Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PERLINDUNGAN HUTAN

ACARA I
RAGAM KERUSAKAN ABIOTIK DAN GULMA HUTAN

Nama : Agus Pamungkas


NIM : 20/464035/SV/18354
Kelompok :8
Co.Ass : Arnada Rizky Rahmawati

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PENGELOLAAN


HUTAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN
VETERINER SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH
MADA YOGYAKARTA
2021
ACARA I
RAGAM KERUSAKAN ABIOTIK DAN GULMA HUTAN

I. TUJUAN
Mampu mengenal berbagai kerusakan hutan yang disebabkan oleh faktor
abiotik dan gulma.

II. WAKTU DAN TEMPAT

1. Waktu : 26 Agustus 2021


2. Tempat : rumah masing-masing praktikan

III. ALAT DAN BAHAN :


1. Tanaman yang mengalami cekaman air, hara, dan cahaya
2. Ragam gulma

IV. CARA KERJA


1. Perhatikan demonstrasi dan penjelasan mengenai cekaman air, hara, dan
cahaya.
2. Perhatikan video mengenai gulma.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan video gulma
1. Pencekik atau strangler
2. Penutup tanah atau tumbuhan bawah
3. Benalu
4. Liana
Hasil pengamatan kerusakan abiotik
1. Cekaman air
2. Cekaman hara
3. Cekaman cahaya
• Pembahasan
Pada praktikum perlindungan hutan acara 1 ini membahas mengenai gulma
dan kerusakan abiotik yang mengganggu tanaman. Pengamatan dilakukan dengan
menonton video yang telah diberikan kemudian memahami kerusakan tersebut.
Pada video pertama menjelaskan mengenai berbagai gulma yang mengganggu
tanaman hutan, diantaranya ialah pencekik atau strangler, tumbuhan bawah atau
penutup tanah, benalu, dan liana. Kemudian, untuk video kedua membahas tentang
kerusakan abiotik yang terjadi karena cekaman air, cekaman hara, dan cekaman
cahaya.
Penyebab kerusakan pada tumbuhan umumnya digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu kerusakan abiotik dan kerusakan biotik. Kerusakan abiotik adalah
jenis kerusakan pada tumbuhan yang disebabkan bukan dari komponen biologis
atau makhluk hidup. Kerusakan ini juga biasanya tidak dapat berpindah atau
menular ke tumbuhan yang lain karena kerusakan ini bukan terjadi karena infeksi.
Contoh kelompok abiotik ini diantaranya, temperatur, kelembaban, nutrisi,
keasaman, polutan (logam berat), keadaan lingkungan, dan bencana alam. Adapun
kerusakan biotik adalah jenis kerusakan pada tumbuhan yang disebabkan oleh
komponen biologis dalam artian, yaitu mahkluk hidup. Kerusakan biotik ini
biasanya menimbulkan infeksi sehingga rawan menularkan penyakit sehingga
mengakibatkan tumbuhan di dekatnya juga ikut terserang penyakit dan akhirnya
menderita kerusakan yang sama. Contoh kelompok biotik ini disebabkan oleh
hama, jamur, bakteri, virus, nematoda, mikroplasma, spiroplasma, dan riketsia.
Noviady dan Rivai (2015) menyatakan bahwa kerusakan pohon yang terjadi dapat
disebabkan oleh adanya penyakit, serangan hama, gulma, api, cuaca, satwa ataupun
akibat kegiatan manusia.
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan serta dapat
menghambat pertumbuhan inangnya. Keberadaan gulma menyebabkan terjadinya
persaingan antara tanaman utama dengan gulma. Gulma yang tumbuh menyertai
tanaman budidaya dapat menurunkan hasil baik kualitas maupun kuantitasnya
(Widaryanto, 2010). Gulma mempunyai kemampuan bersaing yang kuat dalam
memperebutkan CO2, air, cahaya matahari dan nutrisi. Secara fisik, gulma bersaing
dengan tanaman budidaya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas
penting, serta zat kimia (alelopati) yang di sekresikan. Pertumbuhan gulma dapat
memperlambat pertumbuhan tanaman (Singh, 2005). Brown dan Brooks (2002)
menyatakan bahwa gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman
pokok. Kemampuan gulma mengadakan regenerasi besar sekali, khususnya pada
gulma perenial. Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan: sesuai dengan
bentuk daun (berdaun lebar ataupun sempit) lama hidupnya tumbuhan (setahun atau
semusim, dua tahun atau tahunan), serta dari sudut pentingnya ( golongan yang
sangat ganas dan golongan agak ganas). Dengan demikian berdasarkan bentuk daun
ini maka gulma dapat dibagi dua yaitu gulma berdaun lebar dan gulma berdaun
sempit (Moenandir, 1988).
Kemudian gulma pertama yang dijelaskan pada praktikum adalah pencekik
atau strangler. Tumbuhan pencekik adalah tumbuhan berkayu yang melilit tanaman
inangnya untuk mendapat unsur hara yang digunakan untuk pertumbuhannya
sehingga lama kelamaan pohon inang tersebut akan mati karena tercekik.
Tumbuhan pencekik yang dijelaskan pada praktikum ini adalah beringin (Ficus
annulate) dengan inang pohon kayu putih Melaleuca leucadendra. Cara hidup
tumbuhan ini, akar-akarnya menujam ke bawah melalui batang-batang inangnya
hingga mencapai tanah. Akar-akar pencekik menutup batang pohon inangnya dan
terjalin dengan akar-akar tersebut. Sebelum akar sampai tanah, pohon pencekik
tumbuh seperti epifit lain yang memperoleh air. Setelah akar sampai tanah sumber
hara dan air mencukupi kebutuhan hidup pohon tersebut.
Kemudian gulma yang kedua adalah penutup tanah. Tumbuhan penutup tanah
yang dimaksud pada video tersebut ialah tumbuhan bawah seperti rumput teki,
rumput minjangan (Chromolaena odorata), dan bandotan (Ageratum conyzoides).
Penutup tanah merupakan gulma yang mengganggu tanaman dalam penyerapan
unsur hara. Gulma penutup tanah pada hutan hujan tropika akan tumbuh lebih baik
pada sistem tanam dengan tajuk terbuka. Penutup tanah ini merupakan gulma yang
umum dijumpai karena pertumbuhan serta perkembang biakannya sangat mudah
dan cepat.
Selanjutnya gulma yang ketiga adalah benalu. Benalu merupakan kelompok
tumbuhan parasit yang termasuk dalam famili Loranthaceae dan Viscaceae.
Tumbuhan parasit ini umumnya menyerang tumbuhan berkayu yang dijadikan
sebagai inangnya khususnya pada batang, cabang, maupun ranting dari tumbuhan
inang tersebut. Tumbuahn benalu ini sangat merugikan hospesnya karena benalu
menghisap zat hara yang dikandung oleh tumbuhan hospesnya. Akan tetapi, benalu
memiliki daun hijau yang juga mengandung klorofil sehingga benalu dapat
melakukan fotosintesis sendiri (Novan S, 2017). Benalu ini menempel pada pohon
jambu biji. Benalu merupakan tumbuhan hemiparasit yang tumbuh pada cabang
tumbuhan dan sebagai tumbuhan gulma pengganggu pada tumbuhan lain. Benalu
dapat tumbuh pada berbagai inang baik dari kelompok tumbuhan Gymnospermae
maupun Angiospermae. tumbuhnya benalu ini dikarenakan hewan atau burung
yang hinggap pada batang pohon dengan membawa biji tanaman tersebut sehingga
dapat tumbuh dan mengganggu pertumbuhan pada bagian atas dari pohon (tajuk
dan ranting).
Gulma terakhir yang dibahas pada video adalah liana. Liana merupakan
tumbuhan merambat atau tidak dapat tumbuh tegak mendukung tajuknya. Untuk
mendukung pertumbuhannya, kelompok tumbuhan ini umumnya memanfaatkan
berbagai jenis pohon untuk merambat. Liana akan memanjat tumbuhan tinggi yang
lebih besar, tetapi akarnya tetap di bawah tanah sebagai alat untuk mendapatkan
makanan (Simamora et al, 2015). Beberapa jenis liana dapat mencapai lapisan tajuk
tajuk inangnya dengan memanfaatkan pohon inangnya (Sirami et al., 2016),
sehingga mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk proses fotosintesis. Pada
video tersebut terlihat tumbuhan sirih melilit pada pohon beringin. Liana ini juga
berkembang biak secara generative. Pergerakan liana menghambat pertumbuhan
pohon inangnya ialah dari bawah ke atas. Liana ini mirip seperti pencekik namun
kekuatan lilitannya lebih lemah. Persebaran liana terdapat pada area tropis atau
lembap. Liana mempunyai peranan positif dan negatif untuk hutan dan
lingkungannya. Peranan positif antara lain mencegah tumbangnya pohon akibat
angin karena pertumbuhannya yang menjalar di antara pohon-pohon penopangnya
dalam hutan, sebagai sumber pakan, dan sebagai alat pendukung bagi hewan yang
melintas di pepohonan (Setia, 2009). Adapun peran negatif dari liana adalah dapat
menyebabkan kerusakan pada tempat tertentu pada tumbuhan penopang yang
dipanjatnya seperti luka pada batang pohon (Asrianny dkk., 2008).
Kemudian pada materi kedua yaitu membahas mengenai kerusakan abiotik
terhadap tanaman. Kerusakan abiotik adalah kerusakan yang diakibatkan oleh
lingkungan seperti air, cahaya, tanah, dan lain lain. Pada video yang telah diberikan
membahas mengenai 3 cekaman abiotik yang mempengaruhi perkembangan
tumbuhan yaitu cekaman air, cekaman hara, dan cekaman cahaya. Cekaman adalah
segala kondisi perubahan lingkungan (abiotik dan biotik) yang mungkin akan
menurunkan atau merugikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penyebab
yang sering adalah terjadinya penurunan kecepatan proses metabolisme di dalam
sel tanaman Produknya adalah perubahan dimensi (panjang, lebar, luas dan volume)
organ dan senyawa kimia yang dihasilkan tanaman.
Cekaman pertama adalah cekaman air. Cekaman air berpengaruh langsung
maupun tidak langsung terhadap tanaman. Secara langsung dapat menyebabkan
penurunan turgor tanaman. Tekanan turgor sangat berperan dalam menentukan
ukuran tanaman, berpengaruh terhadap pembesaran dan perbanyakan sel tanaman,
membuka dan menutupnya stomata, perkembangan daun, pembentukan dan
perkembangan bunga (Islami dan Utomo, 1985). Pada cekaman air terdapat 3
perlakuan yaitu perlakuan tergenang, perlakuan kering, dan perlakuan kontrol. Pada
perlakuan ini terdapat semai yang tidak disiram sama sekali, semai yang tergenang
oleh air, dan kontrol (semai yang disiram tiap 2 kali sehari). Perlakuan pertama yang
tidak disiram pada hari ke-8 mengalami kekeringan mulai dari daun hingga
batangnya. Sedangkan, perlakuan tergenang pada hari ke-8 didapati akar semai
mulai membusuk oleh jamur. Sedangkan, pada kontrol semai tumbuh dengan baik.
Cekaman air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, termasuk proses
fisiologis dan biokimia tanaman serta menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi
dan morfologi tanaman (Islami dan Utomo, 1995).
Kemudian cekaman kedua adalah cekaman hara. Tumbuhan memerlukan
nutrisi untuk hidup dari lingkungannya. Nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan terdiri dari unsur hara makro dan unsur mikro. Unsur hara
makro diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang relatif banyak, sedangkan unsur
hara mikro diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur-unsur
hara esensial tersebut diperlukan oleh tumbuhan untuk proses tumbuh dan sangat
penting dalam melengkapi siklus hidupnya. Tanaman dapat kekurangan salah satu
unsur hara yang diperlukan pada kondisi tertentu yang berakibat pada timbulnya
gejala-gejala defisiensi yang kadang sangat khas untuk unsur tertentu, meskipun
kadang gejala tersebut dapat terjadi akibat kekurangan beberapa unsur tertentu
secara bersamaan. Cekaman defiensi unsur hara pada tanaman dapat menyebabkan
tanaman mengalami perubahan fisik yang tampak dan dapat diamati secara
langsung. Nitrogen berperan dalam pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman.
Nitrogen berfungsi sebagai bahan sintetis klorofil, protein, dan asam amino. Karena
itu kehadirannya dibutuhkan dalam jumlah besar, terutama saat pertumbuhan
vegetatif ( warna hijau ) seperti daun. Bersama fosfor (P), nitrogen digunakan untuk
mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Defisiensi unsur N dapat
menyebabkan warna daun hijau agak kekuning-kuningan selanjutnya berubah
menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-
kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya
menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada cekaman hara dilakukan
perlakuan menggunakan pupuk NPK dengan dosis yang berbeda setiap 1 semai
kaliandra. Dosis yang diberikan yaitu 20 gr, 40 gr, dan kontrol. Perlakuan pertama
ialah memberikan 20 gram pupuk. Sedangkan pada perlakuan kedua ialah semai
diberi dengan 40 gram pupuk dan yang ketiga tidak diberi pupuk. Hasilnya setelah
8 hari, semai yang diberi 40 gram pupuk tumbuh lebih baik daripada yang diberi 20
gram pupuk. Perlakuan dengan dosis 40 gr lebih optimal dibandingkan dengan yang
lainnya hal ini dikarenakan dosis 40 gr lebih bisa memenuhi nutrisi pada semai
tersebut sehingga semai kaliandra 40 gr tumbuh dan berkembangnya lebih baik
seperti daunnya berwarna hijau segar dan bertambah tinggi dibandingkan dengan
yang lainnya. Untuk kontrol sendiri juga tumbuh dengan baik. Pada percobaan kali
ini tidak ada yang membawa pengaruh buruk pada semai.
Selanjutnya cekaman yang terakhir adalah cekaman cahaya. Cahaya
merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya
berperan penting dalam proses fisiologi tanaman, terutama fotosintesis, respirasi,
dan transpirasi. Unsur radiasi matahari yang penting bagi tanaman ialah intensitas
cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran. Bila intensitas cahaya yang
diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh satuan luas permukaan
daun dalam jangka waktu tertentu rendah (Sopandie et al., 2003 cit. puspitasari et
al.,2012). Pada kebanyakan tanaman, kemampuan tanaman dalam mengatasi
cekaman intensitas cahaya rendah tergantung kepada kemampuannya melanjutkan
fotosintesis dalam kondisi kekurangan cahaya, beberapa peneliti sebelumnya.
(Sopandie et al., 2003 cit. puspitasari et al., 2012), menjelaskan bahwa adaptasi
tanaman terhadap intensitas cahaya rendah melalui dua cara, yaitu peningkatan luas
daun untuk mengurangi penggunaan metabolit dan mengurangi jumlah cahaya yang
ditransmisikan dan yang direfleksikan. Pengurangan cahaya pada tanaman yang
telah memperoleh cahaya, suhu dan kelembaban yang optimum akan menyebabkan
pengurangan akan dan tanaman menunjukkan gejala etiolasi. Lamanya penyinaran
mempengaruhi proses fotosintesis, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya.
Selanjutnya intensitas cahaya mempengaruhi terhadap pembesaran dan diferensiasi
sel. Intensitas cahaya yang rendah juga akan menyebabakan tanaman memiliki
daun. Pada cekaman cahaya dilakukan 3 perlakuan yaitu diperlakuan kontrol
ditempat yang teduh, gelap, dan terang. Pada perlakuan ini terdapat semai yang
diberikan pada tempat terbuka di bawah sinar matahari, di tempat gelap yang sama
sekali tidak terdapat sinar matahari, dan Kontrol yang diberikan di bawah paranet.
Hasilnya pada perlakuan di tempat terbuka, semai menjadi layu dan daunnya kering.
Sedangkan di tempat gelap ada beberapa daun yang berjatuhan dan kering tapi tidak
sebanyak yang ditempatkan pada tempat terbuka. Dan Kontrol yang diletakkan di
bawah paranet memiliki hasil yang bagus setelah 8 hari dengan tidak mengalami
kekeringan dan daun berguguran. Sehingga didapatkan hasil bahwa semai kaliandra
termasuk tanaman toleran yaitu tanaman yang dapat hidup dibawah naungan. Akan
tetapi, lebih optimal jika hidup tidak dibawah nanungan sehingga lebih optimal
pertumbuhannya

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat berbagai jenis kerusakan hutan yang disebabkan oleh
faktor abiotik dan gulma. Kerusakan abiotik sendiri terbagi menjadi 3 yaitu,
cekaman air, cekaman hara, dan cekaman cahaya. Cekaman adalah segala kondisi
perubahan lingkungan (abiotik dan biotik) yang mungkin akan menurunkan atau
merugikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penyebab yang sering adalah
terjadinya penurunan kecepatan proses metabolisme di dalam sel tanaman
Produknya adalah perubahan dimensi (panjang, lebar, luas dan volume) organ dan
senyawa kimia yang dihasilkan tanaman. Untuk menghindari hal tersebut, maka
harus dilakukan perlakuan yang diberikan tepat dengan kebutuhan tanaman.
Sedangkan, gulma hutan dibagi menjadi 4 yaitu, pencekik atau strangler, penutup
tanah, benalu, dan liana. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak
diinginkan serta dapat menghambat pertumbuhan inangnya. Keempat gulma ini
mempunyai perbedaan masing-masing. Pencekik ialah gulma yang menghambat
pertumbuhan pohon inang dari atas ke bawah. Penutup tanah ialah gulma yang
menghambat pertumbuhan pohon inang dari bawah. Benalu ialah gulma yang
menghambat pertumbuhan pohon inang dari atas. Dan yang terakhir ialah liana,
gulma yang menghambat pertumbuhan pohon dari bawah ke atas.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Abimanyu, B., Safe’i, R., & Hidayat, W. (2019). Aplikasi Metode Forest Health
Monitoring dalam Penilaian Kerusakan Pohon di Hutan Kota Metro
(Application of Forest Health Monitoring Method in Assessing Tree Damage
in Metro Urban Forests). Jurnal Sylva Lestari, 7(3), 289-298.
Diana, R., & Andani, L. (2020). Keragaman jenis liana pada tutupan kanopi berbeda
di hutan lindung Wehea, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Ekosistem
Dipterokarpa, 6(2), 149-156.
Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press.
Mangoensoekarjo, S., & Soejono, A. T. (2015). Ilmu gulma dan pengelolaan pada
budi daya perkebunan. Gadjah Mada University Press.
Moenandir, J. (2010). Ilmu gulma. Universitas Brawijaya Press.
Puspitasari, Ervin Kristianita dan Putri Klaudia. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya
Matahari Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (glycine max). Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI. MADIUM. PKM.
Ramadhan, M., Naemah, D., & Yamani, A. (2020). ANALISIS INTENSITAS
KERUSAKAN MAHONI (Swietenia mahagoni) AKIBAT SERANGAN
HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN. Jurnal Sylva Scienteae, 3(4), 667-
674.
Sandika, N. 2017. Keanekaragaman Tumbuhan Benalu Pada Mangga Podang
(Mangifera indica L) Di Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Universitas
Nusantara PGRI Kediri., 87(1,2), 149–200.
Simamora, T. T. H., & Bintoro, A. (2015). Identifikasi Jenis Liana dan Tumbuhan
Penopangnya di Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman. Jurnal Sylva Lestari, 3(2), 31-42.
Singh, S. 2005. Effect of establishment methods and weed management practices on
weeds and rice in ricewheat cropping system. Indian J. Weed Sci. 37 (2): 524
-527.
Sumarni, N., Hidayat, A., & Sumiati, E. (2006). Pengaruh tanaman penutup tanah
dan mulsa organik terhadap produksi cabai dan erosi tanah.
Tampubolon, K., Sihombing, F. N., Purba, Z., Samosir, S. T. S., & Karim, S. (2018).
Potensi metabolit sekunder gulma sebagai pestisida nabati di Indonesia.
Kultivasi, 17(3), 683-693.
Wasis, B., Saharjo, B. H., & Waldi, R. D. (2019). Dampak kebakaran hutan terhadap
flora dan sifat tanah mineral di kawasan hutan Kabupaten Pelalawan Provinsi
Riau. Jurnal Silvikultur Tropika, 10(1), 40-44.

Anda mungkin juga menyukai