Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN

ACARA I
PENGENALAN ALAT INVENTARISASI HUTAN DAN TEKNIK
PENGAMBILAN DATA LAPANGAN (PENGUKURAN DIAMETER
DAN TINGGI POHON)

Oleh :

Nama : Agus Pamungkas


NIM : 20/464035/SV/18354
Kelas :A
Co. Ass : Shanila Putri Mafifahtul

LABORATORIUM BUDIDAYA HUTAN


PRODI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA I
PENGENALAN ALAT INVENTARISASI HUTAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN
DATA LAPANGAN (PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI POHON)

A. PENGANTAR
Pengenalan terhadap alat inventarisasi hutan, prinsip kerja, kekurangan, dan
kelebihannya merupakan hal mendasar dalam ilmu kehutanan. Ilmu ini sebagai awal
dalam kegiatan pengelolaan hutan, kesalahan dalam penggunaan alat akan berdampak
pada kesalahan hasil pengukuran, kesalahan hasil pengukuran akan berdampak pada
kesalahan pengambilan kebijakan untuk sektor kehutanan. Sektor kehutanan
mempunyaikebutuhan jenis alat yang beragam, setiap parameter pohon diukur dengan
menggunakan alat yang berbeda-beda. Pengetahuan ini akan membantu dalam
pemilihan penggunaan alat ukur kayu dalam praktik pengukuran karakteristik individu
pohon di lapangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi.

B. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan berbagai macam alat-alat ukur
diameter pohon
2. Mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan berbagai macam alat-alat ukur
tinggi pohon
3. Dapat membuat alat penaksir tinggi pohon secara sederhana

C. WAKTU DAN LOKASI


Hari, tanggal : Rabu, 18 Agustus 2021
Lokasi : Rumah masing-masing praktikan

D. DASAR TEORI
Ilmu ukur kayu dikenal secara umum sebagai ilmu ukur hutan. Henri S.Groves
(1960) dalam Anonimus (2011) mengartikan ilmu ukur hutansebagai suatu ilmu yang
mempelajari volume kayu (log), pohon dan tegakan serta mempelajari hasil dan
pertumbuhan hutan. Pengukuran adalah pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat tertentu secara langsung terhadap seluruh obyek. Pengukuran ada
yang bersifat kuantitatif, kualitatif, campuran, dan homogen. Parameter pengukuran
kuantitatif adalah umur, diameter, panjang/tinggi pohon, bentuk, volume, lebar tajuk, dan
lain-lain. Parameter pengukuran kualitatif adalah jenis, kualitas batang, kelurusan
batang, dan lain-lain. Sedangkan parameter pengukuran campuran adalah luas, struktur
tanaman, basal area total per ha, biomassa total per ha, dan seterusnya. Parameter
pengukuran homogen adalah volume rata-rata per pohon dan basal area rata-rata per
pohon.
Karakteristik individu hutan sering disebut sebagai dimensi pohon. Dimensi
pohon merupakan beberapa parameter dari suatu individu pohon yang dapat diukur.
Dimensi pohon tentu saja berbeda dengan dimensi tegakan dimana objek dalam
pengukuran dimensi pohon adalah individu pohon itu sendiri sedangkan objek dalam
pengukuran dimensi tegakan adalah kumpulan individu-individu pohon. Asy’ari dkk.
(2012) menyebutkan bahwa pengertian dimensi adalahsuatu ukuran panjang dengan
satuan ukuran tertentu. Suatu ruang atau bangunan tertentu memiliki dimensi panjang,
lebar dan tinggi, sehingga dimensi yang diukur ini dapat menghasilkan volume atau isi,
yaitu hasil perkalian ketiga dimensi yang dimiliki ruang atau bangunan tersebut. Sejalan
dengan pengertian tersebut, maka untuk batang pohon berdiri memiliki dimensi diameter
atau keliling, dan tinggi. Sedangkan untuk pohon rebah atau pohon setelah tebang
memiliki dimensi diameter atau keliling, dan panjang. Dimensi dimensi tersebut yang
kemudian dinyatakan sebagai dimensi pohon yang diukur pada saat pengukuran
dilakukan.
Menurut Husch et al., (2003), dimensi pohon terdiri dari umur, diameter, luas
bidang dasar, tinggi, bentuk batang, dan kerapatan tajuk. Sedangkan menurut Van Laar
& Acka (2007), suatu individu pohon memiliki beberapa parameter yang dapat diukur
antara lain umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi total, tinggi kayu pertukangan,
volume total, volume kayu pertukangan, bentuk batang, ketebalan batang, dan riap. Akan
tetapi secara umum terdapat dua parameter yang paling sering diukur, yaitu diameter dan
tinggi pohon.
Pengukuran tinggi dan diameter suatu pohon penting untuk dilakukan dalam
bidang kehutanan, karena dengan melakukan pengukuran tersebut kita dapat
mengetahui atau menduga suatu potensi tegakan ataupun komunitas pohon tertentu
(Edward, 2007). Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat
merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keakuratan data-data yang
diperoleh. Dengan demikian, perbedaan reatif dari keakuratan data yang diperoleh di
antara alat-alat yang berbeda akan terlihat (Endom dan Sunarno, 2018). Alat ukur
yang dipergunakan semakin bagus, maka kemungkinan hasil yang didapatkan pada
pengukuran akan semakin baik dan akurat. Kemampuan para pengamat dalam
mengukur diperhatikan karena semakin baik dalam penggunaan suatu alat, maka data
yang akan diperoleh semakin tepat.
Pohon memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan
berbentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas (Endom dan Sunarno, 2016). Pengukuran
tinggi dan diameter pohon menjadi elemen yang penting diperhatikan pada
pengukuran volume suatu pohon. Pendugaan tinggi dan diameter pohon dilakukan
dengan pengukuran menggunakan alat ukur tinggi dan diameter. Pengukuran yang
dilakukan akan bermanfaat dalam kondisi tertentu dan khususnya dalam beberapa
inventarisasi hutan. Data tinggi pohon digunakan bukan hanya untuk menghitung
nilai luas bidang dasar suatu tegakan. Data tersebut juga dapat digunakan untuk
mengetahui volume pohon dan tegakan.
Data diameter pohon merupakan salah satu parameter yang sangat penting
dalam pengumpulan data potensi hutan dan keperluan pengelolaan. Ukuran diameter
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain tempat tumbuh, usia pohon, semakin tua
umur pohon, maka diameternya akan lebih besar (Sumarna, 2008). Pengukuran
pohon yang paling umum dilakukan oleh rimbawan adalah dengan mengukur
diameter setinggi dada. Menurut Asef (2013), secara umum pengukuran diameter
dilakukan setinggi 1,3 m dengan menggunakan alat diameter tape (phi band),
kemudian pengukuran tinggi pohon menggunakan galah berkait dan jika kondisi
pohon terlalu tinggi dilakukan pengukuran dengan alat clinometer yang dipadukan
dengan alat digital distancemeter untuk mengukur jarak pengukur dan objek. Ada
berbagai alat untuk mengukur atribut pohon dengan berbagai tingkat akurasi, presisi,
biaya, kesederhanaan operasional, dan lain-lain (Yulia, 2007).

E. ALAT DAN BAHAN


1. Alat pengukur diameter pohon berdiri:
- Kaliper
- Diameter Tape (Phi Band)
- Pita Meter
- Spiegel Relaskop
2. Alat penaksir tinggi pohon berdiri:
- Christen Hypsometer
- Clinometer
- Hagameter
- Abney Level
- Spiegel Relaskop
3. Bahan:
- Tanaman kehutanan
- Referensi literature (artikel ilmiah/jurnal)
- Alat tulis
- Tally sheet

F. CARA KERJA
Penggunaan Alat Ukur

Pelajari alat-alat ukur Pelajari prinsip kerja dan


yang disediakan oleh tim cara penggunaan
Co.Ass masing-masing alat

Pelajari kekurangan dan Praktekkan prosedur


kelebihan masing- kerja untuk masing-
masing alat ukur kayu masing alat

Tuliskan informasi
mengenai alat-alat ukur
kayu secara jelas ke
dalam pembahasan
praktikum
DESKRIPSI
Cara kerja pada praktikum ini yang pertama dimulai dengan mempelajari alat-
alat ukur yang telah disediakan oleh tim Co. Ass seperti kaliper, phi band, pita
meter, christen hypsometer, clinometer, hagameter, abney level, dan spiegel
relaskop. Kedua, mempelajari prinsip kerja dan cara penggunaanya sesuai buku
panduan penggunaan. Ketiga, mempraktekkan secara langsung prosedur kerja
di setiap masing-masing alat, namun pada praktikum kali ini Christen
Hypsometer digunakan sebagai alat pengukur. Keempat, mempelajari
kekurangan dan kelebihan masing-masing alat ukur kayu. Tahap yang terakhir/
kelima yaitu menuliskan informasi mengenai alat-alat ukur kayu secara jelas ke
dalam pembahasan.
Pengambilan Data Diameter dan Tinggi Pohon

Buatlah alat ukur


christen hypsometer
secara sederhana sesuai Cari 10 pohon di sekitar
dengan petunjuk yang rumah (jenisnya bebas)
telah diberikan oleh tim
Co. Ass

Ukur diameter 10 pohon


Taksir tinggi dan TBBC di sekitar rumah
10 pohon tersebut menggunakan pita meter
menggunakan christen
hypsometer

Input data pengamatan


tersebut ke dalam tally
sheet yang sudah
disediakan oleh tim Co.
Ass
DESKRIPSI
Sebelum mengambil data diameter dan tinggi pohon, seluruh praktikkan
membuat alat ukur Christen Hypsometer secara sederhana sesuai dengan
petunjuk yang telah diberikan oleh tim Co. Ass. Setelah selesai membuat alat
ukur Christen Hypsometer, seluruh praktikkan mencari 10 pohon di sekitar
rumah (jenisnya bebas). Dilanjutkan dengan mengukur diameter 10 pohon di
sekitar rumah menggunakan pita meter. Kemudian menaksir tinggi dan TBBC
10 pohon tersebut menggunakan Christen Hypsometer. Tahap terakhir,
memasukkan kembali data pengamatan tersebut ke dalam tally sheet

1. ALAT PENGUKUR DIAMETER POHON


a. Kaliper

Keterangan :
1) Rahang luar, berfungsi untuk mengukur diameter luar dan dimensi luar atau
sisi bagian luar.
2) Rahang dalam, fungsi untuk mengukur diameter dalam dan dimensi bagian
dalam atau sisi bagian dalam sebuah benda berlubang.
3) Tangkai ukur kedalaman, berfungsi untuk mengukur kedalaman suatu benda.
4) Skala utama (mm), menyatakan ukuran utama dalam bentuk centimeter.
5) Skala utama (inchi), menyatakan ukuran utama dalam bentuk inchi.
6) Skala nonius/vernier (mm), berfungsi sebagai skala pengukuran fraksi dalam
bentuk mm.
7) Skala nonius/vernier (inchi), berfungsi sebagai skala pengukuran fraksi
dalam bentuk inchi.
8) Sekrup Pengunci, berfungsi untuk menahan bagian-bagian yang bergerak
saat pengukuran sehingga hasilnya akurat.
9) Sekrup ibu jari, berfungsi untuk memberika pegangan untuk menggeser
rahang gerak dengan mudah dan mengatur posisi rahang serta tangkai ukur
agar tetap terjaga.

Cara menggunakan kaliper:

Rentangkan tangkai Tempatkan pada batang pohon


yang bergeser yang akan diukur di antara
kedua tangkai kaliper pada
ketinggian setinggi dada (1,3
m)
Geser tangkai sehingga Pastikan bahwa posisi
kedua tangkai tepat batang tegak lurus
menyentuh batang yang
terhadap kaliper
akan diukur diameternya

Baca skala pada kaliper. Skala


tersebut menunjukkan
besarnya diameter pohon

b. Diameter Tape (Phi Band)

A B

C
D

Keterangan :
A : Sarung sekaligus wadah yang melindungi gulungan pita skala
B : Pemutar untuk menggulung pita skala
C : Pegangan atau tempat untuk menggantung diameter tape
D : Skala yang terdiri dari dalam satuan cm dan phi.

Cara menggunakan diameter tape (phi band):

Lilitkan phi band pada Baca skala pada phi band.


batang pohon setinggi dada Skala tersebut
(1,3 m). Posisi phi band menunjukkan diameter
harus tegak lurus) pohon

Catatan
Perhatikan secara seksama skala dalam phi band. Pada umumnya phi band
mempunyai dua macam skala, yakni dalam cm dan dalam phi cm. Jangan sampai salah
melihat skala karena hasilnya akan sangat jauh berbeda.

c. Pita Meter

Skala
Cara menggunakan pita meter:

Lilitkan pita meter pada Baca skala pada pita meter.


batang pohon setinggi Skala yang terbaca menunjukkan
dada (1,3 m). Posisi pita keliling batang. Untuk
meter harus tegak lurus memperoleh diameter batang,
maka bagilah keliling yang Anda
peroleh dengan phi (3,14)

Gambar di atas adalah contoh dari tinggi total suatu pohon dan tinggi bebas cabang.

2. ALAT PENAKSIR TINGGI POHON


a. Christen Hypsometer

Keterangan:
A = Alat ukur yang terbuat dari kayu atau logam dengan panjang 30 cm dengan
skala yang dibuat dengan ukuran tertentu
B = Pemberat dari timah
C = Gantung dari benang

D = Galah sepanjang 4 meter Sumber:Google


Cara menggunakan christen hypsometer:

Sandarkan jalon atau Pegang Christen


galah sepanjang 4 m hypsometer seperti secara
sejajar pohon dan atau tegak lurus dan bidik ujung
tegak lurus tanah pohon melalui siku-siku
bagian dalam

Baca skala pada Bidikkan siku bawah pada


tinggi galah. Skala pangkal pohon dan siku atas
yang terbaca pada ujung pohon
menunjukkan nilai
tinggi pohon

Prinsip kerja Christen hypsometer adalah prinsip segitiga sebangun

Keterangan:
O = Mata pembidik
BC = Tinggi galah/Jalon 4 m

AC = tinggi pohon
F = siku-siku bawah

D = siku-siku atas
E = skala baca (skala yang dibaca sebegai tinggi pohon)
b. Clinometer

Sumber:Google

Clinometer bekerja menggunakan prinsip trigonometri. Clinometer mempunyai dua


skala yakni dalam derajat dan dalam persen.

Cara menggunakan clinometer:

Ukur jarak datar antara Bidikkan clinometer ke ujung


pengamat dengan pohon pohon. Pastikan kedua mata
yang akan ditaksir terbuka dan dapat dengan jelas
tingginya (S) melihat ujung pohon. Baca
skala pada garis merah. Skala
yang terbaca menunjukkan
besarnya sudut α
Bidikkan clinometer ke
pangkal pohon. Pastikan
kedua mata terbuka dan
dapat dengan jelas
melihat pangkal pohon.
Baca skala pada garis
merah. Skala yang
terbaca menunjukkan
besarnya sudut β
c. Hagameter

Keterangan:
A = Bagian untuk mengatur jarak datar dari pengukur ke sasaran
B,C = Tempat untuk membidik sasaran
D = Skala tinggi pohon yang dibuat berdasarkan rumus T = S tg Pada skala ini
terdapat nilai plus dan minus.
E = Angka yang menunjukkan jarak datar yang harus berdiri dari sasaran. Jarak
yang ada pada alat ini adalah 15 m, 20 m, 25 m, 30 m serta persen untuk
mengukur persentase kelerengan
F = Tombol pengunci
H = Jarum penunjuk yang dapat bergerak bebas
I = Mata pengamat

Prinsip kerja hagameter sama dengan prinsip kerja Clinometer, akan


tetapi hagameter lebih mudah dalam penggunaannya.
Cara menggunakan hagameter:

Ukur jarak pengamat dengan


pohon yang akan diukur. Netralkan kunci dengan
Jarak khusus disesuaikan menekan tombol pelepas
dengan skala yang terdapat kunci
pada alat (15 m, 20 m, 25 m)
Bidik pangkal pohon,
tekan tombol pengunci,
baca skala Bidik ujung pohon,
tekan tombol
pengunci, baca skala.
Netralkan lagi dengan
menekan tombol
pengunci

Taksiran tinggi pohon


dihitung dengan prinsip
seperti pada clinometer

d. Abney Level

Sumber:Google

Keterangan:
AB = Tabung dengan panjang 10,16 cm yang dilengkapi dengan lensa pembidik
pada kedua ujung
C = Mistar setengah lingkaran dengan skala dalam satuan derajat maupun persen
D = Jarum penunjuk skala yang dapat bergerak bebas
E = Alat pengunci
F = Tabung Nivo
G = Kaca untuk membaca skala

Prinsip kerja abney level sama dengan prinsip kerja haga-altimeter dan
clinometer, yakni prinsip trigonometri.
Cara menggunakan abney level:

Ukur jarak pengamat Bidik ujung pohon, geser


dengan pohon yang skala sampai tepat berada
akan diukur di ujung pohon. Baca skala

Taksiran tinggi Bidik pangkal pohon,


pohon dihitung geser sampai tepat berada
prinsip seperti pada di pangkal pohon, baca
clinometer skala

e. Spiegel Relaskop
Contoh perhitungan pada skala 2 ru + 3⁄4 𝑟𝑢

Spiegel relaskop dapat digunakan untuk mengukur jumlah pohon/ha,


diameter, tinggi, dan basal area. Satuan yang digunakan dalam relaskop adalah
Relaskop Unit (RU).

RU = 2% x jarak datar antara pengukur dan objek yang diukur

1. Cara menggunakan spiegel relaskop untuk pengukuran diameter

Ambil jarak datar Bidiklah pohon yang


antara pengukur akan diukur diameternya
dengan pohon yang pada 1,3 m (dbh)
akan diukur (10-20 m)

Bidik sisi kiri dari pohon


Jumlahkan total dengan sisi kiri dari RU terdekat
RU seperti contoh (hitam atau putih). Usahakan
di atas bagian pohon yang tidak dapat
memenuhi satu RU jatuh pada
skala yang kecil (1⁄4 RU)

Untuk menghitung diameter actual,


gunakan rumus:
D (cm) = jumlah RU x (jarak datar
dalam meter x 2% x 100 cm)
2. Cara menggunakan spiegel relaskop untuk pengukuran tinggi

Ambil jarak antara Bidiklah pohon yang


pengukur dengan akan diukur tinggi sesuai
pohon yang akan kepentingan
diukur (10-20 m)

Pilihlah salah satu


Contoh hitung tinggi =
skala tinggi (persen %
jarak x (persen % atau
atau derajat ⁰) pada
derajat ⁰)
Spiegel relaskop

G. HASIL DATA PENGAMATAN


Tabel Tallysheet Penaksiran Diameter dan Tinggi Pohon
a. Identitas responden (data sosial)
Nama pemilik : Winarni
Tempat/tanggal lahir : Klaten, 10 juli 1979
Umur : 42
Pekerjaan utama :wiraswasta
Pekerjaan sampingan :-
Alamat lengkap : Tegalgondo Rt 02 Rw 02, Wonosari, Klaten
RT/RW : 02/02
Dusun : Tegalgondo Rt 02 Rw 02, Wonosari, Klaten
Tanggal pengukuran : 22 Agustus 2021
Jenis lahan : Pekarangan

b. Data
Tingkat Keliling diameter TBBC
No Jenis Tanaman Tinggi total (m)
pertumbuhan (cm) (m) (m)
Nangka (Artocarpus
1 heterophyllus) Pohon 94,5 0,3 9 13,2
Lamtoro (Leucaena
2 leucocephala) Pohon 65 0,206 8 10,5
Rambutan
(Nephelium
3 lappaceum) Pohon 70 0,22 4 6,7
Mlinjo (Gnetum
4 gnemon) Pohon 88 0,28 4 10,4
Sukun (Artocarpus
5 altilis) Pohon 120 0,38 5 12,5
Mangga (Mangifera
6 indica) Pohon 80 0,25 5 10,3
Matoa (Pometia
7 pinnata) Pohon 64 0,2 7 10,6
Jati (Tectona
8 grandis) Pohon 90 0,28 5 12,2
Waru (Hibiscus
9 tiliaceus) Pohon 63 0,2 4 7,5
Jati (Tectona
10 grandis) Pohon 78 0,24 6 10,5

H. PEMBAHASAN

Pada Praktikum Inventarisasi Sumber Daya Hutan acara 1 ini dilakukan


pembahasan mengenai Pengenalan alat inventarisasi hutan dan Teknik pengambilan
data lapangan. Inventarisasi hutan merupakan suatu tindakan untuk mengetahui
kekayaan suatu perusahaan yang dilaksanakan baik oleh perusahaan, perorangan
maupun pemerintah. Inventarisasi hutan ini dikenal pula dengan Timber Cruising atau
disebut Cruising saja khususnya untuk kegiatan diluar pulau Jawa, sedangkan di pulau
Jawa disebut dengan Perisalahan Hutan. Dalam inventarisasi tersebut yang menjadi
objek adalah hutan, dimana hutan tersebut tersusun oleh berbagai masyarakat tumbuh-
tumbuhan yang hidup, yang setiap saat dalam proses kehidupannya akan mengalami
pertumbuhan dan melakukan peremajaan untuk mengganti bagian dari anggota-
anggotanya. Dengan demikian, inventarisasi yang dilakukan untuk menaksir besarnya
kekayaan suatu hutan pada umumnya tidak sekali melainkan berulang pada setiap
periode waktu tertentu. Perkembangan masyarakat tumbuhan yang demikian dinamis
dan kompleks yang selalu berubah dari waktu ke waktu ini ditentukan berbagai faktor
dan faktor-faktor inilah harus dicari informasinya dalam suatu inventarisasi hutan.
Sehubungan dengan kegiatan tersebut, kegiatan inventarisasi hutan berusaha
mencatat informasi tentang keadaan hutannya (luas areal, jenis dan komposisi,
persebaran diameter, keadaan pertumbuhan, kualitas tegakan, dan keadaan tumbuhan
bawah), keadaan kawasan hutan (topografi, jenis dan sifat tanah, kesuburan, alur-alur
sungai, rawa), dan keterangan-keterangan lain seperti keadaan jalan angkutan, keadaan
sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar hutan, iklim).
Metode inventarisasi hutan pertama kali dilaksanakan dengan cara
mengadakan inventarisasi hutan ditentukan berdasarkan pengamatan dari orang yang
melaksanakan inventarisasi tersebut. Pelaksanaan inventarisasi menjelajah ke seluruh
bagian dari areal hutan kemudian menarik kesimpulan mengenai keadaan hutan yang
bersangkutan. Cara ini hanya bisa dilaksanakan oleh orang yang benar-benar memiliki
pengalaman di bidang inventarisasi. Hal yang utama yang memberatkan dari metode
ini adalah subjektif sifatnya. Metode ini berangsur-angsur ditinggalkan dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan pertambahan penduduk yang menyebabkan
perubahan akan perubahan hasil hutan yang cenderung lebih banyak membutuhkan
kayu perkakas untuk pemukiman daripada kayu bakar.
Tujuan dilakukannya praktikum acara 1 ini untuk mengetahui prinsip kerja dan
cara penggunaan berbagai macam alat-alat ukur diameter pohon, mengetahui prinsip
kerja dan cara penggunaan berbagai macam alat-alat ukur tinggi pohon serta dapat
membuat alat penaksir tinggi pohon secara sederhana. Pada umumnya, tujuan
inventarisasi hutan untuk menaksir nilai tegakan, maka pengukuran utama yang perlu
dijalankan adalah pengukuran pada pohon-pohon penyusun hutan dengan keliling dan
tingginya serta jenis-jenis vegetasi penyusun hutan tersebut. Sedangkan elemen lain
seperti tumbuhan bawah, keadaan sosial ekonomi, iklim, keadaan tanah dan lain-lain
juga perlu diketahui, tetapi penekanannya tidak seberat pada tegakan hutan yang
diukur. Selain itu, tujuan inventarisasi hutan dapat bermacam-macam sesuai dengan
kepentingan perusahaan seperti inventarisasi hutan nasional, untuk menyusun
Rencana Kerja Pengusahaan Hutan, survei pengenalan, menyusun Rencana
Pembalakan Hutan, Rencana Industri Kehutanan, menaksir nilai tegakan termasuk
biomassanya, studi mengenai tata guna lahan (land use), rencana rekreasi dan wisata,
studi daerah aliran sungai (watershed study), dan lain-lain. Kemudian alat yang
digunakan dalam inventarisasi hutan dibagi menjadi dua yaitu pengukur diameter
pohon seperti Kaliper, Diameter Tape (Phi Band), Pita Meter, Spiegel Relaskop dan
untuk mengukur tinggi pohon yaitu Christen Hypsometer, Clinometer, Hagameter,
Abney Level, Spiegel Relaskop.
Pita meter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur diameter
batang pohon dengan prinsip pengukuran langsung pada batang dengan pita bersekala
(Arland dkk, 2018). Pita ukur memiliki bentuk fisik berupa pita yang mempunyai skala
(satuan ukur). Satuan ukur yang digunakan adalah cm dengan satuan ukur terkecil
dalam mm. Pita ukur dapat berupa pita keliling atau pita diameter (phi band). Dasar
Kerja Pita ukur dililitkan ke batang pohon setinggi 1,30 m. Hasil ukurannya adalah
keliling jika menggunakan pita keliling dan jika menggunakan pita diameter maka
hasil ukurannya adalah diameter. Skala ukuran pita diameter adalah d = 3,14/k.
Kelebihannya:
- Praktis dan Cepat.
- Memiliki tingkat ketelitian 0,5 mm.
- Tidak perlu dikalibrasi.
- Menghasilkan ukuran cm atau inch (jika diperlukan).
Kekurangannya:
- Perlu dikonversikan ke diameter (jika diperlukan).
- Memiliki daya renggang dan daya muai yang (mungkin) mempengaruhi
hasil.
- Selama mengukur, pita meter terputar/terbalik atau naik-turun.
- Untuk lebih akurat, diperlukan dua orang.
Kaliper digunakan untuk mengukur diameter pohon dengan hasil pengukuran
yang cukup akurat. Hal ini berbentuk mistar berskala dan berkaki dua yang tegak lurus
pada mistar, yang mana salah satu kakinya terletak pada ujung mistar dan tidak dapat
digerakkan. Skala mistar dibagi berdasarkan sistem metrik maupun sistem Inggris.
Alat ini dapat terbuat dari kayu maupun logam yang masing-masing ada mempunyai
kelemahan maupun kelebihan.
Kelebihannya:
- Mudah dalam pembacaan.
- Tingkat ketelitiannya cukup tinggi.
- Pengukuran tidak memakan waktu yang lama.
Kekurangannya:
- Alat cukup besar sehingga kurang praktis untuk dibawa dan sulit digunakan
apabila diameter pohon lebih besar dari 100 cm.
- Sulit dibawa teristimewa pada daerah curam.
- Kakinya terkadang sulit digerakkan apabila telah kotor akibat getah pohon yang
ada.
Pita diameter biasa disebut juga phi band atau dapat pula dikenal dengan nama
pita keliling dengan fungsinya sebagai alat untuk mengukur diameter ataupun keliling
pohon. Alat ini terbuat dari bahan kain, baja atau plastik dengan ukuran lebar kurang
lebih 12 mm. Skala pada alat ukur ini dibuat berdasarkan sistem metrik maupun sistem
Inggris. Untuk menentukan diameter dengan pengukuran keliling ini didasarkan pada
asumsi bahwa penampang lintang dari batang kayu berbentuk lingkaran dan dihitung
dengan menggunakan rumus:
K = π x D atau D = K/π
Keterangan: D = Diameter; K = Keliling; π = 22/7 (3,14286)
Sedangkan untuk phi band dapat langsung mengukur diameter yang mana
skala telah dihitung berdasarkan rumus keliling. Adapun kelebihan dan kelemahan phi
band, antara lain:
Kelebihannya:
- Alatnya mudah dan ringan untuk dibawa.
- Harganya murah.
- Pengukurannya cukup dilakukan satu kali.
- Ketelitian pengukuran cukup baik.
- Dapat dipakai untuk kayu yang kotor maupun basah
Kekurangannya:
- Pengukuran lebih sulit bila dibandingkan dengan alat ukur apitan pohon.
- Hasil volumenya biasa lebih besar karena pohon yang diukur tidak silindris.
Kemudian pada pengukuran tinggi pohon menggunakan alat alat sebagai
berikut. Christen Hypsometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi
suatu pohon. Dalam penggunaannya Christen Hypsometer dibantu dengan sebuah
galah, antara Christen Hypsometer dan galah harus mempunyai skala yang sama
(Qirom dan Supriadi, 2012). Christen Hypsometer adalah alat sederhana untuk
mengukur tinggi pohon yang menggunakan prinsip geometri. Prinsip geometri
tersebut berupa perbandingan dua segitiga sebangun. Dalam penggunaannya, chisten
meter harus ditambah dengan alat bantu berupa galah. Biasanya galah yang digunakan
memiliki ukuran 4 meter (Kemendikbud, 2013).
Kelebihannya:
- Praktis untuk dibawa.
- Menghasilkan hasil yang cepat.
- Karena jarak membidik tidak diperhitungkan, alat ini bisa digunakan
dimana saja.
- Cepat digunakan, mudah, dan murah.
Kekurangannya:
- Perlu kehati-hatian saat membaca tinggi pohon di antara flensa.
- Perlu keajekan untuk hasil yang sempurna.
- Sulit digunakan pada hutan campuran maupun daerah yang mempunyai
topografi yang berat.
- Sulit untuk membawa galah.
Clinometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
objek dengan memanfaatkan sudut elevasi. Clinometer merupakan alat sederhana yang
digunakan untuk mengukur sudut elevasi yang dibentuk antara garis datar dengan
sebuah garis yang menghubungkan sebuah titik pada garis datar tersebut dengan titik
puncak (ujung) suatu obyek. Clinometer bekerja menggunakan prinsip trigonometri.
Clinometer mempunyai dua skala, yakni dalam derajat dan dalam persen.
Kelebihannya:
- Mudah disimpan.
- Tahan terhadap percikan air.
Kekurangannya:
- Rentan pecah ketika jatuh pada beberapa bagian clinometer.
- Cara penggunaannya masih manual, tergantung dengan kemampuan si
pembaca.
Hagameter merupakan salah satu alat ukur tinggi dengan prinsip trigonometri
yang mempunyai skala tinggi langsung dapat dibaca pada alat. Haga-altimeter atau
hagameter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi pohon dengan
praktis. Hagameter merupakan alat yang sudah berbasis modern (Arland dkk., 2018).
Besarnya sudut pembidikan terhadap bidang datar ditunjukkan oleh pergerakan jarum
yang langsung menunjukkan berapa tinggi hasil pembidikan yang sudah dihitung
berdasarkan perkalian jarak datar dengan tangen sudut (Karim, 2012).
Kelebihannya:
- Membantu dalam menentukan jarak panjang dasar dengan cepat dan tepat.
- Pengunci tombol dapat mengurangi adanya perubahan hasil penembakan.
- Menggunakan prinsip trigonometri seperti clinometer.
Kekurangannya:
- Peka terhadap cuaca.
- Harganya yang mahal
Abney level adalah sebuah alat yang dipakau untuk mengukur ketinggian yang
terdiri dari skala busur derajat. Prinsip kerja abney level sama dengan prinsip kerja
haga-altimeter dan clinometer, yakni prinsip trigonometri. Untuk mengukur pohon
dengan menggunakan sistem trigonometri, maka kita perlu mengukur jarak datar dari
pangkal pohon yang akan diukur tingginya ke tempat berdirinya si pengukur. Alat ini
berupa teropong yang dilengkapi dengan busur setengah lingkaran.
Kelebihannya:
- Harganya tidak terlalu mahal.
- Mudah dalam pembidikan karena alat ini dilengkapi oleh lensa.
- Praktis dibawa kelapangan
Kekurangannya:
- Data yang diperolah kurang akurat
Spiegel Relaskop merupakan salah satu alat ukur tinggi dengan prinsip
trigonometri. Prinsip kerja alat ini sama dengan hagameter dan hypsometer, skala
pengukurannya ada 4 macam yaitu skala pada jarak pengukuran 15 meter, 20 meter, 25
meter dan 30 meter. Spiegel relaskop juga merupakan alat pengukur diameter pohon
pada berbagai ketinggian yang tergolong ke dalam alat optik. Selain untuk mengukur
diameter, spiegel relaskop juga dapat digunakan untuk mengukur jumlah pohon/ha,
basal area, bidang dasar pohon atau tegakan, tinggi pohon, jaran dan kemiringan lereng.
Satuan yang digunakan dalam relaskop adalah Relaskop Unit (RU). Penggunaan
Spiegel Relaskop pada dasarnya menghendaki lapangan yang relatif datar. Pengukuran
dimensi pohon pada hutan tanaman masih dapat dikatakan tidak mengundang kendala,
namun pada hutan rimba sering menghadapi kendala. Tingkat kerapatan umumnya
relatif tinggi dengan sebaran yang tidak teratur, apalagi berada pada kondisi lahan yang
bergelombang atau berbukit. Kendala dimaksud adalah saat pengukuran diameter
batang dengan permukaan lahan yang miring.
Kelebihannya:
- Dapat mengukur diameter tanpa menyentuh objek pohonnya.
- Dapat mengukur diameter pada berbagai ketinggian pohon.
- Hasil pengukuran akan lebih teliti dibandingkan dengan alat sederhana.
- Tinggi pohon dapat diketahui langsung.
Kekurangannya:
- Memerlukan cahaya yang cukup untuk dapat membaca skala.
- Hasil ukuran diameter tidak didapat secara langsung, tetapi diperoleh melalui
perhitungan.
- Pengukuran harus dilakukan minimal dua kali.
- Harga alatnya mahal.
- Pengukuran agak sulit pada hutan yang pohonnya rapat.
- Dibutuhkan jarak tertentu pada saat pengukuran.
- Tempat harus relative datar
Data diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang
dasar suatu tegakan, melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume
pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan dengan batas diameter
tertentu serta dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan. Dalam
pengukuran luas bidang dasar, diameter setinggi dada 1,3 m atau dalam satuan
internasionalnya 4,3 feet (kaki) di atas pangkal batang dimana untuk pohon yang
berdiri pada lereng, titik pengukuran harus ditentukan pada bagian atas pengukuran
sederhana. Alat ini merupakan alat pengukur koreksi secara otomatis seperti tingkat
biltmore stick dan relaskop biterlich (Zobrist, 2009).
Dari hasil pengukuran tinggi pohon yang diperoleh kita dapat membandingkan
hasil-hasil tersebut yang merupakan hasil pengukuran tinggi dengan alat-alat yang
berbeda-beda (Larjavaara dan Muller, 2013). Terdapat perbedaan hasil pengukuran
alat yang dibuat secara manual seperti Christen Hypsometer dan tongkat ukur
menunjukkan hasil perbedaan jauh dengan menggunakan clinometer. Pengukuran
tinggi pohon dengan menggunakan clinometer sebaiknya dilakukan pada jarak datar
minimal setinggi pohon tersebut atau pada kelerengan maksimal 70%, karena akan
mempengaruhi akurasi atau tingkat ketelitian dari pengukuran tinggi pohon tersebut.
Sedangkan pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan hagameter, elemen waktu
kerja yang terlama adalah pada kegiatan mengukur tinggi bebas cabang (pengukuran
menggunakan hagameter dengan alat bantu meteran) dan mengukur tinggi titik puncak
(pengukuran menggunakan hagameter dengan alat bantu papan skala) (Williams dkk.,
2014).
Pengamatan saya lakukan di Dusun Tegalgondo RT 02 RW 02, Desa
Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah tepatnya pada
lahan pekarangan rumah milik Ibu Winarni dengan koordinat 7°35'45"S 110°42'04"E
dengan curah hujan 2.143 mm per tahun. Wilayah Desa Tegalgondo memiliki suhu
rata-rata antara 29,3°C–31,7°C dengan kelembaban udara rata-rata antara 70-90% per
tahun. Memiliki ketinggian ±145 mdpl. Persebaran tanah di Desa Tegalgondo
didominasi oleh tanah jenis regosol. Hasil penelitian Sonbai (2013) pada tanah regosol
menunjukan bahwa jenis tanah ini memiliki kadar C organik (0,94%), N tersedia
(70,95 ppm), pH (6,24), KPK (6,04 me/100 g). Tanah regosol merupakan salah satu
jenis tanah marginal di daerah beriklim tropika sedang sampai basah yang mempunyai
produktivitas rendah, tetapi masih dapat dikelola dan digunakan untuk usaha
pertanian. Setelah melakukan pengamatan jenis tanaman yang tumbuh dilingkungan
sekitar rumah, saya menjumpai 10 tanaman pada tingkat pertumbuhan pohon yaitu
Nangka (Artocarpus heterophyllus), Lamtoro (Leucaena leucocephala), Rambutan
(Nephelium lappaceum), Mlinjo (Gnetum gnemon), Sukun (Artocarpus altilis),
Mangga (Mangifera indica), Matoa (Pometia pinnata), Jati (Tectona grandis), Waru
(Hibiscus tiliaceus). Cara pengambilan data yaitu dengan mencatat jenis tumbuhan,
tingkat pertumbuhan, diameter, keliling, TBBC, dan tinggi total pada tallysheet yang
sudah disediakan. Pada pengambilan data diameter dan keliling batang pohon
menggunakan pita meter yang dililitkan pada batang pohon dengan setinggi dada.
Kemudian pada pengukuran tinggi pohon menggunakan galah setinggi 2 meter dan
penggaris dengan cara meletakkan galah sejajar pada pohon kemudian dilihat secara
datar pada penggaris kemudian dihitung angka perbandingannya. Sehingga
mendapatkan hasil data, pohon Nangka memiliki keliling 94,5 cm maka diameter
batangnya 0,3 m dengan TBBC 9 meter dan tinggi total 13,2 m. Pohon Lamtoro
dengan keliling 65 cm maka diameternya 0,2 m dengan TBBC 8 m dan tinggi total
10,5 m. Pohon Rambutan memiliki keliling 70 cm dengan diameter 0,22 m serta TBBC
4 m dan tinggi total 6,7 m. Pohon Mlinjo dengan keliling 88 cm maka diameternya
0,28 m serta TBBC 4 m dan tinggi total 10,4 m. Pohon Sukun dengan keliling 120 cm
dan diameter 0,38 m serta TBBC 5 m dan tinggi total 12,5 m. Pohon Mangga dengan
keliling 80 cm dan diameter 0,25 m serta TBBC 5 m dan tinggi total 10,3 m. Pohon
Matoa dengan keliling 64 cm dan diameter 0,2 m serta TBBC 5 m dan tinggi total 10,6
m. Pohon Jati dengan keliling 90 cm dan diameter 0,28 serta TBBC 5 m dan tinggi
total 12,2 m.

I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam pengukuran diameter pohon, ada beberapa alat yang bisa digunakan.
Contohnya adalah Kaliper, Diameter tape (phi band), Pita meter dan spiegel
relaskop. Keempat alat tersebut memiliki prinsip kerja dan cara penggunaan
berbeda beda seperti jika menggunakan kaliper yaitu dengan mencapit batang
menggunakan rahang pada kaliper kemudian skala dapat dihitung dalam diameter,
lalu pada phi band dan pita meter yaitu dengan melingkarkan pada batang lalu jika
menggunakan phi band dapat langsung diketahui skalanya dalam diameter namun
pada pita meter hanya keliling saja dan harus dikonversikan kedalam diameter. Dan
Spiegel relaskop yang prinsip kerjanya menggunakan trigonometri.
2. Untuk mengukur suatu tinggi pohon, alat alat yang dapat digunakan antara lain ialah
Christen Hypsometer, Klinometer, Hagameter, Abney Level, dan Spiegel Relaskop.
Pada Christen Hypsometer penggunaannya dibantu dengan sebuah galah, antara
Christen Hypsometer dan galah harus mempunyai skala yang sama dan
menggunakan prinsip segitigase bangun. Kemudian pada Klinometer, Hagameter,
Abney Level, dan Spiegel Relaskop yang sama sama menggunakan prinsip
trigonometri.
3. Dalam menaksir tinggi pohon secara sederhana kita dapat membuat alat sendiri
yaitu Christenmeter dengan menggunakan bahan yang solid seperti kardus atau
triplek serta menggunakan skala yang sudah ditentukan.

J. DAFTAR PUSTAKA

Arland, S., Emy, S dan Muhammad, I. 2018. Studi Penerapan Pendugaan PotensiTegakan
Hutan Eucaliptus Menggunakan Alat Ukur Phi Band. J. Wahana Forestra. Vol.
13(2): 41-52.
Asef. 2013. Model Hubungan Tinggi dan Diameter Tajuk dengan Diameter SetinggiDada
pada Tegakan Tengkawang Tungkul Putih (Shorea macrophylla (de vriese) p.s.
ashton) dan Tungkul Merah(Shorea stenoptera Burck.) di Semboja, Kabupaten
Sanggau. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. Vol. 7(1): 7−18.
Edward, 2007. Comparison of Three Tools for Measuring Tree Diameter in Stands of
Different Age and Tree Size. Quarterly Journal of Forestry. Vol. 101(4): 267-274.
Endom, W dan Soenarno. 2018. Uji Coba Rekayasa Alat Ukur Diameter Pohon di Hutan
Alam. J. Penelitian Hasil Hutan. 36(2): 101-112.
Kemendikbud. (2013). Ilmu Ukur Kayu. Angewandte Chemie International Edition, 1–
219.
LAAR, A. van and AKÇA, A. 1997. Forest Mensuration. Cuvillier Verlag. Göttingen.
Mardiatmoko, G, J.H. Pietersz, A. Boreel. (2014). Ilmu Ukur Kayu dan Inventarisasi
Hutan. BPFP-UNPATTI,1- 158.
Naibaho, Y., B.D.A.S. Simarangkir, A. Ruchaemi, F. Pambudhi, Y. Ruslim & A.
Suhardiman. 2016. Pemodelan Kurva Tinggi Tegakan Kelompok Jenis
Dipterokarpa dan Non-Dipterokarpa di Hutan Alam Kalimantan. Prosiding
Seminar Nasional Silvikultur ke-4. Balikpapan, 19-20 Juli 2016
Qirom, M.A. dan Supriyadi. 2012. Penyusunan Model Penduga Volume Pohon Jenis
Jelutung Rawa( (Miq) V. Steenis). Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Vol.9
No. 3 Hal 141-153.
Sonbai, J. H. H., D. Prajitno, dan A. Syukur. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Jagung pada
Berbagai Pemberian Pupuk Nitrogen di Lahan Kering Regosol. Ilmu Pertanian.
Vol. 16: 77-89.
Sumarna, Y. 2008. Pengaruh Diameter dan Luas Tajuk Pohon Induk terhadap Potensi
Permudaan Alam Tingkat Semai Tumbuhan Penghasil Gaharu Jenis Karas
(Aquilaria malaccensis Lamk.). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.
Vol. 5(1): 21-27.
Wazirrudin. 2018. Kecamatan Gebang dalam Angka 2018. Purworejo: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Purworejo.
Yullia. 2007. Macam-Macam Alat Ukur Pohon. Jakarta: Gramedia.

K. LAMPIRAN
Proses Pengamatan
Pengukuran Diameter Pohon
Hasil Pengamatan
Jati (Tectona grandis) Mangga (Mangifera indica)

Rambutan (Nephelium Nangka (Artocarpus


lappaceum) heterophyllus)

Anda mungkin juga menyukai