SAMPUL
DAFTAR ISI..........................................................................................................i
DAFTAR TABEL.................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Tujuan......................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. .......................................................................4
2.1 Forest Health Monitoring (FHM)............................................................4
2.2 Kesehatan Pohon.....................................................................................6
2.3 Kondisi Kerusakan Pohon.......................................................................7
BAB III. METODE PRAKTIKUM....................................................................9
3.1 Tempat dan Waktu..................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................10
3.3 Prosedur Praktikum...............................................................................10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.......................................................................................................12
4.2 Pembahasan...........................................................................................12
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................18
5.2 Kesan dan pesan....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Berdasarkan saat terjadinya pembusukan dalam kaitannya dengan
kemunculan semai ke atas permukaan tanah,
d. Eksudasi (bleeding) yaitu keluarnya cairan dari bagian tanaman.
Berdasarkan macam cairan yang dikeluarkan ada yang disebut gumosis
yaitu keluarnya gom (blendok), lateksosis yaitu keluarnya lateks, dan
resinosis yaitu keluarnya resin.
e. Layu (wilting) yaitu kondisi daun atau tunas yang melemah karena
kehilangan turgor. Layu biasanya terjadi karena adanya penyakit pada
berkas pembuluh atau kerusakan akar sehingga proses-proses penguapan
menjadi tidak seimbang dengan pengangkutan air.
f. Mati ujung (dieback) yaitu kematian ranting, cabang atau daun-daun yang
dimulai dari ujung meluas ke pangkal.
2. Tipe hipoplastik, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya
hambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sebagian atau
seluruh jaringan tanaman akibat serangan patogen. Contoh gejala yang
termasuk tipe hipoplastik yaitu:
a. Kerdil (atropik) yaitu gejala yang diakibatkan oleh terhambatnya
pertumbuhan sehingga seluruh bagian tubuh tanaman ukurannya menjadi
lebih kecil dari ukuran normal.
b. Klorosis umum yaitu gejala yang disebabkan oleh kurang atau tidak
terbentuknya klorofil akibat racun patogen, kekurangan mineral,
pencemaran udara, kekurangan air, atau karena bahan kimia.
c. Etiolasi yaitu pertumbuhan memanjang yang berlebihan yang diikuti oleh
terhambatnya pembentukan daun, klorofil dan bunga karena kekurangan
cahaya.
3. Tipe hiperplastik, yaitu tipe gejala yang diakibatkan karena adanya
pertumbuhan jaringan yang melebihi (overdevelopment) dari pada
pertumbuhan yang biasa. Contoh kerusakan yang termasuk tipe hiperplastik
antara lain yaitu:
a. Withes broom (sapu setan), yaitu gejala berkembangnya tunas-tunas aksiler
yang biasanya laten menjadi berkas ranting-ranting yang rapat.
b. Tunas air (proplepsis).
5
c. Tumor (gall, cecidia), yaitu pembengkakan setempat pada jaringan tanaman
sehingga terbentuk bintil atau benjolan setempat. Ada dua macam sesidia,
yaitu fitosesidia jika disebabkan oleh serangan patogen dan zoosesidia jika
disebabkan oleh serangan hewan.
2.2 Faktor Biotik
Pohon yang memiliki kerusakan dapat diidentifikasi secara visual atau kasat
mata. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh manusia, hewan atau
lingkungan sekitar. Timbulnya penyakit, gulma, serangan hama, api, cuaca, dan
satwa merupakan penyebab kerusakan terjadi. Kerusakan ini menyebabkan
terjadinya penurunan kesehatan pohon. Kerusakan pada ambang tertentu bisa
mengganggu kesehatan suatu hutan. Gejala kerusakan yang telah diidentifikasi
merupakan informasi penting yang dipertimbangkan dari keadaan hutan dan
tanda-tanda yang dapat mengakibatkan penyimpangan dari keadaan yang
diinginkan. Semua jenis kerusakan pohon yang terjadi akan berdampak pada laju
pertumbuhan yang rendah, keadaan tajuk yang semakin rendah, hilangnya
biomassa terutama mortalitas, dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan hutan
secara menyeluruh. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor biotik. Kerusakan pohon
akibat faktor biotik dapat dilihat secara fisik yaitu organ pohon mengalami
kelainan atau adanya organisme. Faktor biotik disebabkan oleh patogen, yaitu
segala organisme yang menyebabkan penyakit, diantaranya adalah fungi, bakteri,
mikroplasma, virus, tumbuhan parasit, nematoda dan beberapa jenis hama,
serangga dan mamalia (Arwanda dkk., 2021).
Lingkungan biotik merupakan faktor hidup yang meliputi semua makhluk
hidup di bumi yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan dan mikroba. Dalam
ekosistem tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan sebagai konsumen dan
mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Faktor biotik juga meliputi
tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas,
ekosistem dan biosfer (Yunianto, 2021).
Menurut Yunianto (2021) lingkungan biotik dari suatu organisme
dikategorikan ke dalam:
6
1. Lingkungan biotik intraspecies yaitu hubungan organisme lain dari spesies
atau jenis yang sama, contohnya manusia dengan manusia lain sebatang
kelapa dengan pohon-pohon kelapa lain.
2. Lingkungan biotik interspecies yaitu hubungan organisme-organisme lain
dari spesies atau jenis yang berlainan, contohnya manusia dengan tumbuh-
tumbuhan, manusia dengan hewan peliharaan.
Penyakit hutan adalah mikroorganisme (jamur, bakteri, virus), berbagai jenis
cacing dan tumbuhan tingkat tinggi yang menimbulkan kerugian pada sumber
daya hutan. Penyebab penyakit disebut patogen. Gejala serangan adalah berupa
kerusakan atau kelainan fisik pada tanaman. Hal ini disebabkan oleh aktivitas
binatang pemakan tumbuhan terutama serangga dan oleh adanya penyakit. Gejala
serangan sangat bervariasi, tergantung variasi bentuk dan alat mulut serangga,
cara hidup serangga dan patogen, serta bagian tanaman yang diserang
(Latumahina, 2021).
2.3 Faktor Sosial
Sinery (2015) mengemukakan bahwa kerusakan hutan terutama disebabkan
oleh faktor faktor sebagai berikut:
a. Sistem Perladangan Berpindah.
Sistem ini dilakukan oleh penduduk yang tinggal di kawasan atau pinggiran
hutan. Pertanian yang dilakukan masih sederhana, yaitu dengan menebang pohon
dan setelah kering dibakar tetapi tanah tidak diolah dan langsung ditanami. Tanah
hanya dimanfaatkam 3-4 tahun kemudian diting galkan dan selanjutnya membuka
hutan baru yang caranya sama dengan cara sebelumnya. Sebenarnya, sistem
perladangan berpindah tidak berdampak negatif terhadap terhadap lingkungan
karena luas yang dibuka sempit (2-3 hektar) dan tanah tidak diolah secara intensif,
akan tetapi karena penduduk bertambah terus dan teknologi sudah mulai dikenal,
sihingga luas hutan yang dibuka semakin luas dan waktu tanah tidak ditanami
(waktu berah) juga semakin singkat.
b. Perambahan Hutan
Perambahan hutan adalah pemanfaatan kawasan hutan secara illegal untuk
dimanfaatkan sumber daya alam yang ada. Masyarakat yang melakukan
perambahan hutan disebut sebagai perambah hutan. Perambah hutan tidak selalu
7
bermukim di areal hutan yang dirambah, tetapi juga ada yang tinggal diluar
kawasan hutan, seperti desa desa di pinggiran hutan.
c. Pengusaha HPH (Hak Pengusahaan Hutan)
HPH merupakan penyebab kerusakan hutan terbesar, karena hanya
mengejar keuntungan materi semata. Persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang
mengatur pengusahaan hutan tidak dilaksanakan sehingga hutan ditebang habis.
d. Bencana Alam
Kerusakan hutan akibat bencana alam relatif kecil, kecuali jika terjadi
kebakaran hutan karena petir atau potensi bahan tambang. Namun, kebakaran
hutan karena petir atau bahan tambang jarang terjadi. Penyebab kebakaran hutan
yang banyak terjadi adalah oleh ulah manusia. Bencana alam seperti longsor dan
badai biasanya tidak menyebabkan kerusakan berarti karena luasan yang terbatas
(sempit).
8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
9
8. Powerbank digunakan untuk mengisi ulang baterai Handphone.
9. Parang digunakan untuk memotong atau menebas semak belukar di
lapangan.
10. Plastik klip digunakan sebagai tempat menyimpan tallysheet.
11. Flysheet digunakan sebagai tenda.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Tali rafiah digunakan untuk menandai plot.
2. Label digunakan untuk memberi nama/tanda pada pohon.
3. Tallysheet digunakan untuk mencatat hasil praktikum.
4. Trashbag digunakan sebagai tempat untuk membuang sampah.
3.3 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum ini yaitu:
1. Menyiapkan segala alat dan bahan sebelum melakukan tracking.
2. Mencari titik P0 dengan menggunakan aplikasi GPS/Avenza dengan
memasukkan titik koordinat yang akan dituju.
3. Setelah menemukan P0, maka buat plot dengan ukuran 200 x 100 m.
4. Tarik roll meter untuk mengukur jarak panjang plot dengan benar.
5. Setelah plot terbentuk, maka pasang 4 patok disetiap sudutnya.
6. Gulung roll meter dan gantikan dengan tali rafiah.
7. Ikat dengan kuat tali rafiah pada setiap patok.
8. Lakukan pengamatan, mana saja yang termasuk pohon dalam plot tersebut.
9. Tentukan titik koordinat pohon yang diamati dan beri label pada pohonnya.
10. Amati faktor biotik dan abiotik, gejala penyakit, tanda keberadaan hama,
dan tanda kerusakan pada pohon tersebut.
11. Catat segala informasi tersebut di tallysheet.
12. Setelah pencatatan informasi di tally sheet rampung, maka selanjutnya
membuat peta persebaran digital berdasarkan data yang ada.
10
Gambar 3.2 Bentuk transek garis pengamatan
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Biotik
95%
Biotik Abiotik
12
Tanda Kerusakan Hutan
Bekas
genangan
33%
Jejak ternak Bekas genangan Bekas kebakaran Bekas Penebangan
2 ✓ Hawar Daun
4 ✓ Etiolasi Daun
5 ✓ Kanker Batang
6 ✓ Etiolasi Daun
13
7 ✓ Puru Batang
9 ✓ Puru Batang
10 ✓ Hawar Daun
Daun dan
Hawar dan Kaker
11 ✓ batang
12 ✓ Kerdil Batang
13 ✓ Klorosis Daun
14 ✓ Kanker Batang
15 ✓ Nekrosis Batang
16 ✓ Puru Batang
17 ✓ Nekrosis Daun
18 ✓ Kanker Batang
19 ✓ Puru Batang
20 ✓ Kanker Batang
21 ✓ Klorosis Daun
22 ✓ Puru Batang
14
Tabel tanda keberadaan hama.
PRAKTIKUM LAPANG
PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN
1 ✓ Rayap batang
✓ ulat daun
2 ✓ Rayap
✓ ulat daun
3 ✓ kutu daun
4 ✓ laba-laba
✓ rayap
✓ Ulat
5 ✓ kutu putih
✓ ulat batang
penggerek
✓ batang
6 ✓ laba-laba
✓ Semut
✓ Sp 1
7 ✓ Babi Hutan
8 ✓ Rayap
✓ laba-laba
✓ ulat daun
✓ laba-laba
15
9 ✓ rayap
✓ Kutu
✓ laba-laba
10 ✓ rayap
✓ Semut
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan antara lain :
1. Penilaian kerusakan kondisi kerusakan pohon diidentifikasi berdasarkan
lokasi, tipe dan tingkat keparahan dari masing-masing individu pohon.
2. Kebakaran hutan, perladangan, penggembalaan ternak di hutan dan
pencurian hasil hutan adalah faktor-faktor sosial ayng dapat merusak hutan
dikarenakan faktor-faktor tersebut dapat merugikan bagi hutan yang ada.
5.2 Kesan dan Pesan
5.2.1 Kesan dan Pesan Untuk Laboratorium
Kesan saya untuk laboratorium perlindungan dan serangga hutan sudah
baik. Semoga Laboratorium Perlindungan dan Serangga Hutan Kedepannya
tetap terjaga kebersihannya dan pesan saya agar saat asistensi kedepannya
waktunya bisa lebih baik lagi dan tetap semangat kak.
5.2.2 Kesan dan Pesan Untuk Asisten
Kesan untuk kak asisten itu cukup teliti, terus cara penjelasan praktikumnya
juga sudah lebih baik dan tegas. Kemudian pesan saya tetap semangat kak dan
tetap ditingkatkan lagi
DAFTAR PUSTAKA
17
Arwanda, E. R., R. Safe’I, H. Kaskoyo, S. Herwanti. 2021. Identifikasi Kerusakan
Pohon pada Hutan Tanaman Rakyat PIL, Kabupaten Bangka, Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia. Agricultural Journal, 4(3), 351-
361.
Handoko, A., Rizki, K. T., Yanuar, S., Dwitantian, H. B., Dita, T., Putri, O dan
Nurlaela, A. H. 2020. Evaluasi kesehatan pohon di kawasan asrama
internasinal ipb.
Kamilia, I dan Nawiyanto, N. 2015. Kerusakan Hutan dan Munculnya Gerakan
Konservasi di Lereng Gunung Lamongan, Klakah 1999-2013
(Deforestation And Rise Of Environmental Movement At Slope Of Mount
Lamongan, Klakah 1999-2013). Publika Budaya, 3(1), 72-85.
Latumahina, I. F. S., IPU, S. H. M., Wattimena, I. C. M dan Hut, S.
2021. Panduan Praktek Mata Kuliah Ilmu Hama Dan Penyakit Hutan.
Penerbit Adab.
Nuraeni, Sitti. 2019. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin.
Sinery, A. S., Hut, S., Angrianto, I. R., Rahawarin, Y. Y., Hut, S., Peday, H. F dan
Hut, S. 2015. Potensi dan Strategi Pengelolaan Hutan Lindung Wosi
Rendani. Deepublish.
Yunianto, A. E., Lusiana, S. A., Haya, M., Sari, C. R., Yuliantini, E., Faridi, A
dan Triatmaja, N. T. 2021. Ekologi Pangan dan Gizi. Yayasan Kita
Menulis.
18
LAMPIRAN
19
21