Disusun Oleh:
ACARA I
BASAL AREA FAKTOR DAN N-TREE SAMPLING
I. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Diameter
Diameter Pohon adalah suatu ukuran dari hasil konversi keliling pohon
dalam satuan centimeter (cm) yang diambil pada posisi dengan ketinggian ±
130 cm dari atas permukaan tanah pada kondisi pohon normal atau tanpa banir
dengan tinggi di atas 130 cm. Dengan pengukuran diameter dapat diketahui
dari potensi tegakan suatu komunitas hutan. Besarnya diameter pohon
dipengaruhi kualitas tempat tumbuh dan usia dari pohon tersebut. Semakin
subur tempat tumbuh maka pertumbuhan pohon akan semakin baik, hal ini
ditunjukkan dengan besarnya ukuran diameter pohon tersebut. Demikian pula
pengaruh usia pohon dengan ukuran diameter pohon, semakin tua umur pohon
maka diameternya akan lebih besar (Susilowati, E. 2016).
Pengukuran diameter pohon dapat dilakukan dengan berbagai alat antara
lain garpu pohon dan pita keliling. Penggunaan alat yang berbeda dapat
menghasilkan pengukuran yang berbeda, dimana perbedaannya bisa nyata,
kurang atau tidsak nyata. Karena data yang digunakan adalah untuk keperluan
pengukuran pengukuran potensi hutan maka hendaknnya dipilih alat yang
ekonomis sehingga rasional untuk digunakan (Ipung dkk, 2021).
1.2 Basal Area
Basal Area adalah area penampang pohon setinggi dada, ini adalah cara
umum untuk menggambarkan kerapatan tegakan. Dalam pengelolaan hutan,
biasanya mengacu pada kayu yang dapat diperdagangkan dan diberikan per
hektare (Rahmadani dkk, 2021).
Basal Area adalah luas penampang pohon setinggi dada (1,3 m atau 4,5
kaki di atas tanah), ini adalah cara umum untuk menggambarkan kepadatan
tegakan. Dalam pengelolaan hutan, wilayah dasar biasanya mengacu pada kayu
yang dapat diperdagangkan dan diberikan per hektar. Dalam ekologi hutan,
area basal digunakan sebagai pengganti yang relatif mudah diukur dari total
biomassa hutan dan kompleksitas struktural dan perubahan area basal dari
waktu ke waktu merupakan indikator penting dari pemulihan hutan selama
sukses (Tato’Appi dkk, 2019).
Luas penampang batang atau batang tanaman pada umumnya dinyatakan
sebagai satuan persegi per satuan luat tempat tanaman itu tumbuh. Deksripsi
volumetrik ini merupakan perbandingan luas penampang pohon pada DBH
terhadap luas total dan disebut luas basal atau basal area. Untuk semak dan
herba, digunakan untuk menentukan fitomassa. Rumput, forb dan semak
biasanya diukur pada atau kurang dari 1 inci diatas permukaan tanah. Untuk
pohon luas penampang batang pohon dalam kaki persegi yang biasanya
diukur setinggi dada (4,5 di atas tanah) dan termasuk kulit kayu, biasanya
dihitung dengan menggunakan DBH atau dihitung melalui penggunaan
pengukur sudut faktor basal area atau faktor prisma (Nix, 2020).
1.3 Faktor-faktor Basal Area
BA (Basal Area) adalah ukuran kapasitas tegakan pohon tertentu untuk
meningkatkan pertumbuhan lingkaran tahun. Faktor-faktor pertumbuhan
lingkaran memiliki komponen genetik tetapi dipengaruhi oleh semua faktor
biotik, fisik dan kimia dalam lingkungan tertentu. Saat tegakan pohon
berkembang, Basal Area meningkat ketika mendekati stocking penuh, batas
atas hutan untuk menumbuhkan serat kayu. Pengukuran luas basal dapat
digunakan untuk menentukan kemampuan menumbuhkan spesies pohon hutan
yang terakumulasi di atas usia pohon dalam beberapa tahun. Seiring dengan
meningkatnya dari waktu ke waktu, pengukuran yang ditunjukkan pada grafik
pertumbuhan kurva menunjukkan perlambatan pertumbuhan sesuai dengan
grafik pertumbuhan dan hasil spesies. Penebangan kayu kemudian dibuat untuk
mengurangi Basal Area ke titik di mana pohon yang tersisa mendapatkan
kembali kemampuan untuk memaksimalkan pertumbuhan menuju produk
hutan yang terakhir, matang, dan berharga (Nix, 2020).
1.4 Bitterlich Stick
Pengambilan sampel penghitungan sudut dikembangkan oleh Walter
Bitterlich, seorang rimbawan Austria. Kadang-kadang juga disebut sebagai
pengambilan sampel titik, pengambilan sampel titik horizontal, pengambilan
sampel plot variabel, teknik penghitungan sudut, jelajah prisma, pengambilan
sampel pengukur sudut, dan pengambilan sampel Bitterlich stick. Ide untuk
menggunakan sub-petak bersarang diperkenalkan karena ingin mendapatkan
jumlah pohon yang seimbang disemua kelas dimensi, yaitu ingin memberikan
probabilitas seleksi yang lebih tinggi pada pohon-pohon yang lebih besar, yang
biasanya lebih sedikit di dalam suatu tegakan.
Meskipun terdengar rumit, namun teknik ini sangat sederhana; satu-
satunya perangkat yang dibutuhkan adalah perangkat yang menghasilkan sudut
bukaan yang pasti. Alat tersebut bisa berupa blitterlich stick atau alat lainnya.
Sambil berdiri di titik sampel dan mengarahkan stick ke lengan yang terentang
ke DBH pohon-pohon di sekitarnya lalu memutari sekitar 360° dan
menghitung semua pohon yang tampak lebih besar dari bitterlich stick. Maka
jelaslah bahwa pohon yang lebih besar memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk diambil sebagai pohon sampel. Dari penghitungan ini
mendapatkan estimasi luas basal area per hektar. Faktor kalibrasi ini juga
disebut faktor area basal (Mulyana dkk, 2018).
4. Dipilih dan dihitung standar deviasi dari jumlah data pohon yang in, dengan
rumus =STDEV(Data jumlah pohon yang in).
5. Dipilih dan dihitung rata-rata (mean) dari jumlah data pohon yang borderline,
dengan rumus =AVERAGE(Data jumlah pohon yang borderline).
6. Dipilih dan dihitung standar deviasi dari jumlah data pohon yang borderline,
dengan rumus =STDEV(Data jumlah pohon yang borderline).
10. Dipilih dan dihitung standar deviasi dari jumlah data pohon yang in, dengan
rumus =STDEV(Data jumlah pohon yang in).
11. Dipilih dan dihitung rata-rata (mean) dari jumlah data pohon yang borderline,
dengan rumus =AVERAGE(Data jumlah pohon yang borderline).
12. Dipilih dan dihitung standar deviasi dari jumlah data pohon yang borderline,
dengan rumus =STDEV(Data jumlah pohon yang borderline).
Belum Fix (N-tree Sampling)
1. Dicari nilai jari-jari plot dari pohon keenam dengan rumus =JD Pohon
Terjauh+(0.5*(Dbh Pohon terjauh/100))
3.5 Pembahasan
Pengukuran pohon yang dilakukan adalah menggunakan dua metode berbeda yaitu
metode N-tree Sampling dan metode Basal Area Factor (BAF). Pada metode N-Tree
Sampling mahasiswa menentukan pohon (6,8,10), artinya perlu untuk mencari 6 pohon
terdekat dari pohon 1 yang telah ditentukan oleh asisten praktikum dan mengukur jarak
datar masing-masing pohon serta diameter setinggi dada. Setelah keenam pohon telah
dilakukan pengukuran, mahasiswa kembali menentukan 2 pohon terdekat dan mengukur
diameter setinggi dada serta jarak datar. Hal yang sama juga dilakukan pada 2 pohon
terdekat selanjutnya.
Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada 3 areal yang berbeda (areal 1,3 dan 4) di
dapatkan masing-masing sebanyak 10 pohon tiap areal yang memiliki jarak datar dan
diameter yang bervariasi. Pada areal 1 titik pusat pohon bernomor 1 di dapatkan jarak datar
terjauh pada pohon bernomor 5 dengan jarak sejauh 13,7 m dan jarak datar terdekat berada
pada pohon bernomor 17 yakni sejauh 6,10 m. Adapun nilai diameter terbesar dimiliki oleh
pohon bernomor 7 dengan diameter 42,8 cm dan diameter terkecil dimiliki oleh pohon
bernomor 18 dengan diameter 22,2 cm. Pada areal 3 menggunakan titik pusat dengan pohon
bernomor 14 di dapatkan jarak datar terjauh berada pada pohon bernomor 7 sejauh 9,10 m
sedangkan jarak terdekat adalah pohon bernomor 9 sejauh 4,4 m. Adapun nilai diameter
terbesar dimiliki oleh pohon bernomor 8 dengan diameter 38,2 cm dan diameter terkecil
adalah pohon bernomor 10 yaitu 22,6 cm. Areal 4 titik pusat pohon bernomor 6 di dapatkan
jarak datar terjauh adalah pohon yang bernomor 17 dengan jarak sejauh 15,10 m dan jarak
datar terdekat adalah pohon yang bernomor 7 yaitu 2,3 m. Sedangkan diameter terbesar
berada pada pohon bernomor 10 dengan diameter 35,8 cm dan diameter terkecil pohon
bernomor 25 yang memiliki ukuran 21,2 cm.
Berbeda dengan pengukuran pohon dengan metode Basal Area Factor (BAF),
pengukuran dilakukan menggunakan alat bitterlich yang memiliki 4 buah BAF, Setiap BAF
digunakan bergilir dimulai dari BAF 1. Pohon in adalah pohon yang ukurannya lebih besar
dari sudut pengukuran yang terbentuk oleh tongkat bitterlich, sedangkan pohon borderline
adalah pohon yang tepat berada pada sudut pengamatan.
Dari hasil pengukuran yang di lakukan di areal 1, 3 dan 4 didapatkan jumlah pohon in pada
areal 1 sebanyak 19 pohon, sedangkan jumlah pohon borderline didapatkan sebanyak 20
pohon. Pada areal 3 jumlah pohon yang in sebanyak 44 pohon, dan pohon borderline
sebanyak 41. Adapun di areal 4 jumlah pohon in sebanyak 24 dan pohon borderline sebanyak
16. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar nilai BAF, maka jumlah pohon
in semakin sedikit sedangkan jumlah pohon borderline semakin banyak.
BAF adalah ukuran kapasitas tegakan pohon tertentu untuk meningkatkan
pertumbuhan cincin tahunan. Seiring dengan berkembangnya tegakan pohon, BA meningkat
seiring mendekati penebaran penuh, yaitu batas atas hutan untuk menumbuhkan serat kayu
yang semakin meningkat. Pengukuran luas bidang dasar dapat digunakan untuk menentukan
kemampuan suatu lokasi untuk menumbuhkan spesies pohon hutan yang terakumulasi
sepanjang umur pohon dalam beberapa tahun. Pemanenan kayu kemudian dilakukan untuk
mengurangi BAF sampai pada titik di mana pohon-pohon yang tersisa mendapatkan kembali
kemampuan untuk memaksimalkan pertumbuhan menuju hasil hutan akhir yang matang dan
bernilai.
Berdasarkan hasil pengolahan data BAF yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata
pohon in sebesar 5,7 dengan standar deviasi sebesar 2,6 sedangkan pohon kategori borderline
sebesar 6,8 dengan standar deviasi sebesar 3,9. Adapun basal area per Ha diperoleh nilai rata-
rata sebesar 19,5 dengan standar deviasi sebesar 8,8. Sedangkan pada pengolahan data N-
Tree Sampling, data pohon yang di olah adalah 6 pohon terdekat dari titik pusat dengan
mencari nilai jari jari dari pohon keenam (m), dbh^2 (m^2), luas plot contoh (m^2), jumlah
bidang dasar per hektare (m^2ha), luas bidang dasar tegakan per hektare(m^2ha), dan jumlah
batang pohon per Ha.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Metode N-Tree sampling digunakan untuk mengetahui jarak datar antara 10
pohon terdekat dengan titik pusat pohon menggunakan alat yaitu meteran dan
mengukur diameter pohon menggunakan phiband .
2. Untuk menentukan sampling pohon termasuk kategori in atau borderline dapat
diduga dengan metode Basal Area Factor (BAF) yang dilakukan menggunakan
alat yaitu bitterlich.
3. Pengolahan data dari hasil pengukuran N-Tree sampling dan pendugaan Basal
Area Factor (BAF) dapat diolah menggunakan Microsoft Excel agar
mendapatkan data yang dapat mensubstitusikan stabilitas pohon pohon
pada area tersebut.
5.2 Saran
Dalam menjalankan praktikum kali ini diperlukan ketelitihan dan kefokusan
praktikan dalam pengukuran metode N-Tree Sampling dan metode basal area factor
agar hasil data yang dari titik pusat pencarian jarak datar pohon in dan borderline
dapat diolah dengan benar dan baik, serta praktikan dapat lebih memperhatikan
dalam mencari jarak datar dan diameter pohon diharapkan praktikan berikutnya
dapat lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan pengambilan sempel.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengukuran Jarak Datar Lampiran 2. Pengkuran Diameter Pohon
Menggunakan Meteran dengan Metode N- Tree Menggunakan Phiband
Sampling. ( format text )
BIBLIOGRAPHY Ipung, D. R. (2021). Tingkat Akurasi Dan Efisiensi Pengukuran Diameter Pohondengan
Alat Ukur Sederhana. 122-128.
Mardiatnoko, d. (2020, Januari 28). Jenis-Jenis Alat Ukur Diameter Pohon. Retrieved from
zegahutan.com:
Rizkiana, R. (2022, Juni 30). Inventarisasi Hutan: Pengertian, Ruang Lingkup, Hierarki,
Tujuan, Metode, Teknik Sampling. Retrieved from lindungihutan.com:
Rohmadi, S. d. (2021). Variasi Umur Tanaman Reklamasi Terhadap Struktur dan Komposisi
Vegetasi di Areal Reklamasi Tambang PT Kideco Jaya Agung, Paser, Kalimantan
Timur. ilmu lingkungan, 13-21.
Saputra. (2019, April 24). Pengertian dan Fungsi Roll meter. Retrieved from furnitur.ac.id:
Tato'Appi, dkk. (2019). Penentuan Model samaan Regresi Alometrik Terbaik Untuk
Menduga Biomassa Pohon Cempaka (Elmerrillia ovalis) Di Kecamatan Tareran
Kabupaten Minahasa Selatan. . Matematika dan aplikasi, 67-75.