahina, 2021):
1. Tipe nekrotik, yaitu tipe gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan fisik
atau kematian pada sel, bagian sel, atau jaringan. Gejala yang termasuk tipe
nekrotik antara lain:
a. Kanker atau mati kulit batang, cabang, atau akar, dan pada bagian yang mati
tersebut terbentuk cekungan dan retakan.
b. Klorotik yaitu kerusakan kloroplas yang mengakibatkan bagian-bagian
tanaman yang dalam keadaan normal berwarna hijau menjadi menguning.
Klorotik seringkali mendahului gejala nekrotik sehingga lama kelamaan
berwarna coklat. Terdapat juga klorotik yang mengelilingi nekrotik.
c. Lodoh (dumping-off) yaitu rebahnya tanaman yang masih sangat muda
(kecambah, semai) karena akar atau pangkal batangnya membusuk.

4
Berdasarkan saat terjadinya pembusukan dalam kaitannya dengan
kemunculan semai ke atas permukaan tanah,
d. Eksudasi (bleeding) yaitu keluarnya cairan dari bagian tanaman.
Berdasarkan macam cairan yang dikeluarkan ada yang disebut gumosis
yaitu keluarnya gom (blendok), lateksosis yaitu keluarnya lateks, dan
resinosis yaitu keluarnya resin.
e. Layu (wilting) yaitu kondisi daun atau tunas yang melemah karena
kehilangan turgor. Layu biasanya terjadi karena adanya penyakit pada
berkas pembuluh atau kerusakan akar sehingga proses-proses penguapan
menjadi tidak seimbang dengan pengangkutan air.
f. Mati ujung (dieback) yaitu kematian ranting, cabang atau daun-daun yang
dimulai dari ujung meluas ke pangkal.
2. Tipe hipoplastik, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya
hambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sebagian atau
seluruh jaringan tanaman akibat serangan patogen. Contoh gejala yang
termasuk tipe hipoplastik yaitu:
a. Kerdil (atropik) yaitu gejala yang diakibatkan oleh terhambatnya
pertumbuhan sehingga seluruh bagian tubuh tanaman ukurannya menjadi
lebih kecil dari ukuran normal.
b. Klorosis umum yaitu gejala yang disebabkan oleh kurang atau tidak
terbentuknya klorofil akibat racun patogen, kekurangan mineral,
pencemaran udara, kekurangan air, atau karena bahan kimia.
c. Etiolasi yaitu pertumbuhan memanjang yang berlebihan yang diikuti oleh
terhambatnya pembentukan daun, klorofil dan bunga karena kekurangan
cahaya.
3. Tipe hiperplastik, yaitu tipe gejala yang diakibatkan karena adanya
pertumbuhan jaringan yang melebihi (overdevelopment) dari pada
pertumbuhan yang biasa. Contoh kerusakan yang termasuk tipe hiperplastik
antara lain yaitu:
a. Withes broom (sapu setan), yaitu gejala berkembangnya tunas-tunas aksiler
yang biasanya laten menjadi berkas ranting-ranting yang rapat.
b. Tunas air (proplepsis).

5
c. Tumor (gall, cecidia), yaitu pembengkakan setempat pada jaringan tanaman
sehingga terbentuk bintil atau benjolan setempat. Ada dua macam sesidia,
yaitu fitosesidia jika disebabkan oleh serangan patogen dan zoosesidia jika
disebabkan oleh serangan hewan.
2.2 Faktor Biotik
Pohon yang memiliki kerusakan dapat diidentifikasi secara visual atau kasat
mata. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh manusia, hewan atau
lingkungan sekitar. Timbulnya penyakit, gulma, serangan hama, api, cuaca, dan
satwa merupakan penyebab kerusakan terjadi. Kerusakan ini menyebabkan
terjadinya penurunan kesehatan pohon. Kerusakan pada ambang tertentu bisa
mengganggu kesehatan suatu hutan. Gejala kerusakan yang telah diidentifikasi
merupakan informasi penting yang dipertimbangkan dari keadaan hutan dan
tanda-tanda yang dapat mengakibatkan penyimpangan dari keadaan yang
diinginkan. Semua jenis kerusakan pohon yang terjadi akan berdampak pada laju
pertumbuhan yang rendah, keadaan tajuk yang semakin rendah, hilangnya
biomassa terutama mortalitas, dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan hutan
secara menyeluruh. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor biotik. Kerusakan pohon
akibat faktor biotik dapat dilihat secara fisik yaitu organ pohon mengalami
kelainan atau adanya organisme. Faktor biotik disebabkan oleh patogen, yaitu
segala organisme yang menyebabkan penyakit, diantaranya adalah fungi, bakteri,
mikroplasma, virus, tumbuhan parasit, nematoda dan beberapa jenis hama,
serangga dan mamalia (Arwanda dkk., 2021).
Lingkungan biotik merupakan faktor hidup yang meliputi semua makhluk
hidup di bumi yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan dan mikroba. Dalam
ekosistem tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan sebagai konsumen dan
mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Faktor biotik juga meliputi
tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas,
ekosistem dan biosfer (Yunianto, 2021).
Menurut Yunianto (2021) lingkungan biotik dari suatu organisme
dikategorikan ke dalam:

6
1. Lingkungan biotik intraspecies yaitu hubungan organisme lain dari spesies
atau jenis yang sama, contohnya manusia dengan manusia lain sebatang
kelapa dengan pohon-pohon kelapa lain.
2. Lingkungan biotik interspecies yaitu hubungan organisme-organisme lain
dari spesies atau jenis yang berlainan, contohnya manusia dengan tumbuh-
tumbuhan, manusia dengan hewan peliharaan.
Penyakit hutan adalah mikroorganisme (jamur, bakteri, virus), berbagai jenis
cacing dan tumbuhan tingkat tinggi yang menimbulkan kerugian pada sumber
daya hutan. Penyebab penyakit disebut patogen. Gejala serangan adalah berupa
kerusakan atau kelainan fisik pada tanaman. Hal ini disebabkan oleh aktivitas
binatang pemakan tumbuhan terutama serangga dan oleh adanya penyakit. Gejala
serangan sangat bervariasi, tergantung variasi bentuk dan alat mulut serangga,
cara hidup serangga dan patogen, serta bagian tanaman yang diserang
(Latumahina, 2021).
2.3 Faktor Sosial
Sinery (2015) mengemukakan bahwa kerusakan hutan terutama disebabkan
oleh faktor faktor sebagai berikut:
a. Sistem Perladangan Berpindah.
Sistem ini dilakukan oleh penduduk yang tinggal di kawasan atau pinggiran
hutan. Pertanian yang dilakukan masih sederhana, yaitu dengan menebang pohon
dan setelah kering dibakar tetapi tanah tidak diolah dan langsung ditanami. Tanah
hanya dimanfaatkam 3-4 tahun kemudian diting galkan dan selanjutnya membuka
hutan baru yang caranya sama dengan cara sebelumnya. Sebenarnya, sistem
perladangan berpindah tidak berdampak negatif terhadap terhadap lingkungan
karena luas yang dibuka sempit (2-3 hektar) dan tanah tidak diolah secara intensif,
akan tetapi karena penduduk bertambah terus dan teknologi sudah mulai dikenal,
sihingga luas hutan yang dibuka semakin luas dan waktu tanah tidak ditanami
(waktu berah) juga semakin singkat.
b. Perambahan Hutan
Perambahan hutan adalah pemanfaatan kawasan hutan secara illegal untuk
dimanfaatkan sumber daya alam yang ada. Masyarakat yang melakukan
perambahan hutan disebut sebagai perambah hutan. Perambah hutan tidak selalu

7
bermukim di areal hutan yang dirambah, tetapi juga ada yang tinggal diluar
kawasan hutan, seperti desa desa di pinggiran hutan.
c. Pengusaha HPH (Hak Pengusahaan Hutan)
HPH merupakan penyebab kerusakan hutan terbesar, karena hanya
mengejar keuntungan materi semata. Persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang
mengatur pengusahaan hutan tidak dilaksanakan sehingga hutan ditebang habis.
d. Bencana Alam
Kerusakan hutan akibat bencana alam relatif kecil, kecuali jika terjadi
kebakaran hutan karena petir atau potensi bahan tambang. Namun, kebakaran
hutan karena petir atau bahan tambang jarang terjadi. Penyebab kebakaran hutan
yang banyak terjadi adalah oleh ulah manusia. Bencana alam seperti longsor dan
badai biasanya tidak menyebabkan kerusakan berarti karena luasan yang terbatas
(sempit).

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktek Lapangan


Praktikum Lapangan ini dilakukan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022, pukul
07.30-15.30 wita di Hutan Pendidikan, Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. GPS/Avenza digunakan untuk mencari lokasi berdasarkan titik koordinat.
2. Kompas digunakan untuk menentukan arah pada saat pembuatan plot.
3. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan praktikum.
4. Roll meter digunakan untuk mengukur panjang plot.
5. Laptop digunakan untuk pembuatan peta pada aplikasi ArcGis.
6. Map plastik digunakan sebagai tempat menyimpan tallysheet.
7. ATM digunakan untuk mencatat hasil praktikum.

9
8. Powerbank digunakan untuk mengisi ulang baterai Handphone.
9. Parang digunakan untuk memotong atau menebas semak belukar di
lapangan.
10. Plastik klip digunakan sebagai tempat menyimpan tallysheet.
11. Flysheet digunakan sebagai tenda.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Tali rafiah digunakan untuk menandai plot.
2. Label digunakan untuk memberi nama/tanda pada pohon.
3. Tallysheet digunakan untuk mencatat hasil praktikum.
4. Trashbag digunakan sebagai tempat untuk membuang sampah.
3.3 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum ini yaitu:
1. Menyiapkan segala alat dan bahan sebelum melakukan tracking.
2. Mencari titik P0 dengan menggunakan aplikasi GPS/Avenza dengan
memasukkan titik koordinat yang akan dituju.
3. Setelah menemukan P0, maka buat plot dengan ukuran 200 x 100 m.
4. Tarik roll meter untuk mengukur jarak panjang plot dengan benar.
5. Setelah plot terbentuk, maka pasang 4 patok disetiap sudutnya.
6. Gulung roll meter dan gantikan dengan tali rafiah.
7. Ikat dengan kuat tali rafiah pada setiap patok.
8. Lakukan pengamatan, mana saja yang termasuk pohon dalam plot tersebut.
9. Tentukan titik koordinat pohon yang diamati dan beri label pada pohonnya.
10. Amati faktor biotik dan abiotik, gejala penyakit, tanda keberadaan hama,
dan tanda kerusakan pada pohon tersebut.
11. Catat segala informasi tersebut di tallysheet.
12. Setelah pencatatan informasi di tally sheet rampung, maka selanjutnya
membuat peta persebaran digital berdasarkan data yang ada.

10
Gambar 3.2 Bentuk transek garis pengamatan

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penyebab kerusakan pohon


Abiotik
5%

Biotik
95%

Biotik Abiotik

Diagram 1. Penyebab keruskan pohon akibat faktor biotik dan abiotik


Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan terdapat 22 pohon yang
telah diamati mengalami kerusakan berbeda. Penyebab kerusakan dari pohon
tersebut disebabkan oleh faktor abiotik (petir) dan faktor biotik (lumut, rayap,
jamur, hama dan serangga). Kerusakan akibat faktor abiotik yaitu tidak terlalu
dominan didalam plot tersebut. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi kerusakan pada
pohon hanya terdapat 1 pohon saja. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan akibat
faktor abiotik tersebut tidak terlalu berpengaruh besar terhadap kerusakan hutan di
dalam plot tersebut.

12
Tanda Kerusakan Hutan

Bekas Penebangan Jejak ternak


33% 33%

Bekas
genangan
33%
Jejak ternak Bekas genangan Bekas kebakaran Bekas Penebangan

Diagram 2. Tanda kerusakan hutan


Tanda kerusakan hutan yang didapatkan di lapangan ada 5, yaitu jejak
ternak, bekas genangan, bekas penebangan, dan dan bekas kebakaran. Adanya
tanda kerusakan hutan ini diawali dengan adanya faktor sosial yaitu adanya
masyarakat yang bermukim di sekitar hutan yang menjadikan hutan sebagai
sumber penghidupan mereka. Mulai dari memberi pakan pada ternak sapi yang
ditandai dengan adanya jejak kaki sapi dan juga kotoran sapi, adanya bekas
penebangan, dan adanya manusia yang berlalu lalang di sekitar hutan tersebut.

Tabel gejala kerusakan pohon


Kelompok Gejala
No Bagian
Nekroti Hipotrofi Hipertropi Nama Gejala
. Pohon
k k k

1 ✓ Mati ujung Ranting

2 ✓ Hawar Daun

Hawar dan Daun,


3 ✓ kanker batang

4 ✓ Etiolasi Daun

5 ✓ Kanker Batang

6 ✓ Etiolasi Daun

13
7 ✓ Puru Batang

8 ✓ Mati ujung Ranting

9 ✓ Puru Batang

10 ✓ Hawar Daun

Daun dan
Hawar dan Kaker
11 ✓ batang

12 ✓ Kerdil Batang

13 ✓ Klorosis Daun

14 ✓ Kanker Batang

15 ✓ Nekrosis Batang

16 ✓ Puru Batang

17 ✓ Nekrosis Daun

18 ✓ Kanker Batang

19 ✓ Puru Batang

20 ✓ Kanker Batang

21 ✓ Klorosis Daun

22 ✓ Puru Batang

Hasil pengamatan juga mendapatkan keruskan pohon akibat patogen yang


dibuktikan dengan gejala-gejala yang ditimbulkan. Di dalam plot mendapatkan 22
pohon yang mengalami kerusakan akibat patogen dengan tipe kerusakan yang
berbeda-beda. Didapatkan sebanyak 13 pohon yang menunjukkan gejala nekrotik
dengan rincian seprerti mati ujung 2 pohon, hawar 4 pohon, klorosis 2 pohon,
kanker 5 pohon, dan nekrosis 2 pohon. 3 pohon yang mengalami gejala hipotropik
dengan rincian seperti etiolasi 2 pohon dan kerdil 1 pohon. Adapun gejala yang
terakhir yaitu gejala hipertropik dimana didapatkan 5 pohon yang mengalami
gejala hipertropik dengan nama gejala puru

14
Tabel tanda keberadaan hama.
PRAKTIKUM LAPANG
PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN

TANDA KEBERADAAN HAMA


No
SUAR BEKAS/ JEJAK KAKI/ HAMA
.
A MAKANAN KUBANGAN

1 ✓ Rayap batang

✓ ulat daun

2 ✓ Rayap

✓ ulat daun

3 ✓ kutu daun

4 ✓ laba-laba

✓ rayap

✓ Ulat

5 ✓ kutu putih

✓ ulat batang

penggerek
✓ batang

6 ✓ laba-laba

✓ Semut

✓ Sp 1

7 ✓ Babi Hutan

8 ✓ Rayap

✓ laba-laba

✓ ulat daun

✓ laba-laba

15
9 ✓ rayap

✓ Kutu

✓ laba-laba

10 ✓ rayap

✓ Semut

Tanda keberadaan hama yang didapatkan di lapangan yaitu di dalam plot


mengalami kerusakan akibat ham yang ditandai dengan adanya tanda-tanda
keberadaan hama. Berdasarkan hasil praktikum, di dapatkan sebanyak 23 tanda
keberadaan hama berupa bekas gigitan dari hama rayap batang, ulat daun, rayap,
kutu daun, laba-laba, ulat, kutu putih, ulat batang, semut. Tanda kerusakan akibat
bekas gigitan hama didominasi oleh ulat. Dimana tanda kerusakannya dibuktikan
oleh banyaknya daun pohon yang berlubang-lubang. Adapun kerusakan pada
patang didominasi oleh serangga rayap. Di dalam plot juga ditemukan jejak kaki
dan kumbangan dari babi hutan yang juga termasuk faktor perusak pohon.

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan antara lain :
1. Penilaian kerusakan kondisi kerusakan pohon diidentifikasi berdasarkan
lokasi, tipe dan tingkat keparahan dari masing-masing individu pohon.
2. Kebakaran hutan, perladangan, penggembalaan ternak di hutan dan
pencurian hasil hutan adalah faktor-faktor sosial ayng dapat merusak hutan
dikarenakan faktor-faktor tersebut dapat merugikan bagi hutan yang ada.
5.2 Kesan dan Pesan
5.2.1 Kesan dan Pesan Untuk Laboratorium
Kesan saya untuk laboratorium perlindungan dan serangga hutan sudah
baik. Semoga Laboratorium Perlindungan dan Serangga Hutan Kedepannya
tetap terjaga kebersihannya dan pesan saya agar saat asistensi kedepannya
waktunya bisa lebih baik lagi dan tetap semangat kak.
5.2.2 Kesan dan Pesan Untuk Asisten
Kesan untuk kak asisten itu cukup teliti, terus cara penjelasan praktikumnya
juga sudah lebih baik dan tegas. Kemudian pesan saya tetap semangat kak dan
tetap ditingkatkan lagi

DAFTAR PUSTAKA

17
Arwanda, E. R., R. Safe’I, H. Kaskoyo, S. Herwanti. 2021. Identifikasi Kerusakan
Pohon pada Hutan Tanaman Rakyat PIL, Kabupaten Bangka, Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia. Agricultural Journal, 4(3), 351-
361.
Handoko, A., Rizki, K. T., Yanuar, S., Dwitantian, H. B., Dita, T., Putri, O dan
Nurlaela, A. H. 2020. Evaluasi kesehatan pohon di kawasan asrama
internasinal ipb.
Kamilia, I dan Nawiyanto, N. 2015. Kerusakan Hutan dan Munculnya Gerakan
Konservasi di Lereng Gunung Lamongan, Klakah 1999-2013
(Deforestation And Rise Of Environmental Movement At Slope Of Mount
Lamongan, Klakah 1999-2013). Publika Budaya, 3(1), 72-85.
Latumahina, I. F. S., IPU, S. H. M., Wattimena, I. C. M dan Hut, S.
2021. Panduan Praktek Mata Kuliah Ilmu Hama Dan Penyakit Hutan.
Penerbit Adab.
Nuraeni, Sitti. 2019. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin.
Sinery, A. S., Hut, S., Angrianto, I. R., Rahawarin, Y. Y., Hut, S., Peday, H. F dan
Hut, S. 2015. Potensi dan Strategi Pengelolaan Hutan Lindung Wosi
Rendani. Deepublish.
Yunianto, A. E., Lusiana, S. A., Haya, M., Sari, C. R., Yuliantini, E., Faridi, A
dan Triatmaja, N. T. 2021. Ekologi Pangan dan Gizi. Yayasan Kita
Menulis.

18
LAMPIRAN

19
21

Anda mungkin juga menyukai