Anda di halaman 1dari 6

Enumerasi TSP/PSP

A. Latar belakang
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting didalam kehidupan
manusia. Berbagai fungsi hutan diantaranya sebagai pengatur tata air, pengawetan tanah, pelestarian flora
dan fauna, sumber plasma nutfah dan lain sebaginya. Oleh karena itu hutan perlu dilindungi,
dimanfaatkan dan dikelola secara optimal dan lestari.

Enumerasi TSP/PSP merupakan kegiatan Inventarisasi Hutan Nasional (NFI) yang sejak tahun 1990/1991
sudah dilakukan kegiatan Enumerasi TSP/PSP pada klaster yang mempunyai jarak antara satu klaster
dengan klaster lainnya sejauh 20 x 20 Km pada hutan rawa dan hutan pegunungan dibawah 1000 m dari
permukaan laut (dpl) dan 5 x 5 Km pada hutan mangrove. Yang selanjutnya mulai tahun 1995/1996
sampai dengan tahun 2006 telah dilaksanakan tahap Re-enumerasi. Kemudian dengan perkembangan
yang ada maka pada tahun 2006 Departemen Kehutanan melalui Badan Planologi Kehutanan telah
melakukan Redesain Lokasi Enumerasi PSP/TSP dengan perapatan klaster yang masuk
dalam kawasan/kelompok hutan dengan jarak menjadi 10 x 10 Km dan 5 X 5 Km pada seluruh Kawasan
Hutan dengan penutupan lahan berupa hutan pada ketinggian di bawah 1.000 m dpl serta pada setiap
kelompok hutan minimal terwakili 9 ( sembilan ) klaster. Hal tersebut di atas dimaksudkan untuk
mendapatkan data mengenai kondisi hutan yang lebih baik dan detail sehingga dapat diketahui keadaan
vegetasi yang ada didalam suatu kawasan/kelompok hutan dalam rangka untuk mengetahui
perkembangan dan potensi hutan.

Pelaksanaan Enumerasi TSP/PSP dilakukan terhadap klaster yang lama maupun baru bertujuan untuk
mendapatkan data yang lebih akurat dan up to date sebagai acuan dalam rangka penyusunan Neraca
Sumber Daya Hutan dan Statistik Kehutanan di Indonesia

B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan Enumerasi PSP/TSP untuk mendapatkan data dan informasi mengenai
keadaan penutupan lahan hutan,luas, lokasi, taksiran potensi, distribusi jenis, keanekaragaman hayati,
perubahan penggunaan lahan serta informasi geografis (Topografi, Assesibilitas, Pola Aliran) dalam
rangka menyusun rencana pengelolaan hutan yang optimal dan lestari.

C. Pemilihan Lokasi Klaster


Enumerasi TSP/PSP dilaksanakan pada seluruh kawasan hutan/kelompok hutan yang masih berpenutupan
lahan hutan dimana untuk setiap kelompok hutan minimal diwakili 9 (sembilan ) klaster. Metode yang
digunakan dalam pelaksanaan enumerasi TSP/PSP adalah metode “Single Stage ” dengan petak contoh
berupa klaster yang disebar secara sistematis pada kisi 10 x 10 km pada hutan Rawa dan Pegunungan
dengan ketinggian dibawah 1000 m dari permukaan laut (dpl) dan 5 x 5 km pada hutan mangrove. Tiap
klaster tersebut terdiri dari 9 tract (plot) dengan ukuran 100 x 100 m, masing-masing tract ber jarak 500 m
dalam pola segi empat (kisi 500 x 500 m). Tract yang terletak ditengah adalah tract nomor 5 dengan sudut
barat daya sebagai titik sub plot 5/1 dan merupakan pusat klaster yaitu terletak pada koordinat UTM
sesuai Grid peta Re-desain. Tract ini selain sebagai Plot TSP juga merupakan Plot PSP.

Masing-masing tract TSP terdiiri dari 8 sub plot yang berjarak 50 m mengelilingi batas tract dengan
penomoran dimulai dari sudut barat daya terus memutar searah jarum jam, dimana pada tiap titik 50 m
tersebut dijadikan titik sub plot 1 – 8, sedangkan plot PSP terdiri dari 16 Record unit, masing-masing
berukuran 25 x 25 m bujur sangkar. Dengan pola percontohan semacam ini berarti besarnya intensitas
sampling yang digunakan 0,09% untuk klaster pada kisi grid peta 10 x 10 km dan 0,36% untuk klaster
pada kisi grid peta 5 x 5 km. Skets bentuk dan letak klaster, teknik perpindahan antara tract, serta cara
pembuatan dan cara pencapaian antara Petak dan Sub Petak pada klaster tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

D. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan melalui hasil pengukuran di lapangan meliputi :

1. Data koordinat titik ikatan dan pusat klaster

2. Data saksi-saksi kedudukan titik ikatan dan pusat klaster

3. Data dan informasi vegetasi sepanjang garis ikatan

4. Data deskrispi lahan sekitar lokasi klaster

5. Parameter yang diamati/diukur yaitu :

a. Tingkat pohon di TSP : jenis, jumlah, diameter setinggi dada (1,30 m) atau 20 cm di atas banir, tinggi
bebas cabang, tinggi banir dan penilaian pohon. Penentuan pohon yang masuk diukur berdasarkan BAF
4

b. Tingkat pohon di PSP : jenis, jumlah, diameter setinggi dada (1,30 m) atau 20 cm di atas banir dan 2,2
m di atas banir (untuk pohon yang berbanir di atas 1,30 m), tinggi bebas cabang, tinggi sampai puncak
tajuk, tinggi banir, penilaian pohon, pemetaan pohon (diukur azimut dan jarak dari pusat RU) ditambah
data kelas pohon. Kelas tajuk dan posisi tajuk dari sinar matahari) Didata dan diukur secara sensus pada
setiap Record Unit (RU).

c. Tingkat poles di TSP maupun PSP : jenis, jumlah, diameter setinggi dada dan kualitas poles, khusus di
PSP dipetakan (diukur jarak dan azimuthnya dari pusat RU). Didata pada radius 5 m.

d. Tingkat Sapling di TSP maupun PSP : jenis dan jumlahnya, Didata pada radius 2 m.

e. Tingkat Seedling di TSP maupun PSP : jenis dan jumlahnya, Didata pada radius 1 m.

f. Rotan anakan di TSP maupun PSP : jenis dan jumlahnya, Didata pada radius 5 m.

g. Rotan Dewasa di TSP maupun PSP : jenis dan jumlahnya, , diameter minimum, diameter maximum
dan diameter rata-rata serta panjang rata-rata. Didata pada radius 10 m.
h. Bambu di TSP maupun PSP dicatat menurut jenis dan rumpun,. Untuk setiap rumpunnya dihitung
jumlah batang, jumlah tonggak yang masih hidup. Hanya bambu yang berukuran minimal panjang 5 m
dan diameter minimal 2,5 cm yang dicatat, didata pada radius 10 m. Khusus di PSP diukur jarak dan
azimuthnya (dipetakan) dan pada TSP Sub Plot 1,3,5 dan 7 dilakukan penimbangan bambu contoh.

Untuk data penunjang lainnya (data sekunder) dikumpulkan melalui hasil wawancara maupun pustaka

E. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan diolah dengan cara tabulasi, rumus dan perhitungan
statistik. Adapun tahapan pengolahan sebagai berikut :

a. Menghitung Luas Bidang Dasar Tiang

LBDSV = ¶ / 4 . D² .

Dimana :

LBDS = Luas Bidang Dasar

¶ = 3.14

D = Diameter (m)

b. Menghitung Volume Pohon

V = ¶ / 4 . D² . H . F

Dimana :

LBDS = Luas Bidang Dasar

V = Volume (m³)

D = Diameter (m)

H = Tinggi batang (m)

F = Faktor Bentuk Pohon = 0,7

Jumlah Individu dari suatu jenis

c. Kerapatan (K) = ----------------------------------------------

Luas seluruh Petak (Ha)

Kerapatan dari suatu jenis

d. Kerapatan Relatif (%) (KR) = ------------------------------------- x 100


Kerapatan dari seluruh jenis

Jumlah Petak Ukur ditemukan suatu jenis

e. Frekuensi (F) = -------------------------------------------------------

Jumlah Seluruh Petak Ukur

Frekuensi dari suatu jenis

f. Frekuensi Relatif (%) (FR) = ------------------------------------------ x 100

Frekuensi dari seluruh jenis

Jumlah Luas Bidang Dasar Suatu Jenis

g. Dominasi (D) = -------------------------------------------------------

Luas Seluruh Petak Ukur (Ha)

Dominasi dari suatu jenis

h. Dominasi Relatif (%) (DR) = -------------------------------------------- x 100

Dominasi dari seluruh jenis

i. Indek Nilai Penting (%) (INP) = KR + FR + DR

Dimana :

Luas seluruh Petak untuk :

- Tingkat Anakan ( Seedling) = 0.005024 Ha (Jari-jari lingkaran Tingkat Anakan = 1m)

- Tingkat Pancang ( Sapling) = 0.020096 Ha (Jari-jari lingkaran Tingkat Anakan = 2m)

- Tingkat Tiang ( Poles) = 0.1256 Ha (Jari-jari lingkaran Tingkat Anakan = 5m)

- Tingkat Pohon ( Trees) = 1 Ha (Seluruh Petak Contoh)

Jumlah Petak Ukur = 16 Record Unit.


Re-Enumerasi PSP

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan lembaran Negara Nomor 44), bahwa Gubernur
menetapkan pedoman Inventarisasi hutan berdasarkan Kriteria dan Standar Inventarisasi hutan yang
ditetapkan Menteri, sebagai acuan pelaksanaan Inventarisasi hutan. Undang-Undang No.41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, menyatakan bahwa Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut
dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan
dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan
adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap dan Pasal 29 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 44
tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, pasal 3 ayat (1) untuk mengetahui data dan informasi tentang
sumber daya, potensi kekayaan alam hutan serta lingkungannya secara lengkap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), yang terdiri dari Inventarisasi hutan tingkat Nasional, Inventarisasi hutan tingkat Wilayah,
Inventarisasi hutan tingkat Daerah Aliran Sungai dan Inventarisasi hutan tingkat unit pengelolaan.

Pengurusan Hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya serta untuk kemakmuran
rakyat yang meliputi kegiatan penyelenggaraan perencanaan kehutanan, yaitu Inventarisasi Hutan,
Pengukuhan Kawasan Hutan, Penatagunaan Kawasan Hutan, Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
dan Penyusunan Rencana Kehutanan. Perencanaan Kehutanan dilaksanakan secara transparan,
bertanggung gugat, partisipatif, terpadu serta memperhatikan kekhasan dan aspirasi daerah.

Inventarisasi Hutan dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber
daya, potensi kekayaan alam, serta lingkungannya secara lengkap dilakukan dengan survey mengenai
status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar
hutan yang hasilnya dipergunakan sebagai dasar pengukuhan kawasan hutan, penyusunan neraca sumber
daya hutan, penyusunan rencana kehutanan dan sistem informasi kehutanan. Sesuai Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.6/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tanggal 29 Januari 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemantapan Kawasan Hutan, sebagai Unit Pelaksana Teknis
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan di daerah melakukan Penyajian Data dan
Informasi Pemanfaatan Kawasan Hutan serta Penyajian Data Informasi Sumber Daya Hutan untuk
memberikan pelayanan data dan informasi kepada stakeholder dan para pengguna data lainnya.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Kegiatan Enumerasi klaster TSP dan PSP dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi langsung
terhadap kondisi hutan, pertumbuhan anakan (seedling), sapihan (sapling), tiang (poles),
pohon (trees) kematian dan tingkat kerusakannya, distribusi jenis seperti bambu, rotan dan hasil hutan
non kayu lainnya, kondisi lahan seperti ketinggian, kategori lahan, tipe hutan, kondisi tegakan, tahun
tebangan, hamparan, kelerengan, aspek dan lain-lainnya.

2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan Enumerasi ini adalah pengambilan data keadaan hutan sebagai bahan informasi dan
masukan untuk pengambilan keputusan dan kebijakan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan hutan
yang optimal dan lestari.

Anda mungkin juga menyukai