Disusun oleh:
Nama : Baldovino Babela Fakes
NIM : 22/505452/KT/10004
Coass : Anggoro Wibisono
Shift : Selasa, 15.30 WIB
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan alat-alat ukur kayu.
2. Mengukur diameter pohon atau poles ysng telah ditentukan dengan
menggunakan beberapa jenis alat ukur dan membandingkan hasilnya.
3. Menaksir tinggi pohon dengan menggunakan beberapa alat ukur tinggi dan
membandingkan hasilnya.
Dilakukan penaksiran
Dicatat hasilnya tinggi pohon
pada tallysheet menggunakan Christen
hypometer, hagameter,
clinometer, Spiegel
relaskop dan forestry pro.
Dilakukan
perhitungan
menggunakan tabel
anova pada excel
−56087 , 66875
=
49041 , 87442
= -1.143668944
= (0.05, 3, 96)
= 2,699392598
−4555 , 305633
=
3982 , 812998
= -1.143668944
= (0.05, 3, 96)
= 2,699392598
VI. PEMBAHASAN
Pengukuran dan penaksiran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
mengelola sumberdaya hutan. Pengukuran sendiri merupakan kegiatan untuk
menentukan atau mengidentifikasi besaran, dimensi, atau karakteristik tertentu
dengan menggunakan alat ukur atau teknik yang sesuai serta hasil yang didapat
memiliki satuan ukuran yang jelas. Pengukuran dilakukan secara langsung pada
objek yang diamati sehingga ketepatan dan hasil yang didapat lebih akurat.
Sedangkan penaksiran merupakan proses estimasi dengan tingkat ketepatan yang
tinggi atau biasa disebut perkiraan. Penaksiran dilakukan berdasarkan sampel
atau data yang telah ada. Penaksiran seringkali melibatkan penggunaan statistik
dan metode pemodelan untuk menghasilkan perkiraan yang mendekati nilai
sebenarnya.
Menurut Thamrin (2020) Tinggi dan diameter pohon merupakan dimensi
pohon sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Menurut Ipung
dan Ghozali (2021), Pengukuran penting dilakukan karena digunakan dalam
mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan tertentu melalui pengukuran
dimensinya. Dimensi pohon merupakan beberapa parameter dari suatu individu
pohon yang dapat diukur. Dimensi pohon tentu saja berbeda dengan dimensi
tegakan dimana individu pohon itu sendiri merupakan objek dalam pengukuran
dimensi pohon, sedangkan Kumpulan individu-individu pohon, merupakan objek
dalam pengukuran dimensi tegakan.
Dalam kegiatan pengelolaan hutan, pengukuran diameter dan tinggi dapat
diimplementasikan dalam kegiatan inventarisasi hutan. Kegiatan inventarisasi
hutan meliputi kegiatan pengukuran pohon dan tegakan, estimasi volume pohon
dan tegakan, prediksi pertumbuhan pohon dan tegakan, serta pemecahan
permasalahan–permasalahan dalam penarikan contoh (Simon, 1993). Pengukuran
diameter dan tinggi pohon dalam inventarisasi hutan berguna dalam
memperkirakan volume atau nilai dari kayu yang ada di dalam suatu kawasan
hutan.
Pengukuran karakteristik individu pohon dilakukan dengan menggunakan
alat-alat sebagai berikut:
A. Alat penaksir tinggi pohon
1. Hagameter
Gambar 1. Hagameter
Penaksiran tinggi pohon dengan hagameter menggunakan prinsip
trigonometri. Prinsip trigonometri sendiri sering dipakai dalam pengukuran
tinggi dan menghasilkan hasil yang lebih akurat. Adapun cara kerja dari alat
ini adalah fungsikan alat penunjuk arah tinggi dengan memutar tombol
untuk berbagai jarak pohon dari pengukuran, atur posisi pembidik, buka
kunci jarum penunjuk dengan menekan knop atau tombol, lakukan pembidik
melalui visir ke pangkal pohon kemudian kunci, baca dan catat skala yang
ditunjuk jarum, lalu lakukan pembidikan ke ujung pohon yang diinginkan
kunci jarum penunjuk lalu baca dan catat skala yang ditunjukkan jarum.
Kelebihan dari hagameter berupa alatnya yang praktis serta sederhana dalam
pengoprasiannya serta hasil yang didapat lebih akurat dan teliti. Namun
terdapat kekurangan yaitu dibutuhkan waktu yang lebih untuk mendapatkan
hasil karena perlu dilakukan pengurangan antara hasil pembidikan ujung
dengan hasil pembidikan pangkal, serta adanya kemungkinan pergeseran
jarum skala ketika dilakukan pembidikan yang mampu mempengaruhi hasil.
2. Christen Hypsometer
4. Clinometer
Gambar 4. Clinometer
Prinsip alat ini hampir sama dengan hagameter, yaitu menggunakan
prinsip trigonometri. Penggunaan alat juga mengharuskan untuk membidik
2 titik pohon yaitu bagian ujung pohon dan pangkal pohon dengan skala
persen. Alat ini digunkan dengan dua mata terbuka, satu mata melihat ke
lensa sedangkan mata yang lain melihat ke obyek yang dibidik. Kelebihan
penggunaan alat ini adalah hasilnya yang cukup akurat karena menggunakan
trigonometri serta memiliki harga yang cukup terjangkau dibandingkan alat
lain. Kekurangannya yaitu hasil dari pembidikan harus diolah terlebih
dahulu untuk mendapatkan hasil tinggi pohon dan mudah terganggu jika
terkena tiupan angin.
5. Forestry pro
Gambar 5. Forestry pro
Cara kerja alat ini sama dengan hagameter yaitu dengan membidik ujung
atas pohon terlebih dahulu dilanjutkan dengan membidik pangkal bawah
dari pohon, dan secara otomatis akan muncul hasil dari penaksiran tinggi
pohon. Kelebihan alat ini adalah mudah dan ringkas, serta tidak perlu
dikonversi karena skala hasil yang ditunjukkan langsung menunjukkan
tinggi dari pohon yang diukur. Kelemahannya alat ini adalah harganya yang
sangat mahal.
Gambar 6. Pitameter
Merupakan alat yang sederhana yang digunakan untuk menghitung
diameter pohon. Penggunaannya cukup dengan cara melingkarkan pita
meter pada batang pohon yang setinggi dada (1,3 m) hingga bertemu pada
titik awal dimulai pengukuran. Kelebihan dari alat ini yaitu praktis, cepat,
sederhana, mudah dibawa kemana saja, serta tingkat keakuratannya yaitu
0,5 mm. sedangkan kekurangannya yaitu perlu dilakukan konversi dari
keliling ke diameter dengan membagi diameter dengan phi, serta
memungkinkan terjadinya pemuaian pada alat apabila terkena panas
berlebih yang dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran.
2. Phi Band
Gambar 7. Phiband
Cara kerjanya hampir sama dengan pita meter yaitu dengan melilitkan
alat pada batang pohon pada ketinggian setinggi dada (1,3 m) dan kemudian
dibaca skalanya sebagai diameter (biasanya skala bewarna merah.
Kelebihan alat ini yaitu ringkas, mudah dibawa, ketelitiannya cukup akurat,
serta hasil pengukuran langsung dalam bentuk diameter sehingga tidak perlu
dikonversi kembali. Kelemahannya yaitu pengukuran lebih sulit bila
dibandingkan dengan alat ukut apitan pohon dan hasil volumenya biasa
lebih besar karena pohon yang diukur tidak silindris.
3. Kaliper
Gambar 8. Kaliper
Cara penggunaannya yaitu dengan meregangkan tangkai bergeser pada
alat. Kemudian tangkai diapitkan pada batang pohon pada ketinggian
setinggi dada (1,3 m). Skala yang terletak pada tangkai menunjukkan
diameter batang yang diukur. Kelebihan alat ini adalah pengukuran yang
praktis dan sederhana, serta bahannya kuat dan ringan apabila terbuat dari
bahan aluminium. Kekurangannya yaitu sering terjadi kerusakan pada
tangkai bergeser yang dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam
pengukuran diameter.
4. Spiegel Relaskop
Gambar 9. Spiegel relaskop
Cara menggunakan Spiegel relaskop adalah menentukan skala BAF
yang akan dilakukan sebelum dilakukan pembidikan, lalu bidik sasaran
dilanjut melihat skala BAF dan himpitkan dengan batang pohon yang diukur
diameternya, sesuaikan jarak pengukuran hingga penampang pohon masuk
kedalam skala pengukuran BAF, hitung berapa bagian skala yang masuk
dari besaran batang, lanjut menghitung nilai diameter untuk satu bagian
skala, dan besarnya diameter diketahui dengan mengalikan besar bagian
skala dari bagian batang yang terbidik dengan nilai diameter untuk satu
bagian skala. Kelebihan dari alat ini adalah hasil diameter dapat langsung
diketahui, hasil pengukuran lebih teliti disbanding alat lainnya. Sedangkan
kekurangan perlu koreksi jarak lapang pada daerah lereng untuk
mendapatkan jarak datar, dibutuhkan jarak tertentu, dua kali pengukuran
dan agak sulit pada hutan yang pohonnya rapat.
Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa pengukuran dan penaksiran
diameter pohon yang diukur menggunakan alat yang berbeda tidak menunjukkan
hasil yang terlalu berbeda. Misalnya pada pohon 1 kelompok Ulin didapatkan
pengukuran diameter pohon menggunakan Phiband sebesar 55 cm, menggunakan
kaliper sebesar 49 cm, menggunakan pita meter sebesar 50.9 serta menggunakan
Spiegel sebesar 52.5 cm . Hasil yang diperoleh oleh keempat alat yang digunakan
tidak jauh berbeda satu sama lain, sehingga didapatkan hasil f hitung diameter
pohon -1.143668944 dan f tabel diameter pohon 2.699392598 dengan kesimpulan
Ho diterima karena f hitung lebih kecil daripada f tabel. Oleh karena itu, tidak ada
perbedaan hasil yang signifikasn antara satu alat dengan yang alat yang lainnya
pada pengukuran diameter pohon.
Untuk pengukuran dan penaksiran tinggi pohon yang diukur menggunakan alat
yang berbeda tidak menunjukkan hasil yang terlalu berbeda, namun terdapat
sedikit perbedaan dari hasil pengukuran menggunakan clinometer. Misalnya pada
pohon 1 kelompok Ulin didapatkan pengukuran tinggi pohon menggunakan
hagameter setinggi 30 m, menggunakan Spiegel setinggi 24 m, menggunakan
christen hypsometer setinggi 25 m, namun ketika diukur menggunkan clinometer,
tinggi pohon yang didapat hanya sebesar 6,9 m. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh kerusakan pada alat atau adanya human error saat dilakukan pengukuran. Dari
hasil pengukuran menggunakan empat alat tersebut, didapatkan hasil f hitung
tinggi pohon -1.143740777 dan f tabel tinggi pohon 2.699392598 dengan
kesimpulan Ho diterima karena f hitung lebih kecil daripada f tabel. Oleh karena
itu, tidak ada perbedaan hasil yang signifikasn antara satu alat dengan yang alat
yang lainnya pada pengukuran tinggi pohon.
Faktor koreksi diperlukan dalam mengakomodir hal-hal yang disebabkan oleh
human error ataupun non-humman error (faktor lingkungan) yang mungkin bisa
menimbulkan kesalahan di lapangan maupun dalam perhitungan volume tegakan.
Dari beberapa alat yang telah dipelajari, alat yang cukup direkomendasikan untuk
pengukuran diameter adalah phi band (diameter tape). Alat tersebut mudah dan
praktis dalam penggunaanya, serta hasil dari pengukuran dapat langsung terbaca
pada skalanya. Sedangkan rekomendasi alat untuk pengukuran tinggi pohon yaitu
hagameter. Alat tersebut mudah sederhana dalam pengoprasiannya serta mudah
dipahami bagi pemula yang baru belajar mengukur tinggi pohon. Alat ini juga
ringkas sehingga praktis dibawa kemana saja.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bawha:
1. Pengukuran karakteristik individu pohon umumnya dilakukan dengan
mengukur dan menaksir diameter dan tinggi pohon. Pengukuran diameter
pohon dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat kaliper, phi band, pita
meter dan Spiegel relaskop. Sedangkan penaksiran tinggi pohon dapat
dilakukan dengan alat christen hypsometer, clinometer, haga meter, Spiegel
relaskop dan forestry pro. Setiap alat tersebut memiliki cara pengoprasian serta
prinsip kerja yang berbeda, namun hasil akhirnya sama yaitu untuk mengukur
diameter dan tinggi pohon.
2. Pengukuran diameter batang dapat dilakukan dengan berbagai alat ukur. Alat
ukur yang digunakan pada praktik ini berupa kaliper, pita meter, phi band serta
Spiegel relaskop. Dari keempat alat tersebut, tidak terdapat adanya perbedaan
signifikan dari hasil pengukuran diameter antara alat satu dengan alat lainnya.
3. Penaksiran tinggi batang dapat dilakukan dengan berbagai alat ukur. Pada
praktikum ini, penaksiran tinggi pohon diukur menggunakan alat hagameter,
clinometer, christen hypsometer, forestry pro dan Spiegel relaskop. Dari
keempat alat tersebut, tidak terdapat adanya perbedaan signifikan dari hasil
penaksiran tinggi pohon antara alat satu dengan alat lainnya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Chin, W.Y., 2003. Tropical Trees and Shrubs. aselection for Urban Plantings.
suntree Publishing limited Usa. Singapore.
Hilwan, I., Santosa, Y., & Nahla, S. (2023). Penentuan bentuk dan luas petak
contoh optimum pengukuran keanekaragaman jenis tumbuhan tingkat
pancang hutan pegunungan. Journal of Tropical Silviculture, 14(01), 63 69.
Holmes, s. 1979. Henderson’s Dictionary of Biological Terms. Van Nostrand.
Reinhold Company, New York
Ipung, D. R. S., & Ghozali, D. I. (2021). Tingkat Akurasi Dan Efisiensi
Pengukuran Diameter Pohon Dengan Alat Ukur Sederhana Di Hutan
Pendidikan Fahutan Unmul. Prosiding SIKMA 9, Vol. 2
Partomihardjo, T., Arifiani, D., Pratama, B. A., & Mahyuni, R. 2020. Jenis-jenis
pohon penting di hutan Nusakambangan. Jakarta: LIPI Press.
Simon H. 1993. Hutan Jati dan Kemakmuran Problema dan Strategi
Pemecahannya. Bigraf Publishing.
Thamrin, H. (2020). Pertumbuhan Diameter Dan Tinggi Pohon Sungkai
(Peronema Canescens Jack) Umur 27 Tahun Di Hutan Tanaman Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda. Jurnal Agriment, 5(02), 118 122.
Widjaja EA, Rahayuningsih Y, Rahajoe JS, Ubaidillah R, Maryanto I, Walujo
BE, Semiadi G. 2014. Kekinian Keanekargaman Hayat Indonesia 2014.
Jakarta (ID) : LIPI Press.
IX. LAMPIRAN
Gambar 10. Pengukuran diameter pohom
Gambar 11. Pengukuran jarak pohon dengan pengamat untuk pengukuran tinggi