Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI DAN TEKNI INVENTARISASI


SUMBER DAYA HUTAN

ITERA

NAMA : Elisabeth O.S Habeahan


NIM : 121420023
KELOMPOK : 6A
ASPRAK : Gaddys Sekar Wangi

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


JURUSAN TEKNIK PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Dapat mengukur berbagai dimensi tegakan, baik diameter, tinggi,
lbds, maupun volume tegakan dan dapat mengetahui cara-cara
pendugaan potensi tegakan.

1.2 Landasan Teori


Dalam kegiatan pengelolaan hutan, pengukuran merupakan hal
yang paling penting dilakukan untuk mengetahui atau menduga
menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu.
Pendugaan suatu komunitas pohon dilakukan dengan melakukan
pengukuran pada tinggi dan diameter dari komunitas pohon yang akan
diukur. Menurut Andrian (2019) dimensi pohon dan dimensi tegakan
tentu saja berbeda, dimana individu pohon itu sendiri merupakan objek
dalam pengukuran dimensi pohon, sedangkan kumpulan individu-
individu pohon merupakan objek dalam pengukuran dimensi tegakan .
Dimensi tegakan yang sering diukur yaitu diameter rata-rata, tinggi rata-
rata, luas bidang dasar, dan volume pohon.
Diameter pohon merupakan salah satu parameter pohon yang
mudah untuk diukur. Pengukuran diameter pohon dapat dilakukan
dengan berbagai alat antara lain, garpu pohon, dan pita keliling. Untuk
pohon tanpa banir, pengukuran diameter dilakukan pada ketinggian 1,3
meter di atas tanah atau kurang lebih setinggi dada, sedangkan pada
pohon berbanir dilakukan 5–10 cm di atas banir. juga menyebutkan
bahwa hasil perbandingan diameter yang diukur langsung dengan
kaliper dan pita ukur, dalam beberapa hal tertentu penggunaannya tidak
ada masalah, namun untuk kayu bulat yang dijual di pasar, volume
kayunya dihitung dengan menggunakan metode optimalisasi algoritma
hasil dari pembagian batang, dengan asumsi umumnya sebagai volume
kayu bersih tanpa kulit (Siswanto, 2014).
Menurut Hastaka P (Hastaka, 2018) tinggi pohon didefenisikan
sebagai jarak terpendek antara suatu titik pada puncak pohon (titik lain
pada pohon tersebut) dengan titik proyeksinya pada bidang datar
(permukaan tanah). Dalam proses inventarisasi hutan, pengukuran
sangat penting dilakukan untuk menduga atau mengetahui potensi suatu
tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Sementara Larjavaara dan
Muller-Landau (Larjavaara, 2013) menyatakan bahwa tinggi pohon
adalah variabel kunci untuk memperkirakan biomassa pohon dan
menyelidiki sejarah kehidupan pohon, namun sulit untuk melakukan
pengukuran di hutan dengan kanopi tinggi dan padat serta tajuk yang
lebar. Pengukuran tinggi pohon berdiri dapat dilakukan secara langsung
atau secara tidak langsung. Pengukuran tinggi pohon secara langsung
dapat dilakukan dengan menggunakan tongkat berukuran. Pengukuran
tinggi secara tidak langsung pada dasarnya dengan menggunakan
prinsip-prinsip ilmu ukur sudut. Pengukuran tinggi pohon dapat
dilakukan terhadap berbagai hal, yaitu tinggi total (Tt), tinggi bebas
cabang (Tbc) dan tinggi pada ketinggian tertentu Pengukuran yang baik
adalah pengukuran yang dilakukan pada pohon -pohon yang telah
ditebang dan pohon-pohon yang berdiri tegak, khususnya untuk
penaksiran yang berhubungan dengan volume (Naibaho, 2016).

Dalam memperoleh
data pengukuran, jenis dan
cara penggunaan alat
merupakan faktor penentu
utama yang mempengaruhi
keotentikan data yang
diperoleh. Semakin bagus
alat yang dipergunakan
maka semakin baik pula
hasil
pengukuran yang akan
didapat (Firdaus dkk,
2010)
Dalam memperoleh
data pengukuran, jenis dan
cara penggunaan alat
merupakan faktor penentu
utama yang mempengaruhi
keotentikan data yang
diperoleh. Semakin bagus
alat yang dipergunakan
maka semakin baik pula
hasil
pengukuran yang akan
didapat (Firdaus dkk,
2010)
Dari luas bidang dasar dapat ditaksir dua parameter yaitu
kepadatan bidang dasar dan volume tegakan. Kepadatan bidang dasar
digunakan sebagai kriteria untuk menyatakan kualitas tegakan pada
hutan tanaman (Mahardika, 2013). Apabila digunakan diameter setinggi
dada, maka yang dimaksud lbds adalah penampang melintang batang
pada 1,3 mdari permukaan tanah. Pengukuran diameter sangat
mempengaruhi hasil lbds karena , diameter pohon tidak persis bulat
seperti lingkaran, sehingga perlu dilakukan pengukuran diameter dua
kali. Dari dua kali pengukuran tersebut kemudian dihitung rata-rata
untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Temapat Pelaksanaan


Waktu dan pelaksaan pada hari Jumat 03 Maret 2023, pukul 07.30 wib sampai
dengan selesai dan dilaksanakan di Gedung Kuliah Umum, ruangan 306
ITERA.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain :

1. Walking Stick

2. Pita ukur (pita keliling)

3. Maps Camera

4. Tambang plastik 20 m

2.3 Prosedur kerja


Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan yaitu :

1. Pembagian alat-alat ukur


2. Membuat petak ukur lingkaran seluas 0,02 ha (jari-
jari 7,94m) oleh masing-masing tiap kelompok.
Setiap kelompok hanya membuat 1 petak ukur.
3. Kemudian mengukur dimensi tegakan pada petak
ukur
4. Masing-masing mahasiswa melakukan pengukuran
dimensi tegakan , yakni : diameter rata-rata, tinggi
rata-rata, lbds, kerapatan tegakan dan volume
tegakan dalam petak ukur yang dibuat
5. Mengisi tally sheet, analisis data dan pembahasan
hasilnya pada lembar kerja praktikum
BAB III
HASIL
3.1 Hasil
Tabel 1. Tally Sheet Hasil Pengukuran Dimensi Pohon pada Plot
0,02 ha
No Nama Pohon D K L Lbds V
1 Sengon (pohon)
2 Akasia (pohon)
3 Jambu biji (pancang)
4 Jati putih (tiang)
5 Bungur (pancang)
6 Mahoni (pancang)
7 Akasia (pohon)
8 Jambu mete (pancang)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, D. S. (2019). Metodologi dan Aplikasi Statistik. Parama


Publishing.
Hastaka, P. (2018). Studi Perbandingan Pengukuran Biomassa Pohon
Meranti (Shorea Spp.) dengan Menggunakan Alat Manual,
Mekanis dan Digital di Kawasan Arboretum Sylva Indonesia
PC. Untan. J. Hutan Lestari., Vol. 6, (1) : 30-38. .
Larjavaara, M. &.-L. (2013). Measuring Tree Height: A Quantitative
Comparison of Two Common Field Methods in A Moist
Tropical Forest. Methods in Ecology and Evolution:1-9.
Mahardika, A. (2013). Pendugaan model hubungan tinggi dan
diameter pohon cendana (Santalum album). Jurnal Wasian,
1(2) : 57-64.
Naibaho, Y. B. (2016). Pemodelan Kurva Tinggi Tegakan Kelompok
Jenis Dipterokarpa dan Non Dipterokarpa di Hutan Alam
Kalimantan. . Prosiding Seminar Nasional Silvikultur IV.
Balikpapan, 19-20 Juli 2016.
Siswanto, H. (2014). Kajian input dan output penyaradan pada
pengusahaan hutan di Kalimantan Timur. Eksis, 6(2), 1491-
1500.
Weaver, S. A. ((2015)). Assessing the accuracy of tree diameter
measurements collected at a distance. Croatian Journal of
Forest Engineering,, 36 (1), 73-84.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai