Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR HUTAN

PENGENALAN ALAT UKUR DIAMETER POHON

Disusun oleh :

Nama : Sestri Junianti

NPM : E1B021069

Dosen : 1. Dr. Gunggung Senoaji., S. Hut, MP

2. Dr.Ir.Nani Nuryatin,M.Si

Co-As :1. Exsaudina silitonga (E1B0180005)

2. Remondo Sijabat (E1B018038)

3 .Barkah Yanuar Damar Dani (E1B019035)

4.Winda Nur Annisa (E1B019014)

Kelompok : 5 (Lima)

Shift : Rabu, 2 Maret 2022 ( jam 08:00-10:00 Wib )

LABORATORIUM KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan ditinggali oleh berbagai jenis hewan. Di
dalam hutan biasanya ditumbuhi pepohonan yang sejenis dan memberikan kesan umum yang
sama serta berumur relatif sama. Pohon merupakan tumbuhan berkayu yg memiliki diameter
lebih dari 20cm dan tinggi 5m serta berkambium. Pohon yang masih hidup pasti mengalami
perubahan dimensi seperti diameter dan tingginya, oleh karna itu dibutuhkan alat – alat
untung mengukur pohon dan mengambil data perubahan sebuah pohon. Dalam memperoleh
data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yang
mempengaruhi keakuratan data-data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan
maka kemungkinan semakin baik pula hasil pengukuran yang akan kita didapatkan. Begitu
pula dengan kemampuan para pengamat dalam mengukur, semakin baik dalam penggunaan
suatu alat maka semakin baik juga data yang diperoleh.
Pendugaan suatu komunitas pohon dilakukan dengan melakukan pengukuran pada
tinggi pohon dan diameternya dari komunitas pohon yang akan diukur tersebut. Tinggi
pohon dan diameter merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi
pohon dan tegakan. Data tinggi dan diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung
nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk
menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan, perkiraan
hasil pengolahan kayu dan dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan.
Tingkat ketelitian pengukuran tergantung dari factor factor seperti tingkat ketelitian yang
diinginkan. Masing-masing alat terdapat kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Sehingga
untuk mengurangi kemungkinan kesalahan saat pengukuran maka diperlukan pengenalan terhadap alat
ukur tinggi diameter pohon.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mengenal alat-alat pengukur diameter pohon serta dapat menegetahui cara-cara
penggunaannya. Manfaat yang diperoleh dalam praktikum ini adalah mahasiswa akan
mengetahui cara pengukuran diameter pohon yang berdiri, yang akhirnya dapat digunakan
untuk menduga potensi pohon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon adalah panjang garis lurus yang melalui pusat penampang melintang pohon
dan menghubungkan pohon dan menghubungkan dua titik yang terdapat pada garis lingkaran
luar pohon ( Handayani,2012)
Pengukuran diameter batang pohon dilakukan pada seluruh jenis pohon dewasa yang
sehat dan mempunyai diameter ≥20 cm. Beberapa ketentuan pengukuran diameter
berdasarkan keadaan pohon adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran dilakukan pada posisi setinggi dada (± 1.30 m) diatas tanah
b. Pohon-pohon yang berbanir lebih tinggi dari 1.30 m dilakukan pengukuran 20
cm diatas banir
c . Pohon yang cabangnya lebih rendah dari 1.30 m, maka pengukuran dilakukan
setinggi dada kedua cabangnya dan dihitung 2 pohon.
d. Pohon-pohon yang terletak pada tanah miring, posisi pengukur harus di bagian
permukaan tanah yang lebih tinggi. (Sidiyasa, 2016)
Inventarisasi hutan adalah suatu kegiatan dalam pengelolaan hutan yang memerlukan waktu
cukup lama, tenaga yang banyak dan waktu yang cukup lama, tenaga yang banyak dan biaya
yang besar. Data potensi tegakan pada umumnya diperoleh dari hasil kegiatan inventarisasi,
dimana dalam inventarisasi tersebut massa tegakan ditaksir melalui pendugaan volume setiap
pohon penyusun tegakan yang bersangkutan (Susila dan Darwo, 2015).
Prinsip pengukuran tinggi, instrumen yang digunakan untuk pengukuran tinggi pohon
yang paling sering dipilih adalah hypsometer. Banyak tipe pengukuran alat tinggi dan
instrumen yang telah dikembangkan, tetapi hanya sedikit yang telah memperoleh penerimaan
yang luas dan praktisi rimbawan. Prinsip dasar trigonometris kebanyakan sering dijelmakan
didalam hypsometer dan kompas klino pengukuran menggunakan haga hypsometer dan
kompas klino lebih tinggi, teliti dan lebih cermat tetapi pengukuran lebih memerlukan banyak
waktu dan kadang-kadang memerlukan jarak yang jauh antara pengamat dan pohon (Rahlan,
2014).
Pengukuran diameter atau keliling batang setinggi dada dari permukaan tanah
disepakati, tetapi setinggi dada untuk setiap bangsa punya kesepakatan masing-masing yang
disesuaikan dengan tinggi rata-rata dada masyarakat bangsa itu. Setinggi dada untuk
pengukuran kayu berdiri di Indonesia disepakati setinggi 1,30 meter dari permukaan tanah
(Trimurti,2011).
Dalam kebanyakan inventore hutan kayu keras tropika campuran telah ditemukan
bahwa adalah lebih efisien menggunakan tabel volume total menurut spesies dengan
pengukuran dbh dan tinggi pada semua pohon dari sampel peningkatan dalam kecermatan
adalah kecil dalam kaitannya dengan konsikuensi tambahan biaya. Pengukuran tinggi pohon
berdiri dapat dilakukan secara langsung dapat dikerjakan dengan tongkat teleskopik
(Nyysonen, 2016)
Dalam bidang kehutanan ada istilah pengukuran diameter dan pengukuran tinggi suatu
pohon pada keadaan tegakan tertentu. Prinsip pengukuran tinggi, instrumen yang digunakan
untuk pengukuran tinggi pohon yang paling sering dipilih adalah hypsometer. Pengukuran
alat tinggi dan instrumen yang telah dikembangkan, tetapi hanya sedikit yang telah menerima
penerimaan yang luas dan banyak rimbawan (Rahlan, 2014)
Dalam kebanyakan inventore hutan kayu keras tropika campuran telah ditemukan
bahwa adalah lebih efisien menggunakan "tabel volume total" menurut spesies dengan
pengukuran dbh dan tinggi pada semua pohon dari sampel peningkatan dalam kecermatan
adalah kecil dalam kaitannya dengan konsikuensi tambahan biaya (Sujono,2012).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat :
Waktu : Rabu, 2 maret 2022 (08.00-10:00 wib)
Lokasi : Samping Laboratorium kehutanan
3.2 Alat dan Bahan:
Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah :
1. Lembaran kerja untuk mengambar
2. Alat tulis,alat hitung dan alat gambar
3. Alat ukur diameter : pita ukur,caliper,garpu pohon,dan tongkat Biltmore.
4. Pita ukur kain,kayu,skala ukuran untuk membuat proto type alat ukur diameter.
3.3 Cara Kerja:
1. Setiap kelompok Mahasiswa mendapatkan alat ukur diamater pohon.
2. Memperkenalkan penggunaan dan cara kerja alat ukur diameter tersebut dan
diwajibkan bisa mengoperasikannya.
3. Menggambar pada lembaran kerja alat-alat ukur diameter tersebut dan menyebutkan
komponen-komponen alatnya.
4. Setiap kelompok membuat alat ukur diameter phi band dan biltmore stick.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

N Nama alat Cara Menggunakan Rumus


o

1 pita ukur (phi band) 1.Tentukan lokasi pengukuran Keliling=2cr = π d


diameter. Diameter=keliling/n

2.Lilitkan/ lingkaran phi Band


pada batang pohon Dan baca
skalanya.

2 garpu pohon 1.apitan kedua lengan pda batang OP=diameter/2tg 30°


dan cari /tentukan bgian =diameter/1.1547
lingkaran batang yang
terkecil(di) sebagai pengukuran
diameter pengukuran yang
pertama.

2.uapayakan kedua lengan sama


tinggi dari permukaan tanah
(setinggi dada =130 cm ).

3.pengukuran diameter yang


kedua (d2) tegak lurus
pengukuran diameter terpanjang .

3 apitan pohon(caliper) 1.masukkan batang yang akan A+B/2


diukur diantara 2 kaki alat
tersebut.

2.kemudian kaki yang dapat


gigerakkan digeser geser sampai
sampai batang diukur terjepit
diantara dua kaki tersebut.

3.baca skala pada mistar/tangkai


yang telah diberi satuan ukuran.

tongkat biltmore 1.posisikan ujung tongkat D=OB.d/OB(OB+td)


(biltmore stick) Biltmore pada jarak antara mata
dan batang tertentu sekitar 60
4 cm.

2.letakkan ujung sisi kanan


pohon yang terlihat pada tongkat
Biltmore merupakan panjang
diameter dan batang kayu yang
diukur .

4.2 Pembahasan
Penggunaan alat ukur sederhana dalam bidang kehutanan diperlukan agar dapat menghitung
potensi hutan yang berkaitan dengan ilmu iventarisasi hutan. Pengenalan alat alat ukur yang digunakan
untuk melakukan pengukuran pohon perlu dilakukan agar data yang diperoleh tepat dan akurat
(Hardjana, 2013).
Dari praktikum ini di pelajari empat alat untuk pengukuran diameter pohon :
1. Phi Band/Pita Ukur
Pengukuran diameter pohon dapat dilakukan dengan mengukur kelililingnya, kemudian
dikonversi ke dalam diameter; atau langsung mengkonversi ukuran diameternya pada pita
ukur. Pita ukur yang mengandung satuan diameter yang telah dikonversi dari keliling disebut
Phi-band. Kebaikan dari pita ukur adalah mudah dibawa kemana-mana, dan murah. Alat ukur
ini baik digunakan untuk penghitungan riap. Kerugian dari alat ini pengerjaannya lebih lambat
jika dibanding dengan pengkleman, dan juga pengukuran volume dengan diameter dari pita
ukur akan membuat pengukuran isi menjadi lebih besar.
2. Garpu Pohon
Pengukuran dilakukan dengan memasukan batang pohon yang akan diukur diantara dua
kaki garpu pohon. Pengukur akan membaca jarak dari titik singgung dari garpu pohon dan
batang sampai pada titik sudut dari dua kaki garpu pohon tersebut.
Garpu pohon digunakan untuk inventarisasi atau untuk pengukuran diameter pohon yang
tidak terlalu membutuhkan kecermatan atau ketelitian ukuran dari masing-masing pohon.
3. Caliper ( Apitan Pohon)
Pengukuran dilakukan dengan memasukan batang yang akan diukur diantara dua kaki alat
tersebut. Kemudian kaki yang dapat digerakkan digeser-geser sampai batang yang diukur
terjepit diantara dua kaki tersebut. Ukuran diameter batang yang diukur akan terbaca pada
mistar/tangkai yang telah diberi skala satuan ukuran.
4. Biltmore Stick
Pengukuran dilakukan dengan dengan memposisikan ujung tongkat biltmore, pada jarak
antara mata dan batang tertentu, tepat dengan bagian sisi kiri garis singgung batang pohon.
Penentuan panjang diameter dilakukan secara bersamaan dengan melihat posisi sisi kanan
batang kayu pada tongkat biltmore. Letak ujung sisi kanan pohon yang terlihat pada tongkat
biltmore merupakan panjang diameter dari batang kayu yang diukur.
Pengukuran diameter pohon ini dilakukan pada pohon setinggi dada yaitu setinggi 130cm
atau yang biasa dikenal DBH (diameter at breast height). Hal ini sama seperti menurut
(Sidiyasa, 2016) Pengukuran dilakukan pada posisi setinggi dada (± 1.30 m) diatas tanah.
Pohon-pohon yang berbanir lebih tinggi dari 1.30 m dilakukan pengukuran 20 cm diatas
banir. Pohon yang cabangnya lebih rendah dari 1.30 m, maka pengukuran dilakukan setinggi
dada kedua cabangnya dan dihitung 2 pohon. Pohon-pohon yang terletak pada tanah miring,
posisi pengukur harus di bagian permukaan tanah yang lebih tinggi. kenapa harus melakukan
pengukuran DBH hal itu dilakukan untuk memudahkan pengukuran, kepraktisan dan
kenyamanan saat mengukur, yaitu pengukuran mudah dilakukan tanpa harus membungkuk
atau berjingkat.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Alat ukur diameter pohon yang di pelajari ada 4 yaitu pita ukur/phi-band, garpu pohon,
apitan pohon/caliper, biltmorestick/tongkat. Cara penggunaan pita ukur dilakukan dengan
melilitkan pita ukur setinggi dada pada permukaan pohon sehingga memperoleh kelilingnya,
sedangkan pada garpu pohon penggunaannya dengan cara mengapitkan kaki garpu terhadap
pohon yang diukur dan melihat kotak skala yang terdapat di garpu pohon setiap skala warna
berjarak 5cm dan dilakukan pada 2 sisi yang berlawanan, kemudian pada alat caliper
penggunaannya dimasukkan batang yang dikur diantara 2 kaki/penyangga dan kemudian
salah satu kaki digeser sampai batang yang diukur terjepit dan ini juga dilakuka pada 2 sisi
yang berlawanan, dan yang terakhir pengukuran menggunakan biltmorestick dengan
memposisikan ujung tongkat pada jarak antar mata dan bagian sisi kiri garis kemudian
tentukan diameter secara bersamaan dengan melihat posisi sisi kanan batang kayu.
5.2 Saran
Untuk praktikum yang akan datang diharapkan untuk praktikan lebih kondusif agar praktikum
berjalan dengan lancar. Pada praktikum pengenalan alat ukur pohon yang terdiri atas
pengukuran tinggi pohon dan diameter pohon diperlukan pemahaman secara jelas agar setiap
alat ukur tidak salah baiak nama, fungsi, serta cara kerja. Jika alat ukur yang didapatkan
pengenalannya sudah salah, maka selanjutnya fungsi dan cara kerjanya pun akan salah,
sehingga dapat memperlambat proses pengukuran diameter pohon.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani,2012”laporan pengenalan alat pengukuran tinggi diameter”jakarta


Sidiyasa, 2016 “pengukuran diameter pohon”Yogyakarta
Susila. I.W.W.. dan Darwo. 2015. Riap dan Dugaan Volume Tegakan Ampupu (Eucalyptus
Urophylla S.T. Blake) Di Kawasan Hutan Wololobo. Bajawa Flores. J. Penelitian Hutan
Tanaman. 12(2): 105-113 p.
Rahlan, 2014 “jurnal pengenalan alat alat ukur pohon” jakarta selatan
Naibaho. Y., B.D.A.S. Simarangkir, A. Ruchaemi, F. Pambudhi, Y. Ruslim & A.
Suhardiman. 2016. Pemodelan Kurva Tinggi Tegakan Kelompok Jenis
Sujono. 2012. Inventaris Hutan. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Trimurti. 2011. Pengukuran Diameter Pohon. Bandung:Laboratorium Kehutanan.

LAMPIRAN
Pita Ukur Biltmore stick

Garpu Pohon Caliper

Anda mungkin juga menyukai