NIM: D1D022030
Kelompok : 8
Kelas : R002
Dosen Pengampu:
Maria Ulfa, S.Hut., M.Si., CIT
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang mana dengan rahmat dan
karuniaNya saya dari kelompok 8 dapat menyelesaikan laporan praktikum inventarisasi hutan
yang berjudul “PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN ALAT UKUR PITA
KELILING DAN PHIBAND (PITA DIAMETER)“ ini. Tidak lupa pula shalawat beriring salam
saya haturkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad Saw. Dimana karena
perjuangannya membawa umat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang berilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah inventarisasi seumber
daya hutan ini ibu Maria Ulfa, S.Hut., M.Si., CIT sehingga saya dapat menyelesaikan lapoaran
tepat waktu. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil praktikum saya, dan untuk memenuhi tugas
praktikum mata kuliah inventarisasi hutan. Harap dimaklumi jika banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan didalam laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan kita semua terutama saya mengenai sistem perakaran. Kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan untuk kemajuan laporan ini. Akhir kata saya mengucapkan
terimakasih.
2
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui diameter pepohonan di sekitaran masjid jami’
dengan alat ukur pita keliling dan phi band dan mengetahui cara mengukur diameter
dengan benar dan tepat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan merupakan pertambahan dimensi dari satu atau lebih individu dalam
suatu tegakan hutan pada periode waktu tertentu (Husch et al.(1972); Vanclay (1994)). Setiap
pohon mengalami dua bentuk pertumbuhan yang berbeda, yaitu pertumbuhan vertikal atau
tinggi dan pertumbuhan horizontal atau diameter. Pertumbuhan tinggi dan diameter
menyebabkan terjadinya perubahan ukuran dan bentuk pohon yang pada gilirannya sangat
menentukan dalam pendugaan volume pohon maupun tegakan. Pengembangan metode
pendugaan potensi hutan, termasuk di dalamnya pendugaan model hubungan antara
karakteristik individual pohon seperti tinggi dan diameter telah banyak dilakukan. Berbagai
fungsi yang menyatakan hubungan tinggi dan diameter telah banyak dipelajari dan diteliti
(Husch et al.(1972); Huang et al. (2000); Newton dan Amponsah (2007); Adame, et al. (2008)).
Pengukuran diameter pohon dapat dilakukan dengan berbagai alat antara lain phi-band,
garpu pohon, dan pita keliling (Ryan, 2015). Untuk pohon tanpa banir, pengukuran diameter
dilakukan pada ketinggian 1,3 meter di atas tanah atau kurang lebih setinggi dada, sedangkan
pada pohon berbanir dilakukan 5–10 cm di atas banir. Pengukuran diameter tanpa kulit (dtk),
sekalipun informasi ini lebih penting daripada diameter dengan kulit (ddk), biasanya
memerlukan lebih banyak waktu dan relatif mahal dengan kemungkinan kesalahan yang lebih
besar jika dilakukan pada saat pohon berdiri (Li & Weiskittel, 2011).
Pengukuran diameter pohon dapat juga dilakukan menggunakan wood land stick atau
biasa disebut Biltmore stick atau cruiser stick. Alat ini lebih murah, lebih cepat dan lebih mudah
digunakan dibandingkan diameter tapes, namun ketelitiannya tidak sebaik diameter tapes
(Zobrist, 2009). Kendati demikian, penggunaan alat yang berbeda dapat menghasilkan
pengukuran yang berbeda, dimana perbedaannya bisa nyata, kurang nyata atau tidak nyata.
Karena data yang digunakan adalah untuk keperluan pengukuran potensi hutan (forest
sampling), maka hendaknya dipilih alat yang ekonomis sehingga rasional untuk digunakan
(Weaver et al., 2015).
Selama ini, alat ukur diameter pohon yang digunakan adalah pita ukur (phi-band).
Pemakaian alat ini di lapangan menuntut cara pengukuran yang hatihati dan teliti karena
kesulitan yang dihadapi khususnya untuk pohon berdiameter besar (ø ≥ 50 cm) dan berbanir
tinggi (≥ 1,8 m), sehingga waktu yang dibutuhkan relatif lama (Endom & Soenarno, 2016).
Selain itu, pengukuran dengan pita ukur tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
diameter adalah hasil pembagian keliling dengan phi (π = 3,14) hal ini disebabkan oleh adanya
pembulatan hasil perhitungan diameter pada setiap bontos kayu bulat contoh (Cohen, Manion,
& Morrison, 2011). Pengukuran diameter pohon dengan phiband juga tidak dapat dilakukan
hanya oleh satu orang, bahkan pada kondisi pohon dan topografi yang ekstrim diperlukan lebih
dari dua orang (Endom & Soenarno, 2016).
Pengukuran ini dilaksanakan pada seluruh pohon yang ada atau diukur penuh 100%,
pengukuran ini cukup berat dan melelahkan kemudian dilaksanakan pengukuran sebagian saja
dari populasi yang dikenal dengan pengambilan atau penarikan contoh, cara sampling ini
muncul setelah berkembangnya ilmu statistika sebagai cabang dari ilmu matematika terapan.
3
Pada pengukuran tinggi pohon, Tinggi pohon berdiri tidak selalu sama dengan panjang
pohon tersebut sesudah rebah. Tinggi pohon berdiri dimaksudkan sebagai panjang proyeksi
dari titik ujung pohon sampai ke tanah (Lembaga Penelitian IPB, 1985). Tinggi pohon
didefinisikan sebagai jarak atau panjang garis terpendek antara suatu titik pada pohon dengan
proyeksinya pada bidang datar. Istilah tinggi pohon hanya berlaku untuk pohon yang masih
berdiri sedangkan untuk pohon rebah digunakan istilah panjang pohon (Muhdin, 2003).
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
6
25 Sp 25 52 16,5 16,6
26 Sp 26 47 14,9 14,7
27 Sp 27 Batang bercabang 47 14,9 14,7
28 Sp 28 60 19,1 19
29 Sp 29 54 17,1 17
30 Sp 30 41 13 13
Rata-rata 25,58 25,23
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengukuran dan pengolahan data didapatkan rata-rata diameter sebesar 25cm
dengan pengukuran menggunakan pita keliling sebesar 25,58 dan phi band sebesar
25,23,angka tersebut hanya selisih sedikit saja yang artinya tingkat pertumbuhannya
relatif sama. Bila dilihat kondisi lapangan, selain tanaman yang sudah di ukur ada juga
beberapa pohon yang diameternya relatif besar. Marjenah (2001) menyatakan bahwa
salah satu faktor penentu pertumbuhan diameter yang ideal adalah jarak tanam.
Pertumbuhan diameter lebih cepat pada tempat terbuka dari pada tempat ternaung,
dapat dilihat pada hasil pengukuran yang telah kami ambil diatas. Kemudian
Bratawinata (1988) menyatakan, bahwa jarak tanam rapat memungkinkan terjadinya
persaingan antara tanaman yaitu persaingan dalam memperebut ruang tumbuh
(persaingan tajuk) untuk mendapatkan sinar matahari maupun persaingan dalam
memperebut unsur hara dan umumnya sering terjadi pada tanaman yang cepat tumbuh.
Hal ini sebenarnya berpengaruh positi terhadap pertumbuhan tinggi. Namun demikian
dengan jarak tanam yang lebar, terbuka lebar pula pertumbuhan gulma yang sangat
mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
Anonim (1986) menyatakan bahwa dalam satu tanaman sering terjadi persaingan antar
tanaman maupun antar tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air,
cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Selain itu dengan adanya tanaman lain yang
tumbuh (gulma) juga merusak secara fisik, karena ditemukan banyak tanaman pokok
yang patah. pengaturan jarak tanam yang tepat, akan memungkinkan laju pertumbuhan
tinggi tanaman menjadi maksimal, dalam hal pengaturan jarak tanam dimaksudkan
untuk memberi ruang tumbuh bagi tanaman, kemudian dengan menghilangkan
tanaman lain (gulma) akan mengurangi persaingan antara tanaman dalam mendapatkan
unsur hara, air, dan cahaya matahari serta mengurangi kerapatan antar tanaman
(Anonim, 2013).
Pada saat proses pengambilan data kami banyak menemukan pohon dengan diameter
yang kecil dan pohon yang diameternya berukuran besar sedikit yang ditemukan,
pohon dengan tinggi dan diameter besar cenderung tumbuh di pinggir pinggiran lahan.
Alat ukur yang kami gunakan saat praktikum ada dua macam diantaranya, Pita
diameter (phi band) Pita diameter biasa disebut juga phi band atau dapat pula dikenal
dengan nama pita keliling dengan fungsinya sebagai alat untuk mengukur diameter
ataupun keliling pohon. dengan ukuran lebar kurang lebih 12 mm. Selanjutnya ada pita
keliling, Pita keliling adalah pita yang skalanya menunjukkan keliling (K) batang
pohon. Rumus mencari diameter pohon adalah d=k/3,14.
dengan alat-alat yang berbeda-beda. Terdapat perbedaan hasil pengukuran seperti pada
pita ukur rata rata diameter pohon sebesar 25,58 dan pada phi band sebesar 25. Hal ini
biasa terjadi melihat dari kedua alat yang di pakai berbeda. sesuai dengan literature
(Suwardi2002)yang menyatakan Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kesalah-kesalahan dalam pengukuran, antara lain kesalah dalam melihat puncak pohon,
7
pohon yang diukur dalam keadaan tidak tegak, jarak antara pengukuran dan pohon
tidak tepat.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kelompok kami lakukan didapatlah hasil
pengukuran diameter pohon terbesar yaitu pada pohon Endospermum diadenum dengan
diameter 48 dan diameter pohon terkecil yaitu pada pohon Sp 30 dengan diameter 13.
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa pada pohon di sekitaran masjid jami’ mempunyai diameter rata rata 25,58
dan 25,23, adapun faktor yang menghambat kami dalam pengukuran diameter sehungga
kurang akurat yaitu Batang pohon tidak silindris atau terjadi benjolan sehingga pengukuran
menjadi bertambah besar, Terdapat banir cukup tinggi dan besar sehingga pengukuran
menjadi bertambah sulit dan menghasilkan ukuran agak jauh berbeda.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal baik tinggi maupun diameter diperlukan
kegiatan seperti memahami cara pengukuran diameter pohon dan tinggi pohon dan cara
menggunakan alat-alat inventarisasi hutan. Hal ini bertujuan untuk dapat menghindari
kesalahan-kesalahan pada saat pengukuran nantinya, sehingga data yang kita dapatkan tepat
dan akurat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Inventarisasi Hutan. http:// forester. Untad. Blogspot. Com/ 2013/01/
makalah-lengkapinventarisasi hutan.html.
Anonim. 1986. Dasar Umum Ilmu Kehutanan Buku II. Kegiatan Dalam Bidang Kehutanan
Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. Jakarta.
Anonim, 2013. Inventarisasi Hutan. http:// forester. Untad. Blogspot. Com/ 2013/01/
makalah-lengkapinventarisasi hutan.html.
Balenovic, I., Seletković, A., Pernar, R & Jazbec, A. 2015. Estimation of The Mean Tree Height
of Forest Stands by Photogrammetric Measurement Using Digital Aerial Images of
High Spatial Resolution. Ann. For. Res. 58(1): 125-143.
Endom, W., & Soenarno. (2016). Penyempurnaan alat ukur diameter pohon. Rencana
Penelitian dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan,
Bogor.
Huang, S., Price, D., and Titus, S.J. 2000. Development of ecoregion-based height-diameter
models for white spruce in boreal forests. Forest Ecology and Management 129, 125-
141.
Husch, B., Miller, C.I. and Beers, T.W. 1972. Forest Mensuration. Second Edition. The Ronald
Press Company. New York.
Ryan, K. (2015). Mengenal alat ukur diameter dan tinggi pohon. Laporan praktikum
Biometrika Hutan. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Wirakusumah,S. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas UI Press. Jakarta.
10
LAMPIRAN
2 Artocarpus Sp
3 Parkia speciosa
11
4 Sengon solomon
5 Eusideroxylon zwageri
6 Sp6
7 Gironniera nervosa
12
8 Alstonia scholaris
9 Swietenia macrophylla
10 Gmelina arborea
11 Scaphium
12 Eusideroxylon zwageri
13
13 Sp 13
14 Sp 14
15 Sp 15
16 Sp 16
14
17 Sp 17
18 Sp 18
19 Sp 19
20 Sp 20
15
21 Sp 21
22 Sp 22
23 Sp 23
24 Sp 24
16
25 Sp 25
26 Sp 26
27 Sp 27
28 Sp 28
17
29 Sp 29
30 Sp 30
Foto kelompok 8
18
19