Dibuat Oleh :
NIM H1020048
Nilai kekayaan suatu hutan tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan hutan yang ada
pada inventarisasi yang ada serta taksiran perubahan yang terjadi, tetapi juga ditentukan oleh
faktor-faktor yang lain di luarnya. Semua itu merupakan elemen-elemen yang terkandung di
dalamnya yang akan dicatat dalam suatu inventarisasi hutan. Suatu inventarisasi hutan
lengkap dipandang dari segi penaksiran kayu harus berisi deskripsi areal berhutan serta
pemilikannya, penaksiran volume (parameter lain seperti berat) pohon-pohon yang masih
berdiri, dan penaksiran tambah-tumbuh dan pengeluaran hasil. Dalam inventarisasi tertentu,
dapat diberikan tekanan atau pembatasan pada satu atau beberapa masalah tersebut,
bergantung pada asas tujuan. Tetapi untuk suatu penilaian yang menyeluruh terhadap suatu
areal hutan dan terutama bermaksud untuk mengelolanya berdasar asas hasil lestari, semua
elemen itu harus dikuasai.
Kegiatan inventarisasi tegakan merupakan salah satu tahapan awal yang sangat
penting dalam pengusahaan hutan. Di dalam kegiatan inventarisasi hutan, keadaan tegakan,
komposisi serta penyebaran jenis pohon memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan tindakan-tindakan silvikultur yang akan diterapkan. Ketelitian data yang
diperoleh dari kegiatan inventarisasi potensi tegakan tersebut merupakan kunci dari
tercapainya kelestarian pengusahaan dan kelestarian sumberdaya hutan yang akan dikelola.
Mengingat bahwa pembangunan, dan pemanfaatan hutan tidak terlepas bahkan merupakan
bagian dari pada usaha pembangunan daerah, maka dalam inventarisasi hutan lawasa
cakupannya tidak terbatas hanya pada tegakan hutan saja, tetapi mencakup pula masalah
social ekonomi yang erat kaitannya dengan pemanfaatan hutan yang direncanakan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum inventarisasi sumber daya hutan adalah agar mahasiswa dapat
mengenali dan mengetahui fungsi alat-alat inventarisasi.
C. Tinjauan Pustaka
Pengukuran tinggi pohon yang paling akurat yaitu menggunakan hagameter dan
clinometer karena keduanya menggunakan prinsip trigonometri. Prinsip trigonometri sering
dipakai dalam pengukuran tinggi dan hasilnya lebih cermat dan teliti, namun membutuhkan
waktu yang relatif lama. Pengukuran menggunakan christen hypsometer terkadang memiliki
angka yang jauh berbeda dengan yang lainnya, karena kedua alat tersebut dapat dibuat secara
manual. Kelemahan dari christen hypsometer adalah tidak adanya ketepatan dalam membuat
alat, maka dari itu terdapat data yang terlalu jauh dari hasil yang lainnya (Rahlan, 2004).
Spiegel Relaskop dapat digunakan untuk inventarisasi hutan yakni diameter, tinggi, luas
bidang dasar, dan diameter dengan ketinggian tertentu (Qirom, 2018).
Terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan dalam mengukur tinggi pohon yang
menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan tinggi yang sebenarnya, salah satunya yaitu
ketidak tepatan dalam membidik tajuk pohon. Faktor yang menyebabkan terjadinya
kesalahan-kesalahan dalam pengukuran, antara lain kesalahan dalam melihat puncak pohon,
pohon yang diukur tingginya dalam keadaan tidak tegak, jarak antara pengukuran dan pohon
tidak diatas ataupun karena jarak ukur tidak tepat (Suwardi, 2002).
1. Hagameter
2. Phiband
3. GPS
4. Caliper
5. Spiegel Relaskop
6. Alat ukur lainnya
7. Alat tulis
8. Kertas Gambar
E. Metode Praktikum
1. Mencari 10 alat yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi hutan dari berbagai sumber
2. Menggambar alat-alat tersebut pada kertas gambar yang tersusun pada table dengan
menuliskan nama alat, fungsi, dan cara kerjanya
3. Menyusun sebuah laporan
posisi
horizontal/tegak
lurus terhadap batang
pohon.
Diameter batang
dapat dibaca pada
skala diameter yang
berimpit
dengan titik nol.
4 Mengukur Bilmore Stick
diameter dipegang dengan
pohon sebelah tangan, tegak
lurus lurus dan
menempel pada
batang pohon yang
akan diukur.
Jarak mata dengan
alat sejauh jangkauan
tangan si pengukur.
Besarnya diameter
batang pohon dibaca
dari skala diameter
pada alat yang
berimpit dengan
bagian sisi batang
pohon.
5 Mengukur Tentukan skala
diameter BAF yang akan
pohon digunakan sebelum
dilakukan
pembidikan.
Bidik sasaran,
selanjutnya lihat
skala BAF tersebut
dan
himpitkan dengan
batang pohon yang
akan diukur
diameternya.
Sesuaikan jarak
pengukuran hingga
penampang pohon
masuk kedalam skala
pengukuran BAF.
Hitung berapa
bagian skala yang
masuk dari besaran
batang tersebut
Selanjutnya
dihitung nilai
diameter untuk satu
bagian skala
Besarnya diameter
diketahui dengan
mengalikan besar
bagian skala dari
bagian batang yang
terbidik dengan nilai
diameter untuk satu
bagian skala
6 Mengukur o Walking stick
tinggi dipegang tegak lurus
pohon setinggi mata
pengukur dibidikan
ke arah pohon yang
hendak diukur
tingginya.
o Bagian pangkal dan
ujung pohon
diarahkan
sedemikian rupa
sehingga tepat
berimpit dengan
skala bawah dan
skala atas
pada walking stick,
skala A’C’ tepat
dengan AC (tinggi
pohon)
o Selanjutnya
bidikan mata ke arah
tanda skala pendek
(B’)
pada alat sejajarkan
dengan pohon.
o Tandai titik bidikan
B’ sehingga menjadi
titik B pada pohon,
dengan dibantu
seorang pembantu
yang sebelumnya
sudah berdiri dekat
pohon yang sedang
diukur,
o Ukur tinggi titik B
dari pangkal pohon,
sehingga didapat
tinggi AB.
o Tinggi pohon
adalah tinggi AB
dikalikan dengan
persamaan
skala alat yang
dibuat.
o 10 : 50 = AB : AC,
o Tinggi pohon
adalah (AC) = 5 x
AB
7 Mengukur Pengukur berdiri
tinggi dengan jarak tertentu
pohon mengarah ke pohon
yang akan diukur
tingginya.
Pegang alat pada
bagian benang
sehingga alat
bergantung dan dapat
bergerak bebas
Alat dibidikkan ke
pohon yang akan
diukur tingginya
sedemikian rupa
sehingga pangkal dan
ujung pohon tersebut
berimpitan dengan
skala bawah dan atas
alat A’C’ berimpit
dengan AC.
Berdirikan galah
pada pohon yang
akan diukur
tingginya.
Mata diarahkan
pada ujung galah
sambil membaca
berapa angka tinggi
pada pembagian
skala alat yang
berimpit
dengan garis
pandang antara mata
dan ujung galah
tersebut.
8 Mengukur o Pengukur berdiri
tinggi pada jarak tertentu
pohon sesuai dengan
pengaturan jarak
pada alat mengarah
ke pohon yang akan
diukur tingginya,
misalnya jarak 15 m,
20 m, 25 m, atau 30
m. Jarak antara
pohon dengan
pengukur merupakan
jarak datar.
o Pegang alat dan
bidikkan ke arah
ujung pohon, tunggu
jarum penunjuk skala
sampai berhenti
kemudian tekan
tombol penguncinya.
o Catat skala yang
ditunjukkan oleh
jarum sebagai data 1.
o Lepas knop
pengunci jarum
dengan menekan
knop pelepas kunci
sehingga jarum
penunjuk skala
bergerak bebas.
o Lakukan hal yang
sama untuk
membidik pangkal
pohon.
o Catat skala yang
ditunjukkan oleh
jarum sebagai data 2.
o Tinggi pohon
adalah jumlah atau
selisih dari kedua
pembacaan itu
bergantung pada
apakah pangkal
pohon lebih rendah
atau lebih tinggi dari
mata pengukur.
9 Mengukur Pengukur berdiri
tinggi pada jarak tertentu
pohon sesuai dengan
kondisi
lapangan, misalnya
jarak 15 m atau 20
m. Jarak yang
digunakan
adalah jarak datar.
Bidik pohon yang
akan diukur
tingginya, himpitkan
ujung pohon dengan
benang skala.
Catat skala yang
didapat sebagai data
1.
Lakukan hal yang
sama untuk pangkal
pohon.
Catat skala yang
didapat sebagai data
2.
Tinggi pohon
adalah jumlah atau
selisih dari kedua
pembacaan
itu bergantung pada
apakah pangkal
pohon lebih rendah
atau
lebih tinggi dari mata
pengukur.
10 Mengukur Tentukan titik
luas bidang pusat lingkaran
dasar khayal pada areal
tegakan hutan yang
mau diukur bidang
dasarnya.
Pengukur berdiri di
titik pusat lingkaran
khayal yang
merupakan titik pusat
pembidikan.
Pegang alat tegak
lurus terhadap mata
pengukur dan sasaran
G. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa setiap alat
inventarisasi memiliki fungsinya masing-masing seperti untuk mengukur tinggi, diameter,
maupun luas bidang dasar. Akurasi pada setiap alat pun berbeda dan penggunaanya pun
disesuaikan dengan jenis data seperti apa yang ingin diperoleh.
Daftar Pustaka :
Winarto, Bambang Ir., MM. 2006. Kamus Rimbawan. Yayasan Bumi Indonesia Hijau.
Jakarta.
Kadri Wartono Ir., dkk. 1992. Buku Ajar Inventarisasi Hutan. Universitas Tanjungpura.
Usman, H., 2008. Metode Sampling Inventarisasi Hutan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.