i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Kepala UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Landak
Ir. BURHANUDIN
NIP. 19670721 199403 1 006
Diketahui:
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Kalimantan Barat
Disahkan di : Jakarta
Tanggal :
ii
PETA SITUASI
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah Landak Unit VII Tahun
2020-2029 ini merupakan garis-garis besar kegiatan yang diturunkan dari TUPOKSI
Pengelola KPH Wilayah Landak Unit VII. Ruang lingkup kegiatannya difokuskan pada:
inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataan hutannya, pemanfaatan hutan pada
wilayah tertentu, pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan pemanfaatan
hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal yang berizin, rehabilitasi pada areal kerja
di luar ijin, pembinaan dan pemantaun rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal yang
berizin, rencana penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, rencana
penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, koordinasi dan sinergi
dengan instansi dan stakeholder terkait, rencana penyediaan dan peningkatan kapasitas
SDM, pengembangan database, rencana rasionalisasi wilayah kelola, review rencana
pengelolaan dan pengembangan investasi.
Visi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah: “Terwujudnya
Kemandirian UPT KPH Wilayah Landak Melalui Pengelolaan Hutan Lestari”.
Sedangkan Misi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang masih perlu
dikembangkan sejalan dengan perubahan waktu, situasi dan kondisi, serta perlu
dikomunikasikan secara baik dengan parapihak diantaranya yaitu: 1) Pemantapan kawasan
hutan melalui tata batas; 2) Penguatan kelembagaan KPH melalui peningkatan dan
pengembangan SDM serta sarana dan prasarana; 3) Melakukan percepatan rehabilitasi pada
kawasan prioritas seluas ±20.223 ha; 4) Meningkatkan kelembagaan dan kapasitas
masyarakat dalam aspek akademis, teknis dan profesionalisme dengan dedikasi tinggi dalam
mengelola dan memanfaatkan hutan lahan kering; 5) Membentuk Lembaga Masyarakat
Peduli Api, Kelompok Tani Hutan dan Brigade Dalkarpamhut yang tersebar merata di seluruh
wilayah pengelolaan Unit KPH; 6) Mendorong peningkatan produksi komoditi kehutanan
pada Blok Blok Pemberdayaan Masyarakat dan Blok Pemanfaatan HHK-HT; 7) Melaksanakan
pengelolaan hutan produksi dan hutan lindung di tingkat tapak secara berkelanjutan,
sebagai sumber penghidupan bagi kesejahteraan masyarakat, yang berbasis Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan.
Adapun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak periode tahun 2020-2029 terdiri dari beberapa kelompok kegiatan sebagai
berikut:
iv
b. Penataan hutan (Penataan batas luar blok pada blok inti dan blok perlindungan;
Penataan batas fungsi kawasan dan Penataan batas luar wilayah tertentu.
2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu; meliputi kegiatan budidaya Jengkol budidaya
Petai lokal; budidaya Kenari; dan budidaya Serai Wangi dan tanaman pendukung
ketahanan pangan.
3. Pemberdayaan masyarakat; meliputi kegiatan : a) Sosialisasi core business KPH, b)
Fasilitasi pembentukan KTH, c) Pelatihan Budidaya Jengkol, Petai, Kenari dan Serai
Wangi dan tanaman pendukung ketahanan pangan, d) Pembuatan Persemaian Semi
Permanen untuk Komoditi KPH, e) Pelatihan pengolahan dan pemasaran produk hutan,
f) Pendampingan program Perhutanan Sosial, serta g) Pembuatan Demplot Agroforestry
pada areal kerja yang rawan konflik dan rawan kebakaran hutan lahan.
4. Pembinaan dan pemantauan hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal berizin;
meliputi kegiatan: a) Pembinaan terhadap pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan dan b) Pemantauan pelaksanaan kegiatan terhadap pemegang izin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
5. Rehabilitasi pada areal di luar izin; meliputi kegiatan : a) Groundcheck Lokasi Prioritas
RHL, dan b) Monitoring dan Evaluasi Rehabilitasi.
6. Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan reklamasi dalam areal yang berizin;
meliputi kegiatan: a) Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
pada IUPHHK-HTI secara periodik dan b) Pemantauan hasil pelaksanaan dari kegiatan
rehabilitasi yang dilakukan oleh pemegang IUPHHK-HTI.
7. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam; kegiatan perlindungan
hutan meliputi: a) Pembentukan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan PAMHUT,
b) Pembangunan menara pantau untuk pengamatan satwa dan kontrol karhutla, c)
Pembuatan papan himbauan peringatan tidak membakar hutan dan lahan, d)
Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan Hutan, e)
Pelatihan MPA, f) Patroli pencegahan dan pemadaman awal kebakaran hutan dan lahan,
h) Pemeliharaan dan operasional sarana prasarana kebakaran, i) Pembuatan Demplot
Agroforestry pada wilayah kerja Rawan Konflik dan Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan.
Kegiatan konservasi alam meliputi: a) Identifikasi dan Pemetaan Kawasan HCVF, b)
Pengelolaan Kawasan HCVF, c) Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Kawasan HCVF, d)
Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pelestarian flora dan fauna yang dilindungi,
e) Pembuatan papan himbauan peringatan pelarangan perburuan satwa liar dilindungi,
f) Perlindungan dan Insentif Tegakan Unggulan Lokal pada Daerah Penyangga Kawasan
TAHURA Pandan Puloh, g) Restorasi Ekosistem Gambut .
8. Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin meliputi: a)
Kerjasama Konservasi Satwa, b) Kerjasama Perlindungan Hutan, c) Kerjasama
Peningkatan SDM/IPTEK, d) Kerjasama Pemberdayaan Masyarakat;
9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, meliputi: a) Inventarisasi
Berkala Wilayah Kelola, b) Pemanfaatan Hutan pada WT, c) Pemberdayaan Masyarakat,
v
d) Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan penggunaan Kawasan Hutan
pada Areal yang Berizin, e) Rehabilitasi pada Areal di Luar Izin, f) Pembinaan dan
Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam Areal Berizin, g) Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam, h) Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM, dan i)
Penyediaan Pendanaan;
10. Rencana Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM; meliputi kegiatan a) Peningkatan
kapasitas SDM, dan b) Penyediaan SDM.
11. Pengembangan Database; meliputi kegiatan : a) Data Baseline Survey Kondisi Biofisik,
b) Data Baseline Survey Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya, c) Baseline HHK dan
HHBK, d) Pengelolaan Database Berbasis Digital.
12. Rencana rasionalisasi wilayah kelola, meliputi: a) Tata Batas Kawasan pada Areal di
dalam Izin Konsesi, b) Tata Batas Kawasan pada Areal di Luar Izin Konsesi; c)
Identifikasi dan Inventarisasi Potensi Pada WT.
13. Review Rencana Pengelolaan, meliputi: a) Evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan, b)
Penyusunan rencana kegiatan review rencana pengelolaan, c) Penyiapan personil,
bahan dan peralatan untuk kegiatan review rencana pengelolaan, d) Pelaksanaan
Review, dan e) Perbaikan Dokumen.
14. Pengembangan investasi, meliputi kegiatan: a) Pengembangan Investasi pada Produksi
Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu (Pengembangan Jengkol, Petai Lokal, Kenari, Serai
Wangi dan tanaman pendukung ketahanan pangan pada wilayah tertentu dan pada
lahan-lahan masyarakat disekitar kawasan hutan dengan skema kemitraan) dan
Peningkatan Kemampuan keterampilan masyarakat dalam membuat produk dengan
bahan baku rotan, b) Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi (Pemungutan Hasil Hutan
Bukan Kayu baik komoditas Damar maupun Rotan di Hutan Produksi, c) Pemanfaatan
Jasling (Potensi Wisata Alam pada kawasan TAHURA Pandan Puloh, Potensi
Perlindungan Cadangan Carbon melalui skema REDD+ dan Pemanfaatan Potensi Wisata
Air yang ada di sekitar dan di dalam Kawasan Wilayah Tertentu.
vi
KATA PENGANTAR
Dalam proses penyusunannya juga mendapat bantuan dari Tim Pakar, Tim Ahli
GIS, Tim pendukung dari beberapa UPT Kementerian yang berada di Provinsi
Kalimantan Barat. Dokumen ini akan dijadikan dasar oleh Pengelola KPH Wilayah
Landak dan para pihak terkait dalam mencapai tujuan pengelolaan hutan lestari.
Dalam wujudnya yang sederhana dan jauh dari sempurna, maka masukkan, kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat diharapkan agar pengelola KPH Wilayah Landak dapat
melakukan perbaikan-perbaikan di masa mendatang.
Ir. BURHANUDIN
vii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------------------------- 1
viii
2.1.6. Sejarah Wilayah ---------------------------------------------------------------------------------------- 29
2.6. Posisi Areal Kerja KPH Landak dalam Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah ------ 63
ix
3.3. Pernyataan Tujuan --------------------------------------------------------------------------------------- 67
5.4. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan pada Areal yang ber
5.6. ----------- Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam Areal yang Berizin
5.8. --------------------- Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin
5.9. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait -------------------------------- 89
x
5.12.1. Baseline Survey Kondisi Biofisik -------------------------------------------------------------------- 94
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luasan Wilayah Menurut Batas Administrasi 12 Kecamatan terhadap Luas Wilayah
Kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak -------------------------------------- 9
Tabel 2. Luas Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Meliputi 12 Kecamatan
Berdasarkan Batas Administrasi Kabupaten ------------------------------------------------- 10
Tabel 3. Luasan Hutan yang ada di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------- 11
Tabel 4. Status Indeks Desa Membangun (IDM) Masing-masing Desa yang Berada di Dalam
Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------- 13
Tabel 5. Pembagian Blok di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------------------- 15
Tabel 6. Pembagian Fungsi Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Berdasarkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) ------------------------------ 15
Tabel 7. Pembagian Wilayah Tertentu di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------ 16
Tabel 8. Data Curah Hujan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------- 18
Tabel 9. Kelas Lereng di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------------- 20
Tabel 10. Data Sebaran Geologi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak----- 21
Tabel 11. Jenis Tanah di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------- 23
Tabel 12. Luas Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Menurut Daerah Aliran
Sungai --------------------------------------------------------------------------------------------- 25
Tabel 13. Data Lahan Kritis di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------- 26
Tabel 14. Aksesibilitas dalam kawasan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------- 27
Tabel 15. Tutupan Lahan pada Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------- 31
Tabel 16. Tutupan Lahan pada Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Berdasarkan Blok -------------------------------------------------------------------------------- 33
Tabel 17. Volume Kayu Tegakan Masing-masing Petak Pengamatan di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 34
Tabel 18. Volume Rata-rata Seluruh Populasi Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 35
Tabel 19. Nilai Total Volume Kayu Seluruh Populasi Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 35
Tabel 20. Jumlah Tingkat Anakan (seedling) Masing-masing Petak di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 36
xii
Tabel 21. Tingkat Kerapatan Rata-rata Tingkat Anakan (Seedling) Masing-masing Stratum di
Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------- 37
Tabel 22. Jumlah Total Tingkat Anakan (Seedling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 37
Tabel 23. Jumlah Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Petak di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 38
Tabel 24. Jumlah Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 38
Tabel 25. Jumlah Total Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 39
Tabel 26. Jumlah Tingkat Tiang (Poles) Masing-masing Petak Pengamatan di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 40
Tabel 27. Jumlah Tingkat Tiang (Poles) Masing-Masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------- 40
Tabel 28. Jumlah Total Tingkat Tiang (Poles) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 41
Tabel 29. Jenis Jenis Kayu dari Hasil Inventarisasi Biogeofisik 2019 di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 41
Tabel 30. Sebaran Potensi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------------------- 42
Tabel 31. Jenis-jenis Flora Menurut Petak Pengamatan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 45
Tabel 32. Jenis-jenis Fauna Menurut Petak Pengamatan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 46
Tabel 33. Aksesibilitas Menuju Lokasi Potensi Jasa Lingkungan di Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------- 48
Tabel 34. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sengah Temila, Banyuke Hulu, dan
Mempawah Hulu Tahun 2010 - 2018 -------------------------------------------------------- 52
Tabel 35. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kabupaten Landak Tahun 2018 ------ 53
Tabel 37. Tata Waktu Kegiatan Perladangan Masyarakat di Dalam dan Sekitar Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 59
Tabel 38. Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak--------------------------------------------------------------------------------------------- 59
Tabel 39. Izin Pemanfaatan Kawasan Hutan yang Berada pada Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------- 60
xiii
Tabel 40. Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dalam Persepektif Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kalimantan Barat ----------------------------------------------------------- 63
Tabel 41. Rekapitulasi Isu Strategis di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak - 64
Tabel 42. Kondisi Internal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang Merupakan
Kekuatan ------------------------------------------------------------------------------------------ 69
Tabel 43. Kondisi Internal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang Merupakan
Kelemahan ---------------------------------------------------------------------------------------- 69
Tabel 44. Kondisi Eksternal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang Merupakan
Peluang-------------------------------------------------------------------------------------------- 70
Tabel 45. Kondisi Eksternal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang Merupakan
Ancaman ------------------------------------------------------------------------------------------ 70
Tabel 46. Matriks Analisis Penentuan Strategi Pengelolaan Hutan di Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------- 72
Tabel 47. Rekapitulasi Strategi yang Dikembangkan dalam Pengelolaan Hutan di KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 73
Tabel 48. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 75
Tabel 49. Analisis Kondisi Saat Ini dan Proyeksi Kondisi Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 78
Tabel 50. Daftar Kegiatan Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya di
Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------- 79
Tabel 51. Daftar Kegiatan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak --------------------------------------------------------------- 81
Tabel 52. Daftar Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
KPH Landak --------------------------------------------------------------------------------------- 83
Tabel 53. Daftar Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Kawasan Hutan Pada Areal Yang Berizin di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 84
Tabel 54. Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Menurut Peta Rencana
Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2019, Hasil Penataan Hutan dan Tingkat
Kekritisan Lahannya ----------------------------------------------------------------------------- 84
Tabel 55. Daftar Kegiatan Tahapan Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------------------------------------------- 85
Tabel 56. Daftar Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi Pada Areal
Yang Berizin di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------------- 86
xiv
Tabel 57. Daftar Kegiatan Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak -------------------------------- 87
Tabel 58. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin
di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak -------------------------------- 89
Tabel 59. Koordinasi dan Sinergi antara KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dengan
Stakeholder Terkait ----------------------------------------------------------------------------- 89
Tabel 60. Target Output Koordinasi dan Sinergi antara KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak dengan Stakeholder Terkait ---------------------------------------------------------- 90
Tabel 61. Kebutuhan Personil pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------------- 92
Tabel 62. Rencana Kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 92
Tabel 63. Kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 93
Tabel 64. Rencana Kegiatan Pengembangan Database di KPHP Unit Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 94
Tabel 65. Rencana Kegiatan Review Rencana Pengelolaan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------- 96
Tabel 66. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ---------------------------------------------------------------------------------- 96
Tabel 67. Tabel SMART Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak Periode 2020-2029 ---------------------------------------------------- 97
Tabel 68. Matriks Pelaksanaan Pembinaan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak - 104
Tabel 69. Matriks Pelaksanaan Pengawasan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak107
Tabel 70. Matriks Pelaksanaan Pengendalian di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak110
Tabel 71. Tabel Rencana Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian RPHJP KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak Periode 2020-2029 ------------------------------------- 114
Tabel 72. Rencana Kegiatan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak -------------------------------------------------------------------------------- 122
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Letak KPH Wilayah Landak (Unit VII) dalam Wilayah Administrasi Kabupaten ---- 12
Gambar 2. Pembagian Blok di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat ------------------------------------------- 17
Gambar 3. Peta Iklim di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --------------- 20
Gambar 4. Peta Kelerengan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak-------- 21
Gambar 5. Peta Geologi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------ 22
Gambar 6. Peta Jenis Tanah di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ----------------- 24
Gambar 7. Peta DAS di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ---------------- 26
Gambar 8. Peta Aksesibilitas di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------- 29
Gambar 9. Peta Tutupan Lahan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak --- 32
Gambar 10. Peta Sebaran Potensi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak -- 44
Gambar 11. Jenis Flora yang Ditemukan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak Saat Pengamatan------------------------------------------------------------------- 46
Gambar 12. Potensi Objek Wisata Riam Solakng dan Batu Tangket yang Masuk Dalam
Kawasan Hutan Produksi (HP) ------------------------------------------------------------- 49
Gambar 14. Potensi Wisata Riam Siname di Desa Tiang Tanjung ---------------------------------- 51
Gambar 15. Potensi Objek Daya Tarik Wisata Alam Riam Parink di Desa Ringo Lojok ---------- 52
Gambar 16. Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ------------------------------------------------------------------------------ 60
Gambar 17. Kondisi Hutan Desa Ringo Lojok di Tahun 2018 ---------------------------------------- 61
Gambar 18. Dokumentasi Saat Verifikasi Teknis Pengajuan Hutan Desa Ringo Lojok ----------- 61
Gambar 19. Peta Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------------------------------------------- 62
Gambar 20. Kuadran stakeholder di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ------------- 74
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
2. Peta Wilayah Tertentu KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
4. Peta DAS
xvii
1|Bab I
BAB I. PENDAHULUAN
Kondisi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak saat ini menghadapi banyak
persoalan, pada tingkat lapangan sendiri telah terjadi perambahan baik untuk pemukiman
maupun pembukaan lahan untuk kegiatan berladang masyarakat dan pertambangan.
Kondisi aktual di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan analisis perbandingan tutupan lahan tahun 2017 dengan tahun 2018,
luas areal berhutan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak tercatat
mengalami perubahan dari hutan rawa sekunder menjadi lahan terbuka seluas 219
ha.
Berdasarkan data dari BPDASHL Kapuas Tahun 2018, luasan areal lahan kritis di
wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak tercatat seluas 66.355 ha dan
luasan lahan yang berstatus sangat kritis tercatat seluas 1.407 ha.
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Landak tercatat sebanyak
34.600 KK, yang menduduki peringkat ke-3 di Provinsi Kalimantan Barat.
Ketiadaan pengelolaan kawasan hutan di tingkat tapak telah membuat kawasan hutan
di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak semakin terbuka untuk diakses dari luar.
Visi misi KPH secara umum adalah hutan lestari masyarakat sejahtera. Berdasarkan kondisi
aktual di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak, maka KPH berperan dalam
menuntaskan permasalahan yang ada di wilayahnya. KPH berfungsi sebagai wadah bagi
terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari serta menjadi bagian
dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten. Keberadaan KPH
menjadi semakin nyata setelah ditetapkannya Permendagri No. 61/2010 yang
mengamanatkan bentuk organisasi KPHP sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Perencanaan pengelolaan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak memerlukan
kuantifikasi dan formulasi strategi dan program kerja, struktur organisasi dan aspek finansial
untuk menyiapkan kondisi yang memungkinkan untuk melaksanakan monitoring, pelaporan
dan verifikasi dalam suatu basis unit-unit kelestarian yang permanen. Dengan adanya
rencana pengelolaan jangka panjang maka akan memudahkan penyusunan rencana
pengelolaan jangka pendek yang lebih terukur.
Oleh karena itu, perlu segera disusun dokumen perencanaan yang mampu
mencerminkan kondisi saat ini dan gambaran kawasan hutannya dalam dasa warsa
kedepan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) 10 tahun KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak bersifat komprehensif dan indikatif yang menjadi acuan bagi
penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPHJPd) dan rencana-rencana teknis
yang lebih operasional di lapangan.
1.3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Tahun 2020-2029 ini adalah:
1. Menurunnya degradasi dan deforestasi hutan yang berasal dari pembukaan lahan
untuk perladangan masyarakat dalam kawasan hutan minimal 10%/tahun;
pemungutan kayu illegal minimal 5%/tahun dan kebakaran hutan.
2. Menurunnya kegiatan ladang berpindah melalui pengembangan skema perhutanan
sosial.
3. Terfasilitasinya perizinan usaha pemanfaatan HHBK di wilayah KPHP.
4. Menurunnya kegiatan pertambangan illegal;
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian kawasan hutan melalui
hadirnya pengelolaan hutan berbasis masyarakat berbasis kemitraan serta
menurunnya klaim masyarakat terhadap kawasan hutan;
6. Terjalinnya koordinasi dengan stakeholder terkait;
7. Tertatanya batas wilayah UPT KPH Wilayah Landak, minimal batas blok dan wilayah
tertentu sejauh 100 km;
8. Teridentifikasinya potensi kayu, HHBK, satwaliar, jasa lingkungan dan sosial budaya
di wilayah KPHP;
9. Dikelolanya Wilayah Tertentu seluas 24.880 ha yang terdapat di Blok HL-
Pemanfaatan dan Blok HP-Pemberdayaan Masyarakat dengan pengembangan core
business sebagai penunjang operasional KPH.
Ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : Inventarisasi Berkala Wilayah
Kelola serta Penataan Hutannya, Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu, Pemberdayaan
Masyarakat, Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPHP yang Telah Ada Ijin
Pemanfaatan Maupun Penggunaan Kawasan Hutan, Penyelenggaraan Rehabilitasi pada
Areal di Luar Ijin, Penyelenggaraan Produksi Hasil Hutan dan Konservasi Alam, Pembinaan
dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitaasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Ijin
Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutannya, Penyelenggaraan Koordinasi dan
Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin, Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder
Terkait, Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM, Penyedian Pendanaan, Pengembangan
Database, Rasionalisasi Wilayah Kelola, Review Rencana Pengelolaan Wilayah KPHP
(Minimal 5 Tahun Sekali), dan Pengembangan Investasi.
13. Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah
14. Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan
untuk memberdayakan masyarakat
15. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah
16. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan
17. Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi yang selanjutnya disingkat HTHR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan merehabilitasi lahan dan
hutan pada kawasan hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung,
produktivitas dan peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan
18. Hutan Tanaman Industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada
hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka
memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan
19. Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman pada
hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi
dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin
kelestarian sumber daya hutan
20. Hutan/Lahan Kritis adalah hutan/lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan
yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur produktivitas
lahan sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS
21. Inventarisasi Hutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penataan batas,
inventarisasi hutan, pembagian hutan, pembukaan wilayah hutan, pengukuran dan
pemetaan
22. IUPHHK Restorasi Ekosistem dalam hutan alam adalah izin usaha yang diberikan untuk
membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi yang memiliki ekosistem
penting sehingga dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan
pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman,
pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk
mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati (tanah, iklim dan
topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai keseimbangan
hayati dan ekosistemnya
23. Iuran izin usaha pemanfaatan hutan yang selanjutnya disingkat IIUPH adalah pungutan
yang dikenakan kepada pemegang izin usaha pemanfaatan hutan atas suatu kawasan
hutan tertentu
24. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang
terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan,
izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu, dan izin pemungutan
hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan;
25. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat IPHHBK adalah
izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan Produksi dan/atau
hutan produksi antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan, tanaman
obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu
26. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat IPHHK adalah izin untuk
mengambil hasil hutan berupa kayu pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan,
pengangkutan, dan pemasaran untuk jangka waktu dan volume tertentu
27. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat IUPHHK dan/atau
izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disebut IUPHHBK
adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu
dan/atau bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan
pemanenan atau penebangan
28. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan yang selanjutnya disingkat IUPJL adalah izin
usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan Produksi
dan/atau hutan produksi
29. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK) Silvopastura adalah Kegiatan kehutanan yang
dikombinasikan secara proporsional dengan usaha peternakan di dalam kawasan hutan
produksi yang meliputi pelepasliaran dan/atau pengandangan ternak dalam rangka
pengelolaan hutan produksi lestari untuk mendukung program kedaulatan pangan
30. Izin usaha pemanfaatan kawasan yang selanjutnya disingkat IUPK adalah izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan pada hutan lindung dan/atau hutan
produksi;
31. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
dan sumberdaya buatan.
32. Kawasan Andalan adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat maupun di
ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.
33. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap;
34. Kemitraan Kehutanan adalah kerjasama antara masyarakat setempat dengan Pemegang
Izin pemanfaatan hutan atau Pengelola Hutan, Pemegang Izin usaha industri primer
hasil hutan, dan/atau Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam pengembangan kapasitas dan
pemberian akses, dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan
35. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHL) adalah wilayah pengelolaan hutan yang
akan dikelola secara efisien dan efektif dimana seluruh fungsi kawasannya berupa
Hutan Lindung
36. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) adalah wilayah pengelolaan hutan yang
akan dikelola secara efisien dan efektif dimana seluruh fungsi kawasannya berupa
Hutan Produksi
37. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah wilayah pengelolaan
hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan
lestari;
38. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan
tidak mengurangi fungsi pokoknya
39. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak
mengurangi fungsi pokoknya
40. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta
memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk masyarakat
dengan tetap menjaga kelestariannya;
41. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa
lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya
42. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga
diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaat ekonomi secara optimal
dengan tidak mengurangi fungsi utamanya;
43. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi alam;
44. Perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan dan
perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman
dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar
– besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelenjutan;
45. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga
hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan
46. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha
pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan silvikultur yang sama;
47. Reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang
berupa lahan kosong, alang-alang, atau semak belukar untuk mengembalikan fungsi
hutan
48. Rehabilitasi lahan adalah suatu usaha memulihkan kembali, memperbaiki dan
meningkatkan kondisi lahan yang rusak supaya dapat berfungsi secara optimal, baik
sebagai lahan produksi, media pengatur tata air, ataupun sebagai unsur perlindungan
alam dan lingkungannya
49. Reklamasi Hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan
vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya
50. Rencana pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada
tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah
pembangunan KPH;
51. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan
berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak dan/atau
blok;
52. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup
kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi
yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat secara lestari;
53. Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah keseluruhan kegiatan yang
bertujuan untuk menyediakan sarana dan jasa yang diperlukan oleh
wisatawan/pengunjung dalam pelaksanaan kegiatan wisata alam, mencakup usaha
obyek dan daya tarik, penyediaan jasa, usaha sarana, serta usaha lain yang terkait
dengan wisata alam
54. Wilayah Tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi
pihak ketiga untuk pengembangan pemanfaatannya;
55. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan
dan keindahan alam di kawasan hutan lindung.
56. Taman Hutan Raya Adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan
koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau
bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan dan pendidikan. Juga sebagai fasilitas yang menunjang budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi.
Secara geografis KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang berada di
Kabupaten Landak, terletak antara koordinat Garis Lintang (latitude) 0°01'53,55"LU -
0°37'41,04"LS dan Garis Bujur (longitude) 109°12'13,44"BT - 110°15'56,56"BT.
Secara administrasi wilayah kelola kawasan KPH Landak Unit VI dan Unit VII meliputi
3 Kabupaten dan 12 Kecamatan. Sedangkan Unit VII sendiri meliputi 1 Kecamatan di
Kabupaten Bengkayang, 1 Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya serta meliputi 6 Kecamatan
dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Landak. Luas wilayah kelola KPH Landak seperti
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Luasan Wilayah Menurut Batas Administrasi 12 Kecamatan terhadap Luas Wilayah
Kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Luas dalam Luas Total
No Kabupaten Kecamatan Wilayah KPHP Unit Wilayah
VII (ha) Kecamatan (ha)
1 Bengkayang Samalantan 591,03 591,03
Bengkayang Teriak 188,72
Bengkayang Suti Semarang 285,22
2 Bengkayang Bengkayang 5.458,42 5.458,42
3 Kubu Raya Sei. Ambawang 13.864,93 13.864,93
Landak Air Besar 13.692,35
4 Landak Menyuke 12.908,06 14.061,1
5 Landak Mempawah Hulu 17.207,95 17.207,95
Landak Kuala Behe 10.948,91
6 Landak Mandor 253,52 253,52
Landak Meranti 27.976,18
7 Landak Ngabang 5.410,95 6.508,58
Landak Sengah Temila
8 Landak Sebangki 5.956,24 5.956,24
9 Pahuman 20.192,24 20.192,24
Pembagian luas wilayah berdasarkan 8 kecamatan yang termasuk dalam wilayah kerja
KPH Landak (Unit VII) ditampilkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Luas Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Meliputi 12 Kecamatan
Berdasarkan Batas Administrasi Kabupaten
Luas Menurut Kabupaten (ha) Luas dan Persentase
No Kecamatan
Landak Bengkayang Kubu Raya (ha) (%)
1 Sebangki 5.956,24 5.956,24 5.67%
2 Mandor 253,52 253,52 0.24%
3 Pahuman 20.192,24 20.192,24 19.23%
4 Mempawah Hulu 17.207,95 17.207,95 16.39%
5 Tayan Hilir 110,44 110,44 0.11%
6 Sompak 9.262,09 9.262,09 8.82%
7 Ngabang 5.410,95 5.410,95 5.15%
8 Banyuke Hulu 13.771,00 13.771,00 13.12%
9 Menyuke 12.908,06 12.908,06 12.29%
10 Sungai Ambawang 13.864,93 13.864,93 13.21%
11 Bengkayang 5.458,42 5.458,42 5.20%
12 Samalantan 591,03 591,03 0.56%
Total 85.072,49 6.049,44 13.864,93 104.986,86 100.00
Sumber: Hasil Analisa dan Pengolahan Data KPH Wilayah Landak (2018)
Tabel 2 menggambarkan luasan kecamatan yang termasuk dalam wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak. Hasil analisa peta luas berdasarkan unit pengelolaan
yang berada di KPH Landak Unit VII dengan menyesuaikan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tanggal 13 Februari 2019 tentang
penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi Provinsi Kalimantan Barat, luasan Kawasan Hutan KPHP Unit VII yaitu ±
104.986,86 ha.
UPT KPH Wilayah Landak (Unit VI dan VII) secara kelembagaan telah dibentuk dan
ditetapkan berupa Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dengan nama UPT KPH Wilayah
Landak sesuai Peraturan Gubernur Kalimantan Barat No. 100 Tahun 2017 tanggal 28
Desember 2017 tentang Pembentukan Susunan Organisasi. Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Landak Provinsi
Kalimantan Barat.
Adapun luas kawasan hutan KPH Wilayah Landak Unit VII dengan menyesuaikan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tanggal 13
Februari 2019 tentang penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagaimana Tabel
3 berikut:
Tabel 3. Luasan Hutan yang ada di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha)
Jumlah ± 101.086
Sumber: Hasil Pengolahan Data KPH Wilayah Landak (2019) berdasarkan SK MenLHK N o.
144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019
Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui bahwa fungsi kawasan hutan yang
ada di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak didominasi oleh Hutan Produksi
dengan luasan ± 72.558 ha. Selebihnya adalah fungsi Hutan Lindung dengan luasan ±
32.398 ha. Sedangkan letak KPH Landak dalam wilayah Kabupaten Landak digambarkan
pada Gambar 1.
Gambar 1. Letak KPH Wilayah Landak (Unit VII) dalam Wilayah Administrasi Kabupaten
Dalam upaya mendukung perkembangan desa – desa yang berada di dalam wilayah
kelola KPH maka perlu adanya data mengenai perkembangan status dari masing – masing
desa yang terdampak adanya keberadaan KPH ini. Salah satunya dari data Indeks Desa
Membangun (IDM), berikut merupakan data desa- desa disekitar KPH yang terdampak dari
adanya pembangunan KPH seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4. Status Indeks Desa Membangun (IDM) Masing-masing Desa yang Berada di
Dalam Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Desa Kecamatan Kabupaten Status IDM
1 Agak Sebangki Landak Berkembang
2 Bhakti Mulya Bengkayang Bengkayang Berkembang
3 Dharma Bhakti Teriak Bengkayang Berkembang
4 Keranji Paidang Sengah Temila Landak Berkembang
5 Kuala Mandor-B Kuala Mandor/B Kubu Raya Berkembang
6 Pakumbang Sompak Landak Berkembang
7 Paloan Sengah Temila Landak Berkembang
8 Pasti Jaya Samalantan Bengkayang Berkembang
9 Rantau Panjang Sebangki Landak Berkembang
10 Saham Sengah Temila Landak Berkembang
11 Sebangki Sebangki Landak Berkembang
12 Sebente Teriak Bengkayang Berkembang
13 Sidas Sengah Temila Landak Berkembang
14 Suka Maju Sungai Betung Bengkayang Berkembang
15 Tirta Kencana Bengkayang Bengkayang Berkembang
16 Tumiang Samalantan Bengkayang Berkembang
17 Pahauman Sengah Temila Landak Maju
18 Senakin Sengah Temila Landak Maju
19 Ansolok Mempawah Hulu Landak Sangat Tertinggal
20 Gamang Banyuke Hulu Landak Sangat Tertinggal
21 Mengkunyit Mandor Landak Sangat Tertinggal
22 Pak Mayam Ngabang Landak Sangat Tertinggal
23 Pauh Sompak Landak Sangat Tertinggal
24 Sabaka Mempawah Hulu Landak Sangat Tertinggal
25 Tapakng Sompak Landak Sangat Tertinggal
26 Untang Banyuke Hulu Landak Sangat Tertinggal
27 Amawakng Sompak Landak Tertinggal
28 Amboyo Selatan Ngabang Landak Tertinggal
29 Andeng Sengah Temila Landak Tertinggal
30 Angkaras Menyuke Landak Tertinggal
31 Anik Dingir Menyuke Landak Tertinggal
32 Bagak Menyuke Landak Tertinggal
33 Banying Sengah Temila Landak Tertinggal
34 Bilayuk Mempawah Hulu Landak Tertinggal
Bila ditinjau secara administrasi kewilayahan KPH Wilayah Landak Unit VII berada di
bagian utara wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Batas-batas KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak Unit VII tersebut adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan KPH Unit II Bengkayang dan Wilayah Administrasi
Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sanggau
Sebelah Timur : Berbatasan KPH Wilayah Landak Unit VI dan Wilayah Administrasi
Kabupaten Sanggau
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan KPH unit V Sanggau, Wilayah Administrasi
Kabupaten Sanggau, KPH Unit XXXIII Kubu Raya dan Wilayah
Administrasi Kabupaten Kubu Raya
Sebelah Barat : Berbatasan dengan KPH Wilayah Mempawah Unit VIII dan Wilayah
Administrasi Kabupaten Pontianak
Kawasan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak terbagi ke dalam dua
fungsi kawasan, yaitu kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi. Berdasarkan data tabel
berikut ini diketahui bahwa pembagian blok wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak didominasi oleh HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT dengan luasan 54.241 ha pada fungsi
kawasan Hutan Produksi, dengan jumlah petak secara keseluruhan wilayah sebanyak 240
petak. Pembagian blok fungsi kawasan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Pembagian Blok di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Luas (ha) Persentase
No Tata Hutan
HL HP Total (%)
Tabel 6. Pembagian Fungsi Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Berdasarkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)
Luas Menurut Fungsi (ha) Persentase
No RKTN
HL HP Total (%)
Wilayah Tertentu (Wiltu) merupakan wilayah KPH, dengan fungsi kawasan Hutan
Lindung (HL), Hutan Produksi Terbatas (HPT) atau Hutan Produksi Tetap (HP), yang tidak
dibebani izin sah pemanfaatan maupun penggunaan kawasan, termasuk areal yang kurang
diminati sehingga lebih lanjut direncanakan akan dikelola oleh KPH sendiri.
Berdasarkan hasil analisis, wilayah kerja KPHP Unit VII seluas ±101.086 ha setelah
dikurangi areal blok pengelolaan baik yang di hutan lindung maupun hutan produksi, maka
luas Wilayah Tertentu pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah ±24.880
ha, dengan rincian pembagian blok sebagaimana tabel berikut.
Tabel 7. Pembagian Wilayah Tertentu di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Luas (ha) Persentase
No Wilayah Tertentu
HL HP Total (%)
Gambar 2. Pembagian Blok di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
2.1.4.1. Iklim
Kabupaten Landak dapat dikategorikan sebagai daerah hujan dengan intensitas tinggi.
Secara umum curah hujan rata-rata sebesar 160 mm per bulan. Intensitas curah hujan yang
cukup tinggi kemungkinan dipengaruhi oleh daerah yang berhutan tropis. Kabupaten Landak
dapat dikatakan sebagai daerah hujan dengan intensitas tinggi. Secara umum curah hujan
rata-rata bulanan di tahun 2017 sebesar 287.3 mm, yang berarti terjadi penurunan curah
hujan dibanding tahun sebelumnya (curah hujan rata-rata bulanan tahun 2016 sebesar
293.6 mm). Intensitas curah hujan yang tinggi ini kemungkinan dipengaruhi oleh daerahnya
yang berhutan tropis. Rata-rata curah hujan tertinggi tahun 2017 terjadi pada bulan
November yang mencapai 601 milimeter dengan jumlah hari hujan sebanyak 28 hari.
Dilihat dari hari hujan yang terendah selama setahun untuk tahun 2017 terjadi pada
bulan Juli, yaitu 14 hari. Temperatur udara rata-rata selama tahun 2017 adalah 26,9°C.
Yang berarti terjadi penurunan temperatur udara rata rata bila dibandingkan tahun
sebelumnya. Temperatur udara rata-rata selama tahun 2016 adalah 27,4°C. Temperatur
udara minimum terjadi pada bulan Februari mencapai 23,2°C, sedangkan temperatur udara
maksimum terjadi pada bulan Juni yang mencapai 33,3°C. Kecepatan angin rata-rata selama
tahun 2017 adalah 2,3 knots dengan kecepatan maksimum mencapai 13 knots yang terjadi
pada bulan Desember. Sementara itu, arah angin terbanyak dari arah Timur Laut dan
Tenggara.
Tabel 8. Data Curah Hujan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Curah Hujan Curah Hujan
No Desa Kecamatan Kabupaten
(mm/tahun) (mm/hari)
1 Agak Sebangki Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
2 Bhakti Mulya Bengkayang Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
3 Dharma Bhakti Teriak Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
4 Keranji Paidang Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
5 Kuala Mandor-B Kuala Mandor/B Kubu Raya 3000 - 3500 13,6 - 20,7
6 Pakumbang Sompak Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
7 Paloan Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
8 Pasti Jaya Samalantan Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
9 Rantau Panjang Sebangki Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
10 Saham Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
11 Sebangki Sebangki Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
12 Sebente Teriak Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
13 Sidas Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
14 Suka Maju Sungai Betung Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
15 Tirta Kencana Bengkayang Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
16 Tumiang Samalantan Bengkayang 3000 - 3500 13,6 - 20,7
17 Pahauman Sengah Temila Landak 3000 - 3500 13,6 - 20,7
Gambar 3. Peta Iklim di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Pada umumnya, Kabupaten Landak berdaratan rendah dan perbukitan. Wilayah ini
didominasi oleh kemiringan lereng 0-8 % dan ketinggian antar 0 - 200 mdpl. Kondisi
topografi di kawasan KPHP Unit VII Landak Kabupaten Landak relatif datar, dimana sekitar
49.337 Ha atau 46,99% kondisi kemiringan lerengnya adalah datar dan terdapat di fungsi
kawasan hutan produksi, sebagaimana tabel berikut.
Tabel 9. Kelas Lereng di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Kawasan
No Kelas Lereng Luas (ha)
Hutan Lindung Hutan Produksi
1 0-8 5.732 49.337 55.069
2 8-15 1.864 8.649 10.513
3 15 - 25 11.496 9.368 20.864
4 25-40 8.832 5.234 14.066
5 > 40 574 - 574
Fungsi Kawasan
No Kelas Lereng Luas (ha)
Hutan Lindung Hutan Produksi
TOTAL 28.498 72.588 101.086
Sumber: Peta Kemiringan Lereng Provinsi Kalimatan Barat, 2002
Gambaran spasial kelas kelerengan pada wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak digambarkan pada peta di bawah ini.
Gambar 4. Peta Kelerengan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
2.1.4.3. Geologi
Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (BIG), KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak Provinsi Kalimantan Barat tersusun dari 9 formasi geologi. Gambaran spasial
penyebaran formasi geologi di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
digambarkan pada Tabel 10 dan Gambar 5.
Tabel 10. Data Sebaran Geologi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No. Formasi Geologi Luas (ha) Persentase
1. Aluvium dan endapan rawa 744 0.71
2. Batuan Gunungapi Raya 28.583 27.23
3. Batuan terobosan Sintang 304 0.96
4. Batupasir Landak 1395 1.33
5. Formasi Pedawan 300 0.29
6. Granit Laur 135.03 0.13
7. Granodiorit Mensibau 42.605 43.44
Gambar 5. Peta Geologi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Landak adalah: Aluvial, Organosol,
Glay & Humus (OGH), Podsolik Merah-Kuning, Podsol & Latasol. Pada bagian wilayah pantai,
jenis tanah yang dominan adalah tanah aluvial dan organosol. Podsolik merah kuning
(batuan endapan), terbentuk dari bahan induk endapan, terdapat di kecamatan: Sengah
Temila, Mempawah Hulu, Ngabang, Menyuke, Air Besar, dan Kuala Behe. Podsolik merah
kuning (batuan beku dan endapan), terbentuk dari bahan induk batuan beku, banyak
dijumpai di kecamatan: Mempawah Hulu, Mandor, Menjalin, dan Ngabang. Podsol (batuan
endapan), sebagian besar terdapat di Kecamatan Mandor dan Menjalin. Latosol, terdapat
dibagian utara Kecamatan Menyuke yang terbentuk dari fisiografi vulkan yang bersal dari
bahan induk batuan beku, warna tanahnya coklat kehitaman, terdrainase baik dan
umumnya berstruktur halus di lapisan atas dan sedang di lapisan bawah. Organosol dan glei
humus (bahan aluvial), Jenis tanah ini mempunyai karateristik yang tersusun dari bahan
organik atau campuran bahan mineral dan bahan ketebalan minimum 50 cm serta
mengandung paling sedikit 30% dari bahan organik (bila liat) atau 20% bila berpasir,
kepadatan tanahnya kurang dari 0,6 dan selalu jenuh air, mudah mengerut dan tak balik,
bila kering peka erosi dan mudah terbakar. Tanah jenis ini terdapat di kecamatan: Mandor,
Menjalin, Sebangki, dan sebagian Sengah Temila.
Tanah merupakan potensi sumber daya alam yang penting dipahami berkenaan
dengan pembangunan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak di Kabupaten Landak.
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa di kawasan KPH Unit VII Kabupaten Landak ini
memiliki 3 (tiga) jenis tanah yaitu jenis tanah Organosol, PMK dan Podsol dengan luasan
seperti dalam tabel berikut.
Tabel 11. Jenis Tanah di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Kawasan Luas
No Jenis Tanah
HL HP ha %
1 Organosol 3.209 20.479 23.688 23,43%
2 Podsolik Merah-Kuning 25.252 52.105 77.357 76,51%
3 Podsol 56 56 0,06%
TOTAL 29.133 52.105 101.086 100
Sumber: Peta Tanah Provinsi Kalimantan Barat tahun 2004
Jenis tanah Organosol terdapat di fungsi kawasan Hutan Lindung seluas 3.209 Ha
(3,06%) dan di fungsi kawasan Hutan Produksi seluas 20.479 Ha (19,51%). Jenis tanah
PMK merupakan jenis tanah yang paling dominan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak ini, banyak di temukan di fungsi kawasan Hutan Lindung seluas 29.133 ha
(27,75%) dan di fungsi kawasan Hutan Produksi seluas 52.105 ha (49,63%). Sedangkan
untuk jenis tanah Podsol ditemukan di fungsi kawasan Hutan Lindung seluas 56 Ha (0,05 %)
dan di Hutan Produksi seluas 5 ha.
Gambar 6. Peta Jenis Tanah di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
2.1.4.5. Hidrologi
Wilayah Kabupaten Landak termasuk ke dalam DAS Landak di mana Sungai Landak
merupakan sungai terbesar yang ada di wilayah Kabupaten Landak. Sungai lain yang cukup
besar adalah Sungai Menyuke, Sungai Mempawah, dan Sungai Mandor. Sungai Landak
berperan penting bagi desa-desa yang berada dipinggir sungai tersebut, karena digunakan
masyarakat sebagai air untuk mandi, cuci, makan dan minum, sumber penangkapan ikan,
dan prasarana angkutan khususnya. Sungai Landak sangat efektif sebagai prasarana
transportasi yang menghubungkan Kota Pontianak dengan daerah Kabupaten Landak.
Sungai Landak yang merupakan sungai utama, lebarnya rata-rata 60 meter dengan
kedalaman rata-rata 4 meter. Pola aliran dari sungai-sungai tersebut merupakan pola
dendritik yang dicirikan dengan aliran menyebar. Sungai-sungai yang berada di wilayah
Kabupaten Landak merupakan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun, karena itu
perlu diamati debit aliran sungainya. Pengamatan yang dilakukan terhadap debit aliran
sungai merupakan debit sesaat. Fluktuasi debit yang terjadi akan selalu berubah dan akan
dipengaruhi oleh keadaan iklim, sifat fisik DAS dan penutupan lahan. Pada keadaan sifat
fisik DAS dan penutupan lahan yang tetap, maka fluktuasi debit sungai terutama
dipengaruhi oleh variasi curah hujan. Tindakan manusia berupa kegiatan-kegiatan
perkebunan yang merubah pola penutupan lahan akan mempengaruhi fluktuasi debit.
Berdasarkan sebaran kelas lereng dan sebaran penutupan lahan dapat diperkirakan
koefisien aliran dan debit puncak, sedangkan padatan tersuspensi (TSS) berpengaruh
terhadap besarnya kandungan sedimen.
Sungai Landak mempunyai potensi air terjun, karena debit air yang sangat besar
dengan kecepatan 0,71 meter/detik maka dapat digunakan sebagai sumber pembangkit
listrik mikro hidro. Air terjun Melanggar ini memiliki ketinggian 25 meter dan berada
dibagian hulu Kota Ngabang, secara geografis posisi air terjun berada pada 0º 51’ 23,26” LU
dan 108º 16’ 16,56” LS. Kabupaten Landak juga memiliki sumber mata air yang terdapat di
daerah Gunung Seha atau kawasan Wisata Gunung Seha dalam Wilayah Kecamatan Sengah
Temila, terdapat sejumlah saluran air bersih bersumber dari mata air.
Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak terbagi menjadi 4 (empat) DAS
diantaranya adalah DAS Kapuas, DAS Mempawah, DAS Sambas dan DAS Selakau. DAS
(daerah aliran sungai) yang dominan melewati wilayah KPHP Unit VII Landak adalah DAS
Kapuas dengan presentase sebesar 60,24%. Adapun rincian dari beberapa DAS yang
melewati KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ini adalah sebagai berikut.
Tabel 12. Luas Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Menurut Daerah
Aliran Sungai
No Nama DAS Luas (ha) Persentase (%)
1 Kapuas 74.326 73,53
2 Mempawah 21.691 21,46
3 Sambas 212 0,21
4 Selakau 4.857 4,80
Total 101.086 100
Sumber: BPDAS Kapuas, 2018
Gambar 7. Peta DAS di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Wilayah kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak memiliki lahan kritis pada
blok-blok kawasan hutannya. Kriteria lahan kritis yang terbagi dalam empat kriteria. yaitu
potensial kritis, agak kritis, kritis dan sangat kritis. Untuk lebih jelasnya. pembagian kriteria
lahan kritis pada masing-masing blok secara terperinci sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Data Lahan Kritis di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Status Lahan Kritis
Fungsi Kawasan Tidak Agak Potensial Sangat Total
Kritis
Kritis Kritis Kritis Kritis
Hutan Lindung 1.660 2.021 1.490 22.071 1.267 28.509
Hutan Produksi 17.111 1.008 10.032 44.284 140 72.575
Total 18.771 3.029 11.522 66.355 1.407 101.086
Sumber: Hasil Analisa dan Pengolahan Data KPH Wilayah Landak (Unit VII) Tahun 201 8 berdasarkan
Data Lahan Kritis BPDAS Kapuas 2018
Seluruh kawasan hutan yang termasuk di dalam wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak dapat dijangkau dengan transportasi darat baik menggunakan roda empat
maupun roda dua. Jarak tempuh dari kantor KPH wilayah Landak yang berada di Kota
Ngabang (ibu kota Kabupaten Landak) berkisar antara 20-157 km. Jarak ibu kota Provisi
Kalimantan Barat (Pontianak) ke ibu kota Kabupaten Landak (Kota Ngabang) kurang lebih
180 km dengan waktutempuh relatif 4-5 Jam perjalanan (transportasi darat). Aksesibilitas
dalam kawasan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Aksesibilitas dalam kawasan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Desa dalam Wilayah KPHP Waktu tempuh dari
No Kabupaten Akses Kendaraan Kantor UPT KPH
Unit VII
1 Agak Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
2 Bhakti Mulya Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
3 Dharma Bhakti Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
4 Keranji Paidang Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
5 Kuala Mandor-B Kubu Raya Mobil, Motor 2 – 2.5 jam
6 Pakumbang Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
7 Paloan Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
8 Pasti Jaya Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
9 Rantau Panjang Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
10 Saham Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
11 Sebangki Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
12 Sebente Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
13 Sidas Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
14 Suka Maju Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
15 Tirta Kencana Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
16 Tumiang Bengkayang Mobil, Motor 1 – 2 jam
17 Pahauman Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
18 Senakin Landak Mobil, Motor 0.5 – 1.5 jam
19 Ansolok Landak Motor 1 – 1.5 jam
20 Gamang Landak Motor 1 – 1.5 jam
21 Mengkunyit Landak Motor 1 – 1.5 jam
22 Pak Mayam Landak Motor 1 – 1.5 jam
23 Pauh Landak Motor 1 – 1.5 jam
24 Sabaka Landak Motor 1 – 1.5 jam
25 Tapakng Landak Motor 1 – 1.5 jam
26 Untang Landak Motor 1 – 1.5 jam
27 Amawakng Landak Motor 1 – 1.5 jam
28 Amboyo Selatan Landak Motor 1 – 1.5 jam
29 Andeng Landak Motor 1 – 1.5 jam
30 Angkaras Landak Motor 1 – 1.5 jam
31 Anik Dingir Landak Motor 1 – 1.5 jam
32 Bagak Landak Motor 1 – 1.5 jam
33 Banying Landak Motor 1 – 1.5 jam
34 Bilayuk Landak Motor 1 – 1.5 jam
35 Caong Landak Motor 1 – 1.5 jam
36 Galar Landak Motor 1 – 1.5 jam
37 Gombang Landak Motor 1 – 1.5 jam
Peta aksesibilitas pada wilayah kerja KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
sebagaimana disajikan pada gambar berikut ini.
Gambar 8. Peta Aksesibilitas di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Berdasarkan hasil inventarisasi sosial budaya yang dilakukan di empat desa yang
berada di dalam dan sekitar wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak, yakni
Desa Saham, Desa Ringo Lojok, Desa Tiang Tanjung dan Desa Senakin, dapat diketahui
bahwa setidaknya 3 desa diantaranya memiliki kesamaan pola dalam alur historis
wilayahnya, yaitu masyarakat Suku Dayak yang sudah tinggal secara turun temurun di
wilayah tersebut dan sebagian kecil lainnya merupakan masyarakat pendatang. Kesamaan
pola tersebut terjadi di Desa Saham, Ringo Lojok, dan Tiang Tanjung. Sedangkan di Desa
Senakin sedikit berbeda sejarahnya dibanding 3 desa yang lain. Kemungkinan besar
dikarenakan posisi geografis Desa Senakin yang berada di jalur jalan utama antar
kabupaten.
Masyarakat Desa Senakin yang pertama kali tinggal di wilayah tersebut adalah suku
Tionghoa, yaitu sekitar tahun 1950an dan mereka sangat prihatin dengan keadaan ekonomi
pada masa itu. Pada awalnya desa Senakin ini dikenal oleh orang dengan nama Kampung
Tarap dan di desa ini juga tinggal seorang Toke/Pengusaha (Pedagang Besar) yang
bernama SINA KIN. Beliau ini menyediakan segala jenis sembako dan menjadi pusat
perbelanjaan bagi masyarakat untuk selalu belanja ke toko ini. Seiring perkembangan
adanya demonstrasi tahun 1967-1968 akhirnya banyak suku dayak yang masuk ke daerah
senakin ini. Masyarakat tinggal di desa Senakin ini sejak tahun 1968 (Orang Dayak) dan
menurut data kuesioner sekarang ini sudah sampai 3-6 generasi yang tinggal di daerah ini.
Sehingga penyatuan secara administratif dalam rangka pemanfaatan kembali desa di
Kecamatan Sengah Temila, maka dengan SK Gubernur TK. I Kalbar No.65 tahun 1985,
Senakin dijadikan sebagai desa pusat pengembangan.
Sedangkan di Desa Saham, menurut sejarahnya masyarakat yang pertama kali tinggal
di wilayah desa ini yaitu suku Dayak Kanayan. Suku ini tinggal di desa Saham ini dari
sebelum Indonesia merdeka/masa penjajahan Jepang dan Belanda dan masih masa
kerajaan. Generasi yang tinggal di desa ini secara turun temurun sudah masuk ke generasi
kelima. Pada awalnya masyarakat yang tinggal di desa ini yaitu warga pelarian yang
menghindari para penjahat yang pernah menempati wilayah tersebut (sumia). Menurut hasil
kuesioner, masyarakat di desa ini merupakan generasi ke-2 hingga ke-7 dari nenek moyang
mereka.
Demikian juga dengan di Desa Ringo Lojok, berdasarkan sejarahnya masyarakat yang
menguasai areal hutan adalah masyarakat suku Dayak asli yang telah lama tinggal dan
sampai sekarang masih menetap. Suku Dayak asli menguasai daerah tersebut sejak jaman
nenek moyang dan tidak pernah berganti nama Desa. Menurut hasil kuesioner, masyarakat
di desa ini merupakan generasi ke-3 hingga ke-7 dari nenek moyang mereka.
Sedangkan sejarah pembentukan KPH Wilayah Landak (Unit VII) dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 Pembangunan KPH merupakan Program Prioritas
Pembangunan Nasional.
Tutupan lahan pada wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak didominasi
oleh Pertanian Lahan Kering Campur Semak dengan total luasan ± 74.521,67 ha.
Sedangkan tutupan lahan yang paling kecil luasannya adalah Tubuh Air dengan luasan ±
6,28 ha. Untuk lebih jelasnya. Kondisi penutupan lahan yang ada di kawasan KPH Wilayah
Landak Unit VII seperti disajikan pada Tabel 15 dibawah ini:
Tabel 15. Tutupan Lahan pada Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Tipe Penutupan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
1. Hutan Lahan Kering Sekunder 2.158 2,13
2. Hutan Tanaman 4.052 4,01
3. Semak Belukar 409 0,40
4. Perkebunan 826 0,82
5. Pemukiman 7 0,01
6. Lahan Terbuka 440 0,44
Gambar 9. Peta Tutupan Lahan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Hasil penafsiran citra satelit yang dikeluarkan oleh IPSDH Kementerian Kehutanan
Republik Indonesia yang dianalisa dengan Sistem Informasi Geografis sangat bermanfaat
dalam penentuan arah tipe penggunaan lahan. Hasil tutupan lahan dan sebaran data lahan
kritis yang ada di wilayah KPH Wilayah Landak Unit VII disajikan pada Tabel 16 seperti
berikut.
Tabel 16. Tutupan Lahan pada Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Berdasarkan Blok
Pertanian Lahan
Pertanian Lahan
Hutan Tanaman
Semak Belukar
Kering Campur
Lahan Terbuka
Pertambangan
Semak Rawa
Hutan Rawa
Blok KPHP
Perkebunan
Pemukiman
Tubuh Air
Sekunder
Sekunder
Belukar
Unit VII pada
Semak
Sawah
Kering
UPT KPH
Wilayah
Landak
HL-Blok Inti 455.32 1,611.54 10.33 14.69 2,784.57 28.50 0.84 6.27
HL-Blok
1,170.03 1,323.59 3,943.92 270.98 7.25 28.53 22,340.26 300.87 1,408.45
Pemanfaatan
HP-Blok
Pemanfaatan 513.32 2,335.49 20.40 293.97 1,697.01 37,746.50 2,489.62 76.27 1,872.84
HHK-HT
HP-Blok
Pemberdayaan 19.16 5,923.56 107.75 148.93 492.80 258.03 106.99 9,405.18 150.61 31.41 1,626.96 0.01
Masyarakat
HP-Blok
9.37 0.01 53.93
Perlindungan
Taman Hutan
Raya
(SK.196/MENLHK 1,676.50 8.70 2,191.22 24.39
/SETJEN/PLA.2/3
/2019)
Total 3,834.33 11,203.55 4,051.67 440.31 7.25 834.34 1,955.04 121.69 74,521.67 2,668.72 432.94 4,909.09 6.28
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat ETM+ ( IPSDH. Dirjen Planologi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 201 8)
Dari pengolahan data yang didapatkan di lapangan, volume kayu tegakan (pohon)
secara keseluruhan untuk masing-masing petak pengamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Volume Kayu Tegakan Masing-masing Petak Pengamatan di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Kawasan
No Petak Penutupan Lahan Volume (m³/0,5 ha)
Kawasan Hutan
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 10,88
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 23,66
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 33,26
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 19,70
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 12,32
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 26,90
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 8,96
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 59,21
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 37,27
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 9,91
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 31,26
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 21,68
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 19,62
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 17,25
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 12,72
Rata-rata 22,97
Sumber: Rekapitulasi data inventarisasi biogeofisik KPH, 2019
Pada tabel diatas terlihat bahwa volume kayu tegakan yang terbesar berada di dalam
Petak Pengamatan 8 (Kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa
Sekunder) dengan volume 59,21 m³/0,5 ha. Lokasi tersebut relatif susah diakses oleh
masyarakat sehingga kondisi vegetasinya relatif aman dari penebangan masyarakat.
Sedangkan volume kayu tegakan yang terendah berada di dalam Petak Pengamatan 7 yang
berada di dalam kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder
dengan volume 8,96 m³/0,5 ha. Secara umum, rata-rata volume dari semua petak
pengamatan adalah 22,97 m³/0,5 ha.
Tabel 18. Volume Rata-rata Seluruh Populasi Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Volume
Fungsi Penutupan Jml Total Volume
No Stratum rata-rata
Kawasan Lahan Petak (m3/0,5 ha)
(m3/0,5 ha)
Hutan Hutan Rawa
1 HP-Hrs 12 267,97 22,33
Produksi Sekunder
Hutan Rawa
2 HL-Hrs Hutan Lindung 3 76,62 25,54
Sekunder
Rata-rata 23,94
Sumber: Rekapitulasi data inventarisasi biogeofisik KPH, 2019
Pada tabel diatas terlihat bahwa volume kayu tegakan rata-rata terbanyak terdapat di
dalam Stratum HL-Hrs (Kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa
Sekunder) dengan volume 25,54 m³/0,5 ha. Secara umum, kondisi vegetasi di petak
pengamatan pada stratum tersebut masih terjaga karena memiliki aksesibilitas yang cukup
susah untuk diakses oleh masyarakat.
Sementara, petak pengamatan dengan volume terendah ada pada stratum HP-Hrs
(Kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan volume
rata-rata 22,33 m³/0,5 ha.
Nilai total volume kayu dalam semua areal masing-masing stratum diketahui dengan
mengalikan luas masing-masing stratum dengan volume rata-ratanya seperti tabel berikut:
Tabel 19. Nilai Total Volume Kayu Seluruh Populasi Masing-masing Stratum di Wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Volume
Fungsi Penutupan Volume Total
No Stratum Luas (ha) rata-rata
Kawasan Lahan (m3/0,5 ha)
(m3/0,5 ha)
Hutan Rawa
1 HP-Hrs Hutan Produksi 9.592 22,33 214.196
Sekunder
Hutan Rawa
2 HL-Hrs Hutan Lindung 1.612 25,54 41.158
Sekunder
Total 255.354
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019
Dari tabel diatas terlihat bahwa berdasarkan luasan yang dimiliki dan volume kayu
rata-rata masing-masing stratum, total potensi (volume) kayu tegakan tertinggi terdapat di
stratum HP-Hrs (Kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder),
dengan volume mencapai 214.196 m³ dari luas stratum 9.592 Ha dan volume rata-rata
22,33 m³/0,5 ha. Sedangkan total potensi (volume) kayu tegakan yang terendah berada
pada stratum HL-Hrs (Kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa
Sekunder) yang memiliki jumlah plot sedikit, yaitu dengan total volume 41.158 m³/0,5 ha
dari luas stratum 1.612 Ha dan volume rata-rata 25,54 m³/0,5 ha.
Permudaan terdiri dari tingkat anakan (seedling), pancang (sapling) dan tiang (poles).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di masing-masing petak pengamatan didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 20. Jumlah Tingkat Anakan (seedling) Masing-masing Petak di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Tingkat
Jumlah Anakan
No Petak Penutupan Lahan Kerapatan
Kawasan Hutan (batang)
(batang/0,5 ha)
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 39 7.763
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Primer 31 6.170
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Primer 26 5.175
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Primer 45 8.957
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 39 7.763
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 84 16.720
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 109 21.696
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 150 29.857
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 87 17.317
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 76 15.127
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 136 27.070
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 76 15.127
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 50 9.952
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 55 10.947
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Primer 138 27.468
Jumlah 1.141 227.110
Rata-rata 76 15.141
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019
Dari tabel diatas terlihat bahwa secara keseluruhan masing-masing petak pengamatan
memiliki jumlah anakan yang bervariasi. Rata-rata jumlah anakan di seluruh petak sampel
adalah 76 batang dengan tingkat kerapatan sebesar 1.141 batang/0,5 ha. Jumlah anakan
yang paling banyak ditemukan adalah di Petak 8 yang berada pada kawasan Hutan Produksi
dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder dengan jumlah 150 batang serta tingkat
kerapatan anakannya sebesar 29.857 batang/0,5 ha. Untuk anakan dengan jumlah yang
paling sedikit terdapat di Petak 3 yang berada pada kawasan Hutan Lindung dengan
penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder dengan jumlah anakan 26 batang serta tingkat
kerapatan anakannya sebesar 5.175 batang/0,5 ha
Dari semua petak pengamatan, dapat dikelompokkan jumlah rata-rata anakan seluruh
populasi untuk masing-masing stratum sebagai berikut:
Tabel 21. Tingkat Kerapatan Rata-rata Tingkat Anakan (Seedling) Masing-masing Stratum
di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Jumlah Tingkat Kerapatan
Fungsi Penutupan Jumlah
No Stratum Anakan Rata- Rata-Rata
Kawasan Lahan Petak
Rata (batang) (batang/0,5 ha)
Hutan Rawa
1 HP-Hrs Hutan Produksi 12 87 17.234
Sekunder
Hutan Rawa
2 HL-Hrs Hutan Lindung 3 34 6.768
Sekunder
Total 24.002
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019
Berdasarkan data kerapatan rata-rata per 0,5 hektar pada masing–masing stratum
dikalikan dengan luasnya, maka didapatkan jumlah kerapatan total (batang) untuk masing-
masing stratum seperti tabel berikut:
Tabel 22. Jumlah Total Tingkat Anakan (Seedling) Masing-masing Stratum di Wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tingkat Kerapatan Kerapatan
Fungsi Penutupan Total
No Stratum Luas (ha) Rata-rata
Kawasan Lahan
(batang/0,5 ha) (batang)
Hutan Rawa
1 HP-Hrs Hutan Produksi 9.592 17.234 165.308.104
Sekunder
Hutan Rawa
2 HL-Hrs Hutan Lindung 1.612 6.768 10.906.120
Sekunder
Total 176.214.224
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019
Tabel 22 di atas memperlihatkan bahwa, berdasarkan luasan yang dimiliki dan kerapatan
rata-rata masing-masing stratum, total jumlah anakan terbanyak terdapat dalam stratum
HP-Hrs (kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan
total jumlah anakan 165.308.104 batang dari luas kawasan 9.592 Ha dan kerapatan rata-
rata 17.234 batang/0,5 Ha. Untuk jumlah anakan paling sedikit terdapat dalam stratum HL-
Hrs (kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan total
jumlah anakan 10.906.120 batang/0,5 Ha dari luas kawasan 6.768 Ha dan kerapatan rata-
rata 1.612 batang/0,5 Ha.
Tabel 23. Jumlah Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Petak di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Tingkat
Jumlah Pancang
No Petak Penutupan Lahan Kerapatan
Kawasan Hutan (batang)
(batang/0,5 ha)
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 34 1.692
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 40 1.990
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 47 2.339
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 37 1.841
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 40 1.990
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 66 3.284
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 82 4.080
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 136 6.768
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 109 5.424
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 100 4.976
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 243 12.092
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 108 5.374
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 56 2.787
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 63 3.135
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 133 6.618
Jumlah 1.294 64.391
Rata-rata 86 4.293
Dari tabel diatas terlihat bahwa secara keseluruhan masing-masing petak pengamatan
memiliki jumlah pancang yang bervariasi. Rata-rata jumlah pancang di seluruh petak sampel
adalah 86 batang dengan tingkat kerapatan sebesar 4.293 batang/0,5 ha. Jumlah pancang
yang paling banyak ditemukan terdapat di Petak 8 yang berada pada kawasan Hutan
Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder dengan jumlah 136 batang dan
tingkat kerapatan sebesar 6.768 batang/0,5 Ha. Untuk pancang dengan jumlah yang paling
sedikit terdapat di Petak 1 yang berada pada kawasan Hutan Produksi dengan penutupan
lahan Hutan Rawa Sekunder. Jumlah pancang yang terdata pada petak 1 adalah sebanyak
34 batang dan tingkat kerapatan pancang 1.692 batang/0,5 ha.
Tabel 24. Jumlah Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Stratum Fungsi Penutupan Jumlah Jumlah Tingkat Kerapatan Rata-
Berdasarkan kerapatan pancang rata-rata per 0,5 hektar pada masing–masing stratum
dikalikan dengan luasnya, maka didapatkan jumlah kerapatan total (batang) untuk masing-
masing stratum seperti tabel berikut :
Tabel 25. Jumlah Total Tingkat Pancang (Sapling) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tingkat
Kerapatan
Fungsi Kerapatan
No Stratum Penutupan Lahan Luas (ha) Total
Kawasan Rata-rata
(batang)
(batang/0,5 ha)
Hutan
1 HP-Hrs Hutan Rawa Sekunder 9.592 4.852 46.540.384
Produksi
2 HL-Hrs Hutan Lindung Hutan Rawa Sekunder 1.612 2.057 3.315.884
Total 49.856.268
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019
Tabel diatas memperlihatkan bahwa berdasarkan luasan yang dimiliki dan kerapatan
rata-rata masing-masing stratum, total jumlah pancang terbanyak berada pada Stratum HP-
Hrs (kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan total
jumlah pancang 46.537.652 batang dari luas kawasan 9.592 ha dan kerapatan rata-rata
4.852 batang/0,5 ha. Sebaliknya, untuk jumlah pancang paling sedikit terdapat dalam
stratum HL-Hrs (kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder)
dengan jumlah pancang total 3.314.605 batang/0,5 Ha dari luas kawasan 1.612 Ha dan
kerapatan rata-rata 2.057 batang/0,5 Ha.
Jumlah tiang (poles) yang ditemukan pada masing-masing petak pengamatan adalah
sebagai berikut.
Tabel 26. Jumlah Tingkat Tiang (Poles) Masing-masing Petak Pengamatan di Wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Fungsi Tingkat Kerapatan
No Petak Penutupan Lahan Jumlah Tiang (Batang)
Kawasan Hutan (Batang/0,5 Ha)
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 42 334
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 40 318
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 51 406
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder 46 366
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 44 350
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 57 454
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 37 295
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 44 350
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 42 334
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 32 255
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 57 454
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 102 812
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 72 573
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 104 828
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder 66 525
Jumlah 836 6.656
Rata-rata 56 444
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019
Dari tabel diatas terlihat bahwa secara keseluruhan masing-masing petak pengamatan
memiliki jumlah tiang yang bervariasi. Rata-rata jumlah tiang di seluruh petak sampel adalah
56 batang dengan tingkat kerapatan rata-rata sebesar 444 batang/0,5 ha. Jumlah tiang
yang paling banyak terdapat di Petak 14 yang berada pada kawasan Hutan Produksi dengan
kondisi penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder. Jumlah tiang dalam petak ini mencapai 104
batang dengan tingkat kerapatan tiang sebesar 828 ha batang/0,5 ha. Untuk tiang dengan
jumlah yang paling sedikit terdapat di Petak 10 yang berada pada kawasan Hutan Produksi
dengan kondisi penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder. Jumlah tiang yang terdata dalam
petak ini adalah sebanyak 32 batang dengan tingkat kerapatan tiang 255 batang/0,5 ha.
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa total tiang (poles) pada Petak Pengamatan 15
adalah 66 batang dengan kerapatan sebesar 525 batang/0,5 ha. Jenis tiang (poles)
terbanyak adalah jenis Ubah sebanyak 18 batang dengan kerapatan 143 batang/0,5 Ha.
Selain jenis tersebut, jumlah dan kerapatan tiang (poles) yang lain relatif merata antar jenis.
Dari semua petak pengamatan, dapat dikelompokkan jumlah rata-rata tiang seluruh
populasi untuk masing-masing stratum sebagai berikut:
Tabel 27. Jumlah Tingkat Tiang (Poles) Masing-Masing Stratum di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak
No Stratum Fungsi Penutupan Lahan Jumlah Jumlah Tiang Tingkat Kerapatan
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah tiang rata-rata terbanyak terdapat di Stratum
HP-Hrs (kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dimana
jumlah tiang rata-rata sebanyak 58 batang dan tingkat kerapatan 464 batang/0,5 Ha. Untuk
jumlah tiang rata-rata paling sedikit terdapat di Stratum HL-Hrs (kawasan Hutan Lindung
dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder), dimana jumlah tiang rata-ratanya adalah
46 batang dengan tingkat kerapatan 364 batang/0,5 Ha.
Tabel 28. Jumlah Total Tingkat Tiang (Poles) Masing-masing Stratum di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tingkat Kerapatan Kerapatan
Fungsi Luas
No. Stratum Penutupan Lahan Rata-rata Total
Kawasan (Ha)
(batang/0,5 ha) (batang)
Hutan Hutan Rawa
1 HP-Hrs 9.592 464 4.450.688
Produksi Sekunder
Hutan Hutan Rawa
2 HL-Hrs 1.612 364 586.768
Lindung Sekunder
Total 5.037.456
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019
Tabel diatas memperlihatkan bahwa, berdasarkan luasan yang dimiliki dan kerapatan
rata-rata masing-masing stratum, total jumlah tiang terbanyak terdapat dalam stratum HP-
Hrs (kawasan Hutan Produksi dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan total
jumlah tiangnya adalah 4.450.688 batang dari luas kawasan 9.592 ha dan kerapatan rata-
rata 464 batang/0,5 Ha. Untuk jumlah tiang paling sedikit terdapat dalam stratum HL-Hrs
(kawasan Hutan Lindung dengan penutupan lahan Hutan Rawa Sekunder) dengan total
jumlah sebanyak 586.768 batang/0,5 ha dari luas kawasan 1.612 ha dan kerapatan rata-
rata 364 batang/0,5 ha.
Tabel 29. Jenis Jenis Kayu dari Hasil Inventarisasi Biogeofisik 2019 di Wilayah KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Nama Jenis Kelompok Kayu
1 Emang Kayu Meranti
Potensi non kayu di wilayah KPH Wilayah Landak Unit VII dapat dikatakan masih
cukup tinggi. yang keberadaannya tersebar hampir pada seluruh wilayah KPH. Potensi non
kayu yang banyak ditemukan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
adalah rotan dan damar serta tumbuhan obat-obatan. Untuk skala prioritas yang akan
dikembangkan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah
pengembangan rotan. Pengembangan pemanfaatan rotan ini rencananya akan dilaksanakan
di beberapa wilayah desa yang ada di dalam kawasan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak. Hal tersebut telah melalui banyak pertimbangan diantaranya adalah banyaknya
masyarakat yang mengumpulkan rotan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
kecil untuk pembuatan meja, kursi, lemari dan lain sebagainya. Cakupan aksesibilitas untuk
mencapai wilayah desa cukup baik serta antusiasme warga setempat dalam menyambut
baik program kerja ini.
Tabel 30. Sebaran Potensi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No. Kabupaten Kecamatan Desa IDM Potensi
Sangat Budidaya Jengkol dan
1. Landak Banyuke Hulu Gamang
Tertinggal Petai Lokal
Budidaya Kaliandra dan
2. Kubu Raya Sungai Ambawang Teluk Bakung Tertinggal
Serai Wangi
Gambar 10. Peta Sebaran Potensi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Data mengenai flora, fauna dan jasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ini dikumpulkan baik melalui pengamatan secara
langsung maupun tidak langsung. Pengamatan secara langsung bersifat kuantitatif, yaitu
yang ditemukan baik di dalam plot pengukuran maupun di jalur rintisan. Sedangkan
pengamatan secara tidak langsung bersumber dari informasi oleh masyarakat yang terlibat
dalam kegiatan ini. Hasil pengamatan secara langsung pada masing-masing petak
pengamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 31. Jenis-jenis Flora Menurut Petak Pengamatan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak
Fungsi
No Petak Penutupan Lahan Jenis Jumlah
Kawasan Hutan
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Kantong Semar -
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - -
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - Kantong semar 9
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - Kantong Semar -
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Kantong Semar -
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Damar -
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder Kantong Semar 15
- Sarang Semut 9
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Kantong Semar 10
- Kantong Semar 5
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Sarang Semut 10
- Kantong Semar 10
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Asam Payak 5
- Sarang Semut 8
- Kantong Semar 5
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Sarang Semut 5
Sumber: Rekapitulasi Data Lapangan, 2019
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keragaman jenis flora di lokasi penelitian,
terutama yang berada di dalam hutan kering umumnya adalah jenis-jenis seperti damar,
pasak bumi dan tumbuhan obat lainnya. Untuk jenis damar sendiri memiliki keunikan karena
pada umumnya damar tumbuh di pohon yang masih hidup, namun damar yang ada di KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ini berasal dari pohon yang sudah tumbang dan
mati. Disana masyarakat bisa menemukan damar dalam jumlah banyak. Sekarang ini damar
yang ada ini telah dijual ke kecamatan Ambawang dengan kisaran harga jual Rp3.500,-/kg.
Tabel 32. Jenis-jenis Fauna Menurut Petak Pengamatan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak
Fungsi
No Petak Penutupan Lahan Jenis Jumlah
Kawasan Hutan
- Burung Buriak 2
1. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Babi Hutan 3
- Babi Hutan 7
- Tupai 2
- Rusa 1
2. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder
- Planduk 2
- Burung Cicit 2
- Burung Butbut 2
- Babi Hutan 5
3. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - Burung Cit-cit 1
- Burung But-but 1
4. Hutan Lindung (HL) Hutan Rawa Sekunder - Babi Hutan 1
Fungsi
No Petak Penutupan Lahan Jenis Jumlah
Kawasan Hutan
- Musang 1
- Babi Hutan
- Burung Cit-cit
5. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Tupai -
- Kera
- Pelanduk
6. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Babi Hutan -
- Babi Hutan
7. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder -
- Kancil
- Babi Hutan
8. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Kancil -
- Trenggiling
- Babi Hutan
9. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder -
- Kancil
- Babi Hutan
10. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder -
- Kancil
- Karing Kasak 2
11. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Sangkobok 2
- Burung Ketok 1
12. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Burung Uncit 5
- Burung Merbak 2
- Burung Pak Ali 2
- Burung Pa’nok 1
13. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder
- Burung Keto 3
- Burung Enggang 1
- Burung Biang 3
14. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - Burung Uncit 2
- Burung Kutarak 4
15. Hutan Produksi (HP) Hutan Rawa Sekunder - -
Sumber: Rekapitulasi data lapangan, 2019
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keragaman jenis fauna di lokasi penelitian,
terutama yang berada di dalam hutan kering umumnya adalah jenis-jenis seperti aneka
burung, kelempiau, babi hutan dan pelanduk. Dalam kegiatan survey tidak ditemukan flora
maupun fauna yang dinyatakan dilindungi berdasarkan Permen LHK Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Stawa yang dilindungi
Sebagian Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak adalah kawasan
Hutan Lindung. sehingga izin pemanfaatan yang diperbolehkan di kawasan tersebut adalah
termasuk pemanfaatan jasa lingkungan. Untuk saat ini. belum ada izin pemanfaatan potensi
maupun pengajuan izin tersebut. Potensi jasa lingkungan terbesar diperkirakan berasal dari
kegiatan ekowisata yang memadukannya dengan Budaya Dayak khas Kabupaten Landak.
Tabel 33. Aksesibilitas Menuju Lokasi Potensi Jasa Lingkungan di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak
Potensi Jasa Lama Perjalanan dari
No Lokasi Akses Kendaraan
Lingkungan Kota Ngabang
1 Riam Solakng Desa Senakin Mobil, Motor 1.5 Jam
2 Batu Tangket Desa Senakin Mobil, Motor 1.5 Jam
3 Rumah Radank Payakng Desa Saham Mobil, Motor 1.5 Jam
4 Riam Siname Desa Tiang Tanjung Jalan Kaki dari desa 4 Jam
5 Riam Tamang Desa Tiang Tanjung Jalan Kaki dari desa 4 Jam
6 Riam Parink Desa Ringo Lojok Jalan Kaki dari desa 2.5 Jam
7 Riam Sebangkit Desa Ringo Lojok Jalan Kaki dari desa 2.5 Jam
Sumber: Inventarisasi Sosial Budaya, 2019
Secara umum, berdasarkan potensi dan kondisi sosial budaya masyarakat yang ada,
maka peluang pengembangan usaha di wilayah kerja KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
Keindahan alam yang ada di lokasi Riam Solakng menyuguhkan keindahan air terjun
setinggi kurang lebih 3 atau 4 meter. selain air terjun, di lokasi tersebut juga terdapat batu
tangket yang terletak tidak jauh dari lokasi air terjun riam Solakng dan juga menjadi salah
satu potensi jasa lingkungan yang dapat dikembangkan di desa ini. Konon katanya, menurut
cerita batu tersebut mempunyai cerita/legenda tersendiri sehingga tepat dibawah batu
tersebut dapat kita temukan tempat untuk sesajian yang dibuat oleh penduduk setempat.
Untuk jumlah pengunjung, pada hari biasa jumlah pengunjung berkisar ±20 orang setiap
harinya, pada hari libur bisa dapat mencapai ±100 orang, pada hari-hari besar bisa
mencapai ± 200-300 orang dan puncaknya biasanya bertepatan dengan pergantian tahun
baru. Jumlah pengunjung dapat mencapai ribuan orang, dari berbagai daerah. Maka
tidaklah heran apabila setiap tanggal 1 januari setiap tahunnya, desa senakin selalu ramai
dengan lalu lalang kendaraan para pengunjung menuju objek wisata tersebut.
Gambar 12. Potensi Objek Wisata Riam Solakng dan Batu Tangket yang Masuk Dalam
Kawasan Hutan Produksi (HP)
Kondisi saat ini objek wisata ini memang sudah berjalan dan bekerjasama dengan
dinas pariwisata setempat dalam pengelolaan nya. Hanya saja di lokasi ini belum ada sarana
dan prasarana yang menunjang untuk pengembangan objek wisata ini kedapannya karena
disebabkan oleh lokasinya yang masih berada di dalam kawasan hutan. Untuk itu perlu
adanya keterlibatan antara dinas terkait dan masyarakat dengan lembaga yang menangani
wilayah hutan tersebut dalam hal ini yaitu KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak.
Sehingga kedepannya ada legalitas dari objek wisata ini sehingga manfaatnya dapat lebih
besar bagi masyarakat terutama dalam menunjang sektor ekonomi di lokasi tersebut.
Menurut cerita orang tua terdahulu rumah panjang saham didirikan pada tahun 1875.
Rumah tersebut terdiri dari 35 pintu dan panjang 180 meter yang dihuni oleh suku Dayak
Desa Saham terdiri dari satu rumah panjang dan rumah-rumah tunggal yang
mengikuti pola masa kini. Sebelumnya seluruh penduduk tinggal disatu rumah panjang
sebagai satu kelompok masyarakat. Bagi masyarakat Dayak, Rumah panjang bukan hanya
berfungsi sebagai rumah tinggal, namun juga sebagai pusat perkembangan budaya serta
tradisi sebagai peninggalan budaya Dayak Kanayatn. Sebagai contoh upacara mengawali
dan mengakhiri proses perladangan. Sebelum musim tanam dimulai, dilakukan upacara
untuk memberkati seluruh peralatan yang digunakan dalam pertanian, dengan upacara adat
untuk mendapat restu dari roh leluhur serta Jubata (Yang Maha Tinggi). Seluruh rangkaian
proses pertanian tersebut ditutup dengan upacara memanjatkan syukur (Naik Dango). Di
upacara inilah biasanya masyarakat Dayak di rumah panjang Saham tampil dengan busana
adat terbaik, perhiasan, tari, musik, makanan-makanan dan minuman khas tradisi Dayak.
Seluruh rangkaian upacara tersebut masih dapat kita temui di rumah Panjang Saham. Jika
ingin mengunjungi tempat ini tidak terlalu susah dan mudah sarana transportasinya terletak
sekitar 52 km dari Ngabang ditempuh dengan mengunakan mobil 1,5 jam.
Berada di desa Ringo Lojok, Kecamatan Banyuke Hulu, Kabupaten Landak. Tidak jauh
berbeda dengan potensi objek wisata alam yang ada di desa Tiang Tanjung (Riam Siname
dan Riam Tawang), objek wisata riam Parink/Sebangkit ini juga sampai saat ini belum
dikelola baik oleh masyarakat maupun oleh dinas pariwisata. Sehingga dalam hal ini UPT
KPH Landak dapat melakukan kerjasama dengan pihak-pihak tersebut untuk membuka
peluang usaha dalam rangka pengembangan objek wisata ini. Adapun akses menuju lokasi
ini relatif lebih mudah dibandingkan dengan akses menuju riam Tamang. Menuju ke lokasi
ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 4 (empat) selama ±45 menit
sampai ke dusun Sebangkit. Selanjutnya dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 30 menit
di jalan tanah yang sudah dibuka masyarakat sampai ke lokasi riam Parink. Disana bisa
ditambahkan sarana dan prasarana penunjang yang dapat menambah minat pengunjung
untuk datang ke lokasi tersebut.
Gambar 15. Potensi Objek Daya Tarik Wisata Alam Riam Parink di Desa Ringo Lojok
Tabel 34. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sengah Temila, Banyuke Hulu, dan
Mempawah Hulu Tahun 2010 - 2018
Kecamatan Laju Pertumbuhan Penduduk Periode Tahun 2010 - 2018
Sengah Temila 0,99%
Banyuke Hulu 1,51%
Mempawah Hulu 0,98%
Sumber: BPS (2018)
Laju pertumbuhan penduduk sendiri selama ini dikenal sebagai indikator untuk
menunjukkan angka persentase pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu.
Adapun laju pertumbuhan penduduk sendiri dipengaruhi oleh angka kelahiran, angka
kematian, serta angka migrasi masuk dan keluar. Dalam hal ini, laju pertumbuhan penduduk
di 3 kecamatan dimana 4 desa sampel berkisar antara 0,98% hingga 1,51% dalam kurun
waktu tahun 2010 - 2018. Angka tersebut jika dibandingkan dengan rata-rata laju
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Landak pada periode waktu tersebut, yaitu sebesar
1,59%, maka terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sengah Temila dan
Mempawah Hulu berada dibawah rata-rata pertumbuhan penduduk di tingkat kabupaten.
Tabel 35. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kabupaten Landak Tahun 2018
No Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0–4 14.948 17.258 35.206
2 5–9 19.453 18.584 38.037
3 10 – 14 19.802 18.575 38.377
4 15 – 19 19.308 17.564 36.872
5 20 – 24 18.305 15.765 34.070
6 25 – 29 16.381 14.470 30.851
7 30 – 34 15.080 14.033 29.113
8 35 – 39 13.978 12.891 26.869
9 40 – 44 12.980 11.756 24.736
10 45 – 49 11.023 10.089 21.112
11 50 – 54 9.379 8.651 18.030
12 55 – 59 7.152 6.828 13.980
13 60 – 64 5.278 4.963 10.241
14 65 – 69 3.720 3.491 7.211
15 70 – 74 2.189 2.107 4.296
16 75 + 1.953 1.655 3.608
JUMLAH 193.929 178.680 372.609
Sumber: Kalimantan Barat Dalam Angka, 2018
Berdasarkan konsep penerapan angkatan kerja yang diacu oleh BPS dimana usia kerja
dimulai dari umur 15 tahun keatas, maka usia angkatan kerja yang tersedia pada tahun
2018 di Kabupaten Landak adalah sebanyak 260.989 jiwa atau sekitar 70,04% dari total
seluruh populasi di Kabupaten Landak. Jumlah tersebut adalah usia angkatan kerja yang
tersedia tanpa terkecuali. Namun jumlah tersebut kemungkinan akan menurun jika dikurangi
lagi dengan golongan yang termasuk bukan angkatan kerja pada usia tersebut, yaitu
golongan yang masih sekolah dan atau mengurus rumah tangga. Namun demikian, terlepas
dari fakta tersebut, jika memperhatikan statistik yang ada maka jumlah angkatan kerja yang
tersedia di sekitar wilayah KPHP Unit VII (KPH Landak) cukup banyak jika dibutuhkan untuk
mendukung pengembangan KPHP tersebut.
Di sisi lain, terdapat sebagian masyarakat yang melakukan aktivitas ekonomi lain
dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu seperti kulit kayu, buah-buahan, rotan, gaharu,
jamur, dan sebagainya. Meskipun hasil yang diperoleh masih relatif kecil dan belum dapat
menggantikan hasil dari bertani dan menanam karet, namun kondisi ini tetap harus
diperhatikan pengelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak untuk membantu
pengembangan dan akses pasar bagi pelaku usaha tersebut sehingga mampu
mempengaruhi struktur ekonomi lokal yang ada. Rata-rata masyarakat membawa hasil
hutan non kayu dari dalam hutan ke desa dengan sarana manual, yaitu dipikul atau dengan
bantuan kendaraan sepeda motor, kemudian menjual hasil hutan non kayu tersebut di desa
kepada pengumpul yang datang ke desa mereka.
Namun demikian, hal yang dirasakan oleh masyarakat dalam 1 tahun terakhir terkait
dengan pemanfaatan hasil hutan non kayu tersebut adalah kecenderungan menurunnya
hasil hutan yang dapat mereka peroleh. Sebagian besar (62,5%) responden menyatakan
bahwa hasil hutan yang mereka dapatkan selama 1 tahun terakhir cenderung menurun,
37,5% responden menyatakan menyatakan hasil hutan yang diperoleh stabil dan tidak ada
responden yang menyatakan hasil hutannya meningkat
Struktur sosial masyarakat di wilayah KPHP Unit VII (KPH Landak) relatif tertata di
beberapa desa yang disurvei, sebagaimana tercermin dari keberadaan kelembagaan yang
secara garis besar terdiri dari 2 jenis, yaitu lembaga formal dan non formal. Lembaga
formal, misalnya balai desa, digunakan oleh masyarakat untuk berdialog, bertatap muka
dengan pihak pemerintahan desa, pemerintah kabupaten, atau pihak-pihak lainnya yang
menggunakan pendekatan secara struktural. Sedangkan lembaga-lembaga non formal
seperti lembaga adat, kelompok tani dan lain sebagainya lebih memiliki peran secara sosial
dengan pendekatan-pendekatan kekerabatan dan diluar jalur formal. Dalam konteks
tertentu, pengelolaan hutan secara partisipatif di wilayah KPHP Unit VII (KPH Landak) ini
dapat dilakukan secara efektif dengan memaksimalkan peranan lembaga non formal dengan
memegang tokoh-tokoh kunci seperti pemuka adat atau ketua organisasi sosial yang ada.
Beberapa hal yang tercatat pada saat wawancara dengan tokoh kunci di desa-desa sampel
terkait dengan keberadaan lembaga adat antara lain sebagai berikut:
1.Timanggong:Mengatur adat/perkawinan/perceraian/perkelahian/kematian
2. Pasirah : Mengatur perkawinan dan lain-lain
3. Pangaraga : Mengatur pelaksanaan adat di tingkat dusun
Aspek ketentuan adat :
1. Waktu larangan memungut hasil hutan : tidak ada
2. Tempat terlarang untuk memungut hasil hutan di hutan : tidak ada
3. Tanaman yang tidak boleh ditebang/dimatikan : Tengkawang
4. Binatang yang tidak boleh dibunuh/diburu : Orang hutan
5. Kegiatan yang harus mendapat ijin adat untuk melaksanakannya : tidak ada
5. Kegiatan yang harus mendapat ijin adat untuk melaksanakannya : Membuka hutan primer
walaupun milik orang tersebut
Kelembagaan adat juga berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari, baik yang
terkait dengan pengelolaan lahan dan hutan maupun dalam aspek kehidupan lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data tentang peranan lembaga adat yang sangat
dominan dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain dalam kegiatan berikut:
Sistem dan struktur masyarakat di desa-desa sampel dalam wilayah KPH ini juga
masih kekeluargaan dan gotong royong dimana masih tampak ikatan keluarga antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Hal ini dapat menjadi faktor pendukung
yang dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam pengelolaan KPH nantinya. Dalam konteks
tertentu, seperti terjadinya permasalahan sosial atau konflik-konflik lainnya, sistem
kekeluargaan dan keberadaan lembaga sosial dan lembaga adat yang ada memegang
peranan penting untuk upaya pendekatan kepada masyarakat. Salah satu contoh
diantaranya adalah keberadaan lembaga adat di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak yang memiliki fungsi untuk mengatur ketertiban di masyarakat, salah
satunya adalah menengahi permasalahan konflik sosial diantara masyarakat. Tokoh formal
dan non formal yang dihormati di tingkat desa adalah Kepala Desa/Kepala Dusun,
Timenggong Adat, Pasirah dan Pangaraga yang menjaga adat istiadat di wilayah tersebut.
Di Desa Senakin juga terdapat Sanggar Budaya NEK MACAN yang bergerak di bidang
kesenian tari daerah.
Untuk lembaga sosial ekonomi yang terdata pada saat survei antara lain adalah Credit
Union (CU) yang memiliki peranan cukup kuat dalam membangun ekonomi masyarakat
setempat melalui koperasi simpan pinjam untuk modal usaha masyarakat. Di desa Senakin,
lembaga ekonomi yang eksis adalah CU Semarong dan CU KB yang mulai aktif di desa
tersebut sejak tahun 2011. Sedangkan untuk kelompok usaha yang eksis adalah Gapoktan
yang bergerak di bidang usaha tani di Desa Senakin dan Ringo Lojok, antara lain Kelompok
Tani Bile Jaya dan Kelompok Tani Berkat Usaha yang mulai berdiri sejak tahun 2012.
Interaksi nyata dari masyarakat yang tinggal di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak terhadap hutan di sekitarnya adalah dalam bentuk pengelolaan lahan hutan
untuk pertanian dan perladangan
Pengelolaan lahan hutan untuk pertanian dan perladangan tersebut selama ini telah
menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak. Secara kultural, pola pemanfaatan lahan di dalam
wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak ini hampir sama antara satu desa
dengan desa lainnya, yaitu dengan memanfaatkan sebagian lahan pertanian untuk
menanam padi dan palawija secara musiman dan berpindah-pindah, serta sebagian lainnya
untuk tanaman karet secara menetap. Hal ini disebabkan oleh adanya kesamaan kondisi
fisik lahan serta budaya yang telah berkembang secara turun temurun.
Sebagian besar masyarakat yang berinteraksi dengan hutan berada pada kawasan
yang masih terjangkau dari tempat tinggalnya serta tidak ada pengelola kawasan hutan di
tingkat tapak sehingga cenderung tidak ada batasan dalam penggunaannya. Membuat
ladang pertama berarti membuka hutan, itulah interaksi masyarakat yang paling intensif
dengan hutan dan hal ini menentukan hak kepemilikan selanjutnya secara turun temurun.
Interaksi lain yang terjadi adalah pengambilan kayu untuk bahan bangunan rumah.
Tabel 37. Tata Waktu Kegiatan Perladangan Masyarakat di Dalam dan Sekitar Wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No Kegiatan Tata Waktu (Bulan)
Perladangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Memilih Lokasi X
2 Menebas X X
3 Menebang X X
4 Membakar X
5 Menugal X X
6 Merumput X X
7 Memanen X X
8 Gawai Dayak X
Sumber: Hasil Inventarisasi Sosial Budaya 2019
Kalender musim tersebut berlaku menyesuaikan dengan pola iklim (musim penghujan
dan kemarau) yang berlaku sepanjang tahun. Variasi berupa pergeseran/pertukaran
kegiatan yang biasanya terjadi apabila ada penyimpangan pola iklim pada tahun-tahun
tertentu.
Adapun jenis hasil hutan baik kayu maupun non kayu yang dimanfaatkan oleh
masyarakat yang tinggal di sekitar KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak antara lain:
Tabel 38. Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak
Kelompok HHK dan
No Jenis Keterangan
HHBK
1 Kayu Medang, Tengkawang, Meranti Dipakai sendiri
2 Karet Karet lokal Dijual
3 Kulit kayu Kepuak Dipakai sendiri
Durian, petai, langsat, pisang, jengkol,
4 Buah-buahan Dipakai sendiri, Dijual
rambutan, cempedak, mentawak
5 Rotan Rotan lidi Dipakai sendiri
6 Tanaman Obat Akar Kait-kait, Bajaka, Tongkat Ali Dijual, Dipakai sendiri
7 Satwa Babi, Ayam Dijual
8 Madu Madu Kelulut Dijual
9 Bambu Bambu Betung
Sumber: Hasil Inventarisasi Sosial Budaya 2019 ; Identifikasi Lapangan Tim KPHP Unit VII Landak, 2019
Kait-kait Bajakah
Gambar 16. Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak
Tabel 39. Izin Pemanfaatan Kawasan Hutan yang Berada pada Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak
Luas dalam Wilayah
Luas Izin KPH Menurut Fungsi
No Perijinan Jenis Nomor SK Kawasan (ha)
(ha)
HL HP
PT. Citra Cemerlang
1 Tidak Berlaku
Mandiri
PT. Kalimantan Subur SK.332/Menhut-
2 IUPHHK-HTI 13.270 7.208
Permai II/2007
3 PT. Nitiyasa Idola IUPHHK-HTI 113.196 SK.329/Kpts-II/1998 540 40.927
SK.601/MENHUT-
4 PT. Sinar Kalbar Raya IUPHHK-HTI 38.000 6 6.119
II/2009
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa izin pemanfaatan kawasan hutan pada
KPH Wilayah Landak Unit VII didominasi oleh pemegang izin usaha berupa IUPHHK-HT PT.
Nitiyasa Idola memiliki luasan yang paling besar dibanding dengan pemegang izin lainnya.
Sedangkan luasan IUPHHK-HTI yang paling kecil adalah PT. Sinar Kalbar Raya.
Gambar 18. Dokumentasi Saat Verifikasi Teknis Pengajuan Hutan Desa Ringo Lojok
Gambar 19. Peta Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
2.6. Posisi Areal Kerja KPH Landak dalam Tata Ruang Wilayah dan
Pembangunan Daerah
2.6.1. Perspektif Tata Ruang
Tabel 40. Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dalam Persepektif Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat
No Tata Ruang Luas (ha) Persentase (%)
1 Areal Penggunaan Lain 19.449 18,53
2 BASE (Kawasan Perkantoran HTI) 12 0,01
3 Hutan Lindung 30.210 28,77
4 Hutan Produksi 55.316 52,69
Total 104.987 100
Sumber: Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 10 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 – 2034
Rencana pola ruang didalam wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
menggunakan dasar pembagian kawasan hutan menurut SK. 733/Menhut-II/2014 tentang
Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Barat. Kemudian, kawasan
hutan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak telah ditetapkan berdasarkan
SK 144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tanggal 13 Februari 2019 tentang penetapan
wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu, pada sebagian wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak, terdapat arahan untuk perwujudan kawasan andalan, yakni 1). Kawasan
Andalan Singkawang dan Sekitarnya seluas 11.794 ha dan 2). Kawasan Andalan Pontianak
37.477 ha. Kawasan Andalan adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat
maupun di ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.
c. Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan UMKM dan IKM berbasis komoditi
masyarakat;
d. Meningkatnya peran masyarakat dalam bidang pariwisata;
e. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dengan strategi rehabilitasi dan konservasi
lingkungan hidup.
Tabel 41. Rekapitulasi Isu Strategis di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak
No Isu Strategis Penjelasan data/fakta (kondisi saat ini)
1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola Serta Penataan Hutannya
Akses dan tofografi wilayah pengelolaan yang luas
Beberapa potensi HHK, HHBK, Jasling dan Minimnya sarana, prasarana dan pendanaan untuk
1.1.
Sosbud belum terinventarisir seluruhnya melakukan inventarisasi potensi
Terbatasnya SDM yang tersedia
Belum mantapnya kepastian batas wilayah
1.2. Belum dilaksanakan penataan batas blok kawasan
Blok
Penggunaan lahan di wilayah KPH belum RKTN terbaru per Desember 2019 baru mulai dipedomani
1.3.
seluruhnya sesuai dengan RKTN dalam rencana kawasan pengelolaan
2 Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu
Masih rendahnya status IDM desa-desa di Status desa tertinggal dab sangat tertinggal masih sangat
2.1.
wilayah KPH signifikan, berdasar SK Gubernur tahun 2019
Pendapatan masyaarakat di sekitar hutan Belum ada pengembangan usaha mandiri masyarakat
2.2.
cenderung mengalami stagnansi yang optimal, berbasis produk unggulan lokal
Pemanfaatan hasil hutan belum optimal dan Belum optimalnya pemanfaatan hasil hutan secara baik
2.3.
terkoordinir dengan baik dan profesional
3 Pemberdayaan Masyarakat
Ditetapkannya Unit KPH sebagai pengelola kawasan
masih baru
Masih kurangnya informasi mengenai
3.1. Belum maksimalnya kegiatan sosialisasi dan
keberadaan KPH di masyarakat
penyuluhan tentang keberadaan KPH sebagai
pengelola kawasan
Masih rendahnya kualitas SDM masyarakat Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat sekitar
3.2.
yang tinggal di sekitar wilayah KPH hutan tentang Kawasan hutan masih sangat rendah
Belum adanya komoditi alternatif yang
Pengetahuan tentang pemanfaatan hasil-hasil hutan
3.3. dikembangkan oleh masyarakat untuk
belum maksimal
meningkatkan taraf hidup
Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan pada
4
Areal yang Berizin
Belum maksimalnya pemanfaatan dan Realisasi pemanfaatan peggunaan lahan rendah dari
4.1.
penggunaan lahan di wilayah berizin dan rencana tahunan pemilik izin
Belum maksimal dalam melibatkan
4.2. SDM masyarakat sekitar wilayah berizin masih rendah
masyarakat sekitar
5 Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin
3.1. Visi
Visi KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak merupakan tujuan jangka panjang
yang akan dicapai pada masa akan datang, yang menjadi cita-cita pengelola wilayah, yaitu:
“Terwujudnya Kemandirian UPT KPH Wilayah Landak Melalui Pengelolaan
Hutan Lestari”.
3.2. Misi
Pernyataan misi (mission statement) sebagai sebuah visi tertulis merupakan bagian
penting untuk dapat membuat, mengaplikasikan dan mengevaluasi strategi. Misi KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang masih perlu dikembangkan sejalan dengan
perubahan waktu, situasi dan kondisi, serta perlu dikomunkasikan secara baik dengan
parapihak adalah:
Interaksi masyarakat dengan hutan dilakukan secara nyata oleh masyarakat dimana
berdasarkan hasil survei, masyarakat menganggap hutan memiliki fungsi fisik antara lain:
hutan sebagai cadangan lahan untuk pembukaan ladang baru, penghasil bahan baku untuk
bangunan rumah, serta tempat untuk mengambil hasil hutan non kayu seperti rotan, buah-
buahan, berburu satwa, dan sebagainya.
Hasil wawancara dan FGD dengan tokoh masyarakat, diketahui bahwa masyarakat
setempat pada umumnya mendukung keberadaan KPH, selama sistem pengelolaan KPH
nantinya sesuai dengan masyarakat setempat, yaitu pengelolaan yang bermitra dengan
masyarakat serta menghormati aturan adat yang berlaku di masyarakat dan kearifan lokal
yang ada dalam mengatur hutan.
Tabel 42. Kondisi Internal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang
Merupakan Kekuatan
No Kekuatan Keterangan
Kawasan hutan dengan fungsi hutan produksi
1 Luas HP kurang lebih 72.571 ha
sangat luas
Penanganan Karhutla dan Pamhut
Tata hubungan kerja pengelola KPH dengan Koordinasi Rencana Kegiatan Pemerintah Daerah
instansi pemerintah, masyarakat dan melalui musrenbang
2
pemegang ijin di kawasan KPH Landak yang
telah terjalin baik Pendampingan Kelompok Tani Hutan berjalan baik
Kunjungan kerja rutin ke Pemegang Izin
Regulasi di bidang kehutanan sudah cukup Skema PS
3 bagus untuk mengakomodir dalam kegiatan BLU
pengelolaan hutan Peredaran Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu
Sumber: Hasil ALI -ALE oleh Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tabel 43. Kondisi Internal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang
Merupakan Kelemahan
No Kelemahan Keterangan
Personil pengamanan kurang
Mekanisme pengamanan kawasan hutan di Peralatan terbatas
1
tingkat tapak (lapangan) lemah Anggaran terbatas
Kawasan sangat luas
Penataan batas luar kawasan hutan belum
2 dilaksanakan menjadi akar masalah dari konflik Pal batas tidak ada/kurang
lahan di sekitar areal lokasi KPH
No Kelemahan Keterangan
3 Keterbatasan SDM pengelolaan hutan Jumlah ASN Pengelola hanya 12 orang
Kantor KPH 1 unit masih sewa
4 Minimnya sarana dan peralatan pendukung Kantor RPH 1 unit masih kosong
Kantor RPH 1 unit sedang dibangun
Belum ada produk turunan HHBK yang dijadikan
5 Pemanfaatan HHBK yang belum maksimal
produk unggulan desa
Sumber: Hasil ALI -ALE oleh Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tabel 44. Kondisi Eksternal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang
Merupakan Peluang
No Peluang Keterangan
Terdapat areal perkebunan disekitar kawasan
1 Open Access lokasi IUPHHK-HA Terdapat pemukiman disekitar Kawasan
Akses jalan tersedia
2 Tingginya potensi HHBK di wilayah KPH Landak Potensi buah-buahan, tanaman obat, dan madu.
Sampai dengan tahun 2018 tercatat seluas 11.522 ha
Lahan kritis pada wilayah kelola KPH Wilayah
merupakan lahan berpotensial kritis, seluas 66.355 ha
3 Landak Unit VII ± sebesar 67,04% dari total
merupakan lahan kritis dan seluas 1.407 ha sudah
areal
berstatus sangat kritis.
Dana DBH DR
4 Fasilitasi dari KLHK melalui UPT Dana Alokasi Khusus
Dana Lainnya
Sumber: Hasil ALI -ALE oleh Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tabel 45. Kondisi Eksternal di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang
Merupakan Ancaman
No Ancaman Keterangan
Jumlah hotspot meningkat setiap tahun
Tekanan penduduk penyebab intensifikasi areal Luas lahan dengan status kritis meningkat setiap
1
permukiman dan perladangan tahun
Luas ladang meningkat setiap tahun
2 Kegiatan illegal logging oleh oknum tertentu Jumlah laporan dan kasus penangkapan meningktat
3 Ancaman kebakaran hutan Jumlah hotspot meningkat /tahun
Meningkatnya okupasi lahan pada areal KPH Pemukiman dan perladangan di dalam Kawasan
4
Landak meningkat
Sumber: Hasil ALI -ALE oleh Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Analisis penentuan strategi dilakukan melalui metode SWOT. Analisis SWOT dimulai
dengan mengidentifikasi faktor internal terdiri dari Strength (Kekuatan) dan Weakness
(kelemahan), sedangkan faktor eksternal terdiri dari Oportunity (Peluang) dan Threat
(Ancaman). Dari hasil analisis SWOT digunakan untuk menyusun rencana strategis selama
jangka 10 tahun ke depan dengan cara membuat kombinasi di antara dua faktor internal
dan faktor eksternal sehingga menghasilkan empat macam strategi pencapaian tujuan
sebagai berikut :
Dengan cara demikian akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi
yang dapat dijalankan. Strategi yang ditetapkan kemudian dapat dijadikan dasar sebagai
acuan dalam menyusun program dan kegiatan. Matriks analisis penentuan strategi
pengelolaan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak selengkapnya disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 46. Matriks Analisis Penentuan Strategi Pengelolaan Hutan di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor Internal 1. Kawasan hutan dengan fungsi hutan 1. Mekanisme pengamanan kawasan hutan di tingkat tapak (lapangan) lemah
produksi terbatas sangat luas 2. Penataan batas luar kawasan hutan belum dilaksanakan menjadi akar
2. Tata hubungan kerja pengelola KPH masalah dari konflik lahan di sekitar areal lokasi KPH
dengan instansi pemerintah, masyarakat 3. Keterbatasan SDM pengelolaan hutan
dan pemegang ijin di kawasan KPH Landak 4. Minimnya sarana dan peralatan pendukung
yang telah terjalin baik 5. Pemanfaatan HHBK yang belum maksimal
3. Regulasi di bidang kehutanan sudah cukup
Faktor Eksternal bagus untuk mengakomodir dalam
kegiatan pengelolaan hutan
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Open Access lokasi IUPHHK-HA 1. Membuka kesempatan investasi bagi (mengatasi kelemahan untuk meraih peluang)
2. Tingginya potensi HHBK di masyarakat maupun badan usaha swasta 1. Peningkatan jumlah personil dan kompetensi dari UPT Kementerian LHK
wilayah KPH Landak 2. Pembangunan hutan tanaman di areal 2. Pembuatan batas sementara sambil menunggu fasilitasi pelaksanaan tata
3. Lahan kritis pada wilayah kelola lahan kritis batas dari BPKH Pontianak
KPH Wilayah Landak Unit VII± 3. Peningkatan jumlah personil melalui BP2SDM dan peningkatan kompetensi
sebesar 67,04% dari total areal SDM melalui diklat-diklat yang diselenggarakan oleh UPT-UPT Kementerian
4. Fasilitasi dari KLHK melalui UPT LHK
4. Peningkatan jumlah sarana dan prasarana melalui fasilitasi Kementerian LHK
5. Membuka peluang investasi pemanfaatan HHBK
6. Membuat skema kemitraan dalam pemanfaatan dan pengelolaan HHBK
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Tekanan penduduk penyebab 1. Pelaksanaan program agroforestry di luar (mengatasi kelemahan untuk mengantisipasi kelemahan)
intensifikasi areal permukiman kawasan hutan untuk tanaman pangan 1. Peningkatan jumlah personil dan Kapasitas SDM pengamanan hutan
dan perladangan maupun tanaman penghasil energi 2. Pelaksanaan sosialisasi tentang batas-batas kawasan hutan pada KPH
2. Kegiatan illegal logging oleh 2. Melakukan patroli gabungan dengan pihak Wilayah Landak Unit VII
oknum tertentu TNI dan POLRI serta tokoh masyarakat 3. Peningkatan kapasitas SDM tenaga pemadam kebakaran dan pengamanan
3. Ancaman kebakaran hutan setempat secara rutin hutan di KPH Wilayah Landak Unit VII
4. Meningkatnya okupasi lahan 3. Pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana-prasarana penanggulangan
pada areal KPH Landak tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
kebakaran hutan dan lahan 5. Dibentuknya Kelompok Tani Hutan untuk pemanfaatan HHBK di wilayah KPH
Landak
Sumber: Hasil Analisis Penentuan Strategi oleh Tim Penyusun KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tabel 47. Rekapitulasi Strategi yang Dikembangkan dalam Pengelolaan Hutan di KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Strategi Bentuk Strategi
Strategi S-O 1. Membuka kesempatan investasi bagi masyarakat maupun badan usaha
(menggunakan kekuatan untuk swasta
meraih peluang) 2. Pembangunan hutan tanaman di areal lahan kritis
1. Peningktan jumlah personil dan kompetensi dari UPT Kementerian LHK
2. Pembuatan batas sementara sambil menunggu fasilitasi pelaksanaan tata
batas dari BPKH Pontianak
Strategi W-O 3. Peningkatan jumlah personil melalui BP2SDM dan peningkatan
(mengatasi kelemahan untuk kompetensi SDM melalui diklat-diklat yang diselenggarakan oleh UPT-
meraih peluang) UPT Kementerian LHK
4. Peningkatan jumlah sarana dan prasarana melalui fasilitasi Kementerian
LHK
5. Membuka peluang investasi pemanfaatan HHBK
6. Membuat skema kemitraan dalam pemanfaatan dan pengelolaan HHBK.
1. Pelaksanaan program agroforestry di luar kawasan hutan untuk tanaman
Strategi S-T pangan maupun tanaman penghasil energi;
(menggunakan kekuatan untuk 2. Melakukan patroli gabungan dengan pihak TNI dan POLRI serta tokoh
mengatasi ancaman) masyarakat setempat secara rutin; dan
3. Pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan tentang pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
1. Peningkatan jumlah personil dan Kapasitas SDM pengamanan hutan;
2. Pelaksanaan sosialisasi tentang batas-batas kawasan hutan pada KPHP
Strategi W-T Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak;
3. Peningkatan kapasitas SDM tenaga pemadam kebakaran dan
(mengatasi kelemahan untuk
pengamanan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak;
mengantisipasi kelemahan)
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana-prasarana penanggulangan
kebakaran hutan; dan
5. Dibentuknya Kelompok Tani Hutan untuk pemanfaatan HHBK di wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak.
Sumber: Hasil Analisis Penentuan Strategi oleh Tim Penyusun KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak
Stakeholder di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak terbagi ke dalam
tiga kelompok, yaitu kelompok laten, kelompok promoter dan kelompok defender. Kelompok
stakeholder laten merupakan stakeholder yang memiliki pengaruh tinggi namun dari sisi
kepentingan tergolong rendah, seperti:
1. Masyarakat
2. Pemegang Izin
3. LSM/NGO
4. Universitas
Kuadran stakeholder di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak selengkapnya
disajikan pada gambar berikut.
Pengaruh Tinggi
Laten: Promoter:
1. Pemkab Landak 1. Kementrian Lingkungan Hidup dan
2. Pemkab Sanggau Kehutanan
3. Pemkab Bengkayang 2. Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan
4. Pemkab Kubu Raya Barat
3. BPKH Wilayah III Pontianak
4. BPHP Wilayah VIII Pontianak
5. BPDAS HL Kapuas
Kepentingan Rendah
Kepentingan Tinggi
6. BKSDA Kalimantan Barat
7. Penegak Hukum
8. Masyarakat dalam Wilayah KPHP Unit VII
Landak
Apatis: Defender:
1. Masyarakat
2. Pemegang Izin
3. LSM/NGO
Pengaruh Rendah
Gambar 20. Kuadran stakeholder di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tabel 48. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Posisi Strategi
No Stakeholder Bentuk Kontribusi Status Dukungan
Pengaruh Kepentingan Tipe Komunikasi
1 Internal
Penyiapan pedoman, arahan dan Pembentukan wilayah kelola dan
Intensif dan
1.1. KLHK kebijakan, penetapan, sitem kelembagaan KPH, pemantauan dan Tinggi Tinggi Promoter
Kontinyu
monev, koordinasi dan fasilitasi evaluasi
Pembinaan dan pengarahan,
Dinas Kehutanan Provisi Penyusunan rencana pengelolaan, Intensif dan
1.2. bimbingan teknis, penguatan Tinggi Tinggi Promoter
Kalimantan Barat pemantauan dan evaluasi Kontinyu
kelembagaan
Dokumen rencana pengelolaan hutan
BPKH Wilayah III Fasilitasi, pendampingan, data dan Intensif dan
1.3. jangka panjang dan penataan batas Tinggi Tinggi Promoter
Pontianak informasi Kontinyu
luar kawasan hutan
BPHP Wilayah VIII Fasilitasi, pendampingan, data dan Pemantauan dan pembinaan Intensif dan
1.4. Tinggi Tinggi Promoter
Pontianak informasi pemegang izin Kontinyu
Fasilitasi, pendampingan, data dan Pemantauan dan pengelolaan hutan Intensif dan
1.5. BPDAS HL Kapuas Tinggi Tinggi Promoter
informasi dan lahan Kontinyu
Fasilitasi, pendampingan, data dan Pemantauan dan pengelolaan hutan Intensif dan
1.6. BKSDA Kalimantan Barat Tinggi Tinggi Promoter
informasi dan lahan Kontinyu
Investor, pelaksana pengelolaan Peningkatan investasi, pemberdayan
1.7. Pemegang Izin Rendah Tinggi Defender Tentatif
hutan masyarakat, penyelesaian konflik
Masyarakat dalam Wilayah Perhutanan sosial dan kerjasama Intensif dan
1.8. Pelaksana pengelolaan hutan Tinggi Tinggi Promoter
KPHP Unit VII Landak kemitraan Kontinyu
2 Eksternal
Pembangunan wilayah, politik dan Pemberdayaan ekonomi wilayah,
2.1. Pemkab Landak Tinggi Rendah Laten Tentatif
keamanan wilayah serta investasi politik dan keamanan wilayah
Pembangunan wilayah, politik dan Pemberdayaan ekonomi wilayah,
2.2. Pemkab Sanggau Tinggi Rendah Laten Tentatif
keamanan wilayah serta investasi politik dan keamanan wilayah
Pembangunan wilayah, politik dan Pemberdayaan ekonomi wilayah,
2.3. Pemkab Bengkayang Tinggi Rendah Laten Tentatif
keamanan wilayah serta investasi politik dan keamanan wilayah
Pembangunan wilayah, politik dan Pemberdayaan ekonomi wilayah,
2.4. Pemkab Kubu Raya Tinggi Rendah Laten Tentatif
keamanan wilayah serta investasi politik dan keamanan wilayah
Posisi Strategi
No Stakeholder Bentuk Kontribusi Status Dukungan
Pengaruh Kepentingan Tipe Komunikasi
Fasilitator dalam penyuluhan,
Monev dan fasilitasi sumber
2.5. LSM/NGO pemberdayaan masyarakat dan Rendah Tinggi Defender Tentatif
pembiayaan serta pendampingan
dukungan kegiatan
Pemberi keamanan dan Dukungan pengamanan dalam proses
2.6. Penegak Hukum Rendah Tinggi Defender Tentatif
perlindungan hukum tindak pidana bidang kehutanan
Sumber: Analisis Tim Penyusun RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak, 2019
Permasalahan dalam inventarisasi dan tata hutan adalah belum tersusunnya tata
hutan dan status hutan lindung masih dianggap membatasi kesempatan masyarakat untuk
mendapatkan kesempatan dalam memanfaatkan hutan.
Permasalahan dalam Hak Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Masyarakat antara lain
sebagai berikut:
Permasalahan dalam isu terkait ekosistem yang perlu dipulihkan adalah karena
kegiatan rehabilitasi lahan kritis belum tuntas, sedangkan pertambahan lahan kritis tiap
tahunnya selalu bertambah.
Tabel 49. Analisis Kondisi Saat Ini dan Proyeksi Kondisi Wilayah KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak
ANALISIS KONDISI SAAT INI PROYEKSI KE DEPAN
1. Areal berhutan cukup luas dengan 1. Menurunnya degradasi dan deforestasi
kerapatan tingkat semai, tiang, pancang hutan:
serta pohon cukup tinggi; a. Menurunnya pembukaan lahan untuk
perladangan masyarakat dalam
HUTAN LINDUNG
Sumber: Analisis Data Sekunder KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Pemanfaatan kawasan hutan secara yuridis dan de facto sangat diperlukan dalam
pengelolaan kawasan hutan. Sebagian besar kawasan hutan di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak belum dilakukan tata batas, baik itu batas fungsi dan batas wilayah
tertentu. Sedangkan untuk wilayah yang telah dibebani izin pemanfaatan telah dilakukan
penataan batas oleh pemegang izin. Penataan batas di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak diharapkan selesai pada tahun 2026. Adapun rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan seperti dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 50. Daftar Kegiatan Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya di
Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Inventarisasi Berkala
Volume Prediksi
No Wilayah Kelola Serta Penataan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Hutannya
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola
1 Inventarisasi Potensi Kayu Wilayah Tertentu 3 Kegiatan Rp 360 juta
2 Inventarisasi Satwaliar Wilayah Tertentu 2 Kegiatan Rp 60 juta
3 Inventarisasi HHBK Wilayah Tertentu 2 Kegiatan Rp 40 juta
4 Inventarisasi Jasa Lingkungan Wilayah Tertentu 4 Kegiatan Rp 80 juta
Desa-desa di
5 Inventarisasi Sosial Budaya 50 Desa Rp 1 Milyar
Wilayah KPH
Penataan Hutan
Kelompok kegiatan budidaya diarahkan pada budidaya jengkol, petai lokal, kenari dan
serai wangi serta tanaman pendukung ketahanan pangan. Budidaya ini dilakukan dengan
skema kerjasama dengan masyarakat dengan memfasilitasi Kelompok Tani Hutan (KTH).
Budidaya ini dapat digabungkan dengan hasil hutan bukan kayu yang akan dikembangkan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan sistem agroforestry. Mengenai pengemasan dan
pangsa pasar dari produk tersebut, KPH dapat mengemas produk yang dapat dikembangkan
yaitu kenari dan serai wangi dapat juga di kemas dengan packaging dari KPH Landak.
Adapun rencana pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 51. Daftar Kegiatan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan
Pemanfaatan Volume
No Lokus Satuan Prediksi Anggaran
Hutan Pada Kegiatan
Wilayah Tertentu
HL-Blok Pemanfaatan: 11. Kuala Mandor-B (HP-9; HP-110),
Desa (Petak Nomor): 12. Galar
1. Galar (HL-41), (HP-20; HP-41; HP-47; HP-48; HP-54;
2. Gamang (HL-41; HL-42; HL-44; HL-45), HP-55; HP-57; HP-73; HP-75; HP-79; HP-
130; HP-131; HP-135),
3. Pauh (HL-44), dan
13. Padang Pio (HP-17; HP-23; HP-24; HP-
4. Ringo Lojok (HL-42).
136; HP-138),
14. Tembawang Bale
HP-Blok Pemberdayaan Masyarakat: (HP-17; HP-23; HP-25; HP-94; HP-95;
1. Ringo Lojok HP-96; HP-104; HP-105; HP-113; HP-
(HP-1; HP-6; HP-35; HP-44; HP-51; HP- 114; HP-136; HP-137),
53; HP-71; HP-92; HP-123; HP-128; HP- 15. Kampet (HP-21),
134),
16. Gombang (HP-26; HP-32; HP-45; HP-50;
2. Sebatih HP-67; HP-82; HP-84; HP-88; HP-111),
(HP-2; HP-10; HP-11; HP-12; HP-13; HP-
Budidaya Petai dan 17. Senakin (HP-26; HP-33; HP-45; HP-52;
1 14; HP-15; HP-16; HP-66; HP-87; HP-98; 15.198 ha Rp 66.111.257.000
Jengkol HP-93),
HP-107; HP-108; HP-109),
18. Andeng (HP-28; HP-45; HP-52; HP-93;
3. Gamang
HP-102),
(HP-3; HP-19; HP-21; HP-22; HP27; HP-
35; HP-36; HP 43; HP 44; HP-51; HP-61; 19. Keranji Mancal (HP-30),
HP-62; HP-63; HP-68; HP-80; HP-89; HP- 20. Banying (HP-30; HP-37; HP-99),
91; HP-121; HP-123; HP-132; HP-133), 21. Angkaras (HP-31; HP-49),
4. Pak Mayam (HP-4; HP-56; HP-59; HP-70; 22. Ta’As (HP-31; HP-72; HP-83; HP-125;
HP-110; HP-117; HP-124), HP-126),
5. Teluk Bakung (HP-4; HP-85; HP-97; HP- 23. Amboyo Selatan (HP-34),
124), 24. Sidas (HP-34; HP-106; HP-115),
6. Anik Dingir 25. Bagak (HP-39; HP-40; HP-81; HP-119),
(HP-5; HP-18; HP-58; HP-74; HP-78; HP- 26. Saham (HP-46; HP-87; HP-90; HP-98;
81; HP-99; HP-112; HP-116; HP-119), HP-103; HP-109),
7. Mamek (HP-5; HP-18; HP-39; HP-78; HP- 27. Pauh (HP-47),
112; HP-119; HP-125),
Kegiatan
Pemanfaatan Volume
No Lokus Satuan Prediksi Anggaran
Hutan Pada Kegiatan
Wilayah Tertentu
8. Sailo (HP-7; HP-21; HP-38; HP-60), 28. Sompak (HP-47; HP-73; HP-100; HP-101;
9. Sungai Laki (HP-7; HP-29; HP-42; HP- HP-131),
47), 29. Rabak (HP-58; HP-99; HP-116),
10. Ladangan 30. Tapakng (HP-86; HP-122),
(HP-8; HP-31; HP-41; HP-49; HP-55; HP- 31. Amawakng (HP-100),
71; HP-75; HP-118; HP-126; HP-127; HP- 32. Pakumbang (HP-100),
128; HP-129),
33. Paloan (HP-111),
34. Mengkunyit (HP-120)
Budidaya Serai
Wangi dan HP-Blok Pemberdayaan Masyarakat
2 Tanaman Desa Teluk Bakung 270 ha Rp 971.880.000
Pendukung Petak Nomor: HP-64; HP-65; HP-69; HP-76; HP-77; HP-139
Ketahanan Pangan
HL-Blok Pemanfaatan:
Desa (Petak Nomor):
3 Budidaya Kenari 2.961 ha Rp 15.842.434.000
Ansolok (HL-21; HL-23; HL-28)
Sabaka (HL-16; HL-19; HL-21; HL-22; HL-23; HL-26; HL-28)
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Tabel 52. Daftar Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah KPH Landak
Kegiatan Pemberdayaan Volume Prediksi
No Lokus Satuan
Masyarakat Kegiatan Anggaran
Wilayah KPH
1. Sosialisasi core business KPH 5 Kegiatan Rp 400 juta
Landak
Kantor KPH
2. Fasilitasi pembentukan KTH 5 Kegiatan Rp 150 juta
Landak
Pelatihan Budidaya Jengkol, Petai,
Kantor KPH
3. Kenari, Serai Wangi dan Tanaman 3 Kegiatan Rp 300 juta
Landak
Pendukung Ketahanan Pangan
Pembuatan Persemaian Semi Wilayah KPH
4. 1 Unit Rp 220 juta
Permanen untuk Komoditi KPH Landak
Pelatihan pengolahan dan Kantor KPH
5. 10 Kegiatan Rp 600 juta
pemasaran produk hutan Landak
6. Pendampingan program perhutanan sosial
a. Fasilitasi usulan Perhutanan Kantor KPH
10 Kegiatan Rp 200 juta
Sosial Landak
b. Pendampingan kegiatan Kantor KPH
10 Kegiatan Rp 200 juta
perhutanan social Landak
c. Monitoring dan evaluasi Wilayah Izin
3 Kegiatan Rp 180 juta
kegiatan perhutanan social Perhutanan Sosial
d. Inisiasi kerjasama kemitraan Kantor KPH
1 Kegiatan Rp 20 juta
perhutanan social Landak
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Tabel 53. Daftar Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal Yang Berizin di Wilayah KPHP Unit VII
pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Pembinaan dan
Pemantauan Pemanfaatan
Volume Prediksi
No Hutan dan Penggunaan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Kawasan Hutan Pada Areal Yang
Berizin
Pembinaan terhadap pemegang izin
1 pemanfaatan dan penggunaan 1. PT. Sinar Kalbar 10 Kegiatan Rp 150 juta
kawasan Raya
2. PT. Nitiyasa
Pemantauan pelaksanaan kegiatan Idola
terhadap pemegang izin 3. PT. Kalimantan
2 10 Kegiatan Rp 100 juta
pemanfaatan dan penggunaan Subur Permai
kawasan hutan
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Kegiatan pembinaan dan pemantauan yang dilakukan oleh KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak meliputi kegiatan pembinaan dan pemantauan pada Izin Pemanfaatan
Hutan dan Izin Penggunaan Kawasan Hutan. Pembinaan dan pemantauan pada Izin
Pemanfaatan Hutan dilakukan pada IUPHHK-HTI PT. Sinar Kalbar Raya, PT. Nitiyasa Idola
dan PT. Kalimantan Subur Permai. Kegiatan ini akan berlangsung setiap tahunnya yaitu
mulai pada Tahun 2020 hingga Tahun 2029.
Berdasarkan hasil overlay dengan peta tata hutan, pada Blok Inti terdapat areal seluas
3.535 ha yang berstatus kritis dan seluas 806 ha yang berstatus sangat kritis. Kegiatan
rehabilitasi akan dilakukan secara beruntun dengan memprioritaskan Blok Inti dan Blok
Perlindungan. Namun, target rehabiltasi lahan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak adalah seluas 4.341 ha pada Blok Inti. Data lahan kritis pada kawasan
prioritas rehabilitasi selengkapnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 54. Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Menurut Peta Rencana
Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2019, Hasil Penataan Hutan dan Tingkat
Kekritisan Lahannya
Luas Menurut Kekritiasan Lahan (ha)
Persentase
No Kawasan Prioritas Rehabilitasi Sangat
Kritis Total (%)
Kritis
1. HL-Blok Inti 3.535 806 4.341 21,46%
2. HL-Blok Pemanfaatan 6.932 6.932 34,28%
Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar izin akan dilakukan melalui beberapa
tahapan kegiatan, seperti yang disajikan pada table berikut.
Tabel 55. Daftar Kegiatan Tahapan Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin di Wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Rehabilitasi Pada Areal Volume Prediksi
No Lokus Satuan
Kerja di Luar Izin Kegiatan Anggaran
1 Groundcheck ke Lokasi Prioritas RHL 4.341 ha 3 kegiatan Rp 180 juta
Penyusunan rencana pengelolaan
UPT KPH Wilayah 3 paket Rp 300 juta
2 rehabilitasi hutan dan lahan (RP-
Landak
RHL) dan rancangan teknis RHL
UPT KPH Wilayah 1 unit Rp 150 juta
3 Pembuatan persemaian
Landak
4 Penanaman (pelaksanaan RHL) HL-Blok Inti 3 paket Rp 9.926 juta
Pelaksanaan kegiatan RHL akan dilakukan pada wilayah kritis dan wilayah sangat
kritis, wilayah yang termasuk kedalam kategori kritis dan sangat kritis adalah HL Blok Inti.
Pada lahan dengan kriteria kritis dan sangat kritis yang berada di HL Blok Pemanfaatan, HP
Blok Perlindungan dan HP Blok Pemberdayaan tidak dilaksanakan kegiatan rehabilitasi
karena pada wilayah tersebut direncanakan akan dilaksanakan kegiatan pengembangan
Jasling dan Budidaya HHBK, serta akan dilaksanakan kegiatan pengembangan hutan
tanaman melalui pola kerjasama dengan pihak ketiga (masyarakat dan/atau perusahaan
yang bergerak dalam bidang hutan tanaman) maupun kegiatan Hutan Kemasyarakatan
(HKm). Jenis tanaman yang akan ditanam yaitu potensi HHBK yang dikembangkan seperti
Jengkol, Petai, Kenari, Serai Wangi dan Tanaman Pendukung Ketahanan Pangan.
rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal yang berizin akan dilakukan dengan metode
sebagai berikut:
Adapun lokasi kegiatan pembinaan dan pemantauan rehabilitasi pada areal yang
berizin yaitu pada PT. Kalimantan Subur Permai, PT. Nitiyasa Idola dan PT. Sinar Kalbar
Raya.
Tabel 56. Daftar Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi Pada
Areal Yang Berizin di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Pembinaan dan
Pemantauan Rehabilitasi dan Volume Prediksi
No Lokus Satuan
Reklamasi Pada Areal Yang Kegiatan Anggaran
Berizin
Monitoring dan evaluasi hasil 1. PT. Sinar
1 pelaksanaan kegiatan rehabilitasi pada Kalbar Raya 10 Kegiatan Rp 150 juta
IUPHHK-HTI secara periodic 2. PT. Nitiyasa
Idola
Pemantauan hasil pelaksanaan dari
3. PT. Kalimantan
2 kegiatan rehabilitasi yang dilakukan 10 Kegiatan Rp 100 juta
Subur Permai
oleh pemegang IUPHHK-HTI
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Tabel 57. Daftar Kegiatan Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Rencana
Volume Prediksi
No Penyelenggaraan Perlindungan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Hutan dan Konservasi Alam
1. Rencana Perlindungan Hutan
Pembentukan Brigade Pengendalian Desa-desa di
1.1. 5 Kegiatan Rp 250 juta
Kebakaran Hutan dan PAMHUT Wilayah KPHP
Pembangunan menara pantau untuk
1.2. pengamatan satwa dan kontrol Wilayah KPHP 2 Unit Rp 160 juta
karhutla
Pembuatan papan himbauan
1.3. peringatan tidak membakar hutan dan Wilayah KPHP 30 Lembar Rp 24 juta
lahan
Pengadaan Sarana dan Prasarana
2 desa di 2
1.4. Pengendalian Kebakaran dan 2 Paket Rp 280 juta
kecamatan
Pengamanan Hutan
2 desa di 2
1.5. Pelatihan MPA 2 Kegiatan Rp 120 juta
kecamatan
Patroli pencegahan dan pemadaman 5 desa di 2
1.6. 120 Kegiatan Rp 720 juta
awal kebakaran hutan dan lahan kecamatan
Pemeliharaan dan operasional sarana 5 desa di 2
1.7. 10 Paket Rp 120 juta
prasarana kebakaran kecamatan
Pembuatan Demplot Agroforestry pada
1.8. wilayah kerja Rawan Konflik dan 9 desa 9 paket Rp 720 juta
Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
2. Konservasi Alam
Blok Inti dan
Identifikasi dan Pemetaan Kawasan
2.1. Blok 2 kegiatan Rp 240 juta
HCVF
Perlindungan
Blok Inti dan
2.2. Pengelolaan Kawasan HCVF Blok 10 kegiatan Rp 136 juta
Perlindungan
Blok Inti dan
Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan
2.3. Blok 10 kegiatan Rp 224 juta
Kawasan HCVF
Perlindungan
Melakukan sosialisasi dan edukasi
2.4. tentang pelestarian flora dan fauna 52 desa 1 kegiatan Rp 180 juta
yang dilindungi
Pembuatan papan himbauan Areal rawan
2.5. peringatan pelarangan perburuan perburuan dan 10 unit Rp 240 juta
satwa liar dilindungi rawan kebakaran
Perlindungan dan Insentif Tegakan
Daerah
Unggulan Lokal pada Daerah
2.6. Penyangga 8 kegiatan Rp 560 juta
Penyangga Kawasan TAHURA Pandan
TAHURA
Puloh (IPEH LEMAS)
KHG Sungai
2.7. Restorasi Ekosistem Gambut 9 kegiatan Rp 900 juta
Landak
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Berdasarkan di atas dapat diketahui bahwa banyak kegiatan yang akan dilakukan oleh
KPH Landak dalam kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam. Kegiatan
perlindungan hutan yang dilakukan menyangkut upaya preventif maupun kuratif bahaya
kebakaran hutan dan lahan dengan dibentuk regu pengamanan hutan. Untuk upaya
konservasi alam, KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak akan bekerjasama dengan
pihak-pihak ketiga yang berkonsentrasi terhadap satwa liar dan satwa dilindungi lainnya.
Upaya perlindungan bagi satwa tersebut juga melalui sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan terkait dengan pelestarian flora dan fauna
yang dilindungi, berikut pembangunan menara pantau.
Insentif tegakan pohon unggulan lokal pada daerah penyangga kawasan TAHURA
Pandan Puloh adalah dalam rangka mempetahankan tutupan kawasan yang masih berhutan
sehingga tidak mengalami degradasi dan deforestasi sehingga akan memberikan insentif
yang akan diberikan kepada masyarakat lokal dalam bentuk uang (manfaat atau benefit
jangka pendek dari kegiatan perlindungan kawasan hutan oleh masyarakat) terhadap
tegakan pohon unggulan lokal seperti jenis durian unggulan lokal, tengkawang, belian
berdasarkan kelas diameter. Pendataan dan grounchek tegakan yang akan diberikan intensif
T0 dan pembayaran diberikan pada T+1 dengan catatan jenis pohon dengan kelas diameter
tertentu sesuai data yang sudah diklarifikasi masih berdiri. Misalnya diameter 90 cm up
diberi insentif Rp. 1.000.000,-/tegakan, sedangkan diameter 60 - 90 cm diberikan insentif
Rp. 500.000,-. Nama programnya adalah IPEH LEMAS yang merupakan singaktan dari
Insentif Pohon Untuk Ekosistem Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera.
Konsep dasarnya adalah “Mempertahankan Tegakan Hutan Yang Masih Tersisa” baik
di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan yang ditetapkan sebagai daerah
penyangga Taman Hutan Raya Pandan Puloh karena biaya yang dikeluarkan dalam
mempertahankan kawasan yang masih berhutan jauh lebih MURAH daripada biaya yang
dikeluarkan untuk merehabilitasi kawasan yang tegakan hutannya yang sudah terlanjur
mengalami degradasi dan deforestasi dan belum juga berhasil menjadi tegakan hutan
kembali seperti semula.
Tabel 58. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang
Izin di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Kegiatan Rencana Penyelenggaraan
Volume Prediksi
No Penyelenggaraan Koordinasi dan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Sinkronisasi Antar Pemegang Izin
A. Rencana Perlindungan Hutan
Identifikasi Perizinan, Permasalahan dan Kantor
1. 1 kegiatan Rp 40 juta
Koordinasi pada Izin Pemanfaatan Hutan Pemegang Izin
Sinkronisasi Rencana Kerja Tahunan Kantor
2. 10 unit Rp 80 juta
Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan Pemegang Izin
Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan dan Kantor
3. 10 lembar Rp 140 juta
Pengendalian Pemegang Izin
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Tabel 59. Koordinasi dan Sinergi antara KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
dengan Stakeholder Terkait
Kegiatan Koordinasi dan Sinergi
Volume Prediksi
No dengan Instansi dan Stakeholder Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Terkait
1 KLHK Jakarta 20 kegiatan Rp 120 juta
Dinas Kehutanan Provisi Kalimantan
2
Barat
3 BPKH Wilayah III Pontianak Pontianak 720 kegiatan Rp 1,5 M
4 BPHP Wilayah VIII Pontianak
5 BPDAS HL Kapuas
6 Pemegang Izin (4 perusahaan) Ngabang 40 kegiatan Rp 200 juta
Masyarakat dalam Wilayah KPHP Unit
7 Wilayah KPH 360 kegiatan Rp 864 juta
VII Landak
8 Pemkab Landak Ngabang 120 kegiatan Rp 120 juta
9 Pemkab Sanggau Sanggau 20 Kegiatan Rp 24 juta
10 Pemkab Bengkayang Bengkayang 20 kegiatan Rp 24 juta
11 Pemkab Kubu Raya Kubu Raya 20 kegiatan Rp 36 juta
12 LSM/NGO Pontianak 40 kegiatan Rp 48 juta
13 Penegak Hukum Ngabang 120 kegiatan Rp 120 juta
Tabel 60. Target Output Koordinasi dan Sinergi antara KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak dengan Stakeholder Terkait
No Rencana Kegiatan Stakeholder Terkait Target Koordinasi dan Sinergi
1. Inventarisasi berkala BPKH Wilayah III Tersusunnya rencana kerja;
wilayah kelola Pontianak; Terdatanya potensi wilayah kelola
Dinas LHK Prov.
Kalbar;
Kecamatan;
Desa/ Kelurahan.
2. Pemanfaatan hutan BPHP Wilayah VIII Fasilitasi pendanaan kegiatan pemanfaatan
pada wilayah Pontianak. hutan pada WT;
tertentu
3. Pemberdayaan Badan Pemberdayaan Fasilitasi database dan kolaborasi
Masyarakat Masyarakat Desa, pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
Kecamatan, masyarakat desa.
Desa/Kelurahan.
4. Pembinaan dan Dinas Kehutanan Prov. Terlaksananya kegiatan monitoring dan
pemantauan Kalbar; evaluasi hasil pelaksanaan pemanfaatan
pemanfaatan hutan BPHP Wilayah VIII dan penggunaan kawasan hutan;
dan penggunaan Pontianak Terlaksananya bimbingan teknis terhadap
kawasan hutan pada Ganis pada pemegang izin
areal yang berizin
5. Rehabilitasi pada BPDAS; Tersusunnya rencana induk kegiatan
areal di luar izin Kecamatan; rehabilitasi;
Desa/Kelurahan. Fasilitasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi.
6. Pembinaan dan BPDASHL Kapuas Tersusunnya monitoring dan evaluasi
pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi;
rehabilitasi dan Tersusunnyamonitoring dan evaluasi
reklamasi di dalam pelaksanaan Amdal pemegang izin;
areal berizin
7. Perlindungan hutan BKSDA; Terlaksananya penyelamatan satwa liar
dan konservasi alam Gakkum; dilindungi;
Kepolisian; Tercapainya regulasi dan pelaksanaan
Lembaga penegakan hukum;
Penelitian/Litbang; Tercapainyaregulasi dan pelaksanaan
NGO bencana Dalkarhutlah;
Terlaksananya perbantuan pelaksanaan
penanganan bencana karhutlah;
Tercapainyaregulasi dan pelaksanaan
penegakan hukum;
Terlaksananya konservasi dan perlindungan
satwa dilindungi.
8. Rencana Penyediaan BP2SDMK; Fasilitasi tenaga teknis (Bakti Rimbawan);
dan Peningkatan BPHP Wilayah VIII Fasilitasi tenaga Pengamanan Hutan dan
Kapasitas SDM Pontianak. Pemadam Kebakaran.
9. Penyediaan pendanaan Dinas Kehutanan Prov. Fasilitasi pendanaan APBD;
Kalbar; Fasilitasi pendanaan APBN.
BPHP Wilayah VIII
Pontianak.
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
KPHP VII pada UPT KPH Wilayah Landak akan bersinergi dengan instansi dan
stakeholder terkait dalam melaksanakan pengelolaan hutan berkelanjutan, diawali dengan
kegiatan inventarisasi berkala, Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, Pemberdayaan
Masyarakat, Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan pada areal yang berizin,
Rehabilitasi pada areal di luar izin, Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan reklamasi di
dalam areal berizin, Perlindungan hutan dan konservasi alam, Rencana Penyediaan dan
Peningkatan Kapasitas SDM, dan Penyediaan pendanaan. Instansi dan stakeholder terkait
yang bekerjasama dengan KPHP VII pada UPT KPH Wilayah Landak meliputi BPKH Wilayah
III Pontianak, BPHP Wilayah VIII Pontianak, BKSDA Pontianak, Dinas Kehutanan Prov.
Kalbar, Gakkum, Balai PPI, Kepolisian, Universitas, Lembaga Penelitian/Litbang, Kecamatan,
Desa/ Kelurahan, serta NGO.
Tabel 61. Kebutuhan Personil pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
No. Kompetensi Kebutuhan Tersedia Kekurangan
1 Kepala KPH 1 1 0
2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1 1 0
3 Kepala Seksi Perlindungan dan Pengamanan Hutan 1 1 0
4 Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan 1 1 0
5 Kepala Resort KPH 3 0 3
6 Tenaga Perencanaan Hutan 1 0 1
7 Tenaga Teknis Pengukuran dan Perpetaan 1 0 1
8 Tenaga Polhut 5 5 0
Tenaga Pemadam Kebakaran Hutan dan
9 15 15 0
Pengamanan Hutan
Tenaga Teknis Persemaian dan Pemeliharaan
10 10 0 10
Tanaman
11 Tenaga Penyuluh Kehutanan 4 1 3
12 Ahli Konservasi 4 0 4
14 Tenaga Pengendali Ekosistem Hutan 20 0 20
15 Tenaga Analis RHL 2 0 2
16 Tenaga Administrasi perkantoran 7 1 6
17 Tenaga Analis Keuangan 1 1 0
Jumlah 87 27 60
Sumber: Data Sekunder Kebutuhan Personil sesuai Job Analisis KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak
Tabel 62. Rencana Kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM di KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Volume Target
No. Lokus Satuan
SDM Kegiatan Anggaran
Kegiatan peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan oleh KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak diwujudkan dalam bentuk traning atau pelatihan seperti survey potensi
keanekaragaman hayati, Training calon guide dan interpreneur, Training monev BMP,
Training untuk edukasi lingkungan.
Sumber pendanaan untuk kegiatan pengelolaan hutan pada KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak Tahun 2020-2029 adalah dari APBD, APBN, Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Kehutanan, dan sumber pendanaan yang sah dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
Untuk percepatan pembangunan di wilayah KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak,
KPH menyadari betul bahwa mengandalkan sumber pendanaan dari APBD Provinsi, bahkan
dari APBN terbatas. Sulit merealisasikan program dan target KPH 10 tahun mendatang.
Untuk itu KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak akan melakukan percepatan
investasi dengan pola kerjasama, dengan membuat proposal dan dukungan pihak ketiga
agar mendukung program-program KPH seperti pengembangan usaha masyarakat dalam
pemnafaatan rotan.
Tabel 63. Kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan di KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak
No Tahun Kebutuhan Anggaran Sumber Anggaran
1 2020 Rp 1.351.000.000,-
2 2021 Rp 2.533.000.000,-
3 2022 Rp 5.831.000.000,-
4 2023 Rp 6.116.000.000,-
APBN; APBD; CSR
5 2024 Rp 5.368.000.000,- Perusahaan; NGO/LSM;
6 2025 Rp 2.017.000.000,- Sumber Dana Lain yang
tidak mengikat
7 2026 Rp 1.664.000.000,-
8 2027 Rp 982.000.000,-
9 2028 Rp 922.000.000,-
10 2029 Rp 862.000.000,-
Total Rp 27.643.000.000,-
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Tabel 64. Rencana Kegiatan Pengembangan Database di KPHP Unit Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak
Target/ Volume Target
No Kegiatan Satuan
Sasaran Kegiatan Anggaran
Pengembangan Baseline survey
1. 1 Paket Rp 30 juta
Kondisi Biofisik
Kantor KPHP
Pengembangan Baseline survey Unit VII pada
2. 1 Paket Rp 140 juta
kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya UPT KPH
Wilayah Landak
Pengembangan Baseline HHK dan
3. 1 paket Rp 120 juta
HHBK
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Tersedianya informasi biofisik dalam pengelolaan sumberdaya hutan yang ada di KPHP
Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak diharapkan mampu memberikan informasi yang
tepat, akurat dan terbaru mengenai kondisi fisik wilayah kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak yang meliputi data hidrologi, bentang alam kawasan dan kondisi vegetasi.
Pengumpulan informasi dilakukan secara bertahap dan diperbarui secara berkala dari tahap
awal perencanaan, pelaksanaan hingga akhir periode pelaksanaan kegiatan, untuk
mengetahui perkembangan dampak pengelolaan yang telah dilakukan terhadap kondisi fisik
kawasan.
Ketersediaan informasi terkait dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat
yang ada di dalam maupun disekitar wilayah kelola KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak menjadi salah satu aspek penting dalam menjamin keberhasilan pengelolaan
kawasan. Oleh karena itu, penggalian informasi tentang aspek ini sangat penting guna
kebutuhan data perencanaan pengelolaan kawasan. Informasi yang terkandung dalam
baseline survey ini adalah data tentang informasi dari jumlah dan proporsi penduduk,
sumber penghidupan masyarakat, kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya hutan,
kelembagaan kelompok dan konflik pengelolaan sumber daya hutan.
Ketersediaan informasi terkait dengan kondisi hasil hutan kayu maupun hasil hutan
bukan kayu melalui hasil kegiatan inventarisasi berkala seluruh areal KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak.
Aspek fisik yaitu bentuk penilaian kembali terhadap kawasan KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak, antara lain untuk mengakomodir perubahan fungsi kawasan hutan
yang mungkin terjadi. Proses ini dilakukan melalui Tim Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) berdasarkan peraturan bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum dan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 79 Tahun 2014, PB.3/Menhut-II/2014, 17/PRT/M/2014 dan 8/SKB/X/2014
tanggal 17 Oktober 2014.
Tabel 65. Rencana Kegiatan Review Rencana Pengelolaan di Wilayah KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak
Volume Target
No. Kegiatan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
1. Observasi Wilayah Kelola Wilayah KPH 1 paket Rp 30 juta
2. Pelaksanaan Review Kantor KPH 1 paket Rp 120 juta
3. Perbaikan Dokumen Kantor KPH 1 paket Rp 120 juta
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Pelaksanaan review oleh KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dilaksanakan
lima tahun sekali, yaitu dimulai Tahun 2020 dan Tahun 2025. Tahapan yang dilaksanakan
dimulai dari persiapan. Dimana dalam pelaksanaannya dilakukan evaluasi hasil pelaksanaan
kegiatan, penyusunan rencana review rencana pengelolaan dan penyiapan personil, bahan
serta peralatan untuk kegiatan review rencana pengelolaan. Setelah itu, dilaksanakan
kegiatan review yang selanjutnya akan diikuti oleh perbaikan dokumen.
Tabel 66. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi di Wilayah KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak
Volume Prediksi
No Kegiatan Lokus Satuan
Kegiatan Anggaran
Membentuk kelompok kerja yang
1 membidangi kerjasama, promosi KPH Wilayah Landak 1 kegiatan Rp 10 juta
dan quality control
Mengikuti Pameran di tingkat Lokal Pontianak dan
2 4 Kegiatan Rp 30 juta
dan Nasional Jakarta
Meningkatkan koordinasi dengan
3 stakeholder dalam upaya Pontianak 10 Kegiatan Rp 50 juta
pengembangan investasi
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2019
Tabel 67. Tabel SMART Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Periode 2020-2029
Volume Anggaran TATA WAKTU KEGIATAN DAN BIAYA (x Rp.1.000.000)
SUMBER
No Fokus Kegiatan Bentuk Kegiatan Lokasi
(x Rp1 ANGGARAN
Jml/Frek Satuan Biaya Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
juta)
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola
1 Inventarisasi Potensi Kayu Wilayah Tertentu 3 kegiatan Rp120 juta 360 120 120 120 APBN
Inventarisasi Satwaliar :
Blok Inti dan Blok
2 - Burung Enggang Gading 2 kegiatan Rp30 juta 60 30 30 APBN
Perlindungan
- Burung Enggang
Inventarisasi HHBK:
Inventarisasi - Cakar Elang,
3 Wilayah Tertentu 2 kegiatan Rp20 juta 40 20 20 APBN
Berkala Wilayah - Pasak Bumi,
1 Kelola serta - Rotan
Penataan
Hutannya
4 Inventarisasi Jasa Lingkungan Wilayah Tertentu 4 kegiatan Rp20 juta 80 20 20 20 20 APBD
Desa-desa di
5 Inventarisasi Sosial Budaya 50 desa Rp20 juta 1000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 APBD
Wilayah KPH
Penataan Hutan
HL-Blok
Pemanfaatan seluas
2.040 ha
1 Budidaya Petai Jengkol HP-Blok 10 paket Rp6.611 juta 66.111 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 6.611 APBD
Pemberdayaan
Pemanfaatan Masyarakat seluas
2 Hutan pada 13.158 ha
Wilayah Tertentu
HL-Blok
2 Budidaya Kenari Pemanfaatan seluas 10 paket Rp1.584 juta 15.842 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 1.584 APBD
2.961 ha
Budidaya Serai Wangi dan Pemberdayaan
3 Tanaman Pendukung Ketahanan Masyarakat seluas 10 paket Rp97 juta 970 97 97 97 97 97 97 97 97 97 97 APBD
Pangan 267 ha
1 Sosialisasi Core Business KPH Wilayah KPH Landak 5 kegiatan Rp80 juta 400 80 80 80 80 80 APBD
Pemberdayaan
3
Masyarakat
2 Fasilitasi Pembentukan KTH Kantor KPH Landak 5 kegiatan Rp30 juta 150 30 30 30 30 30 APBN
b. Pendampingan Kegiatan
Kantor KPH Landak 10 kegiatan Rp20 juta 200 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 APBD
Perhutanan Sosial
B Konservasi Alam
CSR
Monitoring dan Evaluasi Blok Inti dan Blok
3 10 kegiatan Rp28 juta 224 28 28 28 28 28 28 28 28 Perusahaa
Pengelolaan Kawasan HCVF Perlindungan
n
Identifikasi Perizinan,
1 Permasalahan dan Koordinasi 1 kegiatan Rp40 juta 40 40 APBN
Rencana pada Izin Pemanfaatan Hutan
Kegiatan
Penyelenggaraan Sinkronisasi Rencana Kerja
8 Koordinasi dan 2 Tahunan Pemegang Izin 4 Unit IUPHHK-HTI 10 kegiatan Rp8 juta 80 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 APBN
Sinkronisasi Pemanfaatan Hutan
Antar Pemegang
Izin Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan
3 10 kegiatan Rp14 juta 140 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 APBN
dan Pengendalian
9 Pemkab Sanggau Sanggau 10 kegiatan Rp2,4 juta 24 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 APBD
1
Pemkab Bengkayang Bengkayang 10 kegiatan Rp2,4 juta 24 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 APBD
0
1
Pemkab Kubu Raya Kubu Raya 10 kegiatan Rp3,6 juta 36 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 APBD
1
1
LSM/NGO Pontianak 10 kegiatan Rp4,8 juta 48 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 APBD
2
1
Penegak Hukum Ngabang 120 kegiatan Rp12 juta 120 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 APBD
3
11 0
Rencana
Pengembangan Baseline survey KPHP Landak Unit
11 Kegiatan 1 1 kegiatan Rp30 juta 30 30 APBD
kondisi Biofisik VII
Pengembangan
Rencana
Kegiatan Mengikuti Pameran di tingkat Pontianak dan
13 2 4 kegiatan Rp30 juta 30 10 10 10 APBD
Pengembangan Lokal dan Nasional Jakarta
Investasi
Total Kebutuhan Anggaran 29.970,800.000,- 1.351 2.669 6.428 6.713 5.835 2.484 1.696 1.014 922 862
6.1. Pembinaan
Kesatuan Pengelolaan Hutan atau KPH merupakan suatu organisasi pemerintah daerah
yang memiliki fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaah
hutan yang ada di wilayahnya, tidak terkecuali KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak. Tujuan dari kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang dilakukan
adalah:
1. Meningkatkan kompetensi dari SDM yang dimiliki KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak terhadap kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengedalian
pengelolaan hutan;
2. Menjaga konsistensi pelaksanaan kegiatan dengan tujuan yang ingin dicapai;
3. Menjaga konsistensi pelaksanaan rencana kegiatan dengan peraturan perundang-
undangan terkait.
UPT KPH Wilayah Landak sebagai pihak pengelola hutan memiliki kewenangan
pembinaan, dimana dalam pelaksanaannya harus berpedoman pada pembagian wilayah
seperti di bawah ini:
Wujud pembinaan yang dapat dilakukan adalah arahan teknis dalam pelaksanaan
kegiatan pada unit manajemen dalam kawasan ataupun sebagai fasilitator masyarakat
dalam hal sinergi pembangunan kehutanan dengan peningkatan pendapatan masyarakat
yang berada di dalam kawasan hutan maupun yang berada di luar kawasan hutan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan, KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak yang berbentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas sehingga dalam pelaksanaan
kegiatannya memerlukan dukungan dan pembinaan dari instansi lain yang berada di atasnya
secara hierarki seperti Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Perkebunan
Kabupaten Landak, BAPPEDA Provinsi Kalimantan Barat, BAPPEDA Kabupaten Landak serta
pelaksana teknis dinas yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan lainnya seperti BPKH, BPDAS, BPHP dan BKSDA sesuai dengan tupoksi masing-
masing instansi tersebut. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
P.6/Menhut-II/2010 tentang NSPK Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP yang tertuang
pada bab VIII pasal 31 yang menyatakan bahwa pembinaan dan pengendalian kepada KPH
dilakukan oleh atau atas nama Menteri Kehutanan, dan didelegasikan pula kepada Gubernur
meliputi aspek-aspek:
Tabel 68. Matriks Pelaksanaan Pembinaan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
Tim Pelaksana
No Jenis Kegiatan Uraian
Pembinaan
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola terdiri
dari:
1. Inventarisasi Potensi Kayu
2. Inventarisasi Satwaliar :
Burung Enggang Gading
Burung Enggang"
3. Inventarisasi HHBK: Menteri LHK (Ditjen PKTL
Inventarisasi Berkala
Cakar Elang, & Ditjen KSDAE) dan
1 Wilayah Kelola serta
Pasak Bumi, Gubernur Kalimantan
Penataan Hutan
Rotan" Barat
4. Inventarisasi Jasa Lingkungan
5. Inventarisasi Sosial Budaya
Penataan Hutan, terdiri dari:
1. Penataan batas Blok
2. Penataan batas luar wilayah tertentu
1 Budidaya Petai
Menteri LHK (Ditjen
2 Budidaya Jengkol
KSDAE & Staf Ahli Bidang
Pemanfaatan Hutan pada 3 Budidaya Kenari
2 Ekonomi Sumber Daya
Wilayah Tertentu 4 Budidaya Serai Wangi
Alam) dan Gubernur
5 Budidaya Tanaman Pendukung Ketahanan
Kalimantan Barat
Pangan
1 Sosialisasi Core Business KPH Menteri LHK (Ditjen
2 Fasilitasi Pembentukan KTH PHPL; Ditjen PSKL; Badan
3 Pemberdayaan Masyarakat 3 Pelatihan Budidaya Jengkol, Petai, Kenari, Penyuluhan dan
Serai Wangi, dan Tanaman Pendukung Pengembangan SDM) dan
Ketahanan Pangan Gubernur Kalimantan
Tim Pelaksana
No Jenis Kegiatan Uraian
Pembinaan
4 Pembuatan Persemaian Semi Permanen Barat
untuk Komoditi KPH
5 Pelatihan Pengolahan dan Pemasaran
Produk Hutan
6 Pendampingan Program Perhutanan
Sosial, yang terdiri dari:
Fasilitasi usulan Perhutanan Sosial
Pendampingan Kegiatan Perhutanan
Sosial
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Perhutanan Sosial
Inisiasi Kerjasama Kemitraan
Perhutanan Sosial
Pembinaan dan 1 Pembinaan terhadap pemegang izin
Pemantauan Pemanfaatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan Menteri LHK (Ditjen
4 Hutan dan Penggunaan 2 Pemantauan pelaksanaan kegiatan PHLHK) dan Gubernur
Kawasan Hutan pada terhadap pemegang izin pemanfaatan dan Kalimantan Barat
Areal yang Berijin penggunaan kawasan hutan
1 Groundcheck ke Lokasi Prioritas RHL
2 Penyusunan rencana pengelolaan
rehabilitasi hutan dan lahan (RP-RHL) dan
rancangan teknis RHL
Rehabilitasi pada Areal 3 Pembuatan persemaian
5
Kerja di Luar Ijin 4 Penanaman (pelaksanaan RHL)
5 Pemeliharaan tanaman tahun I (P1)
6 Pemeliharaan tanaman tahun II (P2)
7 Monitoring dan Evaluasi Rehabilitasi pada
Areal di Luar Izin
1 Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan
Pembinaan dan kegiatan rehabilitasi pada IUPHHK-HTI
Pemantauan Rehabilitasi secara periodic
6
dan Reklamasi di Dalam 2 Pemantauan hasil pelaksanaan dari
Areal yang Berijin kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh
pemegang IUPHHK-HTI
Rencana Perlindungan Hutan, terdiri dari:
Menteri LHK (Ditjen
1 Pembentukan Brigade Pengendalian KSDAE; Ditjen PDASHL,)
Kebakaran Hutan dan PAMHUT dan Gubernur Kalimantan
2 Pembangunan menara pantau untuk Barat
pengamatan satwa dan kontrol karhutla
3 Pembuatan papan himbauan peringatan
tidak membakar hutan dan lahan
4 Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan
Hutan
Penyelenggaraan
5 Pelatihan MPA
7 Perlindungan Hutan dan
6 Patroli pencegahan dan pemadaman awal
Konservasi Alam
kebakaran hutan dan lahan
7 Pemeliharaan dan operasional sarana
prasarana kebakaran
8 Pembuatan Demplot Agroforestry pada
wilayah kerja Rawan Konflik dan Rawan
Kebakaran Hutan dan Lahan
Konservasi Alam, terdiri dari:
1 Identifikasi dan Pemetaan Kawasan HCVF
2 Pengelolaan Kawasan HCVF
3 Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan
Tim Pelaksana
No Jenis Kegiatan Uraian
Pembinaan
Kawasan HCVF
4 Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang
pelestarian flora dan fauna yang dilindungi
5 Pembuatan papan himbauan peringatan
pelarangan perburuan satwa liar dilindungi
6 Perlindungan dan Insentif Tegakan
Unggulan Lokal pada Daerah Penyangga
Kawasan TAHURA Pandan Puloh
7 Restorasi Ekosistem Gambut
1 Identifikasi Perizinan, Permasalahan dan
Penyelenggaraan Koordinasi pada Izin Pemanfaatan Hutan
Koordinasi dan 2 Sinkronisasi Rencana Kerja Tahunan
8
Sinkronisasi antar Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan
Pemegang Ijin 3 Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan dan
Pengendalian
1 KLHK
2 Dinas Kehutanan Provisi Kalimantan
Barat Menteri LHK (Staf Ahli
3 BPKH Wilayah III Pontianak Bidang Hubungan Antar
4 BPHP Wilayah VIII Pontianak Lembaga Pusat dan
5 BPDAS HL Kapuas Daerah) dan Gubernur
Koordinasi dan Sinergi 6 Pemegang Izin (4 perusahaan) Kalimantan Barat
9 dengan Instansi dan 7 Masyarakat dalam Wilayah KPHP Unit VII
Stakeholder Terkait Landak
8 Pemkab Landak
9 Pemkab Sanggau
10 Pemkab Bengkayang
11 Pemkab Kubu Raya
12 LSM/NGO
13 Penegak Hukum
1 Training/pelatihan survey potensi
keanekaragaman hayati
2 Training calon guide dan interpreneur Menteri LHK (Badan
Penyediaan dan 3 Training Pemetaan, GIS dan Drone Penyuluhan dan
10 peningkatan kapasitas 4 Training Budidaya Tanaman Jengkol, Pengembangan SDM) dan
SDM Petai, Kenari, Serai Wangi dan Tanaman Gubernur Kalimantan
Pendukung Ketahanan Pangan Barat
5 Training untuk Pengelolaan Jasa
Lingkungan
Menteri LHK (Badan
Penelitian,
Kebutuhan Biaya Operasional Kantor dan
11 Penyediaan Pendanaan Pengembangan dan
Kebutuhan Investasi.
Inovasi) dan Gubernur
Kalimantan Barat
1. Pengembangan Baseline survey kondisi Menteri LHK (Badan
Biofisik Penyuluhan dan
12 Pengembangan Data Base 2. Pengembangan Baseline survey kondisi Pengembangan SDM) dan
Sosial, Ekonomi dan Budaya Gubernur Kalimantan
3. Pengembangan Baseline HHK dan HHBK Barat
Pengkajian ulang batas wilayah KPH terhadap
wilayah administrasi pemerintahan kabupaten Menteri LHK (Ditjen PKTL
Rasionalisasi Wilayah Landak, Pengkajian ulang arahan pemanfaatan dan Ditjen PSKL) dan
13
Kelola dan pengembangan blok dan petak pada HL Gubernur Kalimantan
dan HP; dan Penataan ulang batas blok dan Barat
petak.
Tim Pelaksana
No Jenis Kegiatan Uraian
Pembinaan
Menteri LHK (Ditjen PKTL;
1. Observasi Wilayah Kelola
Review Rencana Ditjen PSKL dan Ditjen
14 2. Pelaksanaan Review
Pengelolaan PHPL) dan Gubernur
3. Perbaikan Dokumen
Kalimantan Barat
1. Membentuk kelompok kerja yang
membidangi kerjasama, promosi dan
quality control Menteri LHK (Staf Ahli
2. Mengikuti Pameran di tingkat Lokal dan Bidang Ekonomi Sumber
15 Pengembangan Investasi
Nasional Daya Alam) dan Gubernur
3. Meningkatkan koordinasi dengan Kalimantan Barat
stakeholder dalam upaya pengembangan
investasi
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2020
6.2. Pengawasan
Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
juga melakukan pengawasan terhadap unit-unit manajemen yang ada di wilayah kelolanya.
Unit manajemen yang menjadi obyek pengawasan adalah para pemegang IUPHHK-HA
maupun IUPHHK-HT serta perusahaan yang memiliki izin penggunaan kawasan misalnya
perusahaan pertambangan. Sinergi yang terjadi dalam pengelolaan hutan oleh KPHP Unit
VII pada UPT KPH Wilayah Landak tidak hanya dilakukan searah, tetapi dilakukan secara
dua arah dan berjenjang. Dimana KPHP Unit VII diawasi oleh instansi di atasnya, tetapi juga
mengawasi unit manajemen yang ada di bawahnya.
Pengawasan dari hasil pelaksanaan kegiatan lapangan pada KPHP Unit VII pada UPT
KPH Wilayah Landak dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat dan
BPHP Wilayah VIII Pontianak meliputi pengawasan terhadap efektivitas pelaksanaan
pembinaan penyelenggaraan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak yang memiliki
keterkaitan dengan kewenangan Pemerintah Provinsi. Hasil pengawasan yang telah
dilakukan dapat dijadikan acuan dalam perbaikan perencanaan dan pengelolaan ke depan.
Tabel 69. Matriks Pelaksanaan Pengawasan di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak
No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengawas
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola terdiri dari:
1. Inventarisasi Potensi Kayu
2. Inventarisasi Satwaliar :
Burung Enggang Gading
Burung Enggang" APBN, Inspektorat
Inventarisasi Berkala 3. Inventarisasi HHBK: Jenderal, BPK RI,
1 Wilayah Kelola serta Cakar Elang, MenLHK (Ditjen
Penataan Hutan Pasak Bumi, PHLHK)
Rotan"
4. Inventarisasi Jasa Lingkungan
5. Inventarisasi Sosial Budaya
Penataan Hutan, terdiri dari:
6.3. Pengendalian
Kegiatan pengendalian meliputi monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pengelolaan UPT KPH Wilayah Landak. Kegiatan ini bertujuan agar target yang telah
ditetapkan dapat tercapai secara maksimal dan sebagai bahan perbaikan untuk kegiatan
selanjutnya pada UPT KPH Wilayah Landak.
Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian pada UPT KPH Wilayah Landak
dimaksudkan untuk menjamin bahwa pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan skala
prioritas dan intensitas kegiatan pengelolaan hutan untuk menilai kondisi hutan, hasil dari
produk hutan, kegiatan pengelolaan dan dampaknya terhadap kondisi sosial dan lingkungan
hidup. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengawasan dan pengendailan antara
lain adalah:
1. Frekuensi dan intensitas pengawasan harus ditentukan berdasar skala prioritas dan
intensitas kegiatan pengelolaan hutan serta kompleksitas permasalahan yang ada di
lapangan.
2. Prosedur monitoring harus konsisten dan dapat diulang untuk mendapatkan
perbandingan hasil dan perubahan penilaian. Dalam manajamen UPT KPH wilayah
Landak pengendalian kegiatan pokok dilakukan oleh kepala KPH. Pengendalian
kegiatan pokok ada pada Kepala KPH Landak yang didasarkan pada rencana
kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Pengendalian program pengembangan
SDM dan mitra kerja juga dilaksanakan secara berkala sesuai dengan kebutuhan
Tabel 70. Matriks Pelaksanaan Pengendalian di KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak
No Jenis Kegiatan Uraian Tim Pengendali
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola terdiri dari:
1. Inventarisasi Potensi Kayu
2. Inventarisasi Satwaliar :
Burung Enggang Gading
Burung Enggang" Menteri LHK (Ditjen
Inventarisasi Berkala 3. Inventarisasi HHBK: PKTL & Ditjen KSDAE)
1 Wilayah Kelola serta Cakar Elang, dan Gubernur
Penataan Hutan Pasak Bumi, Kalimantan Barat
Rotan"
4. Inventarisasi Jasa Lingkungan
5. Inventarisasi Sosial Budaya
Penataan Hutan, terdiri dari:
Tabel 71. Tabel Rencana Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak Periode 2020-2029
Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
1. Tata hutan dan Penataan batas luar kawasan hutan Bahan dan peta usulan rencana trayek Mendorong dan fasilitasi percepatan
penyusunan Rencana dan batas blok serta petak sebagai penataan batas luar kawasan hutan; pelaksanaan tata batas luar kawasan hutan
Pengelolaan KPHP Unit VII syarat terwujudnya kepastian kawasan dan wilayah tertentu KPHP Unit VII pada UPT
pada UPT KPH Wilayah hutan; KPH wilayah Landak;
Landak
Penataan batas luar kawasan hutan Data primer dan data skunder dari BPKH Wil. Pengawasan dalam pelaksanaan tata batas
pada wilayah tertentu dalam rangka III Pontianak, BPHP Wil. VII Pontianak dan luar kawasan hutan dan wilayah tertentu.
optimalisasi inventarisasi potensi HHK, Dinas Kehutanan Prov. Kalimantan Barat
HHBK dan Jasling
2. Pemanfaatan Hutan pada Optimalisasi dalam pemanfaatan HHK, Peta sebaran potensi HHK, HHBK dan Jasling; Monitoring hasil pelaksanaan inventarisasi
Wilayah Tertentu HHBK dan Jasa Lingkungan pada potensi HHK, HHBK dan Jasling;
Wilayah Tertentu dengan melakukan
Data Primer melalui pengecekan lapangan Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
inventarisasi potensi. (Ground Check); kegiatan lapangan.
Data sekunder potensi HHK, HHBK dan Jasling
melalui dokumen dokumen hasil identifikasi
Biogeofisik dan Sosbud.
3. Pemberdayaan Masyarakat Peluang kemitraan dengan masyarakat Data primer melalui survey lapangan terhadap Fasilitasi pembentukan kelembagaan
sekitar kawasan hutan untuk areal yang akan dimanfaatkan (Lokasi, Luas, kemitraan masyarakat;
optimalisasi pemanfaatan lahan yang kesesuaian jenis tanah dan komoditi);
kurang produktif;
Kegiatan pemberdayaan masyarakat Data primer meliputi sosialisasi pembentukan Percepatan fasilitasi pembentukan KTH;
dengan pembentukan Kelompok Tani kelembagaan;
Hutan;
Pengembangan Agroforestry melalui Data skunder meliputi peta sebaran desa yang Pengawasan dan pengendalian kemajuan hasil
pengadaan bibit jahe merah, pupuk berada didalam dan disekitar kawasan hutan. dari pembentukan KTH.
dan sarana penunjangnya
Data primer melalui survey lokasi, luas dan Fasilitasi bantuan bibit jahe merah dan sarana
aksesibilitasnya. penunjang;
Pengawasan dan pengendalian distribusi
bantuan bibit dan sarananya.
Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
4 Pembinaan dan Terlaksananya monitoring dan evaluasi Data sekunder terkait kegiatan yang telah Monitoring dan Evaluasi hasil pelaksanaan
Pemantauan Pemanfaatan hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh pemegang izin; pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
Hutan dan Penggunaan dilakukan oleh pemegang izin; hutan para pemegang Izin;
Kawasan Hutan pada Areal
yang berizin
Terlaksananya pemantauan kegiatan Data sekunder berupa peta areal kerja Pengawasan dan Pemantauan pembukaan
pembukaan areal kerja pada izin pemegang izin; areal kerja Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan;
penggunaan kawasan/pertambangan;
Terlaksananya Bimbingan teknis Data primer melalui patrol rutin pada kawasan Pengawasan dan pengendalian hasil
terhadap Ganis pada pemegang dan rawan kebakaran, peta sebaran kawasan rawan pelaksanaan Ganis pada pemegang IUPHHK-
IUPHHK-HT di dalam wilayah KPH kebakaran dan data hot spot dari Balai PPI. HT;
Wilayah Landak Unit VII;
Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
Pembinaan kegiatan reklamasi pada Implementasi pelaksanaan SOP;
areal bekas tambang
Pemantauan pelaksanaan rehabilitasi Dokumen laporan kegiatan rehabilitasi dan
dan reklamasi terhadap pemegang izin reklamasi
7 Rencana Penyelenggaraan Kebakaran hutan dan lahan masih Data hot spot dari Balai PPI; Sosialisasi dampak kebakaran hutan dan lahan
Perlindungan Hutan dan terjadi sehubungan dengan kegiatan terhadap kehidupan masyarakat;
Konservasi Alam masyarakat yang berladang dengan
pola tidak menetap;
Peningkatan peran serta masyarakat Patroli rutin dalam rangka identifikasi daerah- Fasilitasi pelatihan pengendalian kebakaran
dalam hal konservasi satwa dilindungi daerah rawan terjadi kebakaran hutan dan hutan dan lahan kepada masyarakat yang
(Orangutan) lahan; berada didalam dan sekitar kawasan hutan;
Pemasangan plang/papan peringatan/himbauan Pembinaan kepada masyarakat melalui
pada daerah-daerah rawan terjadi kebakaran edukasi dan peyadartahuan tentang
dan perburuan satwa liar dilindungi; konservasi satwa liar dilindungi.
Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
10 Rencana Penyediaan dan Terlaksananya diklat dan training bagi Data rencana pelaksanaan Diklat; Mendorong percepatan pemenuhan tenaga
Peningkatan Kapasitas SDM KPH; pada KHPH Unit VII pada UPT KPH Wilayah
SDM Landak sesuai dengan kompetensi yang
Terlaksananya perekrutan tenaga Data Kebutuhan SDM KPH sesuai Job Analisis; dibutuhkan melalui rekrutmen tenaga dan
kontrak di lingkup KPH; Diklat atau pelatihan;
11 Penyediaan Pendanaan Terpenuhinya kebutuhan pendanaan Laporan keuangan KPH, SOP penyusunan Pembinaan dalam pembuatan laporan
kegiatan KPH yang berasal dari APBN, laporan keuangan di KPH; keuangan secara berkala;
APBD Provinsi Kalimantan Tengah dan
bantuan pihak ketiga yang tidak
mengikat (NGO);
Terpenuhinya rencana pendanaan Adanya produk HHBK yang berpotensial sesuai Pengawasan dan pengendalian terhadap
melalui BLUD dari hasil penjualan dengan permintaan pasar; penggunaan dan pertanggung jawaban
HHBK; keuangan;
Adanya wadah tujuan pemasaran HHBK;
12 Pengembangan Database Terakomodirnya database KPH dalam Informasi biofisik dalam pengelolaan sumber Fasilitasi sarana pembuatan database;
satu sistem data baseline survey daya hutan;
kondisi biofisik;
Tersedianya baseline survey kondisi Ketersediaan informasi terkait dengan kondisi Mendorong pengumpulan data – data skunder
Sosial, Ekonomi dan Budaya; sosial ekonomi dan budaya masyarakatl; yang diperlukan;
Tersedianya baseline HHK dan HHBK Adanya informasi terkait dengan kondisi HHK
maupun HHBK melalui kegiatan inventarisasi
berkala seluruh areal KPH
Terlaksananya Pengelolaan Database Adanya akses homegroup pada lingkungan
Berbasis Digital internal kantor KPH, adanya akses google drive
bagi lingkungan internal kantor KPH
13 Rencana Rasionalisasi Perubahan luas areal dalam ijin Data/Bahan dan peta areal di dalam ijin konsesi Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan
Wilayah Kelola konsesi; yang di Addendum; pengendalian akibat dari rasionalisasi wilayah
Perubahan luas areal wilayah tertentu Analisis areal wilayah tertentu akibat kelola
rasionalisasi wilayah kelola;.
Obyek Pembinaan,
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan
No Pengawasan dan Indikator Verifier/Alat Verifikasi
Pengendalian
Pengendalian
14 Review Rencana Terlaksananya review dan perbaikan Dokumen dan data pendukung review rencana Mendorong percepataan pembuatan dokumen
Pengelolaan dokumen review pengelolaan. rencana pengelolaan akibat adanya review
Dokumen dan bahan kebijakan dari pemerintah
pusat, provinsi maupun kabupaten
15 Pengembangan Investasi Terlaksananya pengembangan HHK Data dan peta sebaran potensi pengembangan Pembinaan dalam pelaksanaan
dan HHBK; HHK dan HHBK, peningkatan keterampilan pengembangan investasi dengan masyarakat
masyarakat melalui kerjasama yang dijalankan; maupun pihak investor;
7.1. Pemantauan
Pelaksanaan pemantauan kegiatan pada KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah
Landak dilaksanakan dengan metode pemantauan perencanaan hingga
pelaksanaannya, mengamati perkembangan pelaksanaan kegiatan KPHP Unit VII pada
UPT KPH Wilayah Landak, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang
timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Kegiatan
pemantauan dilakukan oleh unsur internal KPH yang dilaksanakan dengan melakukan
penilaian terhadap pengelolaan.
Hasil pemantauan ini merupakan bahan untuk melakukan evaluasi bagi pengelola
KPH agar selanjutnya dapat melaksanakan kegiatan dengan lebih baik lagi dalam
pengoptimalan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkeadilan, transparan
dan berkelanjutan. Pemantauan terhadap pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak bersama dengan instansi terkait dan
pihak ketiga (LSM) sebagai mitra.
Pemantauan terhadap para pemegang izin yang beroperasi di wilayah KPH terdiri
dari:
R
KPHP Un
120 | B a b V I I
7.2. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa
kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya suatu tujuan. Evaluasi
keberhasilan pengelolaan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dapat diukur
dari:
7.3. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi
pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam
Laporan Keuangan Instansi Pemerintah (LKIP).
1. Laporan Bulanan
a. Laporan bulanan dibuat oleh Kepala RPH dan disampaikan paling lambat
tanggal 5 (lima) bulan berikutnya kepada Kepala KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak.
b. Laporan bulanan Kepala KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dibuat
berdasarkan rekapitulasi laporan dari Kepala RPH dan Kepala Seksi dan
disampaikan paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya, kepada Kepala
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, dengan
R
KPHP Un
121 | B a b V I I
tembusan kepada Bupati Landak, kepada Direktur KPHP maupun BPHP Wilayah
VIII Pontianak, menyesuaikan masing-masing kegiatan yang berada dan
dilaksanakan pada KPH Landak.
2. Laporan Triwulan
Laporan triwulan Kepala UPT KPH Wilayah Landak untuk KPHP Unit VII dibuat
berdasarkan rekapitulasi laporan bulanan dan disampaikan paling lambat tanggal 5
(lima) bulan berikutnya, kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Kalimantan Barat, dengan tembusan kepada Bupati Landak, kepada Direktur
KPH maupun BPHP Wilayah VIII Pontianak, menyesuaikan masing-masing kegiatan
yang berada dan dilaksanakan pada KPH Landak.
3. Laporan Semester.
Laporan semester Kepala UPT KPH Wilayah Landak Unit VII dibuat berdasarkan
rekapitulasi laporan triwulan dan disampaikan paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan berikutnya, kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, dengan
tembusan kepada Bupati Landak, kepada Direktur KPH maupun BPHP Wilayah VIII
Pontianak, menyesuaikan masing-masing kegiatan yang berada dan dilaksanakan pada
KPH Landak.
4. Laporan Tahunan.
a. Laporan tahunan dibuat pada setiap akhir tahun dan disampaikan kepada
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, dengan tembusan kepada
Bupati Landak, kepada Direktur KPH maupun BPHP Wilayah VIII Pontianak,
menyesuaikan masing-masing kegiatan yang berada dan dilaksanakan pada
KPH Landak.
b. Selain laporan yang dibuat sesuai format, sebagai instansi pemerintah KPH juga
menyiapkan laporan sesuai format yang digunakan sebagai Laporan Kinerja
(LKj) Instansi.
5. Laporan Insidentil.
Laporan insidentil adalah laporan yang dibuat bila ada suatu kejadian di wilayah
KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak dan disampaikan kepada Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, dengan tembusan kepada Bupati Landak,
kepada Direktur KPH maupun BPHP Wilayah VIII Pontianak, menyesuaikan masing-
masing kegiatan yang berada dan dilaksanakan pada KPH Landak.
R
KPHP Un
122 | B a b V I I
Tabel 72. Rencana Kegiatan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak
ANGGARAN TATA WAKTU KEGIATAN & BIAYA (x Rp 1.000.000)
SUMBER
NO PELAKSANA OBYEK SASARAN INDIKATOR KEGIATAN (x Rp
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 ANGGARAN
1.juta)
1 2 3 4 5 6 7 9 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PEMANTAUAN
Peninjauan
Pemantauan,
Kemajuan dan Tercapainya out
KPH pelaporan secara
Dinas capaian berkala put/target/
Wilayah berkala
1. Kehutanan terhadap RPHJP, RPHJP, 300 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 APBN/APBD
Landak (triwulan,
Provinsi Kalbar RPHJPd/ RO RPHJPd/RO yang
Unit VII semester dan
yang telah telah ditetapkan
tahunan)
ditetapkan
PELAPORAN
Terlaksananya
Penilaian kinerja evaluasi kinerja
Dinas Penilaian kinerja
KPH di setiap akhir di setiap akhir
Kehutanan lembaga (satu
Wilayah suatu suatu
2. Provinsi Kalbar, tahun, lima 70 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 APBN/APBD
Landak masa/durasi masa/durasi
Kepala UPT- tahun, 10
Unit VII RPHJP, RPHJPd/ RPHJP, RPHJPd/
KPHP tahunan)
RO KPHP Unit X RO KPH Wilayah
Landak Unit VII
Kemen Tersedianya Pelaporan secara
Pelaporan hasil
LHK, laporan hasil berkala
monitoring dan
Kepala monitoring dan (bulanan,
KPH Wilayah evaluasi
3. Dinas evaluasi triwulan, 70 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 APBN/APBD
Landak Unit VII implemantasi
Kehutanan implemantasi semester,
kegiatan yang
Provinsi kegiatan yang tahunan dan
telah ditetapkan
Kalbar telah ditetapkan insidentil)
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit VII pada UPT KPH
Wilayah Landak tahun 2020-2029 ini menjadi acuan dan diharapkan dapat memberikan
arahan yang jelas terhadap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pengelolaan pada tahun 2029 sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.
RPHJP KPHP Unit VII pada UPT KPH Wilayah Landak tahun 2020-2029 ini disusun
dalam upaya mencapai pengelolaan dan pemanfaatan hutan dalam wilayah KPH Wilayah
Landak Unit VII secara berkelanjutan, memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pendapatan masyarakat dari sektor kehutanan,
peningkatan mutu dan produktifitas sumber daya hutan, peningkatan peran serta
masyarakat secara aktif dalam menjaga kelestarian sumber daya hutan dan peningkatan
daya dukung DAS/sub DAS di wilayah KPH Landak.