Anda di halaman 1dari 38

INVENTARISASI HUTAN DI KESATUAN

PENGELOLAAN HUTAN: METODE


INVENTARISASI
KULIAH INVENTARISASI HUTAN
SEMESTER GENAP 2020/2021
YUDHISTIRA ORA
DASAR HUKUM
• UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 13
• Peraturan Direktur Jenderal Planologi dan Tata Lingkungan Nomor:
P.1/PKTL/IPSDH/PLA.1/1/2017 tentang Petunjuk Teknis Inventarisasi
Hutan di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) – WAJIB DOWNLOAD
• JADI YANG DIJELASKAN DI SINI ADALAH INVENTARISASI
BERDASARKAN PETUNJUK DI ATAS.
PENGERTIAN
• Inventarisai hutan/forest inventory merupakan kegiatan
mengumpulkan informasi tentang potensi/kekayaan hutan
• Menurut Perdirjen Planologi dan Tata Lingkungan Nomor:
P.1/PKTL/IPSDH/PLA.1/1/2017 : inventarisasi hutan merupakan
rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui dan
memperoleh data dan informasi tentang sumber daya, potensi
kekayaan alam hutan, serta lingkungannya secara lengkap.
• Istilah lainnya untuk inventarisasi hutan tetapi mempunya cakupan
yang lebih sempit adalah risalah hutan, timber cruising, timber
estimation
TUJUAN INVENTARISASI HUTAN
• Untuk mengetahui kekayaan yang terkandung dalam hutan (Simon,
2007).
• Untuk bahan penyusunan rencana pengelolaan hutan dan tata hutan,
proses pengukuhan kawasan hutan, penyusunan neraca sumberdaya
hutan dan penyusunan system informasi kehutanan.
• Inventarisasi hutan pada KPHL dan KPHP dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi tentang potensi (flora, fauna, jasa
lingkungan), karakteristik, bentang alam, serta informasi lainnya.
RUANG LINGKUP/ELEMEN INVENTARISASI
HUTAN
1. Keadaan hutannya sendiri.
2. Keadaan lahan hutan
3. Keterangan lain
Keadaan hutannya sendiri:
• Luas areal
• Jenis dan komposisi
• Persebaran diameter pohon
• Keadaan pertumbuhan
• Kerapatan atau kerapatan bidang dasar
• Sistem permudaan
• Kualitas tegakan
• Keadaan tumbuhan bawah
Keadaan lahan hutan:
• Topografi
• Jenis dan sifat tanah
• Geologi/batuan
• Air tanah
• Iklim
• Dan sebagainya
Keterangan lain
• Elemen-elemen di luar hutan yang ikut mempengaruhi nilai dan
kualitas hutan
• Aksesibilitas
• Kondisi social ekonomi masyarakat di sekitar hutan
• Pola penggunaan lahan.
APA ITU KPH?
• Dalam rangka terselenggaranya pengelolaan hutan secara efisien dan
lestari, seluruh wilayah kawasan hutan di Indonesia terbagi dalam unit-unit
kesatuan pengelolaan hutan (KPH) yang pembentukannya didasarkan atas
kriteria kepastian kawasan, kelayakan ekologi, kelayakan pengembangan
kelembagaan dan pemanfaatan hutan dari suatu wilayah pengelolaan
hutan.
• Suatu wilayah KPH dapat meliputi lebih dari satu fungsi pokok kawasan
hutan yang penamaannya didasarkan atas luasan fungsi hutan yang
dominan, sehingga terdapat tiga macam wilayah kesatuan pengelolaan
hutan yaitu KPH Lindung (KPHL), KPH Produksi (KPHP) dan KPH Konservasi
(KPHK).
• KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) adalah wilayah pengelolaan hutan
sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien
dan lestari.
KEGIATAN PENGELOLAAN HUTAN DI KPH
1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
2. Pemanfaatan hutan
3. Penggunaan kawasan hutan
4. Rehabilitasi dan reklamasi hutan
5. Perlindungan hutan dan koservasi alam
Untuk kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
di KPH, diperlukan data dan informasi tentang potensi dan keadaan
hutan.
Data tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan inventarisasi hutan.
Inventarisasi hutan di wilayah KPH dilakukan di KPHP dan KPHL
SASARAN INVENTARISASI DI KPH
• Flora (tumbuhan)
• Fauna dan Jasa lingkungan
• Sosial Ekonomi Masyarakat di dalam dan di sekitar KPH
METODE INVENTARISASI DI KPH
• Jenis Data
• Metode Inventarisasi
• Pengolahan Data
JENIS DATA
1. Data Primer
Data yang diperoleh melalui pengamatan lapangan atau survei
secara terestris
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
seperti buku, laporan, dokumen, peta, arsip
Data Primer:
• Potensi flora (kayu, non kayu seperti rotan, bambu, dsb)
• Potensi fauna (nama spesies dan jumlah
• Potensi jasa lingkungan (sumber air, panas bumi, obyek wisata, dll
Data sekunder:
• Status dan fungsi serta luas kawasan hutan
• Perizinan di dalam kawasan hutan (diperoleh dari Peta Pemanfaatan
Hutan yang memuat adanya ijin IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, HKm, dll)
• Penutupan lahan
• Jenis tanah, kelerengan lahan/topografi
• Iklim
• Hidrologi
• Tata air
• Potensi fauna dan jasa lingkungan
METODE INVENTARISASI
1. Inventarisasi Flora
2. Inventarisasi fauna dan jasa lingkungan
Inventarisasi Flora
• Inventarisasi pohon untuk menghitung volume kayu (dilakukan di
tegakan/hutan tanaman dan hutan alam)
• Analisis vegetasi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan
(dilakukan di hutan alam)
Inventarisasi Pohon/Tegakan
Desain Sampling:
• Stratified systematic sampling with random start
• Areal hutan yang akan diinventarisasi distratifikasi/dikelompokkan
berdasarkan penutupan lahan (hutan lahan kering primer, hutan rawa,
hutan tanaman, dsb).
• Intensitas sampling sebesar 0,056% dengan jarak antar plot sejauh 3 m x 3
m
• Pengalokasian jumlah plot sampling ke dalam masing-masing stratum
dilakukan secara proporsional yaitu alokasi jumlah plot sampling
mempertimbangkan ukuran stratum.
• Stratum yang besar diberi alokasi jumlah plot sampling yang besar pula.
• Jumlah plot sampling yang dialokasikan untuk setiap stratum (ni)
ditentukan degan rumus:

dimana:
• ni = jumlah plot sampling pada suatu stratum
• Ni = luas areal suatu stratum
• N = luas total areal yang akan diinventarisasi
• n = jumlah total plot sampling
Desain plot sampling
• Plot inventarisasi hutan pada hutan lahan kering berupa klaster
berbentuk persegi dengan ukuran 100 m x 100 m
• Di dalam klaster terdapat plot berbentuk lingkaran sebanyak 5 buah
yang ditempatkan pada setiap sudut klaster dan di tengah klaster
dengan masing-masing luas plot 0,1 ha (jari-jari = 17,8 m) sehingga
luas satu klaster adalah 0,5 ha.
• Sedangkan pada hutan rawa dan hutan mangrove ukuran klaster
adalah 50 m x 50 m dengan luas dan penempatan plot sama dengan
di hutan lahan kering.
Pada masing-masing plot lingkaran ukuran 0,1 ha (jari-jari = 17,8 m) dibuat lagi
beberapa subplot pengamatan berbentuk lingkaran dengan ukuran sebagai berikut:
• Sub plot jari-jari 1 m untuk pengamatan tingkat semai yaitu permudaan pohon
dengan tinggi < 1,5 m.
• Sub plot jari-jari 2 m untuk pengamatan tingkat pancang yaitu permudaan pohon
dengan tinggi tinggi = 1,5 m tetapi dbh (diameter at breast height) < 5 cm.
• Sub plot jari-jari 5 m untuk pengamatan tingkat tiang yaitu pohon dengan dbh = 5
cm sampai dengan < 20 cm kecuali untuk hutan mangrove ukuran tiang adalah
dbh = 5 cm sampai dengan < 10 cm.
Pada plot ini juga diamati rotan muda (belum siap panen) yaitu rotan yang
mempunyai panjang batang dari leher akar ke daun hijau pertama (bebas
pelepah) < 3 m.
• Sub plot jari-jari 10 m untuk pengamatan hasil hutan bukan kayu seperti rotan
dewasa (siap panen) yang mempunyai panjang batang = 3 m, bambu, dan sagu,
dll.
• Sub plot jari-jari 17,8 m untuk pengamatan pohon yang mempunyai dbh = 20 cm
kecuali untuk hutan mangrove dbh = 10 cm.
Metode Inventarisasi Fauna dan Jasa
Lingkungan
Pengolahan Data
Parameter-parameter yang akan diolah dan dihitung datanya adalah:
1. Pengelompokkan Jenis Kayu
2. Perhitungan Volume Kayu
3. Perhitungan potensi tegakan
4. Analisis vegetasi
Pengelompokkan jenis kayu:
Perhitungan volume pohon:
• Rumus:
Perhitungan potensi tegakan:
1. Volume rata-rata setiap stratum:

2. Volume rata-rata seluruh populasi


3. Varians volume rata-rata untuk setiap stratum

4. Varians rata-rata seluruh populasi


Analisis vegetasi
Analisis Data

1. Analisis Potensi Flora


2. Analisis potensi fauna
3. Analisis potensi jasa lingkungan
Analisis Potensi Flora

Anda mungkin juga menyukai