ACARA I
PENGENALAN ALAT INVENTARISASI HUTAN DAN TEKNIK
PENGAMBILAN DATA LAPANGAN (PENGUKURAN DIAMETER
DAN TINGGI POHON)
Oleh :
A. PENGANTAR
Pengenalan terhadap alat inventarisasi hutan, prinsip kerja, kekurangan, dan
kelebihannya merupakan hal mendasar dalam ilmu kehutanan. Ilmu ini sebagai awal
dalam kegiatan pengelolaan hutan, kesalahan dalam penggunaan alat akan berdampak
pada kesalahan hasil pengukuran, kesalahan hasil pengukuran akan berdampak pada
kesalahan pengambilan kebijakan untuk sektor kehutanan. Sektor kehutanan
mempunyaikebutuhan jenis alat yang beragam, setiap parameter pohon diukur dengan
menggunakan alat yang berbeda-beda. Pengetahuan ini akan membantu dalam
pemilihan penggunaan alat ukur kayu dalam praktik pengukuran karakteristik individu
pohon di lapangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi.
B. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan berbagai macam alat-alat ukur
diameter pohon
2. Mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan berbagai macam alat-alat ukur
tinggi pohon
3. Dapat membuat alat penaksir tinggi pohon secara sederhana
D. DASAR TEORI
Ilmu ukur kayu dikenal secara umum sebagai ilmu ukur hutan. Henri S.Groves
(1960) dalam Anonimus (2011) mengartikan ilmu ukur hutansebagai suatu ilmu yang
mempelajari volume kayu (log), pohon dan tegakan serta mempelajari hasil dan
pertumbuhan hutan. Pengukuran adalah pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat tertentu secara langsung terhadap seluruh obyek. Pengukuran ada
yang bersifat kuantitatif, kualitatif, campuran, dan homogen. Parameter pengukuran
kuantitatif adalah umur, diameter, panjang/tinggi pohon, bentuk, volume, lebar tajuk, dan
lain-lain. Parameter pengukuran kualitatif adalah jenis, kualitas batang, kelurusan
batang, dan lain-lain. Sedangkan parameter pengukuran campuran adalah luas, struktur
tanaman, basal area total per ha, biomassa total per ha, dan seterusnya. Parameter
pengukuran homogen adalah volume rata-rata per pohon dan basal area rata-rata per
pohon.
Karakteristik individu hutan sering disebut sebagai dimensi pohon. Dimensi
pohon merupakan beberapa parameter dari suatu individu pohon yang dapat diukur.
Dimensi pohon tentu saja berbeda dengan dimensi tegakan dimana objek dalam
pengukuran dimensi pohon adalah individu pohon itu sendiri sedangkan objek dalam
pengukuran dimensi tegakan adalah kumpulan individu-individu pohon. Asy’ari dkk.
(2012) menyebutkan bahwa pengertian dimensi adalahsuatu ukuran panjang dengan
satuan ukuran tertentu. Suatu ruang atau bangunan tertentu memiliki dimensi panjang,
lebar dan tinggi, sehingga dimensi yang diukur ini dapat menghasilkan volume atau isi,
yaitu hasil perkalian ketiga dimensi yang dimiliki ruang atau bangunan tersebut. Sejalan
dengan pengertian tersebut, maka untuk batang pohon berdiri memiliki dimensi diameter
atau keliling, dan tinggi. Sedangkan untuk pohon rebah atau pohon setelah tebang
memiliki dimensi diameter atau keliling, dan panjang. Dimensi dimensi tersebut yang
kemudian dinyatakan sebagai dimensi pohon yang diukur pada saat pengukuran
dilakukan.
Menurut Husch et al., (2003), dimensi pohon terdiri dari umur, diameter, luas
bidang dasar, tinggi, bentuk batang, dan kerapatan tajuk. Sedangkan menurut Van Laar
& Acka (2007), suatu individu pohon memiliki beberapa parameter yang dapat diukur
antara lain umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi total, tinggi kayu pertukangan,
volume total, volume kayu pertukangan, bentuk batang, ketebalan batang, dan riap. Akan
tetapi secara umum terdapat dua parameter yang paling sering diukur, yaitu diameter dan
tinggi pohon.
Pengukuran tinggi dan diameter suatu pohon penting untuk dilakukan dalam
bidang kehutanan, karena dengan melakukan pengukuran tersebut kita dapat
mengetahui atau menduga suatu potensi tegakan ataupun komunitas pohon tertentu
(Edward, 2007). Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat
merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keakuratan data-data yang
diperoleh. Dengan demikian, perbedaan reatif dari keakuratan data yang diperoleh di
antara alat-alat yang berbeda akan terlihat (Endom dan Sunarno, 2018). Alat ukur
yang dipergunakan semakin bagus, maka kemungkinan hasil yang didapatkan pada
pengukuran akan semakin baik dan akurat. Kemampuan para pengamat dalam
mengukur diperhatikan karena semakin baik dalam penggunaan suatu alat, maka data
yang akan diperoleh semakin tepat.
Pohon memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan
berbentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas (Endom dan Sunarno, 2016). Pengukuran
tinggi dan diameter pohon menjadi elemen yang penting diperhatikan pada
pengukuran volume suatu pohon. Pendugaan tinggi dan diameter pohon dilakukan
dengan pengukuran menggunakan alat ukur tinggi dan diameter. Pengukuran yang
dilakukan akan bermanfaat dalam kondisi tertentu dan khususnya dalam beberapa
inventarisasi hutan. Data tinggi pohon digunakan bukan hanya untuk menghitung
nilai luas bidang dasar suatu tegakan. Data tersebut juga dapat digunakan untuk
mengetahui volume pohon dan tegakan.
Data diameter pohon merupakan salah satu parameter yang sangat penting
dalam pengumpulan data potensi hutan dan keperluan pengelolaan. Ukuran diameter
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain tempat tumbuh, usia pohon, semakin tua
umur pohon, maka diameternya akan lebih besar (Sumarna, 2008). Pengukuran
pohon yang paling umum dilakukan oleh rimbawan adalah dengan mengukur
diameter setinggi dada. Menurut Asef (2013), secara umum pengukuran diameter
dilakukan setinggi 1,3 m dengan menggunakan alat diameter tape (phi band),
kemudian pengukuran tinggi pohon menggunakan galah berkait dan jika kondisi
pohon terlalu tinggi dilakukan pengukuran dengan alat clinometer yang dipadukan
dengan alat digital distancemeter untuk mengukur jarak pengukur dan objek. Ada
berbagai alat untuk mengukur atribut pohon dengan berbagai tingkat akurasi, presisi,
biaya, kesederhanaan operasional, dan lain-lain (Yulia, 2007).
F. CARA KERJA
Penggunaan Alat Ukur
Tuliskan informasi
mengenai alat-alat ukur
kayu secara jelas ke
dalam pembahasan
praktikum
DESKRIPSI
Cara kerja pada praktikum ini yang pertama dimulai dengan mempelajari alat-
alat ukur yang telah disediakan oleh tim Co. Ass seperti kaliper, phi band, pita
meter, christen hypsometer, clinometer, hagameter, abney level, dan spiegel
relaskop. Kedua, mempelajari prinsip kerja dan cara penggunaanya sesuai buku
panduan penggunaan. Ketiga, mempraktekkan secara langsung prosedur kerja
di setiap masing-masing alat, namun pada praktikum kali ini Christen
Hypsometer digunakan sebagai alat pengukur. Keempat, mempelajari
kekurangan dan kelebihan masing-masing alat ukur kayu. Tahap yang terakhir/
kelima yaitu menuliskan informasi mengenai alat-alat ukur kayu secara jelas ke
dalam pembahasan.
Pengambilan Data Diameter dan Tinggi Pohon
Keterangan :
1) Rahang luar, berfungsi untuk mengukur diameter luar dan dimensi luar atau
sisi bagian luar.
2) Rahang dalam, fungsi untuk mengukur diameter dalam dan dimensi bagian
dalam atau sisi bagian dalam sebuah benda berlubang.
3) Tangkai ukur kedalaman, berfungsi untuk mengukur kedalaman suatu benda.
4) Skala utama (mm), menyatakan ukuran utama dalam bentuk centimeter.
5) Skala utama (inchi), menyatakan ukuran utama dalam bentuk inchi.
6) Skala nonius/vernier (mm), berfungsi sebagai skala pengukuran fraksi dalam
bentuk mm.
7) Skala nonius/vernier (inchi), berfungsi sebagai skala pengukuran fraksi
dalam bentuk inchi.
8) Sekrup Pengunci, berfungsi untuk menahan bagian-bagian yang bergerak
saat pengukuran sehingga hasilnya akurat.
9) Sekrup ibu jari, berfungsi untuk memberika pegangan untuk menggeser
rahang gerak dengan mudah dan mengatur posisi rahang serta tangkai ukur
agar tetap terjaga.
A B
C
D
Keterangan :
A : Sarung sekaligus wadah yang melindungi gulungan pita skala
B : Pemutar untuk menggulung pita skala
C : Pegangan atau tempat untuk menggantung diameter tape
D : Skala yang terdiri dari dalam satuan cm dan phi.
Catatan
Perhatikan secara seksama skala dalam phi band. Pada umumnya phi band
mempunyai dua macam skala, yakni dalam cm dan dalam phi cm. Jangan sampai salah
melihat skala karena hasilnya akan sangat jauh berbeda.
c. Pita Meter
Skala
Cara menggunakan pita meter:
Gambar di atas adalah contoh dari tinggi total suatu pohon dan tinggi bebas cabang.
Keterangan:
A = Alat ukur yang terbuat dari kayu atau logam dengan panjang 30 cm dengan
skala yang dibuat dengan ukuran tertentu
B = Pemberat dari timah
C = Gantung dari benang
Keterangan:
O = Mata pembidik
BC = Tinggi galah/Jalon 4 m
AC = tinggi pohon
F = siku-siku bawah
D = siku-siku atas
E = skala baca (skala yang dibaca sebegai tinggi pohon)
b. Clinometer
Sumber:Google
Keterangan:
A = Bagian untuk mengatur jarak datar dari pengukur ke sasaran
B,C = Tempat untuk membidik sasaran
D = Skala tinggi pohon yang dibuat berdasarkan rumus T = S tg Pada skala ini
terdapat nilai plus dan minus.
E = Angka yang menunjukkan jarak datar yang harus berdiri dari sasaran. Jarak
yang ada pada alat ini adalah 15 m, 20 m, 25 m, 30 m serta persen untuk
mengukur persentase kelerengan
F = Tombol pengunci
H = Jarum penunjuk yang dapat bergerak bebas
I = Mata pengamat
d. Abney Level
Sumber:Google
Keterangan:
AB = Tabung dengan panjang 10,16 cm yang dilengkapi dengan lensa pembidik
pada kedua ujung
C = Mistar setengah lingkaran dengan skala dalam satuan derajat maupun persen
D = Jarum penunjuk skala yang dapat bergerak bebas
E = Alat pengunci
F = Tabung Nivo
G = Kaca untuk membaca skala
Prinsip kerja abney level sama dengan prinsip kerja haga-altimeter dan
clinometer, yakni prinsip trigonometri.
Cara menggunakan abney level:
e. Spiegel Relaskop
Contoh perhitungan pada skala 2 ru + 3⁄4 𝑟𝑢
b. Data
Tingkat Keliling diameter TBBC
No Jenis Tanaman Tinggi total (m)
pertumbuhan (cm) (m) (m)
Nangka (Artocarpus
1 heterophyllus) Pohon 94,5 0,3 9 13,2
Lamtoro (Leucaena
2 leucocephala) Pohon 65 0,206 8 10,5
Rambutan
(Nephelium
3 lappaceum) Pohon 70 0,22 4 6,7
Mlinjo (Gnetum
4 gnemon) Pohon 88 0,28 4 10,4
Sukun (Artocarpus
5 altilis) Pohon 120 0,38 5 12,5
Mangga (Mangifera
6 indica) Pohon 80 0,25 5 10,3
Matoa (Pometia
7 pinnata) Pohon 64 0,2 7 10,6
Jati (Tectona
8 grandis) Pohon 90 0,28 5 12,2
Waru (Hibiscus
9 tiliaceus) Pohon 63 0,2 4 7,5
Jati (Tectona
10 grandis) Pohon 78 0,24 6 10,5
H. PEMBAHASAN
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam pengukuran diameter pohon, ada beberapa alat yang bisa digunakan.
Contohnya adalah Kaliper, Diameter tape (phi band), Pita meter dan spiegel
relaskop. Keempat alat tersebut memiliki prinsip kerja dan cara penggunaan
berbeda beda seperti jika menggunakan kaliper yaitu dengan mencapit batang
menggunakan rahang pada kaliper kemudian skala dapat dihitung dalam diameter,
lalu pada phi band dan pita meter yaitu dengan melingkarkan pada batang lalu jika
menggunakan phi band dapat langsung diketahui skalanya dalam diameter namun
pada pita meter hanya keliling saja dan harus dikonversikan kedalam diameter. Dan
Spiegel relaskop yang prinsip kerjanya menggunakan trigonometri.
2. Untuk mengukur suatu tinggi pohon, alat alat yang dapat digunakan antara lain ialah
Christen Hypsometer, Klinometer, Hagameter, Abney Level, dan Spiegel Relaskop.
Pada Christen Hypsometer penggunaannya dibantu dengan sebuah galah, antara
Christen Hypsometer dan galah harus mempunyai skala yang sama dan
menggunakan prinsip segitigase bangun. Kemudian pada Klinometer, Hagameter,
Abney Level, dan Spiegel Relaskop yang sama sama menggunakan prinsip
trigonometri.
3. Dalam menaksir tinggi pohon secara sederhana kita dapat membuat alat sendiri
yaitu Christenmeter dengan menggunakan bahan yang solid seperti kardus atau
triplek serta menggunakan skala yang sudah ditentukan.
J. DAFTAR PUSTAKA
Arland, S., Emy, S dan Muhammad, I. 2018. Studi Penerapan Pendugaan PotensiTegakan
Hutan Eucaliptus Menggunakan Alat Ukur Phi Band. J. Wahana Forestra. Vol.
13(2): 41-52.
Asef. 2013. Model Hubungan Tinggi dan Diameter Tajuk dengan Diameter SetinggiDada
pada Tegakan Tengkawang Tungkul Putih (Shorea macrophylla (de vriese) p.s.
ashton) dan Tungkul Merah(Shorea stenoptera Burck.) di Semboja, Kabupaten
Sanggau. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. Vol. 7(1): 7−18.
Edward, 2007. Comparison of Three Tools for Measuring Tree Diameter in Stands of
Different Age and Tree Size. Quarterly Journal of Forestry. Vol. 101(4): 267-274.
Endom, W dan Soenarno. 2018. Uji Coba Rekayasa Alat Ukur Diameter Pohon di Hutan
Alam. J. Penelitian Hasil Hutan. 36(2): 101-112.
Kemendikbud. (2013). Ilmu Ukur Kayu. Angewandte Chemie International Edition, 1–
219.
LAAR, A. van and AKÇA, A. 1997. Forest Mensuration. Cuvillier Verlag. Göttingen.
Mardiatmoko, G, J.H. Pietersz, A. Boreel. (2014). Ilmu Ukur Kayu dan Inventarisasi
Hutan. BPFP-UNPATTI,1- 158.
Naibaho, Y., B.D.A.S. Simarangkir, A. Ruchaemi, F. Pambudhi, Y. Ruslim & A.
Suhardiman. 2016. Pemodelan Kurva Tinggi Tegakan Kelompok Jenis
Dipterokarpa dan Non-Dipterokarpa di Hutan Alam Kalimantan. Prosiding
Seminar Nasional Silvikultur ke-4. Balikpapan, 19-20 Juli 2016
Qirom, M.A. dan Supriyadi. 2012. Penyusunan Model Penduga Volume Pohon Jenis
Jelutung Rawa( (Miq) V. Steenis). Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Vol.9
No. 3 Hal 141-153.
Sonbai, J. H. H., D. Prajitno, dan A. Syukur. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Jagung pada
Berbagai Pemberian Pupuk Nitrogen di Lahan Kering Regosol. Ilmu Pertanian.
Vol. 16: 77-89.
Sumarna, Y. 2008. Pengaruh Diameter dan Luas Tajuk Pohon Induk terhadap Potensi
Permudaan Alam Tingkat Semai Tumbuhan Penghasil Gaharu Jenis Karas
(Aquilaria malaccensis Lamk.). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.
Vol. 5(1): 21-27.
Wazirrudin. 2018. Kecamatan Gebang dalam Angka 2018. Purworejo: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Purworejo.
Yullia. 2007. Macam-Macam Alat Ukur Pohon. Jakarta: Gramedia.
K. LAMPIRAN
Proses Pengamatan
Pengukuran Diameter Pohon
Hasil Pengamatan
Jati (Tectona grandis) Mangga (Mangifera indica)