Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Inventarisasi Hutan Medan, Maret 2020

PENGUKURAN TINGGI POHON

Dosen Penanggung jawab:


Dr. Samsuri, S.Hut., M.Si
Disusun Oleh :
Muawwanah 181201033
Siti Luthfiyah Ahmad 181201034
Fransedo 181201112
Bagasta Olky N Bangun 181201125
Ruslan Hadi 181201185
Rizky Ariq Ginting 181201187

Kelompok 4
HUT 4C
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Laporan praktikum Inventarisasi Hutan yang berjudul “Pengukuran
Tinggi Pohon ” ini dengan baik. Laporan Inventarisasi Hutan disusun untuk
memenuhi tugas Praktikum Inventarisasi Hutan, Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Samsuri, S.Hut., M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah Inventarisasi
Hutan yang telah mengajarkan materi praktikum dengan baik begitu juga dengan
asisten Inventarisasi Hutan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
Praktikum Inventarisasi Hutan ini, yang hasilnya kemudian dipaparkan dalam
Laporan ini.
Penulis sadar bahwa penulisan Laporan ini masih memiliki kesalahan-
kesalahan, baik itu dalam segi teknik maupun dalam bahasa. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
menyempurnakan Laporan Praktikum Inventarisasi Hutan ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga laporan praktikum Inventarisasi Hutan ini bermanfaat bagi kita
semua. Terima kasih.

Medan, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan.............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat........................................................................... 6
Alat dan Bahan................................................................................. 6
Prosedur Praktikum.......................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................ 7
Pembahasan...................................................................................... 8

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan...................................................................................... 9
Saran.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Inventarisasi hutan merupakan suatu laporan menyeluruh tentang teknik-
teknik menghitung hutan yang berhubungan dengan pohon-pohon dan tegakan,
penaksiran volumenya, memprediksi pertumbuhan serta termasuk pula masalah
penarikan contoh dan desain inventarisasinya. Inventarisasi hutan merupakan
bagian perencanaan hutan yang penting, sebab data dan informasi hasil
inventarisasi tersebut sebagai bahan utama di dalam penyusunan rencana
pengelolaan hutan. Komponen-komponen utama inventarisasi hutan dan
perencanaannya tergantung pada maksud pekerjaannya, sehingga perlu untuk
memberikan batasan yang jelas dari berbagai tujuan inventarisasi hutan yang akan
dikerjakannya. Tujuan utama inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data
tentang areal berhutan dan komposisi tegakannya. Kegiatan inventarisasi hutan
dapat dilaksanakan dengan penginderaan jauh, pengamatan langsung di lapangan
atau gabungan keduanya. Pengukuran adalah kegiatan yang paling penting
dilakukan, karena pengukuran dilakukan untuk mengetahui atau menduga potensi
suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu (Fernando, 2016).
Pengukuran yang dilakukan kali ini yaitu mengukur tinggi pohon. Tinggi
pohon didefinisikan sebagai jarak terpendek antara suatu titik pada puncak pohon
(atau titik lain pada pohon tersebut) dengan titik proyeksinya pada bidang datar
(permukaan tanah). Sedangkan panjang  pohon merupakan jarak yang
menghubungkan dua titik yang diukur baik menurut garis lurus maupun tidak.
Pengukuran tinggi pohon dari sebuah komunitas dilakukan dengan tujuan dalam
penaksiran volume suatu komunitas. Tinggi pohon merupakan salah satu
karakteristik  pohon yang mempunyai arti penting dalam penafsiran hasil hutan,
Puncak pohon terhadap  permukaan tanah. Pengukuran tinggi pohon dapat
dilakukan pada ketinggian tertentu dari  batang. Pengukuran yang baik dilakukan
adalah pohon-pohon yang telah ditebang dan  pohon-pohon yang berdiri,
khususnya untuk penaksiran yang berhubungan dengan volume. Pengukuran
tinggi pohon menggunakan alat yang berbeda. Alat yang berbeda ini
2

menghasilkan ukuran nilai yang berbeda pula. Dimana masing-masing alat yang
dipakai mempunyai kelebihan dan kekurangan (Dephut , 2015).
Prinsip pengukuran tinggi, instrumen yang digunakan untuk pengukuran
tinggi pohon yang paling sering dipilih adalah haga hypsometer. Banyak tipe
pengukuran alat tinggi dan instrumen yang telah dikembangkan, tetapi hanya
sedikit yang telah memperoleh penerimaan yang luas dan praktisi rimbawan.
Prinsip dasar trigonometris kebanyakan sering dijelmakan didalam haga
hypsometer dan kompas klino pengukuran menggunakan haga hypsometer dan
kompas klino lebih tinggi, teliti dan lebih cermat tetapi pengukuran lebih
memerlukan banyak waktu dan kadang-kadang memerlukan jarak yang jauh
antara pengamat dan pohon (Faldiansah, 2011).
Dalam kebanyakan inventore hutan kayu keras tropika campuran telah
ditemukan bahwa adalah lebih efisien menggunakan “tabel volume total” menurut
spesies dengan pengukuran DBH dan tinggi pada semua pohon dari sampel
peningkatan dalam kecermatan adalah kecil dalam kaitannya dengan konsikuensi
tambahan biaya. Pengukuran tinggi pohon berdiri dapat dilakukan secara langsung
dapat dikerjakan dengan tongkat teleskopik. Pengukuran tinggi seperti
pengukuran diameter atas batang adalah pengukuran tak langsung yang dilakukan
dengan alat-alat optik (berlawanan dengan dbh yang pada umumnya merupakan
pengukuran langsung dan cepat) dan konsikuensinya memerlukan banyak waktu.
Pada waktu memilih metoda penaksiran volume dalam inventore hutan harus
dicek dengan hati-hati apakah pengukuran tambahan ini pada semua sampel (atau
pada bagian yang signifikan darinya) dapat dipertanggung jawabkan. Dalam
setiap inventarisasi hutan tertentu dapat diberikan tekanan pada suatu atau
beberapa masalah tersebut dan tergantung kegiatan pengukuran tinggi pohon pada
tegakan (Odum, 2015).

Tujuan
Tujuan dari praktikum inventarisasi hutan yang berjudul “Pengukuran
Tinggi Pohon” adalah untuk mahasiswa dapat menggunakan berbagai alat ukur
tinggi pohon, mahasiswa dapat melakukan pengukuran tinggi pohon, dan
mahasiswa dapat membandingkan kelebihan dan kelemahan masing-masing alat.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Tinggi pohon merupakan salah satu karakteristik pohon yang mempunyai


arti penting dalam penafsiran hasil hutan. Tinggi pohon adalah jarak tegak antara
puncak pohon terhadap permukaan tanah. Pengukuran tinggi pohon dapat
dilakukan pada ketinggian tertentu dari batang. Pengukuran yang baik dilakukan
adalah pohon-pohon yang telah ditebang dan pohon-pohon yang berdiri,
khususnya untuk penaksiran yang berhubungan dengan Volume. Dalam setiap
inventarisasi hutan tertentu dapat diberikan tekanan pada suatu atau beberapa
masalah tersebut, bergantung pada arah tujuan, tetapi untuk suatu penilaian yang
menyeluruh terhadap suatu areal hutan dan terutama dengan maksud untuk
mengelolanya berdasarkan asas lestari, semua elemen-elemen itu harus dikuasai
dengan baik (Rahlan, 2014).
Tinggi pohon berdiri tidak selalu sama dengan panjang pohon tersebut
sesudah rebah. Tinggi pohon berdiri dimaksudkan sebagai panjang proyeksi dari
titik ujung pohon sampai ke tanah. Istilah tinggi pohon hanya berlaku untuk
pohon yang masih berdiri sedangkan untuk pohon rebah digunakan istilah panjang
pohon karena untuk mengukur diameter bagian atas batang, banyak alat-alat yang
digunakan dan bermanfaat dalam kondisi tertentu dan khususnya dalam beberapa
inventarisasi hutan. Pengukuran menggunakan dengan hypsometer dan walking
stick . Alat haga hypsometer adalah alat yang mudah dibawa dan murah harganya
dan merupakan alat untuk inventarisasi hutan jika tingkat kecermatan yang
diminta tidak terlalu tinggi (Fernando, 2016).
Ada berbagai macam alat untuk mengukur tinggi pohon, dimana masing-
masing alat memiliki kekurangan dan kelebihan dalam penggunaannya. Alat yang
digunakan dalam praktikum pengukuran tingggi pohon adalah haga hypsometer,
clinometer, walking stick dan christeen meter. Misalnya dalam pengukuran tinggi
dan panjang tegakan pohon. Para inventore harus menyamakan persepsi tentang
tinggi total, tinggi batang, tinggi kayu perdagangan dan tinggi kayu tunggak dari
suatu pohon yang akan diinventarisir (Murdawa, 2014).
Pengukuran tinggi dari pohon-pohon terdiri dari jarak vertikal sedang
pengukuran panjang dapat dibuat pada bagian-bagian yang sumbunya terpangkal
4

dari bagian vertikal. Untuk hasil yang akurat pepohonan tidak boleh lurus dari
lima vertikal dan jarak horizontal harus ditentukan oleh pita ukur atau langkah
yang hati-hati. Teleskop Bitterlich juga dapat dipakai untuk pengukuran tinggi
padaumumnya dalam hubungannya dalam pengukuran tinggi batang yang
pengukurannya didasarkan pada teori trygonometri. Pengukuran tinggi pohon
pada umumnya menggunakan salah satu dari dua prinsip yaitu geometri atau
prinsip segitiga bagun. Alat-alat yang menggunakan prisip geometri adalah walkin
stick dan christenmeter (Odum, 2015).
Dalam kegiatan inventarisasi hutan dikenal beberapa macam pengukuran
tinggi pohon yaitu: a) Tinggi pohon total, yaitu tinggi pangkal pohon dari
permukaan tanah hingga puncak pohon, b) Tinggi bebas cabang atau permukaan
tajuk, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang hingga cabang pertama yang
membentuk tajuk, c) Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang pada saat itu
laku dijual dalam perdagangan. Para inventore harus menyamakan persepsi
tentang tinggi total, tinggi batang, tinggi kayu perdagangan dan tinggi kayu
tunggak dari suatu pohon yang akan diinventarisir (Dephut, 2015).
Pengukuran tinggi pohon yang paling akurat yaitu menggunakan
haga hypsometer dan suunto clinometer karena dari keduanya
menggunakan prinsip trigonometri. Prinsip trigonometri sering dipakai dalam
pengukuran tinggi dan hasilnya lebih cermat dan teliti, namun membutuhkan
waktu yang relatif lama. Pengukuran menggunakan walking stick dan christen
meter terkadang memiliki angka yang jauh berbeda dengan yang lainnya, karena
kedua alat tersebut dapat dibuat secara manual. Kelemahan dari christen meter
dan walking stick adalah tidak adanya ketepatan dalam membuat alat, maka dari
itu terdapat data yang terlalu jauh dari hasil yang lainnya. Terdapat banyak
kesalahan yang dilakukan praktikan dalam mengukur tinggi  pohon yang
menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan tinggi yang sebenarnya, salah satunya
yaitu ketidaktepatan dalam membidik tajuk pohon. Menurut ada  beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya kesalah-kesalahan dalam pengukuran, antara lain
kesalahan dalam melihat puncak pohon, pohon yang diukur tingginya dalam
keadaan tidak tegak, jarak antara pengukuran dan pohon tidak diatas ataupun
karena jarak ukur tidak tepat (Putranto, 2010).
5

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Inventarisasi Hutan yang berjudul “Pengukuran Tinggi Pohon”
ini dilaksanakan pada hari Senin, 2 Maret 2020 pada pukul 8.00-10.00 WIB.
Praktikum ini dilakukan di ruang 303 dan di hutan Tri Dharma, Program Studi
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Medan

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah walking stick, pita ukur,
dan haga hypsometer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini pohon-pohon didalam/sekitar
kampus USU dan kertas milimeter.

Prosedur
1. Ditentukan jenis pohon yang akan di akur tingginya ( setiap kelompok berbeda
jenis).
2. Melakukan pengukuran tinggi pohon.
3. Meembuat grafik batang dimana sumbu X menyatakan jenis alat dan sumbu Y
meyatakan tinggi pohon dalam satuan meter.
4. Masukkan hasil pengukuran kedalam tabel yang sudah tersedia.
5. Membandingakan hasil pengukuran tinggi pohondengan berbagai alat tersebut.
6. Membuat grafik batang diamana sumbu X menyatakan keterangan kata-kata,
rata-rata, standar devisiasi, dan varian untuk setia jenis alat dan sumbu Y
menyatakan nilainya.
7. Membandingkan rata-rata, standar devisiasi dan varian hasil pengukuran
berbagai alat tersebut.
6

Tabel 1. Data Pengukuran Tinggi Pohon


Pohon Walking stick (m) Haga hypsometer (m)
1 3 5 2 4 6
1
2
3
4
5
X
V
SD
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari Praktikum Inventarisasi Hutan yang berjudul “Pengukuran Tinggi
Pohon” adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data Pengukuran Tinggi Pohon
Pohon Walking stick (m) Haga hypsometer (m)
1 3 5 2 4 6
1 23 25 23 12 19,16 15
2 27 18 18,45 19 19,7 12
3 31,5 22 22,95 26 18,89 16
4 19 16 32,2 8 11,5 26
5 20 23 26,72 8,5 15,42 19
X 24,1 20,18 23,67 14,7 16,93 17,6
V 26,8 13,7 26,165 59,19 12,05 28,3
SD 5,1768 3,701 5,115 7,6935 3,47 5,31

Pembahasan
Pengukuran tinggi pohon dengan menggunaan hagahypsometer lebih
sering digunakan, akan tetapi memerlukan waktu banyak saat pegukuran. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Faldiansah (2011) yang menyatakan bahwa Prinsip
pengukuran tinggi, instrumen yang digunakan untuk pengukuran tinggi pohon
yang paling sering dipilih adalah hagahypsometer. Prinsip dasar trigonometris
kebanyakan sering dijelmakan didalam hagahypsometer lebih tinggi, teliti dan
lebih cermat tetapi pengukuran lebih memerlukan banyak waktu dan kadang-
kadang memerlukan jarak yang jauh antara pengamat dan pohon.
Salah satu tujuan pengukuran tinggi pohon dilakukan yaitu untuk
mengetahui pertumbuhan serta pertambahan riap serta volume pohon. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Simon (2016) yang menyatakan bahwa nventarisasi
hutan merupakan suatu laporan menyeluruh tentang teknik-teknik menghitung
hutan yang berhubungan dengan pohon-pohon dan tegakan, penaksiran
volumenya, memprediksi pertumbuhan serta termasuk pula masalah penarikan
contoh dan desain inventrisasinya. Inventarisasi hutan merupakan bagian
perencanaan hutan yang penting, sebab data dan informasi hasil inventarisasi
8

tersebut sebagai bahan utama di dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan.


Komponen-komponen utama inventarisasi hutan dan perencanaannya tergantung
pada maksud pekerjaannya, sehingga perlu untuk memberikan batasan yang jelas
dari berbagai tujuan inventarisasi hutan yang akan dikerjakannya.
Pada praktikum yang berjudul “ pengukuran tinggi pohon” perbandingan
rataan yang di peroleh dari kedua alat yang digunakan adalah walking stick 20,18
m, haga hypsometer 16,93 m, lalu perbandingan varian yang di peroleh adalah
walking stick 13,7 m, haga hypsometer 12,05m, sedangkan standar devisiasi yang
di peroleh adalah walking stick 3,70m, haga hypsometer 3,47m. Dari kedua alat
yang digunakan pada saat pengukuran tinggi pohon yang lebih akurat adalah haga
hypsometer karena standar devisiasinya rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Suwardi (2012) yang menyatakan bahwa Pengukuran tinggi pohon yang
paling akurat yaitu menggunakan haga hypsometer menggunakan
prinsip trigonometri. Prinsip trigonometri sering dipakai dalam  pengukuran
tinggi dan hasilnya lebih cermat dan teliti, namun membutuhkan waktu yang
relatif lama.
Penggunaan alat walking stick saat pengukuran tinggi pohon kurang
efisien karena hasil yang diperolehakurat sehingga menimbulkan banyak
kesalahan saat pembidikan serta pada saat pengelolahan data. Hal ini sesuai
dengan peryataan Suwardi (2012), yang meyatakan bahwa pengukuran
menggunakan walking stick dan christen meter terkadang memiliki angka yang
jauh berbeda dengan yang lainnya, karena kedua alat tersebut dapat dibuat secara
manual. Kelemahan dari christen meter dan walking stick adalah tidak adanya
ketepatan dalam membuat alat, maka dari itu terdapat data yang terlalu jauh dari
hasil yang lainnya. Terdapat banyak kesalahan yang dilakukan praktikan dalam
mengukur tinggi  pohon yang menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan tinggi
yang sebenarnya, salah satunya yaitu ketidak tepatan dalam membidik tajuk
pohon. Menurut ada  beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesalah-
kesalahan dalam pengukuran, antara lain kesalahan dalam melihat puncak pohon,
pohon yang diukur tingginya dalam keadaan tidak tegak, jarak antara pengukuran
dan pohon tidak diatas ataupun karena jarak ukur tidak tepat penaksiran
volumenya, memprediksi pertumbuhan. dalam kegiatan inventarisasi hutan
9

dikenal beberapa macam pengukuran tinggi pohon yaitu: a) Tinggi total, tinggi
bebas cabang dan tinggi komersial.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Tinggi pohon merupakan jarak terpendek antar titik tertinggi dari pohon
terhadap poyeksinya pada bidang datar.
2. Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi pohon adalah walking stick
dan haga hypsometer.
3. Pada pengukuran tinggi pohon dengan walking stick didapatkan hasil
rataan tertinggi pohon adalah 20,18 m, variasi 13,7 dan standart deviasinya
3,701.
4. Pada pengukuran tinggi pohon dengan haga hypsometer didapatkan hasil
rataan tertinggi pohon adalah 16,93 m, variasi 12,05, dan standart deviasi
3,47.
5. .Pengukuran tinggi pohon paling akurat adalah menggunakan haga
hypsometer karena menggunakan prinsip trigonometri.

Saran
Sebaikya pengukuran tinggi pohon dilakukan seksama dan teliti sehingga
data yang di peroleh lebih akurat dan para praktikan juga di harapkan serius saat
praktikum berlangsung.
10

DAFTAR PUSTAKA

Dephut 2015. Petunjuk Teknis Survei Pohon Dan Topografi. Berau Forest
Management Project. Jakarta.

Faldiansah, 2011. Pengukuran Tinggi Pohon (Measurrment the High of Trees)


Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

Fernando, E. D, I Made, S dan I Made, S. 2016. Inventarisasi Pepohonan pada


Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana. Jurnal Pertanian Berbasis
Keseimbangan Ekosistem. Denpasar: Universitas Mahasaraswati.

Murdawa, 2014. Pengenalan dan Pengukuran Karakteristik Pohon. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Odum, 2015. Teknik Dan Kegiatan Pengukuran Tinggi Pohon Dengan Alat
Pengukur. IPB. Bogor.

Putranto, B. 2010. Penduga Model Hubungan Tinggi dan Diameter Pohon Jenis
Jambu-Jambu pada Hutan Alam di Kab Mamuju Sulawesi Barat.
Makassar: Universitas Hasanuddin.

Rahlan, 2014. Mengukur Ketinggian, Diameter, Volume Serta Riap Tegakan Pada
Hutan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
11

Anda mungkin juga menyukai