Anda di halaman 1dari 141

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG

KPHP UNIT VII


PADA UPT KPH WILAYAH LANDAK
PERIODE 2020 - 2029
LUAS 101.086 ha

DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP)


KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)
UNIT VII
PADA UPT KPH WILAYAH LANDAK
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
PERIODE 2020 - 2029

Disusun oleh:
Kepala UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Landak

Ir. BURHANUDIN
NIP. 19670721 199403 1 006

Diketahui:
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Kalimantan Barat

Ir. ADI YANI, M.H


NIP. 19670930 199403 1 011

Disahkan di : Jakarta

Tanggal :

An. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTUR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG

Ir. DRASOSPOLINO, M.Sc.


NIP. 19640907 199102 1 002

ii
PETA SITUASI
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat

iii
RINGKASAN EKSEKUTIF

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah Landak Unit VII Tahun
2020-2029 ini merupakan garis-garis besar kegiatan yang diturunkan dari TUPOKSI
Pengelola KPH Wilayah Landak Unit VII. Ruang lingkup kegiatannya difokuskan pada:
inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataan hutannya, pemanfaatan hutan pada
wilayah tertentu, pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan pemanfaatan
hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal yang berizin, rehabilitasi pada areal kerja
di luar ijin, pembinaan dan pemantaun rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal yang
berizin, rencana penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, rencana
penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, koordinasi dan sinergi
dengan instansi dan stakeholder terkait, rencana penyediaan dan peningkatan kapasitas
SDM, pengembangan database, rencana rasionalisasi wilayah kelola, review rencana
pengelolaan dan pengembangan investasi.

Visi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah: “Terwujudnya
Kemandirian UPT KPH Wilayah Landak Melalui Pengelolaan Hutan Lestari”.
Sedangkan Misi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang masih perlu
dikembangkan sejalan dengan perubahan waktu, situasi dan kondisi, serta perlu
dikomunikasikan secara baik dengan parapihak diantaranya yaitu: 1) Pemantapan kawasan
hutan melalui tata batas; 2) Penguatan kelembagaan KPH melalui peningkatan dan
pengembangan SDM serta sarana dan prasarana; 3) Melakukan percepatan rehabilitasi pada
kawasan prioritas seluas ±20.223 ha; 4) Meningkatkan kelembagaan dan kapasitas
masyarakat dalam aspek akademis, teknis dan profesionalisme dengan dedikasi tinggi dalam
mengelola dan memanfaatkan hutan lahan kering; 5) Membentuk Lembaga Masyarakat
Peduli Api, Kelompok Tani Hutan dan Brigade Dalkarpamhut yang tersebar merata di seluruh
wilayah pengelolaan Unit KPH; 6) Mendorong peningkatan produksi komoditi kehutanan
pada Blok Blok Pemberdayaan Masyarakat dan Blok Pemanfaatan HHK-HT; 7) Melaksanakan
pengelolaan hutan produksi dan hutan lindung di tingkat tapak secara berkelanjutan,
sebagai sumber penghidupan bagi kesejahteraan masyarakat, yang berbasis Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan.

Adapun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak periode tahun 2020-2029 terdiri dari beberapa kelompok kegiatan sebagai
berikut:

1. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutan, meliputi kegiatan :


a. Inventarisasi potensi berkala (Inventarisasi Potensi Kayu berkala, Inventarisasi
Satwa, Inventarisasi Non Kayu, Inventarisasi Jasa Lingkungan berkala, Identifikasi
Potensi PES (Payment enviromental service) serta Inventarisasi Sosial Budaya
berkala.

iv
b. Penataan hutan (Penataan batas luar blok pada blok inti dan blok perlindungan;
Penataan batas fungsi kawasan dan Penataan batas luar wilayah tertentu.
2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu; meliputi kegiatan budidaya Jengkol budidaya
Petai lokal; budidaya Kenari; dan budidaya Serai Wangi dan tanaman pendukung
ketahanan pangan.
3. Pemberdayaan masyarakat; meliputi kegiatan : a) Sosialisasi core business KPH, b)
Fasilitasi pembentukan KTH, c) Pelatihan Budidaya Jengkol, Petai, Kenari dan Serai
Wangi dan tanaman pendukung ketahanan pangan, d) Pembuatan Persemaian Semi
Permanen untuk Komoditi KPH, e) Pelatihan pengolahan dan pemasaran produk hutan,
f) Pendampingan program Perhutanan Sosial, serta g) Pembuatan Demplot Agroforestry
pada areal kerja yang rawan konflik dan rawan kebakaran hutan lahan.
4. Pembinaan dan pemantauan hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal berizin;
meliputi kegiatan: a) Pembinaan terhadap pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan dan b) Pemantauan pelaksanaan kegiatan terhadap pemegang izin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
5. Rehabilitasi pada areal di luar izin; meliputi kegiatan : a) Groundcheck Lokasi Prioritas
RHL, dan b) Monitoring dan Evaluasi Rehabilitasi.
6. Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan reklamasi dalam areal yang berizin;
meliputi kegiatan: a) Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
pada IUPHHK-HTI secara periodik dan b) Pemantauan hasil pelaksanaan dari kegiatan
rehabilitasi yang dilakukan oleh pemegang IUPHHK-HTI.
7. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam; kegiatan perlindungan
hutan meliputi: a) Pembentukan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan PAMHUT,
b) Pembangunan menara pantau untuk pengamatan satwa dan kontrol karhutla, c)
Pembuatan papan himbauan peringatan tidak membakar hutan dan lahan, d)
Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan Hutan, e)
Pelatihan MPA, f) Patroli pencegahan dan pemadaman awal kebakaran hutan dan lahan,
h) Pemeliharaan dan operasional sarana prasarana kebakaran, i) Pembuatan Demplot
Agroforestry pada wilayah kerja Rawan Konflik dan Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan.
Kegiatan konservasi alam meliputi: a) Identifikasi dan Pemetaan Kawasan HCVF, b)
Pengelolaan Kawasan HCVF, c) Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Kawasan HCVF, d)
Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pelestarian flora dan fauna yang dilindungi,
e) Pembuatan papan himbauan peringatan pelarangan perburuan satwa liar dilindungi,
f) Perlindungan dan Insentif Tegakan Unggulan Lokal pada Daerah Penyangga Kawasan
TAHURA Pandan Puloh, g) Restorasi Ekosistem Gambut .
8. Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin meliputi: a)
Kerjasama Konservasi Satwa, b) Kerjasama Perlindungan Hutan, c) Kerjasama
Peningkatan SDM/IPTEK, d) Kerjasama Pemberdayaan Masyarakat;
9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, meliputi: a) Inventarisasi
Berkala Wilayah Kelola, b) Pemanfaatan Hutan pada WT, c) Pemberdayaan Masyarakat,

v
d) Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan penggunaan Kawasan Hutan
pada Areal yang Berizin, e) Rehabilitasi pada Areal di Luar Izin, f) Pembinaan dan
Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam Areal Berizin, g) Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam, h) Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM, dan i)
Penyediaan Pendanaan;
10. Rencana Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM; meliputi kegiatan a) Peningkatan
kapasitas SDM, dan b) Penyediaan SDM.
11. Pengembangan Database; meliputi kegiatan : a) Data Baseline Survey Kondisi Biofisik,
b) Data Baseline Survey Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya, c) Baseline HHK dan
HHBK, d) Pengelolaan Database Berbasis Digital.
12. Rencana rasionalisasi wilayah kelola, meliputi: a) Tata Batas Kawasan pada Areal di
dalam Izin Konsesi, b) Tata Batas Kawasan pada Areal di Luar Izin Konsesi; c)
Identifikasi dan Inventarisasi Potensi Pada WT.
13. Review Rencana Pengelolaan, meliputi: a) Evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan, b)
Penyusunan rencana kegiatan review rencana pengelolaan, c) Penyiapan personil,
bahan dan peralatan untuk kegiatan review rencana pengelolaan, d) Pelaksanaan
Review, dan e) Perbaikan Dokumen.
14. Pengembangan investasi, meliputi kegiatan: a) Pengembangan Investasi pada Produksi
Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu (Pengembangan Jengkol, Petai Lokal, Kenari, Serai
Wangi dan tanaman pendukung ketahanan pangan pada wilayah tertentu dan pada
lahan-lahan masyarakat disekitar kawasan hutan dengan skema kemitraan) dan
Peningkatan Kemampuan keterampilan masyarakat dalam membuat produk dengan
bahan baku rotan, b) Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi (Pemungutan Hasil Hutan
Bukan Kayu baik komoditas Damar maupun Rotan di Hutan Produksi, c) Pemanfaatan
Jasling (Potensi Wisata Alam pada kawasan TAHURA Pandan Puloh, Potensi
Perlindungan Cadangan Carbon melalui skema REDD+ dan Pemanfaatan Potensi Wisata
Air yang ada di sekitar dan di dalam Kawasan Wilayah Tertentu.

vi
KATA PENGANTAR

Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan


Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Tahun
2020 - 2029 ini, disusun dengan mengacu pada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan
No P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), dengan mempertimbangkan hasil Tata Hutan
Wilayah Pengelolaan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak.

Dalam proses penyusunannya juga mendapat bantuan dari Tim Pakar, Tim Ahli
GIS, Tim pendukung dari beberapa UPT Kementerian yang berada di Provinsi
Kalimantan Barat. Dokumen ini akan dijadikan dasar oleh Pengelola KPH Wilayah
Landak dan para pihak terkait dalam mencapai tujuan pengelolaan hutan lestari.
Dalam wujudnya yang sederhana dan jauh dari sempurna, maka masukkan, kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat diharapkan agar pengelola KPH Wilayah Landak dapat
melakukan perbaikan-perbaikan di masa mendatang.

Ngabang, Januari 2020

Kepala UPT KPH Wilayah Landak,

Ir. BURHANUDIN

NIP. 19670721 199403 1 006

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN -------------------------------------------------------------------------------------- ii

PETA SITUASI ------------------------------------------------------------------------------------------------- iii

RINGKASAN EKSEKUTIF ----------------------------------------------------------------------------------- iv

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------ vii

DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------------------- viii

DAFTAR TABEL ----------------------------------------------------------------------------------------------- xii

DAFTAR GAMBAR -------------------------------------------------------------------------------------------xvi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------------------------- 1

1.2. Tujuan Pengelolaan --------------------------------------------------------------------------------------- 2

1.3. Sasaran ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 3

1.4. Ruang Lingkup --------------------------------------------------------------------------------------------- 3

1.5. Batasan Pengertian --------------------------------------------------------------------------------------- 4

BAB II. DESKRIPSI KAWASAN


2.1. Risalah Kawasan------------------------------------------------------------------------------------------- 9

2.1.1. Letak dan Luas Wilayah -------------------------------------------------------------------------------- 9

2.1.2. Batas-Batas Wilayah ----------------------------------------------------------------------------------- 14

2.1.3. Pembagian Blok ---------------------------------------------------------------------------------------- 15

2.1.4. Bio Fisik -------------------------------------------------------------------------------------------------- 18

2.1.4.1. Iklim --------------------------------------------------------------------------------------------------- 18

2.1.4.2. Kelas Lereng ------------------------------------------------------------------------------------------ 20

2.1.4.3. Geologi ------------------------------------------------------------------------------------------------ 21

2.1.4.4. Jenis Tanah ------------------------------------------------------------------------------------------- 22

2.1.4.5. Hidrologi ---------------------------------------------------------------------------------------------- 24

2.1.4.6. Lahan Kritis ------------------------------------------------------------------------------------------- 26

2.1.5. Aksesibilitas Kawasan --------------------------------------------------------------------------------- 26

viii
2.1.6. Sejarah Wilayah ---------------------------------------------------------------------------------------- 29

2.2. Potensi Wilayah ------------------------------------------------------------------------------------------- 31

2.2.1. Penutupan Vegetasi ----------------------------------------------------------------------------------- 31

2.2.2. Potensi Kayu -------------------------------------------------------------------------------------------- 34

2.2.2.1. Anakan (Seedling) ----------------------------------------------------------------------------------- 36

2.2.2.2. Pancang (Sapling) ----------------------------------------------------------------------------------- 38

2.2.2.3. Tiang (Poles) ----------------------------------------------------------------------------------------- 39

2.2.3. Potensi HHBK ------------------------------------------------------------------------------------------- 42

2.2.4. Keberadaan Flora dan Fauna Langka --------------------------------------------------------------- 45

2.3. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam----------------------------------------------------------- 47

2.3.1. Potensi Jasa Lingkungan ------------------------------------------------------------------------------ 47

2.3.2. Wisata Alam -------------------------------------------------------------------------------------------- 48

2.3.2.1. Objek Wisata Riam Solakng dan Batu Tangket ------------------------------------------------- 48

2.3.2.2. Objek Wisata Rumah Radank Panyakng --------------------------------------------------------- 49

2.3.2.3. Objek Wisata Riam Siname dan Riam Tamang ------------------------------------------------- 51

2.3.2.4. Objek Wisata Riam Parink/Riam Sebangkit------------------------------------------------------ 51

2.4. Sosial Ekonomi dan Budaya ---------------------------------------------------------------------------- 52

2.4.1. Desa Senakin ------------------------------------------------------------------------------------------- 55

2.4.2. Desa Saham -------------------------------------------------------------------------------------------- 55

2.4.3. Desa Ringo Lojok -------------------------------------------------------------------------------------- 56

2.4.4. Desa Tiang Tanjung ----------------------------------------------------------------------------------- 56

2.5. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan -------------------------------------------- 60

2.6. Posisi Areal Kerja KPH Landak dalam Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah ------ 63

2.6.1. Perspektif Tata Ruang--------------------------------------------------------------------------------- 63

2.6.2. Perspektif Pembangunan Daerah-------------------------------------------------------------------- 63

2.7. Isu Strategis, Kendala dan Perasalahan -------------------------------------------------------------- 64

BAB III. VISI DAN MISI


3.1. Visi ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 67

3.2. Misi --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 67

ix
3.3. Pernyataan Tujuan --------------------------------------------------------------------------------------- 67

BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI


4.1. Analisis Data dan Informasi ---------------------------------------------------------------------------- 69

4.1.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal -------------------------------------------------------- 69

4.1.2. Analisis Penentuan Strategi -------------------------------------------------------------------------- 71

4.1.3. Analisis Stakeholder ----------------------------------------------------------------------------------- 73

4.2. Analisis Isu Strategis ------------------------------------------------------------------------------------- 77

4.2.1. Inventarisasi dan Tata Hutan ------------------------------------------------------------------------ 77

4.2.2. Hak Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Masyarakat ------------------------------------------ 77

4.2.3. Rendahnya Tingkat Pendapatan Masyarakat ------------------------------------------------------ 77

4.2.4. Ekosistem yang Perlu Dipulihkan -------------------------------------------------------------------- 77

4.2.5. Koordinasi, Integrasi, dan Sinergitas dalam Rencana Pembangunan ------------------------- 77

4.3. Proyeksi Kondisi Wilayah -------------------------------------------------------------------------------- 77

BAB V. RENCANA KEGIATAN


5.1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya ---------------------------------- 79

5.1.1. Inventarisasi Potensi Berkala ------------------------------------------------------------------------ 79

5.1.2. Penataan Hutan ---------------------------------------------------------------------------------------- 79

5.2. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu --------------------------------------------------------- 80

5.3. Pemberdayaan Masyarakat ----------------------------------------------------------------------------- 83

5.4. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan pada Areal yang ber

5.5. Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin ------------------------------------------------------------ 84

5.6. ----------- Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam Areal yang Berizin

5.7. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam -------------------------- 86

5.8. --------------------- Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin

5.9. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait -------------------------------- 89

5.10. Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM ------------------------------------------- 91

5.11. Penyediaan Pendanaan -------------------------------------------------------------------------------- 93

5.12. Pengembangan Database ----------------------------------------------------------------------------- 94

x
5.12.1. Baseline Survey Kondisi Biofisik -------------------------------------------------------------------- 94

5.12.2.Baseline Survey Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya ------------------------------------------- 94

5.12.3. Baseline HHK dan HHBK----------------------------------------------------------------------------- 95

5.13. Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola --------------------------------------------------------------- 95

5.13.1. Aspek Fisik --------------------------------------------------------------------------------------------- 95

5.13.1. Aspek Non Teknis ------------------------------------------------------------------------------------ 95

5.14. Review Rencana Pengelolaan ------------------------------------------------------------------------- 95

5.15. Pengembangan Investasi ------------------------------------------------------------------------------ 96

BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


6.1. Pembinaan----------------------------------------------------------------------------------------------- 103

6.2. Pengawasan --------------------------------------------------------------------------------------------- 107

6.3. Pengendalian -------------------------------------------------------------------------------------------- 110

BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN


7.1. Pemantauan --------------------------------------------------------------------------------------------- 119

7.2. Evaluasi -------------------------------------------------------------------------------------------------- 120

7.3. Pelaporan ------------------------------------------------------------------------------------------------ 120

BAB VIII. PENUTUP

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luasan Wilayah Menurut Batas Administrasi 12 Kecamatan terhadap Luas Wilayah
Kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak -------------------------------------- 9

Tabel 2. Luas Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Meliputi 12 Kecamatan
Berdasarkan Batas Administrasi Kabupaten ------------------------------------------------- 10

Tabel 3. Luasan Hutan yang ada di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------- 11

Tabel 4. Status Indeks Desa Membangun (IDM) Masing-masing Desa yang Berada di Dalam
Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------- 13

Tabel 5. Pembagian Blok di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------------------- 15

Tabel 6. Pembagian Fungsi Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Berdasarkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) ------------------------------ 15

Tabel 7. Pembagian Wilayah Tertentu di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------ 16

Tabel 8. Data Curah Hujan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------- 18

Tabel 9. Kelas Lereng di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------------- 20

Tabel 10. Data Sebaran Geologi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak----- 21

Tabel 11. Jenis Tanah di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------- 23

Tabel 12. Luas Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Menurut Daerah Aliran
Sungai --------------------------------------------------------------------------------------------- 25

Tabel 13. Data Lahan Kritis di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------- 26

Tabel 14. Aksesibilitas dalam kawasan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------- 27

Tabel 15. Tutupan Lahan pada Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------- 31

Tabel 16. Tutupan Lahan pada Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Berdasarkan Blok -------------------------------------------------------------------------------- 33

Tabel 17. Volume Kayu Tegakan Masing-masing Petak Pengamatan di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 34

Tabel 18. Volume Rata-rata Seluruh Populasi Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 35

Tabel 19. Nilai Total Volume Kayu Seluruh Populasi Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 35

Tabel 20. Jumlah Tingkat Anakan (seedling) Masing-masing Petak di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 36

xii
Tabel 21. Tingkat Kerapatan Rata-rata Tingkat Anakan (Seedling) Masing-masing Stratum di
Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------- 37

Tabel 22. Jumlah Total Tingkat Anakan (Seedling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 37

Tabel 23. Jumlah Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Petak di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 38

Tabel 24. Jumlah Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 38

Tabel 25. Jumlah Total Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 39

Tabel 26. Jumlah Tingkat Tiang (Poles) Masing-masing Petak Pengamatan di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 40

Tabel 27. Jumlah Tingkat Tiang (Poles) Masing-Masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------- 40

Tabel 28. Jumlah Total Tingkat Tiang (Poles) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 41

Tabel 29. Jenis Jenis Kayu dari Hasil Inventarisasi Biogeofisik 2019 di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 41

Tabel 30. Sebaran Potensi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------------------- 42

Tabel 31. Jenis-jenis Flora Menurut Petak Pengamatan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 45

Tabel 32. Jenis-jenis Fauna Menurut Petak Pengamatan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 46

Tabel 33. Aksesibilitas Menuju Lokasi Potensi Jasa Lingkungan di Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------- 48

Tabel 34. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sengah Temila, Banyuke Hulu, dan
Mempawah Hulu Tahun 2010 - 2018 -------------------------------------------------------- 52

Tabel 35. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kabupaten Landak Tahun 2018 ------ 53

Tabel 36. Sebaran Responden Berdasarkan Kegiatan Ekonomi -------------------------------------- 54

Tabel 37. Tata Waktu Kegiatan Perladangan Masyarakat di Dalam dan Sekitar Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 59

Tabel 38. Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak--------------------------------------------------------------------------------------------- 59

Tabel 39. Izin Pemanfaatan Kawasan Hutan yang Berada pada Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------- 60
xiii
Tabel 40. Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dalam Persepektif Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kalimantan Barat ----------------------------------------------------------- 63

Tabel 41. Rekapitulasi Isu Strategis di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak - 64

Tabel 42. Kondisi Internal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang Merupakan
Kekuatan ------------------------------------------------------------------------------------------ 69

Tabel 43. Kondisi Internal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang Merupakan
Kelemahan ---------------------------------------------------------------------------------------- 69

Tabel 44. Kondisi Eksternal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang Merupakan
Peluang-------------------------------------------------------------------------------------------- 70

Tabel 45. Kondisi Eksternal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang Merupakan
Ancaman ------------------------------------------------------------------------------------------ 70

Tabel 46. Matriks Analisis Penentuan Strategi Pengelolaan Hutan di Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------- 72

Tabel 47. Rekapitulasi Strategi yang Dikembangkan dalam Pengelolaan Hutan di KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 73

Tabel 48. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 75

Tabel 49. Analisis Kondisi Saat Ini dan Proyeksi Kondisi Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 78

Tabel 50. Daftar Kegiatan Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya di
Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------- 79

Tabel 51. Daftar Kegiatan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 81

Tabel 52. Daftar Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
KPH Landak --------------------------------------------------------------------------------------- 83

Tabel 53. Daftar Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Kawasan Hutan Pada Areal Yang Berizin di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 84

Tabel 54. Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Menurut Peta Rencana
Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2019, Hasil Penataan Hutan dan Tingkat
Kekritisan Lahannya ----------------------------------------------------------------------------- 84

Tabel 55. Daftar Kegiatan Tahapan Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 85

Tabel 56. Daftar Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi Pada Areal
Yang Berizin di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------------- 86

xiv
Tabel 57. Daftar Kegiatan Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak -------------------------------- 87

Tabel 58. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin
di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak -------------------------------- 89

Tabel 59. Koordinasi dan Sinergi antara KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dengan
Stakeholder Terkait ----------------------------------------------------------------------------- 89

Tabel 60. Target Output Koordinasi dan Sinergi antara KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak dengan Stakeholder Terkait ---------------------------------------------------------- 90

Tabel 61. Kebutuhan Personil pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------------- 92

Tabel 62. Rencana Kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 92

Tabel 63. Kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 93

Tabel 64. Rencana Kegiatan Pengembangan Database di KPHP Unit Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 94

Tabel 65. Rencana Kegiatan Review Rencana Pengelolaan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------- 96

Tabel 66. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 96

Tabel 67. Tabel SMART Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak Periode 2020-2029 ---------------------------------------------------- 97

Tabel 68. Matriks Pelaksanaan Pembinaan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak - 104

Tabel 69. Matriks Pelaksanaan Pengawasan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak107

Tabel 70. Matriks Pelaksanaan Pengendalian di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak110

Tabel 71. Tabel Rencana Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian RPHJP KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak Periode 2020-2029 ------------------------------------- 114

Tabel 72. Rencana Kegiatan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak -------------------------------------------------------------------------------- 122

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Letak KPH Wilayah Landak (Unit VII) dalam Wilayah Administrasi Kabupaten ---- 12

Gambar 2. Pembagian Blok di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat ------------------------------------------- 17

Gambar 3. Peta Iklim di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------------- 20

Gambar 4. Peta Kelerengan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak-------- 21

Gambar 5. Peta Geologi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------ 22

Gambar 6. Peta Jenis Tanah di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------- 24

Gambar 7. Peta DAS di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------------- 26

Gambar 8. Peta Aksesibilitas di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------- 29

Gambar 9. Peta Tutupan Lahan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --- 32

Gambar 10. Peta Sebaran Potensi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak -- 44

Gambar 11. Jenis Flora yang Ditemukan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak Saat Pengamatan------------------------------------------------------------------- 46

Gambar 12. Potensi Objek Wisata Riam Solakng dan Batu Tangket yang Masuk Dalam
Kawasan Hutan Produksi (HP) ------------------------------------------------------------- 49

Gambar 13. Obyek Wisata Rumah Radank Panyakng di Desa Saham------------------------------ 51

Gambar 14. Potensi Wisata Riam Siname di Desa Tiang Tanjung ---------------------------------- 51

Gambar 15. Potensi Objek Daya Tarik Wisata Alam Riam Parink di Desa Ringo Lojok ---------- 52

Gambar 16. Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ------------------------------------------------------------------------------ 60

Gambar 17. Kondisi Hutan Desa Ringo Lojok di Tahun 2018 ---------------------------------------- 61

Gambar 18. Dokumentasi Saat Verifikasi Teknis Pengajuan Hutan Desa Ringo Lojok ----------- 61

Gambar 19. Peta Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------------------------------------------- 62

Gambar 20. Kuadran stakeholder di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------- 74

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Tata Hutan

2. Peta Wilayah Tertentu KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

3. Peta Penutupan Lahan

4. Peta DAS

5. Peta Sebaran Potensi Wilayah dan Aksesibilitas

6. Peta Penggunaan Lahan

7. Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan Hutan

8. Peta Tanah Iklim dan Geologi

xvii
1|Bab I

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hutan merupakan ekosistem yang khas, dimana hasil dan keragaman fungsinya
sangat bergantung pada keberadaan hutan tersebut. Pemungutan hasil hutan tertentu dapat
menyebabkan hilangnya manfaat atau fungsi hutan lainnya, sehingga harus diimbangi oleh
sifat dapat pulihnya komponen hayati ekosistem hutan, baik secara alami maupun dengan
campur tangan manusia. Pendekatan yang dipakai dalam prinsip pengelolaan hutan lestari
adalah pendekatan yang bersifat berkelanjutan. Dalam hal ini, berkelanjutan memiliki makna
kelestarian keberadaan wujud biofisik hutan, produktivitas (daya dukung) hutan, dan fungsi-
fungsi ekosistem hutan dengan komponen lingkungannya.

Mulai berlakunya Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah memberikan titik tolak


pada orientasi, arah dan kebijakan pembangunan kehutanan. Kebijakan yang sangat
terpengaruh adalah kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, yang mana kebijakan
tersebut telah memberikan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah
dalam berbagai perubahan sistem pengelolaan pemerintahan. Salah satu perubahan yang
dapat dilihat adalah perubahan dalam pengurusan hutan yang meliputi kegiatan
penyelenggaraan perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan latihan, penyuluh kehutanan dan pengawasan.

Kondisi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak saat ini menghadapi banyak
persoalan, pada tingkat lapangan sendiri telah terjadi perambahan baik untuk pemukiman
maupun pembukaan lahan untuk kegiatan berladang masyarakat dan pertambangan.
Kondisi aktual di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah sebagai
berikut:

 Berdasarkan analisis perbandingan tutupan lahan tahun 2017 dengan tahun 2018,
luas areal berhutan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak tercatat
mengalami perubahan dari hutan rawa sekunder menjadi lahan terbuka seluas 219
ha.
 Berdasarkan data dari BPDASHL Kapuas Tahun 2018, luasan areal lahan kritis di
wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak tercatat seluas 66.355 ha dan
luasan lahan yang berstatus sangat kritis tercatat seluas 1.407 ha.
 Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Landak tercatat sebanyak
34.600 KK, yang menduduki peringkat ke-3 di Provinsi Kalimantan Barat.

Ketiadaan pengelolaan kawasan hutan di tingkat tapak telah membuat kawasan hutan
di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak semakin terbuka untuk diakses dari luar.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
2|Bab I

Visi misi KPH secara umum adalah hutan lestari masyarakat sejahtera. Berdasarkan kondisi
aktual di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak, maka KPH berperan dalam
menuntaskan permasalahan yang ada di wilayahnya. KPH berfungsi sebagai wadah bagi
terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari serta menjadi bagian
dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten. Keberadaan KPH
menjadi semakin nyata setelah ditetapkannya Permendagri No. 61/2010 yang
mengamanatkan bentuk organisasi KPHP sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Perencanaan pengelolaan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak memerlukan
kuantifikasi dan formulasi strategi dan program kerja, struktur organisasi dan aspek finansial
untuk menyiapkan kondisi yang memungkinkan untuk melaksanakan monitoring, pelaporan
dan verifikasi dalam suatu basis unit-unit kelestarian yang permanen. Dengan adanya
rencana pengelolaan jangka panjang maka akan memudahkan penyusunan rencana
pengelolaan jangka pendek yang lebih terukur.

Oleh karena itu, perlu segera disusun dokumen perencanaan yang mampu
mencerminkan kondisi saat ini dan gambaran kawasan hutannya dalam dasa warsa
kedepan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) 10 tahun KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak bersifat komprehensif dan indikatif yang menjadi acuan bagi
penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPHJPd) dan rencana-rencana teknis
yang lebih operasional di lapangan.

1.2. Tujuan Pengelolaan


Tujuan pengelolaan kawasan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
adalah:

1. Menciptakan kepastian wilayah kelola seluas 101.086 ha dengan mewujudkan


kelembagaan KPH;
2. Menurunkan luasan lahan kritis dan melaksanakan kegiatan reklamasi pada lahan
pasca tambang;
3. Meningkatnya kelembagaan dan kapasitas masyarakat dari aspek akademis, teknis
dan profesionalisme dengan loyalitas dan dedikasi tinggi dalam pengelolaan dan
pemanfaatan hutan lahan kering;
4. Membentuk Lembaga Masyarakat Peduli Api dan Masyarakat Mitra Polisi Hutan di
UPT KPH Wilayah Landak masing-masing sebanyak 5 lembaga;
5. Melaksanakan kegiatan produksi komoditi kehutanan; dan
6. Melaksanakan pengelolaan hutan di tingkat tapak secara berkelanjutan, sebagai
sumber penghidupan bagi kesejahteraan masyarakat, berbasis Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Kehutanan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
3|Bab I

1.3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Tahun 2020-2029 ini adalah:

1. Menurunnya degradasi dan deforestasi hutan yang berasal dari pembukaan lahan
untuk perladangan masyarakat dalam kawasan hutan minimal 10%/tahun;
pemungutan kayu illegal minimal 5%/tahun dan kebakaran hutan.
2. Menurunnya kegiatan ladang berpindah melalui pengembangan skema perhutanan
sosial.
3. Terfasilitasinya perizinan usaha pemanfaatan HHBK di wilayah KPHP.
4. Menurunnya kegiatan pertambangan illegal;
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian kawasan hutan melalui
hadirnya pengelolaan hutan berbasis masyarakat berbasis kemitraan serta
menurunnya klaim masyarakat terhadap kawasan hutan;
6. Terjalinnya koordinasi dengan stakeholder terkait;
7. Tertatanya batas wilayah UPT KPH Wilayah Landak, minimal batas blok dan wilayah
tertentu sejauh 100 km;
8. Teridentifikasinya potensi kayu, HHBK, satwaliar, jasa lingkungan dan sosial budaya
di wilayah KPHP;
9. Dikelolanya Wilayah Tertentu seluas 24.880 ha yang terdapat di Blok HL-
Pemanfaatan dan Blok HP-Pemberdayaan Masyarakat dengan pengembangan core
business sebagai penunjang operasional KPH.

1.4. Ruang Lingkup


Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak Tahun 2020-2029 ini, merupakan garis-garis besar kegiatan yang diturunkan dari
TUPOKSI KPHP, yang kemudian dijadikan acuan bagi penyusunan rencana-rencana teknis
pengelolaan terhadap ruang lingkup kegiatan.

Ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : Inventarisasi Berkala Wilayah
Kelola serta Penataan Hutannya, Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu, Pemberdayaan
Masyarakat, Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPHP yang Telah Ada Ijin
Pemanfaatan Maupun Penggunaan Kawasan Hutan, Penyelenggaraan Rehabilitasi pada
Areal di Luar Ijin, Penyelenggaraan Produksi Hasil Hutan dan Konservasi Alam, Pembinaan
dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitaasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Ijin
Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutannya, Penyelenggaraan Koordinasi dan
Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin, Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder
Terkait, Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM, Penyedian Pendanaan, Pengembangan
Database, Rasionalisasi Wilayah Kelola, Review Rencana Pengelolaan Wilayah KPHP
(Minimal 5 Tahun Sekali), dan Pengembangan Investasi.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
4|Bab I

1.5. Batasan Pengertian


1. Blok Inti merupakan Blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan
perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan
2. Blok Khusus merupakan Blok yang difungsikan sebagai areal untuk menampung
kepentingan-kepentingan khusus yang ada di wilayah KPHL dan KPHP yang
bersangkutan
3. Blok Pemanfaatan HHK-HT merupakan blok yang telah ada izin pemanfaatan HHK-HT
dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan HHK-
HT sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan
4. Blok Pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK adalah merupakan blok yang
telah ada izin pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK dan yang akan
difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan kawasan, jasa
lingkungan dan HHBK sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses
inventarisasi
5. Blok Pemanfaatan merupakan blok yang difungsikan sebagai areal yang direncanakan
untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
pemanfaatan hutan pada kawasan hutan yang berfungsi Hutan Lindung
6. Blok Pemberdayaan Masyarakat merupakan blok yang telah ada upaya pemberdayaan
masyarakat (a.l: Hutan Kemasyarakatan/HKM, Hutan Desa, Hutan Tanaman
Rakyat/HTR) dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk upaya
pemberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari
proses tata hutan.
7. Blok pengelolaan pada wilayah KPH adalah bagian dari wilayah KPH yang dibuat relatif
permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan;
8. Blok Perlindungan merupakan Blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan
perlindungan lainnya serta direncanakan untuk tidak dimanfaatkan
9. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan
10. Dana Reboisasi yang selanjutnya disingkat DR adalah dana yang dipungut dari
pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi untuk mereboisasi dan
merehabilitasi hutan
11. Hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat HHBK, adalah hasil hutan hayati baik
nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal
dari hutan
12. Hutan Desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh desa
dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
5|Bab I

13. Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah
14. Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan
untuk memberdayakan masyarakat
15. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah
16. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan
17. Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi yang selanjutnya disingkat HTHR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan merehabilitasi lahan dan
hutan pada kawasan hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung,
produktivitas dan peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan
18. Hutan Tanaman Industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada
hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka
memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan
19. Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman pada
hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi
dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin
kelestarian sumber daya hutan
20. Hutan/Lahan Kritis adalah hutan/lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan
yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur produktivitas
lahan sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS
21. Inventarisasi Hutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penataan batas,
inventarisasi hutan, pembagian hutan, pembukaan wilayah hutan, pengukuran dan
pemetaan
22. IUPHHK Restorasi Ekosistem dalam hutan alam adalah izin usaha yang diberikan untuk
membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi yang memiliki ekosistem
penting sehingga dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan
pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman,
pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk
mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati (tanah, iklim dan
topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai keseimbangan
hayati dan ekosistemnya
23. Iuran izin usaha pemanfaatan hutan yang selanjutnya disingkat IIUPH adalah pungutan
yang dikenakan kepada pemegang izin usaha pemanfaatan hutan atas suatu kawasan
hutan tertentu

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
6|Bab I

24. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang
terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan,
izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu, dan izin pemungutan
hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan;
25. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat IPHHBK adalah
izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan Produksi dan/atau
hutan produksi antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan, tanaman
obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu
26. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat IPHHK adalah izin untuk
mengambil hasil hutan berupa kayu pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan,
pengangkutan, dan pemasaran untuk jangka waktu dan volume tertentu
27. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat IUPHHK dan/atau
izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disebut IUPHHBK
adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu
dan/atau bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan
pemanenan atau penebangan
28. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan yang selanjutnya disingkat IUPJL adalah izin
usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan Produksi
dan/atau hutan produksi
29. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK) Silvopastura adalah Kegiatan kehutanan yang
dikombinasikan secara proporsional dengan usaha peternakan di dalam kawasan hutan
produksi yang meliputi pelepasliaran dan/atau pengandangan ternak dalam rangka
pengelolaan hutan produksi lestari untuk mendukung program kedaulatan pangan
30. Izin usaha pemanfaatan kawasan yang selanjutnya disingkat IUPK adalah izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan pada hutan lindung dan/atau hutan
produksi;
31. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
dan sumberdaya buatan.
32. Kawasan Andalan adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat maupun di
ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.
33. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap;
34. Kemitraan Kehutanan adalah kerjasama antara masyarakat setempat dengan Pemegang
Izin pemanfaatan hutan atau Pengelola Hutan, Pemegang Izin usaha industri primer
hasil hutan, dan/atau Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam pengembangan kapasitas dan
pemberian akses, dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
7|Bab I

35. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHL) adalah wilayah pengelolaan hutan yang
akan dikelola secara efisien dan efektif dimana seluruh fungsi kawasannya berupa
Hutan Lindung
36. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) adalah wilayah pengelolaan hutan yang
akan dikelola secara efisien dan efektif dimana seluruh fungsi kawasannya berupa
Hutan Produksi
37. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah wilayah pengelolaan
hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan
lestari;
38. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan
tidak mengurangi fungsi pokoknya
39. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak
mengurangi fungsi pokoknya
40. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta
memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk masyarakat
dengan tetap menjaga kelestariannya;
41. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa
lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya
42. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga
diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaat ekonomi secara optimal
dengan tidak mengurangi fungsi utamanya;
43. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi alam;
44. Perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan dan
perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman
dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar
– besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelenjutan;
45. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga
hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan
46. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha
pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan silvikultur yang sama;

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
8|Bab I

47. Reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang
berupa lahan kosong, alang-alang, atau semak belukar untuk mengembalikan fungsi
hutan
48. Rehabilitasi lahan adalah suatu usaha memulihkan kembali, memperbaiki dan
meningkatkan kondisi lahan yang rusak supaya dapat berfungsi secara optimal, baik
sebagai lahan produksi, media pengatur tata air, ataupun sebagai unsur perlindungan
alam dan lingkungannya
49. Reklamasi Hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan
vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya
50. Rencana pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada
tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah
pembangunan KPH;
51. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan
berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak dan/atau
blok;
52. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup
kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi
yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat secara lestari;
53. Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah keseluruhan kegiatan yang
bertujuan untuk menyediakan sarana dan jasa yang diperlukan oleh
wisatawan/pengunjung dalam pelaksanaan kegiatan wisata alam, mencakup usaha
obyek dan daya tarik, penyediaan jasa, usaha sarana, serta usaha lain yang terkait
dengan wisata alam
54. Wilayah Tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi
pihak ketiga untuk pengembangan pemanfaatannya;
55. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan
dan keindahan alam di kawasan hutan lindung.
56. Taman Hutan Raya Adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan
koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau
bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan dan pendidikan. Juga sebagai fasilitas yang menunjang budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
9|Bab II

BAB II. DESKRIPSI KAWASAN

2.1. Risalah Kawasan


2.1.1. Letak dan Luas Wilayah

Secara geografis KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang berada di
Kabupaten Landak, terletak antara koordinat Garis Lintang (latitude) 0°01'53,55"LU -
0°37'41,04"LS dan Garis Bujur (longitude) 109°12'13,44"BT - 110°15'56,56"BT.

Kabupaten Landak yang membawahi sebanyak 13 kecamatan memiliki luas sebesar


9.909.10 km² atau sekitar 6,75% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Kecamatan
Sungai Temila merupakan kecamatan yang paling luas wilayahnya yaitu sebesar 1.963 km²
kemudian Kecamatan Air Besar dengan luas wilayah 1.361,20 km² serta Kecamatan
Ngabang 1.148 km², adapun kecamatan yang paling kecil luas wilayahnya adalah
Kecamatan Sompak dengan luas 219,76 km².

Secara administrasi wilayah kelola kawasan KPH Landak Unit VI dan Unit VII meliputi
3 Kabupaten dan 12 Kecamatan. Sedangkan Unit VII sendiri meliputi 1 Kecamatan di
Kabupaten Bengkayang, 1 Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya serta meliputi 6 Kecamatan
dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Landak. Luas wilayah kelola KPH Landak seperti
Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Luasan Wilayah Menurut Batas Administrasi 12 Kecamatan terhadap Luas Wilayah
Kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Luas dalam Luas Total
No Kabupaten Kecamatan Wilayah KPHP Unit Wilayah
VII (ha) Kecamatan (ha)
1 Bengkayang Samalantan 591,03 591,03
Bengkayang Teriak 188,72
Bengkayang Suti Semarang 285,22
2 Bengkayang Bengkayang 5.458,42 5.458,42
3 Kubu Raya Sei. Ambawang 13.864,93 13.864,93
Landak Air Besar 13.692,35
4 Landak Menyuke 12.908,06 14.061,1
5 Landak Mempawah Hulu 17.207,95 17.207,95
Landak Kuala Behe 10.948,91
6 Landak Mandor 253,52 253,52
Landak Meranti 27.976,18
7 Landak Ngabang 5.410,95 6.508,58
Landak Sengah Temila
8 Landak Sebangki 5.956,24 5.956,24
9 Pahuman 20.192,24 20.192,24

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
10 | B a b I I

Luas dalam Luas Total


No Kabupaten Kecamatan Wilayah KPHP Unit Wilayah
VII (ha) Kecamatan (ha)
10 Tayan Hilir 110,44 110,44
11 Sompak 9.262,09 9.262,09
12 Banyuke Hulu 13.771,00 13.771,00
Jumlah 104.986,86 160.329.62
Sumber: Hasil Analisa dan Pengolahan Data KPH Wilayah Landak (2018)

Pembagian luas wilayah berdasarkan 8 kecamatan yang termasuk dalam wilayah kerja
KPH Landak (Unit VII) ditampilkan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Luas Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Meliputi 12 Kecamatan
Berdasarkan Batas Administrasi Kabupaten
Luas Menurut Kabupaten (ha) Luas dan Persentase
No Kecamatan
Landak Bengkayang Kubu Raya (ha) (%)
1 Sebangki 5.956,24 5.956,24 5.67%
2 Mandor 253,52 253,52 0.24%
3 Pahuman 20.192,24 20.192,24 19.23%
4 Mempawah Hulu 17.207,95 17.207,95 16.39%
5 Tayan Hilir 110,44 110,44 0.11%
6 Sompak 9.262,09 9.262,09 8.82%
7 Ngabang 5.410,95 5.410,95 5.15%
8 Banyuke Hulu 13.771,00 13.771,00 13.12%
9 Menyuke 12.908,06 12.908,06 12.29%
10 Sungai Ambawang 13.864,93 13.864,93 13.21%
11 Bengkayang 5.458,42 5.458,42 5.20%
12 Samalantan 591,03 591,03 0.56%
Total 85.072,49 6.049,44 13.864,93 104.986,86 100.00
Sumber: Hasil Analisa dan Pengolahan Data KPH Wilayah Landak (2018)

Tabel 2 menggambarkan luasan kecamatan yang termasuk dalam wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak. Hasil analisa peta luas berdasarkan unit pengelolaan
yang berada di KPH Landak Unit VII dengan menyesuaikan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tanggal 13 Februari 2019 tentang
penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi Provinsi Kalimantan Barat, luasan Kawasan Hutan KPHP Unit VII yaitu ±
104.986,86 ha.

UPT KPH Wilayah Landak (Unit VI dan VII) secara kelembagaan telah dibentuk dan
ditetapkan berupa Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dengan nama UPT KPH Wilayah
Landak sesuai Peraturan Gubernur Kalimantan Barat No. 100 Tahun 2017 tanggal 28
Desember 2017 tentang Pembentukan Susunan Organisasi. Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Landak Provinsi
Kalimantan Barat.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
11 | B a b I I

Adapun luas kawasan hutan KPH Wilayah Landak Unit VII dengan menyesuaikan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tanggal 13
Februari 2019 tentang penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagaimana Tabel
3 berikut:

Tabel 3. Luasan Hutan yang ada di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha)

1. Hutan Lindung ± 28.498

2. Hutan Produksi ± 72.588

Jumlah ± 101.086

Sumber: Hasil Pengolahan Data KPH Wilayah Landak (2019) berdasarkan SK MenLHK N o.
144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019

Berdasarkan SK.196/MENLHK/SETJEN/PLA.2/3/2019 terdapat Taman Hutan Raya di


wilayah KPHP Landak Unit VII seluas ±3.900 ha. Selanjutnya berdasarkan Peraturan
Gubernur Kalimantan Barat Nomor 49 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Gubernur Nomor 106 Tahun 2017 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Landak
Provinsi Kalimantan Barat disebutkan bahwa pengelolaan kawasan Taman Hutan Raya
(TAHURA) merupakan bagian dari tugas dan fungsi tambahan dari UPT KPH Wilayah Landak
sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi
Kalimantan Barat.

Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui bahwa fungsi kawasan hutan yang
ada di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak didominasi oleh Hutan Produksi
dengan luasan ± 72.558 ha. Selebihnya adalah fungsi Hutan Lindung dengan luasan ±
32.398 ha. Sedangkan letak KPH Landak dalam wilayah Kabupaten Landak digambarkan
pada Gambar 1.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
12 | B a b I I

Gambar 1. Letak KPH Wilayah Landak (Unit VII) dalam Wilayah Administrasi Kabupaten

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
13 | B a b I I

Dalam upaya mendukung perkembangan desa – desa yang berada di dalam wilayah
kelola KPH maka perlu adanya data mengenai perkembangan status dari masing – masing
desa yang terdampak adanya keberadaan KPH ini. Salah satunya dari data Indeks Desa
Membangun (IDM), berikut merupakan data desa- desa disekitar KPH yang terdampak dari
adanya pembangunan KPH seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4. Status Indeks Desa Membangun (IDM) Masing-masing Desa yang Berada di
Dalam Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Desa Kecamatan Kabupaten Status IDM
1 Agak Sebangki Landak Berkembang
2 Bhakti Mulya Bengkayang Bengkayang Berkembang
3 Dharma Bhakti Teriak Bengkayang Berkembang
4 Keranji Paidang Sengah Temila Landak Berkembang
5 Kuala Mandor-B Kuala Mandor/B Kubu Raya Berkembang
6 Pakumbang Sompak Landak Berkembang
7 Paloan Sengah Temila Landak Berkembang
8 Pasti Jaya Samalantan Bengkayang Berkembang
9 Rantau Panjang Sebangki Landak Berkembang
10 Saham Sengah Temila Landak Berkembang
11 Sebangki Sebangki Landak Berkembang
12 Sebente Teriak Bengkayang Berkembang
13 Sidas Sengah Temila Landak Berkembang
14 Suka Maju Sungai Betung Bengkayang Berkembang
15 Tirta Kencana Bengkayang Bengkayang Berkembang
16 Tumiang Samalantan Bengkayang Berkembang
17 Pahauman Sengah Temila Landak Maju
18 Senakin Sengah Temila Landak Maju
19 Ansolok Mempawah Hulu Landak Sangat Tertinggal
20 Gamang Banyuke Hulu Landak Sangat Tertinggal
21 Mengkunyit Mandor Landak Sangat Tertinggal
22 Pak Mayam Ngabang Landak Sangat Tertinggal
23 Pauh Sompak Landak Sangat Tertinggal
24 Sabaka Mempawah Hulu Landak Sangat Tertinggal
25 Tapakng Sompak Landak Sangat Tertinggal
26 Untang Banyuke Hulu Landak Sangat Tertinggal
27 Amawakng Sompak Landak Tertinggal
28 Amboyo Selatan Ngabang Landak Tertinggal
29 Andeng Sengah Temila Landak Tertinggal
30 Angkaras Menyuke Landak Tertinggal
31 Anik Dingir Menyuke Landak Tertinggal
32 Bagak Menyuke Landak Tertinggal
33 Banying Sengah Temila Landak Tertinggal
34 Bilayuk Mempawah Hulu Landak Tertinggal

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
14 | B a b I I

No Desa Kecamatan Kabupaten Status IDM


35 Caong Mempawah Hulu Landak Tertinggal
36 Galar Sompak Landak Tertinggal
37 Gombang Sengah Temila Landak Tertinggal
38 Kampet Banyuke Hulu Landak Tertinggal
39 Karya Bhakti Sungai Betung Bengkayang Tertinggal
40 Keranji Mancal Sengah Temila Landak Tertinggal
41 Kumpang Tengah Sebangki Landak Tertinggal
42 Ladangan Menyuke Landak Tertinggal
43 Mamek Menyuke Landak Tertinggal
44 Ongkol Padang Menyuke Landak Tertinggal
45 Padang Pio Banyuke Hulu Landak Tertinggal
46 Rabak Sengah Temila Landak Tertinggal
47 Ringo Lojok Banyuke Hulu Landak Tertinggal
48 Sailo Mempawah Hulu Landak Tertinggal
49 Sala'As Mempawah Hulu Landak Tertinggal
50 Sebatih Sengah Temila Landak Tertinggal
51 Semade Banyuke Hulu Landak Tertinggal
52 Sompak Sompak Landak Tertinggal
53 Sungai Laki Mempawah Hulu Landak Tertinggal
54 Ta'As Menyuke Landak Tertinggal
55 Teluk Bakung Sungai Ambawang Kubu Raya Tertinggal
56 Tembawang Bale Banyuke Hulu Landak Tertinggal
57 Tiang Tanjung Mempawah Hulu Landak Tertinggal
58 Tunang Mempawah Hulu Landak Tertinggal
Sumber: SK.201 tentang perubahan status kemandirian Provinsi Kalimantan Barat 2019

2.1.2. Batas-Batas Wilayah

Bila ditinjau secara administrasi kewilayahan KPH Wilayah Landak Unit VII berada di
bagian utara wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Batas-batas KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak Unit VII tersebut adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan KPH Unit II Bengkayang dan Wilayah Administrasi
Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sanggau
Sebelah Timur : Berbatasan KPH Wilayah Landak Unit VI dan Wilayah Administrasi
Kabupaten Sanggau
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan KPH unit V Sanggau, Wilayah Administrasi
Kabupaten Sanggau, KPH Unit XXXIII Kubu Raya dan Wilayah
Administrasi Kabupaten Kubu Raya
Sebelah Barat : Berbatasan dengan KPH Wilayah Mempawah Unit VIII dan Wilayah
Administrasi Kabupaten Pontianak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
15 | B a b I I

2.1.3. Pembagian Blok

Kawasan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak terbagi ke dalam dua
fungsi kawasan, yaitu kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi. Berdasarkan data tabel
berikut ini diketahui bahwa pembagian blok wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak didominasi oleh HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT dengan luasan 54.241 ha pada fungsi
kawasan Hutan Produksi, dengan jumlah petak secara keseluruhan wilayah sebanyak 240
petak. Pembagian blok fungsi kawasan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Pembagian Blok di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Luas (ha) Persentase
No Tata Hutan
HL HP Total (%)

1 HL-Blok Inti 11.944 11.944 28,20


2 HL-Blok Pemanfaatan 16.552 16.552 11,82
3 HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT 54.241 54.241 53,67
4 HP-Blok Pemberdayaan Masyarakat 9.869 9.869 9,76
5 HP-Blok Perlindungan 8.461 8.461 8,37
Total 28.496 72.571 101.086 100
Sumber: Hasil Analisa dan Pengolahan Data KPH Wilayah Landak (Unit VII) Tahun 2019 Berdasarkan
SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019

Tabel 6. Pembagian Fungsi Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Berdasarkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)
Luas Menurut Fungsi (ha) Persentase
No RKTN
HL HP Total (%)

1 Kawasan Prioritas Rehabilitasi 5.501 5.846 11.348 11,23


2 Kawasan untuk Non-Kehutanan 2 113 115 0,11
Kawasan untuk Pemanfaatan Hutan
3 1.153 1.153 1,14
Berbasis Korporasi
Kawasan untuk Pemanfaatan Hutan
4 12.403 1.597 14.000 13,85
Berbasis Masyarakat
Kawasan untuk Perlindungan HA Dan
5 10.589 63.862 74.452 73,67
EG
Grand Total 28.497 72.571 101.086 100
Sumber: RKTN 2019

Wilayah Tertentu (Wiltu) merupakan wilayah KPH, dengan fungsi kawasan Hutan
Lindung (HL), Hutan Produksi Terbatas (HPT) atau Hutan Produksi Tetap (HP), yang tidak
dibebani izin sah pemanfaatan maupun penggunaan kawasan, termasuk areal yang kurang
diminati sehingga lebih lanjut direncanakan akan dikelola oleh KPH sendiri.

Berdasarkan hasil analisis, wilayah kerja KPHP Unit VII seluas ±101.086 ha setelah
dikurangi areal blok pengelolaan baik yang di hutan lindung maupun hutan produksi, maka

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
16 | B a b I I

luas Wilayah Tertentu pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah ±24.880
ha, dengan rincian pembagian blok sebagaimana tabel berikut.

Tabel 7. Pembagian Wilayah Tertentu di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Luas (ha) Persentase
No Wilayah Tertentu
HL HP Total (%)

1 HL-Blok Pemanfaatan 15.658 15.658 62,93


2 HP-Blok Pemberdayaan Masyarakat 9.222 9.222 37,07
Total 15.658 9.222 24.880 100
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
17 | B a b I I

Gambar 2. Pembagian Blok di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
18 | B a b I I

2.1.4. Bio Fisik

2.1.4.1. Iklim

Kabupaten Landak dapat dikategorikan sebagai daerah hujan dengan intensitas tinggi.
Secara umum curah hujan rata-rata sebesar 160 mm per bulan. Intensitas curah hujan yang
cukup tinggi kemungkinan dipengaruhi oleh daerah yang berhutan tropis. Kabupaten Landak
dapat dikatakan sebagai daerah hujan dengan intensitas tinggi. Secara umum curah hujan
rata-rata bulanan di tahun 2017 sebesar 287.3 mm, yang berarti terjadi penurunan curah
hujan dibanding tahun sebelumnya (curah hujan rata-rata bulanan tahun 2016 sebesar
293.6 mm). Intensitas curah hujan yang tinggi ini kemungkinan dipengaruhi oleh daerahnya
yang berhutan tropis. Rata-rata curah hujan tertinggi tahun 2017 terjadi pada bulan
November yang mencapai 601 milimeter dengan jumlah hari hujan sebanyak 28 hari.

Dilihat dari hari hujan yang terendah selama setahun untuk tahun 2017 terjadi pada
bulan Juli, yaitu 14 hari. Temperatur udara rata-rata selama tahun 2017 adalah 26,9°C.
Yang berarti terjadi penurunan temperatur udara rata rata bila dibandingkan tahun
sebelumnya. Temperatur udara rata-rata selama tahun 2016 adalah 27,4°C. Temperatur
udara minimum terjadi pada bulan Februari mencapai 23,2°C, sedangkan temperatur udara
maksimum terjadi pada bulan Juni yang mencapai 33,3°C. Kecepatan angin rata-rata selama
tahun 2017 adalah 2,3 knots dengan kecepatan maksimum mencapai 13 knots yang terjadi
pada bulan Desember. Sementara itu, arah angin terbanyak dari arah Timur Laut dan
Tenggara.

Tabel 8. Data Curah Hujan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Curah Hujan Curah Hujan
No Desa Kecamatan Kabupaten
(mm/tahun) (mm/hari)
1 Agak Sebangki Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
2 Bhakti Mulya Bengkayang Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
3 Dharma Bhakti Teriak Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
4 Keranji Paidang Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
5 Kuala Mandor-B Kuala Mandor/B Kubu Raya 3000 - 3500 13,6 - 20,7
6 Pakumbang Sompak Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
7 Paloan Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
8 Pasti Jaya Samalantan Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
9 Rantau Panjang Sebangki Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
10 Saham Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
11 Sebangki Sebangki Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
12 Sebente Teriak Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
13 Sidas Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
14 Suka Maju Sungai Betung Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
15 Tirta Kencana Bengkayang Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
16 Tumiang Samalantan Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
17 Pahauman Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
19 | B a b I I

Curah Hujan Curah Hujan


No Desa Kecamatan Kabupaten
(mm/tahun) (mm/hari)
18 Senakin Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
19 Ansolok Mempawah Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
20 Gamang Banyuke Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
21 Mengkunyit Mandor Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
22 Pak Mayam Ngabang Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
23 Pauh Sompak Landak 2500 - 3000 < 13,6
24 Sabaka Mempawah Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
25 Tapakng Sompak Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
26 Untang Banyuke Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
27 Amawakng Sompak Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
28 Amboyo Selatan Ngabang Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
29 Andeng Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
30 Angkaras Menyuke Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
31 Anik Dingir Menyuke Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
32 Bagak Menyuke Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
33 Banying Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
34 Bilayuk Mempawah Hulu Landak 2500 - 3000 < 13,6
35 Caong Mempawah Hulu Landak 2500 - 3000 < 13,6
36 Galar Sompak Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
37 Gombang Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
38 Kampet Banyuke Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
39 Karya Bhakti Sungai Betung Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
40 Keranji Mancal Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
41 Kumpang Tengah Sebangki Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
42 Ladangan Menyuke Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
43 Mamek Menyuke Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
44 Ongkol Padang Menyuke Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
45 Padang Pio Banyuke Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
46 Rabak Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
47 Ringo Lojok Banyuke Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
48 Sailo Mempawah Hulu Landak 2500 - 3000 < 13,6
49 Sala'As Mempawah Hulu Landak 2500 - 3000 < 13,6
50 Sebatih Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
51 Semade Banyuke Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
52 Sompak Sompak Landak 2500 - 3000 < 13,6
53 Sungai Laki Mempawah Hulu Landak 2500 - 3000 < 13,6
54 Ta'As Menyuke Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
55 Teluk Bakung Sungai Ambawang Kubu Raya 2500 - 3000 < 13,6
56 Tembawang Bale Banyuke Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
57 Tiang Tanjung Mempawah Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
58 Tunang Mempawah Hulu Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
Sumber: BMKG Provinsi Kalimantan Barat, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
20 | B a b I I

Gambar 3. Peta Iklim di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

2.1.4.2. Kelas Lereng

Kabupaten Landak termasuk dalam wilayah Dataran Rendah Pegunungan Barat.


Bagian Utara berbukit-bukit, ke selatan merupakan daerah lembah atau dataran yang
memudahkan melakukan kegiatan sosial ekonomi. Dua sub wilayah yang termasuk dalam
dataran rendah Pegunungan Barat yakni Sub Wilayah Pegunungan Nyiut (±800 km²), yang
meliputi wilayah Kecamatan Air Besar sebelah utara dan sub wilayah Pegunungan Bawang
(±770 km²) meliputi wilayah Kecamatan Mempawah Hulu dan Menyuke.

Pada umumnya, Kabupaten Landak berdaratan rendah dan perbukitan. Wilayah ini
didominasi oleh kemiringan lereng 0-8 % dan ketinggian antar 0 - 200 mdpl. Kondisi
topografi di kawasan KPHP Unit VII Landak Kabupaten Landak relatif datar, dimana sekitar
49.337 Ha atau 46,99% kondisi kemiringan lerengnya adalah datar dan terdapat di fungsi
kawasan hutan produksi, sebagaimana tabel berikut.

Tabel 9. Kelas Lereng di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Kawasan
No Kelas Lereng Luas (ha)
Hutan Lindung Hutan Produksi
1 0-8 5.732 49.337 55.069
2 8-15 1.864 8.649 10.513
3 15 - 25 11.496 9.368 20.864
4 25-40 8.832 5.234 14.066
5 > 40 574 - 574

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
21 | B a b I I

Fungsi Kawasan
No Kelas Lereng Luas (ha)
Hutan Lindung Hutan Produksi
TOTAL 28.498 72.588 101.086
Sumber: Peta Kemiringan Lereng Provinsi Kalimatan Barat, 2002

Gambaran spasial kelas kelerengan pada wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak digambarkan pada peta di bawah ini.

Gambar 4. Peta Kelerengan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

2.1.4.3. Geologi

Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (BIG), KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak Provinsi Kalimantan Barat tersusun dari 9 formasi geologi. Gambaran spasial
penyebaran formasi geologi di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
digambarkan pada Tabel 10 dan Gambar 5.

Tabel 10. Data Sebaran Geologi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No. Formasi Geologi Luas (ha) Persentase
1. Aluvium dan endapan rawa 744 0.71
2. Batuan Gunungapi Raya 28.583 27.23
3. Batuan terobosan Sintang 304 0.96
4. Batupasir Landak 1395 1.33
5. Formasi Pedawan 300 0.29
6. Granit Laur 135.03 0.13
7. Granodiorit Mensibau 42.605 43.44

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
22 | B a b I I

No. Formasi Geologi Luas (ha) Persentase


8. Kelompok Bengkayang 687 0.65
9. Rombakan lereng 26.330 25.27
Jumlah 101.086 100.00
Sumber: Analisis GIS Peta Geologi Areal KPH P Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak, 2018

Gambar 5. Peta Geologi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

2.1.4.4. Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Landak adalah: Aluvial, Organosol,
Glay & Humus (OGH), Podsolik Merah-Kuning, Podsol & Latasol. Pada bagian wilayah pantai,
jenis tanah yang dominan adalah tanah aluvial dan organosol. Podsolik merah kuning
(batuan endapan), terbentuk dari bahan induk endapan, terdapat di kecamatan: Sengah
Temila, Mempawah Hulu, Ngabang, Menyuke, Air Besar, dan Kuala Behe. Podsolik merah
kuning (batuan beku dan endapan), terbentuk dari bahan induk batuan beku, banyak
dijumpai di kecamatan: Mempawah Hulu, Mandor, Menjalin, dan Ngabang. Podsol (batuan
endapan), sebagian besar terdapat di Kecamatan Mandor dan Menjalin. Latosol, terdapat
dibagian utara Kecamatan Menyuke yang terbentuk dari fisiografi vulkan yang bersal dari
bahan induk batuan beku, warna tanahnya coklat kehitaman, terdrainase baik dan
umumnya berstruktur halus di lapisan atas dan sedang di lapisan bawah. Organosol dan glei
humus (bahan aluvial), Jenis tanah ini mempunyai karateristik yang tersusun dari bahan
organik atau campuran bahan mineral dan bahan ketebalan minimum 50 cm serta
mengandung paling sedikit 30% dari bahan organik (bila liat) atau 20% bila berpasir,

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
23 | B a b I I

kepadatan tanahnya kurang dari 0,6 dan selalu jenuh air, mudah mengerut dan tak balik,
bila kering peka erosi dan mudah terbakar. Tanah jenis ini terdapat di kecamatan: Mandor,
Menjalin, Sebangki, dan sebagian Sengah Temila.

Tanah merupakan potensi sumber daya alam yang penting dipahami berkenaan
dengan pembangunan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak di Kabupaten Landak.
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa di kawasan KPH Unit VII Kabupaten Landak ini
memiliki 3 (tiga) jenis tanah yaitu jenis tanah Organosol, PMK dan Podsol dengan luasan
seperti dalam tabel berikut.

Tabel 11. Jenis Tanah di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Kawasan Luas
No Jenis Tanah
HL HP ha %
1 Organosol 3.209 20.479 23.688 23,43%
2 Podsolik Merah-Kuning 25.252 52.105 77.357 76,51%
3 Podsol 56 56 0,06%
TOTAL 29.133 52.105 101.086 100
Sumber: Peta Tanah Provinsi Kalimantan Barat tahun 2004

Jenis tanah Organosol terdapat di fungsi kawasan Hutan Lindung seluas 3.209 Ha
(3,06%) dan di fungsi kawasan Hutan Produksi seluas 20.479 Ha (19,51%). Jenis tanah
PMK merupakan jenis tanah yang paling dominan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ini, banyak di temukan di fungsi kawasan Hutan Lindung seluas 29.133 ha
(27,75%) dan di fungsi kawasan Hutan Produksi seluas 52.105 ha (49,63%). Sedangkan
untuk jenis tanah Podsol ditemukan di fungsi kawasan Hutan Lindung seluas 56 Ha (0,05 %)
dan di Hutan Produksi seluas 5 ha.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
24 | B a b I I

Gambar 6. Peta Jenis Tanah di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

2.1.4.5. Hidrologi

Wilayah Kabupaten Landak termasuk ke dalam DAS Landak di mana Sungai Landak
merupakan sungai terbesar yang ada di wilayah Kabupaten Landak. Sungai lain yang cukup
besar adalah Sungai Menyuke, Sungai Mempawah, dan Sungai Mandor. Sungai Landak
berperan penting bagi desa-desa yang berada dipinggir sungai tersebut, karena digunakan
masyarakat sebagai air untuk mandi, cuci, makan dan minum, sumber penangkapan ikan,
dan prasarana angkutan khususnya. Sungai Landak sangat efektif sebagai prasarana
transportasi yang menghubungkan Kota Pontianak dengan daerah Kabupaten Landak.

Sungai Landak yang merupakan sungai utama, lebarnya rata-rata 60 meter dengan
kedalaman rata-rata 4 meter. Pola aliran dari sungai-sungai tersebut merupakan pola
dendritik yang dicirikan dengan aliran menyebar. Sungai-sungai yang berada di wilayah
Kabupaten Landak merupakan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun, karena itu
perlu diamati debit aliran sungainya. Pengamatan yang dilakukan terhadap debit aliran
sungai merupakan debit sesaat. Fluktuasi debit yang terjadi akan selalu berubah dan akan
dipengaruhi oleh keadaan iklim, sifat fisik DAS dan penutupan lahan. Pada keadaan sifat
fisik DAS dan penutupan lahan yang tetap, maka fluktuasi debit sungai terutama
dipengaruhi oleh variasi curah hujan. Tindakan manusia berupa kegiatan-kegiatan
perkebunan yang merubah pola penutupan lahan akan mempengaruhi fluktuasi debit.
Berdasarkan sebaran kelas lereng dan sebaran penutupan lahan dapat diperkirakan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
25 | B a b I I

koefisien aliran dan debit puncak, sedangkan padatan tersuspensi (TSS) berpengaruh
terhadap besarnya kandungan sedimen.

Sungai Landak mempunyai potensi air terjun, karena debit air yang sangat besar
dengan kecepatan 0,71 meter/detik maka dapat digunakan sebagai sumber pembangkit
listrik mikro hidro. Air terjun Melanggar ini memiliki ketinggian 25 meter dan berada
dibagian hulu Kota Ngabang, secara geografis posisi air terjun berada pada 0º 51’ 23,26” LU
dan 108º 16’ 16,56” LS. Kabupaten Landak juga memiliki sumber mata air yang terdapat di
daerah Gunung Seha atau kawasan Wisata Gunung Seha dalam Wilayah Kecamatan Sengah
Temila, terdapat sejumlah saluran air bersih bersumber dari mata air.

Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak terbagi menjadi 4 (empat) DAS
diantaranya adalah DAS Kapuas, DAS Mempawah, DAS Sambas dan DAS Selakau. DAS
(daerah aliran sungai) yang dominan melewati wilayah KPHP Unit VII Landak adalah DAS
Kapuas dengan presentase sebesar 60,24%. Adapun rincian dari beberapa DAS yang
melewati KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ini adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Luas Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Menurut Daerah
Aliran Sungai
No Nama DAS Luas (ha) Persentase (%)
1 Kapuas 74.326 73,53
2 Mempawah 21.691 21,46
3 Sambas 212 0,21
4 Selakau 4.857 4,80
Total 101.086 100
Sumber: BPDAS Kapuas, 2018

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
26 | B a b I I

Gambar 7. Peta DAS di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

2.1.4.6. Lahan Kritis

Wilayah kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak memiliki lahan kritis pada
blok-blok kawasan hutannya. Kriteria lahan kritis yang terbagi dalam empat kriteria. yaitu
potensial kritis, agak kritis, kritis dan sangat kritis. Untuk lebih jelasnya. pembagian kriteria
lahan kritis pada masing-masing blok secara terperinci sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Data Lahan Kritis di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Status Lahan Kritis
Fungsi Kawasan Tidak Agak Potensial Sangat Total
Kritis
Kritis Kritis Kritis Kritis
Hutan Lindung 1.660 2.021 1.490 22.071 1.267 28.509
Hutan Produksi 17.111 1.008 10.032 44.284 140 72.575
Total 18.771 3.029 11.522 66.355 1.407 101.086
Sumber: Hasil Analisa dan Pengolahan Data KPH Wilayah Landak (Unit VII) Tahun 201 8 berdasarkan
Data Lahan Kritis BPDAS Kapuas 2018

2.1.5. Aksesibilitas Kawasan

Seluruh kawasan hutan yang termasuk di dalam wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak dapat dijangkau dengan transportasi darat baik menggunakan roda empat
maupun roda dua. Jarak tempuh dari kantor KPH wilayah Landak yang berada di Kota
Ngabang (ibu kota Kabupaten Landak) berkisar antara 20-157 km. Jarak ibu kota Provisi

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
27 | B a b I I

Kalimantan Barat (Pontianak) ke ibu kota Kabupaten Landak (Kota Ngabang) kurang lebih
180 km dengan waktutempuh relatif 4-5 Jam perjalanan (transportasi darat). Aksesibilitas
dalam kawasan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 14. Aksesibilitas dalam kawasan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Desa dalam Wilayah KPHP Waktu tempuh dari
No Kabupaten Akses Kendaraan Kantor UPT KPH
Unit VII
1 Agak Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
2 Bhakti Mulya Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
3 Dharma Bhakti Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
4 Keranji Paidang Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
5 Kuala Mandor-B Kubu Raya Mobil, Motor 2 – 2.5 jam
6 Pakumbang Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
7 Paloan Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
8 Pasti Jaya Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
9 Rantau Panjang Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
10 Saham Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
11 Sebangki Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
12 Sebente Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
13 Sidas Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
14 Suka Maju Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
15 Tirta Kencana Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
16 Tumiang Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
17 Pahauman Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
18 Senakin Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
19 Ansolok Landak Motor 1 – 1.5 jam
20 Gamang Landak Motor 1 – 1.5 jam
21 Mengkunyit Landak Motor 1 – 1.5 jam
22 Pak Mayam Landak Motor 1 – 1.5 jam
23 Pauh Landak Motor 1 – 1.5 jam
24 Sabaka Landak Motor 1 – 1.5 jam
25 Tapakng Landak Motor 1 – 1.5 jam
26 Untang Landak Motor 1 – 1.5 jam
27 Amawakng Landak Motor 1 – 1.5 jam
28 Amboyo Selatan Landak Motor 1 – 1.5 jam
29 Andeng Landak Motor 1 – 1.5 jam
30 Angkaras Landak Motor 1 – 1.5 jam
31 Anik Dingir Landak Motor 1 – 1.5 jam
32 Bagak Landak Motor 1 – 1.5 jam
33 Banying Landak Motor 1 – 1.5 jam
34 Bilayuk Landak Motor 1 – 1.5 jam
35 Caong Landak Motor 1 – 1.5 jam
36 Galar Landak Motor 1 – 1.5 jam
37 Gombang Landak Motor 1 – 1.5 jam

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
28 | B a b I I

Desa dalam Wilayah KPHP Waktu tempuh dari


No Kabupaten Akses Kendaraan Kantor UPT KPH
Unit VII
38 Kampet Landak Motor 1 – 1.5 jam
39 Karya Bhakti Bengkayang Motor
40 Keranji Mancal Landak Motor 1 – 1.5 jam
41 Kumpang Tengah Landak Motor 1 – 1.5 jam
42 Ladangan Landak Motor 1 – 1.5 jam
43 Mamek Landak Motor 1 – 1.5 jam
44 Ongkol Padang Landak Motor 1 – 1.5 jam
45 Padang Pio Landak Motor 1 – 1.5 jam
46 Rabak Landak Motor 1 – 1.5 jam
47 Ringo Lojok Landak Motor 1 – 1.5 jam
48 Sailo Landak Motor 1 – 1.5 jam
49 Sala'As Landak Motor 1 – 1.5 jam
50 Sebatih Landak Motor 1 – 1.5 jam
51 Semade Landak Motor 1 – 1.5 jam
52 Sompak Landak Motor 1 – 1.5 jam
53 Sungai Laki Landak Motor 1 – 1.5 jam
54 Ta'As Landak Motor 1 – 1.5 jam
55 Teluk Bakung Kubu Raya Mobil, Motor 2 – 2.5 jam
56 Tembawang Bale Landak Motor 1 – 1.5 jam
57 Tiang Tanjung Landak Motor 1 – 1.5 jam
58 Tunang Landak Motor 1 – 1.5 jam
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Peta aksesibilitas pada wilayah kerja KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
sebagaimana disajikan pada gambar berikut ini.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
29 | B a b I I

Gambar 8. Peta Aksesibilitas di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

2.1.6. Sejarah Wilayah

Berdasarkan hasil inventarisasi sosial budaya yang dilakukan di empat desa yang
berada di dalam dan sekitar wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak, yakni
Desa Saham, Desa Ringo Lojok, Desa Tiang Tanjung dan Desa Senakin, dapat diketahui
bahwa setidaknya 3 desa diantaranya memiliki kesamaan pola dalam alur historis
wilayahnya, yaitu masyarakat Suku Dayak yang sudah tinggal secara turun temurun di
wilayah tersebut dan sebagian kecil lainnya merupakan masyarakat pendatang. Kesamaan
pola tersebut terjadi di Desa Saham, Ringo Lojok, dan Tiang Tanjung. Sedangkan di Desa
Senakin sedikit berbeda sejarahnya dibanding 3 desa yang lain. Kemungkinan besar
dikarenakan posisi geografis Desa Senakin yang berada di jalur jalan utama antar
kabupaten.

Masyarakat Desa Senakin yang pertama kali tinggal di wilayah tersebut adalah suku
Tionghoa, yaitu sekitar tahun 1950an dan mereka sangat prihatin dengan keadaan ekonomi
pada masa itu. Pada awalnya desa Senakin ini dikenal oleh orang dengan nama Kampung
Tarap dan di desa ini juga tinggal seorang Toke/Pengusaha (Pedagang Besar) yang
bernama SINA KIN. Beliau ini menyediakan segala jenis sembako dan menjadi pusat
perbelanjaan bagi masyarakat untuk selalu belanja ke toko ini. Seiring perkembangan
adanya demonstrasi tahun 1967-1968 akhirnya banyak suku dayak yang masuk ke daerah
senakin ini. Masyarakat tinggal di desa Senakin ini sejak tahun 1968 (Orang Dayak) dan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
30 | B a b I I

menurut data kuesioner sekarang ini sudah sampai 3-6 generasi yang tinggal di daerah ini.
Sehingga penyatuan secara administratif dalam rangka pemanfaatan kembali desa di
Kecamatan Sengah Temila, maka dengan SK Gubernur TK. I Kalbar No.65 tahun 1985,
Senakin dijadikan sebagai desa pusat pengembangan.

Sedangkan di Desa Saham, menurut sejarahnya masyarakat yang pertama kali tinggal
di wilayah desa ini yaitu suku Dayak Kanayan. Suku ini tinggal di desa Saham ini dari
sebelum Indonesia merdeka/masa penjajahan Jepang dan Belanda dan masih masa
kerajaan. Generasi yang tinggal di desa ini secara turun temurun sudah masuk ke generasi
kelima. Pada awalnya masyarakat yang tinggal di desa ini yaitu warga pelarian yang
menghindari para penjahat yang pernah menempati wilayah tersebut (sumia). Menurut hasil
kuesioner, masyarakat di desa ini merupakan generasi ke-2 hingga ke-7 dari nenek moyang
mereka.

Demikian juga dengan di Desa Ringo Lojok, berdasarkan sejarahnya masyarakat yang
menguasai areal hutan adalah masyarakat suku Dayak asli yang telah lama tinggal dan
sampai sekarang masih menetap. Suku Dayak asli menguasai daerah tersebut sejak jaman
nenek moyang dan tidak pernah berganti nama Desa. Menurut hasil kuesioner, masyarakat
di desa ini merupakan generasi ke-3 hingga ke-7 dari nenek moyang mereka.

Di Desa Tiang Tanjung, berdasarkan sejarahnya masyarakat yang menguasai areal


hutan di wilayah tersebut adalah masyarakat suku Dayak yang sudah turun temurun tinggal
di kawasan hutan, yang pada awalnya akibat adanya perang saudara sub-sub suku Dayak
yang menyebabkan sebagian kelompok masyarakat pindah dan mencari tempat yang aman,
dimana kelompok masyarakat tersebut tersebar dan mendiami areal perkebunan dan hutan
yang ditanami dan dimanfaatkan hasil alamnya. Dalam perkembangannya, oleh tokoh adat,
tokoh agama, dan masyarakat setempat, maka disepakatilah nama desa yaitu Desa Tiang
Tanjung karena dikelilingi perbukitan yang disebut Tiang dan lembah/tanah yang rata
disebut Tanjung dan diapit oleh dua sungai. Masyarakat suku dayak di daerah ini telah
menetap sejak tahun 1950, dan memang pada jaman dahulu masyarakat masih tinggal
dikawasan hutan dan membuka kampung. Sekitar tahun 1989 perubahan nama kampung
menjadi Desa dengan sistem pemerintahan orde baru, dimana beberapa kampung dibentuk
menjadi satu Desa yaitu Desa Tiang Tanjung, yang memiliki 3 Dusun, kemudian
berkembang menjadi 5 Dusun dan 16 RT sampai sekarang. Masyarakat di desa ini
merupakan generasi ke-4 hingga ke-8 dari nenek moyang mereka.

Sedangkan sejarah pembentukan KPH Wilayah Landak (Unit VII) dapat diuraikan
sebagai berikut:

a. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 Pembangunan KPH merupakan Program Prioritas
Pembangunan Nasional.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
31 | B a b I I

b. Berdasarkan surat Menteri Kehutanan No. 272/Menhut-VII/2010 perihal Percepatan


Pembangunan KPH. Kementrian Kehutanan berkomitmen mendukung daerah–daerah
yang berproses dalam pembangunan KPH dan memfasilitasi pembangunan KPH.
c. Berdasarkan Permendagri No. 61 Tahun 2010. dalam rangka efektivitas pengelolaan
hutan lindung dan produksi di daerah provinsi/kabupaten dibentuk KPHP dan KPHL.
d. Penetapan wilayah KPHP dan KPHL di Kalimantan Barat dengan Keputusan Menteri
Kehutanan No. SK.67/Menhut-II/2012 tanggL 19 Januari 2012.
e. Pembentukan kelembagaan UPT KPH Wilayah Landak berdasarkan Peraturan
Gubernur Kalimantan Barat No. 141 Tahun 2016. tanggal 30 Desember 2016.
f. Peraturan Gubernur Kalimantan Barat No. 100 Tahun 2017. tanggal 28 Desember
2017 tentang Pembentukan Susunan Organisasi. Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Landak Provinsi
Kalimantan Barat.

2.2. Potensi Wilayah


2.2.1. Penutupan Vegetasi

Kegiatan perencanaan yang akan dilakukan tidak sepenuhnya bergantung pada


kegiatan Identifikasi Biofisik. Sosial Ekonomi dan Potensi Seluruh Areal KPH. karena tidak
semua areal dapat terjangkau terutama pada kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi
yang mempunyai kelerengan yang kategorinya agak curam dan tingkat sangat curam. oleh
karena pemetaan tutupan lahan juga menggunakan teknologi Penginderaan Jauh
(berdasarkan citra satelit ETM+ SPOT 6 resolusi tinggi) dan Sistem Informasi Geografis.
Melalui Penginderaan Jauh dapat dilakukan pengumpulan data pada suatu daerah tanpa
harus mendatangi secara langsung daerah yang dikaji sehingga dapat menghemat waktu,
tenaga dan biaya. Ketepatan informasi tutupan lahan akan memberikan kemudahan dalam
melakukan analisa perencanaan suatu wilayah.

Tutupan lahan pada wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak didominasi
oleh Pertanian Lahan Kering Campur Semak dengan total luasan ± 74.521,67 ha.
Sedangkan tutupan lahan yang paling kecil luasannya adalah Tubuh Air dengan luasan ±
6,28 ha. Untuk lebih jelasnya. Kondisi penutupan lahan yang ada di kawasan KPH Wilayah
Landak Unit VII seperti disajikan pada Tabel 15 dibawah ini:

Tabel 15. Tutupan Lahan pada Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Tipe Penutupan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
1. Hutan Lahan Kering Sekunder 2.158 2,13
2. Hutan Tanaman 4.052 4,01
3. Semak Belukar 409 0,40
4. Perkebunan 826 0,82
5. Pemukiman 7 0,01
6. Lahan Terbuka 440 0,44

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
32 | B a b I I

No Tipe Penutupan Lahan Luas (ha) Persentase (%)


7. Tubuh Air 6 0,01
8. Hutan Rawa Sekunder 11.204 11,08
9. Semak Rawa Belukar 4.909 4,86
10. Pertanian Lahan Kering 122 0,12
11. Pertanian Lahan Kering Campur Semak 72.330 71,55
12. Sawah 2.669 2,64
13. Pertambangan 1.955 1,93
Jumlah 101.086 100,00
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat ETM+ ( IPSDH. Dirjen Planologi. Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. 201 8).

Gambar 9. Peta Tutupan Lahan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Hasil penafsiran citra satelit yang dikeluarkan oleh IPSDH Kementerian Kehutanan
Republik Indonesia yang dianalisa dengan Sistem Informasi Geografis sangat bermanfaat
dalam penentuan arah tipe penggunaan lahan. Hasil tutupan lahan dan sebaran data lahan
kritis yang ada di wilayah KPH Wilayah Landak Unit VII disajikan pada Tabel 16 seperti
berikut.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
33 | B a b I I

Tabel 16. Tutupan Lahan pada Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Berdasarkan Blok

Hutan Lahan Kering

Pertanian Lahan
Pertanian Lahan
Hutan Tanaman

Semak Belukar
Kering Campur
Lahan Terbuka

Pertambangan

Semak Rawa
Hutan Rawa
Blok KPHP

Perkebunan
Pemukiman

Tubuh Air
Sekunder

Sekunder

Belukar
Unit VII pada

Semak

Sawah
Kering
UPT KPH
Wilayah
Landak

HL-Blok Inti 455.32 1,611.54 10.33 14.69 2,784.57 28.50 0.84 6.27
HL-Blok
1,170.03 1,323.59 3,943.92 270.98 7.25 28.53 22,340.26 300.87 1,408.45
Pemanfaatan
HP-Blok
Pemanfaatan 513.32 2,335.49 20.40 293.97 1,697.01 37,746.50 2,489.62 76.27 1,872.84
HHK-HT
HP-Blok
Pemberdayaan 19.16 5,923.56 107.75 148.93 492.80 258.03 106.99 9,405.18 150.61 31.41 1,626.96 0.01
Masyarakat
HP-Blok
9.37 0.01 53.93
Perlindungan
Taman Hutan
Raya
(SK.196/MENLHK 1,676.50 8.70 2,191.22 24.39
/SETJEN/PLA.2/3
/2019)
Total 3,834.33 11,203.55 4,051.67 440.31 7.25 834.34 1,955.04 121.69 74,521.67 2,668.72 432.94 4,909.09 6.28
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat ETM+ ( IPSDH. Dirjen Planologi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 201 8)

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
34 | B a b I I

2.2.2. Potensi Kayu

Dari pengolahan data yang didapatkan di lapangan, volume kayu tegakan (pohon)
secara keseluruhan untuk masing-masing petak pengamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 17. Volume Kayu Tegakan Masing-masing Petak Pengamatan di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Kawasan
No Petak Penutupan Lahan Volume (m³/0,5 ha)
Kawasan Hutan
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 10,88
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 23,66
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 33,26
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 19,70
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 12,32
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 26,90
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 8,96
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 59,21
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 37,27
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 9,91
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 31,26
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 21,68
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 19,62
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 17,25
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 12,72
Rata-rata 22,97
Sumber: Rekapitulasi data inventarisasi biogeofisik KPH, 2019

Pada tabel diatas terlihat bahwa volume kayu tegakan yang terbesar berada di dalam
Petak Pengamatan 8 (Kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa
Sekunder) dengan volume 59,21 m³/0,5 ha. Lokasi tersebut relatif susah diakses oleh
masyarakat sehingga kondisi vegetasinya relatif aman dari penebangan masyarakat.
Sedangkan volume kayu tegakan yang terendah berada di dalam Petak Pengamatan 7 yang
berada di dalam kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder
dengan volume 8,96 m³/0,5 ha. Secara umum, rata-rata volume dari semua petak
pengamatan adalah 22,97 m³/0,5 ha.

Dari semua petak pengamatan, dapat dikelompokkan volume rata-rata seluruh


populasi untuk masing-masing stratum sebagai berikut:

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
35 | B a b I I

Tabel 18. Volume Rata-rata Seluruh Populasi Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Volume
Fungsi Penutupan Jml Total Volume
No Stratum rata-rata
Kawasan Lahan Petak (m3/0,5 ha)
(m3/0,5 ha)
Hutan Hutan Rawa
1 HP-Hrs 12 267,97 22,33
Produksi Sekunder
Hutan Rawa
2 HL-Hrs Hutan Lindung 3 76,62 25,54
Sekunder
Rata-rata 23,94
Sumber: Rekapitulasi data inventarisasi biogeofisik KPH, 2019

Pada tabel diatas terlihat bahwa volume kayu tegakan rata-rata terbanyak terdapat di
dalam Stratum HL-Hrs (Kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa
Sekunder) dengan volume 25,54 m³/0,5 ha. Secara umum, kondisi vegetasi di petak
pengamatan pada stratum tersebut masih terjaga karena memiliki aksesibilitas yang cukup
susah untuk diakses oleh masyarakat.

Sementara, petak pengamatan dengan volume terendah ada pada stratum HP-Hrs
(Kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan volume
rata-rata 22,33 m³/0,5 ha.

Nilai total volume kayu dalam semua areal masing-masing stratum diketahui dengan
mengalikan luas masing-masing stratum dengan volume rata-ratanya seperti tabel berikut:

Tabel 19. Nilai Total Volume Kayu Seluruh Populasi Masing-masing Stratum di Wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Volume
Fungsi Penutupan Volume Total
No Stratum Luas (ha) rata-rata
Kawasan Lahan (m3/0,5 ha)
(m3/0,5 ha)
Hutan Rawa
1 HP-Hrs Hutan Produksi 9.592 22,33 214.196
Sekunder
Hutan Rawa
2 HL-Hrs Hutan Lindung 1.612 25,54 41.158
Sekunder
Total 255.354
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Dari tabel diatas terlihat bahwa berdasarkan luasan yang dimiliki dan volume kayu
rata-rata masing-masing stratum, total potensi (volume) kayu tegakan tertinggi terdapat di
stratum HP-Hrs (Kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder),
dengan volume mencapai 214.196 m³ dari luas stratum 9.592 Ha dan volume rata-rata
22,33 m³/0,5 ha. Sedangkan total potensi (volume) kayu tegakan yang terendah berada
pada stratum HL-Hrs (Kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa
Sekunder) yang memiliki jumlah plot sedikit, yaitu dengan total volume 41.158 m³/0,5 ha
dari luas stratum 1.612 Ha dan volume rata-rata 25,54 m³/0,5 ha.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
36 | B a b I I

Permudaan terdiri dari tingkat anakan (seedling), pancang (sapling) dan tiang (poles).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di masing-masing petak pengamatan didapatkan
hasil sebagai berikut:

2.2.2.1. Anakan (Seedling)

Jumlah anakan (seedling) yang ditemukan pada masing-masing petak pengamatan


adalah sebagai berikut:

Tabel 20. Jumlah Tingkat Anakan (seedling) Masing-masing Petak di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Fungsi Tingkat
Jumlah Anakan
No Petak Penutupan Lahan Kerapatan
Kawasan Hutan (batang)
(batang/0,5 ha)
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 39 7.763
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Primer 31 6.170
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Primer 26 5.175
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Primer 45 8.957
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 39 7.763
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 84 16.720
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 109 21.696
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 150 29.857
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 87 17.317
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 76 15.127
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 136 27.070
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 76 15.127
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 50 9.952
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 55 10.947
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 138 27.468
Jumlah 1.141 227.110
Rata-rata 76 15.141
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Dari tabel diatas terlihat bahwa secara keseluruhan masing-masing petak pengamatan
memiliki jumlah anakan yang bervariasi. Rata-rata jumlah anakan di seluruh petak sampel
adalah 76 batang dengan tingkat kerapatan sebesar 1.141 batang/0,5 ha. Jumlah anakan
yang paling banyak ditemukan adalah di Petak 8 yang berada pada kawasan Hutan Produksi
dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder dengan jumlah 150 batang serta tingkat
kerapatan anakannya sebesar 29.857 batang/0,5 ha. Untuk anakan dengan jumlah yang
paling sedikit terdapat di Petak 3 yang berada pada kawasan Hutan Lindung dengan
penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder dengan jumlah anakan 26 batang serta tingkat
kerapatan anakannya sebesar 5.175 batang/0,5 ha

Dari semua petak pengamatan, dapat dikelompokkan jumlah rata-rata anakan seluruh
populasi untuk masing-masing stratum sebagai berikut:

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
37 | B a b I I

Tabel 21. Tingkat Kerapatan Rata-rata Tingkat Anakan (Seedling) Masing-masing Stratum
di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Jumlah Tingkat Kerapatan
Fungsi Penutupan Jumlah
No Stratum Anakan Rata- Rata-Rata
Kawasan Lahan Petak
Rata (batang) (batang/0,5 ha)
Hutan Rawa
1 HP-Hrs Hutan Produksi 12 87 17.234
Sekunder
Hutan Rawa
2 HL-Hrs Hutan Lindung 3 34 6.768
Sekunder
Total 24.002
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah anakan rata-rata terbanyak terdapat di


Stratum HP-Hrs (Kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder)
dimana jumlah anakan rata-rata sebanyak 87 batang dengan tingkat kerapatan sebanyak
17.234 batang/0,5 Ha. Untuk jumlah anakan rata-rata paling sedikit terdapat di Stratum HL-
Hrs (Kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dimana
jumlah rata-ratanya 34 batang dengan tingkat kerapatan 6.768 batang/0,5 ha.

Berdasarkan data kerapatan rata-rata per 0,5 hektar pada masing–masing stratum
dikalikan dengan luasnya, maka didapatkan jumlah kerapatan total (batang) untuk masing-
masing stratum seperti tabel berikut:

Tabel 22. Jumlah Total Tingkat Anakan (Seedling) Masing-masing Stratum di Wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tingkat Kerapatan Kerapatan
Fungsi Penutupan Total
No Stratum Luas (ha) Rata-rata
Kawasan Lahan
(batang/0,5 ha) (batang)
Hutan Rawa
1 HP-Hrs Hutan Produksi 9.592 17.234 165.308.104
Sekunder
Hutan Rawa
2 HL-Hrs Hutan Lindung 1.612 6.768 10.906.120
Sekunder
Total 176.214.224
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Tabel 22 di atas memperlihatkan bahwa, berdasarkan luasan yang dimiliki dan kerapatan
rata-rata masing-masing stratum, total jumlah anakan terbanyak terdapat dalam stratum
HP-Hrs (kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan
total jumlah anakan 165.308.104 batang dari luas kawasan 9.592 Ha dan kerapatan rata-
rata 17.234 batang/0,5 Ha. Untuk jumlah anakan paling sedikit terdapat dalam stratum HL-
Hrs (kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan total
jumlah anakan 10.906.120 batang/0,5 Ha dari luas kawasan 6.768 Ha dan kerapatan rata-
rata 1.612 batang/0,5 Ha.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
38 | B a b I I

2.2.2.2. Pancang (Sapling)

Jumlah pancang (sapling) yang ditemukan pada masing-masing petak pengamatan


adalah sebagai berikut:

Tabel 23. Jumlah Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Petak di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Fungsi Tingkat
Jumlah Pancang
No Petak Penutupan Lahan Kerapatan
Kawasan Hutan (batang)
(batang/0,5 ha)
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 34 1.692
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 40 1.990
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 47 2.339
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 37 1.841
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 40 1.990
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 66 3.284
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 82 4.080
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 136 6.768
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 109 5.424
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 100 4.976
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 243 12.092
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 108 5.374
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 56 2.787
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 63 3.135
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 133 6.618
Jumlah 1.294 64.391
Rata-rata 86 4.293

Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Dari tabel diatas terlihat bahwa secara keseluruhan masing-masing petak pengamatan
memiliki jumlah pancang yang bervariasi. Rata-rata jumlah pancang di seluruh petak sampel
adalah 86 batang dengan tingkat kerapatan sebesar 4.293 batang/0,5 ha. Jumlah pancang
yang paling banyak ditemukan terdapat di Petak 8 yang berada pada kawasan Hutan
Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder dengan jumlah 136 batang dan
tingkat kerapatan sebesar 6.768 batang/0,5 Ha. Untuk pancang dengan jumlah yang paling
sedikit terdapat di Petak 1 yang berada pada kawasan Hutan Produksi dengan penutupan
lahan Hutan Rawa Sekunder. Jumlah pancang yang terdata pada petak 1 adalah sebanyak
34 batang dan tingkat kerapatan pancang 1.692 batang/0,5 ha.

Dari semua petak pengamatan, dapat dikelompokkan jumlah rata-rata pancang


seluruh populasi untuk masing-masing stratum sebagai berikut:

Tabel 24. Jumlah Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Stratum Fungsi Penutupan Jumlah Jumlah Tingkat Kerapatan Rata-

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
39 | B a b I I

Kawasan Lahan Petak Pancang Rata- Rata (batang/0,5 ha)


Rata (batang)
Hutan Hutan Rawa
1 HP-Hrs 12 98 4.852
Produksi Sekunder
Hutan Hutan Rawa
2 HL-Hrs 3 41 2.057
Lindung Sekunder
Rata-rata 6.909
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah pancang rata-rata terbanyak terdapat di


Stratum HP-Hrp (kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Primer)
dimana jumlah pancang rata-rata sebanyak 98 batang dan tingkat kerapatan 4.852
batang/0,5 Ha. Untuk jumlah pancang rata-rata paling sedikit terdapat di Stratum HL-Hrs
(kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dimana jumlah
pancang rata-rata 41 batang dengan tingkat kerapatan 2.057 batang/0,5 ha.

Berdasarkan kerapatan pancang rata-rata per 0,5 hektar pada masing–masing stratum
dikalikan dengan luasnya, maka didapatkan jumlah kerapatan total (batang) untuk masing-
masing stratum seperti tabel berikut :

Tabel 25. Jumlah Total Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tingkat
Kerapatan
Fungsi Kerapatan
No Stratum Penutupan Lahan Luas (ha) Total
Kawasan Rata-rata
(batang)
(batang/0,5 ha)
Hutan
1 HP-Hrs Hutan Rawa Sekunder 9.592 4.852 46.540.384
Produksi
2 HL-Hrs Hutan Lindung Hutan Rawa Sekunder 1.612 2.057 3.315.884
Total 49.856.268
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Tabel diatas memperlihatkan bahwa berdasarkan luasan yang dimiliki dan kerapatan
rata-rata masing-masing stratum, total jumlah pancang terbanyak berada pada Stratum HP-
Hrs (kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan total
jumlah pancang 46.537.652 batang dari luas kawasan 9.592 ha dan kerapatan rata-rata
4.852 batang/0,5 ha. Sebaliknya, untuk jumlah pancang paling sedikit terdapat dalam
stratum HL-Hrs (kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder)
dengan jumlah pancang total 3.314.605 batang/0,5 Ha dari luas kawasan 1.612 Ha dan
kerapatan rata-rata 2.057 batang/0,5 Ha.

2.2.2.3. Tiang (Poles)

Jumlah tiang (poles) yang ditemukan pada masing-masing petak pengamatan adalah
sebagai berikut.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
40 | B a b I I

Tabel 26. Jumlah Tingkat Tiang (Poles) Masing-masing Petak Pengamatan di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Tingkat Kerapatan
No Petak Penutupan Lahan Jumlah Tiang (Batang)
Kawasan Hutan (Batang/0,5 Ha)
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 42 334
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 40 318
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 51 406
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 46 366
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 44 350
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 57 454
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 37 295
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 44 350
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 42 334
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 32 255
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 57 454
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 102 812
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 72 573
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 104 828
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 66 525
Jumlah 836 6.656
Rata-rata 56 444
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Dari tabel diatas terlihat bahwa secara keseluruhan masing-masing petak pengamatan
memiliki jumlah tiang yang bervariasi. Rata-rata jumlah tiang di seluruh petak sampel adalah
56 batang dengan tingkat kerapatan rata-rata sebesar 444 batang/0,5 ha. Jumlah tiang
yang paling banyak terdapat di Petak 14 yang berada pada kawasan Hutan Produksi dengan
kondisi penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder. Jumlah tiang dalam petak ini mencapai 104
batang dengan tingkat kerapatan tiang sebesar 828 ha batang/0,5 ha. Untuk tiang dengan
jumlah yang paling sedikit terdapat di Petak 10 yang berada pada kawasan Hutan Produksi
dengan kondisi penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder. Jumlah tiang yang terdata dalam
petak ini adalah sebanyak 32 batang dengan tingkat kerapatan tiang 255 batang/0,5 ha.

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa total tiang (poles) pada Petak Pengamatan 15
adalah 66 batang dengan kerapatan sebesar 525 batang/0,5 ha. Jenis tiang (poles)
terbanyak adalah jenis Ubah sebanyak 18 batang dengan kerapatan 143 batang/0,5 Ha.
Selain jenis tersebut, jumlah dan kerapatan tiang (poles) yang lain relatif merata antar jenis.

Dari semua petak pengamatan, dapat dikelompokkan jumlah rata-rata tiang seluruh
populasi untuk masing-masing stratum sebagai berikut:

Tabel 27. Jumlah Tingkat Tiang (Poles) Masing-Masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak
No Stratum Fungsi Penutupan Lahan Jumlah Jumlah Tiang Tingkat Kerapatan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
41 | B a b I I

Kawasan Petak Rata-Rata Rata-rata


(batang) (batang/0,5 ha)
Hutan Hutan Rawa
1 HP-Hrs 12 58 464
Produksi Sekunder
Hutan Hutan Rawa
2 HL-Hrs 3 46 364
Lindung Sekunder
Rata-rata 414
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah tiang rata-rata terbanyak terdapat di Stratum
HP-Hrs (kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dimana
jumlah tiang rata-rata sebanyak 58 batang dan tingkat kerapatan 464 batang/0,5 Ha. Untuk
jumlah tiang rata-rata paling sedikit terdapat di Stratum HL-Hrs (kawasan Hutan Lindung
dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder), dimana jumlah tiang rata-ratanya adalah
46 batang dengan tingkat kerapatan 364 batang/0,5 Ha.

Berdasarkan kerapatan tiang rata-rata per 0,5 hektar masing–masing stratum


dikalikan dengan luasnya, maka didapatkan jumlah kerapatan total (batang) untuk masing-
masing stratum seperti tabel berikut:

Tabel 28. Jumlah Total Tingkat Tiang (Poles) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tingkat Kerapatan Kerapatan
Fungsi Luas
No. Stratum Penutupan Lahan Rata-rata Total
Kawasan (Ha)
(batang/0,5 ha) (batang)
Hutan Hutan Rawa
1 HP-Hrs 9.592 464 4.450.688
Produksi Sekunder
Hutan Hutan Rawa
2 HL-Hrs 1.612 364 586.768
Lindung Sekunder
Total 5.037.456
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Tabel diatas memperlihatkan bahwa, berdasarkan luasan yang dimiliki dan kerapatan
rata-rata masing-masing stratum, total jumlah tiang terbanyak terdapat dalam stratum HP-
Hrs (kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan total
jumlah tiangnya adalah 4.450.688 batang dari luas kawasan 9.592 ha dan kerapatan rata-
rata 464 batang/0,5 Ha. Untuk jumlah tiang paling sedikit terdapat dalam stratum HL-Hrs
(kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan total
jumlah sebanyak 586.768 batang/0,5 ha dari luas kawasan 1.612 ha dan kerapatan rata-
rata 364 batang/0,5 ha.

Adapun jenis-jenis kayu hasil inventarisasi biogefisik 2019 sebagai berikut.

Tabel 29. Jenis Jenis Kayu dari Hasil Inventarisasi Biogeofisik 2019 di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Nama Jenis Kelompok Kayu
1 Emang Kayu Meranti

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
42 | B a b I I

2 Mabang Kayu Meranti


3 Nyatoh Kayu Meranti
4 Resak Kayu Meranti
5 Geronggang Kayu Rimba Campuran
6 Kempas Kayu Rimba Campuran
7 Keranji Kayu Rimba Campuran
8 Medang Kayu Rimba Campuran
9 Mentibu Kayu Rimba Campuran
10 Pisang-pisang Kayu Rimba Campuran
11 Rengas Kayu Indah Dua
12 Ramin Kayu Indah Dua
13 Bingir Kayu Lainnya
14 Dada Rawa Kayu Lainnya
15 Gandis Kayu Lainnya
16 Jungkang Kayu Lainnya
17 Kayu Malam Kayu Lainnya
18 Maribangko Kayu Lainnya
19 Sangai Kayu Lainnya
20 Semantang Kayu Lainnya
21 Tali-tali Kayu Lainnya
22 Ubah Kayu Lainnya
Sumber: Hasil Inventarisasi Biogeofisik di Wilayah KPHP Unit VII Landak

2.2.3. Potensi HHBK

Potensi non kayu di wilayah KPH Wilayah Landak Unit VII dapat dikatakan masih
cukup tinggi. yang keberadaannya tersebar hampir pada seluruh wilayah KPH. Potensi non
kayu yang banyak ditemukan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
adalah rotan dan damar serta tumbuhan obat-obatan. Untuk skala prioritas yang akan
dikembangkan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah
pengembangan rotan. Pengembangan pemanfaatan rotan ini rencananya akan dilaksanakan
di beberapa wilayah desa yang ada di dalam kawasan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak. Hal tersebut telah melalui banyak pertimbangan diantaranya adalah banyaknya
masyarakat yang mengumpulkan rotan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
kecil untuk pembuatan meja, kursi, lemari dan lain sebagainya. Cakupan aksesibilitas untuk
mencapai wilayah desa cukup baik serta antusiasme warga setempat dalam menyambut
baik program kerja ini.

Tabel 30. Sebaran Potensi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No. Kabupaten Kecamatan Desa IDM Potensi
Sangat Budidaya Jengkol dan
1. Landak Banyuke Hulu Gamang
Tertinggal Petai Lokal
Budidaya Kaliandra dan
2. Kubu Raya Sungai Ambawang Teluk Bakung Tertinggal
Serai Wangi

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
43 | B a b I I

No. Kabupaten Kecamatan Desa IDM Potensi


Budidaya Aren non
3. Landak Sengah Temila Senakin Maju
Intensif
Budidaya Jengkol dan
4. Landak Banyuke Hulu Ringo Lojok Tertinggal
Petai Lokal

5 Landak Mempawah Hulu Tiang Tanjung Tertinggal Budidaya Kemiri

Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
44 | B a b I I

Gambar 10. Peta Sebaran Potensi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
45 | B a b I I

2.2.4. Keberadaan Flora dan Fauna Langka

Data mengenai flora, fauna dan jasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ini dikumpulkan baik melalui pengamatan secara
langsung maupun tidak langsung. Pengamatan secara langsung bersifat kuantitatif, yaitu
yang ditemukan baik di dalam plot pengukuran maupun di jalur rintisan. Sedangkan
pengamatan secara tidak langsung bersumber dari informasi oleh masyarakat yang terlibat
dalam kegiatan ini. Hasil pengamatan secara langsung pada masing-masing petak
pengamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 31. Jenis-jenis Flora Menurut Petak Pengamatan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak
Fungsi
No Petak Penutupan Lahan Jenis Jumlah
Kawasan Hutan
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Kantong Semar -
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - -
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - Kantong semar 9
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - Kantong Semar -
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Kantong Semar -
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder Kantong Semar 15
- Sarang Semut 9
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Kantong Semar 10
- Kantong Semar 5
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Sarang Semut 10
- Kantong Semar 10
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Asam Payak 5
- Sarang Semut 8
- Kantong Semar 5
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Sarang Semut 5
Sumber: Rekapitulasi Data Lapangan, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
46 | B a b I I

Kantong Semar Sarang Semut


Gambar 11. Jenis Flora yang Ditemukan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak Saat Pengamatan

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keragaman jenis flora di lokasi penelitian,
terutama yang berada di dalam hutan kering umumnya adalah jenis-jenis seperti damar,
pasak bumi dan tumbuhan obat lainnya. Untuk jenis damar sendiri memiliki keunikan karena
pada umumnya damar tumbuh di pohon yang masih hidup, namun damar yang ada di KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ini berasal dari pohon yang sudah tumbang dan
mati. Disana masyarakat bisa menemukan damar dalam jumlah banyak. Sekarang ini damar
yang ada ini telah dijual ke kecamatan Ambawang dengan kisaran harga jual Rp3.500,-/kg.

Tabel 32. Jenis-jenis Fauna Menurut Petak Pengamatan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak
Fungsi
No Petak Penutupan Lahan Jenis Jumlah
Kawasan Hutan
- Burung Buriak 2
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Babi Hutan 3
- Babi Hutan 7
- Tupai 2
- Rusa 1
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder
- Planduk 2
- Burung Cicit 2
- Burung Butbut 2
- Babi Hutan 5
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - Burung Cit-cit 1
- Burung But-but 1
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - Babi Hutan 1

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
47 | B a b I I

Fungsi
No Petak Penutupan Lahan Jenis Jumlah
Kawasan Hutan
- Musang 1
- Babi Hutan
- Burung Cit-cit
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Tupai -
- Kera
- Pelanduk
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Babi Hutan -
- Babi Hutan
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder -
- Kancil
- Babi Hutan
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Kancil -
- Trenggiling
- Babi Hutan
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder -
- Kancil
- Babi Hutan
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder -
- Kancil
- Karing Kasak 2
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Sangkobok 2
- Burung Ketok 1
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Burung Uncit 5
- Burung Merbak 2
- Burung Pak Ali 2
- Burung Pa’nok 1
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Burung Keto 3
- Burung Enggang 1
- Burung Biang 3
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Burung Uncit 2
- Burung Kutarak 4
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - -
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keragaman jenis fauna di lokasi penelitian,
terutama yang berada di dalam hutan kering umumnya adalah jenis-jenis seperti aneka
burung, kelempiau, babi hutan dan pelanduk. Dalam kegiatan survey tidak ditemukan flora
maupun fauna yang dinyatakan dilindungi berdasarkan Permen LHK Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Stawa yang dilindungi

2.3. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam


2.3.1. Potensi Jasa Lingkungan

Sebagian Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah kawasan
Hutan Lindung. sehingga izin pemanfaatan yang diperbolehkan di kawasan tersebut adalah
termasuk pemanfaatan jasa lingkungan. Untuk saat ini. belum ada izin pemanfaatan potensi
maupun pengajuan izin tersebut. Potensi jasa lingkungan terbesar diperkirakan berasal dari
kegiatan ekowisata yang memadukannya dengan Budaya Dayak khas Kabupaten Landak.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
48 | B a b I I

Tabel 33. Aksesibilitas Menuju Lokasi Potensi Jasa Lingkungan di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak
Potensi Jasa Lama Perjalanan dari
No Lokasi Akses Kendaraan
Lingkungan Kota Ngabang
1 Riam Solakng Desa Senakin Mobil, Motor 1.5 Jam
2 Batu Tangket Desa Senakin Mobil, Motor 1.5 Jam
3 Rumah Radank Payakng Desa Saham Mobil, Motor 1.5 Jam
4 Riam Siname Desa Tiang Tanjung Jalan Kaki dari desa 4 Jam
5 Riam Tamang Desa Tiang Tanjung Jalan Kaki dari desa 4 Jam
6 Riam Parink Desa Ringo Lojok Jalan Kaki dari desa 2.5 Jam
7 Riam Sebangkit Desa Ringo Lojok Jalan Kaki dari desa 2.5 Jam
Sumber: Inventarisasi Sosial Budaya, 2019

2.3.2. Wisata Alam

Secara umum, berdasarkan potensi dan kondisi sosial budaya masyarakat yang ada,
maka peluang pengembangan usaha di wilayah kerja KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:

2.3.2.1. Objek Wisata Riam Solakng dan Batu Tangket

Berlokasi di Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak. Riam


Solakng terletak tidak jauh dari Desa Senakin, jarak tempuhnya pun relatif mudah untuk
dijangkau. Dengan jarak tempuh kira-kira 20 menit dengan menggunakan kendaraan dan
berjalan kaki kira-kira 1 jam. Selain jarak tempuhnya relatif dekat, akses menuju lokasi juga
dapat menggunakan kendaraan roda empat dan sepeda motor atau berjalan kaki sembari
menikmati alam sekitar selama perjalanan dengan tarif masuk sebesar Rp.10.000.
Persimpangan jalan untuk menuju lokasi Riam Solakng tidak jauh dari desa senakin. Jika
dari arah Pontianak, maka jarak persimpangan dengan pasar senakin kira-kira 100 meter,
sebelah kiri jalan atau tepatnya di depan pemakaman umum desa setempat.

Keindahan alam yang ada di lokasi Riam Solakng menyuguhkan keindahan air terjun
setinggi kurang lebih 3 atau 4 meter. selain air terjun, di lokasi tersebut juga terdapat batu
tangket yang terletak tidak jauh dari lokasi air terjun riam Solakng dan juga menjadi salah
satu potensi jasa lingkungan yang dapat dikembangkan di desa ini. Konon katanya, menurut
cerita batu tersebut mempunyai cerita/legenda tersendiri sehingga tepat dibawah batu
tersebut dapat kita temukan tempat untuk sesajian yang dibuat oleh penduduk setempat.
Untuk jumlah pengunjung, pada hari biasa jumlah pengunjung berkisar ±20 orang setiap
harinya, pada hari libur bisa dapat mencapai ±100 orang, pada hari-hari besar bisa
mencapai ± 200-300 orang dan puncaknya biasanya bertepatan dengan pergantian tahun
baru. Jumlah pengunjung dapat mencapai ribuan orang, dari berbagai daerah. Maka
tidaklah heran apabila setiap tanggal 1 januari setiap tahunnya, desa senakin selalu ramai
dengan lalu lalang kendaraan para pengunjung menuju objek wisata tersebut.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
49 | B a b I I

Gambar 12. Potensi Objek Wisata Riam Solakng dan Batu Tangket yang Masuk Dalam
Kawasan Hutan Produksi (HP)

Kondisi saat ini objek wisata ini memang sudah berjalan dan bekerjasama dengan
dinas pariwisata setempat dalam pengelolaan nya. Hanya saja di lokasi ini belum ada sarana
dan prasarana yang menunjang untuk pengembangan objek wisata ini kedapannya karena
disebabkan oleh lokasinya yang masih berada di dalam kawasan hutan. Untuk itu perlu
adanya keterlibatan antara dinas terkait dan masyarakat dengan lembaga yang menangani
wilayah hutan tersebut dalam hal ini yaitu KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak.
Sehingga kedepannya ada legalitas dari objek wisata ini sehingga manfaatnya dapat lebih
besar bagi masyarakat terutama dalam menunjang sektor ekonomi di lokasi tersebut.

2.3.2.2. Objek Wisata Rumah Radank Panyakng

Menurut cerita orang tua terdahulu rumah panjang saham didirikan pada tahun 1875.
Rumah tersebut terdiri dari 35 pintu dan panjang 180 meter yang dihuni oleh suku Dayak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
50 | B a b I I

Kanayatn Bukit. Kehidupan sosial masyarakatnya memegang teguh adat istiadat,


tradisi.budaya dan kehidupan bersama (gotong royong). Dirumah panjang tersebut terdapat
seniman pemahat ukiran kayu belian (ulin) dan kayu keras lainnya. Terletak di Dusun Saham
Desa Saham Kecamatan Sengah Temila.

Desa Saham terdiri dari satu rumah panjang dan rumah-rumah tunggal yang
mengikuti pola masa kini. Sebelumnya seluruh penduduk tinggal disatu rumah panjang
sebagai satu kelompok masyarakat. Bagi masyarakat Dayak, Rumah panjang bukan hanya
berfungsi sebagai rumah tinggal, namun juga sebagai pusat perkembangan budaya serta
tradisi sebagai peninggalan budaya Dayak Kanayatn. Sebagai contoh upacara mengawali
dan mengakhiri proses perladangan. Sebelum musim tanam dimulai, dilakukan upacara
untuk memberkati seluruh peralatan yang digunakan dalam pertanian, dengan upacara adat
untuk mendapat restu dari roh leluhur serta Jubata (Yang Maha Tinggi). Seluruh rangkaian
proses pertanian tersebut ditutup dengan upacara memanjatkan syukur (Naik Dango). Di
upacara inilah biasanya masyarakat Dayak di rumah panjang Saham tampil dengan busana
adat terbaik, perhiasan, tari, musik, makanan-makanan dan minuman khas tradisi Dayak.
Seluruh rangkaian upacara tersebut masih dapat kita temui di rumah Panjang Saham. Jika
ingin mengunjungi tempat ini tidak terlalu susah dan mudah sarana transportasinya terletak
sekitar 52 km dari Ngabang ditempuh dengan mengunakan mobil 1,5 jam.

Untuk rencana pengelolaan ke depannya dapat dilakukan kerjasama antara


masyarakat setempat, dinas pariwisata kabupaten landak dan KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak dalam upaya pengembangan objek wisata rumah panjang di Saham ini
untuk dijadikan sebagai pusat objek wisata budaya. Adapun faktor-faktor yang mendukung
itu adalah kegiatan budaya, kesenian, adat istiadat, kehidupan religi, pertanian, mata
pencaharian, kehidupan bermasyarakat. Sebagai pusat kebudayaan rumah panjang juga
merupakan pusat lahirnya jenis-jenis kesenian yang berkaitan langsung dengan adat istiadat
dalam bentuk upacara-upacara. Masyarakat Dayak selalu menandai setiap peristiwa dalam
kehidupan dengan upacara, dalam kondisi inilah lahir tarian, musik, seni ukir, seni tato, seni
menganyam, tenun, tata boga, dan sebagainya.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
51 | B a b I I

Gambar 13. Obyek Wisata Rumah Radank Panyakng di Desa Saham

2.3.2.3. Objek Wisata Riam Siname dan Riam Tamang

Berlokasi di desa Tiang tanjung, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak.


Sampai saat ini belum ada rencana pengembangan yang dilakukan baik oleh masyarakat
maupun dinas pariwisata. Padahal kedua objek wisata ini memiliki potensi untuk
dikembangkan. Untuk itu diperlukan peran dari KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak untuk membuka peluang kerjasama dan kemitraan pada lokasi tersebut. Akses
menuju objek wisata ini terutama untuk riam tamang lumayan jauh dan relatif sulit karena
berada jauh dari pemukiman penduduk. Akses menuju kesana dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda empat selama ±30 menit dilanjutkan dengan menggunakan
sepeda motor selama ±30 menit dan selanjutnya berjalan kaki selama 45 menit di jalan
setapak yang berupa jalan tanah. Namun demikian lokasinya bagus dan memungkinkan
untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam. Disana bisa ditambahkan sarana dan
prasarana penunjang yang dapat menambah minat pengunjung untuk datang ke lokasi
tersebut.

Gambar 14. Potensi Wisata Riam Siname di Desa Tiang Tanjung

2.3.2.4. Objek Wisata Riam Parink/Riam Sebangkit

Berada di desa Ringo Lojok, Kecamatan Banyuke Hulu, Kabupaten Landak. Tidak jauh
berbeda dengan potensi objek wisata alam yang ada di desa Tiang Tanjung (Riam Siname

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
52 | B a b I I

dan Riam Tawang), objek wisata riam Parink/Sebangkit ini juga sampai saat ini belum
dikelola baik oleh masyarakat maupun oleh dinas pariwisata. Sehingga dalam hal ini UPT
KPH Landak dapat melakukan kerjasama dengan pihak-pihak tersebut untuk membuka
peluang usaha dalam rangka pengembangan objek wisata ini. Adapun akses menuju lokasi
ini relatif lebih mudah dibandingkan dengan akses menuju riam Tamang. Menuju ke lokasi
ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 4 (empat) selama ±45 menit
sampai ke dusun Sebangkit. Selanjutnya dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 30 menit
di jalan tanah yang sudah dibuka masyarakat sampai ke lokasi riam Parink. Disana bisa
ditambahkan sarana dan prasarana penunjang yang dapat menambah minat pengunjung
untuk datang ke lokasi tersebut.

Gambar 15. Potensi Objek Daya Tarik Wisata Alam Riam Parink di Desa Ringo Lojok

2.4. Sosial Ekonomi dan Budaya


Struktur kependudukan masyarakat di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
dicerminkan dari gambaran laju pertumbuhan penduduk di 3 kecamatan dimana desa
sampel berada, yaitu Kecamatan Sengah Temila, Banyuke Hulu, dan Mempawah Hulu. Data
dari BPS tahun 2018 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di 3 kecamatan tersebut
pada kurun waktu 2010 hingga 2018 adalah sebagai berikut :

Tabel 34. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sengah Temila, Banyuke Hulu, dan
Mempawah Hulu Tahun 2010 - 2018
Kecamatan Laju Pertumbuhan Penduduk Periode Tahun 2010 - 2018
Sengah Temila 0,99%
Banyuke Hulu 1,51%
Mempawah Hulu 0,98%
Sumber: BPS (2018)

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
53 | B a b I I

Laju pertumbuhan penduduk sendiri selama ini dikenal sebagai indikator untuk
menunjukkan angka persentase pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu.
Adapun laju pertumbuhan penduduk sendiri dipengaruhi oleh angka kelahiran, angka
kematian, serta angka migrasi masuk dan keluar. Dalam hal ini, laju pertumbuhan penduduk
di 3 kecamatan dimana 4 desa sampel berkisar antara 0,98% hingga 1,51% dalam kurun
waktu tahun 2010 - 2018. Angka tersebut jika dibandingkan dengan rata-rata laju
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Landak pada periode waktu tersebut, yaitu sebesar
1,59%, maka terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sengah Temila dan
Mempawah Hulu berada dibawah rata-rata pertumbuhan penduduk di tingkat kabupaten.

Struktur umur dari penduduk di Kabupaten Landak mengindikasikan jumlah angkatan


kerja yang tersedia di sekitar wilayah kerja KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak.
Berdasarkan data dari BPS tahun 2018 menunjukkan bahwa suplai angkatan kerja
berdasarkan kriteria umur penduduk adalah sebagai berikut:

Tabel 35. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kabupaten Landak Tahun 2018
No Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0–4 14.948 17.258 35.206
2 5–9 19.453 18.584 38.037
3 10 – 14 19.802 18.575 38.377
4 15 – 19 19.308 17.564 36.872
5 20 – 24 18.305 15.765 34.070
6 25 – 29 16.381 14.470 30.851
7 30 – 34 15.080 14.033 29.113
8 35 – 39 13.978 12.891 26.869
9 40 – 44 12.980 11.756 24.736
10 45 – 49 11.023 10.089 21.112
11 50 – 54 9.379 8.651 18.030
12 55 – 59 7.152 6.828 13.980
13 60 – 64 5.278 4.963 10.241
14 65 – 69 3.720 3.491 7.211
15 70 – 74 2.189 2.107 4.296
16 75 + 1.953 1.655 3.608
JUMLAH 193.929 178.680 372.609
Sumber: Kalimantan Barat Dalam Angka, 2018

Berdasarkan konsep penerapan angkatan kerja yang diacu oleh BPS dimana usia kerja
dimulai dari umur 15 tahun keatas, maka usia angkatan kerja yang tersedia pada tahun
2018 di Kabupaten Landak adalah sebanyak 260.989 jiwa atau sekitar 70,04% dari total
seluruh populasi di Kabupaten Landak. Jumlah tersebut adalah usia angkatan kerja yang
tersedia tanpa terkecuali. Namun jumlah tersebut kemungkinan akan menurun jika dikurangi
lagi dengan golongan yang termasuk bukan angkatan kerja pada usia tersebut, yaitu
golongan yang masih sekolah dan atau mengurus rumah tangga. Namun demikian, terlepas

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
54 | B a b I I

dari fakta tersebut, jika memperhatikan statistik yang ada maka jumlah angkatan kerja yang
tersedia di sekitar wilayah KPHP Unit VII (KPH Landak) cukup banyak jika dibutuhkan untuk
mendukung pengembangan KPHP tersebut.

Kegiatan perekonomian yang diidentifikasi di 4 desa sampel (senakin,saham,ringo


lojok, tiang tanjung) adalah kegiatan ekonomi yang yang masih berkaitan dengan
pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu di kawasan hutan di sekitar tempat tinggal
masyarakat setempat. Berdasarkan hasil kuisioner menunjukkan bahwa mayoritas
masyarakat (77,5%) berprofesi sebagai petani dan peladang, sementara sisanya bekerja di
sektor lain seperti mengurus rumah tangga (2,5%), serta lain-lain seperti staf desa, tukang,
karyawan perkebunan, tenaga honorer kesehatan, PNS, dan guru honorer sebesar 20,0%,
seperti dalam tabel berikut.

Tabel 36. Sebaran Responden Berdasarkan Kegiatan Ekonomi


Bekerja di subsektor
Bekerja di sub Mengurus rumah Bekerja di
Desa pertanian selain
sektor kehutanan tangga sektor lain
kehutanan
Senakin - 7 1 2
Saham - 7 - 3
Ringo Lojok - 8 - 2
Tiang Tanjung - 9 - 1
Jumlah 31 1 8
Sumber: Hasil Inventarisasi Sosial Budaya 2019

Jenis komoditi yang ditanam di ladang-ladang masyarakat pada umumnya seragam,


yaitu padi dan palawija, serta sebagian ladang lainnya ditanami karet. Pola ini hampir sama
antara satu desa dengan desa lainnya di dalam wilayah KPHP Unit VII (KPH Landak) ini,
sehingga dapat dikatakan bahwa antar desa memiliki struktur ekonomi dengan sumber
pendapatan masyarakat yang hampir sama.

Di sisi lain, terdapat sebagian masyarakat yang melakukan aktivitas ekonomi lain
dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu seperti kulit kayu, buah-buahan, rotan, gaharu,
jamur, dan sebagainya. Meskipun hasil yang diperoleh masih relatif kecil dan belum dapat
menggantikan hasil dari bertani dan menanam karet, namun kondisi ini tetap harus
diperhatikan pengelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak untuk membantu
pengembangan dan akses pasar bagi pelaku usaha tersebut sehingga mampu
mempengaruhi struktur ekonomi lokal yang ada. Rata-rata masyarakat membawa hasil
hutan non kayu dari dalam hutan ke desa dengan sarana manual, yaitu dipikul atau dengan
bantuan kendaraan sepeda motor, kemudian menjual hasil hutan non kayu tersebut di desa
kepada pengumpul yang datang ke desa mereka.

Namun demikian, hal yang dirasakan oleh masyarakat dalam 1 tahun terakhir terkait
dengan pemanfaatan hasil hutan non kayu tersebut adalah kecenderungan menurunnya
hasil hutan yang dapat mereka peroleh. Sebagian besar (62,5%) responden menyatakan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
55 | B a b I I

bahwa hasil hutan yang mereka dapatkan selama 1 tahun terakhir cenderung menurun,
37,5% responden menyatakan menyatakan hasil hutan yang diperoleh stabil dan tidak ada
responden yang menyatakan hasil hutannya meningkat

Struktur sosial masyarakat di wilayah KPHP Unit VII (KPH Landak) relatif tertata di
beberapa desa yang disurvei, sebagaimana tercermin dari keberadaan kelembagaan yang
secara garis besar terdiri dari 2 jenis, yaitu lembaga formal dan non formal. Lembaga
formal, misalnya balai desa, digunakan oleh masyarakat untuk berdialog, bertatap muka
dengan pihak pemerintahan desa, pemerintah kabupaten, atau pihak-pihak lainnya yang
menggunakan pendekatan secara struktural. Sedangkan lembaga-lembaga non formal
seperti lembaga adat, kelompok tani dan lain sebagainya lebih memiliki peran secara sosial
dengan pendekatan-pendekatan kekerabatan dan diluar jalur formal. Dalam konteks
tertentu, pengelolaan hutan secara partisipatif di wilayah KPHP Unit VII (KPH Landak) ini
dapat dilakukan secara efektif dengan memaksimalkan peranan lembaga non formal dengan
memegang tokoh-tokoh kunci seperti pemuka adat atau ketua organisasi sosial yang ada.
Beberapa hal yang tercatat pada saat wawancara dengan tokoh kunci di desa-desa sampel
terkait dengan keberadaan lembaga adat antara lain sebagai berikut:

2.4.1. Desa Senakin

Nama Suku : Dayak Kendayan


Nama Lembaga Adat : Dewan Adat Dayak (DAD)
Gelar Ketua Adat : Timanggong
Fungsi Pokok Lembaga Adat : Mengurus permasalahan yang berkaitan dengan adat
Unsur lembaga adat :
1. DAD : Mengkoordinir masyarakat dan pengurus adat
2. Timanggong : Mengurus hukum adat
3. Pasirah : Pengurus hukum adat dibawah timanggong
4. Pangaraga : Pengurus hukum adat dibawah pasirah
Aspek ketentuan adat :
1. Waktu larangan memungut hasil hutan : tidak ada
2. Tempat terlarang untuk memungut hasil hutan di hutan : Panyugu (tempat keramat)
3. Tanaman yang tidak boleh ditebang/dimatikan : kayu di sekitar panyugu
4. Binatang yang tidak boleh dibunuh/diburu : tidak ada
5. Kegiatan yang harus mendapat ijin adat untuk melaksanakannya : Membuka hutan primer
walaupun tanahnya milik orang tersebut
2.4.2. Desa Saham

Nama Suku : Dayak Kanayatn


Nama Lembaga Adat : Dewan Adat Dayak (DAD)
Gelar Ketua Adat : Timanggong/Pasirah/Pangaraga
Fungsi Pokok :  Mengatur adat istiadat dan budaya
Lembaga Adat  Mengatur tata cara perkawinan dan pertanian (gawai dayak)
Unsur lembaga adat :

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
56 | B a b I I

1.Timanggong:Mengatur adat/perkawinan/perceraian/perkelahian/kematian
2. Pasirah : Mengatur perkawinan dan lain-lain
3. Pangaraga : Mengatur pelaksanaan adat di tingkat dusun
Aspek ketentuan adat :
1. Waktu larangan memungut hasil hutan : tidak ada
2. Tempat terlarang untuk memungut hasil hutan di hutan : tidak ada
3. Tanaman yang tidak boleh ditebang/dimatikan : Tengkawang
4. Binatang yang tidak boleh dibunuh/diburu : Orang hutan
5. Kegiatan yang harus mendapat ijin adat untuk melaksanakannya : tidak ada

2.4.3. Desa Ringo Lojok

Nama Suku : Dayak Kendayan


Nama Lembaga Adat : Dewan Adat Dayak (DAD)
Gelar Ketua Adat : Timanggong
Fungsi Pokok Lembaga Adat : Menyelesaikan permasalah secara hukum adat
Unsur lembaga adat :
1. DAD : Dewan adat di tingkat kecamatan
2. Timanggong : Dewan adat di tingkat desa
3. Pasirah : Pengurus adat di tingkat desa
4. Pangaraga : Pengurus adat di tingkat dusun/RT
Aspek ketentuan adat :
1. Waktu larangan memungut hasil hutan : tidak ada
2. Tempat terlarang untuk memungut hasil hutan di hutan : di panyugu/paburungan
(tempat keramat) dan di hutan lindung/udas
3. Tanaman yang tidak boleh ditebang/dimatikan : tidak ada
4. Binatang yang tidak boleh dibunuh/diburu : tidak ada
5. Kegiatan yang harus mendapat ijin adat untuk melaksanakannya : tidak ada

2.4.4. Desa Tiang Tanjung

Nama Suku : Dayak Kendayan


Nama Lembaga Adat : Dewan Adat Dayak (DAD)
Gelar Ketua Adat : Timanggong
Fungsi Pokok Lembaga Adat : Menangani kasus-kasus permasalahan tentang
pelanggaran adat
Unsur lembaga adat :
1. DAD : Mengkoordinir masyarakat dan pengurus adat
2. Timanggong : Menyelesaikan hukum adat
3. Pasirah : Bertindak sebagai penyidik pelanggaran hukum adat
4. Pangaraga : Menentukan paraga dan nilai adat yang berlaku
Aspek ketentuan adat :
1. Waktu larangan memungut hasil hutan : tidak ada
2. Tempat terlarang untuk memungut hasil hutan di hutan : di panyugu dan tempat
keramat
3. Tanaman yang tidak boleh ditebang/dimatikan : tanaman di sekitar panyugu dan tempat
keramat
4. Binatang yang tidak boleh dibunuh/diburu : tidak ada

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
57 | B a b I I

5. Kegiatan yang harus mendapat ijin adat untuk melaksanakannya : Membuka hutan primer
walaupun milik orang tersebut
Kelembagaan adat juga berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari, baik yang
terkait dengan pengelolaan lahan dan hutan maupun dalam aspek kehidupan lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data tentang peranan lembaga adat yang sangat
dominan dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain dalam kegiatan berikut:

1. Upacara membuka lahan pertanian : Tujuannya untuk meminta perlindungan terhadap


Jubata (Tuhan Yang Maha Esa) pada saat mau membuka lahan untuk bertani yang
dilakukan pada saat mulai musim tanam.
2. Upacara perkawinan adat : Tujuannya agar perkawinan adat yang dilaksanakan dapat
dianggap sah oleh ahli waris dan masyarakat.
3. Upacara hukum adat : Tujuannya untuk menyelesaikan pertikaian/konflik yang terjadi di
tengah masyarakat.
4. Upacara Naik Dango : Tujuannya sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
terhadap hasil pertanian. Biasanya dilaksanakan pada bulan April setiap tahunnya.
5. Upacara Sunatan Adat : Tujuannya untuk menyatakan bahwa seorang anak laki-laki
akan menginjak usia dewasa. Biasanya dilaksanakan pada bulan Mei - Juli
6. Upacara perceraian adat : Tujuannya untuk menyelesaikan pasangan suami istri yang
akan bercerai di depan adat
7. Upacara Balala : Tujuannya meminta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa setiap
kali habis dilaksanakan acara pesta.
8. Upacara Pa’ Ngaten : Tujuannya untuk membuat/melaksanakan adat istiadat dalam
pelaksanaan upacara perkawinan
9. Upacara Tahun Baru Padi : Tujuannya untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkah tanaman padi yang diberikan. Biasanya dilaksanakan pada bulan Februari

Pengaruh lembaga-lembaga sosial juga dirasakan sangat positif bagi masyarakat


setempat. Struktur sosial masyarakat di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak ini akan semakin terbuka dengan semakin banyaknya pendatang yang masuk
dengan berbagai latar belakang suku dan kondisi ekonomi. Struktur sosial yang terbangun di
masyarakat juga ditandai dengan keberadaan kesatuan-kesatuan sosial yang tidak
terlembagakan secara formal berdasarkan persamaan suku, persamaan agama, serta LSM
dan sebagainya sebagai pendamping dari keberadaan masyarakat adat yang cukup kuat di
wilayah ini. Di Desa Senakin dan Desa Ringo Lojok terdapat lembaga keagamaan yang
cukup kuat, yaitu STASI yang merupakan kelembagaan yang mengurus masyarakat yang
beragama katholik yang merupakan agama mayoritas di desa tersebut. Selain itu juga
terdapat lembaga Majelis Taklim Muslimah At Taqwa yang mengurus kegiatan keagamaan
bagi ibu-ibu di Desa Senakin yang banyak pendatangnya.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
58 | B a b I I

Sistem dan struktur masyarakat di desa-desa sampel dalam wilayah KPH ini juga
masih kekeluargaan dan gotong royong dimana masih tampak ikatan keluarga antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Hal ini dapat menjadi faktor pendukung
yang dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam pengelolaan KPH nantinya. Dalam konteks
tertentu, seperti terjadinya permasalahan sosial atau konflik-konflik lainnya, sistem
kekeluargaan dan keberadaan lembaga sosial dan lembaga adat yang ada memegang
peranan penting untuk upaya pendekatan kepada masyarakat. Salah satu contoh
diantaranya adalah keberadaan lembaga adat di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak yang memiliki fungsi untuk mengatur ketertiban di masyarakat, salah
satunya adalah menengahi permasalahan konflik sosial diantara masyarakat. Tokoh formal
dan non formal yang dihormati di tingkat desa adalah Kepala Desa/Kepala Dusun,
Timenggong Adat, Pasirah dan Pangaraga yang menjaga adat istiadat di wilayah tersebut.
Di Desa Senakin juga terdapat Sanggar Budaya NEK MACAN yang bergerak di bidang
kesenian tari daerah.

Untuk lembaga sosial ekonomi yang terdata pada saat survei antara lain adalah Credit
Union (CU) yang memiliki peranan cukup kuat dalam membangun ekonomi masyarakat
setempat melalui koperasi simpan pinjam untuk modal usaha masyarakat. Di desa Senakin,
lembaga ekonomi yang eksis adalah CU Semarong dan CU KB yang mulai aktif di desa
tersebut sejak tahun 2011. Sedangkan untuk kelompok usaha yang eksis adalah Gapoktan
yang bergerak di bidang usaha tani di Desa Senakin dan Ringo Lojok, antara lain Kelompok
Tani Bile Jaya dan Kelompok Tani Berkat Usaha yang mulai berdiri sejak tahun 2012.

Interaksi nyata dari masyarakat yang tinggal di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak terhadap hutan di sekitarnya adalah dalam bentuk pengelolaan lahan hutan
untuk pertanian dan perladangan

Pengelolaan lahan hutan untuk pertanian dan perladangan tersebut selama ini telah
menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak. Secara kultural, pola pemanfaatan lahan di dalam
wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ini hampir sama antara satu desa
dengan desa lainnya, yaitu dengan memanfaatkan sebagian lahan pertanian untuk
menanam padi dan palawija secara musiman dan berpindah-pindah, serta sebagian lainnya
untuk tanaman karet secara menetap. Hal ini disebabkan oleh adanya kesamaan kondisi
fisik lahan serta budaya yang telah berkembang secara turun temurun.

Sebagian besar masyarakat yang berinteraksi dengan hutan berada pada kawasan
yang masih terjangkau dari tempat tinggalnya serta tidak ada pengelola kawasan hutan di
tingkat tapak sehingga cenderung tidak ada batasan dalam penggunaannya. Membuat
ladang pertama berarti membuka hutan, itulah interaksi masyarakat yang paling intensif
dengan hutan dan hal ini menentukan hak kepemilikan selanjutnya secara turun temurun.
Interaksi lain yang terjadi adalah pengambilan kayu untuk bahan bangunan rumah.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
59 | B a b I I

Berkaitan dengan ladang berpindah, masyarakat mempunyai kalender musim setiap


tahun yang berlaku hampir di semua desa mulai dari pemilihan lokasi, menebas, menebang,
membakar, membuat pondok, menugal, merumput, memanen, dan diakhiri dengan gawai
dayak seperti berikut.

Tabel 37. Tata Waktu Kegiatan Perladangan Masyarakat di Dalam dan Sekitar Wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Kegiatan Tata Waktu (Bulan)
Perladangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Memilih Lokasi X
2 Menebas X X
3 Menebang X X
4 Membakar X
5 Menugal X X
6 Merumput X X
7 Memanen X X
8 Gawai Dayak X
Sumber: Hasil Inventarisasi Sosial Budaya 2019

Kalender musim tersebut berlaku menyesuaikan dengan pola iklim (musim penghujan
dan kemarau) yang berlaku sepanjang tahun. Variasi berupa pergeseran/pertukaran
kegiatan yang biasanya terjadi apabila ada penyimpangan pola iklim pada tahun-tahun
tertentu.

Adapun jenis hasil hutan baik kayu maupun non kayu yang dimanfaatkan oleh
masyarakat yang tinggal di sekitar KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak antara lain:

Tabel 38. Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak
Kelompok HHK dan
No Jenis Keterangan
HHBK
1 Kayu Medang, Tengkawang, Meranti Dipakai sendiri
2 Karet Karet lokal Dijual
3 Kulit kayu Kepuak Dipakai sendiri
Durian, petai, langsat, pisang, jengkol,
4 Buah-buahan Dipakai sendiri, Dijual
rambutan, cempedak, mentawak
5 Rotan Rotan lidi Dipakai sendiri
6 Tanaman Obat Akar Kait-kait, Bajaka, Tongkat Ali Dijual, Dipakai sendiri
7 Satwa Babi, Ayam Dijual
8 Madu Madu Kelulut Dijual
9 Bambu Bambu Betung
Sumber: Hasil Inventarisasi Sosial Budaya 2019 ; Identifikasi Lapangan Tim KPHP Unit VII Landak, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
60 | B a b I I

Buah-buahan Hutan Bambu Betung

Kait-kait Bajakah
Gambar 16. Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak

2.5. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan


Perizinan yang ada di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
sebagaimana terdata di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdapat beberapa
ijin usaha yang berupa Hutan Tanaman. Namun demikian, perlu ditekankan bahwa status
perijinan tersebut bersifat terdata secara legalitas namun tidak berarti bahwa adanya ijin
tersebut menunjukkan adanya aktifitas kegiatan yang nyata di lapangan, karena terdapat
banyak kasus terbitnya ijin tersebut tidak ditindaklanjuti dengan kegiatan fisik di lapangan
sehingga tidak ada pengelola di tingkat tapak. Adapun data perijinan di wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah sebagai berikut:

Tabel 39. Izin Pemanfaatan Kawasan Hutan yang Berada pada Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak
Luas dalam Wilayah
Luas Izin KPH Menurut Fungsi
No Perijinan Jenis Nomor SK Kawasan (ha)
(ha)
HL HP
PT. Citra Cemerlang
1 Tidak Berlaku
Mandiri
PT. Kalimantan Subur SK.332/Menhut-
2 IUPHHK-HTI 13.270 7.208
Permai II/2007
3 PT. Nitiyasa Idola IUPHHK-HTI 113.196 SK.329/Kpts-II/1998 540 40.927
SK.601/MENHUT-
4 PT. Sinar Kalbar Raya IUPHHK-HTI 38.000 6 6.119
II/2009

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
61 | B a b I I

Luas dalam Wilayah


Luas Izin
No Perijinan Jenis Nomor SK KPH Menurut Fungsi
(ha)
Kawasan (ha)
SK. 4668/MENLHK-
Hutan Desa Ringo
5 Hutan Desa 1.004 PSKL/PKPS/PSL.0/7/20 1.004
Lojok
18
Sumber: SK.4732/MenLHK-PHPL/KPHP/HPL.0/9/2017

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa izin pemanfaatan kawasan hutan pada
KPH Wilayah Landak Unit VII didominasi oleh pemegang izin usaha berupa IUPHHK-HT PT.
Nitiyasa Idola memiliki luasan yang paling besar dibanding dengan pemegang izin lainnya.
Sedangkan luasan IUPHHK-HTI yang paling kecil adalah PT. Sinar Kalbar Raya.

Gambar 17. Kondisi Hutan Desa Ringo Lojok di Tahun 2018

Gambar 18. Dokumentasi Saat Verifikasi Teknis Pengajuan Hutan Desa Ringo Lojok

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
62 | B a b I I

Gambar 19. Peta Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
63 | B a b I I

2.6. Posisi Areal Kerja KPH Landak dalam Tata Ruang Wilayah dan
Pembangunan Daerah
2.6.1. Perspektif Tata Ruang

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 10 Tahun 2014


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 – 2034,
peruntukkan kawasan yang menjadi wilayah kerja KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak selengkapnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 40. Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dalam Persepektif Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat
No Tata Ruang Luas (ha) Persentase (%)
1 Areal Penggunaan Lain 19.449 18,53
2 BASE (Kawasan Perkantoran HTI) 12 0,01
3 Hutan Lindung 30.210 28,77
4 Hutan Produksi 55.316 52,69
Total 104.987 100
Sumber: Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 10 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 – 2034

Rencana pola ruang didalam wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
menggunakan dasar pembagian kawasan hutan menurut SK. 733/Menhut-II/2014 tentang
Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat. Kemudian, kawasan
hutan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak telah ditetapkan berdasarkan
SK 144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tanggal 13 Februari 2019 tentang penetapan
wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu, pada sebagian wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak, terdapat arahan untuk perwujudan kawasan andalan, yakni 1). Kawasan
Andalan Singkawang dan Sekitarnya seluas 11.794 ha dan 2). Kawasan Andalan Pontianak
37.477 ha. Kawasan Andalan adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat
maupun di ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.

2.6.2. Perspektif Pembangunan Daerah

Sesuai dengan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Kabupaten Landak periode 2017-2022 yang berkaitan dan akan diselaraskan dengan
rencana pengelolaan hutan di KPH Wilayah Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak antara
lain adalah:

a. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan daerah;


b. Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat;

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
64 | B a b I I

c. Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan UMKM dan IKM berbasis komoditi
masyarakat;
d. Meningkatnya peran masyarakat dalam bidang pariwisata;
e. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dengan strategi rehabilitasi dan konservasi
lingkungan hidup.

2.7. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan


Isu strategis, kendala dan permasalahan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak selengkapnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 41. Rekapitulasi Isu Strategis di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak
No Isu Strategis Penjelasan data/fakta (kondisi saat ini)
1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola Serta Penataan Hutannya
 Akses dan tofografi wilayah pengelolaan yang luas
Beberapa potensi HHK, HHBK, Jasling dan  Minimnya sarana, prasarana dan pendanaan untuk
1.1.
Sosbud belum terinventarisir seluruhnya melakukan inventarisasi potensi
 Terbatasnya SDM yang tersedia
Belum mantapnya kepastian batas wilayah
1.2. Belum dilaksanakan penataan batas blok kawasan
Blok
Penggunaan lahan di wilayah KPH belum RKTN terbaru per Desember 2019 baru mulai dipedomani
1.3.
seluruhnya sesuai dengan RKTN dalam rencana kawasan pengelolaan
2 Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu
Masih rendahnya status IDM desa-desa di Status desa tertinggal dab sangat tertinggal masih sangat
2.1.
wilayah KPH signifikan, berdasar SK Gubernur tahun 2019
Pendapatan masyaarakat di sekitar hutan Belum ada pengembangan usaha mandiri masyarakat
2.2.
cenderung mengalami stagnansi yang optimal, berbasis produk unggulan lokal
Pemanfaatan hasil hutan belum optimal dan Belum optimalnya pemanfaatan hasil hutan secara baik
2.3.
terkoordinir dengan baik dan profesional
3 Pemberdayaan Masyarakat
 Ditetapkannya Unit KPH sebagai pengelola kawasan
masih baru
Masih kurangnya informasi mengenai
3.1.  Belum maksimalnya kegiatan sosialisasi dan
keberadaan KPH di masyarakat
penyuluhan tentang keberadaan KPH sebagai
pengelola kawasan
Masih rendahnya kualitas SDM masyarakat Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat sekitar
3.2.
yang tinggal di sekitar wilayah KPH hutan tentang Kawasan hutan masih sangat rendah
Belum adanya komoditi alternatif yang
Pengetahuan tentang pemanfaatan hasil-hasil hutan
3.3. dikembangkan oleh masyarakat untuk
belum maksimal
meningkatkan taraf hidup
Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan pada
4
Areal yang Berizin
Belum maksimalnya pemanfaatan dan Realisasi pemanfaatan peggunaan lahan rendah dari
4.1.
penggunaan lahan di wilayah berizin dan rencana tahunan pemilik izin
Belum maksimal dalam melibatkan
4.2. SDM masyarakat sekitar wilayah berizin masih rendah
masyarakat sekitar
5 Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin

5.1.  Pembukaan hutan dan lahan secara illegal masih


Luas lahan kritis dan sangat kritis pada
sangat tinggi

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
65 | B a b I I

No Isu Strategis Penjelasan data/fakta (kondisi saat ini)


wilayah kelola KPH sebesar ±67%  Kegiatan bertani ladang berpindah masih menjadi
kebiasaan masyarakat sekitar kawasan hutan
6 Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi pada Areal Yang Berizin
Belum tersedianya informasi rencana
Belum ada laporan informasi dari pihak pemegang izin
6.1. rehabilitasi yang dilakukan oleh pemegang
kepada KPH
izin
Belum tersedianya informasi hasil dan Belum ada laporan dan informasi pihak pemegang izin
6.2. progress kegiatan rehabilitasi yang mengenai progres kegiatan rehabilitasi yang sudah
dilakukan oleh pemegang izin dilaksanakan
7 Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Masih belum seimbangnya antara jumlah Perekrutan anggota brigade sesuai luas wilayah
7.1. brigade karhutlapamhut dengan luas pengelolaan masih terkendala dan belum optimal terkait
wilayah kelola KPH SDM dan pembayaran honor/gaji
Masih minimnya fasilitas pemantauan Belum tersedianya pendanaan dalam rangka
7.2.
karhutla dan pamhut pembangunan sarana prasarana karhutlapamhut
Minimnya pengetahuan masyarakat desa Kurangnya kegiatan penyuluhan, informasi dan edukasi
7.3.
mengenai karhutla kepada masyarakat
Belum teridentifikasinya kawasan HCVF di Belum dilaksanakan kegiatan inventarisasi potensi
7.4.
wilayah KPH kawasan HCVF
Masih minimnya pengetahuan masyarakat Belum maksimalnya pengetahuan masyarakat tentang
7.5.
mengenai HCVF Kawasan HCVF
8 Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin
Belum adanya kerjasama perlindungan
Pemegang izin belum sepenuhnya melaksanakan
8.1. hutan dan konservasi satwa dengan para
kegiatan kerjasama
pemegang izin
Belum adanyan kerjasama pemberdayaan Pemegang izin belum melaksanakan kegiatan kerjasama
8.2.
masyarakat dengan para pemegang izin pemberdayaan masyarakat
Koordinasi dan Sinergi antara KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dengan
9
Stakeholder Terkait
Belum maksimalnya koordinasi antar Terbatasnya penunjang operasional dalam rangka
9.1. stakeholder terkait rencana pengelolaan koordinasi antar stakeholder terkait dokumen rencana
hutan pengelolaan KPH
10 Rencana Kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM
Perlu adanya peningkatan kualitas SDM KPH
untuk mengimplementasikan kegiatan-
10.1. Kualitas dan kuantitas SDM KPH masih kurang
kegiatan yang tertuang dalam rencana
pengelolaan hutan jangka panjang
11 Penyediaan pendanaan
Belum ada pihak ketiga yang berminat bekerjasama
Belum adanya kerjasama dengan pihak
11.1. sehubungan dengan dokumen rencana kelola yang masih
ketiga untuk pendanaan KPH
disusun
Masih kurangnya pendanaan dari pihak
11.2. Belum ada pihak ketiga yang bekerjasama
terkait untuk pengelolaan hutan
12 Pengembangan database
Belum tersedianya database di wilayah KPH
12.1. Belum ada database
secara menyeluruh
12.2. Belum terkordinirnya data base KPH SDM dan sarana prasarana masih terbatas
Belum optimalnya sarana dan prasarana
12.3. Sangat minim dana pengadaan
pengembangan database
13 Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
66 | B a b I I

No Isu Strategis Penjelasan data/fakta (kondisi saat ini)


13.1. Dinamika kondisi SDM di internal KPH Jumlah SDM KPH sangat terbatas
14 Review Rencana Pengelolaan
Perlu dilakukannya evaluasi dokumen
perencanaan untuk mengukur tingkat
14.1. Belum dilaksanakan
kesesuaian dan kondisi di lapangan dengan
perencanaan
Perlu dilakukannya evaluasi relevansi
14.2. perencanaan terhadap perubahan kondisi Belum dilaksanakan
jangka pendek
15 Pengembangan Investasi
Belum sejahteranya masyarkat di sekitar
15.1. Pengembangan usaha masyarakat belum ada
hutan
Status IDM desa-desa di sekitar hutan perlu Belum ada pengembangan usaha masyarakat yang maju
15.2.
ditingkatkan dan mandiri
Belum maksimalnya pengelolaan jasa Potensi jasa lingkungan belum prospek untuk
15.3.
lingkungan di wilayah KPH dikembangkan
Sumber: Hasil Analisis Isu Strategis oleh Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
67 | B a b I I I

BAB III. VISI DAN MISI

3.1. Visi
Visi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak merupakan tujuan jangka panjang
yang akan dicapai pada masa akan datang, yang menjadi cita-cita pengelola wilayah, yaitu:
“Terwujudnya Kemandirian UPT KPH Wilayah Landak Melalui Pengelolaan
Hutan Lestari”.

3.2. Misi
Pernyataan misi (mission statement) sebagai sebuah visi tertulis merupakan bagian
penting untuk dapat membuat, mengaplikasikan dan mengevaluasi strategi. Misi KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang masih perlu dikembangkan sejalan dengan
perubahan waktu, situasi dan kondisi, serta perlu dikomunkasikan secara baik dengan
parapihak adalah:

1) Pemantapan kawasan hutan melalui tata batas;


2) Penguatan kelembagaan KPH melalui peningkatan dan pengembangan SDM serta
sarana dan prasarana;
3) Melakukan percepatan rehabilitasi pada kawasan prioritas rehabilitasi seluas ±20.223
ha;
4) Meningkatkan kelembagaan dan kapasitas masyarakat dalam aspek akademis, teknis
dan profesionalisme dengan dedikasi tinggi dalam mengelola dan memanfaatkan hutan
lahan kering;
5) Membentuk Lembaga Masyarakat Peduli Api, Kelompok Tani Hutan dan Brigade
Dalkarpamhut yang tersebar merata di seluruh wilayah pengelolaan Unit KPH;
6) Mendorong peningkatan produksi komoditi kehutanan pada HL-Blok Pemanfaatan dan
HP-Blok Pemberdayaan Masyarakat; dan
7) Melaksanakan pengelolaan hutan produksi dan hutan lindung di tingkat tapak secara
berkelanjutan, sebagai sumber penghidupan bagi kesejahteraan masyarakat, yang
berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan.

3.3. Pernyataan Tujuan


Berdasarkan rumusan visi dan misi KPH Wilayah Landak Unit VII tersebut, maka
tujuan yang dicapai selama kurun waktu 10 tahun adalah sebagai berikut:

1) Terciptanya kepastian wilayah kelola seluas 101.086 ha;

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
68 | B a b I I I

2) Terwujudnya kelembagaan KPH dengan SDM berkualitas dan terpenuhinya kebutuhan


sarana dan prasarana;
3) Menurunnya luasan lahan kritis pada Kawasan Prioritas Rehabilitasi menurut RKTN 2019
seluas ±20.223 ha;
4) Terlaksananya kegiatan reklamasi pada lahan pasca tambang di Blok Pemberdayaan
seluas 1.000 ha;
5) Meningkatnya kelembagaan dan kapasitas masyarakat dari aspek akademis, teknis dan
profesionalisme dengan loyalitas dan dedikasi tinggi dalam pengelolaan dan
pemanfaatan hutan lahan kering;
6) Terbentuknya Lembaga Masyarakat Peduli Api dan Masyarakat Mitra Polisi Hutan di UPT
KPH Wilayah Landak masing-masing sebanyak 5 lembaga;
7) Terlaksananya kegiatan produksi komoditi kehutanan di HL-Blok Pemanfaatan dengan
komoditi kenari seluas 2.961 ha dan komoditi petai dan jengkol seluas 2.040 ha; serta
di HP-Blok Pemberdayaan Masyarakat dengan komoditi petai dan jengkol seluas 13.158
ha, komoditi serai wangi dan tanaman pendukung ketahanan pangan seluas 270 ha;
8) Terlaksananya pengelolaan hutan di tingkat tapak secara berkelanjutan, sebagai sumber
penghidupan bagi kesejahteraan masyarakat, berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kehutanan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
69 | B a b I V

BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1. Analisis Data dan Informasi


4.1.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Interaksi masyarakat dengan hutan dilakukan secara nyata oleh masyarakat dimana
berdasarkan hasil survei, masyarakat menganggap hutan memiliki fungsi fisik antara lain:
hutan sebagai cadangan lahan untuk pembukaan ladang baru, penghasil bahan baku untuk
bangunan rumah, serta tempat untuk mengambil hasil hutan non kayu seperti rotan, buah-
buahan, berburu satwa, dan sebagainya.

Hasil wawancara dan FGD dengan tokoh masyarakat, diketahui bahwa masyarakat
setempat pada umumnya mendukung keberadaan KPH, selama sistem pengelolaan KPH
nantinya sesuai dengan masyarakat setempat, yaitu pengelolaan yang bermitra dengan
masyarakat serta menghormati aturan adat yang berlaku di masyarakat dan kearifan lokal
yang ada dalam mengatur hutan.

Tabel 42. Kondisi Internal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang
Merupakan Kekuatan
No Kekuatan Keterangan
Kawasan hutan dengan fungsi hutan produksi
1 Luas HP kurang lebih 72.571 ha
sangat luas
Penanganan Karhutla dan Pamhut
Tata hubungan kerja pengelola KPH dengan Koordinasi Rencana Kegiatan Pemerintah Daerah
instansi pemerintah, masyarakat dan melalui musrenbang
2
pemegang ijin di kawasan KPH Landak yang
telah terjalin baik Pendampingan Kelompok Tani Hutan berjalan baik
Kunjungan kerja rutin ke Pemegang Izin
Regulasi di bidang kehutanan sudah cukup Skema PS
3 bagus untuk mengakomodir dalam kegiatan BLU
pengelolaan hutan Peredaran Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu
Sumber: Hasil ALI -ALE oleh Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Tabel 43. Kondisi Internal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang
Merupakan Kelemahan
No Kelemahan Keterangan
Personil pengamanan kurang
Mekanisme pengamanan kawasan hutan di Peralatan terbatas
1
tingkat tapak (lapangan) lemah Anggaran terbatas
Kawasan sangat luas
Penataan batas luar kawasan hutan belum
2 dilaksanakan menjadi akar masalah dari konflik Pal batas tidak ada/kurang
lahan di sekitar areal lokasi KPH

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
70 | B a b I V

No Kelemahan Keterangan
3 Keterbatasan SDM pengelolaan hutan Jumlah ASN Pengelola hanya 12 orang
Kantor KPH 1 unit masih sewa
4 Minimnya sarana dan peralatan pendukung Kantor RPH 1 unit masih kosong
Kantor RPH 1 unit sedang dibangun
Belum ada produk turunan HHBK yang dijadikan
5 Pemanfaatan HHBK yang belum maksimal
produk unggulan desa
Sumber: Hasil ALI -ALE oleh Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Tabel 44. Kondisi Eksternal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang
Merupakan Peluang
No Peluang Keterangan
Terdapat areal perkebunan disekitar kawasan
1 Open Access lokasi IUPHHK-HA Terdapat pemukiman disekitar Kawasan
Akses jalan tersedia
2 Tingginya potensi HHBK di wilayah KPH Landak Potensi buah-buahan, tanaman obat, dan madu.
Sampai dengan tahun 2018 tercatat seluas 11.522 ha
Lahan kritis pada wilayah kelola KPH Wilayah
merupakan lahan berpotensial kritis, seluas 66.355 ha
3 Landak Unit VII ± sebesar 67,04% dari total
merupakan lahan kritis dan seluas 1.407 ha sudah
areal
berstatus sangat kritis.
Dana DBH DR
4 Fasilitasi dari KLHK melalui UPT Dana Alokasi Khusus
Dana Lainnya
Sumber: Hasil ALI -ALE oleh Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Berdasarkan hasil survei, 47,5% responden masih mempraktekkan pola perladangan


berpindah dan 52,5% responden sudah melakukan pertanian menetap. Rata-rata luas
ladang yang sedang digarap oleh masyarakat adalah sekitar 1,62 hektar, dengan masa
siklus balik satu kali dalam dua sampai lima tahun. Sedangkan rata-rata luasan total lahan
yang dikuasai oleh masyarakat adalah 19,07 Ha per KK yang terdiri dari lahan budidaya
tanaman padi, palawija dan tanaman semusim lainnya; rumah dan pekarangan; serta
tanaman keras lain seperti karet, buah-buahan dan juga lahan-lahan yang tidak diusahakan
secara intensif.

Tabel 45. Kondisi Eksternal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang
Merupakan Ancaman
No Ancaman Keterangan
Jumlah hotspot meningkat setiap tahun
Tekanan penduduk penyebab intensifikasi areal Luas lahan dengan status kritis meningkat setiap
1
permukiman dan perladangan tahun
Luas ladang meningkat setiap tahun
2 Kegiatan illegal logging oleh oknum tertentu Jumlah laporan dan kasus penangkapan meningktat
3 Ancaman kebakaran hutan Jumlah hotspot meningkat /tahun
Meningkatnya okupasi lahan pada areal KPH Pemukiman dan perladangan di dalam Kawasan
4
Landak meningkat
Sumber: Hasil ALI -ALE oleh Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
71 | B a b I V

4.1.2. Analisis Penentuan Strategi

Analisis penentuan strategi dilakukan melalui metode SWOT. Analisis SWOT dimulai
dengan mengidentifikasi faktor internal terdiri dari Strength (Kekuatan) dan Weakness
(kelemahan), sedangkan faktor eksternal terdiri dari Oportunity (Peluang) dan Threat
(Ancaman). Dari hasil analisis SWOT digunakan untuk menyusun rencana strategis selama
jangka 10 tahun ke depan dengan cara membuat kombinasi di antara dua faktor internal
dan faktor eksternal sehingga menghasilkan empat macam strategi pencapaian tujuan
sebagai berikut :

1. Strategi Strength Opportunity (SO) yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh


kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi Strength Threat (ST) adalah strategi dengan menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi Weakness Opportunity (WO) adalah meminimalkan kelemahan untuk meraih
peluang atau strategi yang memanfaatkan peluang yang ada dengan meminimalkan
kelemahan yang dimiliki.
4. Strategi Weakness Threat (WT) adalah strategi yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Dengan cara demikian akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi
yang dapat dijalankan. Strategi yang ditetapkan kemudian dapat dijadikan dasar sebagai
acuan dalam menyusun program dan kegiatan. Matriks analisis penentuan strategi
pengelolaan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak selengkapnya disajikan
pada tabel berikut.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
72 | B a b I V

Tabel 46. Matriks Analisis Penentuan Strategi Pengelolaan Hutan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor Internal 1. Kawasan hutan dengan fungsi hutan 1. Mekanisme pengamanan kawasan hutan di tingkat tapak (lapangan) lemah
produksi terbatas sangat luas 2. Penataan batas luar kawasan hutan belum dilaksanakan menjadi akar
2. Tata hubungan kerja pengelola KPH masalah dari konflik lahan di sekitar areal lokasi KPH
dengan instansi pemerintah, masyarakat 3. Keterbatasan SDM pengelolaan hutan
dan pemegang ijin di kawasan KPH Landak 4. Minimnya sarana dan peralatan pendukung
yang telah terjalin baik 5. Pemanfaatan HHBK yang belum maksimal
3. Regulasi di bidang kehutanan sudah cukup
Faktor Eksternal bagus untuk mengakomodir dalam
kegiatan pengelolaan hutan
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Open Access lokasi IUPHHK-HA 1. Membuka kesempatan investasi bagi (mengatasi kelemahan untuk meraih peluang)
2. Tingginya potensi HHBK di masyarakat maupun badan usaha swasta 1. Peningkatan jumlah personil dan kompetensi dari UPT Kementerian LHK
wilayah KPH Landak 2. Pembangunan hutan tanaman di areal 2. Pembuatan batas sementara sambil menunggu fasilitasi pelaksanaan tata
3. Lahan kritis pada wilayah kelola lahan kritis batas dari BPKH Pontianak
KPH Wilayah Landak Unit VII± 3. Peningkatan jumlah personil melalui BP2SDM dan peningkatan kompetensi
sebesar 67,04% dari total areal SDM melalui diklat-diklat yang diselenggarakan oleh UPT-UPT Kementerian
4. Fasilitasi dari KLHK melalui UPT LHK
4. Peningkatan jumlah sarana dan prasarana melalui fasilitasi Kementerian LHK
5. Membuka peluang investasi pemanfaatan HHBK
6. Membuat skema kemitraan dalam pemanfaatan dan pengelolaan HHBK
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Tekanan penduduk penyebab 1. Pelaksanaan program agroforestry di luar (mengatasi kelemahan untuk mengantisipasi kelemahan)
intensifikasi areal permukiman kawasan hutan untuk tanaman pangan 1. Peningkatan jumlah personil dan Kapasitas SDM pengamanan hutan
dan perladangan maupun tanaman penghasil energi 2. Pelaksanaan sosialisasi tentang batas-batas kawasan hutan pada KPH
2. Kegiatan illegal logging oleh 2. Melakukan patroli gabungan dengan pihak Wilayah Landak Unit VII
oknum tertentu TNI dan POLRI serta tokoh masyarakat 3. Peningkatan kapasitas SDM tenaga pemadam kebakaran dan pengamanan
3. Ancaman kebakaran hutan setempat secara rutin hutan di KPH Wilayah Landak Unit VII
4. Meningkatnya okupasi lahan 3. Pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana-prasarana penanggulangan
pada areal KPH Landak tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
kebakaran hutan dan lahan 5. Dibentuknya Kelompok Tani Hutan untuk pemanfaatan HHBK di wilayah KPH
Landak
Sumber: Hasil Analisis Penentuan Strategi oleh Tim Penyusun KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
73 | B a b I V

Tabel 47. Rekapitulasi Strategi yang Dikembangkan dalam Pengelolaan Hutan di KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Strategi Bentuk Strategi
Strategi S-O 1. Membuka kesempatan investasi bagi masyarakat maupun badan usaha
(menggunakan kekuatan untuk swasta
meraih peluang) 2. Pembangunan hutan tanaman di areal lahan kritis
1. Peningktan jumlah personil dan kompetensi dari UPT Kementerian LHK
2. Pembuatan batas sementara sambil menunggu fasilitasi pelaksanaan tata
batas dari BPKH Pontianak
Strategi W-O 3. Peningkatan jumlah personil melalui BP2SDM dan peningkatan
(mengatasi kelemahan untuk kompetensi SDM melalui diklat-diklat yang diselenggarakan oleh UPT-
meraih peluang) UPT Kementerian LHK
4. Peningkatan jumlah sarana dan prasarana melalui fasilitasi Kementerian
LHK
5. Membuka peluang investasi pemanfaatan HHBK
6. Membuat skema kemitraan dalam pemanfaatan dan pengelolaan HHBK.
1. Pelaksanaan program agroforestry di luar kawasan hutan untuk tanaman
Strategi S-T pangan maupun tanaman penghasil energi;
(menggunakan kekuatan untuk 2. Melakukan patroli gabungan dengan pihak TNI dan POLRI serta tokoh
mengatasi ancaman) masyarakat setempat secara rutin; dan
3. Pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan tentang pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
1. Peningkatan jumlah personil dan Kapasitas SDM pengamanan hutan;
2. Pelaksanaan sosialisasi tentang batas-batas kawasan hutan pada KPHP
Strategi W-T Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak;
3. Peningkatan kapasitas SDM tenaga pemadam kebakaran dan
(mengatasi kelemahan untuk
pengamanan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak;
mengantisipasi kelemahan)
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana-prasarana penanggulangan
kebakaran hutan; dan
5. Dibentuknya Kelompok Tani Hutan untuk pemanfaatan HHBK di wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak.
Sumber: Hasil Analisis Penentuan Strategi oleh Tim Penyusun KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak

4.1.3. Analisis Stakeholder

Stakeholder di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak terbagi ke dalam
tiga kelompok, yaitu kelompok laten, kelompok promoter dan kelompok defender. Kelompok
stakeholder laten merupakan stakeholder yang memiliki pengaruh tinggi namun dari sisi
kepentingan tergolong rendah, seperti:

1. Pemerintah Kabupaten Landak;


2. Pemerintah Kabupaten Sanggau
3. Pemerintah Kabupaten Bengkayang; dan
4. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya.

Kelompok stakeholder promoter merupakan stakeholder yang memiliki pengaruh dan


kepentingan sama-sama tinggi, seperti:

1. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


2. Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat
3. BPKH Wilayah III Pontianak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
74 | B a b I V

4. BPHP Wilayah VIII Pontianak


5. BPDAS HL Kapuas
6. BKSDA Kalimantan Barat
7. Penegak Hukum
8. Masyarakat dalam Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Kelompok stakeholder defender merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan


yang tinggi namun dari sisi pengaruh rendah, seperti:

1. Masyarakat
2. Pemegang Izin
3. LSM/NGO
4. Universitas

Kuadran stakeholder di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak selengkapnya
disajikan pada gambar berikut.

Pengaruh Tinggi
Laten: Promoter:
1. Pemkab Landak 1. Kementrian Lingkungan Hidup dan
2. Pemkab Sanggau Kehutanan
3. Pemkab Bengkayang 2. Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan
4. Pemkab Kubu Raya Barat
3. BPKH Wilayah III Pontianak
4. BPHP Wilayah VIII Pontianak
5. BPDAS HL Kapuas
Kepentingan Rendah

Kepentingan Tinggi
6. BKSDA Kalimantan Barat
7. Penegak Hukum
8. Masyarakat dalam Wilayah KPHP Unit VII
Landak
Apatis: Defender:
1. Masyarakat
2. Pemegang Izin
3. LSM/NGO

Pengaruh Rendah
Gambar 20. Kuadran stakeholder di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
75 | B a b I V

Tabel 48. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Posisi Strategi
No Stakeholder Bentuk Kontribusi Status Dukungan
Pengaruh Kepentingan Tipe Komunikasi
1 Internal
Penyiapan pedoman, arahan dan Pembentukan wilayah kelola dan
Intensif dan
1.1. KLHK kebijakan, penetapan, sitem kelembagaan KPH, pemantauan dan Tinggi Tinggi Promoter
Kontinyu
monev, koordinasi dan fasilitasi evaluasi
Pembinaan dan pengarahan,
Dinas Kehutanan Provisi Penyusunan rencana pengelolaan, Intensif dan
1.2. bimbingan teknis, penguatan Tinggi Tinggi Promoter
Kalimantan Barat pemantauan dan evaluasi Kontinyu
kelembagaan
Dokumen rencana pengelolaan hutan
BPKH Wilayah III Fasilitasi, pendampingan, data dan Intensif dan
1.3. jangka panjang dan penataan batas Tinggi Tinggi Promoter
Pontianak informasi Kontinyu
luar kawasan hutan
BPHP Wilayah VIII Fasilitasi, pendampingan, data dan Pemantauan dan pembinaan Intensif dan
1.4. Tinggi Tinggi Promoter
Pontianak informasi pemegang izin Kontinyu
Fasilitasi, pendampingan, data dan Pemantauan dan pengelolaan hutan Intensif dan
1.5. BPDAS HL Kapuas Tinggi Tinggi Promoter
informasi dan lahan Kontinyu
Fasilitasi, pendampingan, data dan Pemantauan dan pengelolaan hutan Intensif dan
1.6. BKSDA Kalimantan Barat Tinggi Tinggi Promoter
informasi dan lahan Kontinyu
Investor, pelaksana pengelolaan Peningkatan investasi, pemberdayan
1.7. Pemegang Izin Rendah Tinggi Defender Tentatif
hutan masyarakat, penyelesaian konflik
Masyarakat dalam Wilayah Perhutanan sosial dan kerjasama Intensif dan
1.8. Pelaksana pengelolaan hutan Tinggi Tinggi Promoter
KPHP Unit VII Landak kemitraan Kontinyu
2 Eksternal
Pembangunan wilayah, politik dan Pemberdayaan ekonomi wilayah,
2.1. Pemkab Landak Tinggi Rendah Laten Tentatif
keamanan wilayah serta investasi politik dan keamanan wilayah
Pembangunan wilayah, politik dan Pemberdayaan ekonomi wilayah,
2.2. Pemkab Sanggau Tinggi Rendah Laten Tentatif
keamanan wilayah serta investasi politik dan keamanan wilayah
Pembangunan wilayah, politik dan Pemberdayaan ekonomi wilayah,
2.3. Pemkab Bengkayang Tinggi Rendah Laten Tentatif
keamanan wilayah serta investasi politik dan keamanan wilayah
Pembangunan wilayah, politik dan Pemberdayaan ekonomi wilayah,
2.4. Pemkab Kubu Raya Tinggi Rendah Laten Tentatif
keamanan wilayah serta investasi politik dan keamanan wilayah

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
76 | B a b I V

Posisi Strategi
No Stakeholder Bentuk Kontribusi Status Dukungan
Pengaruh Kepentingan Tipe Komunikasi
Fasilitator dalam penyuluhan,
Monev dan fasilitasi sumber
2.5. LSM/NGO pemberdayaan masyarakat dan Rendah Tinggi Defender Tentatif
pembiayaan serta pendampingan
dukungan kegiatan
Pemberi keamanan dan Dukungan pengamanan dalam proses
2.6. Penegak Hukum Rendah Tinggi Defender Tentatif
perlindungan hukum tindak pidana bidang kehutanan
Sumber: Analisis Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
77 | B a b I V

4.2. Analisis Isu Strategis


4.2.1. Inventarisasi dan Tata Hutan

Permasalahan dalam inventarisasi dan tata hutan adalah belum tersusunnya tata
hutan dan status hutan lindung masih dianggap membatasi kesempatan masyarakat untuk
mendapatkan kesempatan dalam memanfaatkan hutan.

4.2.2. Hak Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Masyarakat

Permasalahan dalam Hak Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Masyarakat antara lain
sebagai berikut:

 Konflik Lahan Masyarakat terhadap Rencana Tata Ruang.


 Belum Dimanfaatkanya Lahan Secara Optimal
 Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu Masih Dilakukan Masyarakat
 Intensitas dan Sebaran Kebakaran Hutan dan Lahan Tinggi

4.2.3. Rendahnya Tingkat Pendapatan Masyarakat

Permasalahan dalam rendahnya tingkat pendapatan masyarakat di sekitar hutan


adalah karena kegiatan UMKM yang belum berkembang dan pemungutan kayu masih
menjadi salah satu usaha ekonomi penting masyarakat.

4.2.4. Ekosistem yang Perlu Dipulihkan

Permasalahan dalam isu terkait ekosistem yang perlu dipulihkan adalah karena
kegiatan rehabilitasi lahan kritis belum tuntas, sedangkan pertambahan lahan kritis tiap
tahunnya selalu bertambah.

4.2.5. Koordinasi, Integrasi, dan Sinergitas dalam Rencana Pembangunan

Permasalahan dalam koordinasi, integrasi, dan sinergitas dalalm rencana


pembangunan antara lain:

 Pembentukkan Unit KPH Memberikan Resiko Beban Anggaran Bagi Pemerintah


Daerah
 Hutan Kemasyarakatan Belum Berkembang
 Konsep Dasar Pembangunan KPHP Belum Banyak Dipahami
 Belum tersusunnya rencana kerja KPHP dengan para pihak dalam pengelolaan
sumberdaya alam di wilayahnya

4.3. Proyeksi Kondisi Wilayah


Proyeksi ke depan kondisi wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
ditekankan kepada peluang yang akan muncul/dihadapi dimasa mendatang. Selanjutnya,
berdasarkan proyeksi tersebut kegiatan dan arah kegiatan dari rencana pengelolaan dapat
ditentukan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
78 | B a b I V

Tabel 49. Analisis Kondisi Saat Ini dan Proyeksi Kondisi Wilayah KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak
ANALISIS KONDISI SAAT INI PROYEKSI KE DEPAN
1. Areal berhutan cukup luas dengan 1. Menurunnya degradasi dan deforestasi
kerapatan tingkat semai, tiang, pancang hutan:
serta pohon cukup tinggi; a. Menurunnya pembukaan lahan untuk
perladangan masyarakat dalam
HUTAN LINDUNG

2. Masih adanya kegiatan ladang


berpindah; kawasan hutan sebesar 10% per
3. Belum adanya pemanfaatan HHBK dan tahun;
jasa lingkungan; b. Menurunnya pemungutan kayu illegal
4. Terindikasi terdapat usaha sebesar 5% per tahun;
pertambangan illegal. c. Menurunnya kebakaran hutan.
2. Menurunnya kegiatan ladang berpindah
FUNGSI KAWASAN HUTAN

dengan skema perhutanan sosial;


3. Terbitnya ijin usaha pemanfaatan HHBK
sebanyak 5 unit;
4. Menurunnya kegiatan pertambangan
illegal.
1. Tingginya akses masyarakat ke dalam 1. Meningkatnya pengelolaan hutan berbasis
kawasan hutan; masyarakat dengan skema kemitraan;
2. Tingginya klaim kawasan hutan oleh 2. Menurunnya klaim masyarakat terhadap
HUTAN PRODUKSI

masyarakat sekitar; kawasan hutan dengan skema kemitraan;


3. Tingginya klaim masyarakat terhadap 3. Menurunnya klaim masyarakat terhadap
kawasan perijinan; kawasan perijinan dengan meningkatkan
4. Bergesernya sistem sosial budaya fungsi koordinasi dengan stakeholder
masyarakat dalam pengelolaan hutan terkait;
secara lestari dan berkelanjutan. 4. Meningkatnya pengelolaan hutan berbasis
masyarakat dengan skema perhutanan
sosial dan meningkatnya pemahaman akan
nilai hutan.

Sumber: Analisis Data Sekunder KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
79 | B a b V

BAB V. RENCANA KEGIATAN

5.1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya


5.1.1. Inventarisasi Potensi Berkala

Kegiatan inventarisasi dilakukan secara berkala untuk mengetahui perkembangan


potensi hutan dan kondisi sosial di wilayah kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak. Selain itu, hasil inventarisasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan baik
itu untuk pemanfaatan hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan. Kegiatan
inventarisasi berkala ini meliputi kegiatan:

1. Inventarisasi Potensi Kayu;


2. Inventarisasi Satwaliar; terutama difokuskan pada keberadaan Burung Enggang
Gading
3. Inventarisasi Potensi HHBK; terutama difokuskan pada cakar elang, pasak bumi dan
rotan
4. Inventarisasi Jasa Lingkungan, yang difokuskan di Wilayah Tertentu
5. Inventarisasi Sosial Budaya

5.1.2. Penataan Hutan

Pemanfaatan kawasan hutan secara yuridis dan de facto sangat diperlukan dalam
pengelolaan kawasan hutan. Sebagian besar kawasan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak belum dilakukan tata batas, baik itu batas fungsi dan batas wilayah
tertentu. Sedangkan untuk wilayah yang telah dibebani izin pemanfaatan telah dilakukan
penataan batas oleh pemegang izin. Penataan batas di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak diharapkan selesai pada tahun 2026. Adapun rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan seperti dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 50. Daftar Kegiatan Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya di
Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Inventarisasi Berkala
Volume Prediksi
No Wilayah Kelola Serta Penataan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Hutannya
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola
1 Inventarisasi Potensi Kayu Wilayah Tertentu 3 Kegiatan Rp 360 juta
2 Inventarisasi Satwaliar Wilayah Tertentu 2 Kegiatan Rp 60 juta
3 Inventarisasi HHBK Wilayah Tertentu 2 Kegiatan Rp 40 juta
4 Inventarisasi Jasa Lingkungan Wilayah Tertentu 4 Kegiatan Rp 80 juta
Desa-desa di
5 Inventarisasi Sosial Budaya 50 Desa Rp 1 Milyar
Wilayah KPH
Penataan Hutan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
80 | B a b V

Kegiatan Inventarisasi Berkala


Volume Prediksi
No Wilayah Kelola Serta Penataan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Hutannya
Blok Inti dan Blok
1 Penataan batas Blok 2 Kegiatan Rp 400 juta
Perlindungan
Penataan Batas Luar Wilayah
2 Wilayah Tertentu 100 km Rp 1,5 M
Tertentu
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

5.2. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu


Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu yang berfungsi produksi ditujukan untuk
pemanfaatan hasil hutan kayu, HHBK dan jasa lingkungan. Sedangkan untuk kawasan hutan
yang berfungsi lindung, maka pemanfaatannya ditujukan untuk pemanfaatan HHBK dan
usaha jasa lingkungan.

Kelompok kegiatan budidaya diarahkan pada budidaya jengkol, petai lokal, kenari dan
serai wangi serta tanaman pendukung ketahanan pangan. Budidaya ini dilakukan dengan
skema kerjasama dengan masyarakat dengan memfasilitasi Kelompok Tani Hutan (KTH).
Budidaya ini dapat digabungkan dengan hasil hutan bukan kayu yang akan dikembangkan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan sistem agroforestry. Mengenai pengemasan dan
pangsa pasar dari produk tersebut, KPH dapat mengemas produk yang dapat dikembangkan
yaitu kenari dan serai wangi dapat juga di kemas dengan packaging dari KPH Landak.

Adapun rencana pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
81 | B a b V

Tabel 51. Daftar Kegiatan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan
Pemanfaatan Volume
No Lokus Satuan Prediksi Anggaran
Hutan Pada Kegiatan
Wilayah Tertentu
HL-Blok Pemanfaatan: 11. Kuala Mandor-B (HP-9; HP-110),
Desa (Petak Nomor): 12. Galar
1. Galar (HL-41), (HP-20; HP-41; HP-47; HP-48; HP-54;
2. Gamang (HL-41; HL-42; HL-44; HL-45), HP-55; HP-57; HP-73; HP-75; HP-79; HP-
130; HP-131; HP-135),
3. Pauh (HL-44), dan
13. Padang Pio (HP-17; HP-23; HP-24; HP-
4. Ringo Lojok (HL-42).
136; HP-138),
14. Tembawang Bale
HP-Blok Pemberdayaan Masyarakat: (HP-17; HP-23; HP-25; HP-94; HP-95;
1. Ringo Lojok HP-96; HP-104; HP-105; HP-113; HP-
(HP-1; HP-6; HP-35; HP-44; HP-51; HP- 114; HP-136; HP-137),
53; HP-71; HP-92; HP-123; HP-128; HP- 15. Kampet (HP-21),
134),
16. Gombang (HP-26; HP-32; HP-45; HP-50;
2. Sebatih HP-67; HP-82; HP-84; HP-88; HP-111),
(HP-2; HP-10; HP-11; HP-12; HP-13; HP-
Budidaya Petai dan 17. Senakin (HP-26; HP-33; HP-45; HP-52;
1 14; HP-15; HP-16; HP-66; HP-87; HP-98; 15.198 ha Rp 66.111.257.000
Jengkol HP-93),
HP-107; HP-108; HP-109),
18. Andeng (HP-28; HP-45; HP-52; HP-93;
3. Gamang
HP-102),
(HP-3; HP-19; HP-21; HP-22; HP27; HP-
35; HP-36; HP 43; HP 44; HP-51; HP-61; 19. Keranji Mancal (HP-30),
HP-62; HP-63; HP-68; HP-80; HP-89; HP- 20. Banying (HP-30; HP-37; HP-99),
91; HP-121; HP-123; HP-132; HP-133), 21. Angkaras (HP-31; HP-49),
4. Pak Mayam (HP-4; HP-56; HP-59; HP-70; 22. Ta’As (HP-31; HP-72; HP-83; HP-125;
HP-110; HP-117; HP-124), HP-126),
5. Teluk Bakung (HP-4; HP-85; HP-97; HP- 23. Amboyo Selatan (HP-34),
124), 24. Sidas (HP-34; HP-106; HP-115),
6. Anik Dingir 25. Bagak (HP-39; HP-40; HP-81; HP-119),
(HP-5; HP-18; HP-58; HP-74; HP-78; HP- 26. Saham (HP-46; HP-87; HP-90; HP-98;
81; HP-99; HP-112; HP-116; HP-119), HP-103; HP-109),
7. Mamek (HP-5; HP-18; HP-39; HP-78; HP- 27. Pauh (HP-47),
112; HP-119; HP-125),

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
82 | B a b V

Kegiatan
Pemanfaatan Volume
No Lokus Satuan Prediksi Anggaran
Hutan Pada Kegiatan
Wilayah Tertentu
8. Sailo (HP-7; HP-21; HP-38; HP-60), 28. Sompak (HP-47; HP-73; HP-100; HP-101;
9. Sungai Laki (HP-7; HP-29; HP-42; HP- HP-131),
47), 29. Rabak (HP-58; HP-99; HP-116),
10. Ladangan 30. Tapakng (HP-86; HP-122),
(HP-8; HP-31; HP-41; HP-49; HP-55; HP- 31. Amawakng (HP-100),
71; HP-75; HP-118; HP-126; HP-127; HP- 32. Pakumbang (HP-100),
128; HP-129),
33. Paloan (HP-111),
34. Mengkunyit (HP-120)
Budidaya Serai
Wangi dan HP-Blok Pemberdayaan Masyarakat
2 Tanaman Desa Teluk Bakung 270 ha Rp 971.880.000
Pendukung Petak Nomor: HP-64; HP-65; HP-69; HP-76; HP-77; HP-139
Ketahanan Pangan
HL-Blok Pemanfaatan:
Desa (Petak Nomor):
3 Budidaya Kenari 2.961 ha Rp 15.842.434.000
Ansolok (HL-21; HL-23; HL-28)
Sabaka (HL-16; HL-19; HL-21; HL-22; HL-23; HL-26; HL-28)
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
83 | B a b V

5.3. Pemberdayaan Masyarakat


Kegiatan pemberdayaan masyarakat diarahkan pada penentuan pilihan sumber-
sumber penghidupan yang berkelanjutan, dengan memberikan peningkatan kapasitas dan
kesempatan untuk mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki, dengan
memperhatikan lima modal kehidupan, yaitu: fisik, sosial, finansial, manusia dan modal
alam. Pemberdayaan masyarakat tersebut ditujukan pada/menyangkut: pemberdayaan
individu/ keluarga pada tingkat mikro, sedangkan pada tingkat mezo ditujukan pada
kelompok, peer group, self help group. Kemudian pada tingkat makro ditujukan pada
komunitas dan masyarakat.

Tabel 52. Daftar Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah KPH Landak
Kegiatan Pemberdayaan Volume Prediksi
No Lokus Satuan
Masyarakat Kegiatan Anggaran
Wilayah KPH
1. Sosialisasi core business KPH 5 Kegiatan Rp 400 juta
Landak
Kantor KPH
2. Fasilitasi pembentukan KTH 5 Kegiatan Rp 150 juta
Landak
Pelatihan Budidaya Jengkol, Petai,
Kantor KPH
3. Kenari, Serai Wangi dan Tanaman 3 Kegiatan Rp 300 juta
Landak
Pendukung Ketahanan Pangan
Pembuatan Persemaian Semi Wilayah KPH
4. 1 Unit Rp 220 juta
Permanen untuk Komoditi KPH Landak
Pelatihan pengolahan dan Kantor KPH
5. 10 Kegiatan Rp 600 juta
pemasaran produk hutan Landak
6. Pendampingan program perhutanan sosial
a. Fasilitasi usulan Perhutanan Kantor KPH
10 Kegiatan Rp 200 juta
Sosial Landak
b. Pendampingan kegiatan Kantor KPH
10 Kegiatan Rp 200 juta
perhutanan social Landak
c. Monitoring dan evaluasi Wilayah Izin
3 Kegiatan Rp 180 juta
kegiatan perhutanan social Perhutanan Sosial
d. Inisiasi kerjasama kemitraan Kantor KPH
1 Kegiatan Rp 20 juta
perhutanan social Landak
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

5.4. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan


Kawasan Hutan pada Areal yang berizin
Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan kegiatan IUPHHK-HT dan Izin lainnya di luar
Kegiatan Kehutanan secara intensif dan secara berkala dengan memperhatikan Juklak dan
Juknis yang ada. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan
hutan dapat tetap berjalan sesuai perencanaan. Adapun kegiatan pembinaan dan
pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
84 | B a b V

Tabel 53. Daftar Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal Yang Berizin di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Pembinaan dan
Pemantauan Pemanfaatan
Volume Prediksi
No Hutan dan Penggunaan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Kawasan Hutan Pada Areal Yang
Berizin
Pembinaan terhadap pemegang izin
1 pemanfaatan dan penggunaan 1. PT. Sinar Kalbar 10 Kegiatan Rp 150 juta
kawasan Raya
2. PT. Nitiyasa
Pemantauan pelaksanaan kegiatan Idola
terhadap pemegang izin 3. PT. Kalimantan
2 10 Kegiatan Rp 100 juta
pemanfaatan dan penggunaan Subur Permai
kawasan hutan
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Kegiatan pembinaan dan pemantauan yang dilakukan oleh KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak meliputi kegiatan pembinaan dan pemantauan pada Izin Pemanfaatan
Hutan dan Izin Penggunaan Kawasan Hutan. Pembinaan dan pemantauan pada Izin
Pemanfaatan Hutan dilakukan pada IUPHHK-HTI PT. Sinar Kalbar Raya, PT. Nitiyasa Idola
dan PT. Kalimantan Subur Permai. Kegiatan ini akan berlangsung setiap tahunnya yaitu
mulai pada Tahun 2020 hingga Tahun 2029.

5.5. Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin


Berdasarkan hasil analisis Peta Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2019
dengan Peta Lahan Kritis BPDAS Kapuas Tahun 2018, terdapat areal seluas 20.223 ha di
wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang termasuk dalam Kawasan
Prioritas Rehabilitasi yang status lahannya kritis dan sangat kritis.

Berdasarkan hasil overlay dengan peta tata hutan, pada Blok Inti terdapat areal seluas
3.535 ha yang berstatus kritis dan seluas 806 ha yang berstatus sangat kritis. Kegiatan
rehabilitasi akan dilakukan secara beruntun dengan memprioritaskan Blok Inti dan Blok
Perlindungan. Namun, target rehabiltasi lahan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak adalah seluas 4.341 ha pada Blok Inti. Data lahan kritis pada kawasan
prioritas rehabilitasi selengkapnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 54. Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Menurut Peta Rencana
Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2019, Hasil Penataan Hutan dan Tingkat
Kekritisan Lahannya
Luas Menurut Kekritiasan Lahan (ha)
Persentase
No Kawasan Prioritas Rehabilitasi Sangat
Kritis Total (%)
Kritis
1. HL-Blok Inti 3.535 806 4.341 21,46%
2. HL-Blok Pemanfaatan 6.932 6.932 34,28%

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
85 | B a b V

Luas Menurut Kekritiasan Lahan (ha)


Persentase
No Kawasan Prioritas Rehabilitasi Sangat
Kritis Total (%)
Kritis
3. HP-Blok Perlindungan 18 18 0,09%
4. HP-Blok Pemberdayaan Masyarakat 8.933 8.933 44,17%
Total 19.417 806 20.233 100
Sumber: BPKH Wilayah III Pontianak, 2019; Olah Data, 2020

Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar izin akan dilakukan melalui beberapa
tahapan kegiatan, seperti yang disajikan pada table berikut.

Tabel 55. Daftar Kegiatan Tahapan Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin di Wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Rehabilitasi Pada Areal Volume Prediksi
No Lokus Satuan
Kerja di Luar Izin Kegiatan Anggaran
1 Groundcheck ke Lokasi Prioritas RHL 4.341 ha 3 kegiatan Rp 180 juta
Penyusunan rencana pengelolaan
UPT KPH Wilayah 3 paket Rp 300 juta
2 rehabilitasi hutan dan lahan (RP-
Landak
RHL) dan rancangan teknis RHL
UPT KPH Wilayah 1 unit Rp 150 juta
3 Pembuatan persemaian
Landak
4 Penanaman (pelaksanaan RHL) HL-Blok Inti 3 paket Rp 9.926 juta

5 Pemeliharaan tanaman tahun I (P1) HL-Blok Inti 3 paket Rp 1.985 juta

6 Pemeliharaan tanaman tahun II (P2) HL-Blok Inti 3 paket Rp 993 juta

7 Monitoring dan Evaluasi Rehabilitasi 4.341 ha 5 kegiatan Rp 200 juta

Sumber: Analisis Tim Penyusun, 20 20

Pelaksanaan kegiatan RHL akan dilakukan pada wilayah kritis dan wilayah sangat
kritis, wilayah yang termasuk kedalam kategori kritis dan sangat kritis adalah HL Blok Inti.
Pada lahan dengan kriteria kritis dan sangat kritis yang berada di HL Blok Pemanfaatan, HP
Blok Perlindungan dan HP Blok Pemberdayaan tidak dilaksanakan kegiatan rehabilitasi
karena pada wilayah tersebut direncanakan akan dilaksanakan kegiatan pengembangan
Jasling dan Budidaya HHBK, serta akan dilaksanakan kegiatan pengembangan hutan
tanaman melalui pola kerjasama dengan pihak ketiga (masyarakat dan/atau perusahaan
yang bergerak dalam bidang hutan tanaman) maupun kegiatan Hutan Kemasyarakatan
(HKm). Jenis tanaman yang akan ditanam yaitu potensi HHBK yang dikembangkan seperti
Jengkol, Petai, Kenari, Serai Wangi dan Tanaman Pendukung Ketahanan Pangan.

5.6. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam


Areal yang Berizin
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak sebagai pengelola juga melakukan
kegiatan pembinaan dan pemantauan terhadap para pemegang izin pemanfaatan maupun
pemegang izin penggunaan kawasan. Pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pemantauan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
86 | B a b V

rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal yang berizin akan dilakukan dengan metode
sebagai berikut:

a. Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan rehabilitasi pada IUPHHK-HTI


secara periodik;
b. Pemantauan hasil pelaksanaan dari kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh
pemegang IUPHHK-HTI.

Adapun lokasi kegiatan pembinaan dan pemantauan rehabilitasi pada areal yang
berizin yaitu pada PT. Kalimantan Subur Permai, PT. Nitiyasa Idola dan PT. Sinar Kalbar
Raya.

Tabel 56. Daftar Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi Pada
Areal Yang Berizin di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Pembinaan dan
Pemantauan Rehabilitasi dan Volume Prediksi
No Lokus Satuan
Reklamasi Pada Areal Yang Kegiatan Anggaran
Berizin
Monitoring dan evaluasi hasil 1. PT. Sinar
1 pelaksanaan kegiatan rehabilitasi pada Kalbar Raya 10 Kegiatan Rp 150 juta
IUPHHK-HTI secara periodic 2. PT. Nitiyasa
Idola
Pemantauan hasil pelaksanaan dari
3. PT. Kalimantan
2 kegiatan rehabilitasi yang dilakukan 10 Kegiatan Rp 100 juta
Subur Permai
oleh pemegang IUPHHK-HTI
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

5.7. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam


Pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam ditujukan pada pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengamanan kawasan, pengelolaan kawasan
perlindungan sebagai kawasan konservasi, serta pengelolaan keanekaragaman hayati.
Kawasan mullti landscape wilayah KPHP Landak bersama kawasan hutan lindung dan
kawasan multi landscape. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah kegiatan perlindungan
hutan dan konservasi alam yaitu dengan melakukan deliniasi areal perlindungan setempat,
seperti sempadan sungai dijadikan kawasan utama konservasi.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
87 | B a b V

Tabel 57. Daftar Kegiatan Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Rencana
Volume Prediksi
No Penyelenggaraan Perlindungan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Hutan dan Konservasi Alam
1. Rencana Perlindungan Hutan
Pembentukan Brigade Pengendalian Desa-desa di
1.1. 5 Kegiatan Rp 250 juta
Kebakaran Hutan dan PAMHUT Wilayah KPHP
Pembangunan menara pantau untuk
1.2. pengamatan satwa dan kontrol Wilayah KPHP 2 Unit Rp 160 juta
karhutla
Pembuatan papan himbauan
1.3. peringatan tidak membakar hutan dan Wilayah KPHP 30 Lembar Rp 24 juta
lahan
Pengadaan Sarana dan Prasarana
2 desa di 2
1.4. Pengendalian Kebakaran dan 2 Paket Rp 280 juta
kecamatan
Pengamanan Hutan
2 desa di 2
1.5. Pelatihan MPA 2 Kegiatan Rp 120 juta
kecamatan
Patroli pencegahan dan pemadaman 5 desa di 2
1.6. 120 Kegiatan Rp 720 juta
awal kebakaran hutan dan lahan kecamatan
Pemeliharaan dan operasional sarana 5 desa di 2
1.7. 10 Paket Rp 120 juta
prasarana kebakaran kecamatan
Pembuatan Demplot Agroforestry pada
1.8. wilayah kerja Rawan Konflik dan 9 desa 9 paket Rp 720 juta
Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
2. Konservasi Alam
Blok Inti dan
Identifikasi dan Pemetaan Kawasan
2.1. Blok 2 kegiatan Rp 240 juta
HCVF
Perlindungan
Blok Inti dan
2.2. Pengelolaan Kawasan HCVF Blok 10 kegiatan Rp 136 juta
Perlindungan
Blok Inti dan
Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan
2.3. Blok 10 kegiatan Rp 224 juta
Kawasan HCVF
Perlindungan
Melakukan sosialisasi dan edukasi
2.4. tentang pelestarian flora dan fauna 52 desa 1 kegiatan Rp 180 juta
yang dilindungi
Pembuatan papan himbauan Areal rawan
2.5. peringatan pelarangan perburuan perburuan dan 10 unit Rp 240 juta
satwa liar dilindungi rawan kebakaran
Perlindungan dan Insentif Tegakan
Daerah
Unggulan Lokal pada Daerah
2.6. Penyangga 8 kegiatan Rp 560 juta
Penyangga Kawasan TAHURA Pandan
TAHURA
Puloh (IPEH LEMAS)
KHG Sungai
2.7. Restorasi Ekosistem Gambut 9 kegiatan Rp 900 juta
Landak
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Berdasarkan di atas dapat diketahui bahwa banyak kegiatan yang akan dilakukan oleh
KPH Landak dalam kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam. Kegiatan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
88 | B a b V

perlindungan hutan yang dilakukan menyangkut upaya preventif maupun kuratif bahaya
kebakaran hutan dan lahan dengan dibentuk regu pengamanan hutan. Untuk upaya
konservasi alam, KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak akan bekerjasama dengan
pihak-pihak ketiga yang berkonsentrasi terhadap satwa liar dan satwa dilindungi lainnya.
Upaya perlindungan bagi satwa tersebut juga melalui sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan terkait dengan pelestarian flora dan fauna
yang dilindungi, berikut pembangunan menara pantau.

Insentif tegakan pohon unggulan lokal pada daerah penyangga kawasan TAHURA
Pandan Puloh adalah dalam rangka mempetahankan tutupan kawasan yang masih berhutan
sehingga tidak mengalami degradasi dan deforestasi sehingga akan memberikan insentif
yang akan diberikan kepada masyarakat lokal dalam bentuk uang (manfaat atau benefit
jangka pendek dari kegiatan perlindungan kawasan hutan oleh masyarakat) terhadap
tegakan pohon unggulan lokal seperti jenis durian unggulan lokal, tengkawang, belian
berdasarkan kelas diameter. Pendataan dan grounchek tegakan yang akan diberikan intensif
T0 dan pembayaran diberikan pada T+1 dengan catatan jenis pohon dengan kelas diameter
tertentu sesuai data yang sudah diklarifikasi masih berdiri. Misalnya diameter 90 cm up
diberi insentif Rp. 1.000.000,-/tegakan, sedangkan diameter 60 - 90 cm diberikan insentif
Rp. 500.000,-. Nama programnya adalah IPEH LEMAS yang merupakan singaktan dari
Insentif Pohon Untuk Ekosistem Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera.

Konsep dasarnya adalah “Mempertahankan Tegakan Hutan Yang Masih Tersisa” baik
di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan yang ditetapkan sebagai daerah
penyangga Taman Hutan Raya Pandan Puloh karena biaya yang dikeluarkan dalam
mempertahankan kawasan yang masih berhutan jauh lebih MURAH daripada biaya yang
dikeluarkan untuk merehabilitasi kawasan yang tegakan hutannya yang sudah terlanjur
mengalami degradasi dan deforestasi dan belum juga berhasil menjadi tegakan hutan
kembali seperti semula.

5.8. Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar


Pemegang Izin
Rencana kegiatan penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin di
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak antara lain diarahkan pada kegiatan sebagai
berikut.

1. Identifikasi Perizinan, Permasalahan dan Koordinasi pada Izin Pemanfaatan Hutan


sebanyak 1 kali kegiatan;
2. Sinkronisasi Rencana Kerja Tahunan Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan sebanyak 10
kali kegiatan dengan frekuensi 1 kali per tahun; dan
3. Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan dan Pengendalian sebanyak 10 kali kegiatan dengan
frekuensi 1 kali per tahun.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
89 | B a b V

Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin di wilayah


KPH selengkapnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 58. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang
Izin di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Rencana Penyelenggaraan
Volume Prediksi
No Penyelenggaraan Koordinasi dan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Sinkronisasi Antar Pemegang Izin
A. Rencana Perlindungan Hutan
Identifikasi Perizinan, Permasalahan dan Kantor
1. 1 kegiatan Rp 40 juta
Koordinasi pada Izin Pemanfaatan Hutan Pemegang Izin
Sinkronisasi Rencana Kerja Tahunan Kantor
2. 10 unit Rp 80 juta
Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan Pemegang Izin
Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan dan Kantor
3. 10 lembar Rp 140 juta
Pengendalian Pemegang Izin
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

5.9. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait

Penyelenggaraan koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait,


termasuk dengan organisasi kemasyarakatan dan para pemegang ijin, maupun pengelola
kawasan/areal kerja akan dibangun melalui komunikasi, edukasi dan penyadartahuan yang
efektif dan efisien. Stakeholder dan instansi terkait yang akan diajak koordinasi antara lain:
pihak pemerintah daerah, kecamatan, desa, serta lembaga NGO. Koordinasi dan sinergi
antara KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dengan para pihak seperti pada tabel
berikut:

Tabel 59. Koordinasi dan Sinergi antara KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
dengan Stakeholder Terkait
Kegiatan Koordinasi dan Sinergi
Volume Prediksi
No dengan Instansi dan Stakeholder Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Terkait
1 KLHK Jakarta 20 kegiatan Rp 120 juta
Dinas Kehutanan Provisi Kalimantan
2
Barat
3 BPKH Wilayah III Pontianak Pontianak 720 kegiatan Rp 1,5 M
4 BPHP Wilayah VIII Pontianak
5 BPDAS HL Kapuas
6 Pemegang Izin (4 perusahaan) Ngabang 40 kegiatan Rp 200 juta
Masyarakat dalam Wilayah KPHP Unit
7 Wilayah KPH 360 kegiatan Rp 864 juta
VII Landak
8 Pemkab Landak Ngabang 120 kegiatan Rp 120 juta
9 Pemkab Sanggau Sanggau 20 Kegiatan Rp 24 juta
10 Pemkab Bengkayang Bengkayang 20 kegiatan Rp 24 juta
11 Pemkab Kubu Raya Kubu Raya 20 kegiatan Rp 36 juta
12 LSM/NGO Pontianak 40 kegiatan Rp 48 juta
13 Penegak Hukum Ngabang 120 kegiatan Rp 120 juta

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
90 | B a b V

Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Tabel 60. Target Output Koordinasi dan Sinergi antara KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak dengan Stakeholder Terkait
No Rencana Kegiatan Stakeholder Terkait Target Koordinasi dan Sinergi
1. Inventarisasi berkala  BPKH Wilayah III  Tersusunnya rencana kerja;
wilayah kelola Pontianak;  Terdatanya potensi wilayah kelola
 Dinas LHK Prov.
Kalbar;
 Kecamatan;
 Desa/ Kelurahan.
2. Pemanfaatan hutan  BPHP Wilayah VIII  Fasilitasi pendanaan kegiatan pemanfaatan
pada wilayah Pontianak. hutan pada WT;
tertentu
3. Pemberdayaan  Badan Pemberdayaan  Fasilitasi database dan kolaborasi
Masyarakat Masyarakat Desa, pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
 Kecamatan, masyarakat desa.
 Desa/Kelurahan.
4. Pembinaan dan  Dinas Kehutanan Prov.  Terlaksananya kegiatan monitoring dan
pemantauan Kalbar; evaluasi hasil pelaksanaan pemanfaatan
pemanfaatan hutan  BPHP Wilayah VIII dan penggunaan kawasan hutan;
dan penggunaan Pontianak  Terlaksananya bimbingan teknis terhadap
kawasan hutan pada Ganis pada pemegang izin
areal yang berizin
5. Rehabilitasi pada  BPDAS;  Tersusunnya rencana induk kegiatan
areal di luar izin  Kecamatan; rehabilitasi;
 Desa/Kelurahan.  Fasilitasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi.
6. Pembinaan dan  BPDASHL Kapuas  Tersusunnya monitoring dan evaluasi
pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi;
rehabilitasi dan  Tersusunnyamonitoring dan evaluasi
reklamasi di dalam pelaksanaan Amdal pemegang izin;
areal berizin
7. Perlindungan hutan  BKSDA;  Terlaksananya penyelamatan satwa liar
dan konservasi alam  Gakkum; dilindungi;
 Kepolisian;  Tercapainya regulasi dan pelaksanaan
 Lembaga penegakan hukum;
Penelitian/Litbang;  Tercapainyaregulasi dan pelaksanaan
 NGO bencana Dalkarhutlah;
 Terlaksananya perbantuan pelaksanaan
penanganan bencana karhutlah;
 Tercapainyaregulasi dan pelaksanaan
penegakan hukum;
 Terlaksananya konservasi dan perlindungan
satwa dilindungi.
8. Rencana Penyediaan  BP2SDMK;  Fasilitasi tenaga teknis (Bakti Rimbawan);
dan Peningkatan  BPHP Wilayah VIII  Fasilitasi tenaga Pengamanan Hutan dan
Kapasitas SDM Pontianak. Pemadam Kebakaran.
9. Penyediaan pendanaan  Dinas Kehutanan Prov.  Fasilitasi pendanaan APBD;
Kalbar;  Fasilitasi pendanaan APBN.
 BPHP Wilayah VIII
Pontianak.
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

KPHP VII pada UPT KPH Wilayah Landak akan bersinergi dengan instansi dan
stakeholder terkait dalam melaksanakan pengelolaan hutan berkelanjutan, diawali dengan
kegiatan inventarisasi berkala, Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, Pemberdayaan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
91 | B a b V

Masyarakat, Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan pada areal yang berizin,
Rehabilitasi pada areal di luar izin, Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan reklamasi di
dalam areal berizin, Perlindungan hutan dan konservasi alam, Rencana Penyediaan dan
Peningkatan Kapasitas SDM, dan Penyediaan pendanaan. Instansi dan stakeholder terkait
yang bekerjasama dengan KPHP VII pada UPT KPH Wilayah Landak meliputi BPKH Wilayah
III Pontianak, BPHP Wilayah VIII Pontianak, BKSDA Pontianak, Dinas Kehutanan Prov.
Kalbar, Gakkum, Balai PPI, Kepolisian, Universitas, Lembaga Penelitian/Litbang, Kecamatan,
Desa/ Kelurahan, serta NGO.

5.10. Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM


Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM akan dilakukan kepada Sektor Publik,
Sektor Swasta dan CSO baik untuk aspek akademis, teknis dan profesional. Selanjutnya,
penyediaan dan peningkatan SDM ini akan didukung dengan adanya sarana dan prasarana,
serta kelembagaan yang memadai dalam pengelolaan kawasan KPH Wilayah Landak Unit VII
tersebut.

Untuk penambahan personil dapat diusulkan melalui Pemerintah Provinsi Kalimantan


Barat. Adapun rencana kebutuhan personil pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak sesuai dengan kompetensinya yaitu sebagai berikut:

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
92 | B a b V

Tabel 61. Kebutuhan Personil pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No. Kompetensi Kebutuhan Tersedia Kekurangan
1 Kepala KPH 1 1 0
2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1 1 0
3 Kepala Seksi Perlindungan dan Pengamanan Hutan 1 1 0
4 Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan 1 1 0
5 Kepala Resort KPH 3 0 3
6 Tenaga Perencanaan Hutan 1 0 1
7 Tenaga Teknis Pengukuran dan Perpetaan 1 0 1
8 Tenaga Polhut 5 5 0
Tenaga Pemadam Kebakaran Hutan dan
9 15 15 0
Pengamanan Hutan
Tenaga Teknis Persemaian dan Pemeliharaan
10 10 0 10
Tanaman
11 Tenaga Penyuluh Kehutanan 4 1 3
12 Ahli Konservasi 4 0 4
14 Tenaga Pengendali Ekosistem Hutan 20 0 20
15 Tenaga Analis RHL 2 0 2
16 Tenaga Administrasi perkantoran 7 1 6
17 Tenaga Analis Keuangan 1 1 0
Jumlah 87 27 60
Sumber: Data Sekunder Kebutuhan Personil sesuai Job Analisis KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak

Peningkatan kapasitas SDM ini dilakukan dengan penambahan dan mengikutsertakan


personil dalam bentuk diklat-diklat dan training-training sesuai kompetensi yang dibutuhkan
(baik yang diadakan oleh pihak pemerintah maupun kerjasama dengan pihak NGO).
Rencana kegiatan peningkatan kapasitas SDM yang akan dilaksanakan oleh KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 62. Rencana Kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Volume Target
No. Lokus Satuan
SDM Kegiatan Anggaran

Training/pelatihan survey potensi


1. 1 paket Rp 28 juta
keanekaragaman hayati
2. Training calon guide dan interpreneur 1 paket Rp 28 juta
KPHP Unit VII
3. Training Pemetaan, GIS dan Drone 1 paket Rp 45 juta
pada UPT KPH
Training Budidaya Jengkol, Petai, Wilayah
4. Kenari, Serai Wangi dan Tanaman Landak 1 paket Rp 40 juta
Pendukung Ketahanan Pangan
Training untuk Pengelolaan Jasa
5. 1 paket Rp 15 juta
Lingkungan
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
93 | B a b V

Kegiatan peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan oleh KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak diwujudkan dalam bentuk traning atau pelatihan seperti survey potensi
keanekaragaman hayati, Training calon guide dan interpreneur, Training monev BMP,
Training untuk edukasi lingkungan.

5.11. Penyediaan Pendanaan


Penyediaan pendanaan pada lima tahun pertama akan lebih difokuskan kepada dana
APBN, APBD Provinsi Kalimantan Barat dan bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat
(NGO), baik secara langsung ataupun tidak langsung, seperti fasilitasi berbagai perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan penting dan prioritas. Langkah awal yang dilakukan adalah
dengan melakukan koordinasi dengan Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP) Wilayah VIII
Pontianak.

Sumber pendanaan untuk kegiatan pengelolaan hutan pada KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak Tahun 2020-2029 adalah dari APBD, APBN, Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Kehutanan, dan sumber pendanaan yang sah dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
Untuk percepatan pembangunan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak,
KPH menyadari betul bahwa mengandalkan sumber pendanaan dari APBD Provinsi, bahkan
dari APBN terbatas. Sulit merealisasikan program dan target KPH 10 tahun mendatang.
Untuk itu KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak akan melakukan percepatan
investasi dengan pola kerjasama, dengan membuat proposal dan dukungan pihak ketiga
agar mendukung program-program KPH seperti pengembangan usaha masyarakat dalam
pemnafaatan rotan.

Tabel 63. Kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan di KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak
No Tahun Kebutuhan Anggaran Sumber Anggaran
1 2020 Rp 1.351.000.000,-
2 2021 Rp 2.533.000.000,-
3 2022 Rp 5.831.000.000,-
4 2023 Rp 6.116.000.000,-
APBN; APBD; CSR
5 2024 Rp 5.368.000.000,- Perusahaan; NGO/LSM;
6 2025 Rp 2.017.000.000,- Sumber Dana Lain yang
tidak mengikat
7 2026 Rp 1.664.000.000,-
8 2027 Rp 982.000.000,-
9 2028 Rp 922.000.000,-
10 2029 Rp 862.000.000,-
Total Rp 27.643.000.000,-
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
94 | B a b V

5.12. Pengembangan Database


Pengembangan database merupakan hal mendasar yang harus dilakukan secara rutin
dengan kualitas data dasar yang memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi sebagai bahan
utama perencanaan dan evaluasi kegiatan dan keberhasilan pengelolaan. Pengembangan
database ini diikuti pula dengan peningkatan kompetensi para pihak, baik sebagai operator
maupun sebagai analis dan pengambil kebijakan. Database kondisi biogeofisik dan sosekbud
yang dihasilkan akan berupa data spasial dan tabular yang akan dikelola dalam sebuah
sistem informasi manajemen yang dapat diakses oleh parapihak secara mudah dan murah.
Ruang lingkup pengembangan database pengelolaan sumber daya hutan yang ada di
wilayah kelola KPHP Unit Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak diarahkan pada
pengembangan database bidang biofisik dan sosial ekonomi masyarakat.

Tabel 64. Rencana Kegiatan Pengembangan Database di KPHP Unit Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak
Target/ Volume Target
No Kegiatan Satuan
Sasaran Kegiatan Anggaran
Pengembangan Baseline survey
1. 1 Paket Rp 30 juta
Kondisi Biofisik
Kantor KPHP
Pengembangan Baseline survey Unit VII pada
2. 1 Paket Rp 140 juta
kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya UPT KPH
Wilayah Landak
Pengembangan Baseline HHK dan
3. 1 paket Rp 120 juta
HHBK
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

5.12.1. Baseline Survey Kondisi Biofisik

Tersedianya informasi biofisik dalam pengelolaan sumberdaya hutan yang ada di KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak diharapkan mampu memberikan informasi yang
tepat, akurat dan terbaru mengenai kondisi fisik wilayah kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak yang meliputi data hidrologi, bentang alam kawasan dan kondisi vegetasi.
Pengumpulan informasi dilakukan secara bertahap dan diperbarui secara berkala dari tahap
awal perencanaan, pelaksanaan hingga akhir periode pelaksanaan kegiatan, untuk
mengetahui perkembangan dampak pengelolaan yang telah dilakukan terhadap kondisi fisik
kawasan.

5.12.2. Baseline Survey Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

Ketersediaan informasi terkait dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat
yang ada di dalam maupun disekitar wilayah kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak menjadi salah satu aspek penting dalam menjamin keberhasilan pengelolaan
kawasan. Oleh karena itu, penggalian informasi tentang aspek ini sangat penting guna
kebutuhan data perencanaan pengelolaan kawasan. Informasi yang terkandung dalam
baseline survey ini adalah data tentang informasi dari jumlah dan proporsi penduduk,

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
95 | B a b V

sumber penghidupan masyarakat, kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya hutan,
kelembagaan kelompok dan konflik pengelolaan sumber daya hutan.

5.12.3. Baseline HHK dan HHBK

Ketersediaan informasi terkait dengan kondisi hasil hutan kayu maupun hasil hutan
bukan kayu melalui hasil kegiatan inventarisasi berkala seluruh areal KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak.

5.13. Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola


Rasionalisasi wilayah kelola ini perlu dilakukan dengan mengikuti dinamika yang
terjadi. Rasionalisasi wilayah kelola mencakup dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek non
teknis dari wilayah kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak.

5.13.1. Aspek Fisik

Aspek fisik yaitu bentuk penilaian kembali terhadap kawasan KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak, antara lain untuk mengakomodir perubahan fungsi kawasan hutan
yang mungkin terjadi. Proses ini dilakukan melalui Tim Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) berdasarkan peraturan bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum dan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 79 Tahun 2014, PB.3/Menhut-II/2014, 17/PRT/M/2014 dan 8/SKB/X/2014
tanggal 17 Oktober 2014.

5.13.1. Aspek Non Teknis

Aspek non teknis meliputi rasionalisasi kelembagaan akibat terjadinya perubahan


kebijakan baik oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Barat.
Selain itu rasionalisasi wilayah dapat juga dilaksanakan akibat adanya pertumbuhan jumlah
penduduk yang mengakibatkan terjadinya pemekaran desa yang ada di dalam wilayah
kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak, perubahan luas kawasan sehubungan
dengan pencadangan lahan untuk tujuan-tujuan strategis serta kemungkinan masuknya
investasi pada kawasan kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak.

5.14. Review Rencana Pengelolaan


Review akan dilakukan minimal 5 tahun sekali dan sedapat mungkin disesuaikan
dengan tata waktu penyusunan RPJMD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan
diselaraskan dengan target serta prioritas pembangunan daerah. Review rencana
pengelolaan hutan dilakukan untuk menyelaraskan pada perubahan kebijakan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dengan tujuan untuk penajaman rencana pengelolaan serta
mengakomodir perubahan rencana mengikuti perkembangan kondisi saat itu.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
96 | B a b V

Tabel 65. Rencana Kegiatan Review Rencana Pengelolaan di Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak
Volume Target
No. Kegiatan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
1. Observasi Wilayah Kelola Wilayah KPH 1 paket Rp 30 juta
2. Pelaksanaan Review Kantor KPH 1 paket Rp 120 juta
3. Perbaikan Dokumen Kantor KPH 1 paket Rp 120 juta
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Pelaksanaan review oleh KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dilaksanakan
lima tahun sekali, yaitu dimulai Tahun 2020 dan Tahun 2025. Tahapan yang dilaksanakan
dimulai dari persiapan. Dimana dalam pelaksanaannya dilakukan evaluasi hasil pelaksanaan
kegiatan, penyusunan rencana review rencana pengelolaan dan penyiapan personil, bahan
serta peralatan untuk kegiatan review rencana pengelolaan. Setelah itu, dilaksanakan
kegiatan review yang selanjutnya akan diikuti oleh perbaikan dokumen.

5.15. Pengembangan Investasi


Pengembangan investasi akan dilakukan dengan tetap mempertimbangkan aspek
ekosistem dan tetap memperhatikan tujuan utama pembangunan KPH. Pengembangan
investasi diarahkan agar KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dapat menjadi KPH
yang mandiri dan dapat berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
peningkatan pendapatan masyarakat sekitarnya.

Tabel 66. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak
Volume Prediksi
No Kegiatan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Membentuk kelompok kerja yang
1 membidangi kerjasama, promosi KPH Wilayah Landak 1 kegiatan Rp 10 juta
dan quality control
Mengikuti Pameran di tingkat Lokal Pontianak dan
2 4 Kegiatan Rp 30 juta
dan Nasional Jakarta
Meningkatkan koordinasi dengan
3 stakeholder dalam upaya Pontianak 10 Kegiatan Rp 50 juta
pengembangan investasi
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
97 | B a b V

Tabel 67. Tabel SMART Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Periode 2020-2029
Volume Anggaran TATA WAKTU KEGIATAN DAN BIAYA (x Rp.1.000.000)
SUMBER
No Fokus Kegiatan Bentuk Kegiatan Lokasi
(x Rp1 ANGGARAN
Jml/Frek Satuan Biaya Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
juta)
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola

1 Inventarisasi Potensi Kayu Wilayah Tertentu 3 kegiatan Rp120 juta 360 120 120 120 APBN

Inventarisasi Satwaliar :
Blok Inti dan Blok
2 - Burung Enggang Gading 2 kegiatan Rp30 juta 60 30 30 APBN
Perlindungan
- Burung Enggang

Inventarisasi HHBK:
Inventarisasi - Cakar Elang,
3 Wilayah Tertentu 2 kegiatan Rp20 juta 40 20 20 APBN
Berkala Wilayah - Pasak Bumi,
1 Kelola serta - Rotan
Penataan
Hutannya
4 Inventarisasi Jasa Lingkungan Wilayah Tertentu 4 kegiatan Rp20 juta 80 20 20 20 20 APBD

Desa-desa di
5 Inventarisasi Sosial Budaya 50 desa Rp20 juta 1000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 APBD
Wilayah KPH
Penataan Hutan

Blok Inti dan Blok


1 Penataan batas Blok 2 kegiatan Rp200 juta 400 200 200 APBN
Perlindungan

Penataan batas luar wilayah


2 Wilayah Tertentu 100 km Rp15 juta 1500 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 APBD
tertentu

HL-Blok
Pemanfaatan seluas
2.040 ha
1 Budidaya Petai Jengkol HP-Blok 10 paket Rp6.611 juta 66.111 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 APBD
Pemberdayaan
Pemanfaatan Masyarakat seluas
2 Hutan pada 13.158 ha
Wilayah Tertentu
HL-Blok
2 Budidaya Kenari Pemanfaatan seluas 10 paket Rp1.584 juta 15.842 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 APBD
2.961 ha
Budidaya Serai Wangi dan Pemberdayaan
3 Tanaman Pendukung Ketahanan Masyarakat seluas 10 paket Rp97 juta 970 97 97 97 97 97 97 97 97 97 97 APBD
Pangan 267 ha

1 Sosialisasi Core Business KPH Wilayah KPH Landak 5 kegiatan Rp80 juta 400 80 80 80 80 80 APBD
Pemberdayaan
3
Masyarakat
2 Fasilitasi Pembentukan KTH Kantor KPH Landak 5 kegiatan Rp30 juta 150 30 30 30 30 30 APBN

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
98 | B a b V

Volume Anggaran TATA WAKTU KEGIATAN DAN BIAYA (x Rp.1.000.000)


SUMBER
No Fokus Kegiatan Bentuk Kegiatan Lokasi
(x Rp1 ANGGARAN
Jml/Frek Satuan Biaya Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
juta)

Pelatihan Budidaya Jengkol, Petai,


3 Kantor KPH Landak 3 kegiatan Rp100 juta 300 100 100 100 APBD
Kenari dan Serai Wangi

Pembuatan Persemaian Semi


4 Wilayah KPH Landak 1 unit Rp220 juta 220 220 APBN
Permanen untuk Komoditi KPH

Pelatihan Pengolahan dan


5 Kantor KPH Landak 10 kegiatan Rp60 juta 600 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 APBD
Pemasaran Produk Hutan

6 Pendampingan Program Perhutanan Sosial


a. Fasilitasi usulan Perhutanan
Kantor KPH Landak 10 kegiatan Rp20 juta 200 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 APBD
Sosial

b. Pendampingan Kegiatan
Kantor KPH Landak 10 kegiatan Rp20 juta 200 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 APBD
Perhutanan Sosial

c. Monitoring dan Evaluasi Wilayah Izin


3 kegiatan Rp60 juta 180 60 60 60 APBD
Kegiatan Perhutanan Sosial Perhutanan Sosial

d. Inisiasi Kerjasama Kemitraan


Kantor KPH Landak 1 kegiatan Rp20 juta 20 20 APBD
Perhutanan Sosial

1. HTI Sinar Kalbar


Pembinaan terhadap pemegang Raya
1 izin pemanfaatan dan penggunaan 2. HTI Nitiyasa Idola 10 kegiatan Rp15 juta 150 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 APBD
Pembinaan dan kawasan 3. HTI Kalimantan
Pemantauan Subur Permai
Pemanfaatan
Hutan dan
4
Penggunaan
Kawasan Hutan
pada Areal yang 1. HTI Sinar Kalbar
Pemantauan pelaksanaan
berizin Raya
kegiatan terhadap pemegang izin
2 2. HTI Nitiyasa Idola 10 kegiatan Rp10 juta 100 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 APBD
pemanfaatan dan penggunaan
3. HTI Kalimantan
kawasan hutan
Subur Permai

Groundcheck ke Lokasi Prioritas


1 HL Sungai Landak 5 kegiatan Rp60 juta 300 60 60 60 60 60 APBN
RHL
Rehabilitasi pada Penyusunan rencana pengelolaan
UPT KPH Wilayah @ Rp100
5 Areal Kerja di 2 rehabilitasi hutan dan lahan (RP- 3 paket 300 100 100 100
Landak juta
Luar Izin RHL) dan rancangan teknis RHL
UPT KPH Wilayah @ Rp150
3 Pembuatan persemaian 1 unit 150 150
Landak juta

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
99 | B a b V

Volume Anggaran TATA WAKTU KEGIATAN DAN BIAYA (x Rp.1.000.000)


SUMBER
No Fokus Kegiatan Bentuk Kegiatan Lokasi
(x Rp1 ANGGARAN
Jml/Frek Satuan Biaya Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
juta)
@ Rp3,5
4 Penanaman (pelaksanaan RHL) Blok Inti 3 paket 9.926 3.500 3.500 2.926
Milyar
Pemeliharaan tanaman tahun I @ Rp700
5 Blok Inti 3 paket 1.985 700 700 585
(P1) juta
Pemeliharaan tanaman tahun II @ Rp350
6 Blok Inti 3 paket 993 350 350 293
(P2) juta

Monitoring dan Evaluasi Blok Inti dan Blok


7 5 kegiatan Rp40 juta 200 40 40 40 40 40 APBN
Rehabilitasi Perlindungan

1. PT. Sinar Kalbar


Monitoring dan evaluasi hasil Raya
1 pelaksanaan kegiatan rehabilitasi 2. PT. Nitiyasa Idola 10 kegiatan Rp15 juta 150 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 APBD
pada IUPHHK-HTI secara periodic 3. PT. Kalimantan
Pembinaan dan Subur Permai
Pemantauan
Rehabilitasi dan
6
Reklamasi Pada
Areal Yang
Berizin 1. PT. Sinar Kalbar
Pemantauan hasil pelaksanaan
Raya
dari kegiatan rehabilitasi yang
2 2. PT. Nitiyasa Idola 10 kegiatan Rp10 juta 100 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 APBD
dilakukan oleh pemegang
3. PT. Kalimantan
IUPHHK-HTI
Subur Permai

A Rencana Perlindungan Hutan


Pembentukan Brigade Desa di 5
1 Pengendalian Kebakaran Hutan Kecamatan Wilayah 5 kegiatan Rp150 juta 250 50 50 50 50 50 APBD
dan PAMHUT KPHP
Pembangunan menara pantau
2 untuk pengamatan satwa dan Wilayah KPH Landak 2 unit Rp80 juta 160 80 80 APBD
Rencana kontrol karhutla
Penyelenggara- Pembuatan papan himbauan
7 an Perlindungan peringatan tidak membakar hutan
3 Wilayah KPH Landak 30 lembar Rp24 juta 24 24 APBD
Hutan dan dan lahan
Konservasi Alam

Pengadaan Sarana dan Prasarana


4 Pengendalian Kebakaran dan 2 paket Rp140 juta 280 140 140 APBD
2 Desa di 2
Pengamanan Hutan
Kecamatan

5 Pelatihan MPA 2 kegiatan Rp60 juta 120 60 60 APBD

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
100 | B a b V

Volume Anggaran TATA WAKTU KEGIATAN DAN BIAYA (x Rp.1.000.000)


SUMBER
No Fokus Kegiatan Bentuk Kegiatan Lokasi
(x Rp1 ANGGARAN
Jml/Frek Satuan Biaya Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
juta)
Patroli pencegahan dan
6 pemadaman awal kebakaran 120 kegiatan Rp6 juta 720 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 APBD
hutan dan lahan 5 Desa di 3
Kecamatan
Pemeliharaan dan operasional
7 10 paket Rp12 juta 120 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 APBD
sarana prasarana kebakaran

Pembuatan Demplot Agroforestry


pada wilayah kerja Rawan Konflik
8 9 Desa 9 paket Rp80 juta 720 80 80 80 80 80 80 80 80 80 APBN
dan Rawan Kebakaran Hutan dan
Lahan

B Konservasi Alam

Identifikasi dan Pemetaan Blok Inti dan Blok


1 2 kegiatan Rp120 juta 240 120 120 APBD
Kawasan HCVF Perlindungan

Blok Inti dan Blok


2 Pengelolaan Kawasan HCVF 10 kegiatan Rp17 juta 136 17 17 17 17 17 17 17 17 NGO
Perlindungan

CSR
Monitoring dan Evaluasi Blok Inti dan Blok
3 10 kegiatan Rp28 juta 224 28 28 28 28 28 28 28 28 Perusahaa
Pengelolaan Kawasan HCVF Perlindungan
n

Melakukan sosialisasi dan edukasi


4 tentang pelestarian flora dan 52 desa 1 kegiatan Rp180 juta 180 180 APBD
fauna yang dilindungi

Pembuatan papan himbauan Areal rawan


CSR
5 peringatan pelarangan perburuan perburuan rawan 10 unit Rp24 juta 240 240
Perusahaan
satwa liar dilindungi kebakaran
Perlindungan dan Insentif
Daerah Penyangga APBD; CSR
6 Tegakan Pohon Unggulan Lokal 8 Kegiatan Rp70 juta 560 70 70 70 70 70 70 70 70
TAHURA Perusahaan
pada Daerah Penyangga TAHURA
7 Restorasi Ekosistem Gambut KHG Sungai Landak 9 Kegiatan Rp100 juta 900 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Identifikasi Perizinan,
1 Permasalahan dan Koordinasi 1 kegiatan Rp40 juta 40 40 APBN
Rencana pada Izin Pemanfaatan Hutan
Kegiatan
Penyelenggaraan Sinkronisasi Rencana Kerja
8 Koordinasi dan 2 Tahunan Pemegang Izin 4 Unit IUPHHK-HTI 10 kegiatan Rp8 juta 80 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 APBN
Sinkronisasi Pemanfaatan Hutan
Antar Pemegang
Izin Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan
3 10 kegiatan Rp14 juta 140 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 APBN
dan Pengendalian

9 Koordinasi dan 1 KLHK Jakarta 10 kegiatan Rp12 juta 120 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 APBN

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
101 | B a b V

Volume Anggaran TATA WAKTU KEGIATAN DAN BIAYA (x Rp.1.000.000)


SUMBER
No Fokus Kegiatan Bentuk Kegiatan Lokasi
(x Rp1 ANGGARAN
Jml/Frek Satuan Biaya Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
juta)
Sinergi dengan
Instansi dan Dinas Kehutanan Provisi
2 Pontianak APBD
Stakeholder Kalimantan Barat
Terkait
3 BPKH Wilayah III Pontianak Pontianak Paket APBN
10 Rp150 juta 1500 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
kegiatan
4 BPHP Wilayah VIII Pontianak Pontianak APBN

5 BPDAS HL Kapuas Pontianak APBN

6 Pemegang Izin (4 perusahaan) Ngabang 10 kegiatan Rp20 juta 200 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 APBD

Masyarakat dalam Wilayah KPHP


7 Wilayah KPH 10 kegiatan Rp86,4 juta 864 86,4 86,4 86,4 86,4 86,4 86,4 86,4 86,4 86,4 86,4 APBD
Unit VII Landak

8 Pemkab Landak Ngabang 10 kegiatan Rp12 juta 120 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 APBD

9 Pemkab Sanggau Sanggau 10 kegiatan Rp2,4 juta 24 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 APBD

1
Pemkab Bengkayang Bengkayang 10 kegiatan Rp2,4 juta 24 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 APBD
0
1
Pemkab Kubu Raya Kubu Raya 10 kegiatan Rp3,6 juta 36 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 APBD
1
1
LSM/NGO Pontianak 10 kegiatan Rp4,8 juta 48 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 APBD
2
1
Penegak Hukum Ngabang 120 kegiatan Rp12 juta 120 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 APBD
3

Training/pelatihan survey potensi


1 1 kegiatan Rp28 juta 28 28 APBD
keanekaragaman hayati

Training calon guide dan


2 1 kegiatan Rp28 juta 28 28 APBD
Rencana interpreneur
Kegiatan Training Pemetaan, GIS dan Personil KPHP
10 3 1 kegiatan Rp45 juta 45 45 APBD
Peningkatan Drone Landak
Kapasitas SDM
Training Jengkol, Petai, Kenari,
4 Serai Wangi dan Tanaman 1 kegiatan Rp40 juta 40 40 APBD
Pendukung Ketahanan Pangan

Training untuk Pengelolaan Jasa


5 1 kegiatan Rp15 juta 15 15 APBD
Lingkungan

11 0

Rencana
Pengembangan Baseline survey KPHP Landak Unit
11 Kegiatan 1 1 kegiatan Rp30 juta 30 30 APBD
kondisi Biofisik VII
Pengembangan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
102 | B a b V

Volume Anggaran TATA WAKTU KEGIATAN DAN BIAYA (x Rp.1.000.000)


SUMBER
No Fokus Kegiatan Bentuk Kegiatan Lokasi
(x Rp1 ANGGARAN
Jml/Frek Satuan Biaya Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
juta)
Database Pengembangan Baseline survey
2 kondisi Sosial, Ekonomi dan 1 kegiatan Rp140 juta 140 140 APBD
Budaya
Pengembangan Baseline HHK dan
3 1 kegiatan Rp120 juta 120 120 APBD
HHBK

1 Observasi Wilayah Kelola 1 paket Rp30 juta 30 30 APBN


Rencana
Wilayah Kelola KPH
Kegiatan Review
12 2 Pelaksanaan Review Wilayah Landak Unit 1 kegiatan Rp120 juta 120 120 APBN
Rencana
VII
Pengelolaan
3 Perbaikan Dokumen 1 kegiatan Rp120 juta 120 120 APBN

Membentuk kelompok kerja yang


1 membidangi kerjasama, promosi KPH Wilayah Landak 1 kegiatan Rp10 juta 10 10 APBD
dan quality control

Rencana
Kegiatan Mengikuti Pameran di tingkat Pontianak dan
13 2 4 kegiatan Rp30 juta 30 10 10 10 APBD
Pengembangan Lokal dan Nasional Jakarta
Investasi

Meningkatkan koordinasi dengan


3 stakeholder dalam upaya Pontianak 10 kegiatan Rp5 juta 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 APBD
pengembangan investasi

Total Kebutuhan Anggaran 29.970,800.000,- 1.351 2.669 6.428 6.713 5.835 2.484 1.696 1.014 922 862

Sumber: Analisis Tim Penyusun, 20 20

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
103 | B a b V I

BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

6.1. Pembinaan
Kesatuan Pengelolaan Hutan atau KPH merupakan suatu organisasi pemerintah daerah
yang memiliki fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaah
hutan yang ada di wilayahnya, tidak terkecuali KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak. Tujuan dari kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang dilakukan
adalah:

1. Meningkatkan kompetensi dari SDM yang dimiliki KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak terhadap kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengedalian
pengelolaan hutan;
2. Menjaga konsistensi pelaksanaan kegiatan dengan tujuan yang ingin dicapai;
3. Menjaga konsistensi pelaksanaan rencana kegiatan dengan peraturan perundang-
undangan terkait.

UPT KPH Wilayah Landak sebagai pihak pengelola hutan memiliki kewenangan
pembinaan, dimana dalam pelaksanaannya harus berpedoman pada pembagian wilayah
seperti di bawah ini:

1. Wilayah yang telah terdapat izin pemanfaatan (IUPHHK-HA/IUPHHK-HT) dan


penggunaan (IPPKH);
2. Wilayah yang belum terdapat izin.

Wujud pembinaan yang dapat dilakukan adalah arahan teknis dalam pelaksanaan
kegiatan pada unit manajemen dalam kawasan ataupun sebagai fasilitator masyarakat
dalam hal sinergi pembangunan kehutanan dengan peningkatan pendapatan masyarakat
yang berada di dalam kawasan hutan maupun yang berada di luar kawasan hutan.

Indikator pedoman pelaksanaan pembinaan ini berpedoman pada Peraturan Menteri


Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
Pengelolaan Hutan pada KPH, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2011
tentang Standar Kompetensi Bidang Teknis Kehutanan pada KPH.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan, KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak yang berbentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas sehingga dalam pelaksanaan
kegiatannya memerlukan dukungan dan pembinaan dari instansi lain yang berada di atasnya
secara hierarki seperti Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Perkebunan
Kabupaten Landak, BAPPEDA Provinsi Kalimantan Barat, BAPPEDA Kabupaten Landak serta
pelaksana teknis dinas yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan lainnya seperti BPKH, BPDAS, BPHP dan BKSDA sesuai dengan tupoksi masing-
masing instansi tersebut. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
104 | B a b V I

P.6/Menhut-II/2010 tentang NSPK Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP yang tertuang
pada bab VIII pasal 31 yang menyatakan bahwa pembinaan dan pengendalian kepada KPH
dilakukan oleh atau atas nama Menteri Kehutanan, dan didelegasikan pula kepada Gubernur
meliputi aspek-aspek:

 Penyelenggaraan Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan;


 Pemanfaatan Hutan;
 Penggunaan Kawasan Hutan;
 Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan;
 Perlindungan Hutan oleh KPH.

Kegiatan pembinaan dilakukan terhadap sumberdaya manusia pelaksana kegiatan


pengelolaan hutan. Pembinaan antara lain berisi upaya-upaya yang berkaitan dengan
pendampingan, penyuluhan pemberian bimbingan dan lain sebagainya. Dalam konteks
pembinaan ini hal-hal yang dapat dilakukan antara lain lain pendampingan dan penyuluhan
kepada masyarakat terkait pemanfaatan hutan. Pembinaan juga dapat dilakukan secara
internal kepada pegawai/staf KPHL seperti pemberian pelatihan teknis dll. Aspek atau hal-
hal yang dibina, disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rencana
kerja.

Tabel 68. Matriks Pelaksanaan Pembinaan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tim Pelaksana
No Jenis Kegiatan Uraian
Pembinaan
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola terdiri
dari:
1. Inventarisasi Potensi Kayu
2. Inventarisasi Satwaliar :
 Burung Enggang Gading
 Burung Enggang"
3. Inventarisasi HHBK: Menteri LHK (Ditjen PKTL
Inventarisasi Berkala
 Cakar Elang, & Ditjen KSDAE) dan
1 Wilayah Kelola serta
 Pasak Bumi, Gubernur Kalimantan
Penataan Hutan
 Rotan" Barat
4. Inventarisasi Jasa Lingkungan
5. Inventarisasi Sosial Budaya
Penataan Hutan, terdiri dari:
1. Penataan batas Blok
2. Penataan batas luar wilayah tertentu
1 Budidaya Petai
Menteri LHK (Ditjen
2 Budidaya Jengkol
KSDAE & Staf Ahli Bidang
Pemanfaatan Hutan pada 3 Budidaya Kenari
2 Ekonomi Sumber Daya
Wilayah Tertentu 4 Budidaya Serai Wangi
Alam) dan Gubernur
5 Budidaya Tanaman Pendukung Ketahanan
Kalimantan Barat
Pangan
1 Sosialisasi Core Business KPH Menteri LHK (Ditjen
2 Fasilitasi Pembentukan KTH PHPL; Ditjen PSKL; Badan
3 Pemberdayaan Masyarakat 3 Pelatihan Budidaya Jengkol, Petai, Kenari, Penyuluhan dan
Serai Wangi, dan Tanaman Pendukung Pengembangan SDM) dan
Ketahanan Pangan Gubernur Kalimantan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
105 | B a b V I

Tim Pelaksana
No Jenis Kegiatan Uraian
Pembinaan
4 Pembuatan Persemaian Semi Permanen Barat
untuk Komoditi KPH
5 Pelatihan Pengolahan dan Pemasaran
Produk Hutan
6 Pendampingan Program Perhutanan
Sosial, yang terdiri dari:
 Fasilitasi usulan Perhutanan Sosial
 Pendampingan Kegiatan Perhutanan
Sosial
 Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Perhutanan Sosial
 Inisiasi Kerjasama Kemitraan
Perhutanan Sosial
Pembinaan dan 1 Pembinaan terhadap pemegang izin
Pemantauan Pemanfaatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan Menteri LHK (Ditjen
4 Hutan dan Penggunaan 2 Pemantauan pelaksanaan kegiatan PHLHK) dan Gubernur
Kawasan Hutan pada terhadap pemegang izin pemanfaatan dan Kalimantan Barat
Areal yang Berijin penggunaan kawasan hutan
1 Groundcheck ke Lokasi Prioritas RHL
2 Penyusunan rencana pengelolaan
rehabilitasi hutan dan lahan (RP-RHL) dan
rancangan teknis RHL
Rehabilitasi pada Areal 3 Pembuatan persemaian
5
Kerja di Luar Ijin 4 Penanaman (pelaksanaan RHL)
5 Pemeliharaan tanaman tahun I (P1)
6 Pemeliharaan tanaman tahun II (P2)
7 Monitoring dan Evaluasi Rehabilitasi pada
Areal di Luar Izin
1 Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan
Pembinaan dan kegiatan rehabilitasi pada IUPHHK-HTI
Pemantauan Rehabilitasi secara periodic
6
dan Reklamasi di Dalam 2 Pemantauan hasil pelaksanaan dari
Areal yang Berijin kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh
pemegang IUPHHK-HTI
Rencana Perlindungan Hutan, terdiri dari:
Menteri LHK (Ditjen
1 Pembentukan Brigade Pengendalian KSDAE; Ditjen PDASHL,)
Kebakaran Hutan dan PAMHUT dan Gubernur Kalimantan
2 Pembangunan menara pantau untuk Barat
pengamatan satwa dan kontrol karhutla
3 Pembuatan papan himbauan peringatan
tidak membakar hutan dan lahan
4 Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan
Hutan
Penyelenggaraan
5 Pelatihan MPA
7 Perlindungan Hutan dan
6 Patroli pencegahan dan pemadaman awal
Konservasi Alam
kebakaran hutan dan lahan
7 Pemeliharaan dan operasional sarana
prasarana kebakaran
8 Pembuatan Demplot Agroforestry pada
wilayah kerja Rawan Konflik dan Rawan
Kebakaran Hutan dan Lahan
Konservasi Alam, terdiri dari:
1 Identifikasi dan Pemetaan Kawasan HCVF
2 Pengelolaan Kawasan HCVF
3 Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
106 | B a b V I

Tim Pelaksana
No Jenis Kegiatan Uraian
Pembinaan
Kawasan HCVF
4 Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang
pelestarian flora dan fauna yang dilindungi
5 Pembuatan papan himbauan peringatan
pelarangan perburuan satwa liar dilindungi
6 Perlindungan dan Insentif Tegakan
Unggulan Lokal pada Daerah Penyangga
Kawasan TAHURA Pandan Puloh
7 Restorasi Ekosistem Gambut
1 Identifikasi Perizinan, Permasalahan dan
Penyelenggaraan Koordinasi pada Izin Pemanfaatan Hutan
Koordinasi dan 2 Sinkronisasi Rencana Kerja Tahunan
8
Sinkronisasi antar Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan
Pemegang Ijin 3 Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan dan
Pengendalian
1 KLHK
2 Dinas Kehutanan Provisi Kalimantan
Barat Menteri LHK (Staf Ahli
3 BPKH Wilayah III Pontianak Bidang Hubungan Antar
4 BPHP Wilayah VIII Pontianak Lembaga Pusat dan
5 BPDAS HL Kapuas Daerah) dan Gubernur
Koordinasi dan Sinergi 6 Pemegang Izin (4 perusahaan) Kalimantan Barat
9 dengan Instansi dan 7 Masyarakat dalam Wilayah KPHP Unit VII
Stakeholder Terkait Landak
8 Pemkab Landak
9 Pemkab Sanggau
10 Pemkab Bengkayang
11 Pemkab Kubu Raya
12 LSM/NGO
13 Penegak Hukum
1 Training/pelatihan survey potensi
keanekaragaman hayati
2 Training calon guide dan interpreneur Menteri LHK (Badan
Penyediaan dan 3 Training Pemetaan, GIS dan Drone Penyuluhan dan
10 peningkatan kapasitas 4 Training Budidaya Tanaman Jengkol, Pengembangan SDM) dan
SDM Petai, Kenari, Serai Wangi dan Tanaman Gubernur Kalimantan
Pendukung Ketahanan Pangan Barat
5 Training untuk Pengelolaan Jasa
Lingkungan
Menteri LHK (Badan
Penelitian,
Kebutuhan Biaya Operasional Kantor dan
11 Penyediaan Pendanaan Pengembangan dan
Kebutuhan Investasi.
Inovasi) dan Gubernur
Kalimantan Barat
1. Pengembangan Baseline survey kondisi Menteri LHK (Badan
Biofisik Penyuluhan dan
12 Pengembangan Data Base 2. Pengembangan Baseline survey kondisi Pengembangan SDM) dan
Sosial, Ekonomi dan Budaya Gubernur Kalimantan
3. Pengembangan Baseline HHK dan HHBK Barat
Pengkajian ulang batas wilayah KPH terhadap
wilayah administrasi pemerintahan kabupaten Menteri LHK (Ditjen PKTL
Rasionalisasi Wilayah Landak, Pengkajian ulang arahan pemanfaatan dan Ditjen PSKL) dan
13
Kelola dan pengembangan blok dan petak pada HL Gubernur Kalimantan
dan HP; dan Penataan ulang batas blok dan Barat
petak.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
107 | B a b V I

Tim Pelaksana
No Jenis Kegiatan Uraian
Pembinaan
Menteri LHK (Ditjen PKTL;
1. Observasi Wilayah Kelola
Review Rencana Ditjen PSKL dan Ditjen
14 2. Pelaksanaan Review
Pengelolaan PHPL) dan Gubernur
3. Perbaikan Dokumen
Kalimantan Barat
1. Membentuk kelompok kerja yang
membidangi kerjasama, promosi dan
quality control Menteri LHK (Staf Ahli
2. Mengikuti Pameran di tingkat Lokal dan Bidang Ekonomi Sumber
15 Pengembangan Investasi
Nasional Daya Alam) dan Gubernur
3. Meningkatkan koordinasi dengan Kalimantan Barat
stakeholder dalam upaya pengembangan
investasi
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2020

6.2. Pengawasan
Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
juga melakukan pengawasan terhadap unit-unit manajemen yang ada di wilayah kelolanya.
Unit manajemen yang menjadi obyek pengawasan adalah para pemegang IUPHHK-HA
maupun IUPHHK-HT serta perusahaan yang memiliki izin penggunaan kawasan misalnya
perusahaan pertambangan. Sinergi yang terjadi dalam pengelolaan hutan oleh KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak tidak hanya dilakukan searah, tetapi dilakukan secara
dua arah dan berjenjang. Dimana KPHP Unit VII diawasi oleh instansi di atasnya, tetapi juga
mengawasi unit manajemen yang ada di bawahnya.

Pengawasan dari hasil pelaksanaan kegiatan lapangan pada KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat dan
BPHP Wilayah VIII Pontianak meliputi pengawasan terhadap efektivitas pelaksanaan
pembinaan penyelenggaraan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang memiliki
keterkaitan dengan kewenangan Pemerintah Provinsi. Hasil pengawasan yang telah
dilakukan dapat dijadikan acuan dalam perbaikan perencanaan dan pengelolaan ke depan.

Tabel 69. Matriks Pelaksanaan Pengawasan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak
No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengawas
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola terdiri dari:
1. Inventarisasi Potensi Kayu
2. Inventarisasi Satwaliar :
 Burung Enggang Gading
 Burung Enggang" APBN, Inspektorat
Inventarisasi Berkala 3. Inventarisasi HHBK: Jenderal, BPK RI,
1 Wilayah Kelola serta  Cakar Elang, MenLHK (Ditjen
Penataan Hutan  Pasak Bumi, PHLHK)
 Rotan"
4. Inventarisasi Jasa Lingkungan
5. Inventarisasi Sosial Budaya
Penataan Hutan, terdiri dari:

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
108 | B a b V I

No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengawas


1. Penataan batas Blok
2. Penataan batas luar wilayah tertentu
1. Budidaya Petai
2. Budidaya Jengkol
Pemanfaatan Hutan APBN, Inspektorat
2 3. Budidaya Kenari
pada Wilayah Tertentu Jenderal
4. Budidaya Serai Wangi
5. Budidaya Tanaman Pendukung Ketahanan Pangan
1 Sosialisasi Core Business KPH
2 Fasilitasi Pembentukan KTH
3 Pelatihan Budidaya Jengkol, Petai, Kenari dan Serai
Wangi dan Tanaman Pendukung Ketahanan
Pangan
4 Pembuatan Persemaian Semi Permanen untuk
Komoditi KPH APBN, Inspektorat
Pemberdayaan
3 5 Pelatihan Pengolahan dan Pemasaran Produk Hutan Jenderal, APBD,
Masyarakat
6 Pendampingan Program Perhutanan Sosial, yang Inspektorat Provinsi
terdiri dari:
 Fasilitasi usulan Perhutanan Sosial
 Pendampingan Kegiatan Perhutanan Sosial
 Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Perhutanan
Sosial
 Inisiasi Kerjasama Kemitraan Perhutanan Sosial
Pembinaan dan
1 Pembinaan terhadap pemegang izin pemanfaatan
Pemantauan
dan penggunaan kawasan APBN, Inspektorat
Pemanfaatan Hutan dan
4 2 Pemantauan pelaksanaan kegiatan terhadap Jenderal, MenLHK
Penggunaan Kawasan
pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan (Ditjen PHLHK)
Hutan pada Areal yang
kawasan hutan
Berijin
8 Groundcheck ke Lokasi Prioritas RHL
9 Penyusunan rencana pengelolaan rehabilitasi hutan
dan lahan (RP-RHL) dan rancangan teknis RHL
10 Pembuatan persemaian
Rehabilitasi pada Areal APBN, Inspektorat
5 11 Penanaman (pelaksanaan RHL)
Kerja di Luar Ijin Jenderal, Permenhut
12 Pemeliharaan tanaman tahun I (P1)
13 Pemeliharaan tanaman tahun II (P2)
14 Monitoring dan Evaluasi Rehabilitasi pada Areal di
Luar Izin
Pembinaan dan 1 Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan
APBN, Inspektorat
Pemantauan rehabilitasi pada IUPHHK-HTI secara periodic
Jenderal, BPK RI,
6 Rehabilitasi dan 2 Pemantauan hasil pelaksanaan dari kegiatan
MenLHK (Ditjen
Reklamasi di Dalam rehabilitasi yang dilakukan oleh pemegang
PHLHK)
Areal yang Berijin IUPHHK-HTI
Rencana Perlindungan Hutan, terdiri dari:
1 Pembentukan Brigade Pengendalian Kebakaran
Hutan dan PAMHUT
2 Pembangunan menara pantau untuk pengamatan
satwa dan kontrol karhutla
3 Pembuatan papan himbauan peringatan tidak APBN, Inspektorat
Penyelenggaraan membakar hutan dan lahan Jenderal, MenLHK
7 Perlindungan Hutan dan 4 Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengendalian (Ditjen PHLHK),
Konservasi Alam Kebakaran dan Pengamanan Hutan Permenhut
5 Pelatihan MPA
6 Patroli pencegahan dan pemadaman awal
kebakaran hutan dan lahan
7 Pemeliharaan dan operasional sarana prasarana
kebakaran
8 Pembuatan Demplot Agroforestry pada wilayah

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
109 | B a b V I

No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengawas


kerja Rawan Konflik dan Rawan Kebakaran Hutan
dan Lahan
Konservasi Alam, terdiri dari:
1 Identifikasi dan Pemetaan Kawasan HCVF
2 Pengelolaan Kawasan HCVF
3 Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Kawasan
HCVF
4 Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang
pelestarian flora dan fauna yang dilindungi
5 Pembuatan papan himbauan peringatan pelarangan
perburuan satwa liar dilindungi
6 Perlindungan dan Insentif Tegakan Unggulan Lokal
pada Daerah Penyangga Kawasan TAHURA Pandan
Puloh
7 Restorasi Ekosistem Gambut
1 Identifikasi Perizinan, Permasalahan dan Koordinasi
Penyelenggaraan
pada Izin Pemanfaatan Hutan
Koordinasi dan APBN, Inspektorat
8 2 Sinkronisasi Rencana Kerja Tahunan Pemegang Izin
Sinkronisasi antar Jenderal
Pemanfaatan Hutan
Pemegang Ijin
3 Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan dan Pengendalian
1 KLHK
2 Dinas Kehutanan Provisi Kalimantan Barat
3 BPKH Wilayah III Pontianak
4 BPHP Wilayah VIII Pontianak
5 BPDAS HL Kapuas
Koordinasi dan Sinergi 6 Pemegang Izin (4 perusahaan)
APBN, Inspektorat
9 dengan Instansi dan 7 Masyarakat dalam Wilayah KPHP Unit VII Landak
Jenderal
Stakeholder Terkait 8 Pemkab Landak
9 Pemkab Sanggau
10 Pemkab Bengkayang
11 Pemkab Kubu Raya
12 LSM/NGO
13 Penegak Hukum
1 Training/pelatihan survey potensi keanekaragaman
hayati
2 Training calon guide dan interpreneur
Penyediaan dan
3 Training Pemetaan, GIS dan Drone APBN, Inspektorat
10 peningkatan kapasitas
4 Training Budidaya Tanaman Kenari, Jengkol, Petai, Jenderal, BPK-RI
SDM
Serai Wangi dan Tanaman Pendukung Ketahanan
Pangan
5 Training untuk Pengelolaan Jasa Lingkungan
Kebutuhan Biaya Operasional Kantor dan Kebutuhan APBD, Inspektorat
11 Penyediaan Pendanaan
Investasi. Provinsi
1. Pengembangan Baseline survey kondisi Biofisik
Pengembangan Data 2. Pengembangan Baseline survey kondisi Sosial, APBN, Inspektorat
12
Base Ekonomi dan Budaya Jenderal
3. Pengembangan Baseline HHK dan HHBK
Pengkajian ulang batas wilayah KPH terhadap wilayah
administrasi pemerintahan kabupaten Landak,
Rasionalisasi Wilayah APBN, Inspektorat
13 Pengkajian ulang arahan pemanfaatan dan
Kelola Jenderal
pengembangan blok dan petak pada HL dan HP; dan
Penataan ulang batas blok dan petak.
1. Observasi Wilayah Kelola
Review Rencana APBD, Inspektorat
14 2. Pelaksanaan Review
Pengelolaan Provinsi
3. Perbaikan Dokumen

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
110 | B a b V I

No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengawas


1. Membentuk kelompok kerja yang membidangi
kerjasama, promosi dan quality control
Pengembangan APBD, Inspektorat
15 2. Mengikuti Pameran di tingkat Lokal dan Nasional
Investasi Provinsi
3. Meningkatkan koordinasi dengan stakeholder dalam
upaya pengembangan investasi
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2020

6.3. Pengendalian
Kegiatan pengendalian meliputi monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pengelolaan UPT KPH Wilayah Landak. Kegiatan ini bertujuan agar target yang telah
ditetapkan dapat tercapai secara maksimal dan sebagai bahan perbaikan untuk kegiatan
selanjutnya pada UPT KPH Wilayah Landak.

Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian pada UPT KPH Wilayah Landak
dimaksudkan untuk menjamin bahwa pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan skala
prioritas dan intensitas kegiatan pengelolaan hutan untuk menilai kondisi hutan, hasil dari
produk hutan, kegiatan pengelolaan dan dampaknya terhadap kondisi sosial dan lingkungan
hidup. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengawasan dan pengendailan antara
lain adalah:

1. Frekuensi dan intensitas pengawasan harus ditentukan berdasar skala prioritas dan
intensitas kegiatan pengelolaan hutan serta kompleksitas permasalahan yang ada di
lapangan.
2. Prosedur monitoring harus konsisten dan dapat diulang untuk mendapatkan
perbandingan hasil dan perubahan penilaian. Dalam manajamen UPT KPH wilayah
Landak pengendalian kegiatan pokok dilakukan oleh kepala KPH. Pengendalian
kegiatan pokok ada pada Kepala KPH Landak yang didasarkan pada rencana
kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Pengendalian program pengembangan
SDM dan mitra kerja juga dilaksanakan secara berkala sesuai dengan kebutuhan

Tabel 70. Matriks Pelaksanaan Pengendalian di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak
No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengendali
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola terdiri dari:
1. Inventarisasi Potensi Kayu
2. Inventarisasi Satwaliar :
 Burung Enggang Gading
 Burung Enggang" Menteri LHK (Ditjen
Inventarisasi Berkala 3. Inventarisasi HHBK: PKTL & Ditjen KSDAE)
1 Wilayah Kelola serta  Cakar Elang, dan Gubernur
Penataan Hutan  Pasak Bumi, Kalimantan Barat
 Rotan"
4. Inventarisasi Jasa Lingkungan
5. Inventarisasi Sosial Budaya
Penataan Hutan, terdiri dari:

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
111 | B a b V I

No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengendali


1. Penataan batas Blok
2. Penataan batas luar wilayah tertentu
1. Budidaya Petai Menteri LHK (Ditjen
2. Budidaya Jengkol KSDAE & Staf Ahli
Pemanfaatan Hutan pada 3. Budidaya Kenari Bidang Ekonomi
2
Wilayah Tertentu 4. Budidaya Serai Wangi Sumber Daya Alam)
5. Budidaya Tanaman Pendukung Ketahanan dan Gubernur
Pangan Kalimantan Barat
1 Sosialisasi Core Business KPH
2 Fasilitasi Pembentukan KTH
3 Pelatihan Budidaya Jengkol, Petai, Kenari
dan Serai Wangi serta Tanaman Pendukung
Ketahanan Pangan
4 Pembuatan Persemaian Semi Permanen
untuk Komoditi KPH Menteri LHK (Ditjen
5 Pelatihan Pengolahan dan Pemasaran Produk PHPL; Ditjen PSKL;
Pemberdayaan Hutan Badan Penyuluhan dan
3
Masyarakat 6 Pendampingan Program Perhutanan Sosial, Pengembangan SDM)
yang terdiri dari: dan Gubernur
 Fasilitasi usulan Perhutanan Sosial Kalimantan Barat
 Pendampingan Kegiatan Perhutanan
Sosial
 Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Perhutanan Sosial
 Inisiasi Kerjasama Kemitraan Perhutanan
Sosial
Pembinaan dan 1 Pembinaan terhadap pemegang izin
Pemantauan Pemanfaatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan Menteri LHK (Ditjen
4 Hutan dan Penggunaan 2 Pemantauan pelaksanaan kegiatan terhadap PHLHK) dan Gubernur
Kawasan Hutan pada pemegang izin pemanfaatan dan Kalimantan Barat
Areal yang Berijin penggunaan kawasan hutan
15 Groundcheck ke Lokasi Prioritas RHL
16 Penyusunan rencana pengelolaan rehabilitasi
hutan dan lahan (RP-RHL) dan rancangan
teknis RHL
Rehabilitasi pada Areal 17 Pembuatan persemaian
5
Kerja di Luar Ijin 18 Penanaman (pelaksanaan RHL)
19 Pemeliharaan tanaman tahun I (P1)
20 Pemeliharaan tanaman tahun II (P2)
21 Monitoring dan Evaluasi Rehabilitasi pada
Areal di Luar Izin
1 Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan
Pembinaan dan kegiatan rehabilitasi pada IUPHHK-HTI Menteri LHK (Ditjen
Pemantauan Rehabilitasi secara periodic KSDAE; Ditjen
6
dan Reklamasi di Dalam 2 Pemantauan hasil pelaksanaan dari kegiatan PDASHL,) dan Gubernur
Areal yang Berijin rehabilitasi yang dilakukan oleh pemegang Kalimantan Barat
IUPHHK-HTI
Rencana Perlindungan Hutan, terdiri dari:
1 Pembentukan Brigade Pengendalian
Kebakaran Hutan dan PAMHUT
Penyelenggaraan 2 Pembangunan menara pantau untuk
7 Perlindungan Hutan dan pengamatan satwa dan kontrol karhutla
Konservasi Alam 3 Pembuatan papan himbauan peringatan
tidak membakar hutan dan lahan
4 Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan
Hutan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
112 | B a b V I

No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengendali


5 Pelatihan MPA
6 Patroli pencegahan dan pemadaman awal
kebakaran hutan dan lahan
7 Pemeliharaan dan operasional sarana
prasarana kebakaran
8 Pembuatan Demplot Agroforestry pada
wilayah kerja Rawan Konflik dan Rawan
Kebakaran Hutan dan Lahan
Konservasi Alam, terdiri dari:
1 Identifikasi dan Pemetaan Kawasan HCVF
2 Pengelolaan Kawasan HCVF
3 Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan
Kawasan HCVF
4 Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang
pelestarian flora dan fauna yang dilindungi
5 Pembuatan papan himbauan peringatan
pelarangan perburuan satwa liar dilindungi
6 Perlindungan dan Insentif Tegakan Unggulan
Lokal pada Daerah Penyangga Kawasan
TAHURA Pandan Puloh
7 Restorasi Ekosistem Gambut
1 Identifikasi Perizinan, Permasalahan dan
Penyelenggaraan Koordinasi pada Izin Pemanfaatan Hutan
Koordinasi dan 2 Sinkronisasi Rencana Kerja Tahunan
8
Sinkronisasi antar Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan
Pemegang Ijin 3 Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan dan
Pengendalian
1 KLHK
2 Dinas Kehutanan Provisi Kalimantan Barat Menteri LHK (Staf Ahli
3 BPKH Wilayah III Pontianak Bidang Hubungan Antar
4 BPHP Wilayah VIII Pontianak Lembaga Pusat dan
5 BPDAS HL Kapuas Daerah) dan Gubernur
6 Pemegang Izin (4 perusahaan) Kalimantan Barat
Koordinasi dan Sinergi
7 Masyarakat dalam Wilayah KPHP Unit VII
9 dengan Instansi dan
Landak
Stakeholder Terkait
8 Pemkab Landak
9 Pemkab Sanggau
10 Pemkab Bengkayang
11 Pemkab Kubu Raya
12 LSM/NGO
13 Penegak Hukum
1 Training/pelatihan survey potensi
keanekaragaman hayati
Menteri LHK (Badan
2 Training calon guide dan interpreneur
Penyediaan dan Penyuluhan dan
3 Training Pemetaan, GIS dan Drone
10 peningkatan kapasitas Pengembangan SDM)
4 Training Budidaya Tanaman Kenari, Jengkol,
SDM dan Gubernur
Petai, dan Serai Wangi serta Tanaman
Kalimantan Barat
Pendukung Ketahanan Pangan
5 Training untuk Pengelolaan Jasa Lingkungan
Menteri LHK (Badan
Penelitian,
Kebutuhan Biaya Operasional Kantor dan
11 Penyediaan Pendanaan Pengembangan dan
Kebutuhan Investasi.
Inovasi) dan Gubernur
Kalimantan Barat
1. Pengembangan Baseline survey kondisi Menteri LHK (Badan
12 Pengembangan Data Base Biofisik Penyuluhan dan
2. Pengembangan Baseline survey kondisi Pengembangan SDM)

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
113 | B a b V I

No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengendali


Sosial, Ekonomi dan Budaya dan Gubernur
3. Pengembangan Baseline HHK dan HHBK Kalimantan Barat
Pengkajian ulang batas wilayah KPH terhadap
Menteri LHK (Ditjen
wilayah administrasi pemerintahan kabupaten
Rasionalisasi Wilayah PKTL dan Ditjen PSKL)
13 Landak, Pengkajian ulang arahan pemanfaatan
Kelola dan Gubernur
dan pengembangan blok dan petak pada HL dan
Kalimantan Barat
HP; dan Penataan ulang batas blok dan petak.
Menteri LHK (Ditjen
1. Observasi Wilayah Kelola PKTL; Ditjen PSKL dan
Review Rencana
14 2. Pelaksanaan Review Ditjen PHPL) dan
Pengelolaan
3. Perbaikan Dokumen Gubernur Kalimantan
Barat
1. Membentuk kelompok kerja yang
membidangi kerjasama, promosi dan quality Menteri LHK (Staf Ahli
control Bidang Ekonomi
15 Pengembangan Investasi 2. Mengikuti Pameran di tingkat Lokal dan Sumber Daya Alam)
Nasional dan Gubernur
3. Meningkatkan koordinasi dengan stakeholder Kalimantan Barat
dalam upaya pengembangan investasi
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2020

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
114 | B a b V I

Tabel 71. Tabel Rencana Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Periode 2020-2029
Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
1. Tata hutan dan Penataan batas luar kawasan hutan Bahan dan peta usulan rencana trayek Mendorong dan fasilitasi percepatan
penyusunan Rencana dan batas blok serta petak sebagai penataan batas luar kawasan hutan; pelaksanaan tata batas luar kawasan hutan
Pengelolaan KPHP Unit VII syarat terwujudnya kepastian kawasan dan wilayah tertentu KPHP Unit VII pada UPT
pada UPT KPH Wilayah hutan; KPH wilayah Landak;
Landak
Penataan batas luar kawasan hutan Data primer dan data skunder dari BPKH Wil. Pengawasan dalam pelaksanaan tata batas
pada wilayah tertentu dalam rangka III Pontianak, BPHP Wil. VII Pontianak dan luar kawasan hutan dan wilayah tertentu.
optimalisasi inventarisasi potensi HHK, Dinas Kehutanan Prov. Kalimantan Barat
HHBK dan Jasling
2. Pemanfaatan Hutan pada Optimalisasi dalam pemanfaatan HHK, Peta sebaran potensi HHK, HHBK dan Jasling; Monitoring hasil pelaksanaan inventarisasi
Wilayah Tertentu HHBK dan Jasa Lingkungan pada potensi HHK, HHBK dan Jasling;
Wilayah Tertentu dengan melakukan
Data Primer melalui pengecekan lapangan Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
inventarisasi potensi. (Ground Check); kegiatan lapangan.
Data sekunder potensi HHK, HHBK dan Jasling
melalui dokumen dokumen hasil identifikasi
Biogeofisik dan Sosbud.
3. Pemberdayaan Masyarakat Peluang kemitraan dengan masyarakat Data primer melalui survey lapangan terhadap Fasilitasi pembentukan kelembagaan
sekitar kawasan hutan untuk areal yang akan dimanfaatkan (Lokasi, Luas, kemitraan masyarakat;
optimalisasi pemanfaatan lahan yang kesesuaian jenis tanah dan komoditi);
kurang produktif;

Kegiatan pemberdayaan masyarakat Data primer meliputi sosialisasi pembentukan Percepatan fasilitasi pembentukan KTH;
dengan pembentukan Kelompok Tani kelembagaan;
Hutan;
Pengembangan Agroforestry melalui Data skunder meliputi peta sebaran desa yang Pengawasan dan pengendalian kemajuan hasil
pengadaan bibit jahe merah, pupuk berada didalam dan disekitar kawasan hutan. dari pembentukan KTH.
dan sarana penunjangnya
Data primer melalui survey lokasi, luas dan Fasilitasi bantuan bibit jahe merah dan sarana
aksesibilitasnya. penunjang;
Pengawasan dan pengendalian distribusi
bantuan bibit dan sarananya.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
115 | B a b V I

Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
4 Pembinaan dan Terlaksananya monitoring dan evaluasi Data sekunder terkait kegiatan yang telah Monitoring dan Evaluasi hasil pelaksanaan
Pemantauan Pemanfaatan hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh pemegang izin; pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
Hutan dan Penggunaan dilakukan oleh pemegang izin; hutan para pemegang Izin;
Kawasan Hutan pada Areal
yang berizin

Terlaksananya pemantauan kegiatan Data sekunder berupa peta areal kerja Pengawasan dan Pemantauan pembukaan
pembukaan areal kerja pada izin pemegang izin; areal kerja Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan;
penggunaan kawasan/pertambangan;
Terlaksananya Bimbingan teknis Data primer melalui patrol rutin pada kawasan Pengawasan dan pengendalian hasil
terhadap Ganis pada pemegang dan rawan kebakaran, peta sebaran kawasan rawan pelaksanaan Ganis pada pemegang IUPHHK-
IUPHHK-HT di dalam wilayah KPH kebakaran dan data hot spot dari Balai PPI. HT;
Wilayah Landak Unit VII;

Monitoring dan evaluasi dalam Pembinaan, pengawasan dan pengendalian


pelaksanaan perlindungan, dalam pelaksanaan perlindungan hutan yang
pencegahan dan penanggulangan dilaksanakan oleh pemegang izin;
kebakaran hutan;
5 Rehabilitasi pada Areal Mengurangi jumlah lahan kritis diluar Data Skunder berupa peta lahan kritis; Mendorong optimalisasi pelaksanaan
Kerja di Luar Ijin Izin dan menekan laju deforestrasi; rehabilitasi lahan kritis pada areal diluar izin
pada blok-blok yang terdapat lahan kritis;
Ground check dalam rangka penyusunan Pengawasan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
Rancangan Teknis kegiatan rehabilitasi; lahan kritis pada areal diluar izin;
6 Pembinaan dan Terlaksananya monev hasil kegiatan Data sekunder terkait dengan peta lokasi Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan
Pemantauan Rehabilitasi rehabilitasi IUPHHK-HT; rehabilitasi dan reklamasi; rehabilitasi pada pemegang IUPHHK-HT;
dan Reklamasi di dalam
Pemantauan pelaksanaan rehabilitasi Dokumentasi perencanaan kegiatan rehabilitasi Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan
Areal yang Berizin
terhadap pemegang IUPHHK-HT; dan reklamasi hutan; rehabilitasi dan reklamasi pada pemegang Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan;
Pembinaan pelaksanaan rehabilitasi Adanya SOP pelaksanaan rehabilitasi dan Pengawasan, monitoring dan evaluasi hasil
dan reklamasi pada pemegang izin; reklamasi; pelaksanaan reklamasi pada areal bekas
tambang oleh pemegang Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
116 | B a b V I

Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
Pembinaan kegiatan reklamasi pada Implementasi pelaksanaan SOP;
areal bekas tambang
Pemantauan pelaksanaan rehabilitasi Dokumen laporan kegiatan rehabilitasi dan
dan reklamasi terhadap pemegang izin reklamasi
7 Rencana Penyelenggaraan Kebakaran hutan dan lahan masih Data hot spot dari Balai PPI; Sosialisasi dampak kebakaran hutan dan lahan
Perlindungan Hutan dan terjadi sehubungan dengan kegiatan terhadap kehidupan masyarakat;
Konservasi Alam masyarakat yang berladang dengan
pola tidak menetap;
Peningkatan peran serta masyarakat Patroli rutin dalam rangka identifikasi daerah- Fasilitasi pelatihan pengendalian kebakaran
dalam hal konservasi satwa dilindungi daerah rawan terjadi kebakaran hutan dan hutan dan lahan kepada masyarakat yang
(Orangutan) lahan; berada didalam dan sekitar kawasan hutan;
Pemasangan plang/papan peringatan/himbauan Pembinaan kepada masyarakat melalui
pada daerah-daerah rawan terjadi kebakaran edukasi dan peyadartahuan tentang
dan perburuan satwa liar dilindungi; konservasi satwa liar dilindungi.

Sosialisasi dan penyadartahuan tentang


pentingnya konservasi satwa dengan kehidupan
sehari-hari;
Kerjasama dengan pihak NGO Konservasi dan
pihak Unit Management/pemegang IUPHHK-HA
dalam pelaksanaan konservasi satwa liar
diindungi
8 Rencana Penyelenggaraan Terlaksananya program koordinasi Perlu adanya kerjasama antara KPH Wilayah Penyelarasan program dan kegiatan
Koordinasi dan Sinkronisasi dengan pemegang izin Landak Unit VII) dengan pemegang Izin; pemegang izin dengan KHPH Unit VII pada
Antar Pemegang Izin Komunikasi dan hubungan yang baik dengan UPT KPH Wilayah Landak
pemegang izin
9 Koordinasi dan Sinergi Terlaksananya kegiatan koordinasi dan Kerjasama dengan pihak instansi maupun Mendorong dibuatnya kerjasama antar
dengan Instansi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait dalam pelaksanaan Stakeholder terkait dalam mendukung
Stakeholder Terkait stakeholder terkait koordinasi. pelaksanaan program kegiatan yang ada pada
KHPH Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
117 | B a b V I

Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
10 Rencana Penyediaan dan Terlaksananya diklat dan training bagi Data rencana pelaksanaan Diklat; Mendorong percepatan pemenuhan tenaga
Peningkatan Kapasitas SDM KPH; pada KHPH Unit VII pada UPT KPH Wilayah
SDM Landak sesuai dengan kompetensi yang
Terlaksananya perekrutan tenaga Data Kebutuhan SDM KPH sesuai Job Analisis; dibutuhkan melalui rekrutmen tenaga dan
kontrak di lingkup KPH; Diklat atau pelatihan;
11 Penyediaan Pendanaan Terpenuhinya kebutuhan pendanaan Laporan keuangan KPH, SOP penyusunan Pembinaan dalam pembuatan laporan
kegiatan KPH yang berasal dari APBN, laporan keuangan di KPH; keuangan secara berkala;
APBD Provinsi Kalimantan Tengah dan
bantuan pihak ketiga yang tidak
mengikat (NGO);
Terpenuhinya rencana pendanaan Adanya produk HHBK yang berpotensial sesuai Pengawasan dan pengendalian terhadap
melalui BLUD dari hasil penjualan dengan permintaan pasar; penggunaan dan pertanggung jawaban
HHBK; keuangan;
Adanya wadah tujuan pemasaran HHBK;
12 Pengembangan Database Terakomodirnya database KPH dalam Informasi biofisik dalam pengelolaan sumber Fasilitasi sarana pembuatan database;
satu sistem data baseline survey daya hutan;
kondisi biofisik;
Tersedianya baseline survey kondisi Ketersediaan informasi terkait dengan kondisi Mendorong pengumpulan data – data skunder
Sosial, Ekonomi dan Budaya; sosial ekonomi dan budaya masyarakatl; yang diperlukan;

Tersedianya baseline HHK dan HHBK Adanya informasi terkait dengan kondisi HHK
maupun HHBK melalui kegiatan inventarisasi
berkala seluruh areal KPH
Terlaksananya Pengelolaan Database Adanya akses homegroup pada lingkungan
Berbasis Digital internal kantor KPH, adanya akses google drive
bagi lingkungan internal kantor KPH
13 Rencana Rasionalisasi Perubahan luas areal dalam ijin Data/Bahan dan peta areal di dalam ijin konsesi Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan
Wilayah Kelola konsesi; yang di Addendum; pengendalian akibat dari rasionalisasi wilayah
Perubahan luas areal wilayah tertentu Analisis areal wilayah tertentu akibat kelola
rasionalisasi wilayah kelola;.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
118 | B a b V I

Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
14 Review Rencana Terlaksananya review dan perbaikan Dokumen dan data pendukung review rencana Mendorong percepataan pembuatan dokumen
Pengelolaan dokumen review pengelolaan. rencana pengelolaan akibat adanya review
Dokumen dan bahan kebijakan dari pemerintah
pusat, provinsi maupun kabupaten
15 Pengembangan Investasi Terlaksananya pengembangan HHK Data dan peta sebaran potensi pengembangan Pembinaan dalam pelaksanaan
dan HHBK; HHK dan HHBK, peningkatan keterampilan pengembangan investasi dengan masyarakat
masyarakat melalui kerjasama yang dijalankan; maupun pihak investor;

Terlaksananya pemanfaatan kawasan Peta kawasan yang akan menjadi lokasi


hutan produksi; budidaya, ground check/survey lapangan;
Terlaksananya kegiatan pemanfaatan Peta data sebaran potensi jasling, ground
jasa lingkungan; check/survey lapangan, laporan hasil
identifikasi potensi jasling;
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2020

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
119 | B a b V I I

BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

7.1. Pemantauan
Pelaksanaan pemantauan kegiatan pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak dilaksanakan dengan metode pemantauan perencanaan hingga
pelaksanaannya, mengamati perkembangan pelaksanaan kegiatan KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang
timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Kegiatan
pemantauan dilakukan oleh unsur internal KPH yang dilaksanakan dengan melakukan
penilaian terhadap pengelolaan.

Pemantauan dilakukan pada kegiatan realisasi penggunaan anggaran, realisasi


pencapaian sasaran dan kendala yang dihadapi. Hasil pemantauan digunakan untuk
memperbaiki mutu pelaksanaan pengelolaan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak dan sebagai penyesuaian rencana. Selain itu, kegiatan ini juga
berguna untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pengelolaan KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak agar mendorong transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan KPH.

Kegiatan pemantauan merupakan kegiatan yang dilakukan guna mengawal


rencana yang telah ditetapkan dengan cara meninjau capaian secara berkala terhadap
Rencana Pengelolaan Hutan Tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana
Jangka Panjang atau dokumen Rencana Pengelolaan. Dalam pelaksanaannya perlu
ditetapkan target atau indikator capaian dari setiap program kegiatan.

Hasil pemantauan ini merupakan bahan untuk melakukan evaluasi bagi pengelola
KPH agar selanjutnya dapat melaksanakan kegiatan dengan lebih baik lagi dalam
pengoptimalan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkeadilan, transparan
dan berkelanjutan. Pemantauan terhadap pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak bersama dengan instansi terkait dan
pihak ketiga (LSM) sebagai mitra.

Pemantauan terhadap para pemegang izin yang beroperasi di wilayah KPH terdiri
dari:

a. Kegiatan pemantauan terhadap pemegang izin pemanfaatan hutan


Kegiatan pemantauan independen yang dilakukan oleh KPH Wilayah Landak
Unit VII terhadap pemegang IUPHHK-HTI
b. Kegiatan pemantauan terhadap pemegang izin penggunaan kawasan hutan,
berupa :
1. Pemantauan pelaksanaan kegiatan reklamasi;

R
KPHP Un
120 | B a b V I I

2. Pemantauan pelaksanaan re-vegetasi;


3. Pemantauan kegiatan reklamasi bekas tambang;
4. Pelaksanaan pemantauan AMDAL.

7.2. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa
kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya suatu tujuan. Evaluasi
keberhasilan pengelolaan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dapat diukur
dari:

1. Tingkat okupasi lahan terhadap kawasan hutan menurun;


2. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat di dalam dan sekitar
kawasan hutan dalam menjaga dan melindungi kawasan hutan di wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak;
3. Program-program kegiatan yang sudah direncanakan pada KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak dapat terealisasi secara maksimal;
4. Terjalinnya kerjasama yang baik antar stakeholder terkait dalam pengelolaan
dan pemanfaatan kawasan hutan pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak;
5. Meningkatnya kinerja para pemegang IUPHHK-HA/HT dalam pengelolaan hutan
produksi lestari;
6. Tersedianya informasi dan data yang akurat tentang keberadaan KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak beserta seluruh potensi yang ada di dalamnya.

7.3. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi
pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam
Laporan Keuangan Instansi Pemerintah (LKIP).

Tahapan dari penyampaian laporan dimulai dari penyiapan format laporan,


penyusunan bahan laporan dan resume telaahan bahan laporan sampai ke pada tahap
penyusunan, pelaporan yang disampaikan dalam bentuk:

1. Laporan Bulanan
a. Laporan bulanan dibuat oleh Kepala RPH dan disampaikan paling lambat
tanggal 5 (lima) bulan berikutnya kepada Kepala KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak.
b. Laporan bulanan Kepala KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dibuat
berdasarkan rekapitulasi laporan dari Kepala RPH dan Kepala Seksi dan
disampaikan paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya, kepada Kepala
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, dengan

R
KPHP Un
121 | B a b V I I

tembusan kepada Bupati Landak, kepada Direktur KPHP maupun BPHP Wilayah
VIII Pontianak, menyesuaikan masing-masing kegiatan yang berada dan
dilaksanakan pada KPH Landak.
2. Laporan Triwulan

Laporan triwulan Kepala UPT KPH Wilayah Landak untuk KPHP Unit VII dibuat
berdasarkan rekapitulasi laporan bulanan dan disampaikan paling lambat tanggal 5
(lima) bulan berikutnya, kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Kalimantan Barat, dengan tembusan kepada Bupati Landak, kepada Direktur
KPH maupun BPHP Wilayah VIII Pontianak, menyesuaikan masing-masing kegiatan
yang berada dan dilaksanakan pada KPH Landak.

3. Laporan Semester.

Laporan semester Kepala UPT KPH Wilayah Landak Unit VII dibuat berdasarkan
rekapitulasi laporan triwulan dan disampaikan paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan berikutnya, kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, dengan
tembusan kepada Bupati Landak, kepada Direktur KPH maupun BPHP Wilayah VIII
Pontianak, menyesuaikan masing-masing kegiatan yang berada dan dilaksanakan pada
KPH Landak.

4. Laporan Tahunan.
a. Laporan tahunan dibuat pada setiap akhir tahun dan disampaikan kepada
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, dengan tembusan kepada
Bupati Landak, kepada Direktur KPH maupun BPHP Wilayah VIII Pontianak,
menyesuaikan masing-masing kegiatan yang berada dan dilaksanakan pada
KPH Landak.
b. Selain laporan yang dibuat sesuai format, sebagai instansi pemerintah KPH juga
menyiapkan laporan sesuai format yang digunakan sebagai Laporan Kinerja
(LKj) Instansi.
5. Laporan Insidentil.

Laporan insidentil adalah laporan yang dibuat bila ada suatu kejadian di wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dan disampaikan kepada Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, dengan tembusan kepada Bupati Landak,
kepada Direktur KPH maupun BPHP Wilayah VIII Pontianak, menyesuaikan masing-
masing kegiatan yang berada dan dilaksanakan pada KPH Landak.

R
KPHP Un
122 | B a b V I I

Tabel 72. Rencana Kegiatan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
ANGGARAN TATA WAKTU KEGIATAN & BIAYA (x Rp 1.000.000)
SUMBER
NO PELAKSANA OBYEK SASARAN INDIKATOR KEGIATAN (x Rp
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 ANGGARAN
1.juta)
1 2 3 4 5 6 7 9 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

PEMANTAUAN

Peninjauan
Pemantauan,
Kemajuan dan Tercapainya out
KPH pelaporan secara
Dinas capaian berkala put/target/
Wilayah berkala
1. Kehutanan terhadap RPHJP, RPHJP, 300 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 APBN/APBD
Landak (triwulan,
Provinsi Kalbar RPHJPd/ RO RPHJPd/RO yang
Unit VII semester dan
yang telah telah ditetapkan
tahunan)
ditetapkan

PELAPORAN
Terlaksananya
Penilaian kinerja evaluasi kinerja
Dinas Penilaian kinerja
KPH di setiap akhir di setiap akhir
Kehutanan lembaga (satu
Wilayah suatu suatu
2. Provinsi Kalbar, tahun, lima 70 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 APBN/APBD
Landak masa/durasi masa/durasi
Kepala UPT- tahun, 10
Unit VII RPHJP, RPHJPd/ RPHJP, RPHJPd/
KPHP tahunan)
RO KPHP Unit X RO KPH Wilayah
Landak Unit VII
Kemen Tersedianya Pelaporan secara
Pelaporan hasil
LHK, laporan hasil berkala
monitoring dan
Kepala monitoring dan (bulanan,
KPH Wilayah evaluasi
3. Dinas evaluasi triwulan, 70 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 APBN/APBD
Landak Unit VII implemantasi
Kehutanan implemantasi semester,
kegiatan yang
Provinsi kegiatan yang tahunan dan
telah ditetapkan
Kalbar telah ditetapkan insidentil)

Sumber: Analisis Tim Penyusun, 20 20

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
124 | B a b V I I I

BAB VIII. PENUTUP

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak tahun 2020-2029 ini menjadi acuan dan diharapkan dapat memberikan
arahan yang jelas terhadap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pengelolaan pada tahun 2029 sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.

RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak tahun 2020-2029 ini disusun
dalam upaya mencapai pengelolaan dan pemanfaatan hutan dalam wilayah KPH Wilayah
Landak Unit VII secara berkelanjutan, memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pendapatan masyarakat dari sektor kehutanan,
peningkatan mutu dan produktifitas sumber daya hutan, peningkatan peran serta
masyarakat secara aktif dalam menjaga kelestarian sumber daya hutan dan peningkatan
daya dukung DAS/sub DAS di wilayah KPH Landak.

Dalam proses penyusunannya, dokumen RPHJP ini melibatkan berbagai pihak


sehingga diharapkan dapat terbangun dukungan kuat dari para pihak dan sektor terkait
dalam implementasinya. RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak sangat
diharapkan sebagai arah pelaksanaan dalam rangka mewujudkan KPH yang mandiri, dapat
mewujudkan kawasan hutan yang mantap, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
yang optimal, meningkatkan rehabilitasi dan menurunnya degradasi deforestasi, optimalnya
kawasan konservasi dengan kesetaraan dengan perlindungan hutan, pengawetan dan
pemanfaatan, terinternalisasinya komitmen dan kesepakatan daerah dengan pusat pada
pengambilan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan hutan dan kehutanan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)


KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat

Anda mungkin juga menyukai