Anda di halaman 1dari 58

PETUNJUK TEKNIS

PENAFSIRAN CITRA RESOLUSI SEDANG


UNTUK MENGHASILKAN DATA PENUTUPAN LAHAN TAHUN 2009

DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN


DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN
JAKARTA 2010

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas segala


karuniaNya sehingga penyempurnaan petunjuk teknis penafsiran citra
resolusi sedang untuk menghasilkan data penutupan lahan dapat
diselesaikan sesuai dengan jadwal waktu.

Sejalan dengan perkembangan teknologi software Sistem Informasi


Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (PJ) maka diperlukan
penyesuaian petunjuk teknis penafsiran citra resolusi sedang yang sudah
ada. Petunjuk teknis ini digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
penafsiran citra resolusi sedang untuk menghasilkan data penutupan
lahan yang dilaksanakan oleh Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan
Sumber Daya Hutan bersama BPKH di lingkup Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan.

Semoga petunjuk teknis ini dapat optimal digunakan sehingga


produk yang dihasilkan sesuai dengan standar. Kami ucapkan terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
petunjuk teknis ini.

Jakarta, Maret 2010


Direktur Inventarisasi dan Pemantauan
Sumber daya Hutan,

Ir. YUYU RAHAYU, M.Sc.


NIP. 19581030 198303 1 004

3
I. PENDAHULUAN

Penyempurnaan juknis penafsiran perlu dilakukan dalam rangka


menjawab tuntutan pengguna data dan dukungan teknologi yang
semakin baik dalam mengelola data basis spasial agar data dapat
memiliki mutu yang lebih baik lagi. Perkembangan teknologi pemetaan
telah berkembang pesat seperti halnya penggunaan software Arcview
yang telah dikembangkan ke dalam versi ArcGIS. Perkembangan ini
telah dapat menyelesaikan tuntutan pengguna akan managemen data
spasial dengan cara penggunaan geodatabases, penggunaan
toleransi yang diperkenankan (xy tolerance) beserta penggunaan
analis-analis spasial yang lebih interaktif. Permasalahan label eror dan
gap-gap feature antar satu dengan yang lain dapat terpecahkan
secara lebih mudah dalam penggunaan geodatabase dan atribut-
atribut di dalam versi ArcGIS.

Permasalahan mengenai konsistensi data antar tahun dan


interdependensi antar cluster poligon menjadi salah satu aspek yang
dipertimbangkan dalam penyempurnaan juknis ini. Manajemen data
vektor dalam geodatabases merupakan upaya meminimalisasi
permasalahan data dan memiliki struktur yang teratur. Dengan
demikian, penyempurnaan juknis penafsiran dipandang perlu untuk
menyeragamkan prosedur sehingga menghasilkan data penutupan
lahan yang lebih baik lagi dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pernyempurnaan juknis ini juga didukung dengan ketersediaan


sumberdaya manusia dalam penguasaan software ArcGIS pada Pusat
dan UPT di lingkup Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan.
Ketersediaan SDM ini telah diupayakan melalui pelatihan ArcGIS dan
PJ baik tingkat Dasar maupun Lanjut. Penggunaan ArcGIS ini juga
sudah banyak digunakan oleh para penafsir dan pengguna GIS di
lingkup satuan kerja.

4
II. BAHAN DAN ALAT

- Bahan yang digunakan sebagai berikut;

 Citra Landsat kurun waktu Oktober 2008 - Maret 2010.

 Citra ALOS PALSAR kurun waktu Oktober - Maret 2010.

 Data vektor penutupan lahan tahun lama (tahun 2000, 2003,


2006).

 Peta Sebaran HPH-HTI, Perkebunan, Permukiman dan Peta


Edafis.

 Peta-peta lainnya yang relevan

Alat yang digunakan;

 Komputer minimal memiliki spesifikasi prosesor dual core


2GHZ, RAM 2 GB, Kapasitas penyimpanan 250 GB, memori
VGA 128 MB yang mampu menampilkan Screen Resolution
minimal 1280 x 1024 pixels.

 Software ArcGIS dan ERDAS dan atau ENVI.

III. PROSEDUR KERJA

1. Tahap Persiapan

- Melakukan pengecekan piranti keras dan lunak yang akan


dipergunakan dalam penafsiran. Untuk piranti keras, kemampuan
minimum yang mampu menjalankan software ArcGIS, ERDAS.
Adapun piranti lunak, pengecekkan penginstalan operasional
sistem beserta software ArcGIS, ERDAS yang mampu berjalan
dengan baik. Dalam pelaksanaan penafsiran, penafsir minimal
memiliki software ArcGIS yang terinstal di dalam komputer. Apabila
di instansi daerah tidak memiliki software ERDAS maka pengerjaan

5
citra proses geokoreksi dan orthoretifikasi dikerjakan di kantor
Pusat.

- Mengidentifikasikan areal yang akan ditafsir, berupa batas-batas


areal yang akan ditafsir, informasi citra yang akan digunakan
seperti nomor path-row dan atau nomor indentifikasi citra, tanggal
liputan citra serta indentifikasi saluran band yang dimiliki setiap citra
yang akan digunakan.

- Menentukkan kombinasi citra yang akan digunakan, seperti halnya


citra LANDSAT dengan kombinasi band 543. Adapun monogram
dan literatur kenampakan terdapat dalam lampiran.

- Menyiapkan citra radar (ALOS PALSAR) dan citra MODIS untuk


menafsir daerah yang berawan pada citra utama
- Mengumpulkan data pendukung penafsiran seperti peta-peta, data
statistik, laporan survey lapangan beserta data pendukung lainnya.

- Menentukan peta dasar yang akan digunakan Peta Dasar Tematik


Kehutanan (PDTK).

- Menyiapkan kode yang akan digunakan untuk id setiap klas


penutupan lahan (23 klas), terlampir.

- Menentukan ukuran skala yang optimum dalam penafsiran on


screen, yaitu pada skala 1 : 50.000 pada tampilan software ArcGIS.

- Menentukan ukuran polygon terkecil yang akan dideliniasi, yaitu 0,5


cm x 0,5 cm pada skala deliniasi on screen.

2. Tahap Pemuatan (Loading) Citra


- Memuat /memasukkan citra yang akan ditafsir atau diolah ke dalam
komputer.
- Melakukan penggabungan 3 saluran/band (RGB). Prosedur
didalam ArcGIS sbb;

o Membuka software ARCGIS dengan mengklik .

6
o Menampilkan Arctoolbox dengan cara klik menu

o Membuka data management tool pada Arctoolbox dengan cara


klik menu , kemudian klik , dan
double klik menu .

o Memasukkan setiap band nya secara urut di dalam menu input


raster, dimana data citra tersimpan pada direktori yang telah
diketahui sebelumnya. Seperti halnya pada citra LANDSAT
yang dikehendaki komposit 543 maka memasukkan input raster
band 5 paling atas sebagai R (Red), kemudian band 4 ditengah
sebagai G (Green) dan band 3 berkedudukan paling bawah B
(Blue). Menyimpan hasil komposit RGB di dalam direktori yang
dikehendaki pada menu output raster.

o Klik OK untuk eksekusi prosesnya, kemudian hasilnya akan


terlihat pada layer ArcGIS. ArcGIS akan menyimpan secara
otomatis dalam format .img dan koordinat mengikuti data citra
aslinya.
- Konversi format data dalam bentuk .tiff.

o Mengklik kanan file layer tersebut, kemudian pilih data

o Di dalam menu data terdapat menu export data yang digunakan


untuk konversi

o Melakukan setting format yang diinginkan pada menu format;


mengecek ukuran 1 pixel pada bagian cell (cx,cy) (komposit
LANDSAT berukuran 30 m x 30 m). Adapun setting extent dan
spatial reference tidak perlu dirubah, tetap pada kedudukan
setting Raster dataset (original) untuk menghasilkan konversi
yang persis seperti aslinya.

o Menempatkan penyimpanan hasil konversi dalam direktori yang


diinginkan dapat dilakukan setting pada menu location. Nama
file dapat dinamai pada bagian menu name.

7
o Klik OK untuk proses eksekusinya. Hasil konversi format
tersebut memiliki koordinat yang mengikuti data citra aslinya.

3. Tahap Geokoreksi dan Orthorectifikasi

Geokoreksi pada dasar melakukan proses transformasi koordinat


citra ke dalam koordinat peta acuan dengan sistem proyeksi yang telah
ditentukan, dengan tujuan untuk mendapatkan citra yang sesuai
dengan posisi sebenarnya. Adapun orthorektifikasi merupakan proses
dalam menghasilkan citra yang bersih dari pengaruh ketinggian (Z)
permukaan dalam peliputannya.

Sistem koordinat peta citra yang dipergunakan dalam pekerjaan


penafsiran ini adalah sistem koordinat Universal Tematic Mapper
(UTM) yang bersatuan meter dengan proyeksi Mercator. Koreksi
geometri citra memerlukan dua jenis masukan data, yaitu citra sebagai
data yang akan dikoreksi dan peta digital yang memiliki koordinat
tertentu dan memiliki system proyeksi tertentu sebagai acuan/master
atau data titik-titik koordinat citra UL (x,y); UR (x,y); LL (x,y); LR (x,y).

Proses geokoreksi dan orthorectifikasi dilakukan pada data-


data yang belum dilakukan proses ini misalnya landsat level 1G
kebawah. Untuk data yang sudah pada level pemprosesan ini
misalnya landsat level 1T tidak perlu diproses geokoreksi dan
orthorectifikasi, bila ini dilakukan akan menyebabkan kesalahan
posisi data di dalam letak geografisnya. Dengan demikian,
pentingnya untuk melihat metadata terlebih dahulu sebelum
melakukan tahapan ini. Contoh metadata citra Landsat level 1T sbb;

8
Langkah-langkah geokoreksi dan orthorectifikasi di piranti software
ERDAS sebagai berikut;
- Memasukkan data Landsat Orthorectifikasi USGS (x,y) yang sudah
Geocoded, citra yang akan dikoreksi dan DEM SRTM yang sudah
Geocoded.

- Buka 2 viewer pada ERDAS, kemudian buka file citra yang akan
dikoreksi pada viewer 1 dan Landsat orthoretifikasi USGS (x,y)
pada viewer 2.

- Pada viewer data yang belum dikoreksi pilih menu Raster, klik pada
menu Geometric Correction.

- Setelah muncul Set Geometric Model, Pilih model yang akan


digunakan (misalnya yang dikoreksi Landsat, maka dipilih model
Landsat), klik OK untuk melanjutkan proses selanjutnya.

- Kemudian muncul tampilan Landsat Model Properties, maka pilih;

o Type: TM

o Scene coverage : Size : Full scene

o Elevation Source: Use:

o Dicari dengan loading file DEM atau SRTM dengan cara

mengeklik .

- Klik Apply untuk melanjutkan proses selanjutnya, kemudian Close

9
- Setelah muncul GCP Tool Reference Setup, pilih Existing viewer,
klik ok.

- Setelah muncul Viewer Selection Instructions, Klik Pada Viewer


data referensinya,sehingga muncul Reference Map Information.

- Mengambil titik-titik GCP (minimal 30 titik) secara manual pada


kedua citra pada viewer.

- Setelah pengambilan titik GCP selesai, klik tanda sigma pada


GCP Tool. Kemudian perhatikan dan usahakan agar RMS Errornya
tidak lebih dari 15 meter (0,5 pixel). Jika RMS Error lebih dari 15 m,
cek dan perbaiki posisi tiap titik GCP.

- Save input untuk menyimpan data input titik GCP.

- Save references untuk menyimpan data input titik reference.

- Load input untuk menyajikan/memanggil data input titik GCP.

- Load References untuk menyajikan/memanggil data input titik


reference.

- Pada dialog Geo Correction Tools, Klik tanda ‘Display


Resample Image Dialog dalm melanjutkan proses.
- Maka muncul dialog Resample, menentukan Nama Output Filenya, Klik
OK dalam proses eksekusinya.
Untuk pengguna ENVI dapat melakukan geokoreksi

4. Tahap Penafsiran

Penafsiran citra merupakan proses dalam deliniasi area yang


memiliki tipe kesamaan karakteristik dalam klas-klas katagori yang
sudah ditentukan. Adapun dalam pekerjaan ini klas-klas kategori
didasarkan dari klas-klas penutupan lahan yang berjumlah 23 klas
yang telah ditentukan. Tahap Penafsiran ini akan mencakup
kegiatan Penajaman Citra, Delineasi Obyek dan Pengecekan Hasil
Delineasi, Editing, Pemberian Atribut dan Perhitungan Luas.

10
Dalam melakukan proses penafsiran terdapat pertimbangan yang
mendasar sebagai berikut;

- Kemudahan dalam melakukan deliniasi dan interpretasi dalam


membedakan masing-masing klas penutupan lahan (23 klas).

- Kemampuan teknis penafsir yang memiliki konsistensi dalam


proses interpretasinya.

- Para pengguna yang telah terbiasa dengan metode digitasi on


screen.

Kegiatan penafsiran citra dilakukan dengan cara sebagai berikut;

4.1 Membuat Struktur Data

Untuk dapat menghasilkan file keseluruhan dalam satu folder dan satu
geodatabase maka langkah awal dengan membuat geodatabase yang
dibuat di ArcCatalog dengan klik menu .

o Membuat folder yang berada pada lokasi drive hardisk yang


diinginkan dalam penyimpanan. Untuk sistem penamaan folder
diseragamkan dengan nama "penafsiran2009".

o Didalam folder "penafsiran2009" tersebut, membuat geodatabase


dengan sistem penamaan geodatabase yang diseragamkan
dengan nama "nama instansi pembuat_penutupanlahan".

11
 Misalnya: bpkhxvi_penutupanlahan

o Didalam geodatabase, membuat feature dataset dengan sistem


penamaan feature dataset yang diseragamkan dengan nama
"nama propinsi yang dibuat"

 Misalnya: sulawesitengah

o Untuk setting coordinate system untuk xy yang digunakan, pilihlah


"Geographic Coordinat System, World, WGS 1984"

o Untuk setting coordinate system untuk z yang digunakan, pilihlah


"none"

o Untuk nilai toleransi yang digunakan, memakai "toleransi default


yang direkomendasikan oleh ESRI". Adapun nilainya sebagai
berikut : XY Tolerance = 0.000000008983153 degree, Z
Tolerance = 0,001 dan M Tolerance 0,001.

12
o Didalam feature dataset, berisikan feature class penutupan lahan
berbagai tahun.

o Untuk memasukkan shapefile data pl06 dapat dilakukan dengan


cara "import".

o Perhatikan untuk output feature class diisi dengan nama "pl06"


dan field map hanya terisi "PL06_ID(long)".

o Guna penyeragaman sistem penamaan feature class data


penutupan lahan maka penyeragaman data atribut pada tabel
database dilakukan dengan keterangan sebagai berikut;

13
Nama feature class : plyy (misalnya pl06)
Nama field : PLYY_ID (misalnya PL06_ID)
Tipe field : Long Integer
Field size : 5
Dengan demikian properties pada feature class akan terlihat sbb;

o Adapun struktur data keseluruhan akan seperti dibawah ini;

o Data pl06 ini nantinya akan dijadikan data dasar untuk pl09 dengan
cara "import", namun akan dirubah nama feature class menjadi
pl09 dan nama field dirubah PL09_ID. Sebelum dilakukan import,
terlebih dahulu data pl06 dilakukan "topology error".

o Untuk melakukan topology error terhadap data pl06, dilakukan


pembuatan "topology".

14
o Adapun nama topology ”pl06_topology" dan cluster tolerance
sebesar 0.0000000089831529999999992 degree (sesuai dengan
default ESRI).

o Masukkan "Rule" dengan "Must Not Overlap" dan "Must Not


Have Gaps"

Contoh beberapa polygon overlap Contoh beberapa polygon terdapat gap

o Melakukan pengecekkan secara on screen di ArcMap.

15
o Berdasarkan topologi error yang ada untuk "Must Not Overlap"
perintah yang dapat dilakukan "Merge, Create Feature,
Substract" dan untuk "Must Not Have Gaps" perintah yang dapat
dilakukan "Create Feature", langkah-langkah yang dapat
dilakukan sbb;

1. "Merge" dilakukan pada saat polygon terdeteksi error


merupakan bagian dari polygon yang terdekat dan dipastikan
merupakan bagian polygon tersebut yang terlihat dengan
referensi tayangan citra.

Sebelum Sesudah

2. "Create Feature" dilakukan pada saat polygon terdeteksi error


merupakan bagian klas penutupan lahan tersendiri yang dapat
dipisahkan dengan polygon lain didekatnya dengan referensi
tayangan citra. Adapun deskripsi secara visual sbb;

Sebelum Sesudah

16
3. "Subtract" dilakukan pada saat polygon terdeteksi error
ditengah-tengah polygon lain, namun pada bagian polygon
error tersebut dihilangkan. catatan: Untuk Perintah "Subtract"
ini tidak direkomendasikan untuk dilakukan di dalam
perintah penafsiran pl.

o Setelah pengecekkan topology selesai, maka data pl06 dapat


digunakan untuk data dasar pl09. Adapun cara dengan melakukan
"import".

o Dalam kolom import, Output Feature Class diisi pl09 dan nama field
map dirubah dari PL09_ID menjadi PL09_ID dengan cara
"Rename".

o Selain cek topologi error, juga dilakukan pengecekkan


interdenpendensi dengan PDTK. Ini dilakukan dengan cara
memasukkan data PDTK ke dalam Geodatabase yang dibuat.

o Prosedurnya dengan melakukan "Import" ke dalam Geodatabase.

o Adapun struktur data keseluruhan akan seperti dibawah ini;

17
o Melakukan "import" juga data kawasan dan sebaran HPH dan HTI
ke geodatabase sebagai peta acuan.

o Setelah membuat geodatabases, membuat juga folder "citra" di


dalam folder "penafsiran2009"

o Di dalam folder "citra", dibuat 2 folder yaitu "tahun2006" dan


"tahun2009". Dan didalam folder berisikan citra-citra yang telah
diolah (citra RGB dan hasil penajaman). adapun strukturnya sbb;

18
o Struktur data agar disusun seragam dan sesuai dengan prosedur
diatas. Dan struktur data diatas sudah siap digunakan dalam
proses delineasi/penafsiran penutupan lahan tahun 2009.

4.2 Menampilkan dalam Viewer Arcmap

o Menampilkan citra lama, citra baru dan hasil penafsiran lama


maupun file penafsiran baru yang akan digit pada view yang sama.

Dengan mengklik (add data) dengan mengarahkan pada lokasi


folder yang sudah dibuat.

o Menyusun layers secara berurutan dengan susunan dari bawah


terdiri citra lama, citra baru, Peta Dasar Tematik Kehutanan (base),
hasil penafsiran lama (pl06) dan yang paling atas layer dari
penafsiran baru (pl09), beserta peta-peta yang relevan untuk
membantu pelaksanaan penafsiran seperti halnya peta sebaran
HPH-HTI dan perkebunan, peta permukiman dan peta edafis.

o Membuat satu group citra-citra pada tahun yang sama.

o Agar proses load data tidak memberatkan pada komputer, lakukan


pengaktifan path-row citra pada lokasi yang akan dikerjakan.

19
o Contoh struktur tampilan keseluruhan sbb;

o Setelah gambar citra tampil pada view, melakukan setting proyeksi


dengan cara klik kanan layers utama, klik properties kemudian pilih
"Predefined", setting dengan "Geographic Coordinate System"
kemudian "World", "WGS 1984".

o Melakukan pengesetan skala view yang konsisten pada skala yang


ditentukan 1 : 50.000.

20
4.3 Penajaman Citra dalam Viewer

o Penajaman citra dalam viewer yang paling mudah dilakukan


dengan cara mengatur "Constrast" dan "Brightness" dalam
effect di dalam toolbar ArcGIS.

o Atau penajaman dapat dilakukan dengan mengatur histogram.

o Data gap fill karena SLC off dapat diisi dengan minimal 2 citra atau
lebih dengan mengaktifkan
pada layer properties dan mengatur penajaman citra secara sama.

21
4.4. Delineasi Polygon

o Terlebih dahulu start editing pada menu toolbar editor.

o Memilih polygon yang akan diedit dengan "Select Features"

dengan yang berada pada toolbar "Tools" (jangan memakai

"Edit tool" dengan yang berada pada toolbar "Editor" karena


akan berakibat bergesernya polygon tanpa disengaja).

o Pilihlah "Cut Polygon Features" dan target data untuk


mengerjakan keseluruhan deliniasi pada pl baru (misal pl09).

o Dengan menggunakan "Sketch Tool" , dapat mendelineasi


atau memotong polygon dan atau membuat polygon didalam
polygon pada bagian polygon yang telah dipilih untuk diedit.
Adapun monogram penutupan lahan terlampir.

Catatan: untuk delineasi ini yang dimaksud untuk tujuan penutupan lahan
(landcover) bukan penggunaan lahan (landuse) dengan demikian untuk
lokasi hutan tanaman dan perkebunan/kebun bila didalamnya adalah
tanah terbuka dan atau semak-belukar maka didelineasi sesuai dengan
kondisi tersebut dan diberi kode sesuai dengan kondisi tersebut misalnya
tanah terbuka (2014) dan semak-belukar (2007).

22
o Melakukan pengeditan label terhadap "Field Tabel PL09_ID" di
"Attributes" pada Toolbar Editor. Perubahan lahan sesuai dengan
"matriks perubahan lahan".

o Apabila masing terdapat kelas awan (kode 2500), diharapkan


penafsir menggunakan beberapa (bisa lebih dari 2) citra landsat
yang tersedia disetiap path-row untuk meminimalkan kelas awan,
dan bila hal tersebut tidak mampu menghilangkan maka dapat
melakukan pengecekkan dengan citra PALSAR dan MODIS untuk
menjustifikasi klas-klas non-awan.

o Apabila dalam justifikasi klas awan menggunakan PALSAR dan


MODIS, diharapkan menambah field tabel dengan aturan sbb;

 Nama field : pl_awan


 Tipe field : text
 Field size : 8
o Didalam field "pl_awan" apabila dijustifikasi dari PALSAR maka diisi
dengan "palsar" dan apabila dijustifikasi dengan MODIS maka
diisis dengan "modis".

o Jika ada kesulitan dalam melakukan penafsiran dengan


menggunakan citra Landsat, dapat menggunakan bantuan Google
Earth untuk identifikasi obyek. Pada beberapa tempat Google Earth
memiliki foto lapangan. Gunakan ekstensi Synchronize Google
Earth.

23
o Untuk daerah yang memiliki informasi yang spesifik seperti halnya
sebaran Sagu, Pinus sp, Acasia sp., Karet, Sawit dan Ecalyptus sp.
dan vegetasi lainnya yang mampu ditafsir dengan landsat maka
dilakukan delineasi dan menambah field tabel dengan aturan sbb;

 Nama field : ket


 Tipe field : text
 Field size : 10
o Didalam field tabel "ket" informasi yang diisikan adalah sesuai
dengan vegetasi yang spesifik, seperti contoh apabila daerah yang
didelineasi daerah sawit maka diisikan dalam field tabel "ket"
adalah sawit. Adapun untuk field tabel "pl09_id" tetap diisi dengan
kode 23 klas penutupan lahan.

o Diajurkan tidak melakukan "merge" per-polygon bila terdapat


polygon yang bersebelahan yang memiliki pl_id sama. Proses ini
akan dilakukan bersama-sama setelah keseluruhan data tersebut
dilakukan delineasi.

o Melakukan penyimpanan hasil denileasi secara berkala seusai


bekerja dan menyimpan file project .mxd nya.

o Ukuran polygon terkecil yang tetap dideliniasi adalah 0,5 cm x 0,5


cm pada skala 1 : 50.000.

o Tahap penyelesaian akhir penafsiran dengan melakukan proses


topology, kemudian melakukan perbaikan terhadap error-error
topology polygon keseluruhan hasil penafsiran baru.

o Melakukan pengecekan ulang dari keseluruhan hasil delineasi dari


pl09.

o Melakukan "Dissolve" pada Arctoolsbox dalam menggabungkan


klas-klas pl yang sama, kemudian file disimpan di geodatabase dan
diberi nama dengan seragam pl09_Dissolve.

24
o Melakukan proses "Multipart to Singlepart" pada Arctoolsbox yang
berguna untuk memisahkan kembali bagian-bagian polygon secara
terpisah dan berurutan, kemudian diberi nama dengan seragam
"pl09_MultipartToSinglepart".

4.5 Perhitungan Luas

o Melakukan setting proyeksi koordinat dengan memilih


"Predefined", setting dengan "Projected Coordinate System"
kemudian "World", kemudian "WGS 1984 PDC Mercator".
kemudian klik "Modify..." untuk Central_Meridian diisi dengan
angka "116" (seratus enam belas) dan Standard_Paralel_1 diisi
dengan angka "-2" (negatif dua)

25
o Membuat Field Baru di dalam Tabel dengan nama "luas" dengan
type field "Double". (catatan: digunakan integer bila datanya
memerlukan pembulatan sedangkan double bila data tidak
memerlukan pembulatan)

o Melakukan "Calculate Geometry" dengan units "Hectare[ha]".

IV. KONTROL KUALITAS


Kegiatan penafsiran dalam rangka Pemantauan Sumber Daya Hutan Indonesia
akan dilakukan kontrol kualitas hasil. Adapun kontrol kualitasnya meliputi;

 Pengecekan Perubahan dan eror label (tidak ada label)

Melakukan pembuatan pivot tabel di excel perubahan dari pl06 menjadi


pl09 dengan cara sbb;

o Melakukan "Union" data pl 06 dan pl09 di ArcToolsbox pada


Analysis Tools. hasil union dimasukkan dala geodtabase dengan
nama "pl06_pl09_union".

o Melakukan export tabel dalam bentuk dbase (.dbf) agar dapat


dibuka di excel dan diberi nama filenya "pl06_pl09_union".

o Membuka pl06_pl09_union.dbf di excel dan melakukan pivot


tabel. Adapun contohnya sbb;

26
o Mencocokkan hasil pivot tabel dengan tabel matriks peluang
perubahan penutupan lahan.

o Melakukan perbaikan-perbaikan polygon-polygon yang memiliki


perubahan yang tidak logis dan memverifikasi ulang.

o Setelah dilakukan perbaikan, maka menentukan perhitungan


deforestasi dari pivot tabel tersebut.
 Pengecekkan Topology Error

V. HASIL DAN PELAPORAN


Adapun hasil yang dilaporkan, sbb;
1. Hasil penafsiran harus berbasis dengan PDTK.
2. Hasil penafsiran pl09 harus memiliki interdependensi dengan pl03
dan pl06 yang sudah ada.
3. Tidak terdapat error topology setiap klas PL klusternya.
4. Hasil pelabelan penutupan lahan (PL) harus memiliki konsistensi
perubahan yang logis.
5. Hasil diserahkan dalam bentuk softcopy DVD atau media rekam
lainnya dari keseluruhan isi folder "penafsiran2009" yang
didalamnya berisikan geodatabase dan citra yang digunakan.
6. Pelaporan memuat tentang mekanisme pengerjaan dan informasi
yang spesifik yang mengenai data penutupan yang dihasilkan.

27
V. TATA WAKTU

No. Tahapan Bulan ke-


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
2. Loading citra
3. Geokoreksi dan
orthoretifikasi
4. Penafsiran
5. Kontrol Kualitas
dan kompilasi
6. Evaluasi dan
Pelaporan

28
Lampiran 1. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan (23 klas) disertai kode
layer dan kode layer dan kode topomini
No Kelas Kode layer Keterangan
/ toponimi
1 Hutan lahan kering Hp / 2001 Seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan
primer pegunungan (dataran tinggi dan subalpin) yang belum menampakkan
bekas penebangan, termasuk hutan kerdil, hutan kerangas, hutan di
atas batuan kapur, hutan di atas batuan ultra basa, hutan daun jarum,
hutan luruh daun dan hutan lumut.
2 Hutan lahan kering Hs / 2002 Seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan
sekunder / bekas pegunungan yang telah menampakkan bekas penebangan
tebangan (kenampakan alur dan bercak bekas tebang), termasuk hutan kerdil,
hutan kerangas, hutan di atas batuan kapur, hutan di atas batuan ultra
basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut. Daerah
berhutan bekas tebas bakar yang ditinggalkan, bekas kebakaran atau
yang tumbuh kembali dari bekas tanah terdegradasi juga dimasukkan
dalam kelas ini. Bekas tebangan parah bukan areal HTI, perkebunan
atau pertanian dimasukkan savanna, semak belukar atau lahan terbuka
3 Hutan rawa primer Hrp / 2005 Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau
dan rawa gambut yang belum menampakkan bekas penebangan,
termasuk hutan sagu.
4 Hutan rawa Hrs / 20051 Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau
sekunder / bekas dan rawa gambut yang telah menampakkan bekas penebangan,
tebangan termasuk hutan sagu dan hutan rawa bekas terbakar. Bekas tebangan
parah jika tidak memperlihatkan tanda genangan (liputan air)
digolongkan tanah terbuka, sedangkan jika memperlihatkan bekas
genangan atau tergenang digolongkan tubuh air (rawa)
5 Hutan mangrove Hmp / 2004 Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai yang
primer belum menampakkan bekas penebangan. Pada beberapa lokasi, hutan
mangrove berada lebih ke pedalaman
6 Hutan mangrove Hms / 20041 Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai yang telah
sekunder / bekas memperlihatkan bekas penebangan dengan pola alur, bercak, dan
tebangan genangan atau bekas terbakar. Khusus untuk bekas tebangan yang
telah berubah fungsi menjadi tambak/sawah digolongkan menjadi
tambak/sawah, sedangkan yang tidak memperlihatkan pola dan masih
tergenang digolongkan tubuh air (rawa).
7 Hutan tanaman Ht / 2006 Seluruh kawasan hutan tanaman yang sudah ditanami, termasuk hutan
tanaman untuk reboasasi. Identifikasi lokasi dapat diperoleh dengan
Peta Persebaran Hutan Tanaman. Catatan: Lokasi hutan tanaman yang
didalamnya adalah tanah terbuka dan atau semak-belukar maka
didelineasi sesuai dengan kondisi tersebut dan diberi kode sesuai
dengan kondisi tersebut misalnya tanah terbuka (2014) dan semak-
belukar (2007).
8 Perkebunan / Kebun Pk / 2010 Seluruh kawasan perkebunan, yang sudah ditanami. Identifikasi lokasi
dapat diperoleh dengan Peta Persebaran Perkebunan. Perkebunan
rakyat yang biasanya berukuran kecil akan sulit diidentifikasikan dari
citra maupun peta persebaran, sehingga memerlukan informasi lain,
termasuk data lapangan. Catatan: Lokasi perkebunan/kebun yang
didalamnya adalah tanah terbuka dan atau semak-belukar maka
didelineasi sesuai dengan kondisi tersebut dan diberi kode sesuai
dengan kondisi tersebut misalnya tanah terbuka (2014) dan semak-
belukar (2007).
9 Semak belukar B / 2007 Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali atau
kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan
dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak
menampakkan lagi bekas/bercak tebangan
10 Semak belukar rawa Br / 20071 Kawasan bekas hutan rawa / mangrove yang telah tumbuh kembali atau
kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan
dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak
menampakkan lagi bekas / bercak tebangan

29
11 Savanna / Padang S / 3000 Kenampakan non hutan alami berupa padang rumput, kadang-kadang
rumput dengan sedikit semak atau pohon. Kenampakan ini merupakan
kenampakan alami di sebagian Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara
Timur dan bagian Selatan Papua. Kenampakan ini dapat terjadi pada
lahan kering ataupun rawa (rumput rawa).
12 Pertanian lahan Pt / 20091 Semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebun
kering campuran dan ladang
13 Pertanian lahan Pc / 20092 Semua jenis pertanian lahan kering yang berselang-seling dengan
kering campur semak, belukar dan hutan bekas tebangan. Sering muncul pada areal
semak / kebun perladangan berpindah, dan rotasi tanam lahan karst. Kelas ini juga
campur memasukkan kelas kebun campuran

14 Sawah Sw / 20093 Semua aktivitas pertanian lahan basah yang dicirikan oleh pola
pematang. Yang perlu diperhatikan oleh penafsir adalah fase rotasi
tanam yang terdiri atas fase penggenangan, fase tanaman muda, fase
tanaman tua dan fase bera. Kelas ini juga memasukkan sawah
musiman, sawah tadah hujan, sawah irigasi. Khusus untuk sawah
musiman di daerah rawa membutuhkan informasi tambahan dari
lapangan
15 Tambak Tm / 20094 Aktivitas perikanan darat (ikan / udang) atau penggaraman yang tampak
dengan pola pematang (biasanya) di sekitar pantai
16 Permukiman / Pm / 2012 Kawasan permukiman, baik perkotaan, perdesaan, industri dll. Yang
Lahan terbangun memperlihatkan pola alur rapat.
17 Transmigrasi Tr / 20122 Kawasan permukiman transmigrasi beserta pekarangan di sekitarnya.
Kawasan pertanian atau perkebunan di sekitarnya yang teridentifikasi
jelas sebaiknya dikelaskan menurut pertanian atau perkebunan.
Kawasan transmigrasi yang telah berkembang sehingga polanya
menjadi kurang teratur dikelaskan menjadi permukiman perdesaan.
18 Lahan terbuka T / 2014 Seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa vegetasi (singkapan batuan
puncak gunung, puncak bersalju, kawah vulkan, gosong pasir, pasir
pantai, endapan sungai), dan lahan terbuka bekas kebakaran.
Kenampakan lahan terbuka untuk pertambangan dikelaskan
pertambangan, sedangkan lahan terbuka bekas pembersihan lahan-
land clearing dimasukkan kelas lahan terbuka. Lahan terbuka dalam
kerangka rotasi tanam sawah / tambak tetap dikelaskan sawah / tambak
19 Pertambangan Tb / 20141 Lahan terbuka yang digunakan untuk aktivitas pertambangan terbuka-
open pit (spt.: batubara, timah, tembaga dll.), serta lahan pertambangan
tertutup skala besar yang dapat diidentifikasikan dari citra berdasar
asosiasi kenampakan objeknya, termasuk tailing ground (penimbunan
limbah penambangan). Lahan pertambangan tertutup skala kecil atau
yang tidak teridentifikasi dikelaskan menurut kenampakan
permukaannya
20 Tubuh air A / 5001 Semua kenampakan perairan, terasuk laut, sungai, danau, waduk,
terumbu karang, padang lamun dll. Kenampakan tambak, sawah dan
rawa-rawa telah digolongkan tersendiri
21 Rawa Rw / 50011 Kenampakan lahan rawa yang sudah tidak berhutan
22 Awan Aw / 2500 Kenampakan awan yang menutupi lahan suatu kawasan dengan ukuran
2
lebih dari 4 cm pada skala penyajian. Jika liputan awan tipis masih
memperlihatkan kenampakan di bawahnya dan memungkinkan ditafsir
tetap didelineasi.
23 Bandara / Bdr/Plb / Kenampakan bandara dan pelabuhan yang berukuran besar dan
Pelabuhan 20121 memungkinkan untuk didelineasi tersendiri.

30
Tabel 2. Matriks Peluang Perubahan Penutupan Lahan

Tahun1 (2006)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
TABEL MUTASI

20041

20051

20071

20091

20092

20093

20094

20121

20122

20141

50011
DARI TAHUN 2006 KE TAHUN 2009

2001

2002

2004

2005

2006

2007

2010

2012

2014

3000

5001
1 Hutan Lahan Kering Primer 2001 v
2 Hutan Lahan Kering Sekunder 2002 v v
3 Hutan Mangrove Primer 2004 v
4 Hutan Rawa Primer 2005 v
5 Hutan Mangrove Sekunder 20041 v v v
6 Hutan Rawa Sekunder 20051 v v v
7 Hutan Tanaman 2006 v v v v v v v v v v
8 Belukar 2007 v v v v v v v v v
9 Belukar Rawa 20071 v v v v v v v v v
Tahun2 (2009)

10 Perkebunan 2010 v v v v v v v v v v v v v
11 Pemukiman 2012 v v v v v v v v v v v v v
12 Tanah Kosong 2014 v v v v v v v v v v v v v v v
13 Rumput 3000 v v v v v v v v v v v v v v v
14 Pertanian Lahan Kering 20091 v v v v v v v v v v
15 Pertanian Lahan Kering Campur 20092 v v v v v v v
16 Sawah 20093 v v v v v v v v v
17 Tambak 20094 v v v v v v v v v v
18 Bandara 20121 v v v v v v v v
19 Transmigrasi 20122 v v v v v v v v v
20 Pertambangan 20141 v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
21 Rawa 50011 v v v v v v v v v
22 Air 5001 v

Catatan: Untuk perubahan yang tidak sesuai dengan matriks diatas, menjadi perubahan yang spesifik dan dilaporkan dalam laporan penafsiran tahun 2009

31
Lampiran 3. Monogram Penutupan Lahan Per-Pulau Besar

MONOGRAM PENUTUPAN LAHAN (PULAU SUMATERA)


NO TIPE PENUTUPAN LAHAN KODE KUNCI PENAFSIRAN MONOGRAM
1 Hutan Lahan Kering Primer Hp/2001 Rona agak gelap,
(Sumut) warna hijau tua,
tekstur agak kasar s.d
Seluruh kenampakan hutan dataran kasar, pola tidak
rendah, perbukitan dan pegunungan teratur, biasanya areal
yang belum menampakkan bekas cukup luas
penebangan, belum adanya jaringan
jalan atau aktivitas manusia

2 Hutan Lahan Kering Sekunder Hs/2002 Rona agak terang


(Sumut) dibanding, warna hijau
terang kekuningan,
Seluruh kenampakan hutan dataran tekstur agak kasar,
rendah, perbukitan dan pegunungan bentuk tidak beraturan,
yang telah menampakkan bekas pola terdapat bukaan
penebangan (jaringan jalan bercak dan jaringan jalan
bekas tebang dan aktifitas logging
masyarakat

3 Hutan Rawa Primer Hrp/2005 Rona gelap, warna


(Sumut) hijau tua, tekstur halus
s.d agak halus, pola
Seluruh kenampakan hutan di daerah tidak teratur, berada
berawa, termasuk rawa payau dan didaerah dataran
rawa gambut yang belum rendah, dekat dengan
menampakkan bekas penebangan, sungai/perairan (basah)
jaringan jalan dan unsur bangunan

4 Hutan Rawa Sekunder Hrs/20051 Rona agak terang,


(Sumut) warna hijau muda dan
tua, tekstur agak halus
Seluruh kenampakan hutan di daerah dan agak kasar, berada
berawa, termasuk ra-wa payau dan didaerah dataran
rawa gambut yang telah rendah, dekat dengan
menampakkan bekas penebangan, sungai/perairan
jaringan jalan dan unsur bangunan (basah), pola tidak
teratur, adanya
jaringan jalan dan
bukaan/aktifitas
manusia

32
5 Hutan Mangrove Primer Hmp/2004 Rona agak gelap,
(NAD) warna hijau tua, tekstur
agak halus, pola tidak
Hutan bakau, nipah dan nibung yang teratur, biasanya
berada di sekitar pan-tai yang belum terletak didaerah pantai
menampakkan bekas penebangan, dan dimuara sungai2
jaringan jalur2 dan unsur bangunan besar

6 Hutan Mangrove Sekunder Hms/20041 Rona agak gelap s/d t


(Sumut) erang, warna hijau
keunguan, tekstur agak
Hutan bakau, nipah dan nibung yang halus, pola tidak teratur,
berada di sekitar pan-tai yang telah biasnya terdapat
memperlihatkan bekas penebangan bukaan, tambak dan
dengan pola alur, bercak, dan lahan terbuka, biasanya
genangan. terletak didaerah pantai
dan dimuara sungai2
besar

7 Hutan Tanaman Ht/2006 Rona terang s/d agak TANAMAN PINUS


(Sumut,Riau) gelap, warna hijau tua
campur muda, tekstur
Seluruh kawasan hutan tanaman agak halus,agak kasar,
baik yang sudah ditanami maupun pola teratur, adanya
yang belum (masih berupa lahan jaringan jalan dan lahan
kosong), adanya jaringan jalan dan terbangun, biasanya
bangunan. didalam kawasan
hutan, kenampakan
homogen

33
TANAMAN AKASIA

TANAMAN EUCLALYPTUS

8 Perkebunan Pk/2010 Rona agak terang, TANAMAN SAWIT


(Sumut) Warna hijau muda
sampai tua, Tekstur
Seluruh kawasan perkebunan, baik agak halus dan agak
yang sudah ditanami maupun yang kasar, Bentuk
belum (masih berupa lahan kosong). beraturan, Pola
seragam dan ter dapat
pemukiman, bukaan
dan adanya jaringan
jalan bangunan,
Biasanya berada diluar
kawasan hutan

TANAMAN KARET

34
9 Semak Belukar B/2007 Rona agak terang,
(Sumut) warna hijau muda ke
kuningan, tekstur agak
Kawasan bekas hutan lahan kering kasar, bentuk tidak
yang telah tumbuh kem-bali atau beraturan, pola tidak
kawasan dengan liputan pohon teratur, topografi landai
jarang (alami) atau kawasan dengan s/d curam
dominasi vegetasi rendah (alami).
Kawas-an ini biasanya tidak
menampakkan lagi bekas/bercak te-
bangan, bekas lading yang ditinggal

10 Semak Belukar Rawa Br/20071 Rona terang, warna


(Sumut) hijau muda agak
kecoklatan, tekstur
Kawasan bekas hutan rawa / agak halus, bentuk
mangrove yang telah tumbuh kembali tidak beraturan, pola
atau kawasan dengan liputan pohon tidak seragam dan
jarang (alami) atau kawasan dengan topografi datar, dekat
dominasi vegetasi rendah (alami). dengan sungai/perairan
Ka-wasan ini biasanya tidak (basah)
menampakkan lagi bekas / bercak
tebangan

11 Savana/Padang Rumput

12 Pertanian Lahan Kering Pt/20091 Rona agak terang,


(Sumut) warna merah muda d
an bercak2 hijau,
Semua aktivitas pertanian di lahan tekstur agak kasar
kering seperti tegalan, kebun sampai kasar, bentuk
campuran dan ladang tidak beraturan, pola
tidak teratur, dekat
dengan pemukiman,
terdapat jaringan jalan

13 Pertanian Lahan Kering Campur Pc/20092 Rona agak terang,


Semak warna merah muda da
(Sumut) n bercak2 warna hijau,
tekstur agak kasar s/d
Semua jenis pertanian lahan kering kasar, bentuk tidak
yang berselang-seling dengan beraturan, pola tidak
semak, belukar dan hutan bekas beraturan
tebangan. Sering muncul pada areal
perladangan berpindah, dan rotasi
tanam lahan karst.

35
14 Sawah Sw/20093 Rona agak terang
(Sumut) sampai gelap, warna
biru bercak merah
Semua aktivitas pertanian lahan muda, tekstur halus,
basah yang dicirikan oleh pola pola seragam, dekat
pematang dgn pemukiman dan
perairan

15 Tambak Tm/20094 Rona agak gelap,


(Sumut) Warna biru kehitaman,
Tekstur halus, Pola
Aktivitas perikanan darat atau seragam, terdapat
penggaraman yang tampak dengan lahan terbagun/jalan,
pola pematang di sekitar pantai dekat dgn muara
sungai/pinggir laut

16 Pemukiman Pm/2012 Rona terang, warna


(Sumut,Medan) merah muda, tekstur
agak kasar, pola
Kawasan permukiman, baik seragam, terdapat
perkotaan, perdesaan, industri dll. jaringan jalan,
Yang memperlihatkan pola alur rapat kenampakan lahan
terbangun

17 Transmigrasi Tr/20095 Rona agak terang,


(Sumut) warna bercak2
kemerahan, tekstur
Seluruh kawasan, baik yang telah agak kasar, pola
diusahakan maupun yang belum, seragam, adanya
termasuk areal pertanian, jaringan jalan, datar s/d
perladangan dan permu-kiman di bergelombang,
dalamnya kenampakan lahan
terbangun

18 Tanah Terbuka T/2014 Rona agak terang,


(Sumut) warna kemerahan,
tekstur halus, pola tidak
Seluruh kenampakan lahan terbuka teratur, dat. Rendah s/d
tanpa vegetasi (sing-kapan batuan curam/Tidak Terbatas
puncak gunung, kawah vulkan,
gosong pasir, pasir pantai), lahan
terbuka bekas kebakaran, dan lahan
ter-buka yang ditumbuhi alang-
alang/rumput.

36
19 Pertambangan Tb/20141 Rona agak terang,
(Babel) warna putih kebiruan,
tekstur halus, pola
Lahan terbuka yang digunakan untuk Teratur s/d tidak teratur,
aktivitas pertambang-an terbuka- adanya jaringan jalan
open pit (spt.: batubara, timah,
tembaga dll.), ser-ta lahan
pertambangan tertutup yang dapat
diidentifikasikan dari citra berdasar
asosiasi kenampakan objeknya.

20 Tubuh Air A/5001 Rona gelap, warna biru


(Sumut) kehitaman, tekstur
halus, pola tidak teratur
Semua kenampakan perairan,
terasuk laut, sungai, danau, waduk,
terumbu karang, padang lamun dll.

21 Rawa Rw/50011 Rona gelap, warna biru


(Riau) kehitaman, tekstur
halus, pola tidak teratur,
Kenamapakan lahan rawa yang dekat dgn jaringan
sudah tidak berhutan sungai, topografi
dataran rendah

37
22 Awan Aw/2500 Rona terang, warna
(Sumut) putih seperti asap,
tekstur halus, pola tidak
Kenampakan awan yang menutupi teratur
lahan suatu kawasan dengan ukuran
lebih dari 4 cm2 pada skala
penyajian. Jika liputan awan tipis
masih memperlihatkan kenampakan
di bawahnya dan memungkinkan
ditafsir tetap didelineasi.

23 Bandara/Pelabuhan Bdr/20121 Rona terang, warna


(Sumut,Polonia) putih, merah kehijauan,
tekstur halus, pola
Kenampakan bandara dan teratur dan terlihat
pelabuhan yang berukuran besar dan kenampakan jalan,
memungkinkan untuk didelineasi biasanya berada di
tersendiri daerah pemukiman dan
kenampakan lahan
terbuka

24 Gambut (khusus sumut) Rona terang, warna


merah kehitaman,
Seluruh kenampakan lahan seperti tekstur halus, pola tidak
rawa teratur

MONOGRAM PENUTUPAN LAHAN (PULAU KALIMANTAN)


NO TIPE PENUTUPAN LAHAN KODE KUNCI PENAFSIRAN MONOGRAM
1 Hutan lahan kering primer Hp/2001 Kenampakan hutan
dataran rendah,
perbukitan dan
pegunungan yang
belum menampakkan
bekas penebangan,
warnanya hijau tua,
tekstur kasar,
ukurannya relative
besar

2 Hutan lahan kering sekunder Hs/2002 Kenampakan hutan


dataran rendah,
perbukitan dan
pegunungan yang telah
menampakkan bekas
penebangan
(kenampakan alur
aksessebilitas dan
bekas tebangan),
warnanya hijau
kekuningan, teksturnya
sedang-kasar,
ukurannya sedang, pola
tersebar

38
3 Hutan rawa primer Hrp/2005 Kenampakan hutan di
daerah berawa,
termasuk rawa payau
dan rawa gambut, tidak
ada tanda eksploitasi
atau aksessebiltas,
warna hijau, tekstur
sedang - halus, lahan
basah, ukuran sedang.

4 Hutan rawa sekunder Hrs/20051 Kenampakan hutan di


daerah berawa,
termasuk rawa payau
dan rawa gambut yang
telah menampakkan
bekas penebangan,
warna hijau muda,
tekstur halus, pola
tersebar

5 Hutan mangrove primer Hmp/2004 Hutan bakau dan nipah


yang berada di sekitar
pantai yang belum
menampakkan bekas
penebangan. Pada
beberapa lokasi, hutan
mangrove berada lebih
ke pedalaman, warna
hijau, tekstur halus

6 Hutan mangrove sekunder Hms/20041 Hutan bakau dan nipah


yang berada di sekitar
pantai yang telah
memperlihatkan bekas
penebangan dengan
pola alur, warna hijau,
tekstur sedang – kasar

7 Hutan tanaman Ht/2006 kawasan hutan


tanaman baik yang
sudah ditanami maupun
yang belum (masih
berupa lahan kosong
dan bekas land
clearing). Warna hijau
terang, adanya
aksessebilitas alur
jalan, dataran rendah,
pola tanaman sejenis.

39
8 Perkebunan Pk/2010 Seluruh kawasan
perkebunan, baik yang
sudah ditanami maupun
yang belum (masih
berupa lahan kosong
dan bekas land
clearing), beralur dan
aksessebiltas jalan,
pola tanam sejenis,
dataran rendah

9 Belukar B/2007 Bekas hutan lahan


kering yang telah
tumbuh kembali atau
kawasan dengan
liputan pohon jarang
(alami) atau kawasan
dengan dominasi
vegetasi rendah (alami),
warnanya hijau terang,
teksturnya kasar,
ukurannya besar,di
dataran rendah.
10 Belukar rawa Br/20071 Bekas hutan rawa /
mangrove yang telah
tumbuh kembali atau
kawasan dengan
liputan pohon jarang
(alami) atau kawasan
dengan dominasi
vegetasi rendah (alami).
Warna hijau tua, tekstur
halus - kasar,
tergenang air

11 Pertanian lahan kering Pt/20091 Semua aktivitas


pertanian di lahan
kering, adanya
aksesebilitasi jalan,
warna hijau, bentuk
pematang, tekstur kasar

12 Pertanian lahan kering campur Pc/20092 Semua jenis pertanian


semak lahan kering yang
berselang-seling
dengan semak, belukar
dan hutan bekas
tebangan dan selalu
berpindah-pindah
dengan pola rotasi
tanam, warna hijau,
aksessebiltas jalan dan
dekat dengan
pemukiman, tekstur
kasar, warna hijau
cerah.

40
13 Sawah Sw/20093 Semua aktivitas
pertanian lahan basah
yang dicirikan oleh pola
pematang, bentuk
petak-petak, dekat
dengan aliran sungai,
ukuran sedang dan
berada di dataran
rendah.

14 Tambak Tm/20094 Aktivitas perikanan di


pesisir pantai dengan
pola pematang,
ronanya gelap, di
sepanjang pesisir
pantai dan pulau-pulau,
bentuknya petak-petak,
tekstur kasar,asosiasi di
pesisir pantai dan pulau

15 Permukiman Pm/2012 Kawasan permukiman,


baik perkotaan,
perdesaan, industri dll,
yang memperlihatkan
pola alur rapat,
warnanya merah
terang, dekat dengan
aksesibilitas (jalan atau
disepanjang aliran
sungai), di dataran
rendah-tinggi, tekstur
bercak-bercak
berwarna merah
16 Transmigrasi Tr/20122 Kawasan yang telah
diusahakan maupun
yang belum, termasuk
areal pertanian,
perladangan dan
permukiman di
dalamnya, adanya
aksesseblitas jalan,
warnanya hijau tua,
polanya teratur, di
dataran rendah.

17 Lahan Terbuka T/2014 kenampakan lahan


terbuka tanpa vegetasi
(singkapan batuan
puncak gunung, gosong
pasir, pasir pantai),
lahan terbuka bekas
kebakaran, dan lahan
terbuka yang ditumbuhi
alang-alang/rumput,
warna merah, tekstur
kasar, dataran rendah
dan tinggi

41
18 Pertambangan Tb/20141 Lahan terbuka yang
digunakan untuk
aktivitas pertambangan
terbuka(spt.: batubara,
timah, tembaga dll.),
serta lahan
pertambangan tertutup
diasosiasi kenampakan
objeknya, warna ungu,
tekstur kasar, dengan
asosiasi akses jalan
dan sungai

19 Tubuh air A/5001 Kenampakan perairan,


seperti laut, sungai,
danau, waduk, dll,
warnanya biru
mengarah ke hitam,
tekstur halus,
ukurannya dari kecil-
besar, dekat dengan
sawah, tambak,
mangrove.

20 Rawa Rw/50011 Kenampakan lahan


rawa yang sudah tidak
berhutan dan selalu
tergenang air, warna
hijau, tekstur kasar

21 Awan Aw/2500 Kenampakan awan


yang menutupi lahan
suatu kawasan, jika
liputan awan tipis masih
memperlihatkan
kenampakan
dibawahnya dan
memungkinkan ditafsir
tetap didelineasi.
warnanya putih,
teksturnya halus,
ukurannya dari kecil
sampai besar.
22 Bandara/Pelabuhan Bdr/Plb/201 Kenampakan bandara
21 dan pelabuhan yang
berukuran besar dan
memungkinkan untuk
didelineasi tersendiri,
warnanya beragam,
tekstur kasar,
bentuknya ada garis
tegas di citra.

42
MONOGRAM PENUTUPAN LAHAN (PULAU SULAWESI MALUKU)
NO TIPE PENUTUPAN LAHAN KODE KUNCI PENAFSIRAN MONOGRAM
1 Hutan Primer 2001 Seluruh kenampakan
Lokasi : Mamuju Sulawesi Barat hutan dataran rendah
Tgl Perekaman : 18 Agustus 2002 dan pegunungan yang
belum terlihat adanya
bekas penebangan,
warna hijau, rona
gelap, tekstur kasar,
situs di daerah yang
belum ada aksesibilitas

2. Hutan Sekunder 2002 Kenampakan hutan


Lokasi : Mamuju Sulawesi Barat dataran rendah,
Tgl Perekaman : perbukitan dan
18 Agustus 2002 pegunungan yang telah
menampakkan bekas
penebangan,
terdapat alur jalan
bekas penebangan,
rona lebih terang
dibandingkan dengan
hutan primer, tekstur
lebih smooth dibanding
dengan hutan primer,
adanya tanda-tanda
aktifitas manusia
3. Hutan Rawa Primer 2005 Seluruh kenampakan
Lokasi : Sulawesi Tgl Perekaman : 7 hutan di daerah rawa
April 2008 yang belum
menampakan bekas
penebangan, tekstur
lebih smooth dibanding
dengan hutan primer
dan sekunder, rona
lebih gelap daripada
hutan rawa sekunder

4. Hutan Rawa Sekunder 20051 Seluruh kenampakan di


Lokasi : Sulawesi Tgl Perekaman : daerah berawa yang
7 April 2008 telah menampakan
bekas penebangan,
terdapat jalur
pembukaan areal
(biasanya ada jalur rel),
rona lebih terang
dibanding dengan
hutan rawa primer

43
5. Hutan Mangrove Primer 2004 Seluruh kenampakan
Lokasi : Maluku Tgl Perekaman : hutan bakau, nipah dan
24 Juni 2009 lainnya yang belum
menampakkan bekas
penebangan, dekat
dengan pantai dan
sungai

6. Hutan Mangrove Sekunder 20041 Seluruh kenampakan


Lokasi : Sulawesi Tgl Perekaman : hutan bakau, nipah dan
16 Januari 2008 lainnya yang sudah
menampakkan bekas
penebangan, bercak
atau bekas terbakar,
Situs dekat dengan
pantai, Rona lebih
terang daripada hutan
mangrove primer

7. Semak/ belukar 2007 Kawasan bekas hutan


Lokasi : Sulawesi Selatan lahan kering yang telah
Tgl Perekaman : tumbuh kembali
28 September 2002 (mengalami suksesi)
atau kawasan dengan
pohon jarang (alami)
atau kawasan dengan
dominasi vegetasi
berkayu bercampur
dengan vegetasi
rendah (alami) lainnya,
Umumnya sudah tidak
ada kenampakan Belukar
bekas alur atau bercak
penebangan lagi,
Biasanya perpaduan
warna hijau bercampur
kuning dan merah,
Tekstur lebih smooth
dibanding dengan
hutan sekunder,Situs di
tanah karst terdapat di
kabupaten Pangkep
dan Maros (Sulsel)

Belukar pada Tanah Karst di Sulawesi


8. Semak Belukar Rawa 20071 Kawasan bekas hutan
Lokasi : Sulawesi Tengah lahan basah yang telah
Tgl Perekaman : 16 Januari 2008 tumbuh kembali
(mengalami suksesi)
atau kawasan dengan
pohon jarang (alami)
atau kawasan dengan
dominasi vegetasi
berkayu bercampur
dengan vegetasi
rendah (alami) lainnya,
Terdapat kenampakan

44
bekas alur atau bercak
penebangan, Biasanya
perpaduan warna hijau
bercampur kuning dan
merah, Tekstur lebih
smooth dibanding
dengan semak belukar
pada lahan kering,
Rona lebih gelap
daripada semak
belukar pada lahan
kering
9. Hutan Tanaman (Pinus) 2006 Kelas penutupan lahan
Lokasi : Kab. Maros, Sul-Sel hutan yang merupakan
Tgl Perekaman : 28 September 2002 hasil budidaya
manusia, Pada citra
terlihat mempunyai
pola tanam teratur
pada daerah datar,
sedangkan untuk
daerah bergelombang
terlihat warna citra
yang berbeda dengan
lingkungan sekitarnya,
Warna hijau, Rona
umumnya terang, tetapi
untuk jenis-jenis
tertentu bisa ber-rona
gelap, HTI (Inhutani)

10. Perkebunan 2010 Seluruh kenampakan


Lokasi : Sulawesi Barat hutan, baik yang sudah
Tgl Perekaman : menjadi tua maupun
18 Agustus 2002 yang masih merupakan
tanaman muda, Warna
hijau kekuningan,
Tekstur smooth, Pola
teratur, Situs dekat
dengan permukiman

11. Pertanian Lahan Kering 20091 Semua aktivitas


Lokasi : Maluku pertanian di lahan
Tgl Perekaman : - kering seperti tegalan,
kebun campuran dan
lading, Asosiasi
dengan permukiman,
Tekstur sedang

45
12. Pertanian Lahan Kering Campur 20092 Semua jenis pertanian
Lokasi : Sulawesi di lahan kering yang
Tgl Perekaman : 28 September 2002 berselang-seling atau
bercampur dengan
semak, belukar dan
bekas tebangan, Rona
lebih terang daripada
pertanian lahan kering,
Asosiasi dengan
permukiman

13. Sawah 20093 Semua aktivitas


Lokasi : Sulawesi Selatan pertanian lahan basah
Tgl Perekaman : yang dicirikan oleh pola
28 September 2002 pematang. Ada fase
rotasi tanam, termasuk
sawah musiman,
sawah tadah hujan dan
sawah irigasi, Situs
dekat dengan
permukiman

14. Tambak 20094 Aktivitas perikanan


Lokasi : Sulawesi Selatan darat atau
Tgl Perekaman : penggaraman, Pola
28 September 2002 pematang yang teratur
di bandingkan dengan
pematang sawah,
Warna kebiruan, Rona
gelap, Asosiasi dengan
laut dan muara sungai,
Situs di sekitar dan
sepanjang pantai

15. Tanah Terbuka/ Kosong 2014 Kenampakan lahan


Lokasi : Sulawesi terbuka tanpa vegetasi,
Warna kemerahan,
Rona terang, Tekstur
smooth

16. Pertambangan 20141 Lahan terbuka yang


Lokasi : Sulawesi Selatan digunakan untuk
Tgl Perekaman : kegiatan
28 September 2002 pertambangan, Warna
putih (marmer di
maros, sulsel)

46
17. Permukiman 2012 Kenampakan kawasan
Lokasi: Sulawesi Selatan permukiman, baik
Tgl Perekaman : perkotaan atau
28 September 2002 pedesaan yang masih
mungkin untuk
dipisahkan, Warna
keunguan –
kemerahan, Rona
cenderung terang,
Asosiasi dengan jalan,
sungai

18. Transmigrasi 20122 Kawasan permukiman


Lokasi : P. Seram (Maluku) transmigrasi beserta
Tgl Perekaman : - pekarangan di
sekitarnya, Warna hijau
dengan bercak merah,
Rona terang

19. Tubuh Air 5001 Seluruh kenampakan


Lokasi : Sulawesi Selatan perairan (danau,
Tgl Perekaman : 28 September 2002 waduk, sungai, laut,
pantai dan padang
lamun/ lumpur pantai),
Tekstur smooth, Warna
biru, hitam, Rona
cenderung gelap

MONOGRAM PENUTUPAN LAHAN (PULAU PAPUA)


NO TIPE PENUTUPAN LAHAN KODE KUNCI PENAFSIRAN MONOGRAM
1. Hutan Lhn Kering Primer HP/2001 Warna hijau muda
LT51010662007042 hingga hijau gelap
Lokasi : Kab Jayapura, Papua pada daerah
perbukitan, tekstur
kasar, pola tidak
beraturan pada Seluruh
kenampakan hu-tan
dataran rendah, per-
bukitan dan
pegunungan, tidak
menampakkan be-kas
penebangan.
2. Hutan Lhn Kering Sekunder HS/2002 Warna hijau muda
LT51010662007042 hingga hijau agak
Lokasi : Kab Jayapura, Papua gelap, tekstur kasar,
pola tidak ber-aturan
pada Seluruh ke-
nampakan hutan
dataran rendah,
perbukitan dan
pegunungan yang me-
nampakkan bercak
bekas penebangan
yang ditan-dai adanya

47
alur jalan.
3. Hutan Rawa Primer Hrp/2005 Warna hijau muda
LT51010662007042 hingga hijau gelap
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua (kesan basah), tekstur
agak kasar, pola tidak
beraturan pada seluruh
kenampakan hu-tan
dataran rendah, yang
tidak menampakkan
be-kas penebangan.

4. Hutan Rawa Sekunder Hrs/20051 Warna hijau muda


LT51010662007042 hingga hijau gelap
Lokasi : Kab Jayapura, Papua (kesan basah), tekstur
agak kasar, pola tidak
beraturan pada seluruh
kenampakan hu-tan
dataran rendah, yang
menampakkan bercak
bekas penebangan
yang ditandai adanya
alur jalan.

5. Hutan Mangrove Primer Hmp/2004 Warna hijau muda


LE71050622002240 hingga hijau gelap
Lokasi : Kab. Tel. Bintuni Papua tekstur kasar, pola
Barat hampir mengikuti
bentuk arah sungai
pada Seluruh
kenampakan hutan
dataran rendah, yang
tidak menampakkan
adanya bekas
penebangan, biasanya
berada tidak jauh dari
pantai dan banyak
ditemui sungai yang
saling berhubungan.
6. Hutan Mangrove Sekunder Hms/20041 Warna hijau muda
LE71050622002240 hingga hijau gelap
Lokasi : Kab. Tel. Bintuni Papua tekstur kasar, pola
Barat hampir mengikuti
bentuk arah sungai
pada Seluruh
kenampakan hu-tan
dataran rendah,
biasanya berada tidak
jauh dari pantai dan
banyak ditemui sungai
yang saling
berhubungan,
menampakkan adanya
bekas penebangan dan
atau alur jalan.

48
7. Semak Belukar B/2007 Warna hijau bercak
LT1000662008150 kecoklatan, bentuk
Lokasi : Kab. Merauke, Papua tidak beraturan, tekstur
agak halus, ditumbuhi
tanam-an bawah atau
semak, kadang
dijumpai perdu pohon ,
didaerah dekat
permukiman.

8. Perkebunan Pk/2010 Warna kuning agk hijau


L171050622002240 terang hingga hijau
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua muda, bentuk hampir
persegi dalam luasan
tertentu, tekstur halus
hingga agak kasar pola
teratur, biasanya
terdapat jalan atau
disekitarnya terdapat
jalan

9. Savana/Padang Rumput S/3000 Warna kuning muda


LE71000662009096 kemerahan, bentuk
Lokasi : Kab. Merauke, Papua tidak teratur, tekstur
halus.

10. Pertanian Lhn Kering Pt/20091 Warna kuning


LT51010662007042 kehijauan, bentuk
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua teratur, tekstur agak
halus, letaknya tidak
jauh dari permukim-
an/transmigrasi

11. Pertanian Lhn Kering Campur Semak Pc/20092 Warna kuning muda
LT51010662007042 hingga bercak hijau
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua muda, bentuk tidak
teratur, tekstur ha-lus
agak kasar, letaknya
tidak jauh dari
permukiman, dijumpai
tumbuhan bawah
bercampur semak

49
12. Sawah Sw/20093 Warna biru gelap
LT51010662007042 (kehitaman) tekstur
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua halus, bentuk
umumnya kotak, pola
teratur, biasanya
letaknya tidak jauh dari
permukiman.

13. Tambak Tm/20094 Warna biru gelap,


LT51010662007042 bentuk nyaris kotak,
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua pola teratur, asosiasi
dekat dengan pantai

14. Pemukiman Pm/2012 Warna merah ungu,


LE71030632006029 sering ada bercak
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua putih, pola agak teratur,
disekitarnya sering
dijumpai ada jalan

15. Transmigrasi Tr/20095 Warna hijau bercak


LT51010662007042 merah kekuningan,
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua bentuk nyaris kotak.

16. Lahan Terbuka T/2014 Warna coklat


LT51010662007042 kemerahan terang
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua hingga gelap, bentuk
tidak teratur

50
17. Pertambangan Tb/20141 Warna merah gelap
Tertutup : LE71030632009326 kecoklatan untuk
Lokasi : pertam-bangan
Kab. Timika, Papua terbuka, untuk
Tertutup : LE71070612009081 pertambangan tertutup
Lokasi : Kab. Sorong, Papua seperti pengeboran mi-
Barat nyak hanya terlihat
alur-alur jalan
penghubung antar
sumur. Warna hijau

Pertambangan terbuka

Pertambangan tertutup
18. Tubuh Air A/5001 Warna biru kadang
LE71050612009131 hitam, bentuk
Lokasi : Kab. Manokwari, Papua memanjang untuk
Barat sungai, agak bulat
untuk danau, warna
hitam dalam area
cukup luas untuk laut,
tekstur halus

19. Rawa Rw/50011 Kenampakan warna


LT51010662007042 merah kadang
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua berwarna kelabu,
tekstur halus sampai
agak halus

20. Awan Aw/2500 Warna putih khas.


LT51010662007042
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua

51
21. Bandara/Pelabuhan Bdr/Plb/201 Kenampakan
LT51010662007042 21 menyerupai jalan
Lokasi : Kab. Jayapura, Papua dalam satuan panjang
maksimal 5 Km lurus,
biasanya ber-ada dekat
dengan permukiman
untuk bandara,
sedangkan untuk
pelabuhan laut tidak
nyata.

MONOGRAM PENUTUPAN LAHAN (PULAU JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA)


NO TIPE PENUTUPAN LAHAN KODE KUNCI PENAFSIRAN MONOGRAM
1. Hutan Lhn Kering Primer HP/2001 Rona gelap, warna
hijau tua, bentuk
kompak, tekstur kasar,
ukuran sedang-luas,
pola tidak teratur, situs
berada perbukitan dan
pegunungan, asosiasi
dengan hutan sekunder

2. Hutan Lhn Kering Sekunder HS/2002 Rona terang, warna


hijau muda-tua, bentuk
kompak sedang,
tekstur sedang, ukuran
sedang-luas, pola tidak
teratur, situs berada di
dataran rendah
perbukitan dan
dipegunungan, asosiasi
dengan hutan primer,
hutan tanaman, ada
bekas jalan, ada camp,
ada lahan bekas Lokasi : Jawa Timur
penebangan
3. Hutan Rawa Sekunder Hrs/20051 Rona gelap, warna
hijau tua, bentuk
kompak sedang,
tekstur halus-sedang,
ukuran kecil-sedang,
pola tidak teratur, situs
berada di dataran
rendah dekat sungai,
dekat pantai, asosiasi
ada sungai, ada jalan

52
4. Hutan Mangrove Primer Hmp/2004 Rona gelap, warna
hijau tua, bentuk
kompak sedang,
tekstur halus-sedang,
ukuran kecil-sedang,
pola tidak teratur, situs
berada dekat pantai,
asosiasi dengan
sungai, muara sungai
dan laut

5. Hutan Mangrove Sekunder Hms/20041 Rona terang-gelap,


warna hijau muda-hijau
tua, bentuk kompak
sedang,
tekstur halus-sedang,
ukuran kecil-sedang,
pola tidak teratur, situs
berada dekat pantai,
asosiasi dengan sungai
dan laut

6. Hutan Tanaman Ht/2006 Rona gelap, warna


hijau muda-tua, bentuk
kompak sedang,
tekstur sedang, ukuran
sedang-luas, pola tidak
teratur, situs berada
didataran rendah,
perbukitan dan
dipegunungan, asosiasi
dengan hutan primer,
hutan sekunder, camp,
jalan
Lokasi: Pulau jawa
7. Perkebunan Pk/2010 Rona terang - gelap,
warna hijau muda-tua,
bentuk kompak
sedang,
tekstur sedang, ukuran
kecil - sedang, pola
sedang - teratur, situs
berada dataran rendah
- tinggi, asosiasi
dengan hutan primer,
hutan sekunder, hutan
tanaman, jalan,
permukiman, pertanian Lokasi : Jawa Timur
lahan kering, dll.

53
8. Semak Belukar B/2007 Rona gelap - terang,
warna hijau muda-tua,
bentuk kompak
sedang,
tekstur sedang, ukuran
sedang-luas, pola tidak
teratur, situs berada
dataran rendah,
perbukitan dan
dipegunungan, asosiasi
dengan hutan primer,
hutan tanaman, hutan
sekunder.
9. Semak Belukar Rawa Br/20071 Rona gelap, warna
hijau tua – muda,
bentuknya tidak
kompak – sedang,
teksturnya agak halus,
ukurannya kecil -
sedang, berada di
dataran rendah, situs
dekat dengan pantai,
sungai besar.

10. Savana/Padang Rumput S/3000 Rona gelap – terang,


warna merah – hijau
muda, bentuk kompak,
teksturnya halus,
ukuran kecil - luas,
polanya tidak teratur,
situs beraada di
dataran rendah –
bergelombang.

Lokasi : Sumba Barat


11. Pertanian Lhn Kering Pt/20091 Rona gelap - terang,
warna hijau muda-tua,
merah muda, bentuk
tidak kompak,
tekstur sedang, ukuran
sedang-luas, pola tidak
teratur, situs berada di
dataran rendah,
perbukitan dan di
pegunungan, asosiasi
dengan permukiman,
jalan, perkebunan,
hutan tanaman,
prtanian lahan kering
campur semak.

54
12. Pertanian Lhn Kering Campur Semak Pc/20092 Rona gelap - terang,
warna hijau muda-tua,
merah muda dan
kuning, bentuk tidak
kompak,
tekstur sedang - kasar,
ukuran sedang-luas,
pola tidak teratur, situs
berada di dataran
rendah, perbukitan dan
di pegunungan,
asosiasi dengan
permukiman, jalan,
perkebunan, hutan
tanaman, prtanian
lahan kering.

13. Sawah Sw/20093 Rona terang - gelap,


warna hijau muda-tua,
bentuk kompak
sedang,
tekstur halus, ukuran
sedang-luas, pola
teratur, situs berada
dataran rendah, ada
pematang, sungai
jalan, permukiman,
pertanian lahan kering.

14. Tambak Tm/20094 Rona gelap, warna


hijau muda-tua, biru
kehitam-hitaman,
bentuk kompak
sedang,
tekstur sedang, ukuran
sedang-luas, pola tidak
teratur, situs berada
dekat pantai, sungai
besar, jalan, ada
pematang

Lokasi : Jawa Timur


15. Pemukiman Pm/2012 Rona cerah, warna
merah muda, bentuk
kompak,
tekstur kasar, ukuran
sedang-luas, pola tidak
teratur - teratur, situs
berada di dataran
rendah - perbukitan,
asosiasi dengan jalan,
sungai, lahan
pertanian, dsb.

55
16. Lahan Terbuka T/2014 Rona cerah, warna
merah tua – muda,
ungu, bentuk kompak-
sedang,
tekstur halus, ukuran
sedang-luas, pola
sedang - tidak teratur,
situs berada di dataran
rendah, perbukitan dan
di pegunungan,
asosiasi dengan hutan
primer, hutan
sekunder, hutan
tanaman, lahan
pertanian,
pertambangan,
permukiman.
17. Pertambangan Tb/20141 Rona cerah, warna
putih – merah muda,
bentuk tidak kompak,
tekstur halus, ukuran
kecil-sedang, pola tidak
teratur, situs berada di
dataran rendah,
perbukitan, asosiasi
dengan jalan,
permukiman, hutan
sekuner, hutan
tanaman, pertanian
lahan kering, semak
belukar, sungai, dsb.
18. Tubuh Air A/5001 Rona gelap, warna biru
tua – kehitam-hitaman,
bentuk kompak,
tekstur halus, ukuran
kecil-luas, pola tidak
teratur, situs berada di
dataran rendah,
perbukitan dan
dipegunungan, asosiasi
dengan hutan primer,
hutan sekunder,
pertanian lahan kering,
sawah, dsb.
19. Rawa Rw/50011 Rona gelap, warna biru
tua – kehitam-hitaman,
bentuk tidak kompak,
tekstur halus, ukuran
kecil-sedang, pola tidak
teratur, situs berada di
dataran rendah,
sungai, muara sungai,
hutan sekunder, hutan
rawa primer/sekunder,
jalan, permukiman, dsb

56
20. Awan Aw/2500 Rona cerah, putih,
bentuk tidak kompak,
tekstur halus, ukuran
kecil-luas, pola tidak
teratur.

21. Bandara/Pelabuhan Bdr/Plb/ Rona cerah, warna


20121 merah, kuning, haijau,
ungu, bentuk kompak,
tekstur halus - sedang,
ukuran sedang-luas,
pola teratur, situs
berada dataran rendah,
permukiman, jalan,
laut.

57
58

Anda mungkin juga menyukai